• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PROFIL KABUPATEN BULELENG"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

B

AB IV

PROFIL KABUPATEN

BULELENG

4.1 Geografi dan Administrasi Wilayah

Gambaran wilayah Kabupaten Buleleng dapat dijelaskan menurut dua gambaran yaitu gambaran geografis dan administratif wilayah.

1.

Gambaran Geografis

Secara geografis Kabupaten Buleleng terletak diantara 8o3'40" - 8o23'00"

Lintang Selatan dan 114o25'55" - 115o27'28" Bujur Timur yang posisinya

berada di bagian utara Pulau Bali. 2.

Batas Administrasi

Luas Kabupaten Buleleng adalah 1.365,88 Km2 (24,25% dari Luas Pulau Bali).

Kabupaten Buleleng terdiri atas 9 Kecamatan dengan 129 desa, 19 kelurahan, 551 dusun/banjar dan 58 lingkungan.

Secara administrasi batas-batas Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut: - Utara - Timur - Selatan - Barat : : : :

Laut Bali/Laut Jawa Kabupaten Karangasem

Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli Kabupaten Jembrana

Adapun kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Buleleng, yaitu : 1. Gerokgak = 356,57 Km² = 26,11 %

2. Seririt = 111,78 Km² = 8,18 % 3. Busungbiu = 196,62 Km² = 14,40 % 4. Banjar = 172,6 Km² = 12,64 %

(2)

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG 5. Sukasada = 172,93 Km² = 12,66 % 6. Buleleng = 46,94 Km² = 3,44 % 7. Sawan = 92,52 Km² = 6,77 % 8. Kubutambahan = 118,24 Km² = 8,66 % 9. Tejakula = 97,68 Km² = 7,15 % Tabel 4.1.

Pembagian Daerah Administrasi di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No Kecamatan

Administrasi DesaAdat

Desa Kel. Dusun/Banjar Lingk.

1. Gerokgak 14 - 75 - 13 2. Seririt 20 1 80 5 25 3. Busungbiu 15 - 41 - 16 4. Banjar 17 - 71 - 17 5. Sukasada 14 1 68 - 20 6. Buleleng 12 17 41 53 21 7. Sawan 14 - 69 - 17 8. Kubutambahan 13 - 46 - 22 9. Tejakula 10 - 60 - 15 Jumlah 129 19 551 58 166

(3)
(4)

Peta 4.2. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buleleng

(5)

4.2 Demografi

4.2.1 Jumlah, Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan registrasi penduduk, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Buleleng terus mengalami peningkatan dan pada Tahun 2012 mencapai sebanyak 641.136 jiwa dengan komposisi penduduk terdiri dari 319.882 jiwa laki-laki dan perempuan sebanyak 321.254 jiwa. Sebaran jumlah penduduk menurut kecamatan berkisar 46.353 – 132.805 jiwa, terbesar di Kecamatan Buleleng, yaitu 132.805 jiwa atau 20,71%, dan terendah di Kecamatan Busungbiu (40.353 jiwa atau 6,29%). Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng per kecamatan tersaji pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No

. Kecamatan

Luas (Km2)

Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Gerokgak 356,57 41.023 40.587 81.610 24.267 2 Seririt 111,78 34.996 36.174 71.170 23.690 3 Busungbiu 196,62 20.070 20.283 40.353 12.455 4 Banjar 172,60 35.198 35.772 70.970 20.660 5 Sukasada 172,93 37.167 37.416 74.583 17.286 6 Buleleng 46,94 66.187 66.617 132.805 29.651 7 Sawan 92,52 29.582 30.246 59.827 19.847 8 Kubutambah an 118,24 27.926 27.183 55.109 13.652 9 Tejakula 97,68 27.732 26.976 54.708 20.638 Jumlah 1.365,88 319.882 321.254 641.136 182.146

Sumber : Kaupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

Jika dicermati, perkembangan penduduk tingkat kabupaten cenderung meningkat selama kurun waktu 2008-2012. Namun pada tingkat kecamatan, jumlah penduduknya ada yang berfluktuasi, seperti di Kecamatan Busungbiu, Banjar, Sukasada dan Buleleng. Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2008 – Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Penduduk

Kabupaten Buleleng Tahun 2008 - Tahun 2012

No

. Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa)

2008 2009 2010 2011 2012 1 Gerokgak 78.782 79.746 82.687 80.645 81.610 2 Seririt 75.969 76.808 78.809 71.317 71.170 3 Busungbiu 44.977 44.991 44.765 40.423 40.353 4 Banjar 67.763 67.769 67.762 70.214 70.970 5 Sukasada 71.139 71.562 71.769 73.624 74.583 6 Buleleng 120.228 120.239 120.079 131.199 132.80 5 7 Sawan 66.521 66.828 67.619 59.982 59.827 8 Kubutambahan 59.616 60.248 60.418 54.767 55.109 9 Tejakula 65.242 65.956 69.012 54.867 54.708 Jumlah 650.237 654.147 662.920 637.038 641.13 6

(6)

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka (Berbagai Tahun; dikompilasi)

Perkembangan penduduk tingkat kecamatan berfluktuasi karena laju pertumbuhan penduduk berfluktuasi. Berdasarkan hasil registrasi, BPS Kabupaten Buleleng menunjukkan laju pertumbuhan penduduk berfluktuasi antara 1,08% s/d 2,68% atau rata-rata 1,52%. Sedangkan berdasarkan hasil sensus, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Buleleng tampak cenderung menurun dari waktu ke waktu. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada tingkat kabupaten lebih rendah dibanding pada tingkat provinsi maupun nasional. Hal ini menunjukkan pertambahan penduduk di Kabupaten Buleleng relatif dapat dikendalikan.

Tabel 4.4

Laju Pertumbuhan Penduduk

Kabupaten Buleleng Tahun 2007 s/d 2012

No. Kecamatan Laju Pertumbuhan (%) 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 Rata-rata 1 Gerokgak 1,62 1,21 3,69 3,95 2,85 2,6 6 2 Seririt 2,53 1,10 2,61 3,31 -0,62 1,7 9 3 Busungbiu -0,08 0,03 -0,50 3,23 6,64 1,8 6 4 Banjar 0,17 0,01 -0,01 0,39 11,42 2,4 0 5 Sukasada 2,48 0,59 0,29 2,13 1,67 1,4 3 6 Buleleng 0,65 0,01 -0,06 0,58 1,55 0,5 5 7 Sawan 0,31 0,46 1,18 2,42 1,05 1,0 8 8 Kubutambaha n 0,53 1,06 0,28 0,88 0,49 0,6 5 9 Tejakula 1,13 1,09 4,63 0,89 1,74 1,9 0 Rata-rata 1,08 0,60 1,35 1,90 2,68 1,52

Sumber : BPS Kab. Buleleng : Kab. Buleleng Dalam Angka Tahun 2013(dikompilasi)

4.2.2 Kepadatan Penduduk

Sejalan dengan perkembangan pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk Kabupaten Buleleng pun meningkat 469 jiwa/km² pada Tahun 2012. Walaupun demikian, kepadatan penduduk di Kabupaten Buleleng masih tergolong rendah. Dari sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng hanya satu kecamatan yang tergolong padat yaitu Kecamatan Buleleng dengan kepadatan pada Tahun 2012 sebesar 2.829 jiwa/km2 dan 4 (empat) kecamatan tergolong kepadatan sedang yaitu: Kecamatan Sawan (647 jiwa/km2), Seririt (637 jiwa/km2), Tejakula (560 jiwa/km2). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

(7)

No . Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1. Gerokgak 356,57 81.610 229 2. Seririt 111,78 71.170 637 3. Busungbiu 196,62 40.353 205 4. Banjar 172,60 70.970 411 5. Sukasada 172,93 74.583 431 6. Buleleng 46,94 132.805 2.829 7. Sawan 92,52 59.827 647 8. Kubutambahan 118,24 55.109 466 9. Tejakula 97,68 54.708 560 Jumlah 1.365,88 641.136 469

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013 4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Penduduk juga merupakan modal dasar pembangunan daerah, utamanya penduduk umur produktif. Berdasarkan hasil registrasi penduduk bahwa pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Buleleng sebanyak 641.136 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,52%. Dari jumlah tersebut usia produktif sebanyak 415.660 jiwa dan non produktif sebanyak 225.476 jiwa. Lebih jelasnya komposisi penduduk Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Kabupaten Buleleng Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

No . Kecamatan Kelompok Umur 0 – 14 tahun 15 - 64 tahun 65 + Jumlah (jiwa) Prosenta se (%) Jumlah (jiwa) Prosenta se (%) Jumlah (jiwa) Prosentas e (%) 1. Gerokgak 24.199 29,65 52.486 64,31 4.925 6,03 2. Seririt 19.829 27,86 45.211 63,53 6.127 8,61 3. Busungbiu 10.482 25,98 26.051 64,56 3.821 9,47 4. Banjar 19.232 27,10 45.775 64,50 5.965 8,40 5. Sukasada 21.750 29,16 48.046 64,42 4.787 6,42 6. Buleleng 35.273 26,56 90.013 67,78 7.519 5,66 7. Sawan 17.001 28,42 37.805 63,19 5.021 8,39 8. Kubutambahan 16.065 29,15 34.962 63,44 4.081 7,41 9. Tejakula 15.223 27,82 35.311 64,54 4.176 7,63 Jumlah 2012 179.054 27,93 415.660 64,83 46,422 7,24

Sumber: Data Pokok Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2013

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Dilihat dari komposisi penduduk Tahun 2012 di Kabupaten Buleleng, prosentase terbesar penduduk bekerja pada sektor pertanian dalam arti luas (34,88%), sedangkan prosentase terkecil penduduk bekerja pada sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air. Lebih jelasnya jumlah dan persentase distribusi penyerapan tenaga kerja per lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

(8)

Tabel 4.7

Angkatan Kerja yang bekerja di Kabupaten Buleleng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012

N o Lapangan Usaha Jumlah Pendudu k Persentase (%) 1. Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan

dan Peternakan 123.753 34,88

2. Pertambangan dan Penggalian -

-3. Industri 30.880 8,70

4. Listrik, gas dan air minum 398 0,11

5. Bangunan 25.722 7,25

6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan

dan Hotel 89.363 25,19

7. Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi

11.29 9

3,19 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan

Bangunan, Tanah 9.932 2,80

9. Jasa-Jasa 63.399 17,87

Jumlah 354.746 100,00

Sumber: Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

4.2.5 Jumlah Rumah Tangga Miskin

Kemiskinan tidak saja merupakan permasalahan Kabupaten Buleleng, tetapi telah merupakan permasalahan nasional dan bahkan internasional. Kompleksnya permasalahan kemiskinan, menjadikan kemiskinan tersebut belum dapat terentaskan sampai sekarang ini dan mungkin tidak akan terentaskan, karena kemiskinan tersebut sangat rentan, dalam artian sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi (kebijakan ekonomi), kondisi politik serta keamanan dan ketertiban suatu bangsa maupun daerah.

Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten Buleleng Tahun 2008 sebesar 45.187 KK miskin atau sebesar 33.52 % dari total RT miskin di Provinsi Bali (134.804 KK). Jumlah RTM di Kabupaten Buleleng Tahun 2008 telah mengalami penurunan sebesar 2.721 KK dari jumlah KK miskin Tahun 2006 yaitu sebesar 47.908 KK. Namun pada Tahun 2011, jumlah RTM meningkat menjadi Rp. 51.384 KK atau mengalami kenaikan sebesar 6.197 KK. Jumlah RT miskin terbesar terdapat di Kecamatan Gerokgak sebesar 8.765 KK, sedangkan jumlah RTM terkecil terdapat di Kecamatan Busungbiu yaitu sebesar 3.252 KK. Pemerintah daerah berupaya menurunkan angka kemiskinan setiap tahun sebesar 6,47%. Lebih jelasnya jumlah RT Miskin di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

(9)

No . Kecamatan Jumlah RTM (KK) Prosentase (%) 1. Gerokgak 8.765 17,06 2. Seririt 7.143 13,90 3. Busungbiu 3.252 6,33 4. Banjar 6.066 11,81 5. Sukasada 5.369 10,45 6. Buleleng 5.428 10,56 7. Sawan 4.389 8,54 8. Kubutambahan 6.243 12,15 9. Tejakula 4.729 9,20 Jumlah 2011 51.384 100

Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, Maret 2012

4.3 Topografi

Kabupaten Buleleng yang terletak di Utara Pulau Bali yang topografinya sangat beragam, yaitu terdiri dari dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Buleleng merupakan daerah berbukit dan bergunung membentang di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara yakni sepanjang pantai merupakan dataran rendah. Kondisi yang khas tersebut menjadikan topografi Kabupaten Buleleng sering disebut Nyegara Gunung.

Kondisi topografi Kabupaten Buleleng berdasarkan kemiringan lereng, perbedaan ketinggian dari permukaan laut serta bentang alamnya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan topografi yaitu :

1. Daerah datar dengan tingkat kemiringan 0 – 1,9% seluas 12.264,75 Ha atau 8,98% ;

2. Daerah landai dengan tingkat kemiringan 2 – 24,9% seluas 70.226 Ha atau 51,41% ;

3. Daerah miring dengan tingkat kemiringan 25 – 39,9% seluas 21.462,75 Ha atau 15,71%;

4. Daerah terjal dengan tingkat kemiringan diatas 40% seluas 32.634,5 Ha atau 23,89%.

Gambar 4.1

Prosentase Luas Lahan Berdasarkan Tingkat Kemiringan

(10)

Datar 1226475.00% 9%

Landai 7022600.00% 51% Miring 2146275.00% 16%

Terjal 3263450.00% 24%

Berdasarkan letak ketinggian tempat, dikelompokkan menjadi 4 (empat) ketinggian tempat, yaitu :

1. Dataran Rendah (0 – 24.9 m dpl dan 25 – 99.9 m dpl) 2. Dataran Sedang (100 – 499.9 m dpl)

3. Dataran Tinggi (500 – 999.9 m dpl) 4. Dataran Pegunungan (>1000 m dpl)

Diantara perbukitan yang membentang di bagian selatan tersebut terdapat gunung yang bukan merupakan gunung berapi. Gunung yang tertingggi di daerah ini adalah Gunung Tapak (1.903 M) berada di Kecamatan Sukasada, sementara yang paling rendah adalah Gunung Jae (222 M) berada di wilayah Kecamatan Gerokgak. Selain itu Kabupaten Buleleng juga mempunyai banyak sungai besar dan kecil, sebagian diantaranya merupakan sungai tadah hujan. Selain sungai-sungai tersebut, di Kabupaten Buleleng juga terdapat 2 (dua) buah danau yang saling berdampingan tetapi secara geografis administrasi terletak pada wilayah yang berbeda yaitu Danau Tamblingan (110 Ha) di Kecamatan Banjar dan Danau Buyan (360 Ha) di Kecamatan Sukasada.

(11)
(12)
(13)

4.4 Geohidrologi 4.4.1 Air Tanah

Berdasarkan hasil penyelidikan air tanah yang telah dilaksanakan di beberapa kecamatan di Kabupaten Buleleng, melalui pengeboran eksplorasi dan berdasarkan perhitungan diperkirakan sumber air tanah efektif tercatat 10,857 juta m3. Pemanfaatan air tanah dipergunakan untuk air bersih (PDAM),

untuk keperluan pertanian dan air minum masyarakat.

4.4.2 Air Permukaan

Sumber-sumber air permukaan di Kabupaten Buleleng meliputi air yang berasal dari sungai, bendungan, danau dan mata air. Potensi air yang berasal dari sungai dikelompokkan ke dalam sub satuan wilayah sungai (sub sws) mulai dari sub sws 03.01.08 - 03.01.12, dengan jumlah sungai sebanyak 51 buah, dengan total debit aliran sebanyak 637 juta m3 per tahun. Debit air bulanan

yang tinggi pada semua sub sws umumnya terjadi pada Bulan Desember sampai April.

Sumber-sumber air permukaan lainnya yaitu Bendungan Gerokgak dengan potensi sebanyak 2,50 juta m3/tahun. Mata air tercatat sebanyak 277

buah yang diperoleh sekitar 69,060 juta m3 tetapi yang merupakan sumber air

potensial dan efektif diperkirakan mencapai 48,342 juta m3.

Kabupaten Buleleng mempunyai 2 (dua) buah danau yang terletak di Kecamatan Banjar (Danau Tamblingan) dan di Kecamatan Sukasada (Danau Buyan). Kedua danau alam tersebut merupakan danau yang tertutup, artinya antara air yang masuk dan yang keluar seimbang. Potensi air danau adalah 143,25 juta m3/tahun, yang berasal dari Danau Buyan 116,25 juta m3/tahun

dan dari Danau Tamblingan 27,00 juta m3/tahun.

4.4.3 Curah Hujan

Selain air permukaan dan air tanah, sumber daya air juga didapatkan dari curah hujan. Curah hujan terdiri dari curah hujan potensial, curah hujan efektif dan curah hujan tampungan. Data curah hujan yang tersedia pada Tahun 2002 merupakan hasil perhitungan dan pengukuran di beberapa stasiun klimatologi/curah hujan yaitu di stasiun Gerokgak, Seririt, Busungbiu, Sukasada, Kubutambahan dan Tejakula diketahui curah hujan tersedia/potensial adalah sebesar 6,662 juta m3.

Curah hujan efektif adalah curah hujan potensial dikurangi dengan besarnya evapotranspirasi. Curah hujan efektif Kabupaten Buleleng adalah 3,090 juta m3. Curah hujan tampungan diperhitungkan berdasarkan jumlah

curah hujan yang benar-benar ditampung untuk keperluan keluarga, terutama di musim kemarau pada daerah kritis seperti daerah berbukit (Kecamatan

(14)

Gerokgak, Seririt, Kubutambahan dan Tejakula). Penampungan air hujan itu dengan membuat bak penampungan yang disebut PAH/cubang yang jumlah seluruhnya sekitar 823 buah dengan kapasitas rata-rata  5 m3 setiap cubang.

Berdasarkan pencatatan tersebut jumlah air hujan yang ditampung langsung sebesar 0,27 juta m3.

(15)
(16)

4.5 Geologi

Secara stratigrafi pelapisan batuan yang terdapat di Kabupaten Buleleng pada umumnya terdiri dari batuan bereksi, lava, tufa dan lahar yang tersebar hampir di sebagian besar wilayah Kabupaten Buleleng. Terdapat sesar/fault

yang diperkirakan terdapat di wilayah Kecamatan Gerokgak, yaitu dua busur besar yang sejajar memanjang ke arah barat dan timur yang berada pada formasi Batuan Gunung Api Pulaki yang terdiri dari bereksi dan lava. Dua buah sesar mendatar yang diperkirakan di wilayah Ujung Barat Pulau Bali (diantaranya formasi Prapat Agung yang dominan ditutupi oleh batuan gamping dengan formasi palasari yang terdiri dari batu pasir, konglomerat dan batuan gamping terumbu). Dua buah sesar lagi yang diperkirakan berada di wilayah Kecamatan Tejakula yaitu terletak diantara formasi batuan tufa dan endapan lahar Buyan, Bratan dan Batur dengan formasi Buyan Bratan dan Batur Purba. Disamping struktur tersebut di atas masih ditemukan juga struktur pelapisan pada batuan tufa, lava dari kelompok batuan api Buyan Bratan purba.

(17)
(18)
(19)

4.6 Klimatologi

Kabupaten Buleleng memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan hujan. Faktor ketinggian tempat menentukan besarnya curah hujan. Pada daerah pegunungan terutama di bagian selatan sekitar Danau Tamblingan, curah hujan terdapat pada setiap bulan atau sepanjang tahun hampir tidak terdapat bulan-bulan kering.

1) Pola Curah Hujan

Pola curah hujan di Kabupaten Buleleng, khususnya untuk daerah bagian bawahnya (< 100 m dpl), memiliki pola 4-5 bulan basah (CH > 100 mm/bulan) dan 7-8 bulan kering (CH < 60 mm/bulan). Pola curah hujan demikian disebut tipe iklim F. Besar curah hujan rata-rata tahunan bervariasi antara < 1.500 mm/tahun untuk daerah-daerah bagian bawah seperti di wilayah Kecamatan Gerokgak (1.056 mm/tahun), dan daerah-daerah bagian atas > 1.500 mm/tahun seperti Kecamatan Busungbiu (2.750 mm/tahun).

2) Temperatur dan Kelembaban Udara

Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Buleleng adalah 27,05C, dengan temperatur rata-rata tertinggi 29C yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Oktober. Selanjutnya, temperatur rata-rata terendah 26C pada Bulan Agustus. Kelembaban udara tidak terlalu berfluktuasi, dimana kisarannya adalah antara 77% sampai dengan 82% dengan kelembaban udara rata-rata tahunan adalah sebesar 78,4%.

Tabel 4.9

Kondisi Beberapa Unsur Iklim di Kabupaten Buleleng Tahun 2011

No. Unsur Iklim

Stasiun Pengamatan Meteorolog i Ngurah Rai Geofisik a Sanglah Geofisika Karangase m Klimatolo gi Negara 1. Temperatur (oC) Maksimum 30,8 32,7 30,3 30,8 Minimum 25,3 24,32 24,4 23,9 Rata-rata 27,6 28,0 27,2 26,8 2. Kelembaban Udara (%) Maksimum 91 90 90 94 Minimum 76 73 79 87 Rata-rata 84 82 69 87 3. Tekanan Udara (mb) 1.008,8 1.009,3 1.006,8 1.011,4

4. Kecepatan Angin (knot) 6 5 7 3

5. Curah Hujan (mm) 2.524,8 2.812,6 2.288,6 3.3001,7

6. Penyinaran Matahari (%) 73 68 52 62

(20)

Tabel 4.10

Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Buleleng menurut Bulan, 2012

No

. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)

1. Januari 432,86 18,57 2. Februari 222,43 12,71 3. Maret 344,57 15,57 4. April 75,57 5,57 5. Mei 92,60 4,80 6. Juni 25,33 2,33 7. Juli 3,50 3,50 8. Agustus 0,00 0,00 9. September 0,00 0,00 10. Oktober 252,00 9,00 11. Nopember 56,29 6,43 12. Desember 205,43 16,57

Sumber: Kabupaten Buleleng dalam Angka, 2013 4.7 Sosial dan Ekonomi

4.7.1 Kondisi Sosial A. Pendidikan

1) Tingkat Pendidikan Tertinggi

Dalam bidang pendidikan, Pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan meningkatkan pembangunan bidang pendidikan seperti perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan, peningkatan relevansi mutu pendidikan, efektifitas manajemen pendidikan. Pembangunan perluasan dan kesempatan memperoleh pendidikan telah dilakukan dengan membangun gedung/ruang belajar secara berkesinambungan sesuai kebutuhan. Pada Tahun 2012 jumlah prasarana pendidikan TK sebanyak 198 unit, SD/MI sebanyak 524 unit, SMP sebanyak 87 unit, SMA/SMK sebanyak 62 unit serta Perguruan Tinggi sebanyak 6 unit. Perkembangan sarana prasarana pendidikan di Kabupaten Buleleng disajikan pada

Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Buleleng Tahun 2008-2012

No. PendidikanJenjang 2008 2009 Tahun2010 2011 2012

1 TK 177 154 154 154 198

2 SD/MI 506 506 503 494 524

3 SMP 88 74 69 81 87

4 SMU/SMK 57 55 55 53 62

5 Perguruan Tinggi 6 6 6 6 6

(21)

Program peningkatan mutu pendidikan nampak paling menonjol dengan ditetapkannya SMPN 1 Singaraja dan SMAN 1 Singaraja sebagai Sekolah Nasional Berstandar Internasional. Pengembangan sekolah berstandar Nasional Bertaraf Internasional kita harapkan dapat menjadi sekolah model untuk dapat dikembangkan oleh sekolah-sekolah lain yang ada di Buleleng. Dalam rangka pencapaian peningkatan mutu sekolah Pemerintah Kabupaten Buleleng disamping menetapkan sekolah nasional berstandar Internasional, juga telah melakukan upaya peningkatan mutu dalam berbagai kegiatan seperti pelatihan guru dan siswa, tes uji kompetensi, apresiasi budaya, pembinaan kepemudaan di kalangan siswa, serta berbagai lomba akademis maupun non akademis. Hasil optimal dari berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan yang telah dilaksanakan, menunjukkan hasil yang membanggakan dimana siswa kita telah meraih juara dalam berbagai kejuaraan baik dari tingkat propinsi, nasional bahkan sampai pada internasional (Olimpiade). Dilihat dari segi pendidikan tertinggi yang ditamatkan, kualitas SDM di Kabupaten Buleleng masih perlu peningkatan. Pada Tahun 2012 jumlah penduduk yang tidak punya ijasah/belum tamat SD mencapai 17,00% dan penduduk tamat SD sebanyak 27,00%. Dilihat dari perkembanganya dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012 jumlah penduduk yang tidak memiliki ijasah mengalami penurunan sebesar 11,08%, sedangkan penduduk yang tamat SD mengalami penurunan 3,62%. Lebih rinci seperti tersaji pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Prosentase Penduduk 10 Tahun ke atas di Kabupaten Buleleng Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

Tahun 2008-2012 No Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2008 (%) 2009(%) 2010(%) 2011(%) 2012(%)

1. Tidak Punya Ijazah 28,08 24,64 24,30 24,00 17,00

2. Sekolah Dasar (SD) 30,62 31,92 28,22 23,90 27,00

3. SMP sederajat 15,33 15,81 17,33 19,10 20,00

4. SMA sederajat 21,57 20,74 23,57 25,00 27,00

5. Diploma 2,50 3,20 2,66 2,40 3,00

6. D4/S1-S3 3,69 3,90 3,69 5,30 6,00

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013 2) Partisipasi Sekolah

Perspektif kualitas SDM pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah. Gambaran kualitas SDM pada masa yang akan datang ditunjukkan oleh indikator ini. Tabel 4.13 menunjukkan bahwa selama 2008-2012 peningkatan partisipasi sekolah terutama pada kelompok umur 16-18 sudah mengalami peningkatan.

(22)

Tabel 4.13

Persentase Penduduk 16-18 di Kabupaten Buleleng Menurut Partisipasi Sekolah Tahun 2008 dan 2012

Partisipasi Sekolah 2008 2009 2010Tahun 2011 2012

Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,00 2,27 0,70 1,00 1,98

Masih Sekolah 99,59 97,73 98,60 98,30 98,20

Tidak Sekolah Lagi 0,41 0,00 0,70 0,60 0,20

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013 B. Kemiskinan

Persoalan kemiskinan, masih menjadi isu utama dalam konteks pembangunan nasional dan daerah. Penanganan permasalahan kemiskinan memerlukan adanya keterpaduan dalam pelaksanaan kebijakan dan program-program pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan menjadi agenda prioritas yang harus ditangani secara terintegrasi yang menunjukkan adanya keberpihakan pada masyarakat kurang mampu, serta memfasilitasinya agar mampu memenuhi dan mengakses berbagai pelayanan kebutuhan masyarakat, guna mengurangi penduduk miskin.

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS, menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic need approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuh kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Untuk itu penduduk miskin adalah penduduk dengan rata-rata pengeluaran dibawah garis kemiskinan.

Jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten Buleleng dari tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012 ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 4.14

Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2006 s.d 2011

No. Tahun PendudukJumlah ( jiwa ) Jumlah penduduk miskin (Jiwa ) Persentas e penduduk miskin ( % ) Bertambah / ( berkuran g ) jiwa % kenaikan/ (penuruna n) 1. 2006 643.043 59.031 9,18 0,00 0,00 2. 2007 643.274 55.836 8,68 ( 3.195 ) (5,41) 3. 2008 650.237 48.433 7,45 ( 7.403 ) (13,26) 4. 2009 654.147 38.922 5,95 ( 9.511 ) (19,64) 5. 2010 662.920 45.874 6,92 6.952 17,86 6. 2011 637.038 37.950 5,96 ( 7.924 ) (17,27) 7. 2012 641.136 33.300 5,19 (4.650) (12,25)

Sumber : Bali Dalam Angka, 2014 (berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional - Juli)

Pada tabel di atas terlihat, bahwa trend persentase jumlah penduduk miskin dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Demikian pula halnya dengan trend tingkat penurunan persentase penduduk miskin dari tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012,

(23)

tampak bahwa terjadi penurunan dengan rata-rata sebesar 8,33%. Adanya kenaikan jumlah RTM pada tahun 2010 diakibatkan antara lain oleh adanya resesi global dan menurunnya produksi pertanian sehingga berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun tingkat provinsi Bali.

Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Pusat melalui BPS telah menerbitkan Data Rumah Tangga Miskin (RTM) Tahun 2005 sesuai PSE 2005. Untuk Kabupaten Buleleng tercatat sebanyak 47.908 RTM. Selanjutnya pada Tahun 2008 PPLS melakukan pemutakhiran data rumah tangga sasaran (RTS). Pada Tahun 2008, di Kabupaten Buleleng tercatat sebanyak 45.187 RTS. Selanjutnya pada tahun 2011, PPLS kembali melakukan review rumah tangga miskin. Data PPL yang diterbitkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengelompokkan status kesejahteraan rumah tangga dan atau individu dengan klasifikasi sebagai berikut:

1) Kelompok satu yakni rumah tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10 % terendah di Indonesia;

2) Kelompok dua yakni rumah tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 11% - 20% terendah di Indonesia;

3) Kelompok tiga yakni rumah tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan 21% sampai dengan 30 % terendah di Indonesia.

Adapun data RTM Kabupaten Buleleng tahun 2011 dapat disimak pada

Tabel 4.15.

Tabel 4.15

Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) Kabupaten Buleleng Tahun 2011

No. Kecamatan

Rumah Tangga Miskin ( RTM ) Jumlah RT Persenta se RTM terhadap RT (%) Kelompo

k 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Jumlah

1. Gerokgak 1.098 3.849 3.818 8.765 21.304 41,14 2. Seririt 1.110 2.934 3.099 7.143 19.946 35,81 3. Busungbiu 470 1.310 1.472 3.252 11.396 28,54 4. Banjar 957 2.597 2.512 6.066 19.663 30,85 5. Sukasada 1.200 2.243 1.926 5.369 19.019 28,23 6. Buleleng 635 2.182 2.625 5.428 35.783 15,17 7. Sawan 1.005 1.782 1.602 4.389 16.105 27,25 8. Kubutambaha n 1.352 2.724 2.167 6.243 14.543 42,93 9. Tejakula 595 1.874 2.260 4.729 15.281 30,95 Jumlah 8.422 21.481 21.481 51.384 173.0 40 29,69

(24)

Data pada tabel di atas menunjukkan, jumlah RTM di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 adalah sebanyak 51.384 RTM. Dilihat dari jumlahnya, RTM terbanyak terdapat di Kecamatan Gerokgak, yaitu 8.765 RTM. Tetapi ditinjau dari persentase RTM terhadap jumlah RT, tertinggi terdapat di Kecamatan Kubutambahan yaitu 42,93% dari total rumah tangga yang ada di Kecamatan Kubutambahan.

Perkembangan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagaimana Tabel 4.15 menggambarkan bahwa, berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan telah mampu menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Buleleng. Kedepan Pemerintah Kabupaten Buleleng akan tetap konsisten merancang berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas masyarakat, dan perlindungan sosial bagi penduduk miskin, sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan.

Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda prioritas pembangunan pemkab Buleleng, pada RPJMD Tahun 2012-2017 dirancang angka penurunan tingkat kemiskinan dari 6,71% Tahun 2013 menjadi 2,81% Tahun 2017, terhadap hal ini Pemerintah Kabupaten Buleleng menyadari perlu penanganan kemiskinan secara serius seperti mencegah meluasnya kasus anak yang terlantar, keterisolasian, dan rawan sosial ekonomi. Masalah-masalah kesejahteraan sosial juga semakin kompleks dengan masih terdapatnya masalah sosial kontemporer seperti tindak kekerasan, narkoba, dan lain-lain.

4.7.2 Kondisi Ekonomi

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur Perekonomian 1) Pertumbuhan Ekonomi

Kualitas perkembangan pembangunan suatu wilayah salah satunya dapat dilihat dengan tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Walaupun begitu, pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembangunan adalah kesejahteraan rakyat seluas- luasnya.

Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Buleleng digunakan media penghitungan Nilai Produk Domestik Regional Bruto atau yang lebih dikenal dengan sebutan PDRB. PDRB merupakan cerminan atau gambaran secara makro mengenai perekonomian

(25)

GRAFIK ANGKA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BULELENG DAN PROPINSI BALI 2008-2012 (%)

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, karena PDRB adalah penjumlahan nilai tambah bruto dari sektor-sektor ekonomi yang berperan dalam kegiatan perekonomian daerah tersebut.

PDRB Kabupaten Buleleng telah menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, hal ini dapat dijelaskan dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4.16

Pertumbuhan Ekonomi Kab. Buleleng dan Prov. Bali Tahun 2008-2012

No

. Tahun Kab. Buleleng (%) Provinsi Bali (%)

1. 2008 5,84 5,97 2. 2009 6,10 5,33 3. 2010 5,92 5,83 4. 2011 6,11 6,49 5. 2012 6,52 6,65 Jumlah 30,49 30,37 Rata-rata 6,09 1 6,05

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buleleng dalam lima tahun terakhir juga terus menunjukkan peningkatan, meskipun sedikit melambat di tahun 2010 dan kembali meningkat di Tahun

Gambar 4.2

Grafik Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buleleng dan Propinsi Bali 2008-2012 (%)

(26)

2011. Seiring dengan membaiknya kinerja perekonomian daerah dan semakin banyaknya agenda pembangunan dimasyarakat baik yang bersumber dari APBD, APBD Provinsi, APBN serta PPK, P2KP, CBD maupun ADD yang pengalokasiannya dimulai Tahun 2007 dapat mendongkrak kembali laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buleleng yang mencapai 5,84% di tahun 2008, di Tahun 2009 mencapai 6,10%, di Tahun 2010 sebesar 5,85%, di Tahun 2011 sebesar 6,11 %. Pertumbuhan ekonomi di Tahun 2012 realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,52%.

Tabel 4.17

Perkembangan PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2012 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB HargaBerlaku PDRB Harga Konstan

2007 5.001.237,32 2.908.760,60 2008 5.849.955,40 3.078.504,42 2009 6.680.110,22 3.266.342,62 2010 7.556.401,65 3.457.475,66 2011 8.288.239,22 3.668.844,04 2012 9.115.717,85 3.907.935,78

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat PDRB Kabupaten Buleleng menunjukkan perkembangan yang positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada Tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku besarnya Rp. 8.288.239,22 juta meningkat menjadi sebesar Rp. 9.115.717,85 juta di Tahun 2012. PDRB perkapita penduduk Kabupaten Buleleng juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku besarnya Rp.12.084.500,0 juta meningkat menjadi sebesar Rp.13.132.692,49 juta pada Tahun 2011. Sedangkan di Tahun 2012 telah mencapai sebesar Rp. 14.218.072,06 juta.

Tabel 4.18

Data Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Buleleng

Tahun 2007-2012 (Rp)

No. Tahun PDRB per kapitaHarga Berlaku PDRB per kapitaHarga Konstan

1 2007 8.081.593,10 4.700.320,75 2 2008 9.351.998,15 4.921.433,70 3 2009 10.569.761,20 5.168.247,29 4 2010 12.084.500,09 5.529.333,52 5 2011 13.132.692,49 5.813.336,78 6 2012 14.218.072,06 6.095.330,45

(27)

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013 2) Struktur Perekonomian

Potensi-potensi yang ada dalam suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai macam perspektif dan pendekatan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi unggulan suatu daerah adalah komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Salah satu pendekatan dalam menghitung PDRB adalah menggunakan pendekatan produksi yang merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) dan setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.

Tabel 4.19

Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2010-2012 No . Sektor Tahun (%) 2010 2011 2012 1 Pertanian 30,34 29.52 28.68 2 Pertambangan 0,80 0,82 0,84 3 Industri 10,00 9,77 9,48

4 Listrik gas air minum 1,27 1,38 1,49

5 Bangunan 3,29 3,48 3,71

6 Perdag, hotel, restoran 25,22 25,97 26,75

7 Pengangkutan komunikasi 4,00 4,05 4,09

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4,90 4,83 4,76

9 Jasa – Jasa 20,20 20,18 20,20

Sumber : Kabupaten Buleleng dalam Angka 2013

Gambar 4.3

Diagram Struktur Ekonomi Kabupaten Buleleng Tahun 2012

(28)

Struktur perekonomian Kabupaten Buleleng, memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan struktur perekonomian Provinsi Bali. Perekonomian Provinsi Bali lebih banyak bertumpu pada sektor non pertanian, khususnya industri pariwisata. Sedangkan struktur perekonomian di Kabupaten Buleleng didominasi oleh sektor pertanian, kondisi ini terlihat dari sumbangannya yang paling besar dalam pembentukan PDRB Tahun 2012, yaitu sebesar 28,68 %.

Dilihat dari struktur ekonomi berdasarkan tiga kelompok sektor (primer, sekunder dan tersier), bahwa sektor tersier masih mendominasi dalam mengkontribusi pembentukan PDRB Kabupaten Buleleng. Kontribusi sektor tersier (Perdag, hotel, restoran, Pengangkutan komunikasi, Keuangan dan Jasa-jasa/service) dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai sebesar 54,15% di Tahun 2009, Tahun 2010 mencapai sebesar 54,32%, dan Tahun 2011 sebesar 55,03%, serta Tahun 2012 sebesar 55.80 .

Meskipun PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buleleng terus mengalami peningkatan, namun rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Tahun 2012 masih termasuk rendah Rp. 593.627,00 meningkat dari

Tahun 2011 sebesar

Rp. 636.160,00. Hal ini mengindikasikan bahwa perputaran hasil-hasil peningkatan PDRB, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara umum masih perlu ditingkatkan. Dari rata-rata konsumsi per kapita sebulan Tahun

2012 sebesar

Rp. 593.627,00; 49,05% merupakan pengeluaran untuk konsumsi makanan dan sisanya 50,95% adalah pengeluaran untuk konsumsi non makanan. Persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan di Kabupaten Buleleng relatif menurun dibandingkan Tahun 2011 yang hanya 54,39%. Makin rendah persentase pengeluaran makanan mencerminkan makin meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk.

Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, terutama pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Selain itu, dukungan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng dalam aspek ketenagakerjaan (pro-job) juga memberikan kontribusi terhadap penurunan tingkat pengangguran yang ada.

3) Investasi

(29)

pembangunan perekonomian. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat tergantung dari tingkat capaian investasi, demikian juga pertumbuhan ekonomi dan PDRB sangat tergantung pada sejauh mana realisasi capaian investasi.

Peningkatan investasi di Kabupaten Buleleng telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,22% di Tahun 2013, dibutuhkan dana investasi lebih kurang sebesar Rp. 2,001 Triliun. Kebutuhan investasi tersebut diharapkan bersumber dari pemerintah 25% dan swasta/masyarakat/dunia usaha 75%.

Dalam rangka mendorong peningkatan investasi berbagai upaya telah dilakukan pemerintah daerah salah satunya melalui upaya-upaya penggalian PAD yang dalam pelaksanaannya mendapat sambutan positif dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan realisasi PAD yang terus meningkat yaitu Tahun 2010 sebesar Rp.86,92 Milyar, tahun 2011 sebesar Rp 109,15 Milyar, Tahun 2012 sebesar Rp. 129,004 Milyar, tahun 2012 sebesar Rp. 129,004 Milyar, dan Tahun 2013 sebesar Rp. 144,637 Milyar.

4) Laju Inflasi

Capaian kinerja pembangunan perekonomian Buleleng tidak terlepaskan dari pengaruh eksternal dalam tataran regional maupun internasional. Adanya perubahan kebijakan ekonomi pada pemerintah atasan akan berdampak pada perekonomian daerah. Sejalan dengan Buleleng sebagai bagian dari system regional perekonomian Daerah Bali, maka apa-apa yang terjadi di Provinsi Bali juga berimbas pada Kabupaten Buleleng, khususnya yang berkaitan dengan inflasi. Tingkat inflasi yang terjadi di Provinsi Bali pada periode Tahun 2010 ini rata-rata mencapai 8,10%. Demikian juga halnya dengan tingkat inflasi yang terjadi di Buleleng, diduga tingkat inflasinya mencapai 8,10%.

Tingginya tingkat inflasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain beras, rokok, sewa rumah, emas perhiasan, bawang merah, bawang putih, daging dan bahan konsumsi lainnya.

Tabel 4.20

Laju Inflasi Kota Singaraja menurut Bulan

No. Bulan 2010 2011 2012 2013

(30)

2. Feb 0.55 -0.01 0.63 1.19 3. Mar -0.08 0.24 0.46 1.08 4. Apr -0.19 -0.04 0.25 -0.13 5. Mei 0.70 0.02 -0.05 -0.66 6. Jun 0.74 0.84 0.43 0.47 7. Jul 2.33 0.77 0.72 2.81 8. Ags 1.19 0.02 0.19 0.83 9. Sep 0.22 0.03 -0.04 -0.45 10. Okt -0.08 0.13 0.41 -0.25 11. Nov 0.57 0.18 0.13 0.36 12. Des 0.94 0.49 0.58 0.49 Angka Tahunan 8.10 3.75 4.71 7.35 2010 2011 2012 2013 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 8.1 3.75 4.71 7.35

Tingkat Inflasi

B. Potensi Ekonomi Daerah

Kabupaten Buleleng memiliki berbagai keunggulan untuk mengembangkan potensi unggulan daerah. Keunggulan tersebut antara lain berupa keunggulan alamiah kecocokan lahan dengan tanaman di atasnya dan kultur masyarakat Buleleng yang senang bekerja, terutama berkebun/ berladang/bertani yang erat kaitannya dengan sosial budaya dan keagamaan. Selain itu, juga memiliki keunggulan kompetitif yang perlu terus ditingkatkan dengan meningkatkan teknologi inovatif, efisiensi produksi, dan peningkatan keterampilan sumber daya manusia, keberlanjutan dan ramah lingkungan, produksi bersih dari penggunaan bahan kimia yang tidak bisa ditoleransi oleh alam, peningkatan upaya-upaya perbaikan dan perluasan aspek pemasaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan keunggulan dan potensi yang dimiliki, Kabupaten Buleleng mempunyai beberapa produk unggulan diantaranya :

1) Pertanian hortikultura, yaitu mangga, rambutan dan durian;

Gambar 4.4

(31)

2) Perkebunan, yaitu kopi robusta;

3) Peternakan, yaitu sapi dan babi;

4) Perikanan, terdiri dari ikan kerapu, ikan bandeng;

5) Industri kecil/kerajinan, terdiri dari anyaman inovatif dan anyaman bambu.

1)

Potensi Pertanian

Sebagaimana arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Buleleng bahwa kawasan peruntukan pertanian dirancang seluas 48.741,51 Ha atau seluas 35,68% dari luas wilayah Kabupaten Buleleng yang mencakup:

1. Kawasan peruntukan tanaman pangan seluas sekitar 10.992 Ha 2. Kawasan peruntukan hortikultura seluas 5.391 Ha

3. Kawasan Peruntukan perkebunan seluas sekitar 20.274 Ha 4. Kawasan peruntukan peternakan

5. Kawasan peruntukan perikanan

a. Potensi Tanaman Pangan

Kawasan peruntukan tanaman pangan seluas 10.992 Ha dengan jenis tanaman pangan yang banyak dikembangkan adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Produksi padi sawah merupakan yang terbesar di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 134.028 ton dengan luas panen 22.359 Ha. Tanaman jagung menempati posisi kedua dengan produksi 24.941 ton. Sedangkan produksi tanaman pangan yang terkecil adalah kedelai dengan produksi 155 ton. Lebih jelasnya data produksi dan luas panen bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21

Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No. Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)

1. Padi Sawah 22.359 134.028 2. Jagung 7.714 24.941 3. Ubi Kayu 553 12.657 4. Ubi Jalar 20 222 5. Kacang Tanah 1.860 2.555 6. Kedelai 155 155 7. Kacang Hijau 390 243

Sumber: Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

b. Potensi Tanaman Hortikultura dan Buah

Kawasan peruntukan tanaman hortikultura seluas 5.391 Ha, dengan komoditas yang potensial dan banyak dikembangkan adalah:

- Komoditas tanaman buah-buahan: mangga dan rambutan yang banyak dikembangkan di Kecamatan Tejakula, Kubutambahan, Sawan dan Gerokgak; tanaman pisang hampir di semua kecamatan; durian, wani dan manggis di Kecamatan Sawan, Banjar dan Busungbiu. Pembibitan tanaman buah-buahan di Desa Suwug, Sinabun dan Sudaji Kecamatan Sawan; Desa Bila Kecamatan Kubutambahan; dan Desa Les Kecamatan Tejakula.

(32)

- Komoditi sayur-sayuran dataran tinggi di Kecamatan Sukasada dan sayuran dataran rendah di Kecamatan Kubutambahan, Sawan dan Seririt.

- Tanaman hias banyak dikembangkan di Kecamatan Sukasada dan Banjar.

- Tanaman biofarmaka banyak dikembangkan di Kecamatan Seririt, Busungbiu dan Banjar.

Produksi tanaman buah-buahan yang dominan ada di Kabupaten Buleleng yaitu mangga, pisang dan rambutan. Pada Tahun 2012 populasi tanaman mangga mencapai sebanyak 726.068 pohon dengan jumlah produksi mencapai 27.622 ton terjadi penurunan produksi jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebanyak 22.854 ton dari populasi pohon sebanyak 731.066 pohon. Sedangkan yang paling sedikit yaitu nenas, jambu biji, salak dan duku. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 4.22.

Tabel 4.22

Jumlah Tanaman dan Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No. Komoditas Jumlah Tanaman (pohon) Produksi (ton)

1. Mangga 726.068 27.622 2. Rambutan 309.584 18.138 3. Jeruk 599.747 3.287 4. Durian 103.174 3.308 5. Pisang 936.959 19.026 6. Anggur 389.082 8.754 7. Alpokat 14.461 2.601 8. Duku 24.057 499 9. Sawo 22.575 1.521 10. Jambu Biji 15.329 145 11. Pepaya 35.090 897 12. Nenas 11.924 13 13. Salak 96.159 243

Sumber: Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

Komoditas tanaman sayur lebih beragam dibandingkan dengan

komoditas tanaman pangan. Dilihat dari jumlah produksi, tanaman

cabe termasuk paling dominan di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar

50.504 ton dengan luas panen tahun 2012 sebesar 2.688 Ha.

Sedangkan jumlah produksi paling sedikit yaitu komoditas mentimun,

bawang putih, kangkung dan bayam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 4.23.

Tabel 4.23

Luas Areal Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No. Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)

(33)

2. Bawang Putih 2 5 3. Bawang Daun 4 50 4. Kentang 43 1.221 5. Kubis 92 3.013 6. Sawi 80 1.105 7. Wortel 107 2.063 8. Kacang Panjang 10 91 9. Cabe 2.688 50.504 10. Tomat 43 362 11. Buncis 2 22 12. Mentimun 2 5 13. Bayam 8 14 14. Kangkung 14 10

Sumber: Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

c. Potensi Perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan seluas 20.274 Ha. Tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan di Kabupaten Buleleng seperti Kelapa, kopi, cengkeh, vanili, kako, jambu mete, kapok, lada dan tembakau. Dari jenis tersebut tanaman kopi yang dapat dibudidayakan dan berkembang dengan baik di dataran tinggi hampir di semua kecamatan di Kabupaten Buleleng kecuali Kecamatan Gerokgak dan Kecamatan Buleleng yang wilayahnya berada di dataran rendah. Petani kopi di Kabupaten Buleleng sudah menguasai teknik budidaya kopi dengan teknik menyambung sehingga ketinggian pohon dan jumlah cabang dalam satu pohon bisa diatur.

Tabel 4.24

Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No. Komoditas Luas (Ha) Produksi (ton)

1. Kopi Robusta 10.810 8.977,21 2. Kopi Arabika 2.687 875,35 3. Kakao 1.265 761,06 4. Cengkeh 7.552 6.553,97 5. Vanili 119 1,43 6. Tembakau Virginia 562 1.342,76 7. Kelapa Dalam 8.631 6.865,42 8. Jambu Mete 2.224 529,97 9. Kapok 258 50,32 10. Lada 9 1,75

Sumber: Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

Dari Tabel 4.23 menunjukkan bahwa kopi robusta merupakan produk perkebunan yang paling dominan di Kabupaten Buleleng. Areal pengembangan kopi robusta di Tahun 2012 seluas 10.810 Ha dengan produksi mencapai sebanyak 8.977,21 ton. Sedangkan areal kopi arabika seluas 2.687 Ha dengan produk mencapai 875,35 ton. Selain dipasarkan dalam bentuk bijian, di Buleleng sudah ada industri yang mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk. Pemasaran kopi bubuk menjangkau pasar lokal dan nasional. Cengkeh dan kelapa dalam juga merupakan salah satu produk

(34)

perkebunan unggulan, melihat luas areal yang mencapai 7.552 Ha dan 8.631 Ha.

d. Potensi Peternakan

Potensi ternak yang ada dan sudah berkembang selama ini adalah : - Ternak besar : sapi, babi, kambing dan kerbau.

- Ternak unggas : itik.

Berikut disajikan data jumlah populasi ternak dan produksi hasil peternakan di Kabupaten Buleleng pada Tahun 2012.

Tabel 4.25

Jumlah Populasi Ternak

di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No. Komoditas Jumlah Populasi (ekor)

1. Sapi Potong 145.780

2. Kerbau 173

3. Babi 222.676

4. Kambing 33.043

5. Itik 66.754

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013 Tabel 4.26

Jumlah Produksi Hasil Peternakan di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No

. Komoditas Produksi (ton)

1. Daging Sapi 407.662

2. Daging Kerbau 865

3. Daging Kambing 13.382

4. Daging Babi 445.704

5. Daging Ayam Ras 28.208

6. Daging Ayam Buras 95.818

7. Daging Itik 5.642

8. Telur Ayam Ras 24.110

9. Telur Ayam Buras 57.076

10. Telur Itik 53.304

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

Ternak sapi dikembangkan di semua kecamatan di Kabupaten Buleleng. Dengan melibatkan kelompok-kelompok tani ternak khususnya di wilayah Kecamatan Gerokgak, Tejakula, Sukasada dan Kubutambahan merupakan penghasil ternak sapi potong yang cukup banyak di Kabupaten Buleleng. Populasi sapi potong di Kabupaten Buleleng tahun 2012 mencapai 145.780 ekor, dengan produksi daging sapi mencapai 407.662 ton, dibandingkan produksi daging tahun 2011 naik mencapai 1.851,50 ton. Selain dipasarkan di pasar lokal Bali, juga pasar nasional sampai ke Jakarta.

Ternak babi juga dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Buleleng. Populasi ternak babi tahun 2012 mencapai 146.765 ekor dengan produksi daging babi mencapai 445.704 ton, dibandingkan produksi daging tahun 2012 naik mencapai 3.964,50 ton.

(35)

e. Potensi Perikanan

Kabupaten Buleleng memiliki pantai sepanjang ± 157,05 Km atau ± 1.166,75 Km2 luas radius 4 mil perairan laut yang membentang dari Barat ke Timur mulai dari Desa Sumberkelampok di Kecamatan Gerokgak sampai Desa Tembok di Kecamatan Tejakula. Di dalamnya terkandung berbagai jenis ikan, baik ikan pelagis, ikan demarsal maupun ikan karang yang diperkirakan potensi lestarinya sebesar 12.358 ton per tahun. Luas lahan potensial untuk budidaya laut diperkirakan ± 1.000 Ha, dengan rincian: budidaya Kerapu dan Bandeng sebanyak 500 Ha, Rumput Laut sebanyak 250 Ha, dan Mutiara sebanyak 250 Ha (Diskanla, 2012).

Potensi kawasan yang dapat dikembangkan untuk perikanan mencakup:

 Perikanan tangkap, meliputi :

- Perikanan tangkap di perairan umum (danau, sungai dan waduk) yang telah dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Banjar dan Sukasada. Potensi perairan umum di Kabupaten Buleleng mencapai luas ± 471,3 Ha, terdiri dari dua buah danau dengan luas 446 Ha, perairan sungai 25 Ha dan saluran irigasi 0,30 Ha. Produksi tangkapan di perairan umum mencapai 58,9 ton pada Tahun 2008, sedangkan produksi budidaya dalam karamba jaring apung (KJA) mencapai 0,5 ton.

- Perikanan tangkap di perairan laut yang selama ini telah dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan Tejakula. Potensi lestari penangkapan ikan diperkirakan mencapai 12.538 ton/tahun. Berdasarkan data Tahun 2007, produksi perikanan laut baru mencapai 11.173,90 ton yang berarti pemanfaatannya baru 89,12% dari potensi lestari (Diskanla Kab. Buleleng, 2009).

 Perikanan budidaya, meliputi :

- Perikanan budidaya di danau Buyan dan Tamblingan berupa karamba jaring apung.

- Perikanan budidaya kolam permanen, semi permanen maupun kolam tanah. Jenis ikan yang telah dikembangkan dan potensial terus dikembangkan adalah lele, nila, gurami dan mujair.

- Perikanan budidaya di saluran irigasi.

- Perikanan budidaya tambak, dengan jenis yang banyak dikembangkan adalah tambak udang dan bandeng. Luas potensi lahan untuk budidaya ikan dan udang di tambak adalah ± 500 Ha, terdiri dari lahan pasang surut 350 Ha dan non pasang surut 150 Ha. Luas pemanfaatan budidaya tambak tahun 2007 adalah seluas 155,3 Ha dengan produksi sebesar 949,2 ton.

(36)

- Perikanan budidaya laut, meliputi : budidaya rumput laut di wilayah Teluk Banyuwedang dan Teluk Pegametan; budidaya karamba jaring apung di Kecamatan Gerokgak dan Seririt; budidaya tiram mutiara di wilayah Kecamatan Gerokgak. Potensi budidaya laut mencapai 1.000 Ha yang terdiri dari potensi budidaya Kerapu dan Bandeng 500 Ha dengan pemanfaatan baru mencapai 8,31%. Produksi pada tahun 2007 mencapai 7 ton Kerapu dan 0,5 ton Bandeng. Potensi budidaya Mutiara 250 Ha yang pemanfaatannya baru seluas 183 Ha (73,20%) dengan produksi sebanyak 24.106 butir mutiara, 165.638 ekor sepat, dan cakang mutiara sebanyak 17,3 ton. Sedangkan potensi budidaya rumput laut seluas 250 Ha dengan pemanfaatan 250 Ha dan produksi 1275,5 ton.

- Pembenihan ikan air tawar maupun payau. Jumlah pembenihan swasta untuk komoditi Bandeng sebanyak 52 pengusaha dan 525 orang pembenihan sekala rumah tangga dengan produksi 749.750.000 ekor yang terdiri dari 4.000 buah bak larva. Jika ada pemasaran optimal maka potensi produksi bisa mencapai 2.200.000.000 ekor per tahun. Pembenihan udang galah di Kabupaten Buleleng dilakukan oleh 3 orang pengusaha dengan jumlah bak sebanyak 70 buah. Potensi produksi per tahun mencapai 323.000 ekor dan saat ini produksinya tidak ada karena masih uji coba.

 Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, meliputi :

- Sentra-sentra industri kecil dan industri rumahan yang mengolah hasil-hasil perikanan terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan Tejakula.

- Industri perikanan yang tersebar di kawasan pelabuhan Sangsit Kecamatan Sawan dan Gerokgak.

- Sentra-sentra industri kecil kemaritiman terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan Tejakula.

- Sentra industri garam di Kecamatan Gerokgak dan Tejakula.

- Pasar ikan di Desa Anturan Kecamatan Buleleng dan Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan.

2)

Potensi Industri

Kawasan perindustrian mencakup kawasan :

a) Kawasan peruntukan aneka industri Celukan Bawang yang meliputi : Desa Patas, Tinga-tinga, Celukan Bawang, Pengulon dan Tukad Sumaga di Kecamatan Gerokgak seluas sekitar 1.762 Ha.

(37)

b) Sentra-sentra industri kecil kreatif dan kerajinan rumah tangga, makanan olahan dan unggulan lainnya yang lokasinya tersebar pada kawasan permukiman.

c) Pengembangan agroindustri di kawasan Agropolitan Depeha, Tista, Banjar dan Pancasari.

Industri yang berkembang di Kabupaten Buleleng merupakan industri rumah tangga (home industry). Dengan bantuan permodalan dan bimbingan instansi teknis terkait, produk industri yang dapat dikembangkan berupa industri rumah tangga kerajinan anyaman bambu yang terutama dikembangkan di Desa Sangket Kecamatan Sukasada, dan anyaman inovatif terutama dikembangkan di Desa Ambengan Kecamatan Sukasada. Kedua jenis produksi kerajinan itu selain telah memasuki pasar lokal, juga menjangkau pasar nasional dan pasar internasional. Tantangan yang dihadapi adalah produksi kerajinan inovatif Desa Ambengan yang semestinya sudah memiliki merk tersendiri, namun sampai saat ini belum memiliki merk sendiri. Hal ini dimanfaatkan oleh pengusaha dari daerah lain dengan memberi merk dan dipasarkan ke pasar internasional oleh pengusaha dari Denpasar dan Gianyar. Dengan adanya merk dan ciri khas daerah asal, diharapkan akan meningkatkan daya jual dan pada akhirnya akan mensejahterakan para perajinnya.

Sektor industri bukan merupakan sector utama dalam roda penggerak perekonomian di Kabupaten Buleleng, akan tetapi diharapkan sector ini akan memberikan peranan yang lebih besar lagi. Jumlah industry formal di Kabupaten Buleleng tahun 2012 tercatat 69 unit usaha. Ditinjau dari persebaran, unit-unit industry tersebar di semua kecamatan, namun paling banyak berada di Kecamatan Buleleng. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27

Banyaknya Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri menurut jenis Industri Tahun 2012

No . Jenis industri Banyakn ya Perusaha an (unit) Tenaga Kerja (orang) Nilai investasi (Rp. 000) Nilai Produksi (ribu rupiah) 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 19 124 517.720.000 2.776.016.200

2. Tekstil, Pakaian dan

Kulit 4 21 31.844.057 1.036.940

3. Kayu, Bambu, Rotan,

Rumput dan

sejenisnya termasuk

perabot rumah

tangga

21 125 861.479.500 3.175.042.800

4. Kertas dan barang

dari kertas,

percetakan dan

penerbitan

(38)

5. Kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastic

4 20 166.924.000 422.698.800

6. Barang Galian bukan

Logam kecuali

minyak bumi dan batu bara

1 22 1.402.400.0

00 1.494.500.000 7. Barang dari Logam,

Mesin dan peralatan

6 20 108.510.000 1.120.617.600 8. Pengolahan lainnya 7 36 93.510.000 400.744.800 Jumlah 69 383 3.557.319. 557 10.691.888.6 20

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013 3)

Potensi Pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan berupa pertambangan skala kecil, meliputi :

a) Lokasi kawasan pertambangan batuan tersebar di Kecamatan Gerokgak, Kubutambahan, Buleleng dan Seririt;

b) Lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah; dan c) Kawasan peruntukan pertambangan sumber energi minyak lepas

pantai di perairan Laut Bali sesuai potensi yang ada setelah diadakan penelitian serta dinilai layak baik secara ekonomis maupun lingkungan.

4)

Potensi Perdagangan dan Jasa

Kabupaten Buleleng memiliki berbagai jenis fasilitas perdagangan, baik yang berupa pasar tradisional maupun pasar modern yang tersebar di 9 (sembilan) wilayah.

1. Di Kecamatan Gerokgak yang terdiri dari 14 desa terdapat 1.251 unit fasilitas perdagangan yaitu 13 unit berupa pasar dan 1.238 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Gerokgak berupa 1 unit pasar kabupaten, 7 unit pasar desa, 4 unit tenten dan 1 unit pasar hewan. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Gerokgak yaitu 182 unit toko, 98 unit kios dan 958 warung.

2. Kecamatan Seririt yang terdiri dari 21 desa/kelurahan memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 1.258 unit yang terdiri 15 unit pasar dan 1.243 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Seririt berupa 1 unit pasar kabupaten, 12 unit pasar desa dan 2 unit. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Seririt yaitu 496 unit toko, 130 unit kios dan 617 warung.

3. Kecamatan Busungbiu yang terdiri dari 15 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 641 unit yang terdiri dari 9 unit pasar dan

(39)

632 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Busungbiu berupa 6 unit pasar desa dan 3 unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Busungbiu yait 26 unit toko, 20 unit kios dan 586 warung. 4. Kecamatan Banjar yang terdiri dari 17 desa memiliki fasilitas

perdagangan sebanyak 1.200 unit yang terdiri dari 15 unit pasar dan 1.185 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Banjar berupa 1 unit pasar kabupaten, 9 unit pasar desa dan 5 unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Banjar yaitu 68unit toko, 70 unit kios dan 1.047 warung.

5. Kecamatan Sukasada yang terdiri dari 15 desa/kelurahan memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 907 unit yang terdiri dari 5 unit pasar dan 902 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Sukasada berupa 1 unit pasar kabupaten, 3 unit pasar desa dan 1 unit pasar hewan. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Sukasada yaitu 375 unit toko, 59 unit kios dan 468 warung.

6. Kecamatan Buleleng yang terdiri dari 29 desa/kelurahan memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 2.551 unit yang terdiri dari 19 unit pasar dan 2.532 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Buleleng berupa 4 unit pasar kabupaten, 10 unit pasar desa dan 5 unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Buleleng yaitu 541 unit toko, 683 unit kios dan 1.308 warung.

7. Kecamatan Sawan yang terdiri dari 14 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 1.410 unit yang terdiri dari 9 unit pasar dan 1.401 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Sawan berupa 2 unit pasar kabupaten dan 7 unit pasar desa. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Sawan yaitu 253 unit toko, 218 unit kios dan 930 warung.

8. Kecamatan Kubutambahan yang terdiri dari 13 desa memiliki sebanyak 1.253 unit yang terdiri dari 5unit pasar dan 1.248 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Kubutambahan berupa 2 unit pasar kabupaten dan 5 unit pasar desa. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Kubutambahan yaitu 117 unit toko, 67 unit kios dan 1.064 warung.

(40)

9. Kecamatan Tejakula yang terdiri dari 10 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 1.224 unit yang terdiri dari 12 unit pasar dan 1.212 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Tejakula berupa 11 unit pasar desa dan 1 unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Tejakula yaitu 362 unit toko, 204 unit kios dan 646 warung.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.28 dan Tabel 4.29 berikut.

Tabel 4.28

Jumlah Pasar di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No . Kecamatan Pasar Kabupat en (unit) Pasar Desa

(unit) Tenten(unit)

Pasar Hewan (unit) 1. Gerokgak 1 7 4 1 2. Seririt 1 12 2 -3. Busungbiu - 6 3 -4. Banjar 1 9 5 -5. Sukasada 1 3 - 1 6. Buleleng 4 10 5 -7. Sawan 2 7 - -8. Kubutambahan 2 3 - -9. Tejakula - 11 1 -Jumlah 12 68 20 2

Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2013

Tabel 4.29

Jumlah Toko, Kios dan Warung di Kabupaten Buleleng Tahun 2012

No

. Kecamatan Toko (unit) Kios (unit) Warung(unit)

1. Gerokgak 182 98 958 2. Seririt 496 130 617 3. Busungbiu 26 20 586 4. Banjar 68 70 1.047 5. Sukasada 375 59 468 6. Buleleng 541 683 1.308 7. Sawan 253 218 930 8. Kubutambahan 117 67 1.064 9. Tejakula 362 204 646 Jumlah 2.42 0 1.549 5.269

(41)

5)

Potensi Pariwisata

Luas kawasan peruntukan pariwisata adalah sekitar 36.824 Ha atau 26,95% dari luas wilayah kabupaten, terdiri dari :

a) Kawasan pariwisata, meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu :

1) Kalibukbuk, mencakup: Desa Kalibukbuk, Pemaron, Tukad Mungga dan Anturan di Kecamatan Buleleng, dan Desa Kaliasem, Temukus, dan Tigawasa di Kecamatan Banjar.

2) Kawasan pariwisata Batu Ampar meliputi : Desa Penyabangan, Banyupoh, Pemuteran, Sumberkima dan Desa Pejarakan di Kecamatan Gerokgak.

3) Kawasan Pariwisata Air Sanih meliputi : Desa Tembok, Sambirenteng, Penuktukan, Les, Bondalem, Tejakula, Julah, Sembiran dan Pacung di Kecamatan Tejakula, dan Desa Bukti Kecamatan Kubutambahan.

b) Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK)

Meliputi : Desa Pancasari dan Wanagiri di Kecamatan Sukasada, Desa Munduk, Gesing dan Gobleg di Kecamatan Banjar, dan Desa Umejero di Kecamatan Busungbiu.

c) Daerah Tujuan Wisata (DTW)

Meliputi : DTW wisata alam (wisata alam Desa Menyali di Kecamatan Sawan, air terjun Sekumpul di Kecamatan Sawan, air terjun Gitgit di Kecamatan Sukasada, wisata alam di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada dan sebagainya); wisata budaya/sejarah (Rumah Peninggalan Orang Tua Bung Karno, Gedong Kerthia, Eks Pelabuhan Buleleng, Wisata Spiritual Pulau Menjangan di Kecamatan Gerokgak dan sebagainya); dan wisata buatan.

(42)

Gambar

GRAFIK ANGKA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BULELENG  DAN PROPINSI BALI 2008-2012 (%)

Referensi

Dokumen terkait

Hibah Kepada Lingkungan Tegal Mawar, Lingkungan Tegal Mawar, Banjar Adat Banjar Bali, Desa Pakraman Buleleng, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

 Biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak termasuk biaya transaksi..

 Waran WPP diagihkan kepada pelajar-pelajar yang berjaya mendapat tempat di Universiti Awam dan Politeknik melalui dua kaedah iaitu serahan tangan atau pengeposan ke alamat

Bapak Pius dan Bapak Edi selaku pegawai Tata Usaha Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Widya Mandira Kupang serta Ibu Umi selaku pegawai perpustakaan

Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika

Adapun implementasi metode komparatif dalam penelitian ini adalah mengkomparasikan antara metode pengukuran Qibla Laser dengan metode pengukuran alat falak lainnya

Kolaborasi penelitian oleh dua orang atau lebih yang berasal lebih dari satu PT jika dilihat dari sudut pandang pemeringkatan PT global mempunyai kelebihan yaitu: Bila artikel

Dengan adanya profil ini kami harap agar dapat digunakan oleh berbagai stakeholder dengan sebaik – baiknya dalam melakukan berbagai kegiatan untuk pengembangan