• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN DENGAN LOYALITAS KONSUMEN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN DENGAN LOYALITAS KONSUMEN SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Antony Evenly NIM : 989114099

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Antony Evenly NIM : 989114099

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

DNIVCAN LOYALITAS KONSUMEN

( I I \\

\

Pembimbins

fu/a,,^1"

Dr T. Priyo Widiyanto,Msi, S.Psi Tanggal

21 tl[R zcoT

h$-\

q,

r

p

r \ F

s s '

r:fi

wffi'

Antpdy'D,, r

Nrrs,€6r

/ffi

A*"'.*{rF

-.Af--

H

tr#yrunq

T .n{'

#=

g

trJ

Frr g

!..4

"&

t

il,

(4)

DENGAN LOYALITAS KONSUME}

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Antony Evenly NIM: 989114099

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tangg al 22 J anuari 2007

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguj i

Nama Lengkap

Dr. T. Priyo Widiyanto, S.Psi, M.Si

V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi

P. Henrietta PDADS., S.Psi

Tanda Tangan

/^r(wlr

Ketua

Sekretaris

Anggota

llt

Jogiakarta

Dekan Fakultas Psikologi

(5)

iv

Kupersembahkan karya penuh cinta ini kepada:

Tuhan Yang Maha Segalanya

I bunda tercinta

Adik-adikku tercinta

Keluarga tercinta

(6)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Desember 2006

Penulis

(7)

vi

DENGAN LOYALITAS KONSUMEN

Antony Evenly Universitas Sanata Dharma

Jogjakarta 2006

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara persepsi kualitas pelayanan dengan loyalitas kons umen. Subyek penelitian ini adalah konsumen Dazzle Celluler Accessories, dengan 60 konsumen yang datang ke Dazzle minimal 3 kali.

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi kualitas pelayanan dengan loyalitas konsumen. Konsumen yang memiliki loyalitas tinggi akan memiliki persepsi kualitas pelayanan yang tinggi. Begitu juga konsumen yang memiliki persepsi kualitas pelayanan yang tinggi akan memiliki loyalitas yang tinggi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu: 1) Skala Persepsi Kualitas Pelayanan untuk mengukur seberapa tinggi Persepsi Kualitas Pelayanan yang disusun dengan metode rating yang dijumlahkan. 2) Skala Loyalitas Konsumen untuk mengukur tingkat loyalitas yang disusun dengan metode rating yang dijumlahkan. Kedua skala telah diujicobakan. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa skala persepsi kualitas pelayanan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,943 skala loyalitas konsumen sebesar 0,894. Analisis data dilakukan dengan program SPSS versi 13.00 menggunakan analisis

(8)

vii

Customer Loyalty

Antony Evenly Sanata Dharma University

Jogjakarta 2006

The research was aimed to know the positive relationship between service quality perception and customer loyalty. The subject of research was Dazzle Cellular Accessories customers. The subjects of this research were 60 customers who came 3 times to Dazzle Cellular Accessories.

The hypothesis of this research is there is a relationship between quality service perception and customer loyalty. The higher customers perception about service quality. The higher loyalty will be.

(9)

viii

Puji syukur kepada Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya yang jauh dari sempurna ini

dengan judul “Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas

Konsumen”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Psiologi dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono P. S.J. sebagai Rektor Universitas Sanata Dharma,

Jogjakarta.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. sebagai Dekan Fakultas Psikologi.

3. Dr. T. Priyo Widiyanto,Msi, S.Psi sebagai Dosen Pembimbing, yang telah

dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ratri Sunar, S.Psi sebagai Kepala Program Studi Fakultas Psikologi.

5. Seluruh Dosen fakultas Psikologi ya ng telah dengan sabar memberikan

ilmunya kepada penulis.

6. Seluruh staff sekretariat Psikologi, terima kasih akan bantuannya.

7. Keluarga tercinta, mama, adik-adik, dan semua saudara-saudaraku yang amat

sangat sabar mendukungku.

(10)

ix sudah memberikan dukungan.

10.Teman-teman psikologi dari angkatan paling tua sampai yang paling

muda..jangan nyerah ya..

11.Spesia l ga pakai telor buat bang KONO telor…yang sempatin

waktu-waktunya ‘kabar-kabar calon2 purnawirawan psikologi…’ thanks berat

bro..kekekekeke….

12.Sahabat-sahabat Tanjung-319..makasih waktu bermainnya. Toel..nuwun

13.Sahabat-sahabat Djoglo C-9..makasih untuk waktu-waktu bersamanya.

14.Anton Kristianto (my bro) dan keluarga..om, tante, eyang, son..makasih buat

semua atensinya.

15.Keluarga Balikpapan…Budhe..om, rux, sen, ndoy..hormat saya..

16.Bapak Yudo Satrianto dan Ibu Diana Riasari serta keluarga…untuk waktu,

kepercayaan dan seluruh SUPPORT-nya.

17.Seluruh karyawan dan staf Dazzle Celluler Accessories makasih buat

dukungannya.

18.Seluruh karyawan dan staf CV. Rakasindo Megatama terima kasih atas

kesempatan yang telah diberikan berulang kali kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi..

19.IPDA Nug’iyanto sugendon matur nuwun buat waktunya...wah...pak pulisi..

20.Mr & Mrs THD..thanks buat sempet2 nengokin temen..sahabat..sedulur..

(11)

x positip tingking;p

24.Orang-orang yang ada di sekitarku dan segala sesuatu yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu yang telah sangat banyak membantuku menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis sangat berterima kasih atas segala masukan-masukan baik

berupa saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak.

Jogjakarta, 15 Desember 2006

(12)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Persepsi Kualitas Pelayanan... 7

(13)

xii

B. Loyalitas Konsumen... 17

1. Pengertian Loyalitas Konsumen ... 17

2. Aspek-aspek Loyalitas ... 22

3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen 24 C. Hubungan Antara Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Konsumen... 25

D. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Identifikasi Variabel... 29

B. Defenisi Operasional... 29

C. Subjek Penelitian... 30

D. Prosedur Penelitian... 31

E. Metode Pengumpulan Data ... 31

F. Uji Kualitas Data ... 34

G. Metode Analisis Data... 36

BAB IV PERSIAPAN, PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Persiapan Penelitian ... 37

1. Orientasi Kancah... 37

2. Perijinan ... 39

(14)

xiii

C. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Data Penelitian... 43

2. Deskripsi Kategorisasi Skala... 44

3. Hasil Uji Asumsi... 45

4. Uji Hipotesis... 47

D. Pembahasan... 47

BAB V PENUTUP ... 51

A. Kesimpulan... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

Halaman

Tabel 1 Sebaran Aitem Skala Persepsi Kualitas Pelayanan Sebelum

Diujicobakan ... 32

Tabel 2 Sebaran Item Skala Loyalitas Konsumen Sebelum Diujicobakan ... 33

Tabel 3 Sebaran item Skala Persepsi Kualitas Pelayanan Setelah Diujicobakan ... 40

Tabel 4 Sebaran Item- item Sahih Skala Persepsi Kualitas Pelayanan Setelah Diujicobakan... 41

Tabel 5 Sebaran Item Skala Loyalitas Konsumen Setelah Diujicobakan ... 42

Tabel 6 Sebaran Item- item Sahih Skala Loyalitas Konsumen Setelah Diujicobakan ... 42

Tabel 7 Deskripsi Data Penelitian... 43

Tabel 8 Deskripsi Kategorisasi Persepsi Kualitas Pelayanan ... 44

Tabel 9 Deskripsi Kategorisasi Loyalitas Konsumen ... 45

Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Sebaran... 46

(16)

xv

Halaman

(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Semakin pesatnya perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

di era globalisasi ini, menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang pesat

pula di bidang sosial, ekonomi, politik, industri dan komunikasi serta dunia

perdagangan. Perubahan yang terjadi di dunia perdagangan ditandai dengan

menjamurnya bisnis-bisnis baru. Adanya pandangan bahwa “yang terkuat yang

bertahan” menyebabkan terjadinya persaingan dalam dunia perdagangan menjadi

semakin ketat, sehingga setiap perusahaan akan berusaha untuk memenangkan

bisnis agar dapat bertahan.

Untuk perusahaan yang memandang bahwa konsumen atau pelanggan

adalah aset bagi perusahaan, “pelanggan adalah langka”, dan “tanpa pelanggan

perusahaan akan punah”, banyak rencana yang harus dibuat untuk mendapatkan

dan memelihara pelanggan. Berbagai macam cara dilakukan mulai dari

melakukan promosi melalui media massa baik media cetak maupun media

elektronik sampai dengan penawaran harga gila-gilaan yang dimaksudkan untuk

menarik perhatian konsumen..

Drucker (Kotler, 1997, h.34), menyatakan bahwa tugas pertama sebuah

perusahaan adalah untuk menciptakan pelanggan. Pelanggan mempunyai peran

(18)

maksimal dari apa ya ng mereka cari. Mereka membentuk suatu harapan akan nilai

tersebut dan akhirnya bertindak berdasarkan apa yang mereka ketahui.

Perusahaan dituntut jeli untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

konsumennya. Perusahaan dapat memadukan kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan kepuasan konsumen. Segala kegiatan tersebut akan menarik

konsumen untuk datang, sehingga pada akhirnya konsumen yang puas akan

mendatangkan laba bagi perusahaan. Levitt (Kotler, 1997, h.18), menyatakan

bahwa konsep penting dalam penjualan adalah tidak hanya menciptakan

keunggulan produk atau harga. Atau dengan kata lain konsep penting dalam

penjualan adalah tidak hanya menarik konsumen dengan tujuan mendatangkan

laba bagi perusahaan saja.

Menurut Kotler (1998) biaya untuk mendatangkan konsumen baru

mencapai lima kali lipat lebih tinggi dibanding biaya untuk mempertahankan

konsumennya. Reichhleld dan Sasser (dalam Kotler, 1998) menemukan adanya

peningkatan keuntungan dari 25% sampai 85% dengan mengurangi kehilangan

pelanggan 5%. Pendapat-pendapat tersebut juga didukung oleh pendiri Hampton

Inn yaitu Schultz (dalam Knapp, 2001), yang mengatakan bahwa kualitas

pelayanan yang turun akan membuat kepuasan konsumen menurun, memperkecil

loyalitas konsumen dan membuat pendapat yang negatif tentang perusahaan.

Perusahaan harus menciptakan konsumen dan mempertahankan konsumen,

dengan memperhatikan banyak aspek. Perusahaan tidak hanya sebatas

(19)

didapat dalam waktu singkat, tetapi perusahaan juga harus memperhatikan

pentingnya kualitas jasa pelayanan bagi konsumen.

Penilaian konsumen terhadap kualitas jasa pelayanan dibentuk dari hasil

kesesuaian antara harapannya dengan hasil penilaiannya terhadap suatu jasa

pelayanan. Kurtz (1998), mengatakan bahwa harapan konsumen terhadap mutu

pelayanan adalah kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen sebelum mencoba

suatu pelayanan yang digunakan sebagai standar dan referensi untuk menilai suatu

pelayanan. Harapan ini yang nantinya akan dibandingkan dengan penilaiannya

terhadap kinerja suatu pelayanan. Apabila penilaiannya sesuai dengan harapannya

maka konsumen akan puas terhadap kinerja pelayanan tersebut dan menilai

pelayanan yang diberikan berkualitas, sebaliknya jika penilaiannya di bawah

harapannya maka konsumen merasa tidak puas dan menilai pelayanan yang

diberikan tidak berkualitas.

Robby Kusumaharta, Ketua Umum BP2JKY (dalam Kedaulatan Rakyat,

23 Oktober 2003) pada kasus peremajaan bus sebagai sarana angkutan umum

mengatakan bahwa bus sebagai sarana pelayanan publik dianggap penting dan

sangat diperlukan oleh masyarakat, sehingga perlu dilakukan peremajaan dalam

rangka memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Masyarakat

sebagai konsumen sangat mengkritisi hal ini dengan keras, karena masyarakat

menilai bahwa bukan hanya kondisi fisik bus saja yang harus dinilai layak atau

tidak, tetapi juga kinerja pelayanannya. Masyarakat mencermati keajegan kualitas

pelayanan yang diberikan, karena hal tersebut adalah bagian dari hak mereka

(20)

bahwa kedudukan konsumen adalah raja, yang seharusnya diperlakukan dan

dilayani dengan sebaik-baiknya.

Berbagai macam keluhan muncul saat konsumen merasa tidak puas

karena produk atau jasa yang mereka beli tidak sesuai dengan apa yang mereka

harapkan. Padahal menurut Kotler (Hermawan, 1995) perusahaan yang unggul

adalah perusahaan yang dapat menyenangkan dan memuaskan konsumennya.

Kualitas pelayanan dalam ISO 9000 adalah sebagai totalitas bentuk dan

karakteristik dari produk dan jasa yang melekat pada kemampuannya untuk

memuaskan keadaan ataupun kebutuhan yang terkait (Edvardsson dkk, 1994).

Oleh karena itu, setiap perusahaan sangat perlu memperhatikan kepuasan

konsumennya supaya konsumen tetap menggunakan jasa yang mereka tawarkan,

karena konsumen yang merasa puas dengan jasa yang digunakan akan selalu

menggunakan lagi jasa-jasa yang ditawarkan.

Kualitas pelayanan mempunyai peranan untuk kelangsungan usaha yang

membuat perusahaan-perusahaan ataupun pelaku-pelaku bisnis mulai memikirkan

efisiensi dalam penjualan produknya, yang tidak hanya menekankan pada barang

ataupun penyediaannya semata. Salah satu contoh yang jelas terlihat adalah

banyak toko aksesoris hand phone di Yogyakarata ya ng menyediakan banyak

alternatif pilihan barang yang dijual, tetapi tidak banyak konsumen mengenal

karakter produk yang ditawarkan. Untuk itu peran seorang sales menjadi sangat

penting terutama dalam berinteraksi dengan konsumen untuk membentuk kualitas

produk dan pelayanan, walaupun pada akhirnya konsumen itu sendiri yang akan

(21)

Jika pelayanan yang diperoleh konsumen dari pekerjaan kita adalah suatu

pengalaman positif, maka berarti pelayanan yang berkualitas telah kita berikan.

Kualitas pelayanan suatu perusahaan pun dianggap sebagai aktivitas yang

menguntungkan dan diberikan oleh perusahaan pada konsumen sebelum, saat,

maupun sesudah mengkonsumsi suatu produk ataupun jasa (Engel dkk, 1992).

Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan membawa keuntungan

tersendiri bagi perusahaan, dengan kualitas yang baik yang telah mereka berikan

akan mempengaruhi terjadinya intensi untuk membeli atau menggunakan kembali

produk ataupun jasa yang ditawarkan (Taylor dan Baker, 1994).

Perusahaan dan konsumen mempunyai hubungan saling menguntungkan.

Perusahaan harus dapat mengidentifikasi keinginan atau harapan-harapan konsumen

untuk menciptakan pelanggan-pelanggannya (Kotler, 1997), salah satunya adalah

terciptanya harapan kosumen pada kualitas pelayanan (Kurtz, 1998 ; 66). Pelayanan

bukan merupakan suatu yang terlihat (Mills dan Margulies, 1980). Jika pelayanan

yang diberikan perusahaan memenuhi standar yang diinginkan konsumen bahkan

melebihi maka konsumen akan merasa puas dan akan membentuk loyalitas

konsumen (Knapp, 2001; 196) dan akhirnya akan mempengaruhi intensi membeli

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitia n ini adalah:

apakah ada hubungan antara persepsi kualitas pelayanan dengan loyalitas

konsumen?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Persepsi

Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Konsumen.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi

bagi Ilmu Psikologi khususnya Psikologi Konsumen, serta dapat memacu

penelitian lebih lanjut. Bagi para Psikolog, penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam proses konsultasi

Psikologi Konsumen.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumber acuan bagi perusahaan

dalam proses pengembangan usahanya khususnya dalam memberikan

kualitas pelayanan dalam perusahaan sehingga diharapkan terbentuk

loyalitas konsumen yang akan semakin meningkatkan kinerja dan

produktivitas perusahaan. Sedangkan manfaat untuk subjek penelitian

adalah diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi konsumen

bahwa loyalitas mereka terhadap tempat belanja terbentuk karena persepsi

(23)

7

A. Persepsi Kualitas Pelayanan 1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Rahmat (1996) memberi pengertian persepsi sebagai pengalaman

tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

mengumpulkan info rmasi dan menafsirkan pesan. Ahli lain, Moskowitz dan

Orgel (1969), menyatakan bahwa persepsi merupakan kesan terhadap lingkungan

situasi total, lebih dari hanya sekedar sensasi yang merupakan respon terhadap

aspek-aspek spesifik atau pola stimulus, tetapi persepsi secara umum

membutuhkan analisis kesadaran. Individu biasanya tidak menyadari sensasi

individual yang telah menimbulkan persepsi. Jadi pengamatan terjadi secara

keseluruhan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Davidoff dalam Walgito

(1997) menga takan bahwa stimulus yang diindera oleh individu

diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari,

mengerti tentang apa yang diindera itu, dan selanjutnya menghasilkan

persepsi. Pendapat-pendapat tersebut memperluas pemahaman bahwa persepsi

diartikan sebagai pendapat yang ada dalam diri yang akan mempengaruhi

(24)

Dari pendapat-pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah proses mengindera stimulus

yang masuk melalui alat indera kemudian diinterpretasikan sehingga bermakna dan

menghasilkan penilaian, dimana penilaian yang ada dalam diri akan mempengaruhi

tingkah laku seseorang dalam memandang sesuatu, memecahkan permasalahan

dan memaknai obyek tertentu.

b. Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi bersifat kompleks, proses persepsi dapat dijelaskan dengan

tiga langkah atau tahap. Tahap-tahap ini tidak saling terpisah, namun kegiatan

ketiganya kontinyu, bercampur baur dan bertumpang tindih satu sama lain.

Tiga tahap tersebut adalah:

1) Terjadinya stimulus alat indera (sensor stimulation) pada tahap pertama

alat-alat indera distimulus atau dirangsang.

2) Tahap kedua, rangsangan terhadap alat-alat indra diatur menurut berbagai

prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitis

(proximing) atau kemiripan dan prinsip kelengkapan (closure) dalam

memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang tidak

lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap.

3) Stimulus alat indra ditafsirkan/dievaluasi. Langkah ketiga dalam proses

perceptual adalah penafsiran-evaluasi. Langkah ketiga ini merupakan proses

subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi

tidak hanya didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga dipengaruhi

(25)

tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu dan

sebagainya yang ada pada kita (Joseph A. De Vito, 1997). Proses terjadinya

persepsi dijelaskan dengan gambar di bawah ini :

Sumber : Joseph A. De Vito, 1997

Gambar 1. Proses Persepsi

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

syarat yang harus dipenuhi agar individu dapat mempersepsi yaitu adanya

obyek yang dipersepsi, alat indera atau reseptor, dan adanya perhatian. Proses

terjadinya persepsi dimulai dari adanya obyek yang menimbulkan stimulus, dan

stimulus mengenai alat indera. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik).

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak,

dan dinamai proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak dan

sebagai akibat dari stimulus yang diterimanya, individu dapat menyadari apa

yang ia terima dari reseptor itu. Proses yang terjadi dalam otak sebagai pusat

kesadaran selanjutnya disebut proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir

dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterima

melalui alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari

persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya.

Terjadinya stimulus alat indera

Stimulus alat indera

diatur

Stimulus Alat indera

(26)

2. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Kualitas Pelayanan

Pelayanan dengan kualitas yang baik adalah harapan konsumen dan

merupakan keberhasilan sebuah perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang

baik akan selalu menjaga kualitas pelayanannya yang menyebabkan konsumen

merasa harapan-harapannya terpenuhi sehingga konsumen merasa puas dan

akhirnya bersedia menggunakan kembali produk/jasa yang ditawarkan di masa

yang akan datang. Kualitas pelayanan oleh subjek/konsumen dapat diartikan

berbeda-beda, dan ini tergantung dari sudut pandang mana istilah pelayanan

digunakan oleh konsumen.

Pengertian kualitas menurut Kotler “Kualitas adalah keseluruhan

ciri dan sifat dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuannya

untuk memuaskan kebutuhan yang tersurat maupun yang tersirat”

(Kotler, 1997). Goesth dan Davis (dalam Sugiarto, 2002) kualitas adalah

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Berdasarkan pengertian

diatas kualitas merupakan ciri dan sifat yang berhubungan dengan melebihi

harapan dalam memuaskan kebutuhan terhadap barang atau jasa.

Konsumen menganggap bahwa kualitas adalah fungsi hubungan antara

harapan konsumen dalam pelayanan dan persepsinya terhadap pelayanan yang

dirasakan. Kualitas adalah memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen

(27)

Pelayanan didefinisikan sebagai aktivitas atau hasil yang dapat

ditawarkan sebuah perusahaan/lembaga, yang biasanya tak kasat mata dan

hasilnya tidak dapat dimiliki (Kotler, 1994).

Rangkuti (2002) menyatakan, pelayanan/jasa merupakan pemberian suatu

kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain. Pada

umumnya pelayanan/jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana

interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa

tersebut.

Kualitas pelayanan menurut Wyckof (dalam Lovelock, 1994; Tjiptono,

2002) “Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan

dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi harapan

pelanggan”. Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai penyampaian

pelayanan yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan (Rangkuti, 2002).

Dengan kata lain ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu

pelayanan yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dirasakan

(perceived service) (Parasuraman et. al. 1985 dalam Tjiptono, 2002).

Oleh Parasuraman dkk, kualitas pelayanan dinilai sebagai penilaian

secara umum atau keunggulan dari suatu pelayanan. Lebih jauh lagi Spreng

dan Mackoy mengatakan bahwa kualitas pelayanan yang dirasakan adalah

kesimpulan dari perbandingan-perbandingan penampilan sebuah perusahaan

dengan yang seharusnya mereka berikan yang dirasakan konsumen. Pendapat di

(28)

pelayanan sebagai pengukuran konsumen terhadap kebaikan atau keunggulan

dari pelayanan secara keseluruhan (Spreng & Mackoy, 1996; Bolton dan

Drew, 1990).

Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan kualitas jasa

merupakan penilaian yang diberikan oleh konsumen terhadap pelayanan yang

diterimanya.

b. Tiga Komponen Utama Kualitas Pelayanan

Kualitas total suatu pelayanan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (dalam

Bojanic 1991; Tjiptono, 2002):

1) Technical quality, berkaitan dengan kualitas output atau keluaran yang

diterima pelanggan. Menurut Parasuraman, et. al, technical quality dapat

diperinci lagi menjadi:

a) Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum

menggunakan jasa pelayanan.

b) Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan

setelah menggunakan pelayanan atau mengkonsumsi jasa.

c) Credence quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan

meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa/pelayanan.

2) Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas

penyampaian suatu pelayanan.

3) Corporation Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik

(29)

Berdasarkan komponen di atas dapat disimpulkan bahwa output pelayanan

dan cara penyampaian merupakan faktor-faktor yang digunakan dalam

menilai kualitas pelayanan.

c. Dimensi Pokok Kualitas Pelayanan

Dimensi pokok kualitas pelayanan adalah indikator yang digunakan untuk

mengukur kualitas pelayanan dan telah banyak dikembangkan oleh para ahli.

Gronroos (dalam Edvardsson, et. al., 1994; Tjiptono, 2002) merumuskan

dimensi atau indikator yang digunakan konsumen dalam menilai kualitas

pelayanan. Gronroos menyatakan bahwa ada tiga kriteria pokok, yaitu

outcome-related, process-related, dan image-related criteria. Ketiga kriteria

tersebut masih dapat dijabarkan menjadi enam unsur, yaitu:

1) Profesionalisme dan ketrampilan (professionalisme and skills) dimana

pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa pelayanan (service provider),

karyawan, sistem operasi, sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang dapat memecahkan masalah pelanggan secara

profesional. Kriteria ini berhubungan dengan hasil.

2) Sikap dan perilaku (attitudes and behavior), pelanggan merasa bahwa

karyawan perusahaan (contact personnel) menaruh perhatian kepada

mereka secara spontan dan senang hati. Kriteria ini berhubungan dengan

proses.

3) Mudah diakses dan fleksibel (accessibility and flexibility), pelanggan merasa

penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya,

dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat

(30)

agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan

keinginan pelanggan. Kriteria ini berhubungan dengan proses.

4) Keandalan dan sifat dapat dipercaya (reliability and trushworthiness),

pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi, mereka bisa

mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan

dan sistemnya. Kriteria ini juga termasuk dalam proses.

5) Menemukan kembali (recovery), pelanggan menyadari bahwa bila ada

kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia

jasa pelayanan akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan

situasi dan mencari pemecahan yang tepat.

6) Reputasi dan dapat dipercaya (reputation and credibility), pelanggan

menyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya dan

memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya.

(Tjiptono, 2002)

3. Persepsi Kualitas Pelayanan

Pengertian persepsi kualitas pelayanan adalah pengukuran konsumen

terhadap pengalamannya tentang suatu peristiwa maupun benda dengan

menggunakan indranya untuk membuat kesimpulan tentang informasi dan

menafsirkan pesan tentang keunggulan perusahaan dan karyawannya dilihat dari

cara pelayanannya secara keseluruhan, dengan membandingkan apa yang

mereka rasakan dengan apa yang menjadi harapan mereka.

Harapan konsumen merupakan dasar untuk memberikan evaluasi

(31)

apa yang diharapkan maka konsumen akan puas, demikian sebaliknya

(Kurtz, 1998).

Usaha kualitas harus dimulai dengan kebutuhan konsumen dan berakhir

dengan persepsi konsumen (Kotler, 1997). Hal ini berarti kualitas merupakan

penilaian yang diberikan konsumen dan citra kualitas yang baik bukan

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa melainkan sudut

pandang atau persepsi konsumen. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan

sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan

memuaskan, sehingga kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal.

Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,

maka kualitas jasa dipersepsikan buruk (Tjiptono, 2002).

Persepsi konsumen terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap

tingkat kepentingan konsumen, kepuasan konsumen dan nilai. Faktor- faktor

yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen atas suatu jasa yaitu harga,

citra, tahap pelayanan dan momen pelayanan (Rangkuti; 2002).

Parasuraman dkk (1985), mengemukakan 3 hal yang dapat digunakan

dalam menentukan kualitas pelayanan, yaitu:

1) Kualitas jasa lebih sukar untuk diukur daripada mengukur kualitas produk.

2) Persepsi adalah kesenjangan antara harapan konsumen dengan apa yang

mereka terima.

3) Evaluasi terhadap kualitas pelayanan bukan hanya pada hasil jasa semata tetapi

juga pada produksi dan pengiriman.

Berdasarkan ketiga kriteria di atas, Parasuraman dkk (1985) menegaskan

(32)

konsumen dan persepsi konsumen. Dengan adanya kesenjangan ini maka

konsumen dapat menilai apakah kualitas dapat dinilai baik atau buruk,

sedangkan oleh Oliver (dalam Qamari, 1998) kualitas pelayanan terbentuk dari

perbandingan ideal dengan persepsi dari kinerja dimensi kualitas.

Adapun untuk pengukuran kualitas suatu pelayanan Parasuraman dkk

(1985) mengemukakan 5 dimensi kualitas pelayanan:

1) Reliability (reliabilitas), kemampuan/keandalan untuk memberikan pelayanan

yang disajikan secara segera, akurat dan memuaskan.

2) Responsiveness (daya tanggap), keinginan staff untuk membantu konsumen,

tanggap dalam memahami kebutuhan konsumen, cepat memberi respon

terhadap permintaan konsumen.

3) Assurance (jaminan), adanya pengetahuan, kemampuan, sopan santun,

tidak menimbulkan keraguan, menawarkan keyakinan yang obyektif dan

sifat dapat dipercaya dari staff.

4) Emphaty (empati), kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi

yang baik dan penuh perhatian dari para staff pada setiap pelanggan.

5) Tangibles (bukti langsung), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai,

(33)

B. Loyalitas Konsumen

1. Pengertian Loyalitas Konsumen

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa

pengertian loyalitas berasal dari kata loyal yang berarti “patuh, setia, taat”

(Depdikbud, 1998), sedangkan Tjiptono (2000) memberikan definisi loyalitas

konsumen sama artinya dengan loyalitas pelanggan, yaitu “komitmen

pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang

positif dan tercermin dari pembelian yang konsisten”.

Dari kedua definisi di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud

dengan loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen terhadap produk maupun

perusahaan. Hal ini ditegaskan oleh Kotler dan Andreasen (1995), yang

mengemukakan bahwa “Menjadi setia berarti lebih memilih suatu barang

tertentu meskipun banyak insentif- insentif untuk berpindah pada produk lain”.

Engel dkk (1990), membedakan antara sikap loyal dengan perilaku

loyal. Perilaku loyal didefinisikan sebagai perilaku membeli ulang yang

selektif dan didasarkan pada proses evaluatif, sedangkan sikap loyal

merupakan predisposisi untuk berperilaku. Berdasarkan analisis tersebut maka

loyalitas didefinisikan sebagai pilihan sikap dan perilaku terhadap suatu merek

adalah lebih selama periode waktu tertentu. Kebiasaan yang dipertahankan

tanpa komitmen yang kuat akan rentan terhadap perubahan. Loyalitas harus

dipelihara dan dipertahankan melalui komitmen yang berkesinambungan,

karena loyalitas yang tinggi adalah salah satu aset yang paling besar bagi

(34)

mendukung dan menolak perubahan dari konsumen, sehingga membuat jalan

masuk pesaing menjadi sulit dan mahal.

Beberapa ahli, mendefinisikan loyalitas sebagai suatu perilaku konsumen

yang melakukan pengulangan pembelian, seperti yang dikemukakan Peter dan

Olson (1990) yang menggunakan pendekatan behavioral dan pendekatan kognitif

untuk mempelajari loyalitas. Loyalitas didefinisikan sebagai intensi dan

perilaku pembelian berulang. Selain memfokuskan pada perilaku, maka

proses kognitif juga diperhatikan sebagai suatu hal yang sangat berpengaruh

terhadap pembentukan perilaku tersebut. Ditambahkan oleh Day (dalam Assael,

1992) yang mengemukakan bahwa disamping adanya pembelian secara

berulang-ulang, konsumen dianggap loyal jika konsumen tersebut mempunyai sikap

yang baik terhadap toko atau tempat perbelanjaan tertentu, karena ada

kemungkinan konsumen mengulang pembelian dengan alasan karena harganya

lebih murah dan meninggalkan tempat pembelanjaan ketika harganya mulai

naik, Day menyebut ini sebagai loyalitas palsu. Oleh karena itu, pembelian

berulang saja tidak dapat menunjukkan loyalitas.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Halloway dan

Hancock (1973) yang menyatakan “Loyalitas pada umumnya menunjuk pada

pola perilaku pembelian berulang yang disertai komitmen pada suatu merek

ataupun perusahaan dan komitmen ini akan bertahan lama. Walaupun terjadi

banyak perubahan dalam diri individu namun bukti menunjukkan bahwa

pemilihan terhadap suatu merek akan tetap hidup”. Laaksonen (1993),

menambahkan bahwa keberadaan loyalitas ditunjukkan ketika konsumen

(35)

Jacoby (dalam Engel dkk, 1992) menyatakan bahwa konsumen yang loyal

ditunjukkan dengan pembelian berulang yang didasari oleh faktor- faktor,

sebagai berikut:

a. Faktor Kognitif

Proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk

dilakukan oleh konsumen dengan mempertimbangkan harga, tempat, waktu

dan sebagainya. Konsumen memerlukan pengetahua n sebagai bahan

pertimbangan sehingga konsumen perlu pula mengaktifkan ingatannya.

b. Faktor Afektif

Dalam membeli suatu produk, konsumen akan lebih memakai perasaan

suka atau tidak suka terhadap produk dan tempat pembelian produk tersebut.

c. Faktor Evaluatif

Evaluasi terhadap baik/buruk sesuai dengan keinginan atau tidak dilakukan

konsumen sebelum membeli suatu produk.

d. Faktor Kecenderungan

Dalam hal ini konsumen telah memiliki kebiasaan untuk memilih suatu

merek dan tempat pembelian tertentu.

Sedangkan Hadipranata (1997) berpendapat bahwa “loyalitas merupakan

kebiasaan berulang secara konsisten yang muncul sebagai kebiasaan yang

disadari dengan pertimbangan-pertimbangan, baik secara emosional maupun

rasional sehingga sulit untuk berubah. Loyalitas ini berdasarkan minat yang kuat,

sikap yang baik, fanatisme dan adanya konsistensi”.

Menurut Solomon (1992) “Loyalitas adalah suatu pembelian berulang

(36)

periode waktu tertentu. Pola-pola pembelian berulang dalam loyalitas tersebut

dapat dicapai berdasarkan sikap yang positif terhadap suatu tempat pembelian.

Loyalitas diawali pada proses pemilihan dengan alasan obyektif. Setelah

beberapa waktu pilihan tersebut menimbulkan ikatan emosional dengan

konsumen. Konsumen yang loyal secara aktif akan mempunyai keterlibatan

yang tinggi dengan pilihan tersebut”.

Selain itu, suatu pembelian dapat diulang karena konsumen belajar

dari pengalaman masa lalu yaitu pada sesuatu yang telah memberikan

kepuasan. Dalam hal ini, proses pengambilan keputusan yang kompleks tidak

akan terjadi pada setiap kali pembelian. Kepuasan konsumen menjadi hal

yang sangat penting dalam membangun loyalitas konsumen. Kepuasan sendiri

diartikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif setidaknya

atau melebihi harapan konsumen. Kepuasan ini akan mempengaruhi niat

untuk melakukan pembelian ulang (Engel dkk, 1990)

Hal tersebut dipertegas oleh Peter dan Olson (1990), yang menyatakan

bahwa loyal paling tidak harus ada minat dan kepuasan yang mempengaruhi

perilaku loyal. Bila konsumen tidak puas, maka sikap dan keinginan tidak akan

terbentuk. Hal itu disebabkan karena konsumen akan cenderung memberikan

citra yang negatif.

Dengan demikian loyalitas dapat diartikan hasil dari kepuasan dan

komitmen yang kuat sehingga pencarian informasi dan evaluasi akan sedikit

dilakukan atau tidak dilakukan sama sekali ketika konsumen memutuskan

(37)

Loyalitas konsumen pada suatu toko adalah kecenderungan konsumen

untuk berlangganan pada suatu toko selama periode waktu tertentu. Loyalitas

toko merupakan faktor penting yang mempengaruhi keuntungan perusahaan.

Konsumen yang loyal cenderung untuk mengkonsentrasikan pembelian pada

suatu toko. Oleh karena itu, akan menguntungkan apabila mereka dapat

diidentifikasikan sebelumnya (Loudon dan Bitta, 1993).

Pola-pola berlangganan pada suatu toko merupakan hasil dari loyalitas

toko yang didasarkan pada komitmen konsumen yang meliputi kebiasaan dan

pilihan yang kuat (Spiggle dan Sewall, 1987).

Ernis dan Paul membuat indeks loyalitas yang terdiri dari

pengukuran-pengukuran:

a. Prosentase anggaran belanja yang dialokasikan pada suatu toko.

b. Jumlah toko yang menjadi langganan selama periode penelitian

c. Jumlah pengalihan atau perubahan pada toko.

Menurut Laaksonen (1993), hanya ada beberapa pengukuran loyalitas

toko yang mengkombinasikan data-data mengenai sikap dan perilaku. Salah

satunya menggunakan 3 tingkat loyalitas yang terdiri dari faktor pengukuran:

a. Perkiraan subyektif mengenai prosentase berbelanja pada suatu toko.

b. Peringkat toko di antara pesaing dengan kriteria seperti: produk, jarak,

sikap penjual, dan lain- lain.

c. Kecenderungan untuk berbelanja pada suatu toko ketika konsumen

membutuhkan suatu barang.

Loyalitas adalah hal yang sangat penting mengingat persaingan

(38)

bermanfaat bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Memelihara

pelanggan pada umumnya merupakan strategi yang lebih efisien daripada

mencari pelanggan yang baru. Mencari pelanggan yang baru membutuhkan

biaya 6 kali lebih mahal bila dibandingkan dengan memelihara pelanggan

yang loyal (Peter dan Olson, 1990).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas maka

dapat diambil kesimpulan bahwa loyalitas konsumen bukan sekedar

pembelian ulang yang terjadi secara konsisten namun merupakan suatu

kebiasaan yang disadari dan melibatkan pertimbangan-pertimbangan, baik

secara rasional maupun emosional sehingga sulit untuk diubah. Loyalitas

konsumen yang dalam hal ini adalah loyalitas terhadap suatu tempat

perbelanjaan mengandung suatu komitmen yang kuat untuk memilih suatu

tempat perbelanjaan dibanding konsumen untuk membeli berulang dan

pembelian berulang pada suatu tempat perbelanjaan.

2. Aspek-aspek Loyalitas

Pemahama n loyalitas dapat dipahami melalui 2 pendekatan, yaitu

pendekatan behavioral dan pendekatan kognitif (Assael, 1992). Pendekatan

behavioral terutama menekankan pada konsistensi perilaku membeli produk

tertentu. Perilaku membeli ulang diasumsikan sebagai cerminan terjadinya

penguatan dan hubungan yang kuat antara stimulus dan respon. Perilaku

dianggap sebagai satu-satunya indikator yang penting sehingga proses

kognitif cenderung diabaikan. Sudut pandang ini selalu berimplikasi pada

aspek-aspek pengukuran loya litas yang didasarkan hanya pada rentetan

(39)

elektronik. Pengukuran lewat perilaku ini mempunyai beberapa kelemahan,

seperti hasil yang bisa menyesatkan, tidak dapat menjelaskan terjadinya

penguatan atau reinforcement dan pengaruh belajar (Assael, 1992).

Berbeda dengan pendekatan behavioral, pendekatan kognitif tidak

semata- mata berfokus pada aspek perilaku yang nampak untuk menjelaskan

loyalitas tetapi juga melibatkan aspek sikap lainnya, seperti kognisi, evaluasi,

afeksi dan predisposisi. Loyalitas bukan sekedar pembelian ulang secara

kontinyu, namun ditunjukkan pula dengan adanya suatu komitmen. Hal ini

sejalan dengan konsep loyalitas yang dikemukakan Dick dan Basu (1994),

serta Jones dan Sasser (1996) yang menyatakan bahwa aspek-aspek yang

terkandung dalam loyalitas tidak hanya meliputi perilaku pembelian ulang

saja, namun juga disertai intensi dan perilaku-perilaku lain.

Penelitian-penelitian juga telah menunjukkan bahwa dengan menggunakan komponen

perilaku maupun sikap, akan menghasilkan konsep dan pengukuran loyalitas

pelanggan yang lebih mantap (Assael, 1992).

Jones dan Sasser (1996) menguraikan beberapa hal yang dapat

dijadikan indikator loyalitas secara detil, yaitu:

a. Intensi atau niat membeli kembali

Intensi menjadi indikator yang cukup kuat untuk meramalkan perilaku

walaupun sangat sederhana, cukup dengan menanyakan apakah

konsumen berniat untuk membeli kembali suatu produk akan dapat didata

(40)

b. Perilaku- perilaku primer

Termasuk dalam kategori ini adalah perilaku membeli ulang yang

benar-benar telah dilakukan konsumen. Frekuensi, jumlah transaksi, lama atau

durasi perilaku membeli ulang telah terjadi dan kelanggengan hubungan

merupakan indikator- indikator dari perilaku- perilaku primer. Walaupun

aspek ini cukup penting, namun sebenarnya hanya dapat memberi

gambaran sekilas saja dan kadang-kadang menyesatkan.

c. Perilaku-perilaku sekunder

Aktivitas-aktivitas seperti menyebarkan informasi positif tentang perusahaan,

memberikan pujian, mau merekomendasikan perusahaan pada pihak ketiga

dan membawa konsumen baru ke perusahaan merupakan perilaku-perilaku

sekunder yang menandakan loyalitas.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Beberapa penelitian mempelajari masalah karakteristik demografi,

sosio ekonomi dan psikografik pada konsumen yang loyal dan hasilnya

menunjukkan bahwa ada pola-pola dari karakteristik konsumen tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Loudon dan Bitta

(1993), konsumen yang loyal biasanya cenderung lebih tua, mempunyai

tingkat pendidikan yang lebih rendah dan biasanya memiliki tingkat

penghasilan yang lebih rendah bila dibandingkan konsumen yang tidak loyal.

Secara psikografik konsumen yang loyal cenderung tidak memperhatikan

gaya, kurang suka mencoba produk baru dan kurang bersosialisasi. Selain itu,

(41)

Goldman (dalam Assael, 1992), membuktikan bahwa konsumen yang

loyal kurang suka membandingkan beberapa toko sebelum mereka membeli

sesuatu. Mereka hanya mengetahui beberapa toko dan hanya mengunjungi

toko yang diketahuinya saja.

C. Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Konsumen

Persepsi kualitas pelayanan merupakan suatu proses kognitif dan afektif

konsumen untuk memandang, menginterpretasi, menganalisis, dan mengintegrasi

pelayanan yang disediakan perusahaan secara utuh mempunyai pengaruh yang

tidak bisa diabaikan begitu saja oleh perusahaan karena hal ini berkaitan erat

dengan kebutuhan konsumen untuk menerima apa yang mereka cari sesuai dengan

harapan mereka dan keberadaannya termasuk kontribusi penting yang diberikannya

dalam perusahaan. Sedangkan pengertian dari loyalitas pada umumnya mengarah

pada perilaku membeli ulang dengan suatu komitmen pada suatu merek atau

perusahaan dan komitmen ini akan bertahan lama (Halloway dan Hancock, 1973).

Ditambahkan pula oleh Laaksonen (1993), bahwa keberadaan loyalitas ditunjukkan

ketika konsumen menolak pengaruh-pengaruh untuk pindah ke tempat lain.

Ada begitu banyak alasan mengapa seorang konsumen memilih suatu tempat

perbelanjaan untuk berbelanja, antara lain beberapa konsumen meninggalkan tempat

perbelanjaan yang satu ke tempat perbelanjaan yang lain karena ingin

mendapatkan harga yang lebih murah (Day dalam Assael, 1992). Hal lain yang

dapat menyebabkan konsumen pindah ke tempat perbelanjaan lain, selain karena

harga adalah karena apa yang mereka cari, mereka temukan di tempat perbelanjaan

(42)

saat maupun sesudah mengkonsumsi produk yang ditawarkan (Engel dkk, 1992).

Faktor lain yang menyebabkan konsumen beralih ke perusahaan atau tempat

perbelanjaan lain karena faktor pelayanan yang tidak dapat memuaskan keinginan

konsumen.

Perusahaan dengan kualitas pelayanan yang baik akan terus berusaha untuk

mempertahankan konsumennya pada posisi yang seharusnya dan perusahaan harus

dapat memprediksi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumennya yang

kemudian sedapat mungkin dipenuhi dengan beberapa tahapan tertentu. Dalam hal

ini persepsi kualitas pelayanan menjadi sangat penting karena hal ini akan

menumbuhkan sikap tertentu terhadap perusahaan termasuk di dalamnya akan

menentukan apakah seorang konsumen akan tetap tinggal dalam perusahaan

tersebut atau cenderung memilih untuk meninggalkan perusahaan.

Penelitian-penelitian menemukan bahwa evaluasi yang dilakukan konsumen

mengenai kualitas pelayanan akan berpengaruh pada kepuasan konsumen

(Kurtz dan Clow,1998). Penelitian yang dilakukan oleh Tse dan Wilson

(dalam Bolton dan Drew, 1990) menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan yang

dirasakan konsumen mempunyai pengaruh langsung terhadap kepuasan atau

ketidakpuasan konsumen. Mereka menemukan bahwa semakin tidak puas

seseorang terhadap pelayanan suatu toko akan semakin kuat dorongannya untuk

pindah ke tempat belanja lain, jadi ketidakpuasan yang menjadi salah satu

penyebab pindahnya konsumen ke tempat perbelanjaan lain.

Konsumen menginginkan bahwa produk atau jasa yang akan mereka beli

(43)

akan melakukan penawaran dan bertidak sesuai dengan harapan nilainya yang akan

berpengaruh pada kepuasannya dan kemungkinan akan membeli kembali.

Kepuasan dari konsumen akhirnya akan membentuk loyalitas konsumen

terhadap produk atau perusahaan dinilai dapat memberikan kepuasan. Terjadinya

loyalitas memiliki banyak aspek, di antara aspek-aspek itu adalah harga, kondisi

lingkungan belanja (kebersihan, kerapian, kenyamanan, keamanan, dan lain- lain),

pelayanan, komunikasi interpersonal antara konsumen dengan sales,

kelengkapan produk yang ditawarkan.

Bilamana kebutuhan-kebutuhan konsumen dan harapan-harapannya terjaring

dengan tujuan-tujuan perusahaan, sebuah integrasi yang saling menguntungkan

akan tercipta antara individu dan perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan

termotivasi untuk mengembangkan pelayanannya dengan tujuan mendapatkan dan

mempertahankan konsumen dengan lebih baik dan secara otomatis akan mereduksi

loyalitas konsumen.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kualitas pelayanan memiliki

arti yang cukup penting bagi perkembangan perusahaan dan loyalitas konsumen.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam pengembangan kualitas pelayanan akan

sangat menunjang meningkatnya keuntungan secara maksimal bagi perusahaan

bila dilaksanakan dengan cara yang terbaik dari aspek-aspek pelayanan yang ada

(44)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada korelasi positif antara persepsi kualitas

pelayanan dengan loyalitas konsumen. Apabila konsumen memiliki persepsi yang

tinggi terhadap kualitas pelayanan maka loyalitas loyalitas konsumen akan semakin

(45)

29

A. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : Persepsi kualitas pelayanan

2. Variabel tergantung : Loyalitas konsumen

B. Definisi Operasional

1. Persepsi Kualitas Pelayanan

Persepsi kualitas pelayanan merupakan suatu cara pandang, pemahaman

serta penilaian konsumen dengan menggunakan indranya mengenai gambaran

kualitas pelayanan secara utuh pada tempat perbelanjaan. Persepsi kualitas

pelayanan ditunjukkan dengan adanya keandalan dalam melayani yang disajikan

secara segera dan memuaskan (reliability), adanya respon yang cepat terhadap

permintaan konsumen (responsiveness), kemampuan untuk memberikan

keyakinan secara obyektif dan sifat dapat dipercaya (emphaty), baik dalam

menjalin hubungan komunikasi dan memberikan perhatian kepada setiap

pelanggan (jaminan) sekaligus adanya kelengkapan, kerapian dan kebersihan

fasilitas fisik. Persepsi kulitas pelayanan tercermin dalam skor yang diperoleh

subjek dalam skala kualitas pelayanan. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek

semakin tinggi pula persepsi kualitas pelayanan konsumen.

(46)

2. Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen adalah perilaku membeli ulang konsumen dengan

suatu komitmen pada suatu tempat perbelanjaan yang biasanya ditunjukkan

dengan intensi atau niat untuk membeli kembali, perilaku-perilaku primer yang

ditunjukkan dengan frekuensi pembelian, jumlah transaksi, dan adanya pujian

dengan informasi- informasi positif tentang perusahaan kepada pihak lainnya.

Loyalitas konsumen tercermin dalam skor yang diperoleh subjek dalam skala

Loyalitas konsumen. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek semakin tinggi pula

Loyalitas yang diberikan konsumen.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian dikenal istilah populasi dan sampel. Hadi (1995)

mengatakan bahwa populasi adalah sejumlah penduduk atau ind ividu yang paling

sedikit mempunyai satu sifat yang sama, sedangkan individu yang diselidiki yang

merupakan bagian dari populasi disebut sampel.

Populasi dalam rencana penelitian ini adalah konsumen pada Dazzle Celluler

Accessories. Sampel yang dipakai sebagai subyek penelitian adalah konsumen

yang telah datang dan berbelanja sebanyak minimal 3 (tiga) kali dengan asumsi

responden tersebut loyal yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian ulang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, di mana

hanya subyek yang kebetulan hadir dan memiliki waktu luang yang sesuai dengan

(47)

D. Prosedur Penelitian

Adapun langkah- langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Membuat skala pengukuran Persepsi Kualitas Pelayanan dan skala Loyalitas

konsumen untuk diuji cobakan pada kelompok uji coba yang sudak ditentukan.

2. Melakukan estimasi validitas isi, analisis item dan reliabilitas skala untuk

mendapatkan butir-butir yang sahih dan skala yang reliabel.

3. Menentukan subjek penelitian sesuai kriteria dan kemudia mengukur tingkat

loyalitas konsumen dan Persepsi Kualitas Pelayanan dengan cara meminta

subjek untuk mengisi skala yang telah diuji kesahihannya dan kereliabelannya.

4. Menguji data yang masuk dengan uji statistik korelasi product moment untuk

melihat ada tidaknya hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dengan

loyalitas konsumen.

E. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dari 2 (dua) skala yang masing- masing mengukur

variabel persepsi kualitas pelayanan dan loyalitas konsumen. Alat ukur yang

memenuhi kualifikasi validitas dan realibilitas yang digunakan dalam penelitian

apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengungkap apa yang akan

(48)

Kedua alat ukur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Skala Persepsi Kualitas Pelayanan

Skala persepsi kualitas pelayanan adalah alat ukur untuk mengungkap

tingkat persepsi kualitas pelayanan pada konsumen pada tempat perbelanjaan.

Item pada skala ini dibuat dengan adaptasi dari kriteria dimensi kulitas pelayanan

dari Parasuraman dkk (1985) yaitu reliability (reliabilitas), responsiveness (daya

tanggap), assurance (jaminan), emphaty (empati), tangibles (bukti langsung).

Tabel 1

Sebaran Aitem Skala Persepsi Kualitas Pelayanan Sebelum Diujicobakan

Nomor item Jumlah

item Aspek

Favorable Unfavorable Fav Unfav

Total % Reliability (reliabilitas) 1,14,46,48, 54,67,70 9,10,17,43,55, 65,68

7 7 14 20

Responsiveness (daya tanggap) 2,7,18,27,36, 39,52 21,30,33,53, 56,61,63

7 7 14 20

Assurance (jaminan) 5,12,22,28, 45,49,51 13,31,32,37, 38,57,60

7 7 14 20

Emphaty (empati) 11,19,23,35, 50,58,62 6,11,20,25,29, 59,65

7 7 14 20

Tangibles (bukti langsung) 4,16,26,34, 42,44,66 3,8,24,40,41, 47,69

7 7 14 20

Total 35 35 70 100

Item- item tersebut disusun dalam bentuk skala dengan menggunakan

method of summated ratings dengan empat alternatif jawaban yaitu SS (sangat

sering), S (sering), JR (jarang), dan TP (tidak pernah). Pemberian skor dilakukan

dengan melihat sifat item. Pada item favorable, skor akan bergerak dari angka 4

untuk (SS) sampai dengan 1 (TP) sedangkan untuk item unfavorable akan bergerak

(49)

2. Skala Loyalitas Konsume n

Skala loyalitas konsumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur

loyalitas konsumen. Itempada skala ini dibuat dengan menggunakan skala yang

mengacu pada Jones dan Sasser (1996) dengan berdasarkan aspek-aspek loyalitas,

yang meliputi adanya intensi atau niat membeli kembali, perilaku-perilaku primer,

dan perilaku-perilaku sekunder.

Tabel 2

Sebaran Item Skala Loyalitas Konsumen Sebelum Diujicobakan

Nomor item Jumlah

item

Total % Aspek

Favorable Unfavorable Fav Unfav Intensi

atau niat membeli kembali

1,6,16,21,28,34 5,11,15,22,29,35 6 6 12 30

Perilaku-perilaku primer

4,7,12,16,18, 26,33,39

1,3,20,27,31,32,36,38,40 8 8 16 40

Perilaku-perilaku sekunder

2,9,10,23,24,30 3,8,14,19,25,37 6 6 12 30

Total 20 20 40 100

Item- item tersebut disusun dalam bentuk skala dengan menggunakan

method of summated ratings dengan empat alternatif jawaban yaitu SS (sangat

sering), S (sering), JR (jarang), dan TP (tidak pernah). Pemberian skor dilakukan

dengan melihat sifat item. Pada item favorable, skor akan bergerak dari angka 4

(SS) sampai dengan 1 (TP) sedangkan untuk item unfavorable akan bergerak dari

(50)

F. Validitas dan Reliabilitas

Untuk mencapai tingkat obyektivitas hasil yang tinggi, alat ukur yang digunakan

harus me mpunyai validitas dan reliabilitas yang akurat.

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dengan jitu dan teliti (Azwar,

1997).

Analisis terhadap butir pernyataan pada Skala Persepsi Kualitas

Pelayanan dan Skala Loyalitas Konsumen menggunakan validitas isi.

Menurut Azwar (1997), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi

lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional oleh proffesional

judgement. Dengan demikian untuk mengetahui relevansi butir pernyataan

sebagai alat untuk mengungkap atribut yang hendak diukur dapat dik etahui

lewat nalar dan akal sehat, yaitu dengan selalu mencocokkan butir pernyataan

dengan blue print. Oleh karena itu, blue print skala harus diikuti dengan baik

(51)

2. Seleksi Item

Seleksi item digunakan korelasi skor tiap butir pernyataan dengan skor

totalnya dengan memakai rumus product moment dari Pearson. Seleksi item

dilakukan dengan mencocokkan butir pernyataan dengan blue print skala

yang memberikan gambaran mengenai isi skala untuk tetap berada dalam

lingkup yang benar. Oleh karena itu, blue print skala harus diikuti dengan

baik untuk mendukung validitas isi skala.

Adapun seleksi item yang sahih dilakukan dengan dengan menggunakan

kriteria r > 0,30. Butir pernyataan yang sahih dapat membedakan subyek satu

dengan yang lain secara tepat.

3. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan

hasil pengukuran yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran

kembali terhadap subyek yang sama. Pengujian reabilitas dilakukan terhadap

kumpulan butir pernyataan yang terpilih. Reliabilitas suatu alat ukur sering

disebut konsistensi, yang pada prinsipnya menunjukkan seberapa jauh hasil

pengukuran dari alat ukur relatif konsisten, apabila dilakukan pengukuran

terhadap subyek yang sama selama aspek-aspek dalam diri subyek yang

diukur belum berubah (Azwar, 1997). Uji reabilitas dilakukan dengan teknik

Alpha Cronbach yang dikenakan pada butir pernyataan yang sahih.

Untuk melakukan analisis butir pernyataan dan uji reabilitas

skala-skala ini digunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science) 13.0

(52)

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik.

Alasan yang mendasarinya adalah statistik dapat mewujudkan kesimpulan

penelitian dengan memperhitungkan faktor kesahihan. Selain itu pertimbangan

lain adalah bahwa statistik bekerja dengan angka-angka, bersifat obyektif dan

universal dalam arti dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian (Hadi,

1995).

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan

persepsi kualitas pelayanan dengan loyalitas konsumen, maka analisis statistik

yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik korelasi product moment

dari Pearson. Asumsi yang mendasari model analisis ini meliputi asumsi

normalitas sebaran dan linearitas hubungan. Asumsi tersebut berarti

variabel-variabel yang terlibat mempunyai sebaran normal dan hubungan antara kedua

variabel adalah linier. Untuk melakukan uji asumsi normalitas, linearitas dan uji

hipotesis digunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science) 13.0 for

(53)

37

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Dazzle Cellular Accessories (Dazzle CA) merupakan sebuah retail

company yang sedang berkembang. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 7 Juli

2002 oleh Bapak Yudo Satrianto dan Ibu Diana Riasari. Perusahaan ini bergerak

dibidang penjualan aksesoris hand phone yang terletak di jalan Kaliurang KM. 5,6

Yogyakarta. Menurut beliau, pangsa pasar bisnis di bidang aksesoris hand phone

sangat bagus, apalagi untuk pasar seperti kota Yogya.

Pada awalnya Dazzle CA tidak lebih seperti toko–toko biasa lainnya,

terletak di jalan Kaliurang KM. 4,5 Yogyakarta dengan luas bangunan 3,5 X 4,5

Meter. Sejalan dengan waktu toko ini maju dan berkembang, pada tanggal 1

Januari 2003 toko ini melakukan perluasan tempat dengan menambah bangunan

yang ada disebelah toko yang mempunyai ukuran 7 X 4,5 Meter. SDM,

manajemen, strategi penjualan, dan strategi pemasaran perusahaan yang baik dan

berkualitas membuat Dazzle CA semakin maju dan berkembang. Pada tanggal 25

Agustus 2003, Dazzle CA berpindah tempat ke Jalan Kaliurang KM. 5,6

Yogyakarta. Tempat yang baru ini mempunyai luas bangunan 14,5 X 9 Meter.

Melihat kemajuan dan perkembangan perusahaannya, Yudo Satrianto di

(54)

struktur perusahaan yang baik, lengkap dengan prosedur–prosedur yang

diperlukan dalam melakukan suatu kegiatan dan job description masing- masing

bagian. Beliau percaya bahwa sebuah perusahaan tidak akan dapat maju jika tidak

didukung oleh suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu

untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan yang baik. Tidak heran jika

perusahaan ini dapat berkembang dengan cepat.

Visi, Misi, Filosofi, dan semboyan Dazzle CA. Ÿ Visi

Visi Dazzle CA adalah “Menjadikan Dazzle CA sebagai pusat

penjualan aksesoris hand phone terbesar, terlengkap, dengan produk

dan layanan yang berkualitas”.

Ÿ Misi

Misi Dazzle CA adalah “Meningkatkan pelayanan dan kualitas SDM

dengan sistem yang ada”.

Ÿ Filosofi

Filosofi Dazzle CA adalah “Niat baik dan kerja keras”.

Ÿ Semboyan

Semboyan Dazzle CA adalah :

Intern : “Tetap semangat”.

(55)

2. Perijinan

Untuk memperoleh ijin penelitian di Dazzle Celluler Accessories, penulis

terlebih dahulu menyiapkan surat permohonan ijin penelitian dari Dekan Fakultas

Psikologi Sanata Dharma yang ditujukan langsung kepada Pimpinan Dazzle

Celluler Accessories Yogyakarta.

3. Pelaksanaan Uji Coba

Setelah alat ukur siap dan ijin penelitian disetujui, maka dilakukan uji coba

alat ukur. Uji coba alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas aitem

dan reliabilitas alat ukur. Pelaksanaan uji coba alat penelitian dilakukan pada

tanggal 10 Februari 2004 sampai dengan 14 Februari 2004 dengan menyebarkan

angket uji coba kepada konsumen yang telah datang minimal tiga kali dengan

dibantu oleh sebagian sales counter.

Pengisian skala oleh subyek dilakukan apabila sub yek benar-benar

memiliki waktu luang untuk mengisinya. Hal ini dilakukan supaya dapat

memberikan keleluasaan kepada subjek penelitian dalam mengisi angket tanpa

rasa keterpaksaan.

4. Hasil Ujicoba Alat Penelitian

Jumlah skala yang disebarkan untuk ujicoba adalah 54 skala. Dari jumlah

skala yang disebarkan, terkumpul 54 skala dan semuanya terisi memenuhi kriteria

yang ditentukan.

a. Analisis Item

Uji coba butir dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product

(56)

diperoleh koefisien korelasi (Persepsi Kualitas Pelayanan) berkisar antara r =

-0,288 hingga r = 0,675. Kemudian dilakukan tes signifikansi yaitu dimulai dengan

mencari nilai kritis dengan melihat tabel signifikansi pada subyek berjumlah 54

dengan p: 0,05 diperoleh nilai kritis sebesar 0,26. Untuk item yang mempunyai

skor korelasi item total kurang dari 0,26, item tersebut digugurkan. Dari 70 item,

47 item lolos dan dijadikan item penelitian dan 23 item gugur karena memiliki

nilai korelasi item-total kurang dari 0,26. Uji reliabilitas pada 47 butir pernyataan

yang sahih tersebut menghasilkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,943.

Berikut adalah sebaran item hasil uji coba:

Tabel 3

Sebaran item Skala Persepsi Kualitas Pelayanan Setelah Diujicobakan

Nomor item Jumlah item Aspek

Favorable Unfavorable Fav Unfav Total % Reliability (reliabilitas) 1,14,48,54,60* 67,70 9*,10*,17*,46*,55, 64,65

7 7 14 20

Responsiveness (daya tanggap)

2,7*,18,27,36, 39,52

21,30*,33,53, 56,61,63 7 7 14 20

Assurance (jaminan)

5,12,22,28,

45*,49*,51*

13*,31,32,37, 38,57,68 7 7 14 20

Emphaty (empati)

11*,19,23,35,

43*,58,62

6*,15,20,25*,

29*, 50,59

7 7 14 20

Tangibles (bukti langsung)

4*,16,26*,34,

42*,44,66

3*,8*,24*,40,4147*,69 7 7 14 20

Total 35 35 70 100

Keterangan : angka becetak tebal dan ada tanda * adalah item yang tidak sahih

Setelah diketahui validitas item dan reliabilitas alat ukur, item- item dalam

skala Persepsi Kualitas Pelayanan ini dilakukan penomoran kembali sebelum

digunakan dalam penelitian. Sebaran item skala Persepsi Kualitas Pelayanan yang

(57)

Tabel 4

Sebaran Item-item Sahih Skala Persepsi Kualitas Pelayanan

Setelah Diujicobakan

Nomor item Jumlah item Aspek

Favorable Unfavorable Fav Unfav Total

% Reliability

(reliabilitas)

1,5,28,32 44,47

33, 41,42 6 3 9 19

Responsiveness (daya tanggap)

2,8,14,21,24,30 11,18,31, 34,38,40 6 6 12 26

Assurance (jaminan)

3,4,12,15 16,17,22, 23,35,45 4 6 10 21

Emphaty (empati) 9,13,20,36,39 6,10,29,37 5 4 9 19

Tangibles (bukti langsung)

7,19,27,43 25,26,46 4 3 7 15

Total 25 22 47 100

b. Skala Loyalitas

Skala Loyalitas terdiri dari 40 butir pernyataan. Uji coba butir dilakukan

dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang dikembangkan oleh

Pearson. Setelah dilakukan uji validitas item diperoleh koefisien korelasi berkisar

antara r = 0,033 hingga r = 0,603. Untuk item yang mempunyai skor korelasi item

total kurang dari 0,26, item tersebut digugurkan. Dari 40 item, 29 item lolos dan

dijadikan item penelitian dan 11 item gugur karena memiliki nilai korelasi item

total kurang dari 0,26. Uji reliabilitas pada 29 butir pernyataan yang sahih tersebut

menghasilkan koefisien reliabilitas alpha (SD) sebesar 0,894. 29 butir pernyataan

(58)

Tabel 5

Sebaran Item Skala Loyalitas Konsumen Setelah Diujicobakan

Nomor item Jumlah item

Total Aspek

Favorable Unfavorable Fav Unfav

% Intensi atau niat

membeli kembali

1*,6,16,21,28,

34*

5*,11*,15*,22, 29,35

6 6 12 30

Perilaku-perilaku primer

4,7*,12*,17,

18*, 26,33,39

13,20*,27,31,32 ,36,38,40*

8 8 16 40

Perilaku-perilaku sekunder

2,9,10*,23,24,30 3,8,14,19,25,37 6 6 12 30

Total 20 20 40 100

Keterangan : angka bercetak tebal dan ada tanda * adalah item yang tidak sahih

Setelah diketahui validitas item dan reliabilitas alat ukur, item- item dalam

skala loyalitas konsumen ini dilakukan penomoran kembali sebelum digunakan

dalam penelitian. Sebaran item skala Loyalitas yang dipakai dalam penelitian

adalah sebagai berikut:

Tabel 6

Sebaran Item-item Sahih Skala Loyalitas Konsumen

Setelah Diujicobakan

Nomor item Jumlah item Aspek

Favorable Unfavorable Fav Unfav Total

% Intensi atau niat membeli

kembali

4,9,12,19 13,20,25 4 3 7 24

Perilaku-perilaku

Gambar

Gambar 1. Proses Persepsi
Tabel 1 Sebaran Aitem Skala Persepsi Kualitas Pelayanan
Tabel 2 Sebaran Item Skala Loyalitas Konsumen
Tabel 3 Sebaran item Skala Persepsi Kualitas Pelayanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, salah satunya adalah persepsi terhadap kualitas pelayanan karyawan Customer Service (CS). Tujuan penelitian antara

Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kualitas pelayanan dengan loyalitas nasabah.. Metode yang digunakan adalah metode

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen pada kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen secara parsial kepada konsumen Warnet Merapi

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen. Subjek penelitian berjumlah 83 orang, pasien

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat pengaruh positif persepsi konsumen pada kualitas jasa pelayanan terhadap loyalitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh pengaruh dimensi kualitas pelayanan, pemulihan kegagalan pelayanan, dan keadilan pemulihan terhadap loyalitas

Berdasarkan hasil penelitian ini maka didapat hasil bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi kualitas dengan loyalitas pengguna paket internet provider

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen dengan kepuasan konsumen sebagai variabel