75
ANALISIS HUBUNGAN KOMPETENSI TERHADAP
KINERJA KARYAWAN
RosentoAkademi Sekretari dan Manajemen BSI Jakarta JL Jatiwaringin Raya No. 18, Jakarta Timur
Email: [email protected]
ABSTRACT
Competence is a very close relationship at all with the performance of the employee or labor, almost every organization is always in need and build human resource ( HR) professional and competent organization that makes these has advantages and with other organizations or have differentiation , as well as the main proponent organizational competitiveness in entering the era of globalization . In line with the development of the global economy , then every employee should have the advantage of high competence in accordance with the requirements in the job . If you want to improve the performance of employees should have competence in accordance with job duties ( the right man on the right job) , the competence of the system can be expected that a more reasonable basis for training according to the needs of employees and the organization . Therefore , a system of competence , the development of human resources can not only be seen as human beings with strengths and uniqueness that only need to be developed , but a man should be seen as a valuable asset.
Keyword:competence, the performance of employee.
I PENDAHULUAN
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis kompetensi dilakukan agar dapat memberikan hasilyang sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi menyangkut kewenangan setiap induvidu untuk melakukan tugas atau mengambil keputusan sesuai dengan perannya dalam organisasi yang relevan dengan keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kompetensi yang dimiliki oleh karyawan secara individual harus
mampu mendukung pelaksanaan strategi
organisasi dan mampu mendukung setiap
perubahan yang dilakukan manajemen
sehingga kompetensi yang dimiliki individu dapat mendukung sistem kerja berdasarkan tim. Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan bagi organisasi untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan organisasi. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan organisasi tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa Kompetensi merupakan kunci pokok yang
harus diperhatikan dengan segala
kebutuhannya. sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi. Tuntutan
organisasi untuk memperoleh,
mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan yang selalu berubah.
Sehingga Kompetensi kerja karyawan
merupakan suatu proses kerja yang
memberikan pemahaman dan kemapuan
kepada karyawan dalam melakukan aktivitas, sehingga apa yang diharapkan oleh organisasi dapat tercapai dengan baik guna meningkatkan kinerja .
Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja para karyawan yang ada didalam organisasi, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, ketrampilan,
nilai dan sikap sebagai hasil belajar.
Peningkatan kemampuan merupakan strategi yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi, efektif dan sikap tanggap dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompetensi
Menurut Spenser dan Spenser dalam Moeheriono (2010:3) Kompetensi adalah karateristik yang mendasari seseorang yang berkaitan dengan efektifitas kinerja individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau pada situasi tertentu.
76
Berdasarkan dari definisi kompetensi ini, maka beberapa makna yang terkandung di dalamnya adalah sebahai berikut :
1. Karateristik dasar (underlyng
characteristic) kompetensi adalah bagian dari kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas pekerjaan.
2. Hubungan kausal (causally related) berarti
kompetensi dapat menyebabkan atau
digunakan untuk memprediksikan kinerja
seseorang, artinya jika mempunyai
kompetensi yang tinggi, maka akan mempunyai kinerja yang tinggi pula.
3. Kriteria (criterian referenced) yang
dijadikan sebagai acuan, bahwa kompetensi
secara nyata akan memprediksikan
seseorang dapat bekerja dengan baik, harus terukur dan spesifik atau terstandar.
Menurut Spencer dan Spencer dalam
Sutrisno (2011:206) mengemukakan
karateristik kompetensi terdapat lima aspek, yaitu :
1. Motives, adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan tindakan. Misalnya : orang
memiliki motivasi berprestasi secara
konsisten mengembangkan tujuan-tujuan yang member tantangan pada dirinya dan bertanggung jawab penuh untuk mencapai
tujuan tersebut serta mengharapkan
feedback untuk memperbaiki dirinya. 2. Traits, adalah watak yang membuat orang
untuk berperilaku atau bagaimana
seseorang merespons sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya : percaya diri, control diri, stress atau ketabahan.
3. Self concept, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui bagaimana nilai yang dimiliki
seseorang, apa yang menarik bagi
seseorang melakukan sesuatu. Misalnya : seseorang yang dinilai menjadi pimpinan
seyogianya memilki perilaku
kepemimpinan sehingga perlu adanya tes tentang leadership ability.
4. Knowledge, adalah Informasi yang dimiliki
seseorang untuk bidang tertentu.
Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Skor atas tes pengetahuan sering gagal untuk memprediksi kinerja Sumber Daya Manusia karena skor tersebut tidak
berhasil mengukur pengetahuan dan
keahlian seperti apa seharusnya dilakukan
dalam pekerjaan. Tes pengetahuan
mengukur kemampuan peserta tes untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat
melakukan pekerjaan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki.
5. Skills, adalah kemampuan untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Misalnya, seorang programmer komputer membuat suatu program yang berkaitan dengan SIM SDM.
Menurut Sutrisno (2011:202) Kompetensi berasal dari kata competence yang artinya
kecakapan,kemampuan, dan wewenang,
adapun secara etimologi, kompetensi diartikan
sebagai dimensi perilaku keahlian atau
keunggulan seseorang pemimpin atau staf mempunyai keterampilan, pengetahuan dan
perilaku yang baik. Adapun
dimensi-dimensinya berupa ;
1. Pengembangan sumber daya manusia
2. Pengetahuan organisasi
3. Reformasi kelembagaan.
Menurut Gordon dalam Sutrisno
(2011:204) Beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran
dalam bidang kognitif. Misalnya : seorang karyawan mengetahui cara melakukan
identifikasi belajar dan bagaimana
melakukan pembelajaran yang baik seuai dengan kebutuhan yang ada diperusahaan.
2. Pemahaman (understanding), yaitu
kedalam kognitif dan efektif yang dimiliki
oleh induvidu. Misalnya : seorang
karyawan dalam melaksanakan harus
mempunyai pemahaman yang baik tentang karateristik dan kondisi kerja secara efektif dan efisien.
3. Kempuan (skill), adalah sesuatu yang
dimiliki oleh induvidu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Misalnya : kemampuan
karyawan dalam memilih metode kerja yang dianggap efektif dan efisien.
4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seorang. Misalnya : standar perilaku para karyawan dalam
melaksanakan tugas (kejujuran,
keterbukaan, demokratis dan lain-lain. 5. Sikap (attitude), yaitu perasaan
(senang-tidak senang, suka-(senang-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, Misalnya : reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji dan sebagainya.
6. Minat (interest) adalah kecenderungan
seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Misalnya : melakukan aktivitas kerja.
Menurut Ruky dalam Sutrisno (2011:208) mengemukakan konsep kompetensi menjadi
77 semakin popular dan sudah banyak digunakan
oleh perusahaan-perusahaan besar dengan berbagai alasan, yaitu :
1. Memperjelas standar kerja dan harapan
yang ingin dicapai. Dalam hal ini, model kompetensi akan mampu menjawab dua
pertanyaan mendasar : ketrampilan,
pengetahuan dan karateristik apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan, dan perilaku apa saja yang berpengaruh langsung dengan prestasi kerja. Kedua hal tersebut akan banyak membantu dalammengurangi pengambilan keputusan secara subjektif dalam bidang Sumber Daya Manusia.
2. Alat seleksi karyawan. Penggunaan
kompetensi standar sebagai alat seleksi dapat membantu organisasi untuk memilih calon karyawan yang terbaik. Dengan kejelasan terhadap perilaktif ku efektif yang diharapkan dari karyawan, kita dapat mengarahkan pada sasaran yang selektif serta mengurangi biaya rekrutmen yang
tidak perlu. Caranya dengan
mengembangkan suatu perilaku yang
dibutuhkan untuk setiap fungsi jabatan serta memfokuskan wawancara seleksi pada perilaku yang dicari.
3. Memaksimalkan produktivitas. Tuntutan
untuk menjadikan suatu organisasi
“ramping” mengharuskan kita untuk
mencari karyawan yang dapat
dikembangkan secara terarah untuk
menutupi kesenjangan dalam
ketrampilannya sehingga mampu untuk dimobilisasikan secara vertikal maupun horizontal.
4. Dasar untuk pengembangan sistem
remunerasi. Model kompetensi dapat
digunakan untuk mengembangkan system remunerasi (imbalan) yang akan dianggap lebih adil. Kebijakan remunerasi akan lebih terarah dan transparan dengan mengaitkan sebanyak mungkin keputusan dengan suatu
set perilaku yang diharapkan yang
ditampilkan seorang karyawan.
1. 5.Memudahkan adaptasi terhadap
perubahan. Dalam era perubahan yang sangat cepat, sifat dari suatu pekerjaan sangat cepat berubah dan kebutuhan akan kemampuan baru terus meningkat. Model kompetensi memberikan sarana untuk menetapkan ketrampilan apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan yang selalu berubah ini.
5. Menyelaraskan perilaku kerja dengan
nilai-nilai organisasi. Model kompetensi
merupakan cara yang paling mudah untuk untuk mengomunikasikan nilai-nilai dan hal-hal apa saja yang harus menjadi fokus dalam unjuk kerja karyawan.
Menurut Ruky dalam Sutrisno
(2011:209) hubungan kompetensi dan prestasi kerja adalah kompetensi yang terdiri dari sejumlah perilaku kunci yang dibutuhkan untuk
melaksanakan peran tertentu untuk
menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan. Perilaku ini biasanya ditunjukkan secara konsisten oleh para pekerja yang melakukan aktivitas kerja. Perilaku tanpa maksud dan
tujuan tidak bisa didefinisikan sebagai
kompetensi. Sebagai contoh, pihak manajemen berjalan-jalan dilingkungan kantor. Tanpa mengetahui mengapa manajer berjalan-jalan dilingkungan kantor. Maksud dan tujuan manajer berjalan-jalan di lingkungan kantor tersebut dapat diasumsikan memantau suatu pekerjaan.
Menurut Palan dalam Fuad dan Gofur (2009:18) menyatakan bahwa ada dua istilah competency atau kompetensi dan competence atau kecakapan, kedua istilah tersebut muncul dari dua konsep pemikiran yang berbeda pandangan dalam hal kesesuaian dalam
pekerjaan, kedua hal tersebut dapat
dipertukarkan jika merujuk pada arti bahasa Inggris, yakni “an ability to do something or for a task”, secara terperinci kompetensi adalah menggambarkan ;
1. Motif
2. Karateristik pribadi (cirri khas) 3. Konsep diri
4. Pengetahuan atau keahlian.
Menurut Sedarmayanti (2010:125)
definisi Kompetensi adalah konsep luas, memuat kemampuan mentransfer kehlian dan kemampuan kepada situasi baru dalam wilayah
kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetensi adalah
1. Kemampuan
2. Pengetahuan
3. Sifat atau ciri
4. Motif
Menurut Wibowo (2007:86) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut, Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.
Menurut Widyasari (2004) Kompetensi memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik bagi karyawan, organisasi, maupun industri sebagai suatu kesatuan. Secara lebih jelas, manfaat kompetensi bagi karyawan dan organisasi adalah sebagai berikut :
78
a. Kejelasan relevansi pembelajaran
sebelumnya, kemampuan untuk
mentransfer ketrampilan, nilai dari kualifikasi yang diakui, dan potensi pengembangan karir.
b. Adanya kesempatan bagi karyawan
untuk mendapatkan pendidikan dan latihan melalui akses sertifikasi nasional dengan berbasis standar yang ada.
c. Penetapan sasaran sebagai sarana
perkembangan karir.
d. d. Kompetensi Akan memberikan nilai
tambah pada pembelajaran dan
pertumbuhan.
e. Penilaian kinerja yang lebih obyektif dan umpan baik berbasis standar kompetensi yang ditentukan dengan jelas.
f. Meningkatnya ketrampilan dan
"marketability" sebagai karyawan.
2. Bagi Organisasi
a. Pemetaan yang akurat mengenai
kompetensi angkatan kerja yang ada dan yang dibutuhkan.
b. Meningkatnya efektifitas rekrutmen
dengan cara menyesuaikan kompetensi
yang diperlukan dalam pekerjaan
dengan yang dimiliki pelamar.
c. Sasaran yang jelas pada program
pendidikan dan pelatihan yang
difokuskan pada kesenjangan antara
ketrampilan dan persyaratan
ketrampilan yang dibutuhkan.
d. Pengambilan keputusan dalam
organisasi akan lebih percaya diri
karena karyawan telah memiliki
ketrampilan yang akan diperoleh dalam pendidikan dan pelatihan.
e. Terjadi komunikasi pengharapan yang
jelas mengenai ketrampilan dan
pengetahuan karyawan.
f. Mempermudah terjadinya perubahan
melalui indentifikasi kompetensi yang diperlukan untuk mengelola perubahan.
g. Penilaian pada pembelajaran
sebelumnya dan penilaian hasil
pendidikan dan pelatihan akan lebih relaibel dan konsisten.
Menurut Rivai (2010:298) Defenisi Kompetensi pada umumnya diartikan sebagai kecakapan, ketrampilan, kemampuan. Kata dasarnya sendiri, yaitu kompeten tentu saja berarti cakap, mampu atau terampil. Pada konteks manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), istilah kompetensi mengacu kepada
atribut / karateristik seseorang yang
membuatnya berhasil dalam pekerjaan.
Menurut McClelland dalam Rivai
(2010:299) Mendefinisikan kompetensi
(competency) sebagai karateristik yang
mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat mempredisikan, kinerja yang sangat baik. Dengan kata lain kompetensi adalah apa yang
para outstanding performers lakukan lebih
sering pada lebih banyak situasi dengan hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan para average performers.
Menurut Rivai ( 2010:330) Tujuan
penerimaan dan seleksi berdasarkan
kompetensi. Dengan meneliti kembali
kompetensi yang diperlukan kinerja yang berhasil, sistem yang berdasarkan kompetensi menjamin bahwa cirri-ciri yang dicari selama proses seleksi adalah yang memungkinkan orang yang baru bekerja berhasil dalam bekerja.
Menurut Hadari Nawawi dalam Fuad dan Gofur (2009:20) mengemukakan berdasarkan
analisisnya terhadap beberapa kajian
konseptual mengenai kompetensi dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kompetensi secara umum adalah untuk
kerja atau kinerja maksimum sebagai standar kualifikasi atau standar kompetensi
dalam proses pelaksanaan suatu
pekerjaan/jabatan
2. Kompetensi tradisional berarti kondisi
kemampuan seseorang yang dinyatakan di
dalam ijazah atau transkrip yang
dimilikinya sebagai jaminan
bahwapemiliknya sudah mempelajari dan
memiliki pengetahuan/keahlian dalam
bidang kerja/jabatan tertentu. Kompetensi tradisional yang berupa ijazah/transkrip sekaligus menjadi bukti secara formal kewenangannya dalam melaksanakan suatu bidang kerja tertentu.
3. Kompetensi individual adalah kemampuan
nyata dalam merealisasi kompetensi yang telah dipelajari sebagaimana dinyatakan di dalam ijazah atau transkrip dari lembaga pendidikan atau pelatihan yang sama.
4. Kompetensivokasional berarti kemampuan
kerja yang dituntut/dipersyaratkan oleh suatu pekerjaan/jabatan pada pekerja yang melaksanakannya. Kompetensi ini dianggap
sebagai ukuran maksimum dalam
mengategorikan suatu pekerjaan/jabatan dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Menurut Hadari Nawawi (2009:21) dalam Fuad dan Gofur mengemukakan beberapa simpulan perihal kompetensi yang merujuk pada uraian diatas, yakni sebagai berikut :
1. Kompetensi bukan sekedar kinerja
(performance) atau unjuk kerja, tetapi juga merupakan kualifikasi pekerjaan / jabatan yang harus dipenuhi dalam bekerja;
79
2. Kompetensi bukan merupakan sifat
(bawaan/bakat) atau karateristik
kepribadian;
3. Kompetensi adalah kemampuan
melaksanakan pekerjaan, yang diantaranya memiliki hubungan yang erat beberapa sifat / karateristik kepribadian, seperti percaya diri, loyalitas, kejujuran, kreativitas, inovatif, orientasi pada hasil, pemecahan masalah, dan keterbukaan.
2.2.. Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2009:67) Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Mangkunegara (2009:67)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kemampuan (ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge) + skill), artinya, pegawai yang memiliki IQ di
atas rata-rata (IQ 110-120) dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalammengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
2. Faktor Motivasi (motivation)
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi
(situation) kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Menurut Mangkunegara dalam
McClelland (2009:68) Pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. Motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh pegawai harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif berprestasi dan
ditumbuhkan dari dalam sendiri akan
membentuk sesuatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah.
Menurut Moeheriono (2010:60)
Pengertian kinerja atau performance
merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
Menurut Moeheriono (2010:61) Kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Harapan mengenai imbalan
2. Dorongan
3. Kemampuan
4. Kebutuhan dan sifat
5. Persepsi terhadap tugas 6. Imbalan internal dan eksternal.
7. Kersepsi terhadap tingkat imbalan dan
kepuasan kerja.
Menurut Moeheriono (2010:61) Maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi
organisasi dengan menetapkan secara
umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi dan misinya. 2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran
kinerja, yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci.
3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan
sasaran organisasi, menganalisis hasil
pengukuran kinerja yang dapat
diimplementasikan dengan membandingkan
tingkat capaian tujuan dan sasaran
organisasi.
4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai
kemajuan organisasi dan pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.
Menurut Moeheriono (2010:74)
Pengertian indikator kinerja atau disebut performance indicator, ada yang mendfinisikan bahwa :
1. Indikator kinerja sebagai nilai atau
karakteristik tertentu yang dpergunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan.
2. Sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk
menentukan derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. 3. Sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
4. Suatu informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.
Menurut Gilbert dalam Notoatmodjo (2009:124) mendefinisikan kinerja adalah apa
80
yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut Gibson dalam Notoatmodjo (2009:125) faktor-faktor
yang menentukan kinerja seseorang,
dikelompokkan menjadi 3 faktor utama, yakni :
1. Variabel induvidu, yang terdiri dari:
pemahaman terhadap pekerjaan,
pengalaman kerja, latar belakang keluarga,
tingkat sosial ekonomi dan faktor
demografi ( umur, jenis kelamin, etnis, dan sebagainya)
2. Variabel organisasi, yang antara lain terdiri dari: kepemimpinan desain pekerjaan, sumber daya yang lain, struktur organisasi dan sbagainya.
3. Variabel psikologis, yang terdiri dari
persepsi terhadap pekerjaan, sikap terhadap
pekerjaan, motivasi,kepribadian dan
sebagainya.
Dengan demikian bahwa kinerja adalah pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi sehingga kinerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan kembali dan evaluasi seseorang secara periodik, sehingga kinerja dapat ditujukan untuk pengembangan hasil kerja karyawan dalam sebuah organisasi, dengan dimensinya adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Kerja
2. Kepuasan Kerja
3. Kepribadian
III METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder yang diperoleh penulis melalui berbagai literature yang digunakan dan juga berbagai bahan jurnal yang dapat dijadikan acuan dalam pembutatan penulisan ini.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompetensi merupakan faktor kunci penentu bagi seseorang dalam menghasilkan kinerja yang sangat baik. Serta memberikan isyarat, bahwa organisasi dikelola dengan baik dan secara fundamental akan menghasilkan perilaku manajemen yang efektif. Sehingga
dapat mengindentifikasi
kompetensi-kompetensi apa saja yang dibutuhkan pada semua pekerjaan dalam organisasi maupun
kompetensi-kompetensi pada
pekerjaan-pekerjaan tertentu, kompetensi tahap terpenting berikutnya adalah mengindentifikasi dengan akurat tingkat kompetensi yang dimiliki oleh para karyawan maupun calon karyawan.
Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata.
Penetuan kompetensi yang dibutuhkan
tentunya akan dapat dijadikan dasar bagi evaluasi kinerja. Dalam rumusan standar kompetensi tentang kemampuan dan kinerja yang harus dicapai, diantaranya meliputi :
1. Apa yang diharapkan dapat dikerjakan oleh
seseorang.
2. Seberapa jauh kinerja yang diharapkan
tersebut dapat dicapai seseorang.
3. Bagaimana mengukur/membuktikan bahwa
seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan.
Kompetensi dapat juga digunakan sebagai kreteria untuk menentukan penempatan kerja karyawan. Karyawan yang ditempatkan pada tugas tertentu akan mengetahui kompetensi apa yang diperlukan, serta jalan yang harus
ditempuh untuk mencapainya dengan
mengevaluasi kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan tolak ukur penilaian kinerja. Sehingga sistem pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) lebih terarah, karyawan dapat
dikembangkan untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, keahlian, tingkat
kompetensi dan kinerjanya. Pentingnya
kompetensi dalam meningkatkan kinerja karyawan mempunyai hubungan yang sangat kuat, peningkatan kinerja ini tergantung dengan kompetensi yang dimiliki satu individu. Kompetensi Sumber Daya Manusia seperti pengetahuan dan kemampuan modal utama bagi karyawan untuk mencapai tujuan dan harapan yang dikehandaki tujuan karyawan.
V PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kompetensi karyawan memiliki
hubungan dengan kinerja, sehingga dapat
meningkatkan kinerja. Dalam mencapai
kemampuan dan kinerja harus dicapai kompetensi tertentu, yakni meliputi :
1. Kompetensi adalah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan suatu aktivitas.
Kemampuan ini merujuk pada perilaku, keterampilan dan pengetahuan sehingga karyawan tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara professional, efektif dan efisien.
2. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
3. Penilaian kinerja karyawan tetap harus
diselenggarakan untuk mengevaluasi sejauh
mana karyawan tersebut telah
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
81 DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Noor dan Gofur. (2009).,Integrated
Human Resources Development:Jakarta
: Grasindo.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2009). MSDM Perusahaan., Bandung: Refika Aditama.
Moeheriono. (2010).Pengukuran Kinerja
Berbasis Kompetensi.Bogor:Ghalia
Indonesia.
Nawawi. H. Hadari. (2005). Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada U (niversity Press.
Notoatmodjo,Soekidjo.(2009).Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta:Rineka Cipta
Rivai, Veithzal. (2010). Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari
Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulistiyani,Ambar,Teguh(2009).Manajemen Sumber Daya Manusia.Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik.Yogyakarta:Graha Ilmu
Sustrisno,Edi.iswanto.(2011).Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: Kencana.
Widyasari,S.(2004). Jurnal Fokus Ekonomi. Dosen Tetap STIE Stikubang. Semarang Competency Based Education And Training (CBElT) Suatu Pendekatan
Stategik Dalam Pengembanga
Kompetensi Bagi Peningkatan Kinerja Organisasi.