ANALISIS KEBIJAKAN TRANSFORMASI PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KETENAGAKERJAAN DI KANTOR WILAYAH BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
MELIYANA AGUSTINA NIM. 6661110133
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Meliyana Agustina. NIM: 6661110133. Skripsi. 2016. Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I, Rahmawati, S.Sos., M.Si., Pembimbing II, Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si.
Kata Kunci: Analisis Kebijakan, Transformasi.
ABSTRACT
Meliyana Agustina. NIM: 6661110133. Thesis. 2016. Analysis of The Transformation of PT. Jamsostek (Persero) Into The Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan in the Regional Office Banten. Public Administration Departement. Faculty of Social and Political Sciences. Sultan
Ageng Tirtayasa University. Ist Advisor , Rahmawati, S.Sos., M.Si., 2nd Advisor,
Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si.
Keyword: Analysis of Policy, Transformation.
“Kerja keras, Usaha, dan Ikhtiar adalah bagian dari Proses Keberhasilan.
Dimana puncak kesuksesannya adalah ketika dia bisa berbagi ilmunya untuk
orang-
orang disekitarnya”
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah
menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya kepada seluruh umat
manusia. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
Shallahu‟alahi Wassalam yang telah menjadi suri tauladan dan menjadi penerang
dalam menggapai ridha Allah. Terimakasih yang mendalam penulis ucapkan kepada
kedua orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayangnya yang
tidak terhingga.
Skripsi ini diajukkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten”. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari support dan bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Untuk itu,
peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada Allah Subhanahu Wata‟ala, karena atas
keridhaan-Nya, penulis diberikan kemudahan, kelancaran, dan kemajuan dalam
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa;
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dosen Pembimbing I, terima kasih
atas arahan dan bimbingannya yang sabar dan tulus selama proses pengerjaan
skripsi;
4. Bapak Iman Mukhroman, S. Ikom., M. Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M, Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas arahannya dari semester 1
hingga semester 9;
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
7. Bapak Riswanda , MPA., Wakil Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
8. Ibu Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si, Dosen Pembimbing II, terima kasih atas
arahan dan bimbingannya yang sabar dan tulus selama proses pengerjaan
9. Ibu Ipah Ema Jumiati, S. Sos., M. Si, Dosen Penguji Skripsi, terima kasih atas
arahan dan koreksinya dalam skripsi ini;
10. Seluruh Dosen dan Staff Program Ilmu Administrasi Negara yang telah
memberikan ilmu dan didikannya selama perkuliahan serta kemudahan kepada
saya dalam menyelesaikan skripsi;
11. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten
yang sudah membantu dalam penyediaan data untuk menyelesaikan skripsi;
12. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten yang sudah membantu
dalam penyediaan data untuk menyelesaikan skripsi;
13. Lembaga Administrasi Negara, yang sudah memberikan kesempatan dan
arahan kepada saya untuk bisa belajar (magang) disana, khususnya kepada Ibu
Septiana Dwiputrianti, S.E.,M.Com,PhD, Bapak Bambang Suhartono, S.Sos,
ME, Ibu Mid Rahmalia, SE, M.Si, Bapak Al Zuhruf, S.Sos,M.Si, Bapak Octa
Soehartono, SE, Bapak Pracoyo Cipto Nugroho, S.St, Bapak Trimo, S.Sos,
MAP, Bapak Syamsuarman, S.Sos,M.Si, dan Ibu Supinah, S.Sos;
14. Rasa terimakasih yang besar kepada keluarga terutama Ibu, yang selama ini
selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa kepada saya, Ibu yang selalu
memperjuangkan saya untuk bisa berpendidikan tinggi walaupun tanpa sosok
seorang Ayah, kepada kaka saya Farida Wahyuni, yang selalu memberikan
15. Ibu kedua saya, yaitu Bunda Kiki. Yang juga selalu memberikan doa dan
memberikan support yang baik untuk saya, semoga Allah selalu melindungimu
dan menjagamu bunda;
16. Rasa terimakasih yang besar juga kepada orang yang selama ini selalu
menemani saya, memberikan semangat kepada saya, yang tak pernah jenuh
memberikan arahan kepada saya, yang In Syaa Allah menjadi Calon Pasangan
hidup saya, yaitu Andhira Alif Pratama;
17. Sahabat terbaik saya yaitu Maleowati, Laila, Wiwin, Novi, Puput, Lisa,
Rabistiarni, Emak Aan, Nunu, Yafie, Galang, Eja, Tian, Akew, terimakasih
banyak kalian selalu ada dan selalu memberikan canda tawa;
18. Teman sekaligus sahabat seperjuangan Ilmu Administrasi Negara, yang selalu
menemani saya, memberikan semangat untuk saya dalam mengerjakan skrispsi
ini, Lita, Lilla, ika, Ombes, Lulu, Tata, Diana, Dina, Aida, Risda, Herdandi,
Indriyani, Hanisa, Firstyana, Desy, Ocha, dan Ayu.
19. Teman Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Panyaungan Jaya Ciomas,
yaitu Fenny, Suci, Rivani, Sari, Uci, Mbak Eni, Rizki, Jaelani, Dwiki, dan
Faisal. Terima kasih kalian sudah menjadi teman yang solid, kerja sama, dan
kebersamaan kita akan selamanya saya kenang;
20. Ibu Lurah Panyaungan Jaya, terima kasih karena ibu sudah menjadi ibu yang
baik untuk kami kelompok KKM di Desa Panyaungan Jaya, ibu sudah
memberikan kami kasih sayang, dan kesabaran ibu akan menjadi panutan untuk
21. Terima kasih juga kepada Rangga, sahabat baru saya, yang sudah membantu
saya, untuk bisa penelitian di PT. Krakatau Steel, dan terima kasih karena sudah
memberikan semangat untuk saya dalam mengerjakan skripsi;
Akhir kata penulis berharap berdoa agar pihak-pihak yang telah banyak
membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari Allah
Subhanahu Wata‟ala serta penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya bagi para pembaca umumnya.
Serang, Februari 2015
DAFTAR ISI
1.2.Identifikasi Masalah ... 18
1.3.Batasan Masalah ... 19
1.4.Rumusan Masalah ... 19
1.5.Tujuan Penelitian ... 19
1.6.Manfaat Penelitian ... 20
1.7.Sistematika Penulisan ... 21
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1.Landasan Teori ... 29
2.1.1. Pengertian Kebijakan ... 30
2.1.2 Pengertian Transformasi ... 50
2.1.3. Pengertian Pengembangan Organisasi ... 55
2.1.4. Perubahan di dalam Organisasi ... 61
2.1.5. PT. Jamsostek (Persero) ... 73
2.1.6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 75
2.2. Penelitian Terdahulu ... 80
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 85
2.4. Asumsi Dasar ... 89 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 112
4.1.1. Deskripsi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten ... 112
4.2. Deskripsi Data ... 137
4.2.1. Deskripsi Data Penelitian ... 137
4.2.2. Deskripsi Informan Penelitian ... 139
4.2.4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 142 4.3. Pembahasan ... 169
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ... 185 5.2. Saran ... 187
DAFTAR PUSTAKA ... xi
DAFTAR TABEL
1.1Persentase Ketercapaian Kepesertaan Tenaga Kerja di BPJS Ketenaga-
kerjaan Kanwil Banten (Januari 2014-April 2015) ... 11
1.2Persentase Ketercapaian Kepesertaan Perusahaan di BPJS Ketenaga- kerjaan Kanwil Banten (Januari 2014-April 2015) ... 13
1.3 Perubahan Program dan Manfaat ... 15
2.1 Pendekatan Pemantauan Hasil Kebijakan ... 44
2.2 Tahap Analisis Kebijakan Subarsono ... 48
3.1 Pedoman Wawancara ... 101
3.2 Informan Penelitian ... 106
3.3 Jadwal Rencana Penelitian ... 111
4.1 Langkah-langkah Kepesertaan Program Jaminan Hari Tua ... 119
4.2 Iuran dan Tata Cara Pembayaran ... 121
4.3 Pembayaran Iuran Program Jaminan Kecelakaan Kerja ... 123
4.4 Manfaat dari Program Jaminan Kecelakaan Kerja ... 124
4.5 Daftar Informan ... 140
4.6 Pembagian Iuran BPJS Ketenagakerjaan antara Pekerja dan Perusahaan ... 170
4.7 Pembahasan dan Temuan di Lapangan ... 183
DAFTAR GAMBAR
1.1 Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Kanwil Banten ... 9
1.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten ... 10
2.1 Konteks Sistem Kebijakan ... 37
2.2 Empat Macam Tipe Perubahan Keorganisasian ... 65
2.3 Model Perubahan Tiga Langkah ... 67
2.4 Kerangka Berpikir ... 88
3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif... 108
4.1 Infrastruktur Hirarki Peraturan, Kebijakan dan Pedoman Good Governance BPJS Ketenagakerjaan ... 172
4.2 Pendaftaran Online Pengajuan Klaim ... 180
4.3 Alur Pelayanan Tenaga Kerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja ... 182
DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat Ijin Penelitian
2 Surat Keterangan Penelitian
3 Pedoman Wawancara
4 Catatan Lapangan dan Membercheck
5 Kategorisasi Data Penelitian
6 Matriks Hasil Wawancara
7 Dokumentasi Penelitian
8 Data Pendukung Penelitian
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin
mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Persoalan perubahan ini, tentunya sejalan juga
dengan perubahan yang ada di dalam suatu organisasi atau birokrasi. Manusia
hidup selalu membutuhkan organisasi atau birokrasi pemerintahan untuk
dapat mengatur dan menjalankan sistem pemerintahan di suatu daerah. Di
dalam organisasi atau birokrasi, untuk mencapai tujuan, harus diiringi dengan
proses perubahan. Proses perubahan inilah yang nantinya akan menjadikan
organisasi atau birokrasi tersebut akan semakin menjadi lebih baik.
Organisasi atau birokrasi harus mampu melakukan berbagai perubahan
dan inovasi organisasional, dan tidak bisa melepaskan diri dari perubahan
yang tak terhindarkan. Untuk itu, para birokrat harus selalu siap untuk
menghadapi segala macam perubahan dan persoalan-persoalan yang datang.
Untuk mengelola perubahan, pemimpin seharusnya mengembangkan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dalam mengadopsi dan
mengimplementasikan perubahan itu. Sehingga proses perubahan yang akan
anggota organisasi. Pemimpin juga harus mendukung proses perubahan melalui
upaya penciptaan organisasi pembelajaran sebagai bagian budaya organisasi.
Negara Indonesia memiliki tujuan yaitu salah satunya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini tertuang didalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 alinea keempat, yakni tujuan dari pembentukkan
Pemerintahan di Indonesia adalah untuk memajukkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Berdasarkan hal ini, pemerintah melakukan upaya-upaya dalam mewujudkan
keadaan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Untuk itu pemerintah membuat
dan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.
Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: dalam Pasal
28 H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1) ayat (2) dan melalui
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, dimana Presiden
ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka
memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan
terpadu. Jaminan sosial ini merupakan satu bentuk sistem perlindungan sosial.
Sehubungan dengan ditetapkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional, selanjutnya ditindaklanjuti
dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Badan penyelenggara Jaminan Sosial, akan dilaksanakan oleh 2 (dua) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yaitu badan Penyelenggara Jaminan sosial
(BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan. Transformasi badan-badan penyelenggara jaminan sosial tersebut
akan dilanjutkan dengan pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai,
serta hak dan kewajiban.
Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga akan
melahirkan transformasi kelembagaan dari beberapa perusahaan persero yang
selama ini ada. Ada tiga derajat transformasi dalam Undang-undang BPJS. Tingkat
tertinggi adalah transformasi tegas. Undang-undang BPJS dengan tegas mengubah
PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan, membubarkan PT.
Jamsostek (Persero) dan mencabut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.
Tahap partama masa peralihan PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS
Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 tahun, mulai 25 November 2011 sampai
dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS
Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014. Tahap kedua, adalah tahap penyiapan
operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan
dengan ketentuan Undang-undang SJSN. Persiapan tahap kedua berlangsung
selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS
Ketenagakerjaan untuk menyelenggarakan keempat program tersebut sesuai dengan
ketentuan Undang-undang SJSN selambatnya pada 1 Juli 2015.
Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek
(Persero) ditugasi untuk menyiapkan: pengalihan program Jaminan Kesehatan PT.
Jamsostek (Persero) kepada BPJS Kesehatan, pengalihan asset dan liabititas serta
hak dan kewajiban program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek
(Persero) ke BPJS Kesehatan, penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan
berupa pembangunan sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan program Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian,
serta sosialisasi program kepada publik, yang terakhir adalah pengalihan asset dan
liabilitas pegawai serta hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) ke BPJS
Ketenagakerjaan.
Tingkat kedua adalah transformasi tidak tegas. Undang-undang BPJS tidak
secara eksplisit mengubah PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, maupun
pencabutan peraturan perundangan terkait pembentukan PT. Askes (Persero) . UU
BPJS hanya menyatakan pembubaran PT. Askes (Persero) menjadi BPJS
Kesehatan sejak beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014. Perubahan
PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan tersirat dalam kata pembubaran PT.
Masa persiapan transformasi PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan
adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai dengan 31
Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes
(Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan, serta
menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT.
Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan. Penyiapan operasional BPJS Kesehatan
mencakup: penyusunan sistem dan prosedur operasioan BPJS Kesehatan,
sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan, penentuan program jaminan
kesehatan yang sesuai dengan Undang-undang SJSN, koordinasi dengan
Kementrian Kesehatan untuk mengalihkan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), koordinasi dengan Kementrian Pertahanan, Tentara
Nasional Indonesia, dan Polisi Republik Indonesia untuk mengalihkan
penyelenggaraan program pelayanan kesehatan bagi anggota TNI/POLRI, yang
terakhir koordinasi dengan PT. Jamsostek (Persero) untuk mengalihkan
penyelenggaraan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek.
Tingkat ketiga adalah tidak bertransformasi. Undang-undang BPJS tidak
menyatakan perubahan maupun pembubaran PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen
(Persero). UU BPJS hanya mengalihkan fungsi kedua Persero yaitu
penyelenggaraan program perlindungan hari tua dan pembayaran pensiun yang
diselenggarakan oleh keduanya ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat pada tahun
program yang diselenggarakan oleh keduanya ke peraturan Pemerintah. Berikut
ketentuan yang mengatur pengalihan program PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen
(Persero): Pasal 65 ayat 1, PT. Asabri (Persero) menyelesaikan pengalihan program
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran
pension ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029. Pasal 65 ayat 2, PT.
Taspen (Persero) menyelesaikan pengalihan program tabungan hari tua dan
program pembayaran tabungan hari tua dan program embayaran pensiun dari PT.
Taspen (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029.
Undang-undang mewajibkan PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen (Persero) untuk
menyusun roadmap transformasi paling lambat tahun 2014.
Program PT. Jamsostek diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk
memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif
terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja. Program
Jamsostek diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya. Program Jamsostek
juga merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.
Sebagai badan hukum publik, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib
menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada pejabat
publik yang diwaliki oleh Presiden. BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk
keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden. Laporan
tersebut harus dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun
berikutnya. (www.jamsosindonesia.com)
Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial memberi kata „transformasi‟ sebagai
perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial,
menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Perubahan bentuk bermakna
perubahan karakteristik badan penyelengara jaminan sosial sebagai penyesuaian
atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan
karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian,
ruang lingkup kerja dan kewenangan badan. Siagian (2007:230) mengemukakan
bahwa transformasi organisasi bermakna upaya perubahan yang dilakukan bersifat
drastis dan mendadak yang diarahkan pada tiga faktor organisasional, yaitu:
struktur organisasi, proses manajemen, dan kultur organisasi.
Terkait perubahan filosofi penyelenggaraan jaminan sosial ini, misi yang
dilaksanakan oleh keempat Persero (PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Asabri dan PT.
Taspen) merujuk pada peraturan perundangan yang mengatur program jaminan
sosial bagi berbagai kelompok pekerja. Walaupun program-program jaminan sosial
yang tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan perundangan yang
berlainan, keempat Persero mengemban misi yang sama. Misi keempat Persero
atau menggairahkan semangat kerja para pekerja. Sehingga pekerja tidak
merasakan dihawatirkan bilamana terjadinya masalah atau kecelakaan pada waktu
mereka berangkat kerja ataupun sedang kerja.
Untuk memperkecil pembahasan dan lokus penelitian, peneliti mengambil
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ini untuk peneliti fokuskan
pada pembahasan skripsi. Di dalam lapangan yang berlokuskan di BPJS
Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten, peneliti menemukan adanya fenomena
terkait dengan kebijakan transformasi dari PT. Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Adapun fenomena yang peneliti temukan disini adalah, Pertama,
adanya perubahan pada struktur organisasi di BPJS Ketenagakerjaan Kantor
Wilayah Banten. Perubahan pertambahan kepegawaian di BPJS Ketenagakerjaan
Kantor Wilayah Banten, dipengaruhi dari pembentukan Kantor Cabang Perintis
(KCP). Hal ini membutuhkan tenaga kerja-tenaga kerja baru dalam membantu
tugas dan tanggung jawab BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten.
Sehingga merekrut kepegawaian lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
Adapun dibawah KC Serang terdapat 4 KCP yaitu: KCP Lebak, KCP Labuan, KCP
Cilegon, dan KCP Cikande. Dibawah KC BSD terdapat 2 KCP yaitu: KCP Ciputat,
KCP Bintaro. Dibawah KC Cimone terdapat 1 KCP yaitu KCP Pasar Kamis.
Dibawah KC Batu Ceper ada 1 KCP yaitu KCP Dadap. Untuk KC Cikupa dan KC
Cikokol, pembentukan KCP masih dalam proses pembentukan. Adapun Perubahan
Gambar 1.1
Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Kanwil Banten
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wiayah Banten)
Gambar 1.2
Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten
m
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wiayah Banten)
Kepala KANWIL
Kedua, kurangnya perluasan sosialisasi dalam menggerakkan pertambahan
kepesertaan sehingga belum semua tenaga kerja dan perusahaan di wilayah Banten
menjadi pendaftar kepesertaan dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan. Berikut adalah tabel 1.1 Kepesertaan Tenaga Kerja dan Tabel 1.2
Kepesertaan Perusahaan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
wilayah Banten.
Tabel 1.1
Persentase Ketercapaian Kepesertaan Tenaga Kerja di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten (Januari 2014-April 2015)
No Kacab
Tenaga Kerja
Penerima Upah Tenaga Kerja Jasa Konstruksi Tenaga Kerja BPU Tenaga Kerja Jaminan Pensiun Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten)
Dari tabel 1.1 tersebut menjelaskan bahwa kepesertaan tenaga kerja di BPJS
Ketenagakerjaan wilayah Banten pada realisasinya belum maksimal dengan kata
lain belum sampai mencapai target yang telah ditentukan dari pusat, karena untuk
persentase ketercapaian kepesertaan tenaga kerja bila dibandingkan dengan apa
yang telah di tergetkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
penerima upah dengan jumlah kepesertaan 542.782 tenaga kerja. Namun pada
realisasinya hanya mencapai 91.297 tenaga kerja yang aktif dengan persentase
ketercapaian 16,8% dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di wilayah Banten.
Selanjutnya Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan menargetkan tenaga kerja jasa
konstruksi dengan jumlah kepesertaan 63.309 tenaga kerja. Namun pada
realisasinya hanya mencapai 28.036 tenaga kerja yang aktif dengan persentase
ketercapaian 44,3% dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di wilayah Banten.
Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan juga menargetkan tenaga kerja bukan
penerima upah dengan jumlah kepesertaan 68.297 tenaga kerja. Namun pada
realisasinya hanya mencapai 5.889 tenaga kerja yang aktif dengan persentase
ketercapaian 8,6% dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di wilayah Banten.
Terakhir Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan menargetkan tenaga kerja jaminan
pensiun dengan jumlah 45.411 tenaga kerja. Namun disini, pada realisasinya tidak
ada satupun tenaga kerja yang ikut turut menjadi kepesertaan di BPJS
Ketenagakerjaan wilayah Banten di karenakan tenaga kerja jaminan pensiun,
jaminannya masih dicover oleh perusahaan jaminan pensiunnya itu sendiri.
Sehingga tenaga kerja jaminan pensiun tidak ada realisasi dan persentase
Tabel 1.2
Persentase Ketercapaian Kepesertaan Perusahaan di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten (Januari 2014-April 2015)
No Kacab
Perusahaan Penerima
Upah Perusahaan Jasa Konstruksi Perusahaan Program Jaminan Pensiun Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
1 Serang 655 212 32% 1717 547 32% 36 - -
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten)
Dari Tabel 1.2 tersebut menjelaskan bahwa kepesertaan perusahaan di BPJS
Ketenagakerjaan di wilayah Banten belum maksimal, dengan kata lain belum
sampai mencapai target yang telah ditentukan dari pusat. Kantor Pusat BPJS
Ketenagakerjaan menargetkan perusahaan penerima upah dengan jumlah
kepesertaan 3.170 perusahaan. Namun pada realisasinya hanya mencapai 924
perusahaan yang menjadi kepesertaan aktif dengan persentase ketercapaiannya
adalah 29% di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten. Sedangkan pada perusahaan
jasa konstruksi, kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan menargetkan kepesertaan
dengan jumlah 2.640 perusahaan. Namun realisasinya hanya 639 perusahaan yang
menjadi kepesertaan aktif dengan persentase ketercapaiannya adalah 24% di BPJS
perusahaan program jaminan pensiun dengan jumlah kepesertaan 180 perusahaan.
Namun pada realisasinya tidak ada satupun perusahaan yang menjadi kepesertaan
di BPJS Ketenagakerjaan wilayah Banten. Dikarenakan perusahaan jaminan
pensiun masih memiliki program jaminan yang mengcover tenaga kerjanya
sebelum adanya BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan masih mempercayai program
yang sebelumnya sudah ditetapkan, belum adanya keputusan dari perusahaan untuk
bisa menjadi kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan. Sehingga tidak adanya realisasi
dari perusahaan program jaminan pensiun.
Ketiga, perubahan status badan hukum organisasi, dimana ketika menjadi
PT. Jamsostek (Persero) merupakan badan hukum persero/privat, berorientasi profit
(keuntungan), fokus pelanggan dan pemegang saham yang berkoordinasi dibawah
Kementerian BUMN, berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik, berorientasi sosial,
memfokuskan pada kepentingan warga negara sesuai mandat Undang-undang dan
peraturan pelaksanaannya yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.
Keempat, perubahan sistem kerja bagian Umum dan SDM dalam pengadaan
barang dan jasa atau belanja modal. Ketika masih menjadi PT. Jamsostek, dalam
transaksi pengadaan barang dan jasa atau belanja modal masih melakukan secara
manual yaitu, pertemuan langsung atau tatap muka langsung. Sekarang menjadi
BPJS ketenagakerjaan sudah menggunakan teknologi yang dapat memudahkan
dikemukakan bahwa Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan
barang dan jasa atau belanja modal yang sekarang sudah melakukan transaksi
secara teknologi, tujuan perubahan ini, meminimalisir kecurangan yaitu adanya
money game (permainan uang) yang terjadi saat terjadinya transaksi secara
langsung atau manual. Akan tetapi perubahan sistem kerja yang sekarang tentunya
tidak lepas dari hambatan atau kelemahannya, yaitu dimulai dari adanya gangguan
internet yang tentunya bisa menghambat atau sering kali mengagalkan transaksi,
dan sistem yang sekarang digunakanpun masih belum sempurna, atau efektif.
Kelima, perubahan program dan manfaat. Perubahan program cenderung
akan berdampak pada kurangnya pemahaman tenaga kerja dan perusahaan
mengenai program dan manfaat sistem penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana terdapat penambahan dan pengurangan program sebagai berikut:
Tabel 1.3
Perubahan Program dan Manfaat
NO PROGRAM LAMA (PT.JAMSOSTEK) PROGRAM BARU (BPJS KETENAGAKERJAAN)
1 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
2 Jaminan Kematian (JKM) Jaminan Kematian (JKM)
3 Jaminan Hari Tua (JHT) Jaminan Hari Tua (JHT)
Sistem Jaminan Sosial Nasional mengamanahkan perluasan program
perlindungan dan manfaatnya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia yaitu:
1. Jaminan Pensiun (JP) untuk tenaga kerja swasta dan informal.
2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) untuk seluruh penduduk.
Keenam, kurangnya pantauan dan koordinasi Pemerintah Daerah dan
Lembaga Kepolisian selama proses berlangsungnya transformasi. Pemerintah
Daerah berperan sebagai monitoring kebijakan yang dilaksanakan BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten, agar dapat mengetahui dapat berjalan
efektif atau tidak pelaksanaan kebijakan tesebut. Lembaga Kepolisian berperan
sebagai pelindung tenaga kerja, dan juga mengawasi bila terjadi hal-hal yang tidak
sejalan dengan tujuan. Wawancara peneliti kepada Kepala Umum dan SDM Kantor
Wilayah Banten, dikemukakan bahwa saat ini BPJS Ketenagakerjaan Kanwil
Banten kurang adanya kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga
Kepolisian. Hal ini salah satu penyebab bahwa pelaksanaan kebijakan Trasformasi
PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan masih kurang maksimal
dalam mengatasi masalah terkait pelaksanaan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan.
Ketujuh, masalah kurangnya penanganan mengenai pencairan iuran Jaminan
Hari Tua kepada tenaga kerja. Ketidaksigapan karyawan atau pegawai BPJS
Ketenagkerjaan Kanwil Banten, mengakibatkan tenaga kerja mengalami kesulitan
dalam pengajuan klaim. Lamanya prosedur pemberian berkas formulir Jaminan
lagi pada perusahaan yang lama, kesulitan mengklaim Jamian Hari Tua mereka,
karena terdaftar BPJS Ketenagakerjaan di perusahaan yang baru. Wawancara
peneliti kepada salah satu tenaga kerja penerima upah, dikemukakan bahwa Jika
tidak bisa dicairkan ketika tenaga kerja sudah bekerja diperusahaan yang baru,
maka seharusnya iuran Jaminan Hari Tua di perusahaan yang lama disatukan
saldonya dengan BPJS Ketenagakerjaan yang baru, hal inilah yang membuat saya
kecewa karena harus menjadi pengangguran terlebih dahulu untuk bisa mencairkan
iuran Jaminan Hari Tua nya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
saat ini dalam sehari hanya melayani 150 peserta yang ingin mencairkan Jaminan
Hari Tua (JHT), hal ini menyulitkan peserta karena harus mengambil nomor
antrean dari pukul 04.00 pagi bila tidak ingin didahului oleh peserta lainnya.
Dilaksanakannya perubahan pada PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS
Ketenagakerjaan, adalah semata-mata mengemban misi perlindungan finansial
untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga Negara dengan layak. Setiap manusia
berhak mendapatkan hak yang sama tentunya berhak mendapatkan kehidupan yang
lebih baik, dan demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tercantum di dalam
Undang-undang Dasar 1945. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti
tertarik untuk membahas dan mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis
Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan melakukan penelitian langsung ke
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten,
di dapatlah beberapa situasi sosial. Adapun yang menjadi situasi sosial dalam
penelitian ini antara lain adalah:
1. Perubahan struktur organisasi dari PT. Jamsostek menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
2. Kurangnya perluasan sosialisasi yang mengakibatkan belum semua tenaga kerja
dan perusahaan di wilayah Banten menjadi pendaftar kepesertaan dalam Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
3. Perubahan badan hukum organisasi, yang semula persero/privat, berubah
menjadi badan hukum publik.
4. Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa atau
belanja modal.
5. Perubahan program dan manfaat. Program PT. Jamsostek yaitu Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan, sedangkan program BPJS Ketenagakerjaan yaitu
Jaminan Pensiun.
6. Kurangnya pantauan dan koordinasi dari Pemerintah Daerah dan Lembaga
Kepolisian selama proses berlangsungnya transformasi.
7. Kurangnya penanganan dan Ketidaksigapan karyawan mengenai pencairan iuran
1.3. Batasan Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam proses kajian penelitian, maka peneliti
membatasi fokus penelitian pada: “Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek
(Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor
Wilayah Banten”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
melakukan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Proses Analisis
Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten?
1.5. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan transformasi PT. Jamsostek
(Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor
Wilayah Banten, Selain itu penelitian ini diajukan sebagai salah satu tugas akhir
dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada konsentrasi kebijakan
1.6. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat tentunya bagi mahasiswa, masyarakat
umum, dan Instansi terkait. adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dalam
penelitian tentang Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero)
menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah
Banten adalah.
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wacana
bagi peneliti.
2) Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan
tersendiri bagi perkembangan teori-teori ilmu sosial, khususnya teori
mengenai analisis kebijakan dan transformasi.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan peneliti
mengenai Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero)
Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di
2) Bagi Badan atau Instansi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah
Banten, lebih memperbaiki tugasnya sehingga dapat memberikan
perubahan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat dan menjamin
kehidupan masyarakat.
3) Bagi Pihak Lain
Pihak lain disini bisa masyarakat, dosen, maupun mahasiswa
lainnya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait kondisi real yang terjadi di lapangan dan dapat dijadikan sebagai
masukan positif bagi semua pihak yang terkait hasil penelitian yang
dilakukan.
1.7. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling
umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relefan dengan judul
skripsi. Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada
intuisi logis. Latar belakang berkaitan timbulnya masalah perlu diuraikan secara
jelas, faktual, dan logis.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan dengan
tema/topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.
1.3. Batasan masalah
Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan
diajukkan dalam rumusan masalah. Pembatasan masalah dapat diajukkan dalam
bentuk pernyataan. Selain itu, pembatasan masalah juga perlu menjelaskan lokus,
tujuan, dan waktu penelitian. Pembatasan masalah adalah sebagai pembatas fokus
dari penelitian yang akan diteliti. Sehingga memudahkan peneliti agar tidak
terjebak di lapangan.
1.4. Rumusan Masalah
Setelah identifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah memilih dan
menetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian.
Kalimat yang biasa dipakai dalam perumusan masalah ini adalah kalimat
pertanyaan. Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi
dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.
1.6. Manfaat Penelitian
Menjelaskan mengenai manfaat teoritis dan manfaat praktis dari hasil
penelitian atau dari temuan penelitian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS/ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
permasalahan penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis atau asumsi dasar. Dengan mengkaji
berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian
yang jelas, dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan sehingga
memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas masalah yang telah
dirumuskan. Hasil penting lainnya dari kajian teori adalah didapatkan kerangka
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi,
Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan minimal 2
jurnal.
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia
mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam asumsi dasar atau hipotesis,
biasanya untuk memperjelas maksud peneliti, kerangka berpikir dapat dilengkapi
dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti. Bagan tersebut disebut
juga dengan nama paradigma atau model penelitian.
2.4. Asumsi Dasar
Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa kerja
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan tentang metode yang dipergunakan dalam
penelitian. Metode penelitian antara lain dapat berbentuk: ex post facto,
exsperiment, survey, descriptive, case study, action research, dan sebagainya.
3.2. Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian
yang akan dilakukan.
3.3. Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat
penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat diberi deskripsi
tentang tempat penelitian dilaksanakan.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel
yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang
3.4.2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel
penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian
dilengkapi dengan table matriks variabel, indikator, sub indikator, dan nomor
pertanyaan sebagai lampiran. Dalam penelitian kualitatif tidak perlu dijabarkan
menjadi indikator maupun sub indikator tetapi cukup menjabarkan fenomena
yang akan diamati.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Sehingga perlu disampaikan pedoman
wawancara yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Kemudian untuk
peneliti kuantitatif diuraikan pula kisi-kisi instrument penelitian.
3.6. Informan Penelitian
Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk
mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh
dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara Teknik
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data menjelaskan tentang teknik analisa
beserta rasionalisasinya. Teknik analisis data harus disesuaikan dengan sifat data
yang diteliti. Dalam pengumpulan data kualitatif, melalui pengamatan berperan
serta, wawancara, dokumen dan bahan-bahan visual. Analisis data dilakukan
melalui pengkodean dan pengkodingan data (berdasarkan kategori data),
interpretasi data, penulisan hasil laporan dan keabsahan data.
3.8. Jadual Penelitian
Terakhir tentang lokasi dan jadwal penelitian, menjelaskan lokasi dan
alasan memilih tempat dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan.
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari instansi
tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal lain yang terkait dengan objek
penelitian.
4.2. Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data menyah dengan
mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun data
4.3. Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Terhadap
hipotesis yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi terhadap hipotesis
yang ditolak harus diberikan berbagai dugaan yang menjadi penyebabnya.
Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil
penelitian orang lain yang relevan (sejenis). Pada akhir pembahasan, peneliti dapat
mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan
penelitiannya, terutama sekali untuk penelitian eksperimen. Keterbatasan ini dapat
dijadikan rekomendasi terhada penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi
objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan
mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai
dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.
5.2. Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
Teori merupakan seperangkat konsep asumsi dan generalisasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai
organisasi. Silalahi (2010:90) menyatakan bahwa definisi deskripsi teori adalah
satu set atau seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan
proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan
memerinci hubungan-hubungan diantara variabel dengan tujuan menjelaskan dan
memprediksi gejala itu. Selain itu deskripsi teori merupakan suatu rangkaian
penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau realitas tertentu yang
dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap, dan atau cara-cara
yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang
teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau
hubungan fungsional diantara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas
tertentu.Dalam deskripsi teori, peneliti melakukan kajian teori yang relevan dengan
permasalahan dalam penelitian, kemudian peneliti menyusun secara teratur dan rapi
2.1.1. Pengertian Kebijakan
Suharto (2010:7), Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih
untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Kebijakan juga merupakan
seperangkat pernyataan strategis yang didukung oleh fakta, bukan oleh gossip atau
kabar burung. Pernyataan masalah kebijakan, karenanya harus didukung oleh bukti
atau fakta yang relevan, terbaru, akurat, dan memadai. Menurut Ealau dan Prewitt
(1973), kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh
perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yan
mentaatinya (yang terkena kebijakan itu). Kamus Webster memberi pengertian
kebijakan sebagai prinsip atau cara yang bertindak yang dipilih untuk mengarahkan
pengambilan keputusan. Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai
prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu.
Kebijakan menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah
(problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented). Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
2.1.1.1. Pengertian Kebijakan Publik
Suatu negara yang terdapat pemerintahan daerah didalamnya diperlukan
sebuah kebijakan seperti salah satunya peraturan-peraturan yang dapat
dilaksanakan dalam kehidupan bernegara untuk kemudian peraturan-peraturan
tersebut dapat memberikan suatu gagasan yang dilakukan oleh para stakeholder
untuk dapat memajukan kondisi yang tertata rapih pada masing-masing daerah.
Menurut Jones dalam (Winarno, 2007:19) istilah kebijakan (policy term)
digunakan dalam praktek sehari-hari akan tetapi digunakan untuk menggantikan
kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan
dengan goals (tujuan), Decisions (Keputusan), standard, proposal, dan grand
design. Sedangkan kebijakan menurut Dye di jelaskan bahwa:
“ Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (policy is whatever government chose to do or not to do)”. ( Abidin, 2012: 6).
Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengani
“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat
publik semata, disamping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu
juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh atau dampak yang
sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian
menyatakan bahwa: “Kebijakan pubik adalah seperangkat tindakan pemerintah
yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Menurut Chandler dan Plano
sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:1) menyatakan bahwa :
“Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas”.
Melihat pada beberapa pengertian tersebut, Frederick dalam (Agustino,
2006: 7). menjelaskan juga definisi kebijakan publik sebagai berikut:
“Serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (Kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu”.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu upaya, tindakan atau kegiatan
yang tersusun secara sistematis oleh para pembuat kebijakan untuk mencapai
hasil-hasil tertentu dari suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan publik
ataupun masyarakat luas. Lingkup kebijakan itu sendiri sangat luas karena
mencakup berbagai hal, sektor ataupun bidang pembangunan, seperti pertanian,
pendidikan, kepariwisataan, kepemudaan, kesehatan, transportasi, pertanahan, dan
bersifat lokal, regional, nasional maupun didunia internasional, seperti halnya
undang-undang, peraturan pemerintah pusat, perauran pemerintah propinsi,
peraturan pemerintah kabupaten/kota, keputusan bupati/walikota, program-program
pemerintah, dan sebagainya (Subarsono,2012:5).
Konsep kunci untuk lebih memahami berbagai definisi dalam kebijakan
publik terdapat didalam buku kebijakan publik oleh Suharto (2011: 44) yaitu:
1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah suatu tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politisi dan finansial untuk melakukannya.
2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya untuk memberikan solusi atas permasalahan dan kebutuhan yang berkembang dimasyarakat.
3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Dalam hal kebijakan publik biasanya bukanlah keputusan yang tunggal melainkan terdapat keputusan-keputusan atau pilihan lain pada tindakan atau strategi yang telah didisiapkan untuk mencapai pada orientasi tujuan tertentu demi kepentingan publik.
4. Sebuah keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Segala hal tentang kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan untuk memecahkan masalah sosial. Akan tetapi, kebijakan publik pula yang telah dirumuskan mampu menjawab masalah sosial yang terjadi melalui kerangka kebijakan yang sudah ada sehingga tidak memerlukan tindakan tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah langkah atau rencana tindakan yang telah dirumusn melalui sebuah justifikasiatau pernyataan, bukan sebuah maksud yang belum dirumuskan.
Berdasarkan konsep kunci yang telah dijelaskan diatas mengenai kebijakan
publik maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik itu adalah suatu tindakan
atau publik yang kemudian dibuat sebuah keputusan berupa undang-undang
maupun peraturan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan-pemasalahan
publik.
2.1.1.2. Tahap-tahap Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena
itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa
tahap-tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam
mengkaji kebijakan publik. Akan tetapi beberapa ahli mungkin membagi
tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn
sebagaimana dikutip Winarno (2007 : 32-34) adalah sebagai berikut :
1. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan pada perumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pemabahasan, atau adapula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
2. Tahap formulasi kebijakan
memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor dapat bersaing untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
3. Tahap Adopsi Kebijakan
Terdapat sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan para perumus kebijakan. Pada tahap ini akan ada beberapa analisis dan peramalan untuk mendapatkan alaternatif kebijakan. Pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.
4. Tahap Impelementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan bersaing .
5. Tahap Evaluasi Kebijakan
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.
2.1.1.3. Pengertian Analisis Kebijakan
Dalam (Wahab, 2014:40), Ericson mengemukakan, dalam tulisannya, “The
Policy Analysis Role of the Contemporary University,” merumuskan analisis
kebijakan publik sebagai berikut: “… public policy analysis is a future-oriented
inquiry into the optimum means of achieving a given set of social objectives”.
Artinya, penyelidikan yang berorientasi ke depan dengan menggunakan sarana
yang optimal untuk mencapai serangkaian tujuan sosial yang diinginkan.
Sedangkan Kent dalam (Wahab, 2014:41) mendefinisikan analisis kebijakan
“…that kind of systematic, disciplined, analytical, scholarly, creative study whose primary motivation is to produce well-supported recommendations for action dealing with concrete political problems.”
Artinya, sejenis studi yang sistematis, berdisiplin, analitis, cerdas, dan
kreatif yang dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan rekomendasi yng andal
berupa tindakan-tindakan dalam memecahkan masalah-masalah politik yang
konkret.
Menurut Dunn, dalam (Nugroho, 2007:7), Analisis Kebijakan adalah
aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis
menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan tentang dan dalam proses kebijakan.
Analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai
metode pengkajian multipel dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk
menciptakan, secara kritis menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan. Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual
yang dilakukan dalam proses politik. Analisis kebijakan tidak dimaksudkan
menggantikan politik dan membangun elit teknokrtis. Analisis kebijakan diletakkan
pada konteks sistem kebijakan, yang menurut Dunn, dengan mengutip (Dye:1995),
Gambar 2.1
Konteks Sistem Kebijakan
(Sumber: Nugroho, 2007-8)
Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin ilmu dengan tujuan memberikan informasi yang bersifat deskriptif, evaluative, dan/ atau preskriptif. Analisis kebijakan menjawab tiga macam pertanyaan (Nugroho, 2007:8) yaitu:
1. Nilai, yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk menilai apakah suatu masalah sudah teratasi.
2. Fakta, yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai.
3. Tindakan, yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai. Pelaku
Kebijakan
Kebijakan Publik Lingkungan
Analisis kebijakan adalah kombinasi keterampilan tingkat tinggi,
sebagaimana dikatakan Patton dan Savicky, dengan mengutip pemikiran E.S
Quade:
“policy analysis has been characterized as art, craft, compromise, argument, and persuasion, activities that depend to a large extent on the skill, judgement, and intuition of the analyst” (Nugroho, 2007:59).
Analisis kebijakan harus mampu mengangkat masalah yang penting dengan
cara yang logis, valid, dan dapat direplikasi serta mempresentasikan informasi
berupa produk analisis kebijakan yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan
sehingga produk tersebut harus sinambung secara ekonomi, secara teknis, dan etis
mungkin dikerjakan fisibel dengan mudah, dan dapat diterima secara politik
sebagai cara untuk menyelesaikan masalah-masalah publik. Kegiatan
penganalisisan kebijakan dapat bersifat formal dan hati-hati yang melibatkan
penelitian mendalam terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang berkaitan dengan
evaluasi suatu program yang telah dilaksanakan. Namun demikian, beberapa
kegiatan analisis kebijakan dapat pula bersifat informal yang melibatkan tidak lebih
dari sekadar kegiatan berfikir secara cermat dan hati-hati mengenai
2.1.1.4. Proses Analisis Kebijakan
Dunn dalam (Nugroho, 2007: 16-27) mengemukakan proses analisis
kebijakan sebagai berikut:
1. Merumuskan Masalah
Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan yang
belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk kemudian diperbaiki atau
dicapai melalui tindakan publik. Masalah kebijakan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Terdapat saling kebergantungan antar masalah kebijakan.
b. Mempunyai subjektivitas.
c. Buatan manusia, karena merupakan produk penilaian subjektif dari
manusia.
d. Bersifat dinamis.
Fase-fase perumusan masalah kebijakan dapat disusun sebagai berikut:
a. Pencarian masalah
b. Pendefinisian masalah
c. Spesifikasi masalah
Untuk menuju analisis kebijakan, sejak perumusan masalah sudah harus
dikenali model-model kebijakan, yaitu:
1) Model deskriptif, yng bertujuan menjelaskan dan/atau memprediksi
sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi pilihan-pilihan kebijakan.
2) Model normtif, yang selain bertujuan sama dengan model deskriptif,
juga memberikan rekomendasi untuk meningkatkan pencapaian nilai
atau kemanfaatan.
2. Peramalan Masa Depan Kebijakan
Peramalan atau forecasting adalah prosedur untuk membuat informasi
aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang telah ada
tentang masalah kebijakan. Peramalan mengambil tiga bentuk, yaitu:
1) Peramalan ekstrapolasi, yaitu ramalan yang didasarkan atas ekstrapolasi
hari ini ke masa depan, dan produknya disebut proyeksi. Teknik yang
digunakan antara lain analisis antar-waktu, estimasi tren linear,
pembibitan eksponensial, transformasi data, dan katastrofi metodologi.
Peramalan ni menggunakan tiga asumsi dasar: persistensi (pola yang
diamati di masa lampau akan tetap ditemui di masa depan), keteraturan
(visi di msa lalu sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan akan
terulang secara ajek di masa depan), dan reabilitas-validitas data.
2) Peramalan teoretis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatu teori, dan
pemetaan teori, model kausal, analisis regresi, estimasi titik dan
interval, dan analisis korelasi. Apabila peramalan ekstrapolatif
menggunakan logika induktif, peramalan teoretis menggunakan logika
deduktif.
3) Peramalan penilaian pendapat, yaitu ramalan yang didasarkan pada
penilaian para ahli atau pakar, dan produknya disebut perkiraan
(conjecture). Teknik yang digunakan antara lain Delphi kebijakan,
analisis dampak silang, dan penlilaian fisibilitas (kelayakan). Teknik
peramalan penilaian pendapat (judgemental forecasting) berusaha
memperoleh pendapat para ahli. Logika yang digunakan bersifat
retroduktif karena analisis dimulai dengan dugaan tentang suatu
keadaan, dan kemudian berbalik kedata asumsi yang digunakan untuk
mendukung dugaan tersebut. Meskipun pada praktiknya, ketiga logika
tersebut (induktif, deduktif, retroduktif) tidak dipisahkan satu sama lain.
3. Rekomendasi Kebijakan
Tugas membuat rekomendasi kebijakan mengharuskan analisis
kebijakan menentukan alternatif yang terbaik dan mengapa. Karenanya,
prosedur analisis kebijakan berkaitan dengan masalah etika dan moral.
Rekomendasi pada dasarnya adalah pernyataan advokasi, dan advokasi
mempunyai empat pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:
1) Apakah pernyataan advokasi dapat ditindaklanjuti (actionable)?
3) Apakah pernyataan advokasi bermuatan “nilai” selain fakta?
4) Apakah pernyataan advokasi bersifat etik?
Isu yang muncul adalah advokasi-multipel dari analisis kebijakan, yaitu
banyaknya kepentingan yang harus dipertimbangkan dalam memilih alternatif
kebijakan. Dalam memutuskan alternatif kebijakan, salah satu pendekatan yang
paling banyak digunakan adalah rasionalitas. Namun, rasionalitas juga berarti
multirasionalitas, yang berarti terdapat dasar-dasar rasional ganda yang
mendasari sebagian besar pilihan-pilihan kebijakan, yaitu:
a. Rasionalitas teknis, berkenaan dengan pilihan efektif.
b. Rasionalitas ekonomis, berkenaan dengan efisiensi.
c. Rasionalitas legal, berkenaan dengan legalitas.
d. Rasionalitas sosial, berkenaan dengan akseptabilitas.
e. Rasionalitas susbstantif, yang merupakan kombinasi dari keempat
rasionalitas di atas.
Rekomendasi kebijakan terdapat enam criteria utama, yaitu:
1) Efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil
yang diharapkan.
2) Efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
3) Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan
adanya masalah.
4) Perataan (equity), berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat
kebijakan.
5) Responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok
masyarakat yang menjadi target kebijakan.
6) Kelayakan (appropriateness), berkenaan dengan pertanyaan “apakah
kebijakan tersebut tepat untuk suatu masyarakat?”.
Pendekatan dalam membuat rekomendasi dapat dibuat dengan beberapa
pilihan. Pertama, public choice versus private choice. Pendekatannya adalah
mempertanyakan apakah kebijakan dilakukan dengan pendekatan pemerintah
atau swasta. Apakah diselesaikan dengan intervensi negara atau diserahkan
kepada mekanisme pasar. Kedua, pendekatan penawaran versus permintaan.
Ketiga, pilihan publik murni. Keempat, analisis cost-benefit yang menghitung
dalam ukuran moneter. Kelima, analisis cost-effectiveness, sama dengan
cost-benefit, namun perbandingannya dengan efektivitas kebijakan.
4. Pemantauan Hasil Kebijakan
Pemantauan atau monitoring merupakan prosedur analisis kebijakan
kebijakan publik. Pemantauan, setidaknya memainkan empat fungsi dalam
analisis kebijakan, yaitu eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan, dan kepatuhan
(compliance). Hasil kebijakan dibedakan antara keluaran (outputs), yaitu
produk layanan yang diterima kelompok sasaran kebijakan, dan impak
(impacts), yaitu perubahan perilaku yang nyata pada kelompok sasaran
kebijakan. Dalam melakukan pemantauan, terdapat beberapa pilihan
pendekatan yang dijabarkan dalam matriks sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pendekatan Pemantauan Hasil Kebijakan
Pendekatan Jenis Pengendalian Jenis Informasi yang
dibutuhkan
Akuntansi sistem sosial Kuantitatif Informasi lama dan baru
Eksperimentasi sosial Manipulasi langsung Informasi baru dan bersifat
kuantitatif
Pemeriksaan sosial Kuantitatif dan akualitatif Informasi baru
Sintesis riset-praktik Kuantitatif dan kualitatif Informasi lama