• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I V (3) docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I V (3) docx"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

ADAPTASI FISIOLOGI NEONATUS

Tujuan Instruksional, mahasiswa mampu:

1. Memahami fisiologi adapatasi pernafasan pada neonatus 2.

Masa neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi, yang sedang menyempurnakan banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ektra uterin, Angka morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi menjadi bukti kerapuhan kehidupan masa ini. Transisi bayi dari intra uterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis , bayi tidak tergantung lagi pada sirkulasi ibu melalui plasenta.

(Nelson, Ilmu Kesehatan anak, Edisi 1 vol 1, EGC, Tahun 1999, Bab 79 hal 535)

Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastic, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 690) 1. Adaptasi Pernafasan

Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas darah maternal melalui paru maternal dan plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba setelah kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir, janin melakukan gerakan pernafasan dan menyebabkan paru matang, baik biokimia maupun anatominya, untuk menghasilkan surfaktan, dan mempunyai jumlah alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. (Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)

Sebelum lahir, paru janin penuh dengan cairan yang di eksresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran cairan ini meninggalkan paru, baik karena dipompa keatas menuju jalan nafas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limfe paru dan menuju duktus toraksik atau ke kapiler paru.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 690)

(2)

maternal-plasenta seiring dengan kontraksi. Irama pernafasan berubah dari pernafasan janin dangkal berkala menjadi pernafasan dalam teratur, sebagai hasil perpaduan rangsang kimiawi dan saraf. Hal tersebut ditunjukkan secara jelas dengan adanya penurunan PH dan PaO2, dan kenaikan PaCO2. Rangsang lainnya mencakup dingin, suara, cahaya, sentuhan dan nyeri.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)

Tekanan intratoraks negatif yang bermakna, yang naik hingga 9,8 kPa (100 cm air) terjadi saat nafas pertama diambil. Tekanan yang dikeluarkan guna melakukan inhalasi berkurang dengan setiap ambilan nafas hingga hanya bertekanan 5 cm air, yang dibutuhkan untuk mengembangkan paru. Efek ini dihasilkan oleh surfaktan yang melapisi alveolus, dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan udara residu tetap berada di dalam alveolus diantara ambilan nafas.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691) 2. Adaptasi Kardiovaskuler

Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada plasenta untuk semua pertukaran gas dan eskresi sisa metabolic. Dengan pelepsan plasenta saat lahir, system sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru unutk reoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme yang dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vascular paru.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)

Selama kehidupan janin, hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vascular paru, hampir semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen kembali ke jantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Disaat yang hampir bersamaan, tekanan di atrium kanan berkuraang karena darah berhenti mengalir melalui tali pusat. Akibatnya terjadi penutupan fungsional foramen ovale.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)

(3)

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)

Frekwensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan variasi berkosar antara 120- 160 kali per menit . Bunyi jantung bayi setelah lahir mencerminkan suatu rangkaian kerja pompa jantung. Bunyi jantung terdengat sebagai suara” lub, dub, lub, dub”. Bunyi “lub” dikaitkan dengan dengan penutupan katub mitral dan trikuspidalis pada permulaan sistol dan bunyi “dub” dikaitakan dengan penutupan katub aortik dan katub pulmoner pada akhir sistol. BUnyi “lub” merupakan bunyi jantung pertama dan bunyi “dub” merupakan bunyi jantung ke dua. Bunyi jantung selama periode neonatal bernada tinggi (higt pitch), lebih cepat (short in duration), dan ,memiliki intensitas yang lebih besar dari bunyi jantung orang dewasa.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)

Tekanan sistolik pada pada bayi baru lahir adalah 78 dan diastolik rata-rata adalah 42. Tekanan darah sistolik sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364)

Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 – 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Bayi premature memiliki volume darah yang relative lebih besar daripada bayi baru lahir cukup bulan . hal ini disebabkan bayi premature memiliki proporsi volume plasma yang lebih besar, bukan jumlah sel darah merah yang lebih banyak.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 364) 3. Adaptasi Suhu

Bayi memasuki suasana yang lebih dingin pada saat kelahiran, dengan suhu kamar bersalin 210C yang sangat berbeda dengan suhu di dalam kandungan yaitu 37,70C . Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap milliliter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas (Rutter 1992). Perbandingan antara area permukaan dan massa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang menyusun 25% massa tubuh. Lapisan subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk , yang berakibat cepatnya perpindahan panas inti ke kulit, kemudian ke lingkungan, dan juga mempengaruhi pendinginan darah.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 692)

(4)

a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas , kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah daripada tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila diletakkan diatas benda-benda tersebut.

c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan diruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin , hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

d. Radiasi adalah kehilangan ui suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bias kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara lansung)

Gambar 1.1 : Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir Sumber : Asuhan Persalinan Normal, 2008

(Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal 97)

(5)

pada peningkatan kegiatan metabolic, yang menganggu kemampuan bayi dalam mengendalikan suhu tubuh.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 692)

Mekanisme produksi panas dengan cara mengigil jarang terjadi pada bayi baru lahir, bayi tidak mampu meningkatkan kontraksi otot volunter untuk menghasilkan panas. Hal ini berarti bayi harus bergantung pada kemampuannya untuk mengahasilkan panas melalui metabolisme.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 692)

Neonatus memiliki jaringan adipose coklat, yang membantu metabolisme sumber panas (disebut asam lemak bebas dan gliserol) dengan cepat saat terjadi stress akibat dingin. Mekanisme ini disebut pembentukan panas tanpa mengigil (nonshivering thermogenesis). Lemak coklat dibentuk akibat peningkatan metabolisme di otak, di jantung dan di hati. Lemak coklat terdapat dalam cadangan permukaan , yaitu daerah interskalpula, dan di aksila serta dibagian yang lebih dalam yaitu di pintu masuk thorax, di sepanjang columna vertebralis dan sekitar ginjal. Bayi aterm memiliki persediaan lemak coklat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan panas minimal 2-4 hari setelah kelahiran dan cadangan lemak coklat dapat menurun dengan cepat jika terjadi stress dingin (cold stress).

(Myles Buku Ajar Bidan,lEGC, 2009 Bab 38 hal 691) & ( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 375)

4. Adaptasi Hematopoiesis

Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin berkisar 14,4 sampai 22,5 gr/dl. Hemaktokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung sel darah merahberlisar antara 5 samapi 7,5 juta/ mm3. Secara berturut turut, hemoglobin dan hitung sel darah merah menurun sampai kadar rata-rata 11 sampai 17 gr/dl dan 4,2 sampai 5,2/mm3 pada akhir bulan pertama.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 365)

(6)

yang tali pusatnya tidak segera diklem dapat meningkat karena 80 ml darah plasenta mengandung 50 mg zat besi (Cunningham, Macdonald, Gant, 1993).

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 365)

Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.000/mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir. Jumlah leukosit janin biasanya meningkat menjadi 23.000 sampai 24.000 /mm3 pada hari pertama setelah lahir . biasanya kadar sel darah putih dipertahankan sekitar 11.500/mm3 selama masa periode neonatal.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 365) 5. Adaptasi Sistem pencernaan

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak . kebanyakan enzim susah berfungsi saat bayi lahir, kecuali enzim amylase , yang diproduksi oleh kelenjar saliva setelah tiga bulan dan oleh pancreas setelah 6 bulan. Pengucualian lain ialah lipase yang juga disekresi oleh pancreas dan juga diperlukan untuk mencerna lemak. Oleh karena itu, bayi baru lahir yang normal mampu mencerna karbohidrat sederhana dan protein tetapi terbatas dalam mencerna lemak.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)

Suatu mekanisme khusus yang terdapat pada bayi baru lahir normal dengan berat lebih dari 1500 gram, mengkoordinasi reflek pernafasan, reflek menghisap dan reflek menelan yang diperlukan pada pemberian makan bayi. Bayi baru lahir melakukan tiga sampai empat hisapan kecil setiap kali mengisap, pada bayi baru lahir cukup bulan, isapan lebih lama dan efisien, berlansung hanya beberapa jam setelah bayi lahir. Bayi baru lahir tidak mampu memindahkan makanan dari bibir ke faring sehingga putting susu harus diletakkan cukup dalam ke mulut bayi.

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009 Bab 38 hal 691)

(7)

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)

Kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung ukuran bayi. Beberapa factor seperti waktu pemberian makan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta stress dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung. Waktu ini bervariasi satu sampai 24 jam.

Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang pertama keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar mengandung bakteri. Sekitar 69% bayi normal yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12 jam pertama kehidupannya, 94% dalam 24 jam, dan 99,8 dalam 48 jam (Blackburn, Loper, 1992). ( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368)

Tinja dari bayi yang disusui ibunya dan tinja dari yang minum susu Formula tidak sama. Tinja dari bayi yang minum ASI lebih lunak tidak berbentuk, berwarna kuning emas, dan tidak mengiritasi kulit. Adalah normal bagi bayi jika defekasi setiap kali diberi minum atau defekasi setiap 3-4 hari. Tinja dari bayi yang minum susu formula lunka dan berbentuk , berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi.

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 368) 6. Adaptasi System perkemihan

Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih saat bayi lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mnegeluarkan urin selam 12 jam sampai 24 jam. Berkemih sering teradi setelah peride ini. Berkemih enam sampai 10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 50 ml per kilogram perhari (Blackburn, Loper, 1992;Fanaroff, Martin, 1992)

( Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC hal 366) 7. Adaptasi Imunologi

(8)

menembus sawar plasenta, tetapi dapat di buat oleh janin. Kadar IgM pada saat aterm sebesar 20% orang dewasa , yang membutuhkan waktu 2 tahun untuk mencapai kadar dewasa ( peningkatan kadar IgM pada saat lahir menunjukkan adanya infeksi intra uterin) kadar Igm yang relative rendah ini menyebabkan bayi lebih rentan terhadap penyakit.

Kadar IgA sangat rendah dan meningkat perlahan, meskipun kadar sekresi saliva mencapai nilai seperti dewasa sampai 2 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran pernafasan , saluran pencernaan dan mata.ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam bentuk Lactobacillus bifidus, laktoferin, lisozim, da sekresi IgA.

(9)

BAB II

KONSEP TUMBUH KEMBANG BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

A. Pengertian

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (IDAI, 2002)

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).

B. Prinsip Tumbuh Kembang

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.

(10)

Terdapat kesamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seoarang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor internal

1) Ras/etnik atau bangsa 2) Keluarga/ keturunan 3) Umur

4) Jenis kelamin

5) Genetik / bawaan anak atau potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. 6) Kelainan kromosom

b. Faktor eksternal 1) Faktor prenatal

- Gizi selama hamil

- Mekanis ( posisi bayi abnormal) - Toksin /zat kimia

- Endokrin - Radiasi - Infeksi

- Kelaianan imunologi - Anoksia embrio - Psikologi ibu 2) Faktor proses persalinan

Komplikasi persalinan seperti trauma kepala, asfiksia bisa menyebabkan kerusakan otak.

(11)

- Penyakit kronis/kelianan kongenital - Lingkungan fisik dan kimia

- Psikologis

- Endokrin: penyakit hipotiroid - Sosio ekonomi

- Stimulasi - Obat-obatan D. Ciri-ciri Tumbuh Kembang

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya, sebagai contoh, seorang anak tidak kan bisa berjalan sebelum bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri sebelum pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi, dll. Anak sehat, bertambah umur bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

(12)

Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal /anggota tubuh.

- Pola proksimodistal

Perkembangan yang terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari Yng mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)

f. Perkembangan memiliki tahap yang beurutan

Tahap perkembanganseorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.tahap-tahap tersebut tidak bisa terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

E. Tahap tahap Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur saling berkaitan dan berkesinambungan. Walaupun terdapat beberapa variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut:

a. Masa prenatal

Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan) dibagi menjadi tiga periode, yaitu:

1) Masa zigot/mudigah: sejak saat konsepsi sampai usia kehamilan 2 minggu 2) Masa embrio : sejak usia kehamilan 2 minggu sampai 8 minggu

Ovum yang dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh. 3) Masa janin/fetus: sejak umur kehamilan 9 minggu sampai akhir kehamilan, masa

ini terdiri dari dua periode yaitu:

- Masa fetus dini, yaitu sejak usia kehamilan 9 minggu sampai trimester II kehidupan intrauterin

(13)

lemak essensial seri Omega 3 (docosa Hexanic Acid) dan Omega 6 (arachidonic acid) pada otak dan retina.

Trimester pertama kehamilan merupakan periode penting pada masa prenatal karena pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh dan depresi berat, dan lain-lain.

b. Masa bayi (0-11 bulan)

Masa ini di bagi menjadi dua periode, yaitu: 1) Masa neonatal 0-28 hari

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:

- Masa neonatal dini (0-7 hari) - Masa neonatal lanjut (8- 28 hari)

2) Masa post atau pasca neonatal (29 hari-11 bulan)

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. c. Masa Anak (1-2 tahun)

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerakan kasar dan halus) serta fungsi eksresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita karena akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan ana selanjutnya.

Setelah lahir terutama 3 tahun pertama kehidupan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,mengenal huruf dan bersosialosasi.

(14)

d. Masa anak pra sekolah (2-6 tahun)

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.

F. Pertumbuhan

Pertumbuhan pada anak dilihat dari: 1. Berat Badan

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu: usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40ngram dan pada akhir bulan ke 12 akan terjadi penambahan 3 kali lipat berat badan lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali dari berat badan lahir pada usia kurang lebig 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kg.

Pada masa prasekolah dan sekolah akan terjadi penambahan berat badan setiap tahunnya kurang lebih 2-3 kg.

2. Tinggi Badan

Pada usia 0-6 bulan bayi kan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir.

Pada masa bermain penambahan selama tahun ke-2 kurang lebih 12 cm, sedangkan penambahan untuk tahun ke-3 rata-rata 4-6 cm.

Pada masa pra sekolah, khususnya di akhir usia 4 tahun, terjadi penambahan rata-rata dua kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan mengalami penambahan setiap tahunnya kurang lebih 6-8 cm.

(15)

Pertumbuhan lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar enam bulan pertama yaitu 35-43 cm. Pada usia-usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.

4. Gigi

Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan mulai, dari pertumbuhan hingga penanggalan. Pertumbuhan gigi terjadi di dua bagian, yaitu bagian rahang atas dan bagian rahang bawah.

a. Pertumbuhan gigi bagian rahang atas:

- Gigi insisi sentral pada usia 8-12 bulan - Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan - Gigi taring (kaninus) pada usia 16-22 bulan

- Molar pertama anak laki-laki pada usia 13-19 bulan

- Molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan, sedangkan molar kedua pada usia 25-33 bulan.

b. Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah:

- Gigi insisi sentral pada usia 6-10 bulan - Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan - Gigi taring (kaninus) pada usia 17 23 bulan - Molar pertama pada usia 14-18 bulan

- Molar kedua anak perempuan pada usia 24-30 bulan, sedangkan anak laki-laki pada 29-31 bulan.

Perubahan selanjutnya adalah adanya beberapa gigi yang mengalami penanggalan. Seperti halnya pertumbuhan gigi, penanggalan gigi juga terjadi di bagian rahang atas dan bagian rahang bawah.

a. Penanggalan gigi rahang bagian atas:

(16)

- Gigi molar pertama pada usia 9 tahun - Gigi molar pertama pada usia 11 tahun b. Penanggalan gigi rahang bagian bawah:

- Gigi insisi pertama pada usia 6 tahun - Gigi insisi kedua pada usia 7 tahun - Gigi taring pada usia 10 tahun

- Gigi molar pertama pada usia 9 tahun - Gigi molar pertama pada usia 10 tahun 5. Organ Penglihatan

- Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir. Sudah terjadi perkembangan ketajaman penglihatan antara 20/100, adanya refleks pupil dan kornea, memiliki kemampuan fiksasi pada objek yang bergerak dalam rentang 45 derajat, dan bila tidak bergerak sejauh 20-25 cm.

- Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan 90 derajat, dapat melihat secara terus menerus, dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi.

- Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat.

- Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk menfiksasi sudah mulai pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat berbaring atau duduk, melihat bayangan di cermin, dan mampu mengakomodasi objek.

- Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning dan merah, menyukai rangsangan visula kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata dan tangan.

- Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksai objek yang sangat kecil

- Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak .

(17)

6. Organ Pendengaran

- Perkembangan pada pendengaran dapat dimulai pada saat lahir. Setelah lahir, bayi sudah dapat berespon terhadap bunyi yang keras dengan refleks.

- Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala kesamping bila bunyi di buat setinggi telinga.

- Pada usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke arah bunyi.

- Pada 4-6 bulan kemampuan melokalisasi bunyi makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan.

- Pada usia 6-8 mampu merespon pada nama sendiri.

- Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal beberapa kata dan artinya. - Pada usia 18 bulan mulai membedakan bunyi.

- Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara - Pada usia 48 bulan mulsi membedakan bunyi yang serupa dan mampu

memdengarkan yang lebih halus. 7. Organ Seksual

Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak terjadi hingga masa pubertas. Namun total tambahan folikel primordial yang mengandung ovum primitif ada pada gonad wanita. Pada bayi laki-laki dan perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti local di dada dan yang kadang-kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4atau ke 5. Untuk alasan yang sama gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan. Akan tetapi ini tidak berlangsung lama.

G. Perkembangan

1. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN a. Perkembangan kognitif (Piaget)

1) Tahap sensori motor (0-2 tahun)

(18)

akan diarahkan ke mulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang dilihat, didengar, disentuh dll.

2) Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)

- Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak,

- perkembangan anak masih bersifat egosentris.

- Pada masa ini pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama. Seperti seorang pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah. - Selain itu ada pikiran animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda

mati. Seperti anak jatuh dan terbentur batu, dia akan menyalahkan batu tersebut dan memukulnya.

3) Tahap kongret (7-11 tahun)

Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena anak sudah mengerti tentang keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu. Pemahaman belum mendalam dan akan berkembang di akhir usia sekolah (masa remaja).

4) Tahap formal operasional ( > 11 tahun)

Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak, teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah.

b. Perkembangan psikoseksual anak (Freud) 1) Tahap oral (0-1 tahun)

Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.

(19)

Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.Anak akan menunjukkan kelakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egosentrik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.

3) Tahap oedipal/phalik ( 3-5 tahun)

Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dan anak perempuan cenderung suka pada ayahnya.

4) Tahap laten ( 5-12 tahun)

Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan berhadapan langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.

5) Tahap Genital ( > 12 tahun)

Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan berhadapan langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.

c. Perkembangan psikososial (Erikson) 1) Tahap percaya tidak percaya (0-1 th)

Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya.

2) Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)

Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti kemampuan motorik dan bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak diberikan kebebasan anak akan merasa malu.

3) Tahap inisiatif, rasa bersalah (4-6 tahun)

anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam aktivitasnya. Apabila pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa bersalah.

(20)

Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasinya sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila pada tahap ini gagal anak akan rendah diri.

5) Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolesence.anak mengalami perubahan diri, perubahan hormonal.

6) Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya ata kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial

7) Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu seseorang ingin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitasnya. 8) Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu seseorang

memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan.

2. TAHAP PERKEMBANGAN ANAK MENURUT UMUR a. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan Motorik halus adalah kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan (Moeclichatoen, 2004). Sedangkan menurut Nursalam, 2005, perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh dan otot-otot kecil , memerlukan koordinasi yang cermat serta tidal memerlukan banyak tenaga.

1) Masa neonatus (0-28 hari)

dimulai dengan adanya kemampuan utk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan.

2) Masa bayi (28 hari-1 tahun) a) Usia 1-4 bulan

- Dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek - Mengikuti objek dari sisi ke sisi

- Mencoba memegang dan memasukkan benda ke dlm mulut - Memegang benda tapi terlepas

(21)

- Memegang benda dengan kedua tangan serta menahan benda ditangan walaupun hanya sebentar

b) Usia 4-8 bulan

- Mulai mengamati benda

- Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang - Mengeksplorasi benda yang dipegang

- Mengambil objek dengan tangan tertangkup

- Mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan - Menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan

- Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain. c) Usia 8-12 bulan

- Mencari atau meraih benda kecil

- bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya

3) Masa Anak (1-2 tahun)

menyusun dan membuat menara pada kubus 4) Masa Pra Sekolah

mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, dan menggambar orang,menjempit benda dengan jari lurus, melambaikan tangan, menggunakan tangan untuk bermain .

b. Perkembangan Motorik Kasar 1) Masa Neonatus (0-28 hari)

Gerakan seimbang pd tubuh & mulai mengangkat kepala. 2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

a) Usia 1-4 bulan

- Mengangkat kepala saat tengkurap

(22)

- Mampu duduk dengan kepala tegak

- Jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri - Kontrol kepala sempurna

- Berguling dari terlentang ke miring

- posisi tangan dan tungkai kurang fleksi dan berusaha merangkak b) Usia 4-8 bulan

- posisi telungkup pada alas

- sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya,

- Mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri - Duduk dengan kepala tegak

- membalikkan badan

- Bangkit dengan kepala tegak

- menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang

- Berguling dari telentang ke tengkurep - Duduk dengan bantuan dalam waktu singkat

c) Usia 8-12 bulan

- Diawali dengan duduk tanpa pegangan - Berdiri dengan pegangan

- bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri. 3) Masa Anak (1-2 tahun)

a) Mampu melangkah & berjalan dgn tegak.

b) Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang.

c) Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.

4) Masa Prasekolah

(23)

b) Melompat dengan satu kaki c) Berjalan dengan tumit ke jari kaki d) Menjelajah

e) Membuat posisi merangkak dan berjalan dengan bantuan

c. Perkembangan bahasa

1) Masa Neonatus (0-28 hari)

kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel. 2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

a) Usia 1-4 bulan

- kemampuan bersuara dan tersenyum - mengucap huruf hidup.

- Berceloteh mengucap kata “ooh/ahh” - tertawa dan berteriak

- mengoceh spontan serta bereaksi dengan mengoceh. b) Usia 4-8 bulan

- Dapat menirukan bunyi atau kata-kata - menoleh ke arah suara atau sumber bunyi - tertawadan menjerit

- menggunakan vokalisasi semakin banyak

- serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata

- Dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba” c) Usia 8-12 bulan

Mengucapkan kata “papa”dan “mama” yg belum spesifik, megoceh hingga mengatakannya secara spesifik serta dpt mengucapkan 1-2 kata

3) Masa Anak (1-2 tahun)

a) Mampu memiliki 10 perbendaharaan kata b) tingginya kemampuan meniru

(24)

e) mampu mengkombinasikan kata-kata

f) Mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan. 4) Masa Pra sekolah

a) kemampuan menyebutkan 4 gambar b) menyebutkan satu hingga 2 warna c) menyebutkan kegunaan benda

d) menghitung, mengartikan 2 kata, mengerti beberapa kata sifat & jenis kata lainnya,

e) menggunakan bunyi utk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas f) meniru berbagai bunyi kat

g) memahami arti larangan

h) merespon panggilan orang dan anggota keluarga dekat. d. Perkembangan Tingkah Laku Sosial

1) Masa Neonatus (0-28 hari)

Adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali orang lain.

2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun) a) Usia 1-4 bulan

Tersenyum spontan,membalas senyuman bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dgn penglihatan, senang menatap wajah yg di kenal & terdiam bila ada org yg tidak di kenal.

b) Usia 4-8 bulan

merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, memukul-mukul muka, lengan dan kaki jika sedang kesal.

c) Usia 8-12 bulan

kemampuan bertepuk tangan menyatakan keinginan,menirukan kegiatan orang, bermain bola atau yang lainnya dengan orang lain.

3) Masa Anak (1-2 tahun)

(25)

c) Mulai menggosok gigi

d) Mencoba mengenakan baju sendiri

4) Masa Pra sekolah

a) Bermain dgn permainan sederhana, menangis dgn jika di marahi

b) Membuat permintaan sederhana dgn gaya tubuh,menunjuk peningkatan kecemasan terhadap perpisahan

(26)

BAB III

KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH A. KEBUTUHAN ASAH

(27)

BAB V

NEONATUS DENGAN RESIKO TINGGI

A. Asfiksia Neonatorum Definisi

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.146)

Meskipun kebanyakan bayi bernapas menetap dalam 60 detik kelahiran, tapi beberapa diantaranya ada yang tidak bisa melaluinya. Kegagalan untuk mempertahankan pernapasan pada waktu lahir diketahui sebagai asfiksia neonatorum (Myles, 1996). Kegagalan bernapas pada bayi, mengharuskan untuk segera melakukan intervensi untuk mencegah kematian dan kecacatan. (Ladewig PW, London ML, Olds SB. Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi 5. Alih Bahasa: Salmiyatun. Jakarta: EGC. 2005. V; 186-190.)

Penyebab Asfiksia

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia, Yaitu:

a. Preeklamsi dan eklamsia

b. Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solutio plasenta) c. Partus lama atau partus macet

d. Demam selama persalinan

e. Infeksi Berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

f. Kehamilan Post Matur (sesudah 42 Minggu Kehamilan)

Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:

(28)

c. Simpul tali pusat d. Prolapsus tali pusat

Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului tanda gawat janin:

a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep) c. Kelainan kongenital

d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Pada pertolongan persalinan bidan perlu mengetahui sebelum dan sesudah bayi lahir: apakah bayi ini mempunyai resiko asfiksia? Pada kedaan tersebut, bicarakan dengan ibu dan kelurganya tentang kemungkinan diperlukan tindakan resusitasi. Akan tetapi, pada keadaan tanpa faktor resiko pun beberapa bayi dapat mengalami asfiksia. Oleh karena itu, bidan harus siap melakukan resusitasi bayi SETIAP menolong persalinan.

(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.146)

Klasifikasi

Lamanya seorang bayi atau neonatus mangalami asfiksia dipengaruhi oleh hipoksia yang terjadi. Hal ini terlihat dari reaksi awal dari pernapasan akhir diikuti apnoe 1-1 ½ menit ( Apnoe Awal ) dan tidak membutuhkan intervensi. Sedangkan jika setelah pernapasan akhir mengalami peningkatan tetapi pernapasan dalam berkurang kira-kira 8 menit setelah kelahiran, pernapasan akan berhenti ( Apnoe Akhir ). Kejadian ini memungkinkan untuk menentukan derajat asfiksia dengan mendiagnosa kondisi bayi pada saat kelahiran.

Klasifikasi Asfiksia

 Tanpa asfiksia ( nilai APGAR 8-10 )

 Asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-7 )

 Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )

(29)

Tabel 5.1 Pulse/Denyut Jantung Tidak ada < 100x / menit > 100x / menit Grimace/Refleks Tidak ada Menyeringai Batuk, Bersin,

Menangis Activity/Tonus Otot Lemah Sedikit fleksi Pergerakan aktif Respiration/Pernapasa

n

Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis

Tabel 5.2

Derajat asfiksia ( Myles 1996 )

ASFIKSIA RINGAN ASFIKSIA BERAT

Denyut jantung 60-80 bpm Denyut jantung lemah dan lambat, kurang dari 40 bpm

Pernapasan pendek Tidak bernapas Tonus otot baik Tonus otot buruk Bereaksi terhadap

rangsangan

Tidak bereaksi terhadap rangsangan

Sianosis dalam Pucat, abu-abu Nilai APGAR 5-7 Nilai APGAR < 5 Tidak harus diberikan

Oksigen

Oksigen diberikan sebelum atau setelah kelahiran, kegagalan pernapasan terjadi dan bayi akan mengalami syok

Sumber: (Klaus MH, Fanaroff AA. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi Edisi 4. Editor: Achmad Surjono. Jakarta: EGC. 1998. IX; 100-110, 121-122, 286-288.)

(30)

Asfiksia pada kelahiran dapat diantisipasi dengan mengetahui faktor-faktor risiko intrapartum dan antepartum yang berhubungan dengan keadaan asfiksia. Selain itu, sebaiknya sebelum kelahiran, bidan menyiapkan alat resusitasi lengkap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya asfiksia. Tetapi jika memang telah diketahui kebutuhan resusitasi kompleks, maka sebaiknya mencari petugas lain yang bertanggungjawab pada bayi dan menguasai tindakan resusitasi dengan baik sebelum persalinan. Baik dokter anak, perawat anak maupun bidan yang berpengalaman dalam tehknik resusitasi, salah satunya harus ada saat persalinan (di beberapa negara seorang anastesi mungkin bertanggungjawab terhadap resusitasi bayi baru lahir).

(Myles Buku Ajar Bidan,EGC, 2009) Penatalaksanaan

Jika setelah kelahiran, seorang neonatus mengalami asfiksia, maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah dengan melakukan resusitasi. Tetapi tidak semua bayi memerlukan resusitasi lengkap. Hanya 10% bayi baru lahir memerlukan sebagian tindakan resusitasi dan 1% memerlukan resusitasi lengkap.

Tujuan dari resusitasi adalah :

 Untuk memperbaiki keadaan asidosis

 Untuk melancarkan sirkulasi

 Untuk mencegah hipotermi dan hipoglikemi

 Untuk membersihkan aliran udara, ventilasi dan oksigenasi

Tahapan resusitasi adalah sebagai berikut: 1. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi.

PENILAIAN Sebelum bayi lahir

 Apakah kehamilan cukup bulan?

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

 Apakah air ketuban Jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan)?

Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):

(31)

bernafas/megap-megap?

 Menilai apakah tonus otot baik? KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :

 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap  Air ketuban bercampur mekonium

TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi segera jika:

 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap megap/ tidak bernafas dan atau tonus otot bayi tidak baik: Lakukan tindakan resusitasi

 Air Ketuban bercampur mekonium :

Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya. Sumber: (JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.151)

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah lahir, sambil meletakkan dan menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.

Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR; tetapi skor APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.

(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.152) Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernafas atau bernafas megap-megap dan atau tonus otot tidak baik:

Sambil memulai langkah awal:

 Beritahu ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernafasannya dan bahwa anda akan menolongnya bernafas.

 Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk memberikan dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan jika ada perdarahan.

TAHAP I : LANGKAH AWAL

Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:

(32)

 Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu.

 Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka dan potong tali pusat.

 Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat

 Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas 2) Atur posisi Bayi

 Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong

 Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan jangal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.

BENAR SALAH SALAH Gambar 5.1 Posisi Bayi

Sumber: (JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal 3) Isap Lendir

Gunakan alat penghisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut:

 Isap lendir dari mulut dulu kemudian dari hidung

 Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan

 Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal ini dapat meyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sebagai berikut:  Tekan bola diluar mulut

 Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan (lendir akan terhisap)

 Untuk hidung, masukkan dilubang hidung.

(33)

 Keringkan bayi mulai dari muka , kepala dan bagian tubuh yang lainnya dengan sedikit

tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas.  Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:

- Menepuk/menyentil telapak kaki ATAU

- Menggosok punggung /perut/dada/tungkai/ bayi dengan telapak tangan. 5) Atur kembali posisi bayi dan selimuti bayi

 Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawah ini.

 Selimuti dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi.

 Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi

 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap.

- Bila bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi

- Bila bayi bernafas normal, ditemui sianosis berikan oksigen aliran bebas mininal 5 L/menit.

- Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas: mulai lakukan ventilasi Tekanan Positif .

TAHAP II: VENTILASI TEKANAN POSITIF

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.

Gambar 5.2 Balon Sungkup

(34)

2 7

3

Sumber: (JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Keterangan:

Bagian Balon Mengembang Sendiri:

1. Pintu masuk udara & tempat memasang reservoar O2 2. Pintu masuk O2

3. Pintu keluar O2 4. Susunan katup 5. Reservoar O2

6. Katup pelepas tekanan (pop-off valve)

7. Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tak ada)

Langkah-langkah:

a. Pemasangan sungkup

(35)

BENAR

SALAH SALAH Gambar 5.3 Cara pemasangan Sungkup Sumber: (JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal b. Ventilasi percobaan

 Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan air 30 cm air sebanyak 2 kali.

Tujuannya untuk membuka alveoli paru agar bayi mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas terbuka

 Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah bayi mengembang. Bila TIDAK:

- Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor - Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah meghidu

- Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan

- Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang lakukan tahap berikutnya.

(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.152)

c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik ( dengan tekanan 20 cm air)

 Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas, atau megap-megap:

(36)

 Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah

 Hitung frekwensi nafas per menit

Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat: - Jangan Ventilasi lagi

- Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL

- Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan

- Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik. Jangan Tinggalkan bayi sendiri.

 Lanjutkan asuhan pasca resusitasi

→ Jika Bayi Megap-megap atau tidak bernafas:

 Hitung frekwensi jantung dalam 6 detik dikalikan 10 - jika < 6 kali lakukan Kompresi Dada:

- Jika 6- 10 kali lanjutkan Ventilasi tekanan positif 20-30 kali selama 30 detik. d. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi

 Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa

 Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan

 Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan

 Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan

e. Lanjutkan Ventilasi sambil memeriksa Denyut jantung bayi

Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit

Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba, jelaskan kepasa ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami asistol ( tidak ada denyut jantung) selama 10 menit kemungkinan mengalami kerusakan otak permanen

(JNPK-KR Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Hal.157-159 f. Asuhan Pasca Resusitasi

(37)

a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu: - Tidak dapat menyusu

- Kejang

- Mengantuk atau tidak sadar - Nafas cepat (>60 kali/menit) - Merintih

- Retraksi dinding dada bawah - Sianosis sentral

b) Pemantauan dan perawatan tali pusat

- Memantau perdarahan tali pusat, jika ikatan lepas betulkan oleh bidan - Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu dan atau keluarga c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal berikan bayi pada ibunya

- Meletakkan bayi didada ibu ( skin to skin) menyelimuti keduanya - Membantu ibu menyusui bayi dalam 1 jam pertama

- Menganjurkan ibu mengusap bayi dengan kasih sayang. d) Pencegahan hipotermi

- Membaringkan bayi dalam ruangan > 250C bersama ibunya - Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin - Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam

- Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut

- Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut sebagian-sebagian. e) Pemberian Vit K 1 di paha kiri anterolateral 1 mg intramuskuler

f) Pencegahan infeksi

- Memberikan salep mata antibiotika

- Memberikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan 0,5 ml Intra muskuler 1 jam setelah pemberian vitamin K

- Memberitahu ibu dan kelurga cara pencegahan infeksi bayi g) Pemeriksaan fisik

h) Pencatatan dan pelaporan

- Isilah partograf secara lengkap

(38)

o Nama ibu, tempat dan tanggal melahirkan dan waktunya

o Kondisi janin/bayi:

Apakah ada gawat janin sebelumnya? Apakah air ketuban bercampur Mekonium

Apakah bayi menangis spontan, bernafas teratur, megap-megap atau tidak bernafas?

Apakah tonus otot baik? - Waktu mulai resusitasi

- Langkah resusitasi yang dilakukan

- Hasil resusitasi: waktu bayi mulai bernafas spontan - Asuhan pasca resusitasi

- Bayi perlu rujukan a) Konseling

- Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan. Sebaiknya di rujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan

- Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan. - Beritahu kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang

keadaan bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja melahirkan

- Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama rujukan.

b) Melanjutkan resusitasi (bila diperlukan) c) Memantau tanda bahaya

d) Memantau dan merawat tali pusat

e) Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan penutup kepala bayi dan bila mungkin lakukan perawatan bayi lekat.

f) Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan nafas dan kontra indikasi lainnya

(39)

h) Mencegah infeksi i) Membuat surat rujukan

j) Periksa keadaan bayi selama perjalanan ( pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik

k) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus l) Asuhan tindak lanjut:

Merencanakan dan melakukan tindak lanjut sesudah bayi pulang dari tempat rujukan menemukan masalah dini pada bayi sehingga bayi bayi dapat tetap dijaga agar tetap sehat.

2) Jika resusitasi tidak berhasil

Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi selama 10 menit dan denyut jantung 0, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Biasanya bayi tersebut tidak tertolong dan meninggal.

a) Konseling: beri dukungan moral

b) Asuhan ibu: payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari, mugkin ibu akan demam dalam 1-2 hari, anjurkan ibu menggunakan BH yang ketat sehingga ASI tidak keluar, jangan memerah ASI atau merangsang payudara.

c) Asuhan tindak lanjut: kunjungan Ibu nifas

Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya. Karena ovulasi cepat terjadi karena ibu tidak menyusui bayi.

d) Pencatatan dan pelaporan

Buat pencatatan selengkapnya mengenai identitas ibu, kondisi bayi, semua tindakan yang dilakukan secara rinci dan waktunya. Kemudian laporkan pula bahwa resusitasi tidak berhasil dan sebab tidak berhasil. Laporkan kematian bayi melalui RT/RW ke kelurahan. Simpan catatan sebagai dokumen pertangungjawaban.

2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Definisi

(40)

(DepKes RI, Modul Manajemen BBLR untuk Bidan Di Desa, 2008, Jakarta: DepKes Hal 10 ) Klasifikasi

Berdasarkan berat badan kategori bayi berat lahir rendah adalah:

a. Bayi berat lahir rendah ( low birth weight infant ) yaitu: bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir.

b. Bayi berat badan lahir sangat rendah ( very low birth weight infant ) yaitu: bayi yyyydengan berat badan kurang dari 1500 gram pada saat lahir.

c. Bayi berat badan lahir amat sangat rendah ( extremely low birth weight infant ) yaitu: bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram pada saat lahir.

( Myles, buku ajar bidan, EGC 2009 hal 761)

Berdasarkan usia kehamilan bayi berat lahir rendah digambarkan sebagai berikut: a. Bayi Kurang bulan sesuai masa kehamilan (SMK)

Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal , pada saat lahir mereka kecil karena persalinan dimulai pada usia kehamilan sebelum akhir 37 minggu. Bayi prematur ini tumbuh sesuia dengan usia kehamilan (SMK).

b. Bayi cukup bulan atau lewat bulan Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan yang dilahirkan aterm atau post-term. Bayi ini kecil untuk masa kehamilan (KMK).

c. Bayi Kurang bulan Kecil Masa Kehamilan

Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil, baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin terganggu. Bayi ini kecil untuk asa kehamilan dan prematur.

d. Bayi kurang bulan,cukup bulan atau lewat bulan besar masa kehamilan.

Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan di berat badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil.

( Myles, buku ajar bidan, EGC 2009 hal 761-762) Faktor-faktor yang mempengaruhi

a. Ibu hamil pada umur :

 Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

 Jarak kehamilan terlalu pendek (kurang dari 1 tahun)

(41)

 Mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat

 Sangat Miskin

 Berat badannya kurang dan kurang gizi

 Perokok, pengguna obat terlarang, alkohol.

c. Ibu hamil dengan penyakit-penyakit seperti :

 Anemia berat

 Pre eklampsia atau hipertensi

 Infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal), hepatitis, IMS, HIV/AIDS, malaria, TORCH

 Kehamilan ganda

d. Bayi dengan:

 Cacat Bawaan

 Infeksi selama kandungan

(DepKes RI, Modul Manajemen BBLR untuk Bidan Desa, 2008, Jakarta: DepKes Hal 11 ) Gambaran klinis dan klasifikasi

Bayi baru dengan lahir rendah mempunyai lemak di bawah kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500 gram.

Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB)

 Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.

 Kulit tipis dan mengkilap

 Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung.

 Jaringan payudara belum terlihat, putingmasih berupa titik.

 Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora.

 Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun.

 Rajah telapak kaki belum sempurna terbentuk.

 Kadang disertai dengan pernafasan tidak teratur.

 Aktifitas dan tangisannya lemah

 Reflek menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

(42)

 Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram.

 Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat

 Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

 Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan.

 Bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.

 Bayi prempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora

 Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

 Menghisap cukup kuat.

(DepKes RI, Modul Manajemen BBLR untuk Bidan Desa, 2008, Jakarta: DepKes Hal 12 ) Masalah-masalah Pada BBLR

BBLR lebih mudah meninggal atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan semakin besar risikonya. Adapun masalah yang sering terjadi adalah:

a) Asfiksia

BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.

b) Masalah Pengaturan Suhu

BBLR mudah mengalami hipotermia karena luas permukaan relatif besar dibnadingkan massa tubuh, lapisan lemak subkutan masih tipis, Brown Fat (lemak coklat) belum terbentuk sempurna serta pusat pengaturan suhu yang belum sempurna.

d. Masalah Pemberian ASI

Karena ukuran tubuh kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan bayi baru lahir pada usia kehamilan >32 minggu saat lahir baru memiliki reflek menelan, sedangkan reflek meghisap sudah dimiliki jika saat lahir pada usia kehamilan >34 minggu. Sehingga BBLR membutuhkan bantuan dalam pemberian ASI.

e. Gangguan pernafasan

(43)

setelah usia kehamilan 34 minggu. Sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium.

f. Infeksi

Disebabkan karena pembentukkan daya tahan tubuhnya belum sempurna.

Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan sesuia prosedur.

g. Hipoglilemia

BBLR mudah menderita hipoglikemia karena pada bayi prematur persediaan lemak dan glikogen masih kurang, pada bayi Kecil Masa Kehamilan oleh karena persediaannya sudah terpakai.

h. Ikterus

BBLR juga mudah mengalami ikterus yang pada bayi prematur disebabkan karena fungsi hepar belum sempurna, pada bayi KMK karena kadar albumin yang kurang.

i. Gangguan Mental dan fisik

 Gangguan Penglihatan: Retino pada bayi prematur (ROP) terjadi akibat efek toksik O2 pada retina immatur

 Pertumbuhan janin terhambat: disebabkan kelainan kromosom, infeksi intra uterin, penyakit yang mengganggu nutrisi fetus.

(Perawatan BBLR dengan Metode Kangguru, PERINASIA, 2010 Hal 27)

Penatalaksanaan Asuhan pada BBLR 1) Penatalaksanaan BBLR saat lahir

a) BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi tanpa asiksia . bayi tersebut dalam keadaan bernafas baik dan warna air ketuban bersih. Asuhan yang diberikan adalah sebagai berikut:

(44)

 Keringkan dengan kain yang kering dan hangat

 Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi

 Segera melakukan inisiasi menyusui Dini

 Jangan memandikan segera (dalam 12 jam pertama atau sampai suhu tubuh stabil).

 Profilaksis vitamin K1 1 mg dosis tunggal, im pada paha kiri antero lateral.

 Antibiotik salep mata

 Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka.

 Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah berikan vaksinasi hepatitis B pada paha kanan.

b) BBLR yang tidak bernafas spontan dimasukkan dalam kategori lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan tindakan resusitasi.

2) Penatalaksanaan BBLR setelah lahir

RIWAYAT Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan

PERIKSA  Timbang berat badan bayi (dalam keadaan telanjang) setelah lahir (0-24 jam) dan bernafas baik. Timbangan dilapisi kain hangat dan ditera.

 Lakukan pemeriksaan fisik

MASALAH /

KEBUTUHAN

Tentukan bayi :

 BBLR yang boleh dirawat oleh bidan adalah BBLR dengan berat ≥ 2000 gram, tanpa masalah / komplikasi

 BBLR < 2000 gram atau ≥ 2000 gram tetapi bermasalah → dirujuk

RENCANA ASUHAN Untuk semua bayi dengan berat 2000-2499 gram :

 Jaga bayi agar tetap hangat :

(45)

kulit” dengan ibunya.

- Tutupi ibu dan bayi keduanya dengan selimut atau kain yang hangat.

- Tutupi kepala bayi dengan kain atau topi.

- Mandikan bayi setelah berusia 24 jam dan suhu tubuh stabil.

 Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan memberikan dengan cangkir ) sesegara mingkin. Periksa pernafasan, suhu, warna kulit dan minim ASI (menghisap) setia 30-60 menit selama 6 jam.

 Ajari ibu dan keluarga menjaga bayi tetap hangat dengan selalu melakukan ”kontak kulit dengan kulit”

 Jika suhu ketiak turun di bawah 36,50C (lakukan perawatan metode kanguru) Hangatkan bayi dengan menghangatkan ruangan, pakai sumber panas, dan tutupi bayi dan ibu dengan selimut atau kain yang kain yang lebih HANGAT.

 Sarankan kepada keluarga selalu mencuci tangan sebelum memegang BBLR

PEMANTAUAN  Kunjungi bayi minimal dua kali dalam minggu pertama dan selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat badan bayi 2500 gram dengan mempergunakan format MTBM.

(46)

atau 100 gram seminggu.

(DepKes RI, Modul Manajemen BBLR untuk Bidan Desa, 2008, Jakarta: DepKes Hal 16-20 ) 3. Hipotermia

Pengertian

(47)

(Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru lahir untuk dokter, bidan, perawat di rumah sakit, 2003)

Langkah preventif

 Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang 250Cdan bebas dari aliran angin).

 Jangan meletakkan bayi dekat benda yang dingin (misall dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubatorator di bawah pemancar panas

 Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (mis. alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).

 Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakkan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat.

 Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus intravena atau selama resusitasi dengan cara :

o Memakai pakaian dengan mengenakan topi.

o Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimuti.

o Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan.

 Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (mis. menggunakan pemancar

panas).

 Ganti popok setiap kali basah.

 Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit (mis. kain kasa yang basah) usahakan agar bayi tetap hangat.

 Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.

 Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel (lihat lampiran)

(Asuhan Persalinan Normal, 2008) Manajemen hipotermi berat

- Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat.

(48)

- Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering dirubah - Pasang infus

- Periksa glukose darah, tangani bila terdapat hipoglikemi

- Nilai tanda kegawatan bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal

- Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :

 Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum

 Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu tubuh bayi mencapai 35 derajat celius

- Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 derajat celsius/jam berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam

- Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam. - Setelah suhu tubuh bayi normal :

 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi

 Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam

- Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di RS, bayi dapat dipulangkan dan nesehati ibu bagaimana cara menjaga bayi tetap hangat selama di rumah

- Di RS : memakai matras pemanas yang dikontrol dengan termostat pada suhu 37-38 derajat celsius untuk mengurangi kehilangan panas. Cegah agar tidak terjadi hipertermia.

(Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru lahir untuk dokter, bidan, perawat di rumah sakit, 2003)

Manajemen hipotermi sedang

- Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat

Gambar

Gambar 1.1 : Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
 Tabel Derajat asfiksia (   5.2  Myles 1996
Gambar 5.1 Posisi Bayi
Gambar 5.2 Balon Sungkup
+2

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan, bahwa dengan menerapkan gaya kepemimpinan dan pelasanaan supervisi akademik kepala sekolah yang optimal serta kecerdasan emosional dari guru yang

Meta konsep educability memungkinkan masyarakat (warga belajar) “fully able to take advantage of any available educational opportunities”, lebih giat mencari

Terapi stroke akut meliputi terapi umum yang harus dilakukan sejak dini pada stroke iskhemik maupun perdarahan, dan terapi khusus yang sesuai dengan jenis

Meskipun kinerja perseroan menghadapi sejumlah tantangan tahun ini, namun harga sahamnya saat ini secara valuasi relatif murah karena hanya ditransaksikan dengan PBV 1x

ANG PAGTULONG SA PAGPAPAUNLAD NG KATAUHAN NG BAWAT KASAPI SA SAMAHAN AY ALINSUNOD SA NAKASULAT SA ROMA 12:13 TUMULONG KAYO SA PANGANGAILANGAN NG INYONG MGA KAPATID. IBUKAS

membatik di SMP Terbuka 1 Tarub berupa: canting cap, wajan malam, kompor, meja cap, sarung tangan, dandang, bak, jemuran, ember cuci, kuas. Alat dan bahan yang

&#34;utir!butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal!hal yang melandasi  perlunya ditulis makalah..  bersifat praktis, tetapi bukan alasan yang bersifat