• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN TRANSFORMASI PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KANTOR WILAYAH BANTEN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN TRANSFORMASI PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KANTOR WILAYAH BANTEN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN TRANSFORMASI PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

KETENAGAKERJAAN DI KANTOR WILAYAH BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

MELIYANA AGUSTINA NIM. 6661110133

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Meliyana Agustina. NIM: 6661110133. Skripsi. 2016. Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I, Rahmawati, S.Sos., M.Si., Pembimbing II, Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si.

Kata Kunci: Analisis Kebijakan, Transformasi.

(3)

ABSTRACT

Meliyana Agustina. NIM: 6661110133. Thesis. 2016. Analysis of The Transformation of PT. Jamsostek (Persero) Into The Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan in the Regional Office Banten. Public Administration Departement. Faculty of Social and Political Sciences. Sultan

Ageng Tirtayasa University. Ist Advisor , Rahmawati, S.Sos., M.Si., 2nd Advisor,

Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si.

Keyword: Analysis of Policy, Transformation.

(4)
(5)
(6)
(7)

“Kerja keras, Usaha, dan Ikhtiar adalah bagian dari Proses Keberhasilan.

Dimana puncak kesuksesannya adalah ketika dia bisa berbagi ilmunya untuk

orang-

orang disekitarnya”

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah

menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya kepada seluruh umat

manusia. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad

Shallahu‟alahi Wassalam yang telah menjadi suri tauladan dan menjadi penerang

dalam menggapai ridha Allah. Terimakasih yang mendalam penulis ucapkan kepada

kedua orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayangnya yang

tidak terhingga.

Skripsi ini diajukkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten”. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari support dan bantuan banyak

pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Untuk itu,

peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada Allah Subhanahu Wata‟ala, karena atas

keridhaan-Nya, penulis diberikan kemudahan, kelancaran, dan kemajuan dalam

(9)

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa;

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dosen Pembimbing I, terima kasih

atas arahan dan bimbingannya yang sabar dan tulus selama proses pengerjaan

skripsi;

4. Bapak Iman Mukhroman, S. Ikom., M. Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M, Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Sekaligus sebagai

Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas arahannya dari semester 1

hingga semester 9;

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

7. Bapak Riswanda , MPA., Wakil Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

8. Ibu Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si, Dosen Pembimbing II, terima kasih atas

arahan dan bimbingannya yang sabar dan tulus selama proses pengerjaan

(10)

9. Ibu Ipah Ema Jumiati, S. Sos., M. Si, Dosen Penguji Skripsi, terima kasih atas

arahan dan koreksinya dalam skripsi ini;

10. Seluruh Dosen dan Staff Program Ilmu Administrasi Negara yang telah

memberikan ilmu dan didikannya selama perkuliahan serta kemudahan kepada

saya dalam menyelesaikan skripsi;

11. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten

yang sudah membantu dalam penyediaan data untuk menyelesaikan skripsi;

12. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten yang sudah membantu

dalam penyediaan data untuk menyelesaikan skripsi;

13. Lembaga Administrasi Negara, yang sudah memberikan kesempatan dan

arahan kepada saya untuk bisa belajar (magang) disana, khususnya kepada Ibu

Septiana Dwiputrianti, S.E.,M.Com,PhD, Bapak Bambang Suhartono, S.Sos,

ME, Ibu Mid Rahmalia, SE, M.Si, Bapak Al Zuhruf, S.Sos,M.Si, Bapak Octa

Soehartono, SE, Bapak Pracoyo Cipto Nugroho, S.St, Bapak Trimo, S.Sos,

MAP, Bapak Syamsuarman, S.Sos,M.Si, dan Ibu Supinah, S.Sos;

14. Rasa terimakasih yang besar kepada keluarga terutama Ibu, yang selama ini

selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa kepada saya, Ibu yang selalu

memperjuangkan saya untuk bisa berpendidikan tinggi walaupun tanpa sosok

seorang Ayah, kepada kaka saya Farida Wahyuni, yang selalu memberikan

(11)

15. Ibu kedua saya, yaitu Bunda Kiki. Yang juga selalu memberikan doa dan

memberikan support yang baik untuk saya, semoga Allah selalu melindungimu

dan menjagamu bunda;

16. Rasa terimakasih yang besar juga kepada orang yang selama ini selalu

menemani saya, memberikan semangat kepada saya, yang tak pernah jenuh

memberikan arahan kepada saya, yang In Syaa Allah menjadi Calon Pasangan

hidup saya, yaitu Andhira Alif Pratama;

17. Sahabat terbaik saya yaitu Maleowati, Laila, Wiwin, Novi, Puput, Lisa,

Rabistiarni, Emak Aan, Nunu, Yafie, Galang, Eja, Tian, Akew, terimakasih

banyak kalian selalu ada dan selalu memberikan canda tawa;

18. Teman sekaligus sahabat seperjuangan Ilmu Administrasi Negara, yang selalu

menemani saya, memberikan semangat untuk saya dalam mengerjakan skrispsi

ini, Lita, Lilla, ika, Ombes, Lulu, Tata, Diana, Dina, Aida, Risda, Herdandi,

Indriyani, Hanisa, Firstyana, Desy, Ocha, dan Ayu.

19. Teman Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Panyaungan Jaya Ciomas,

yaitu Fenny, Suci, Rivani, Sari, Uci, Mbak Eni, Rizki, Jaelani, Dwiki, dan

Faisal. Terima kasih kalian sudah menjadi teman yang solid, kerja sama, dan

kebersamaan kita akan selamanya saya kenang;

20. Ibu Lurah Panyaungan Jaya, terima kasih karena ibu sudah menjadi ibu yang

baik untuk kami kelompok KKM di Desa Panyaungan Jaya, ibu sudah

memberikan kami kasih sayang, dan kesabaran ibu akan menjadi panutan untuk

(12)

21. Terima kasih juga kepada Rangga, sahabat baru saya, yang sudah membantu

saya, untuk bisa penelitian di PT. Krakatau Steel, dan terima kasih karena sudah

memberikan semangat untuk saya dalam mengerjakan skripsi;

Akhir kata penulis berharap berdoa agar pihak-pihak yang telah banyak

membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari Allah

Subhanahu Wata‟ala serta penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya bagi para pembaca umumnya.

Serang, Februari 2015

(13)

DAFTAR ISI

1.2.Identifikasi Masalah ... 18

1.3.Batasan Masalah ... 19

1.4.Rumusan Masalah ... 19

1.5.Tujuan Penelitian ... 19

1.6.Manfaat Penelitian ... 20

1.7.Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1.Landasan Teori ... 29

2.1.1. Pengertian Kebijakan ... 30

2.1.2 Pengertian Transformasi ... 50

(14)

2.1.3. Pengertian Pengembangan Organisasi ... 55

2.1.4. Perubahan di dalam Organisasi ... 61

2.1.5. PT. Jamsostek (Persero) ... 73

2.1.6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 75

2.2. Penelitian Terdahulu ... 80

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 85

2.4. Asumsi Dasar ... 89 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 112

4.1.1. Deskripsi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten ... 112

4.2. Deskripsi Data ... 137

4.2.1. Deskripsi Data Penelitian ... 137

4.2.2. Deskripsi Informan Penelitian ... 139

(15)

4.2.4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 142 4.3. Pembahasan ... 169

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 185 5.2. Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... xi

(16)

DAFTAR TABEL

1.1Persentase Ketercapaian Kepesertaan Tenaga Kerja di BPJS Ketenaga-

kerjaan Kanwil Banten (Januari 2014-April 2015) ... 11

1.2Persentase Ketercapaian Kepesertaan Perusahaan di BPJS Ketenaga- kerjaan Kanwil Banten (Januari 2014-April 2015) ... 13

1.3 Perubahan Program dan Manfaat ... 15

2.1 Pendekatan Pemantauan Hasil Kebijakan ... 44

2.2 Tahap Analisis Kebijakan Subarsono ... 48

3.1 Pedoman Wawancara ... 101

3.2 Informan Penelitian ... 106

3.3 Jadwal Rencana Penelitian ... 111

4.1 Langkah-langkah Kepesertaan Program Jaminan Hari Tua ... 119

4.2 Iuran dan Tata Cara Pembayaran ... 121

4.3 Pembayaran Iuran Program Jaminan Kecelakaan Kerja ... 123

4.4 Manfaat dari Program Jaminan Kecelakaan Kerja ... 124

4.5 Daftar Informan ... 140

4.6 Pembagian Iuran BPJS Ketenagakerjaan antara Pekerja dan Perusahaan ... 170

4.7 Pembahasan dan Temuan di Lapangan ... 183

(17)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Kanwil Banten ... 9

1.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten ... 10

2.1 Konteks Sistem Kebijakan ... 37

2.2 Empat Macam Tipe Perubahan Keorganisasian ... 65

2.3 Model Perubahan Tiga Langkah ... 67

2.4 Kerangka Berpikir ... 88

3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif... 108

4.1 Infrastruktur Hirarki Peraturan, Kebijakan dan Pedoman Good Governance BPJS Ketenagakerjaan ... 172

4.2 Pendaftaran Online Pengajuan Klaim ... 180

4.3 Alur Pelayanan Tenaga Kerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja ... 182

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Surat Ijin Penelitian

2 Surat Keterangan Penelitian

3 Pedoman Wawancara

4 Catatan Lapangan dan Membercheck

5 Kategorisasi Data Penelitian

6 Matriks Hasil Wawancara

7 Dokumentasi Penelitian

8 Data Pendukung Penelitian

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin

mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Persoalan perubahan ini, tentunya sejalan juga

dengan perubahan yang ada di dalam suatu organisasi atau birokrasi. Manusia

hidup selalu membutuhkan organisasi atau birokrasi pemerintahan untuk

dapat mengatur dan menjalankan sistem pemerintahan di suatu daerah. Di

dalam organisasi atau birokrasi, untuk mencapai tujuan, harus diiringi dengan

proses perubahan. Proses perubahan inilah yang nantinya akan menjadikan

organisasi atau birokrasi tersebut akan semakin menjadi lebih baik.

Organisasi atau birokrasi harus mampu melakukan berbagai perubahan

dan inovasi organisasional, dan tidak bisa melepaskan diri dari perubahan

yang tak terhindarkan. Untuk itu, para birokrat harus selalu siap untuk

menghadapi segala macam perubahan dan persoalan-persoalan yang datang.

Untuk mengelola perubahan, pemimpin seharusnya mengembangkan

pendekatan-pendekatan yang sesuai dalam mengadopsi dan

mengimplementasikan perubahan itu. Sehingga proses perubahan yang akan

(20)

anggota organisasi. Pemimpin juga harus mendukung proses perubahan melalui

upaya penciptaan organisasi pembelajaran sebagai bagian budaya organisasi.

Negara Indonesia memiliki tujuan yaitu salah satunya adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Hal ini tertuang didalam Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 alinea keempat, yakni tujuan dari pembentukkan

Pemerintahan di Indonesia adalah untuk memajukkan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Berdasarkan hal ini, pemerintah melakukan upaya-upaya dalam mewujudkan

keadaan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Untuk itu pemerintah membuat

dan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi kesejahteraan seluruh rakyat

Indonesia.

Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang bertujuan

memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: dalam Pasal

28 H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1) ayat (2) dan melalui

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, dimana Presiden

ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka

memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan

terpadu. Jaminan sosial ini merupakan satu bentuk sistem perlindungan sosial.

Sehubungan dengan ditetapkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

(21)

dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional, selanjutnya ditindaklanjuti

dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berdasarkan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial. Badan penyelenggara Jaminan Sosial, akan dilaksanakan oleh 2 (dua) Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yaitu badan Penyelenggara Jaminan sosial

(BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan. Transformasi badan-badan penyelenggara jaminan sosial tersebut

akan dilanjutkan dengan pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai,

serta hak dan kewajiban.

Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga akan

melahirkan transformasi kelembagaan dari beberapa perusahaan persero yang

selama ini ada. Ada tiga derajat transformasi dalam Undang-undang BPJS. Tingkat

tertinggi adalah transformasi tegas. Undang-undang BPJS dengan tegas mengubah

PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan, membubarkan PT.

Jamsostek (Persero) dan mencabut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.

Tahap partama masa peralihan PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS

Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 tahun, mulai 25 November 2011 sampai

dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS

Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. Tahap kedua, adalah tahap penyiapan

operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan

(22)

dengan ketentuan Undang-undang SJSN. Persiapan tahap kedua berlangsung

selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS

Ketenagakerjaan untuk menyelenggarakan keempat program tersebut sesuai dengan

ketentuan Undang-undang SJSN selambatnya pada 1 Juli 2015.

Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek

(Persero) ditugasi untuk menyiapkan: pengalihan program Jaminan Kesehatan PT.

Jamsostek (Persero) kepada BPJS Kesehatan, pengalihan asset dan liabititas serta

hak dan kewajiban program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek

(Persero) ke BPJS Kesehatan, penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan

berupa pembangunan sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan program Jaminan

Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian,

serta sosialisasi program kepada publik, yang terakhir adalah pengalihan asset dan

liabilitas pegawai serta hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) ke BPJS

Ketenagakerjaan.

Tingkat kedua adalah transformasi tidak tegas. Undang-undang BPJS tidak

secara eksplisit mengubah PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, maupun

pencabutan peraturan perundangan terkait pembentukan PT. Askes (Persero) . UU

BPJS hanya menyatakan pembubaran PT. Askes (Persero) menjadi BPJS

Kesehatan sejak beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014. Perubahan

PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan tersirat dalam kata pembubaran PT.

(23)

Masa persiapan transformasi PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan

adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai dengan 31

Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes

(Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan, serta

menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT.

Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan. Penyiapan operasional BPJS Kesehatan

mencakup: penyusunan sistem dan prosedur operasioan BPJS Kesehatan,

sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan, penentuan program jaminan

kesehatan yang sesuai dengan Undang-undang SJSN, koordinasi dengan

Kementrian Kesehatan untuk mengalihkan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas), koordinasi dengan Kementrian Pertahanan, Tentara

Nasional Indonesia, dan Polisi Republik Indonesia untuk mengalihkan

penyelenggaraan program pelayanan kesehatan bagi anggota TNI/POLRI, yang

terakhir koordinasi dengan PT. Jamsostek (Persero) untuk mengalihkan

penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek.

Tingkat ketiga adalah tidak bertransformasi. Undang-undang BPJS tidak

menyatakan perubahan maupun pembubaran PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen

(Persero). UU BPJS hanya mengalihkan fungsi kedua Persero yaitu

penyelenggaraan program perlindungan hari tua dan pembayaran pensiun yang

diselenggarakan oleh keduanya ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat pada tahun

(24)

program yang diselenggarakan oleh keduanya ke peraturan Pemerintah. Berikut

ketentuan yang mengatur pengalihan program PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen

(Persero): Pasal 65 ayat 1, PT. Asabri (Persero) menyelesaikan pengalihan program

Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran

pension ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029. Pasal 65 ayat 2, PT.

Taspen (Persero) menyelesaikan pengalihan program tabungan hari tua dan

program pembayaran tabungan hari tua dan program embayaran pensiun dari PT.

Taspen (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029.

Undang-undang mewajibkan PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen (Persero) untuk

menyusun roadmap transformasi paling lambat tahun 2014.

Program PT. Jamsostek diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk

memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif

terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja. Program

Jamsostek diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya. Program Jamsostek

juga merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan

tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

Sebagai badan hukum publik, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib

menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada pejabat

publik yang diwaliki oleh Presiden. BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk

(25)

keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden. Laporan

tersebut harus dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun

berikutnya. (www.jamsosindonesia.com)

Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial memberi kata „transformasi‟ sebagai

perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial,

menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Perubahan bentuk bermakna

perubahan karakteristik badan penyelengara jaminan sosial sebagai penyesuaian

atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan

karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian,

ruang lingkup kerja dan kewenangan badan. Siagian (2007:230) mengemukakan

bahwa transformasi organisasi bermakna upaya perubahan yang dilakukan bersifat

drastis dan mendadak yang diarahkan pada tiga faktor organisasional, yaitu:

struktur organisasi, proses manajemen, dan kultur organisasi.

Terkait perubahan filosofi penyelenggaraan jaminan sosial ini, misi yang

dilaksanakan oleh keempat Persero (PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Asabri dan PT.

Taspen) merujuk pada peraturan perundangan yang mengatur program jaminan

sosial bagi berbagai kelompok pekerja. Walaupun program-program jaminan sosial

yang tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan perundangan yang

berlainan, keempat Persero mengemban misi yang sama. Misi keempat Persero

(26)

atau menggairahkan semangat kerja para pekerja. Sehingga pekerja tidak

merasakan dihawatirkan bilamana terjadinya masalah atau kecelakaan pada waktu

mereka berangkat kerja ataupun sedang kerja.

Untuk memperkecil pembahasan dan lokus penelitian, peneliti mengambil

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ini untuk peneliti fokuskan

pada pembahasan skripsi. Di dalam lapangan yang berlokuskan di BPJS

Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten, peneliti menemukan adanya fenomena

terkait dengan kebijakan transformasi dari PT. Jamsostek menjadi BPJS

Ketenagakerjaan. Adapun fenomena yang peneliti temukan disini adalah, Pertama,

adanya perubahan pada struktur organisasi di BPJS Ketenagakerjaan Kantor

Wilayah Banten. Perubahan pertambahan kepegawaian di BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Wilayah Banten, dipengaruhi dari pembentukan Kantor Cabang Perintis

(KCP). Hal ini membutuhkan tenaga kerja-tenaga kerja baru dalam membantu

tugas dan tanggung jawab BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten.

Sehingga merekrut kepegawaian lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.

Adapun dibawah KC Serang terdapat 4 KCP yaitu: KCP Lebak, KCP Labuan, KCP

Cilegon, dan KCP Cikande. Dibawah KC BSD terdapat 2 KCP yaitu: KCP Ciputat,

KCP Bintaro. Dibawah KC Cimone terdapat 1 KCP yaitu KCP Pasar Kamis.

Dibawah KC Batu Ceper ada 1 KCP yaitu KCP Dadap. Untuk KC Cikupa dan KC

Cikokol, pembentukan KCP masih dalam proses pembentukan. Adapun Perubahan

(27)

Gambar 1.1

Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Kanwil Banten

(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wiayah Banten)

(28)

Gambar 1.2

Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten

m

(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wiayah Banten)

Kepala KANWIL

(29)

Kedua, kurangnya perluasan sosialisasi dalam menggerakkan pertambahan

kepesertaan sehingga belum semua tenaga kerja dan perusahaan di wilayah Banten

menjadi pendaftar kepesertaan dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan. Berikut adalah tabel 1.1 Kepesertaan Tenaga Kerja dan Tabel 1.2

Kepesertaan Perusahaan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

wilayah Banten.

Tabel 1.1

Persentase Ketercapaian Kepesertaan Tenaga Kerja di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten (Januari 2014-April 2015)

No Kacab

Tenaga Kerja

Penerima Upah Tenaga Kerja Jasa Konstruksi Tenaga Kerja BPU Tenaga Kerja Jaminan Pensiun Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten)

Dari tabel 1.1 tersebut menjelaskan bahwa kepesertaan tenaga kerja di BPJS

Ketenagakerjaan wilayah Banten pada realisasinya belum maksimal dengan kata

lain belum sampai mencapai target yang telah ditentukan dari pusat, karena untuk

persentase ketercapaian kepesertaan tenaga kerja bila dibandingkan dengan apa

yang telah di tergetkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

(30)

penerima upah dengan jumlah kepesertaan 542.782 tenaga kerja. Namun pada

realisasinya hanya mencapai 91.297 tenaga kerja yang aktif dengan persentase

ketercapaian 16,8% dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di wilayah Banten.

Selanjutnya Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan menargetkan tenaga kerja jasa

konstruksi dengan jumlah kepesertaan 63.309 tenaga kerja. Namun pada

realisasinya hanya mencapai 28.036 tenaga kerja yang aktif dengan persentase

ketercapaian 44,3% dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di wilayah Banten.

Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan juga menargetkan tenaga kerja bukan

penerima upah dengan jumlah kepesertaan 68.297 tenaga kerja. Namun pada

realisasinya hanya mencapai 5.889 tenaga kerja yang aktif dengan persentase

ketercapaian 8,6% dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di wilayah Banten.

Terakhir Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan menargetkan tenaga kerja jaminan

pensiun dengan jumlah 45.411 tenaga kerja. Namun disini, pada realisasinya tidak

ada satupun tenaga kerja yang ikut turut menjadi kepesertaan di BPJS

Ketenagakerjaan wilayah Banten di karenakan tenaga kerja jaminan pensiun,

jaminannya masih dicover oleh perusahaan jaminan pensiunnya itu sendiri.

Sehingga tenaga kerja jaminan pensiun tidak ada realisasi dan persentase

(31)

Tabel 1.2

Persentase Ketercapaian Kepesertaan Perusahaan di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten (Januari 2014-April 2015)

No Kacab

Perusahaan Penerima

Upah Perusahaan Jasa Konstruksi Perusahaan Program Jaminan Pensiun Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

1 Serang 655 212 32% 1717 547 32% 36 - -

(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten)

Dari Tabel 1.2 tersebut menjelaskan bahwa kepesertaan perusahaan di BPJS

Ketenagakerjaan di wilayah Banten belum maksimal, dengan kata lain belum

sampai mencapai target yang telah ditentukan dari pusat. Kantor Pusat BPJS

Ketenagakerjaan menargetkan perusahaan penerima upah dengan jumlah

kepesertaan 3.170 perusahaan. Namun pada realisasinya hanya mencapai 924

perusahaan yang menjadi kepesertaan aktif dengan persentase ketercapaiannya

adalah 29% di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten. Sedangkan pada perusahaan

jasa konstruksi, kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan menargetkan kepesertaan

dengan jumlah 2.640 perusahaan. Namun realisasinya hanya 639 perusahaan yang

menjadi kepesertaan aktif dengan persentase ketercapaiannya adalah 24% di BPJS

(32)

perusahaan program jaminan pensiun dengan jumlah kepesertaan 180 perusahaan.

Namun pada realisasinya tidak ada satupun perusahaan yang menjadi kepesertaan

di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten. Dikarenakan perusahaan jaminan

pensiun masih memiliki program jaminan yang mengcover tenaga kerjanya

sebelum adanya BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan masih mempercayai program

yang sebelumnya sudah ditetapkan, belum adanya keputusan dari perusahaan untuk

bisa menjadi kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan. Sehingga tidak adanya realisasi

dari perusahaan program jaminan pensiun.

Ketiga, perubahan status badan hukum organisasi, dimana ketika menjadi

PT. Jamsostek (Persero) merupakan badan hukum persero/privat, berorientasi profit

(keuntungan), fokus pelanggan dan pemegang saham yang berkoordinasi dibawah

Kementerian BUMN, berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik, berorientasi sosial,

memfokuskan pada kepentingan warga negara sesuai mandat Undang-undang dan

peraturan pelaksanaannya yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.

Keempat, perubahan sistem kerja bagian Umum dan SDM dalam pengadaan

barang dan jasa atau belanja modal. Ketika masih menjadi PT. Jamsostek, dalam

transaksi pengadaan barang dan jasa atau belanja modal masih melakukan secara

manual yaitu, pertemuan langsung atau tatap muka langsung. Sekarang menjadi

BPJS ketenagakerjaan sudah menggunakan teknologi yang dapat memudahkan

(33)

dikemukakan bahwa Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan

barang dan jasa atau belanja modal yang sekarang sudah melakukan transaksi

secara teknologi, tujuan perubahan ini, meminimalisir kecurangan yaitu adanya

money game (permainan uang) yang terjadi saat terjadinya transaksi secara

langsung atau manual. Akan tetapi perubahan sistem kerja yang sekarang tentunya

tidak lepas dari hambatan atau kelemahannya, yaitu dimulai dari adanya gangguan

internet yang tentunya bisa menghambat atau sering kali mengagalkan transaksi,

dan sistem yang sekarang digunakanpun masih belum sempurna, atau efektif.

Kelima, perubahan program dan manfaat. Perubahan program cenderung

akan berdampak pada kurangnya pemahaman tenaga kerja dan perusahaan

mengenai program dan manfaat sistem penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial

Nasional dimana terdapat penambahan dan pengurangan program sebagai berikut:

Tabel 1.3

Perubahan Program dan Manfaat

NO PROGRAM LAMA (PT.JAMSOSTEK) PROGRAM BARU (BPJS KETENAGAKERJAAN)

1 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

2 Jaminan Kematian (JKM) Jaminan Kematian (JKM)

3 Jaminan Hari Tua (JHT) Jaminan Hari Tua (JHT)

(34)

Sistem Jaminan Sosial Nasional mengamanahkan perluasan program

perlindungan dan manfaatnya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia yaitu:

1. Jaminan Pensiun (JP) untuk tenaga kerja swasta dan informal.

2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) untuk seluruh penduduk.

Keenam, kurangnya pantauan dan koordinasi Pemerintah Daerah dan

Lembaga Kepolisian selama proses berlangsungnya transformasi. Pemerintah

Daerah berperan sebagai monitoring kebijakan yang dilaksanakan BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten, agar dapat mengetahui dapat berjalan

efektif atau tidak pelaksanaan kebijakan tesebut. Lembaga Kepolisian berperan

sebagai pelindung tenaga kerja, dan juga mengawasi bila terjadi hal-hal yang tidak

sejalan dengan tujuan. Wawancara peneliti kepada Kepala Umum dan SDM Kantor

Wilayah Banten, dikemukakan bahwa saat ini BPJS Ketenagakerjaan Kanwil

Banten kurang adanya kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga

Kepolisian. Hal ini salah satu penyebab bahwa pelaksanaan kebijakan Trasformasi

PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan masih kurang maksimal

dalam mengatasi masalah terkait pelaksanaan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan.

Ketujuh, masalah kurangnya penanganan mengenai pencairan iuran Jaminan

Hari Tua kepada tenaga kerja. Ketidaksigapan karyawan atau pegawai BPJS

Ketenagkerjaan Kanwil Banten, mengakibatkan tenaga kerja mengalami kesulitan

dalam pengajuan klaim. Lamanya prosedur pemberian berkas formulir Jaminan

(35)

lagi pada perusahaan yang lama, kesulitan mengklaim Jamian Hari Tua mereka,

karena terdaftar BPJS Ketenagakerjaan di perusahaan yang baru. Wawancara

peneliti kepada salah satu tenaga kerja penerima upah, dikemukakan bahwa Jika

tidak bisa dicairkan ketika tenaga kerja sudah bekerja diperusahaan yang baru,

maka seharusnya iuran Jaminan Hari Tua di perusahaan yang lama disatukan

saldonya dengan BPJS Ketenagakerjaan yang baru, hal inilah yang membuat saya

kecewa karena harus menjadi pengangguran terlebih dahulu untuk bisa mencairkan

iuran Jaminan Hari Tua nya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

saat ini dalam sehari hanya melayani 150 peserta yang ingin mencairkan Jaminan

Hari Tua (JHT), hal ini menyulitkan peserta karena harus mengambil nomor

antrean dari pukul 04.00 pagi bila tidak ingin didahului oleh peserta lainnya.

Dilaksanakannya perubahan pada PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS

Ketenagakerjaan, adalah semata-mata mengemban misi perlindungan finansial

untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga Negara dengan layak. Setiap manusia

berhak mendapatkan hak yang sama tentunya berhak mendapatkan kehidupan yang

lebih baik, dan demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tercantum di dalam

Undang-undang Dasar 1945. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti

tertarik untuk membahas dan mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis

Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara

(36)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan melakukan penelitian langsung ke

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten,

di dapatlah beberapa situasi sosial. Adapun yang menjadi situasi sosial dalam

penelitian ini antara lain adalah:

1. Perubahan struktur organisasi dari PT. Jamsostek menjadi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

2. Kurangnya perluasan sosialisasi yang mengakibatkan belum semua tenaga kerja

dan perusahaan di wilayah Banten menjadi pendaftar kepesertaan dalam Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

3. Perubahan badan hukum organisasi, yang semula persero/privat, berubah

menjadi badan hukum publik.

4. Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa atau

belanja modal.

5. Perubahan program dan manfaat. Program PT. Jamsostek yaitu Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan, sedangkan program BPJS Ketenagakerjaan yaitu

Jaminan Pensiun.

6. Kurangnya pantauan dan koordinasi dari Pemerintah Daerah dan Lembaga

Kepolisian selama proses berlangsungnya transformasi.

7. Kurangnya penanganan dan Ketidaksigapan karyawan mengenai pencairan iuran

(37)

1.3. Batasan Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam proses kajian penelitian, maka peneliti

membatasi fokus penelitian pada: “Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek

(Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor

Wilayah Banten”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti

melakukan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Proses Analisis

Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten?

1.5. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah

untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan transformasi PT. Jamsostek

(Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor

Wilayah Banten, Selain itu penelitian ini diajukan sebagai salah satu tugas akhir

dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada konsentrasi kebijakan

(38)

1.6. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat tentunya bagi mahasiswa, masyarakat

umum, dan Instansi terkait. adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dalam

penelitian tentang Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero)

menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah

Banten adalah.

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wacana

bagi peneliti.

2) Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan

tersendiri bagi perkembangan teori-teori ilmu sosial, khususnya teori

mengenai analisis kebijakan dan transformasi.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan peneliti

mengenai Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero)

Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di

(39)

2) Bagi Badan atau Instansi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah

Banten, lebih memperbaiki tugasnya sehingga dapat memberikan

perubahan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat dan menjamin

kehidupan masyarakat.

3) Bagi Pihak Lain

Pihak lain disini bisa masyarakat, dosen, maupun mahasiswa

lainnya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

terkait kondisi real yang terjadi di lapangan dan dapat dijadikan sebagai

masukan positif bagi semua pihak yang terkait hasil penelitian yang

dilakukan.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah

yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling

umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relefan dengan judul

skripsi. Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada

(40)

intuisi logis. Latar belakang berkaitan timbulnya masalah perlu diuraikan secara

jelas, faktual, dan logis.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan dengan

tema/topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.

1.3. Batasan masalah

Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan

diajukkan dalam rumusan masalah. Pembatasan masalah dapat diajukkan dalam

bentuk pernyataan. Selain itu, pembatasan masalah juga perlu menjelaskan lokus,

tujuan, dan waktu penelitian. Pembatasan masalah adalah sebagai pembatas fokus

dari penelitian yang akan diteliti. Sehingga memudahkan peneliti agar tidak

terjebak di lapangan.

1.4. Rumusan Masalah

Setelah identifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah memilih dan

menetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian.

Kalimat yang biasa dipakai dalam perumusan masalah ini adalah kalimat

pertanyaan. Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah

(41)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi

dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

1.6. Manfaat Penelitian

Menjelaskan mengenai manfaat teoritis dan manfaat praktis dari hasil

penelitian atau dari temuan penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS/ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Landasan Teori

Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan

permasalahan penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang

digunakan untuk merumuskan hipotesis atau asumsi dasar. Dengan mengkaji

berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian

yang jelas, dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan sehingga

memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas masalah yang telah

dirumuskan. Hasil penting lainnya dari kajian teori adalah didapatkan kerangka

(42)

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi,

Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan minimal 2

jurnal.

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia

mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam asumsi dasar atau hipotesis,

biasanya untuk memperjelas maksud peneliti, kerangka berpikir dapat dilengkapi

dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti. Bagan tersebut disebut

juga dengan nama paradigma atau model penelitian.

2.4. Asumsi Dasar

Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa kerja

(43)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan tentang metode yang dipergunakan dalam

penelitian. Metode penelitian antara lain dapat berbentuk: ex post facto,

exsperiment, survey, descriptive, case study, action research, dan sebagainya.

3.2. Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian

yang akan dilakukan.

3.3. Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat

penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat diberi deskripsi

tentang tempat penelitian dilaksanakan.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel

yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang

(44)

3.4.2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian

dilengkapi dengan table matriks variabel, indikator, sub indikator, dan nomor

pertanyaan sebagai lampiran. Dalam penelitian kualitatif tidak perlu dijabarkan

menjadi indikator maupun sub indikator tetapi cukup menjabarkan fenomena

yang akan diamati.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Sehingga perlu disampaikan pedoman

wawancara yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Kemudian untuk

peneliti kuantitatif diuraikan pula kisi-kisi instrument penelitian.

3.6. Informan Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk

mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh

dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara Teknik

(45)

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data menjelaskan tentang teknik analisa

beserta rasionalisasinya. Teknik analisis data harus disesuaikan dengan sifat data

yang diteliti. Dalam pengumpulan data kualitatif, melalui pengamatan berperan

serta, wawancara, dokumen dan bahan-bahan visual. Analisis data dilakukan

melalui pengkodean dan pengkodingan data (berdasarkan kategori data),

interpretasi data, penulisan hasil laporan dan keabsahan data.

3.8. Jadual Penelitian

Terakhir tentang lokasi dan jadwal penelitian, menjelaskan lokasi dan

alasan memilih tempat dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan.

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari instansi

tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal lain yang terkait dengan objek

penelitian.

4.2. Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data menyah dengan

mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun data

(46)

4.3. Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Terhadap

hipotesis yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi terhadap hipotesis

yang ditolak harus diberikan berbagai dugaan yang menjadi penyebabnya.

Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil

penelitian orang lain yang relevan (sejenis). Pada akhir pembahasan, peneliti dapat

mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan

penelitiannya, terutama sekali untuk penelitian eksperimen. Keterbatasan ini dapat

dijadikan rekomendasi terhada penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi

objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan

mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai

dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2. Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti

(47)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Landasan Teori

Teori merupakan seperangkat konsep asumsi dan generalisasi yang dapat

digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai

organisasi. Silalahi (2010:90) menyatakan bahwa definisi deskripsi teori adalah

satu set atau seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan

proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan

memerinci hubungan-hubungan diantara variabel dengan tujuan menjelaskan dan

memprediksi gejala itu. Selain itu deskripsi teori merupakan suatu rangkaian

penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau realitas tertentu yang

dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap, dan atau cara-cara

yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang

teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau

hubungan fungsional diantara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas

tertentu.Dalam deskripsi teori, peneliti melakukan kajian teori yang relevan dengan

permasalahan dalam penelitian, kemudian peneliti menyusun secara teratur dan rapi

(48)

2.1.1. Pengertian Kebijakan

Suharto (2010:7), Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih

untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Kebijakan juga merupakan

seperangkat pernyataan strategis yang didukung oleh fakta, bukan oleh gossip atau

kabar burung. Pernyataan masalah kebijakan, karenanya harus didukung oleh bukti

atau fakta yang relevan, terbaru, akurat, dan memadai. Menurut Ealau dan Prewitt

(1973), kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh

perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yan

mentaatinya (yang terkena kebijakan itu). Kamus Webster memberi pengertian

kebijakan sebagai prinsip atau cara yang bertindak yang dipilih untuk mengarahkan

pengambilan keputusan. Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai

prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu.

Kebijakan menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah

(problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented). Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat

prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan

(49)

2.1.1.1. Pengertian Kebijakan Publik

Suatu negara yang terdapat pemerintahan daerah didalamnya diperlukan

sebuah kebijakan seperti salah satunya peraturan-peraturan yang dapat

dilaksanakan dalam kehidupan bernegara untuk kemudian peraturan-peraturan

tersebut dapat memberikan suatu gagasan yang dilakukan oleh para stakeholder

untuk dapat memajukan kondisi yang tertata rapih pada masing-masing daerah.

Menurut Jones dalam (Winarno, 2007:19) istilah kebijakan (policy term)

digunakan dalam praktek sehari-hari akan tetapi digunakan untuk menggantikan

kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan

dengan goals (tujuan), Decisions (Keputusan), standard, proposal, dan grand

design. Sedangkan kebijakan menurut Dye di jelaskan bahwa:

“ Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (policy is whatever government chose to do or not to do)”. ( Abidin, 2012: 6).

Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengani

“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat

publik semata, disamping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu

juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh atau dampak yang

sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian

(50)

menyatakan bahwa: “Kebijakan pubik adalah seperangkat tindakan pemerintah

yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Menurut Chandler dan Plano

sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:1) menyatakan bahwa :

“Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas”.

Melihat pada beberapa pengertian tersebut, Frederick dalam (Agustino,

2006: 7). menjelaskan juga definisi kebijakan publik sebagai berikut:

“Serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (Kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu”.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu upaya, tindakan atau kegiatan

yang tersusun secara sistematis oleh para pembuat kebijakan untuk mencapai

hasil-hasil tertentu dari suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan publik

ataupun masyarakat luas. Lingkup kebijakan itu sendiri sangat luas karena

mencakup berbagai hal, sektor ataupun bidang pembangunan, seperti pertanian,

pendidikan, kepariwisataan, kepemudaan, kesehatan, transportasi, pertanahan, dan

(51)

bersifat lokal, regional, nasional maupun didunia internasional, seperti halnya

undang-undang, peraturan pemerintah pusat, perauran pemerintah propinsi,

peraturan pemerintah kabupaten/kota, keputusan bupati/walikota, program-program

pemerintah, dan sebagainya (Subarsono,2012:5).

Konsep kunci untuk lebih memahami berbagai definisi dalam kebijakan

publik terdapat didalam buku kebijakan publik oleh Suharto (2011: 44) yaitu:

1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah suatu tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politisi dan finansial untuk melakukannya.

2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya untuk memberikan solusi atas permasalahan dan kebutuhan yang berkembang dimasyarakat.

3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Dalam hal kebijakan publik biasanya bukanlah keputusan yang tunggal melainkan terdapat keputusan-keputusan atau pilihan lain pada tindakan atau strategi yang telah didisiapkan untuk mencapai pada orientasi tujuan tertentu demi kepentingan publik.

4. Sebuah keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Segala hal tentang kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan untuk memecahkan masalah sosial. Akan tetapi, kebijakan publik pula yang telah dirumuskan mampu menjawab masalah sosial yang terjadi melalui kerangka kebijakan yang sudah ada sehingga tidak memerlukan tindakan tertentu.

5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah langkah atau rencana tindakan yang telah dirumusn melalui sebuah justifikasiatau pernyataan, bukan sebuah maksud yang belum dirumuskan.

Berdasarkan konsep kunci yang telah dijelaskan diatas mengenai kebijakan

publik maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik itu adalah suatu tindakan

(52)

atau publik yang kemudian dibuat sebuah keputusan berupa undang-undang

maupun peraturan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan-pemasalahan

publik.

2.1.1.2. Tahap-tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks

karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena

itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik

membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa

tahap-tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam

mengkaji kebijakan publik. Akan tetapi beberapa ahli mungkin membagi

tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn

sebagaimana dikutip Winarno (2007 : 32-34) adalah sebagai berikut :

1. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan pada perumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pemabahasan, atau adapula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

2. Tahap formulasi kebijakan

(53)

memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor dapat bersaing untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Tahap Adopsi Kebijakan

Terdapat sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan para perumus kebijakan. Pada tahap ini akan ada beberapa analisis dan peramalan untuk mendapatkan alaternatif kebijakan. Pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.

4. Tahap Impelementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan bersaing .

5. Tahap Evaluasi Kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

2.1.1.3. Pengertian Analisis Kebijakan

Dalam (Wahab, 2014:40), Ericson mengemukakan, dalam tulisannya, “The

Policy Analysis Role of the Contemporary University,” merumuskan analisis

kebijakan publik sebagai berikut: “… public policy analysis is a future-oriented

inquiry into the optimum means of achieving a given set of social objectives”.

Artinya, penyelidikan yang berorientasi ke depan dengan menggunakan sarana

yang optimal untuk mencapai serangkaian tujuan sosial yang diinginkan.

Sedangkan Kent dalam (Wahab, 2014:41) mendefinisikan analisis kebijakan

(54)

“…that kind of systematic, disciplined, analytical, scholarly, creative study whose primary motivation is to produce well-supported recommendations for action dealing with concrete political problems.”

Artinya, sejenis studi yang sistematis, berdisiplin, analitis, cerdas, dan

kreatif yang dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan rekomendasi yng andal

berupa tindakan-tindakan dalam memecahkan masalah-masalah politik yang

konkret.

Menurut Dunn, dalam (Nugroho, 2007:7), Analisis Kebijakan adalah

aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis

menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan tentang dan dalam proses kebijakan.

Analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai

metode pengkajian multipel dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk

menciptakan, secara kritis menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan yang

relevan dengan kebijakan. Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual

yang dilakukan dalam proses politik. Analisis kebijakan tidak dimaksudkan

menggantikan politik dan membangun elit teknokrtis. Analisis kebijakan diletakkan

pada konteks sistem kebijakan, yang menurut Dunn, dengan mengutip (Dye:1995),

(55)

Gambar 2.1

Konteks Sistem Kebijakan

(Sumber: Nugroho, 2007-8)

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin ilmu dengan tujuan memberikan informasi yang bersifat deskriptif, evaluative, dan/ atau preskriptif. Analisis kebijakan menjawab tiga macam pertanyaan (Nugroho, 2007:8) yaitu:

1. Nilai, yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk menilai apakah suatu masalah sudah teratasi.

2. Fakta, yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai.

3. Tindakan, yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai. Pelaku

Kebijakan

Kebijakan Publik Lingkungan

(56)

Analisis kebijakan adalah kombinasi keterampilan tingkat tinggi,

sebagaimana dikatakan Patton dan Savicky, dengan mengutip pemikiran E.S

Quade:

“policy analysis has been characterized as art, craft, compromise, argument, and persuasion, activities that depend to a large extent on the skill, judgement, and intuition of the analyst” (Nugroho, 2007:59).

Analisis kebijakan harus mampu mengangkat masalah yang penting dengan

cara yang logis, valid, dan dapat direplikasi serta mempresentasikan informasi

berupa produk analisis kebijakan yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan

sehingga produk tersebut harus sinambung secara ekonomi, secara teknis, dan etis

mungkin dikerjakan fisibel dengan mudah, dan dapat diterima secara politik

sebagai cara untuk menyelesaikan masalah-masalah publik. Kegiatan

penganalisisan kebijakan dapat bersifat formal dan hati-hati yang melibatkan

penelitian mendalam terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang berkaitan dengan

evaluasi suatu program yang telah dilaksanakan. Namun demikian, beberapa

kegiatan analisis kebijakan dapat pula bersifat informal yang melibatkan tidak lebih

dari sekadar kegiatan berfikir secara cermat dan hati-hati mengenai

(57)

2.1.1.4. Proses Analisis Kebijakan

Dunn dalam (Nugroho, 2007: 16-27) mengemukakan proses analisis

kebijakan sebagai berikut:

1. Merumuskan Masalah

Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan yang

belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk kemudian diperbaiki atau

dicapai melalui tindakan publik. Masalah kebijakan mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Terdapat saling kebergantungan antar masalah kebijakan.

b. Mempunyai subjektivitas.

c. Buatan manusia, karena merupakan produk penilaian subjektif dari

manusia.

d. Bersifat dinamis.

Fase-fase perumusan masalah kebijakan dapat disusun sebagai berikut:

a. Pencarian masalah

b. Pendefinisian masalah

c. Spesifikasi masalah

(58)

Untuk menuju analisis kebijakan, sejak perumusan masalah sudah harus

dikenali model-model kebijakan, yaitu:

1) Model deskriptif, yng bertujuan menjelaskan dan/atau memprediksi

sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi pilihan-pilihan kebijakan.

2) Model normtif, yang selain bertujuan sama dengan model deskriptif,

juga memberikan rekomendasi untuk meningkatkan pencapaian nilai

atau kemanfaatan.

2. Peramalan Masa Depan Kebijakan

Peramalan atau forecasting adalah prosedur untuk membuat informasi

aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang telah ada

tentang masalah kebijakan. Peramalan mengambil tiga bentuk, yaitu:

1) Peramalan ekstrapolasi, yaitu ramalan yang didasarkan atas ekstrapolasi

hari ini ke masa depan, dan produknya disebut proyeksi. Teknik yang

digunakan antara lain analisis antar-waktu, estimasi tren linear,

pembibitan eksponensial, transformasi data, dan katastrofi metodologi.

Peramalan ni menggunakan tiga asumsi dasar: persistensi (pola yang

diamati di masa lampau akan tetap ditemui di masa depan), keteraturan

(visi di msa lalu sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan akan

terulang secara ajek di masa depan), dan reabilitas-validitas data.

2) Peramalan teoretis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatu teori, dan

(59)

pemetaan teori, model kausal, analisis regresi, estimasi titik dan

interval, dan analisis korelasi. Apabila peramalan ekstrapolatif

menggunakan logika induktif, peramalan teoretis menggunakan logika

deduktif.

3) Peramalan penilaian pendapat, yaitu ramalan yang didasarkan pada

penilaian para ahli atau pakar, dan produknya disebut perkiraan

(conjecture). Teknik yang digunakan antara lain Delphi kebijakan,

analisis dampak silang, dan penlilaian fisibilitas (kelayakan). Teknik

peramalan penilaian pendapat (judgemental forecasting) berusaha

memperoleh pendapat para ahli. Logika yang digunakan bersifat

retroduktif karena analisis dimulai dengan dugaan tentang suatu

keadaan, dan kemudian berbalik kedata asumsi yang digunakan untuk

mendukung dugaan tersebut. Meskipun pada praktiknya, ketiga logika

tersebut (induktif, deduktif, retroduktif) tidak dipisahkan satu sama lain.

3. Rekomendasi Kebijakan

Tugas membuat rekomendasi kebijakan mengharuskan analisis

kebijakan menentukan alternatif yang terbaik dan mengapa. Karenanya,

prosedur analisis kebijakan berkaitan dengan masalah etika dan moral.

Rekomendasi pada dasarnya adalah pernyataan advokasi, dan advokasi

mempunyai empat pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:

1) Apakah pernyataan advokasi dapat ditindaklanjuti (actionable)?

(60)

3) Apakah pernyataan advokasi bermuatan “nilai” selain fakta?

4) Apakah pernyataan advokasi bersifat etik?

Isu yang muncul adalah advokasi-multipel dari analisis kebijakan, yaitu

banyaknya kepentingan yang harus dipertimbangkan dalam memilih alternatif

kebijakan. Dalam memutuskan alternatif kebijakan, salah satu pendekatan yang

paling banyak digunakan adalah rasionalitas. Namun, rasionalitas juga berarti

multirasionalitas, yang berarti terdapat dasar-dasar rasional ganda yang

mendasari sebagian besar pilihan-pilihan kebijakan, yaitu:

a. Rasionalitas teknis, berkenaan dengan pilihan efektif.

b. Rasionalitas ekonomis, berkenaan dengan efisiensi.

c. Rasionalitas legal, berkenaan dengan legalitas.

d. Rasionalitas sosial, berkenaan dengan akseptabilitas.

e. Rasionalitas susbstantif, yang merupakan kombinasi dari keempat

rasionalitas di atas.

Rekomendasi kebijakan terdapat enam criteria utama, yaitu:

1) Efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil

yang diharapkan.

2) Efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

(61)

3) Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah.

4) Perataan (equity), berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat

kebijakan.

5) Responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok

masyarakat yang menjadi target kebijakan.

6) Kelayakan (appropriateness), berkenaan dengan pertanyaan “apakah

kebijakan tersebut tepat untuk suatu masyarakat?”.

Pendekatan dalam membuat rekomendasi dapat dibuat dengan beberapa

pilihan. Pertama, public choice versus private choice. Pendekatannya adalah

mempertanyakan apakah kebijakan dilakukan dengan pendekatan pemerintah

atau swasta. Apakah diselesaikan dengan intervensi negara atau diserahkan

kepada mekanisme pasar. Kedua, pendekatan penawaran versus permintaan.

Ketiga, pilihan publik murni. Keempat, analisis cost-benefit yang menghitung

dalam ukuran moneter. Kelima, analisis cost-effectiveness, sama dengan

cost-benefit, namun perbandingannya dengan efektivitas kebijakan.

4. Pemantauan Hasil Kebijakan

Pemantauan atau monitoring merupakan prosedur analisis kebijakan

(62)

kebijakan publik. Pemantauan, setidaknya memainkan empat fungsi dalam

analisis kebijakan, yaitu eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan, dan kepatuhan

(compliance). Hasil kebijakan dibedakan antara keluaran (outputs), yaitu

produk layanan yang diterima kelompok sasaran kebijakan, dan impak

(impacts), yaitu perubahan perilaku yang nyata pada kelompok sasaran

kebijakan. Dalam melakukan pemantauan, terdapat beberapa pilihan

pendekatan yang dijabarkan dalam matriks sebagai berikut:

Tabel 2.1

Pendekatan Pemantauan Hasil Kebijakan

Pendekatan Jenis Pengendalian Jenis Informasi yang

dibutuhkan

Akuntansi sistem sosial Kuantitatif Informasi lama dan baru

Eksperimentasi sosial Manipulasi langsung Informasi baru dan bersifat

kuantitatif

Pemeriksaan sosial Kuantitatif dan akualitatif Informasi baru

Sintesis riset-praktik Kuantitatif dan kualitatif Informasi lama

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 1.2
Tabel 1.1
Tabel 1.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalau objek jual belinya terdiri dari barang-barang yang bergerak (barang-barang biasa, perabotan rumah tangga dan sebagainya), jika dalam persetujuan telah ditetapkan jangka

[r]

[r]

Acuan biaya yang ditampilkan pada LCD dan yang dikirimkan pada Server menggunakan acuan biaya PDAM daerah Salatiga yang ada di segmentasi rumah tangga. bagian

1) Dewan juri terdiri atas minimal lima orang, yang berasal dari perguruan tinggi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Kemdikbud), Himpunan Sarjana Kesusastraan

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes untuk melihat hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberikan model pembelajaaran, lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama

Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukkan bagi Human Resources Development (HRD) dan Manager divisi Internal Audit PT.”X” di kota Bandung diharapkan untuk

Inter-system bias is introduced in the GPS/Galileo PPP mathematical model to account for the combined effect of the additional combination biases introduced above,