1
HAMBATAN SISWA KELAS VII BELAJAR SENAM LANTAI GULING DEPAN
DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP MUHAMMADIYAH 2
DEPOK TAHUN AJARAN 2016/2017
THE OBSTACLE OF GRADE VII STUDENTS IN LEARNING FORWARD ROLL
OF FLOOR EXERCISE IN THE PHYSICAL EDUCATION AT SMP
MUHAMMADIYAH 2 DEPOK IN THE ACADEMIC YEAR OF 2016/2017
Oleh: Ade Prasetyo, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta
adeprasetyo325@gmail.com
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah ada 40% atau 30 siswa belum tuntas pada materi senam lantai guling depan berdasarkan nilai KKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hambatan siswa kelas VII belajar saenam lantai guling depan dalam pembelajaran penjasorkes di SMP Muhammadiyah 2 Depok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survey.Teknik pengambilan data menggunakan angket. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Depok, Sleman yang terdiri dari kelas VII A 9 siswa, kelas VII B 11 siswa, kelas VII C 10 siswa sehingga secara keseluruhan berjumlah 30 responden. Nilai validitas dari 35 item tes terdapat 26 pernyataan yang dinyatakan valid.Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase dibagi menjadi 5 kategori. Hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh 3 siswa atau sebesar (10%) mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori sangat tinggi, 3 siswa atau sebesar (10%) mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori tinggi, 16 siswa atau sebesar (53,333%) mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori cukup, 7 siswa atau sebesar (23,333%) mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori rendah dan 1 siswa atau sebesar (3,334%) mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa hambatan siswa kelas VII belajar senam lantai guling depan dalam pembelajaran penjasorkes di SMP Muhammadiyah 2 Depok secara keseluruhan mempunyai kategori cukup/ kesulitan sedang.
Kata kunci: hambatan, senam lantai, guling depan, siswa kelas VII Abstract
The problem in this research is that there are 40% or 30 students who have not passed yet on the material of forward roll of floor exercise based on KKM value. This research is aimed to find out how big the obstacle of grade VII students in learning forward roll of floor exercise in the physical education at SMP Muhammadiyah 2 Depok. This was a quantitative descriptive study which used survey as its method. The data collection technique in this research was using questionnnaire. The subject in this research was the grade VII students of SMP Muhammadiyah 2 Depok, Sleman, whose consist of 9 students of VII A, 11 students of VII B, and 10 students of VII C, so that there were 30 respondents. The validity of the 35 test items shows that there are 26 statements which considered valid. The data analysis technique used descriptive analysis which is shown in the form of percentage that is devided into 5 categories. The result of this research shows that 3 students or equal to 10% have barriers in learning forward roll which is categorized as very high, 3 students or equal to 10% have barriers in learning forward roll which is categorized as high, 16 students or equal to 53.333% have barriers in learning forward roll which is categorized as average, 7 students or equal to 23.333% have barriers in learning forward roll which is categorized as low, and 1 student or equal to 3.334% have barriers in learning forward roll which is categorized as very low, so that it can be concluded that the obstacle of grade VII students in learning forward roll of floor exercise in the physical education at SMP Muhammadiyah 2 Depok categorized as average or moderate difficulty.
Keywords: obstacles, floor exercise, forward roll, grade VII students.
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu aktivitas untuk meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatan, kestabilan emosional dan kecerdasan individu melalui aktivitas olahraga.Pengembangan kemampuan dan keterampilan jasmani seseorang
dapat dikembangkan melalui mata pelajaran ini. Pendidikan jasmani sebagai proses perkembangan motorik dan psikomotor anak melalui berbagai aktivitas fisik. Pendidikan jasmani ini dapat mengembangkan anak baik secara keterampilan motorik, kecerdasan, tingkat emosional serta mental dari masing-masing individu.Menurut
▸ Baca selengkapnya: melompat ke depan dengan memutar badan termasuk senam
(2)2 Baley dan Field dalam Yusuf Adisasmita (1992:
2),pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan dalam penyesuaian dan belajar organic, neuro-muscular, intelektual, sosial, kebudayaan, emosional dan etika sebagai akibat dan timbul melalui pilihan dan aktivitas kekuatan otot yang agak baik. Pada kenyataan aktivitas pendidikan jasmani masih jarang dilakukan secara rutin.Pendidikan jasmani yang dilakukan secara rutin dapat memberikan banyak manfaat , baik itu dari kemampuan motorik dan keterampilan gerak yang meningkat, kesehatan terjaga serta kebugaran tubuh meningkat.
Menurut Depdikbud (1993: 2), tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah membantu siswa untuk perbaikan derajat kesehatan dan kesegaran jasmani melalui pengertian, pengembangan sikap positif dan keterampilan gerak serta berbagai aktivitas jasmani agar dapat: (1) memacu pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis; (2) mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak dan cabang olahraga; (3) mengerti akan pentingnya kesehatan, kesegaran jasmani dan olahraga terhadap perkembangan jasmani dan mental; (4) mengerti peraturan dan dapat mewasiti pertandingan cabang-cabang olahraga; (5) mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari; dan (6) menumbuhkan sikap positif dan mampu mengisi waktu luang dengan bermain.
Pendidikan jasmani dapat mengembangkan kemampuan dasar berolahraga
yang sudah dimiliki. Seseorang yang melakukan aktivitas jasmani tubuhnya akan merasa segar. Pendidikan jasmani dan kesehatan juga bertujuan untuk kesehatan seseorang.Seorang individu yang rutin melakukan aktivitas jasmani dapat terhindar dari berbagai penyakit karena mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik. Pendidikan jasmani dan kesehatan dapat dilakukan dengan bermain yaitu melakukan aktivitas yang menyehatkan tubuh tetapi dengan cara bersenang-senang. Tujuan dari pendidikan jasmani ini dapat tercapai
dengan mudah apabila dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis, dimulai dari hal yang ringan ke hal yang berat atau dari olahraga dasar yang ringan keolahraga yang berat.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini sangat penting untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan menciptakan pola hidup yang sehat.Melalui berbagai aktivitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat meningkatkan keterampilan, mental, emosi para peserta didik sehingga materi pendidikan jasmani diberikan sejak usia anak-anak, yaitu dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan sampai Perguruan Tinggi. Materi pendidikan jasmani wajib ditempuh oleh siswa dan wajib lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).Penyampaian materi pendidikan jasamani olahraga dan kesehatan juga berbeda untuk anak SD dengan SMP, SMP dengan SMA maupun Perguruan Tinggi. Penyampaian materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disesuaikan dengan tingkatan usia anak-anak tersebut. Melalui pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan anak dapat berkembang baik psikomotor, kognitif, afektif serta kemampuan fisiknya.
Mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian dari kurikulum dan disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kepada peserta didik. Proses pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang diterapkan oleh masing-masing sekolah. Materi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kurikulum dan silabus masing-masing sekolah.
Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk tingkat sekolah menengah berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan),meliputi permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan. Dalam permainan dan olahraga yang dipelajari antara lain olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor
non-3 lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti,
rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Sementara itu dalam aktivitas pengembangan yang dipelajari antara lain mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. Senam ketangkasan dan senam lantai merupakan materi yang ada di aktivitas senam. Senam aerobik merupakan salah satu pelajaran yang ada di aktivitas ritmik. Dalam aktivitas air yang dipelajari antara lain renang dan keterampilan bergerak di air. Mendaki gunung dan menjelajah merupakan pelajaran yang ada di pendidikan luar kelas serta penanaman budaya hidup sehat merupakan salah satu pelajaran yang ada di kesehatan.
Di SMP Muhammadiyah 2 Depok masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Materi pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang disampaikan di SMP Muhammadiyah 2 Depok bermacam-macam, antara lain bola basket, bola voli, sepak bola, senam, lompat jauh, pendidikan kesehatan. Berbagai materi pelajaran tersebut disampaikan secara berurutan dari proses penyampaian materi sampai penilaian dan evaluasi. Dari berbagai materi pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Muhammadiyah 2 Depok kelas VII yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah aktivitas senam karena ada 40 % atau 30 siswa yang belum tuntas pada materi senam lantai guling depan berdasarkan nilai KKM.
Senam merupakan latihan tubuh yang dilakukan dengan gerakan yang sistematis untuk meningkatkan kebugaran jasmani seseorang, kesehatan tubuh serta mengembangkan keterampilan gerak. Senam terbagi menjadi beberapa macam dan diantaranya adalah senam lantai. Senam lantai mempunyai tujuan selain peningkatan melakukan bentuk-bentuk latihan senam lantai sendiri adalah juga sebagai latihan yang kelak mempermudah melakukan bentuk latihan/gerakan senam dengan alat. Beberapa bentuk senam lantai yang dipelajari berdasarkan kurikulum KTSP di jenjang SMP kelas VII
adalah sikap lilin, setimbang, berdiri dengan dahi secara berpasangan, guling depan, dan guling belakang. Dari berbagai bentuk senam lantai yang akan dibahas pada penelitian ini adalah gerakan guling depan.
Guling depan merupakan gerakan berguling ke depan yang dilakukan menggunakan tengkuk, punggung, pinggang serta diakhiri dengan gerakan lanjutan. Gerakan guling ke depan juga dapat dilakukan dengan berbagai variasi antara lain dari sikap jongkok, guling ke depan tanpa bantuan tangan. Atau dari sikap berdiri kaki kangkang, guling ke depan depan tangan/tanpa tangan. Gerakan guling ke depan juga dapat dibantu oleh temannya dengan cara mendorong pada punggungnya secara perlahan.
Materi pelajaran senam lantai guling depan tercantum dalam standar kompetensi SMP Muhammadiyah 2 Depok Kelas VII berdasarkan kuikulum KTSP. Siswa wajib mendapatkan pembelajaran senam lantai guling depan yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pada saat proses pembelajaran senam lantai guling depan siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Depok masih banyak siswa yang takut melakukan gerakan tersebut. Mereka banyak mengeluh tidak bisa melakukan, sakit kepala atau punggungnya takut sakit sebelum melakukan gerakan guling ke depan tersebut. Padahal apabila mendengarkan panduan dari guru resiko terjadinya cidera dapat dihindari. Selain itu, dalam melakukan guling depan tidak sesuai dengan panduan buku atau teknik dasar. Misalnya dalam melakukan guling ke depan dagu tidak ditempelkan ke dada dan posisi tangan salah sehingga berdampak pada nilai senam lantai guling depan. Sementara itu, matras yang digunakan dalam pembelajaran senam lantai guling depan tersebut hanya ada 2 dengan jumlah siswa perkelas antara 21-28 siswa sehingga satu matras untuk 11-14 siswa. Batasan nilai KKM mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Muhammadiyah 2 Depok Kelas VII adalah 75 termasuk pada materi senam lantai guling depan. Ada 40% atau 30 siswa kelas VII yang mendapatkan nilai di bawah KKM pada materi senam lantai guling
4 depan dan siswa yang lainnya gerakannya belum
benar.
Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sudah cukup jelas. Baik itu dari metode demonstrasi dan ceramah yang digunakan dalam pembelajaran senam lantai guling ke depan. Selain itu, guru juga sudah menggunakan media gambar guling depan yang sederhana untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran supaya peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan meminta siswa yang dianggap sudah bisa dalam melakukan gerakan guling ke depan untuk memberikan contoh kepada teman-temannya supaya lebih mudah memahami gerakan tersebut. Akan tetapi masih banyak siswa yang tidak mau melakukan gerakan guling ke depan dengan berbagai alasan sehingga berdampak pada nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada materi senam lantai guling depan.
Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat belajar dalam materi senam lantai guling ke depan dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Depok tersebut sehingga guru pendidikan jasmani dapat mengatasi permasalahan tersebut supaya siswa mau dan mampu melakukan gerakan guling ke depan dengan teknik yang baik dan benar sehingga siswa mampu mendapatkan nilai sesuai KKM atau di atasnya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deksriptif kuantitatif.Instrument penelitian berupa angket yang di uji cobakan di SMP Muhammadiyah 3 Depok dengan hasil nilai reliabilitas 0,738 (Alpha Cronbach). Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Depok yang tidak lulus berdasarkan nilai KKM dalam pembelajaran senam lantai guling depan. Teknik pengumpulan data dengan cara menyebar angket kemudian di analisis menggunakan statistik deskriptif dengan persentase.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan data menggunakan angket sebagai instrumennya. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Ini dilakukan pada bulan 22 dan23 Maret2017 di SMP Muhammadiyah 2 Depok, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman pada saat jam pembelajaran PJOK.
Poulasi dan Sampel
Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Depok yang tidak lulus berdasarkan nilai KKM pada materi senam lantai guling depan dengan jumlah keseluruhan 30 siswa.
Prosedur
Agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.Instrument yang digunakan adalah angket. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Instrument penelitian ini adalah angket. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup dengan skala likert dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom yang tersedia. Sebelum angket di gunakan untuk penelitian, angket diuji cobakan terlebih dahulu di SMP Muhammadiyah 3 Depok, jumlah responden uji coba ada 34 siswa dan 35 butir pernyataan.
Uji Coba Instrumen A. Uji Validitas
Untuk menguji validitas instrument digunakan teknik product moment denga taraf signifikan 5% atau 0,05. Setelah uji coba terkumpul, kemudian data dianalisis dengan bantuan IMB SPSS 16. Butir pernyataan dinyatakan valid apabila koefisien r hitung > r tabel (0,349). Dari hasi perhitungan tersebut, mendapat hasil ada 9 butir pernyataan yang gugur dari 35 butir pernyataan, sehingga yang
5 layak untuk instrument penelitian ada 26 butir
pernyataan. B. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas instrument di analisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 dari pengujian tersebut diperoleh koefisien keandalan atau reliabilitas sebesar 0,738. Sehingga instrument penelitian ini dapat dinyatakan reliable/andal.
Teknik Analisis Data
Dari hasil data yang didapat di lakukan penskoran menggunakan skala Likert dimana rentang skor 1-4.Setelah perhitungan dalam analisis data menghasilkan nilai pencapaian kualitas yang selanjutnya dilakukan interpretasi.Pengubahan nilai rata-rata setiap aspek menjadi kategori ketercapaian menggunakan pedoman Penilaian Acuan Norma (PAN).
Tabel 1. Pedoman Penilaian Acuan Norma a. X + 1,5 Sd ke atas Sangat Tinggi b. X + 1,5 Sd – <X + 0,5 Sd Tinggi c. X - 0,5 Sd – <X + 0,5 Sd Sedang d. X - 1,5 Sd – <X - 0,5 Sd Rendah e. Kurang dariX - 1,5 Sd Sangat Rendah sumber: Slameto dalam Ciptoning (2001: 186).Menurut Anas Sudijono (2011:43) rumus untuk mencari persentase data adalah:
Ket:
P= persentase f= frekuensi
N= jumlah responden
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Hambatan Siswa Kelas VII Belajar Senam Lantai Guling Depan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.Hasil penelitian Hambatan Siswa Kelas VII Belajar Senam Lantai Guling Depan
Interval Kategori Frekuensi
X ≥ 73.56 Sangat Tinggi 3 67.56 ≤ X ˂ 73.56 Tinggi 3 61.57 ≤ X ˂ 67.56 Cukup 16 55.58 ≤ X ˂ 61.57 Rendah 7 X ˂ 55.58 Sangat Rendah 1 30 Hasil penelitian tersebut apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.Hasil Penelitian Hambatan Siswa Kelas VII Belajar Guling Depan
Berdasarkan pada tabel dan gambar di atas diketahui hasil dari hambatan siswa kelas VII belajar senam lantai guling depan adalah bahwa 3 siswa mempunyai hambatan sangat tinggi, 3 siswa mempunyai hambatan tinggi, 16 siswa mempunyai hambatan cukup/kesulitan sedang, sebanyak 7 siswa mempunyai hambatan rendah dan 1 ssiwa mempunyai hambatan belajar guling depan sangat rendah.
Pembahasan
Berdasarkan penghitungan data hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, faktor yang menghambat siswa kelas VII belajar senam lantai guling depan di SMP Muhammadiyah 2 Depok frekuensi terbanyak pada kategori cukup/kesulitan sedang
0 5 10 15 20
Sangat RendahRendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
6 sebesar 53,333% serta 10% dalam kategori tinggi
dan sangat tinggi. Hasil ini dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa masih mempunyai hambatan dalam belajar senam guling depan.hambatan yang dialami siswa tersebut berkaitan dengan faktor internal dan faktor eksternal dalam belajar senam lantai guling depan.
Hasil analisis juga diketahui bahwa 23,333% siswa mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori rendah dan 3,334% siswa mengalami hambatan belajar guling depan dalam kategori sangat rendah. Hasil ini dapat diartikan bahwa sebagian kecil siswa tidak mengalami hambatan yang berarti dalam belajar senam lantai guling depan. Siswa yang tidak mengalami hambatan belajar guling depan karena faktor internal siswa yang telah siap baik secara fisik maupun psikologis. Siswa juga telah merasakan bahwa faktor eksternal seperti relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, keadaan gedung dan keadaan ekonomi keluarga telah mendukung dalam proses pembelajaran guling depan.
Materi guling depan merupakan salah satu bagian dari senam lantai. Senam lantai guling ke depan dirasakan sulit oleh sebagian siswa karena gerakannya membutuhkan kekuatan otot dan kelenturan tubuh yang baik. Dalam proses pembelajaran guling depan diperlukan faktor pendukung pembelajaran yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat membentuk kemampuan siswa dalam melakukan gerakan guling depan dengan baik juga. Faktor tersebut meliputi faktor internal yang berasal dari dalam diri tiap individu/siswa itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu/siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan tabel di atas, faktor yang menghambat siswa kelas VII belajar senam lantai guling depan dalam pembelajaran penjasorkes di SMP Muhammadiyah 2 Depok secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup/ kesulitan sedang. Secara rinci, 3 siswa atau
sebesar (10%) dalam kategori sangat tinggi, 3 siswa atau sebesar (10%) dalam kategori tinggi, 16 siswa atau sebesar (53,333%) dalam kategori cukup/ kesulitan sedang, 7 siswa atau sebesar (23,333%) dalam kategori rendah dan 1 siswa atau sebesar (3,334%) dalam kategori sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang menghambat siswa kelas VII belajar senam lantai guling depan dalam pembelajaran penjasorkes di SMP Muhammadiyah 2 Depok secara keseluruhan mempunyai kategori cukup/ kesulitan sedang.
Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengatasi hambatan siswa dalam belajar senam lantai guling depan sehingga dapat diambil cara penanganan secara tepat dan tepat dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono.(2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Ciptoning.(2015). Identifikasi Faktor-faktor
Kesulitan Belajar Guling Ke Depan Siswa Kelas IV SD Negeri Ex Gugus Kreatif Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.
Yusuf Adisasmita. (1989). Hakekat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Proyek Pembangunan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.