• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

Rencana Kebutuhan Investasi

Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

BAPPEDA PROVINSI

JAWA BARAT

ISEI BANDUNG

(2)

i

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian 10

1.3 Tujuan dan Saran 11

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 11

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 12

2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 12

2.2 Investasi 14

2.2.1 Proses Investasi 17

2.2.2 Daya Tarik Investasi 19

2.2.3 Pendekatan Investasi 21

2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah 26

2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output Marginal (ICOR)

27

2.5 Penelitian Terdahulu 30

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1 Kerangka Penelitian 32

3.2 Objek Penelitian 34

3.3 Metode Penelitian 34

3.3.1 Metode Pengumpulan Data 34

3.3.2 Metode Analisis Data 35

3.4 Metode Perhitungan 37

3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

37

(3)

ii

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 39

4.1 Kondisi Fisik dan Geografis 39

4.2 Rencana Pengembangan wilayah Metropolitan 42

4.2.1 Isu Pengembangan Wilayah 47

4.2.2 Isu Investasi 50

4.3 Kondisi Sosial – Kependudukan 52

4.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025

52

4.3.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bodebekkarpur Tahun 2010 – 2015

53

4.3.3 Kondisi Perekonomian 54

4.3.4 Analisis SWOT Kabupaten/Kota di Metropolitan Bodebekkarpur

58

4.4 Kajian Komparatif Metropolitan Mebidangro, Gerbangkertosusilo, Dan Sarbagita

72

4.4.1 Metropolitan Mebidangro 72

4.4.2 Analisis SWOT Metropolitan Mebidangro 82

4.4.3 Metropolitan Gerbangkertasusilo 84

4.4.4 Analisis SWOT Metropolitan Gerbangkertosusilo 91

4.4.5 Metropolitan Sarbagita 95

4.4.6 Analisis SWOT Metropolitan Sarbagita 103 BAB V KEBUTUHAN INVESTASI DI WILAYAH

BODEBEKKARPUR

106

5.1 Analisis Investasi Jawa Barat dan Kawasan Metropolitan 106

5.1.1 Analisis Investasi Jawa Barat 106

5.1.2 Analisis Investasi Wilayah Bodebekkarpur 114 5.1.3 Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Jawa Barat

dengan Wilayah Bodebekkarpur

124

5.1.4 Analisis ICOR Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur

127

(4)

iii

5.2.1 Strengths (Kekuatan) 134

5.2.2 Weaknesses (Kelemahan) 136

5.2.3 Opportunities (Kesempatan) 137

5.2.4 Threats (Hambatan) 141

5.2.5 Matriks IFAS EFAS 142

5.3 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur

148

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 151

6.1 Kesimpulan 151

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah 6

2.1 Faktor Penarik Investasi 20

2.2 Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat

23

2.3 Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan) 24

3.1 Kerangka Pemikiran 33

3.2 Proses Penelitian Analisa Deskriptif 36

3.3 Analisa Data Deskriptif 36

4.1 Peta Metropolitan Bodebekkarpur 2010 41

4.2 Tiga Metropolitan di Jawa Barat 43

4.3 Potensi Bodebekkarpur 48

5.1 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2020 116 5.2 Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung

DKI Jakarta dan Metropolitan Bandung Raya

134

5.3 Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur 137 5.4 Jalur Kereta Cepat : Jakarta Sura Baya 138 5.5 Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodebekkarpur

ke Jakarta

140

5.6 Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke DKI Jakarta (Tahun 2011)

140

(6)

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan BodebekkarpurMenurut LapanganUsaha Tahun 2011 – 2015

55

4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 (%)

56

5.1 Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 2011-2015

119

5.2 Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 2011-2015

120

5.3 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 2011 - 2015

121

5.4 Distribusi PMDN di Bodebekkarpur 122

5.5 Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur 123

5.6 Distribusi PMA di Bodebekkarpur 123

5.7 ICOR Bodebekkarpur 128

(7)

vi

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DKI Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015

4

1.3 Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terbesar di Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016)

8

4.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025

52

4.2 IPM Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 53

4.3 PDRB Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 54

5.1 Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 2015 (Dalam Juta Rupiah)

108

5.2 Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 2015

111

5.3 Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 - 2015

112

5.4 Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015

119

5.5 Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah BodebekkarpurSelama Periode Tahun 2011 – 2015

120

5.6 Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015

122

5.7 Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015

125

5.8 Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015

126

5.9 ICOR Kabupaten /Kota di Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2012-2015

127

(8)

vii

Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2020

5.11 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2021-2025

130

5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) 143 5.13 External Factor Analysis Summary (EFAS) 144 5.14 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan

Bodebekkarpur

(9)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 1

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatkan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir

pembangunan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah pusat hingga

daerah diarahkan untuk menggunakan semua sumberdaya yang dimilikinya untuk

mencapai tujuan tersebut yang diskenariokan dalam beragam bentuk serta bauran

skenario kebijakan serta program pembangunan ekonomi. Dalam

perkembangannya, skenario kebijakan serta program yang digagas oleh satu

pemerintah daerah serta pemerintah daerah lainnya memungkinkan adanya

perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi karena permasalahan satu daerah dengan

daerah lainnya juga berbeda, selain adanya faktor inovasi atau kreativitas

masing-masing daerah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunannya. Sebagai

bentuk implementasi dari kreativitas kebijakan serta mencermati permasalahan

yang ada, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Bappeda Provinsi Jawa Barat

berusaha merancang strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

inovasi-inovasi dalam rencana-rencana teknis bidang perencanaan.

Kesejahteraan penduduk dipengaruhi oleh berbagai indikator seperti

pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi, dan indikator makro ekonomi lainnya.

Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama yang

dapat merepresentasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena

(10)

faktor-R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A faktor-R P U faktor-R 2

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun pada

kenyataannya dalam implementasi perencanaan pembangunan daerah dihadapkan

pada sumber daya yang terbatas, baik itu anggaran pemerintah maupun

ketersediaan sumber daya yang lain seperti: lahan, tenaga kerja, teknologi,

wirausaha, dan modal. Dengan anggaran negara yang terbatas seharusnya mampu

dioptimalkan guna mencapai laju pertumbuhan ekonomi sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan yang relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang

tinggi ini diperlukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan,

namun demikian hal tersebut tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus didukung oleh infrastruktur

yang memadai serta kebijakan terkait yang dibuat daerah masing-masing,

sedangkan salah satu syarat agar wilayah tersebut memiliki kondisi infrastruktur

dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dengan adanya peningkatan jumlah

investasi yang ditanamkan. Dalam konteks Jawa Barat ada tiga wilayah

metropolitan (Bodebekkarpur, Cirebon Raya dan Bandung Raya) yang akan

didisain dalam pengembangan investasi. Wilayah Metropolitan didefinisikan

merupakan wilayah cepat tumbuh penuh persaingan yang mempunyai peran

penting dalam membangun ekonomi wilayah, mensejahterakan masyarakat,

modernisasi, dan keberlanjutan pembangunan, sehingga perlu dikelola dengan

baik dan dikembangkan sebagai penggerak percepatan pembangunan di daerah.

Fenomena perkembangan metropolitan di Jawa Barat ditandai oleh aglomerasi

ekonomi, aglomerasi penduduk, serta peningkatan intensitas lahan terbangun dan

(11)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 3

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat

Pertumbuhan di Jawa Barat, dijelaskan bahwa wilayah Kabupaten Bogor, Kota

Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, dan

Kabupaten Purwakarta yang selanjutnya disebut Metropolitan Bodebekkarpur

adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena aglomerasi kegiatan

ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi lahan terbangun, dan

aglomerasi penduduk mencapai 11,6 juta jiwa terletak di 82 kecamatan dalam 7

Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, sebagian wilayah

Kabupaten Bekasi, sebagian wilayah Kabupaten Bogor, sebagian wilayah

Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta dengan total

luas 314.840 Ha (Sumber: BPS Jawa Barat, 2011).

Metropolitan Bodebekkarpur berlokasi tepat bersebelahan dengan

Metropolitan DKI Jakarta. Kedudukan Bodebekkarpur saat ini cenderung lebih

bersifat sebagai metropolitan level kedua (2nd tier) dan (hinterland) bagi DKI

Jakarta. Bodebekkarpur saat ini juga cenderung sering dikonotasikan sebagai kota

kediaman (dormitory town), sedangkan berbagai kegiatan yang memberikan nilai

tambah berlokasi di DKI Jakarta. Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur dan

DKI Jakarta yaitu mengembangkan Bodebekkarpur sebagai metropolitan tingkat

pertama (1st tier) berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga berperan sebagai

kota metropolitan tingkat pertama (1st tier). Kedepan wilayah Metropolitan

(12)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 4

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta perdagangan, hotel, dan

restoran.

Berikut ini kita dapat melihat data laju pertumbuhan ekonomi dan

IndeksPembangunan Manusia (IPM) antara DKI Jakarta dan Metropolitan

Bodebekkarpur. Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan

ekonomi Metropolitan Bodebekkarpur memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi

di atas DKI Jakarta. Dimulai pada tahun 2013 sampai pada tahun 2015

Metropolitan Bodebekkarpur selalu tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi DKI

Jakarta. Sementara kalau dilihat dari perbandingan IPM, DKI Jakarta masih lebih

tinggi dibandingkan Metropolitan Bodebekkarpur. Angka IPM ini dapat mewakili

kondisi sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut.

Tabel 1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DKI Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015

Tahun

Pertumbuhan Ekonomi (%) IPM

DKI Jakarta Rata-rata Bodebekkarpur

DKI Jakarta Rata-rata Bodebekkarpur

2012 6,53 6,49 77,53 70,65

2013 6,11 6,63 78,08 71,47

2014 5,95 5,98 78,39 71,83

2015 5,11 5,45 78,99 72,41

Sumber: BPS Tahun 2015 DKI Jakarta dan Jawa Barat (data diolah)

Konsep Twin Metropolitan antara DKI Jakarta dan Bodebekkarpur dapat

direalisasikan salah satunya dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

sehingga tingkat kesejahteraan dan IPM di wilayah tersebut dapat meningkat.

Salah satu penentu pertumbuhan ekonomi adalah investasi, maka agar target itu

(13)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 5

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

investasi. Indikator yang diperlukan itu adalah Incremental Capital Output Ratio

(ICOR) atau rasio antara tambahan output dan tambahan modal. Jika sebuah daerah mempunyai angka ICOR, maka daerah tidak akan menemui kesulitan lagi

menentukan berapa besarnya investasi yang diperlukan untuk mengejar target

pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Semakin kecil nilai ICOR semakin besar

produktivitas dan efisiensi dari investasi yang ditanamkan.

Dengan melihat ICOR suatu wilayah, lembaga yang melakukan

perencanaan ekonomi dapat memperkirakan berapa kebutuhan investasi yang

diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Apabila dari

APBD setempat tidak dapat menunjang besarnya investasi yang diperlukan, maka

sektor swasta harus dipacu untuk melengkapi. Agar pelaksanaan pembangunan

dapat lebih operasional, maka target pertumbuhan harus dibuat lebih dahulu,

sebagai akibatnya maka koefisien ICOR tiap-tiap sektor harus ditentukan,

sehingga kebutuhan investasi di tiap-tiap sektor dapat ditentukan. Selain dampak

Invetasi terhadap ekonomi juga perlu dilihat bagaimana penyerapannya terhadap

tenaga kerja di wilayah Bodebekkarpur. Dengan demikian, ICOR memberikan

gambaran tentang efisiensi dalam penggunaan modal (capital), memberikan

gambaran tentang efisiensi penggunaan model produksi (capital intensive atau

labour intensive), dan merupakan alat perencanaan untuk memperkirakan

kebutuhan investasi. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi, yakni melalui investasi yang didukung oleh produktivitas

yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja. Investasi akan memperkuat

(14)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 6

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

produksi. Oleh karena itu memperbaiki iklim investasi merupakan suatu tugas

yang penting bagi pemerintah daerah mengingat investasi pemerintah hanya

merupakan bagian kecil dari total investasi.

Gambar 1.1

Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah

Dari gambar 1.1 diatas kita dapat melihat bagaimana pengaruh investasi

terhadap pertumbuhan wilayah dapat menyebabkan peningkatan lapangan kerja

dan juga pendapatan pemerintah. Akan tetapi hal ini juga sangat ditentukan oleh

kondisi infrastruktur dan juga daya saing wilayah itu sendiri. Oleh karena itulah

kebijakan pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan berapa Daya Saing

Wilayah Infrastruktur

X = Ekspor

Investasi

C = Konsumsi

Lapangan Kerja Pendapatan Pemerintah

G = Pembiayaan Pemerintah

(15)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 7

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

besarnya investasi yang tertanam di wilayah tersebut. Perbaikan iklim investasi

bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat, namun merupakan tanggung

jawab seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat secara umum. Kebijakan

desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2001

telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk turut berperan besar dalam

upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif di daerahnya. Dengan

kewenangan di bidang pemerintahan yang telah diserahkan kepada pemerintah

daerah untuk lebih leluasa dalam menciptakan iklim investasi di daerahnya

masing-masing. Proses pengambilan kebijakan pembangunan yang sebelumnya

lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah pusat, selanjutnya menjadi lebih dekat

dengan masyarakat di daerah. Kesiapan dan kemampuan daerah dalam berkreasi,

merupakan salah satu penentu keberhasilan pembangunan di daerah termasuk

dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Untuk menjawab tantangan

tersebut, langkah awal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat

adalah menghitung besarnya perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai

target pertumbuhan yang akan ditetapkan.

Investasi akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dengan mendatangkan

lebih banyak input ke dalam proses produksi. Oleh karena memperbaiki iklim

investasi merupakan suatu tugas yang penting bagi setiap pemerintah, terutama

negara-negara yang memiliki daya saing investasi yang rendah seperti Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi iklim investasi di Indonesia dinilai masih

memprihatinkan. Beberapa hasil survei lembaga internasional, memperlihatkan

(16)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 8

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

kelompok peringkat bawah dan selalu berada di bawah negara-negara di sekitar

kita, seperti Thailand dan Malaysia. Peringkat ini juga cenderung mengalami

penurunan secara signifikan.

Hal ini menunjukkan seriusnya persoalan iklim investasi di Indonesia yang

harus segera disikapi oleh semua pihak. Di era globalisasi yang bercirikan

liberalisasi perdagangan dan persaingan antar bangsa yang semakin sengit,

segenap sektor ekonomi harus mampu menghasilkan barang dan jasa berdaya

saing tinggi. Wilayah Bodebekkarpur memiliki potensi pembangunan yang besar

dan beragam. Pengelolaan yang baik terhadap sektor-sektor tersebut dapat

mengembangkan produk-produk unggulan. Berdasarkan paparan diatas investasi

merupakan salah satu prasyarat untuk mendukung pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi di wilayah Bodebekarpur agar dapat meningkatkan

produktivitasnya dan dapat menjadi metropolitan mandiri dan menjadi Twin

Metropolitan dari DKI Jakarta.

Tabel 1.2

Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terbesar di Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016)

No. Kab./Kota Investasi Tenaga Kerja

Jumlah (Rp Juta) Ratio (%) Jumlah (Orang) Ratio (%) 1 Kab Bekasi 18.615.241 52,41 28.485 38,00 2 Kab Karawang 4.470.202 12,59 7.803 10,41 3 Kab Bogor 3.184.189 8,97 7.567 10,10 Sumber: BPMPT Jawa Barat

Berdasarkan data tabel 1.2 kita dapat melihat tingginya realisasi investasi

yang ada di wilayah Bodebekkarpur. Peringkat pertama yang tertinggi adalah di

(17)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 9

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

sebesar 28.485 orang. Hal ini menandakan adanya korelasi antara investasi

dengan penyerapan tenaga kerja yang ada, karena dengan adanya tambahan

investasi maka akan dapat menaikan produktivitas barang dan jasa di daerah

tersebut yang ditandai dengan kenaikan PDRB di daerah tersebut. Berdasarkan

hasil studi diperoleh bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Jawa Barat sebesar 1 % maka akan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.772

orang.

Rencana teknis pengembangan metropolitan Bodebekkarpur sampai

dengan tahap implementasinya, selain sudah dilengkapi dengan aturan hukum

perundang-undangan dalam bentuk Perda, pada tahap selanjutnya diharapkan

dapat didukung dengan adanya rencana kerja teknis maupun pentahapan

implementasi kebijakan yang terstruktur dan terukur. Untuk itu, dalam kerangka

tersebut salah satunya dibutuhkan desain perencanaan kebutuhan investasi di

kawasan Bodebekkarpur. Perencanaan kebutuhan investasi di kawasan

Bodebekkarpur diantaranya didasari pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi

dan finansial dengan memperhatikan bahwa kawasan Bodebekkarpur merupakan

bagian dari pusat penggerak perekonomian Jawa Barat, terutama dilihat dari

indikator perkembangan investasi langsung (direct investment) di Jawa Barat.

Dengan adanya fenomena dan latar belakang tersebut perlu kiranya

penyusunan kebutuhan investasi yang ada di wilayah Bodebekkarpur untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernitas, peningkatan

daya saing, dan keberlanjutan masyarakat melalui pengembangan metropolitan

(18)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 10

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

dan restauran di wilayah Bodebekkarpur dalam menghadapi dinamika regional

dan global.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Sebagai wilayah yang berkembang cepat dan menuju status metropolitan

kembar bersama DKI Jakarta, Metropolitan Bodebekkarpur akan memerlukan

investasi yang berfungsi untuk mendukung status tersebut. Kebutuhan investasi

ini masih memerlukan kalkulasi seberapa besar dan upaya yang dilakukan agar

kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Oleh karena itu kajian ini dilaksanakan

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana kondisi dan perkembangan investasi di Bodebekkarpur

selama lima tahun terakhir dari tahun 2011 – 2015. .

b) Bagaimana model penghitungan ekonomi khususnya besarnya kebutuhan

investasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur.

c) Bagaimana kesiapan Metropolitan Bodebekkarpur dan secara khusus

(19)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 11

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

1.3 Tujuan dan Sasaran

Secara umum tujuan kajian ini adalah memperkirakan kebutuhan investasi

secara makro untuk wilayah Bodebekkarpur dalam mencapai target pertumbuhan

ekonomi yang ditetapkan. Adapun secara khusus sasaran penyusunan analisis

kebutuhan investasi wilayah Bodebekkarpur adalah sebagai berikut:

1) Teridentifikasinya gambaran perkembangan investasi selama lima tahun

terakhir dari tahun 2011 – 2015 di Bodebekkarpur.

2) Tersedianya model penghitungan ekonomi khususnya besarnya kebutuhan

investasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur.

3) Teridentifikasinya kebijakan pemerintah terkait peran dan peluang

Metropolitan Bodebekkarpur dalam posisinya sebagai Twin Metropolitan

dengan DKI Jakarta.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan

a) Penyusunan dokumen berupa kajian Rencana Kebutuhan Investasi

Metropolitan Bodebekkarpur.

b) Koordinasi dan sinergi antar stakeholders terkait perencanaan kebutuhan

investasi Metropolitan Bodebekkarpur

c) Melakukan pengumpulan data berupa data sekunder dan primer, serta

menghimpun informasi dari berbagai stakeholder terkait kajian melalui

(20)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 12

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB

pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas

dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun

dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan

sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.

Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak

dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui

perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).

Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan

(21)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 13

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan

tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan

pendekatan pendapatan.

1) Pendekatan Produksi

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah

suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit

produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha

(sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)

pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan

air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)

pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa

perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).

2) Pendekatan Pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen

permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3)

pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5)

ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).

3) Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa

yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses

(22)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 14

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal

dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak

langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak

tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

PDRB perkapita sebagai proxy dari pendapatan perkapita merupakan

gambaran nilai tambah yang dapat diciptakan oleh masing-masing penduduk

akibat dan adanya aktivitas produksi. Sedangkan PDRN perkapita merupakan

gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikut

sertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator tersebut biasanya digunakan

untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data

tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan

kemakmuran.

2.2 Investasi

Dalam konsep ekonomi investasi merupakan tambahan terhadap stok

kapital. Pengertian kapital secara fisik adalah seluruh barang modal yang

digunakan dalam proses produksi seperti mesin, bangunan, kendaraan dan

peralatan serta lainnya. Dalam sistem pembukuan neraca perusahaan, yang

dimaksud kapital adalah harta tetap (fixed assets) suatu badan usaha. Secara

umum kapital sering disebut sebagai Gross Capital Stocks merupakan

akumulasi/penumpukan pembentukan modal bruto dari tahun ke tahun yang

(23)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 15

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Menurut konsep ekonomi mikro, penambahan asset perusahaan untuk

meningkatkan skala operasi diartikan sebagai investasi. Asset yang dimaksud

mencakup asset seperti bangunan, mesin, peralatan, dan sejenisnya dan asset

lancar seperti uang serta asset lain yang dapat segera diuangkan. Sedangkan dalam

konsep ekonomi makro, investasi dapat diartikan sebagai penambahan fisik atas

barang-barang modal tetap dan perubahan stok (sesuai konsep penghitungan

produk Domestik Bruto/PDB atau PDRB Pengertian lain investasi sebagaimana

dijelaskan dalam System ofNational Accounts (SNA) adalah bahwa Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) identik dengan besarnya investasi fisik (real

investment) yang direalisasikan di suatu Negara/wilayah pada suatu waktu tertentu

(physical domestic investment). Disebut PMTB karena di dalamnya tidak

termasuk perubahan stok (inventory). Sedangkan yang disebut sebagai

pembentukan Modal Bruto (PMB) adalah bahwa apabila didalamnya termasuk

perubahan stok. Selanjutnya dalam tulisan ini akan lebih difokuskan pada

komponen PMTB.

Pembentukan barang-barang modal atau sering disebut dengan istilah

PMTB, meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam

negeri/wilayah dan barang modal baru atau bekas dari luar negeri/wilayah. Untuk

lebih jelasnya, cakupan pembentukan modal tetap secara ringkas dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat pengangkutan

(24)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 16

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan

meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian;

c. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan areal hutan

dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras;

d. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu,

pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk untuk dipotong;

e. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan transaksi

jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten,hak cipta dan

barang-barang modal bekas.

Sedangkan stok (inventory) dapat diartikan sebagai penjumlahan dari

barang-barang jadi yang belum terjual, barang-barang setengah jadi serta

bahan-bahan yang belum terpakai/digunakan. Stok akhir tahun dikurangi stok awal tahun

merupakan perubahan stok, yang merupakan bagian dari investasi sebagaimana

dimaksud di atas.

Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana yang

digunakan untuk membei barang – barang modal dan perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa saat ini dengan harapan

memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan

menjadi dua, yaitu :

a. Investasi pada financial assets, biasanya dilakukan di pasar uang, contohnya

berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, commercial paper, dan

sebagainya. Atau dapat juga dilalukan di pasar modal, seperti misalnya berupa

(25)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 17

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

b. Investasi pada real assets, dilakukan dalam bentuk pendirian pabrik, pembelian

assets produktif, pembukaan perkebunan dan pembukaan tambang.

2.2.1 Proses Investasi

Proses investasi dilakukan melalui beberapa tahapan, proses ini

menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan

investasi. Berikut tahapan proses investasi :

a. Menentukan tujuan investasi

Sebelum melakukan proses investasi, ada tiga hal yang perlu

dipertimbangkan dalam hal ini, yaitu : tingkat resiko (rate of risk), tingkat

pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan

jumlah dana yang diinvestasikan. Umumnya hubungan antara return dan risk

bersifat linier, artinya semakin besar tingkat risiko (rate of risk), maka semakin

besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return).

b. Melakukan Analisis

Investor harus melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok

efek. Penilaian ini bertujuan salah satunya adalah untuk mengidentifikasi efek

yang salah harga (mispriced), dengan kata lain apakah harganya terlalu tinggi

atau terlalu rendah. Oleh karena itu ada dua pendekatan yang digunakan untuk

mengetahuinya, yaitu:

1) Pendekatan Fundamental

Pendekatan fundamental didasarkan pada informasi - informasi yang

(26)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 18

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

2) Pendekatan Teknikal

Pendekatan teknikal didasari pada data perubahan harga saham yang

terjadi di masa lalu untuk memperkirakan harga saham di masa

mendatang. Dengan kata lain para analis akan memperkirakan pergeseran

demand dan supply dalam jangka pendek, serta berusaha untuk

cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan earning dalam

menetapkan barometer dari supply dan demand.

c. Melakukan Pembentukan Portofolio

Pada tahap ini akan dilakukan proses identifikasi terhadap efek – efek mana yang akan dipilih serta berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan

pada masing – masing efek. Efek yang dipilih dalam pembentukan portofolio adalah efek yang memiliki koefisien korelasi negatif (hubungan berlawanan).

Hal ini untuk memperkecil risiko.

d. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio

Setelah portofolio terbentuk, selanjutnya melakukan evaluasi atas kinerja

portofolio, baik pada tingkat keuntungan yang diharapakan maupun pada risiko

yang ditanggung. Sebagai tolok ukurnya dapat menggunakan du acara, yaitu :

1) Measurement Assets, yaitu penilaian kerja portofolio atas dasar aset yang

telah ditanamkan dalam portofolio, contohnya dengan menggunakan rate

of return.

2) Comparison, yaitu penilaian atas dasar pembandingan dua set portofolio

(27)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 19

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

e. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio

Tahap revisi kinerja portofolio merupakan tindak lanjut dari sebelumnya

yaitu tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi selanjutnya akan

dilakukan revisi terhadap efek – efek yangmembnagun portofolio tersebut jika komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi,

misalkan rate of return-nya lebih rendah dari yang diinginkan. Revisi tersebut

dapat dilakukan secara total maksdunya melakukan likuidasi atas portofolio yang

ada, kemudian membentuk portofolio yang baru. Atau dapat dilakukan secara

terbatas, yaitu melakukan perubahan atas komposisi dana yang dialokasikan pada

masing – masing efek yang membentuk portofolio tersebut.

2.2.2 Daya Tarik Investasi

Melihat bagaimana investasi itu ditanamkan, maka perlu adanya

daya tarik investasi dalam suatu daerah guna meningkatkan nilai investasi

itu sendiri. Berikut ini adalah daya tarik investasi bagi para investor :

1. Kelembagaan

a. Kepastian hukum

b. Aparatur dan pelayanan

c. Kebijakan daerah

d. Kepemimpinan lokal

2. Keamanan, Politik, Sosial Budaya

a . Keamanan

(28)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 20

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

3. Ekonomi Daerah

a. Potensi dan Ekonomi

b. Struktur ekonomi

4. Tenaga Kerja

a. Ketersediaan tenaga kerja

b. Kualitas tenaga kerja

c. Biaya tenaga kerja

5. Infrastruktur Fisik

a. Ketersediaan infrastruktur fisik

b. Kualitas infrastruktur fisik

(29)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 21

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

2.2.3 Pendekatan Investasi

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong laju

pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan aspek pemerataan adalah

melalui percepatan investasi baik yang dilakukan oleh investor demestik maupun

investor asing. Upaya untuk memberikan kepastian hukum terkandung di dalam

undang-undang tersebut bertujuan untuk:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

2) Menciptakan lapangan kerja;

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4) Meningkatkan daya saing usaha;

5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Mengolah ekonomi potensial menjadi ekonomi riil;

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam Undang-Undang tersebut juga

memuat kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pembangunan di

wilayah masing-masing yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Investasi dalam hal ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang

kondusif, penguatan daya saing perekonomian baik secara lokal, nasional dan

internasional. Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat empat hal

(30)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 22

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

A. Pendekatan Tata Ruang / Wilayah

Berdasarkan RTRW Kota Bekasi, pengembangan kawasan dapat terbagi

menjadi kawasan permukiman, industri, perdagangan dan jasa, ruang terbuka

hijau dan gas – energi. Pembagian kawasan berdasarkan kondisi potensial demografis dan geografis akan menjadi daya dukung investasi atau penanaman

modal. Pada akhirnya, akan lebih mudah mendeskripsikan fasilitas penanaman

modal, ketenagakerjaan, serta kemudahan lainnya untuk melaksanakan kemitraan

antara pemerintah daerah dan swasta.

B. Pendekatan Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Jawa Barat merupakan

pedoman dari penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renstra SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan

kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta

bersifat indikatif. Selain dari itu, RPJMD berfungsi sebagai dokumen publik yang

merangkum rencana pembangunan daerah lima tahunan dibidang pelayanan

(31)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 23

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Gambar 2.2

Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat

C. Pendekatan Publik-Private Partnership

Kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai

suatu sumber efisiensi dalam kerangka perbaikan kualitas pelayanan. Kerjasama

telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari skala ekonomi

(economies of scales). Dalam area praksis ekonomi, kerjasama dalam bentuk

pembelanjaan atau pembeliaan, misalnya, telah membuktikan manfaat dimana

pembelian dalam skala besar – melebihi “threshold points” akan lebih menguntungkan daripada dalam skala kecil. Dengan kerjasama tersebut biaya

overhead ( overhead cost ) akan teratasi meskipun dalam skala yang kecil. Lebih

lanjut, dalam konteks kerjasama, sharing dalam investasi, misalnya, akan

memberikan hasil akhir yang lebih memuaskan seperti dalam penyediaan fasilitas

dan peralatan, serta pengangkatan spesialis dan administrator.

Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat

RPJM Nasional

Acu

an

Acu

an

RPJPD Provinsi Jawa Barat

RPJMD Provinsi Jawa Barat

Pedo man

Rencana Investasi

(32)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 24

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Berkaitan dengan public service, kerjasama juga dapat meningkatkan

kualitas pelayanan, misalnya dalam pemberian atau pengadaan fasilitas dimana

masing-masing pihat tidak dapat membelinya sendiri. Dengan kerjasama, fasilitas

pelayanan yang mahal harganyadapat dibeli dan dinikmati bersama, seperti pusat

rekreasi, pendidikan orang dewasa, transportasi, dan sebagainya.

Gambar 2.3

Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan)

Pemda

Swasta

Kerjasama

Masyarakat

 Keterbatasan SDM  Keterbatasan Anggaran  Keterbatasan Teknologi

Kuantitas & Kualitas Pelayanan

 Consortia : sharing sumber daya  Joint Purchasing

 Equipment Sharing  Cooperative Construction  Contract Service

 Efisiensi  Perbaikan

(33)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 25

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Bentuk pengaturan kerjasama (forms of cooperation arrangements) antara lain :

1) Consortia; yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing sumber daya, karena

lebih mahal bila ditanggung sendiri – sendiri; misalnya pendirian perpustakaan dimana sumber daya seperti buku – buku, dan pelayanan lainnya dapat digunakan bersama – sama oleh mahasiswa, pelajar dan masyarakat public daripada masing – masing pihak mendirikan sendiri karena lebih mahal.

2) Joint Purchasing; yaitu pengaturan kerjasama dalam melakukan pembelian

barang agar dapat menekan biaya karena skala pembelian lebih besar.

3) Equipment Sharing; yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing peralatan

yang mahal, atau yang tidak setiap hari digunakan.

4) Cooperative Construction; yaitu pengaturan kerjasama dalam mendirikan

bangunan, seperti pusat rekreasi, gedung perpusatakaan, lokasi parkir,

gedung pertunjukan, dan sebagainya.

5) Joint Service; yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan

publik, seperti pusat pelayanan satu atap yang dimiliki bersama, dimana

setiap pihak mengirim aparatnya untuk bekerja dalam pusat pelayanan

tersebut.

6) Contract Service; yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak yang satu

mengontrak pihak yang lain untuk memberikan pelayanan tertentu,

misalnya pelayanan air minum, persampahan, dan sebagainya. Jenis

pengaturan ini lebih mudah dibuat dan dihentikan, atau ditransfer ke pihak

(34)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 26

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

7) Pengaturan kerjasama lain dapat dilakukan selama dapat menekan biaya,

misalnya membuat pusat pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), fasilitas

pergudangan dan sebagainya.

D. Pendekatan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dan kesejahteraan

masyarakat karena usaha ini merupakan upaya strategis dalam rangka

mewujudkan bagian terbesar dari aktivitas masyarakat Indonesia. UMKM

memiliki peran sangat penting dalam menyerap tenaga kerja yang dimana tidak

semua sektor formal dapat menampungnya.

2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah

Output adalah hasil yang diperoleh baik berbentuk barang atau jasa dari

pemanfaatan seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, kapital dan

kewirausahaan. Output ini merupakan seluruh nilai tambah neto atas dasar biaya

faktor produksi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan usaha, atau dari sudut

produksi barang/jasa yang diminta disebut sebagai permintaan akhir. Dari segi

ekonomi nasional, output merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang

dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam suatu periode tertentu.

Output nasional ini biasa disebut Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada

tingkat wilayah regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Yang

dimaksud output dalam pengertian ICOR adalah tambahan (flow) produk dari

(35)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 27

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

perusahaan, output mencakup nilai komoditi yang dihasilkan selama suatu periode

dan nilai perubahan stok komoditi yang masih dalam proses.

Output dinilai atas dasar harga produsen dan nilainya bersifat bruto karena

masih mengandung nilai penyusutan. Konsep nilai tambah berkaitan erat dengan

konsep penghitungan output. Keduanya merupakan konsep penghitungan neraca

ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Nilai tambah adalah suatu

tambahan nilai pada nilai input antara yang digunakan dalam proses menghasilkan

barang dan jasa. Nilai input antara tersebut bertambah karena mengalami proses

produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi.

Sedangkan input antara mencakup seluruh komoditi yang habis atau dianggap

habis dalam suatu proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan

bakar, listrik dan lain sebagainya. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar

harga pasar dari suatu unit produksi adalah output bruto atas dasar harga produsen

dikurangi input antara atas dasar harga pasar. Nilai tambah bruto inilah yang

dipakai dalam penghitungan ICOR.

2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output Marginal (ICOR) Pengertian ICOR sebenarnya didasarkan pada konsep rasio modal

terhadap Output atau Capital Output Ratio (COR), dimana konsep yang sama

dikenal sebagai koefisien nilai modal (pembentukan modal) dengan nilai output.

Koefisien modal output menunjukkan jumlah modal yang diperlukan untuk

memproduksi satu unit output. Konsep ini mendasari pemikiran tentang tambahan

(36)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 28

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

atau satuan. Dalam ilmu ekonomi secara umum dikenal dua konsep rasio modal

output, yaitu :

a. Rasio modal-output atau Capital Output Ratio (COR).

Rasio yang menunjukkan hubungan antara persediaan modal yang ada dengan

output yang dihasilkan, yang sering dikenal dengan Average Capital Output

Ratio(ACOR). Nilai COR diperoleh dengan cara membandingkan antara

akumulasi modal yang digunakan dengan jumlah output yang dihasilkan pada

suatu periode tertentu.

b. Rasio Modal-Output Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

Rasio yang menunjukkan besarnya tambahan kapasitas (investasi) baru yang

dibutuhkan untuk menaikkan atau menambah satu unit output.

Perbedaan antara rasio modal dan rasio marginal adalah rasio modal

bersifat statis, sedangkan rasio marginal bersifat dinamis karena menunjukkan

tambahan atau kenaikan. Maka konsep yang sering digunakan untuk melihat

perilaku investasi (efisiensi) dan kebutuhan investasi yang akan datang adalah

konsep ICOR. Rasio modal output marginal mengacu kepada teori

Harrod-Domard yaitu menunjukkan hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi

dan kemampuan masyarakat untuk manghasilkan output. Semakin tinggi peningkatan stok kapasitas produksi (ΔK), semakin tinggi pula kemampuan

(37)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 29

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Memperkirakan koefisien COR atau ICOR untuk mendapatkan gambaran

tentang kebutuhan investasi pada masa yang akan datang, bukan merupakan suatu

hal yang mudah karena keadaan koefisien tidak hanya ditentukan oleh investasi

yang ditanamkan saja tetapi akan dipengaruhi oleh tingkat penerapan dan

perkembangan teknologi dalam proses produksi yang digunakan. Oleh sebab itu

dalam pencapaiannya ICOR hanya digunakan untuk mengestimasi kebutuhan

investasi dalam jangka yang tidak terlalu panjang. Secara matematis ICOR

dinyatakan sebagai rasio antara pertumbuhan modal (investasi) terhadap tambahan

output, atau dinotasikan sebagai berikut :

Keterangan :

ΔK = Investasi atau penambahan kapasitas ΔY = Pertumbuhan atau penambahan Output

Secara teoritis ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik atau nilai. Namun

untuk memudahkan penghitungan ICOR selalu dilakukan dalam bentuk nilai.

Sebenarnya ICOR dapat dibagi ke dalam Net ICOR (ICOR bersih) dan Adjusted

ICOR (ICOR yang disesuaikan). Net ICOR menginterprestasikan ICOR telah

bersih dari perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor lain, seperti

tambahan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan lain sebagainya. Konsep ini

mempertimbangkan ICOR dengan suatu asumsi Ceteris Paribus, yaitu bahwa

pasokan faktor-faktor lain dianggap konstan. Sedangkan Adjusted ICOR

mengasumsikan bahwa investasi diikuti oleh perubahan-perubahan dalam faktor – faktor lain. Yang digunakan dalam tulisan ini adalah konsep Net ICOR karena

(38)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 30

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

tersedia. Namun demikian, itu akan menyesatkan apabila kita menduga bahwa

kenaikan output semata-mata disebabkan oleh akumulasi modal.

2.5 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Made Antara (2007) dengan penelitiannya yang

berjudul Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Basis Dan Non Basis Dalam

Perekonomian Regional Bali, Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut

bahwa terindikasi 4 sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa.

Dalam menentukan pertumbuhan ekonomi digunakan duaskenario yaitu

berdasarkan trend linear dan target optimistik dimana semakintinggi

pertumbuhan maka kebutuhan investasi semakin besar.

2. Nuhfil Hanani dan Iwan Nugroho (2004) dalam penelitiaanya yang berjudul

Kebutuhan Investasi untuk Pengembangan Sektor Pertanian: Suatu

pendekatan input-output, disimpulkan bahwa Nilai ICOR sub sektor tanaman

pangan berkisar dari 1.309 hingga 0.57; sub sektor peternakan berkisar

dari1.338 hingga 1.149; sub sektor perkebunan berkisar dari 1.59 hingga

1.405;dan sub sektor perikanan berkisar 4.798 hingga 3.98. Proyeksi kebutuhan

investasi sektor pertanian selama 1999 hingga 2004 berkisar dari 2127 hingga

2386 triliun rupiah. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

nilai ICOR maka kebutuhan investasi semakin besar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho (2007) dengan penelitiannya

yang berjudul Pengembangan Dan Kebutuhan Investasi SektorAir Bersih Di

(39)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 31

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

peningkatan investasi dari 1.286 triliun menjadi 1.582 triliunmeningkatkan

kapasitas produksi dari 31.0 menjadi 43.7 m3. Partisipasiswasta dalam sektor

Air Bersih adalah kunci penting untuk memperbaiki manajemen dan efisiensi,

menurunkan tingkat kebocoran, meningkatkan pelayanan, menarik investasi

dan untuk kepentingan pembangunan sektor air bersih dalam jangka panjang.

4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho dan Nuhfil Hanani (2007)

yang berjudul Studi Investasi untuk Pengembangan Komoditi Pertanian di

Provinsi Lampung: Pendekatan input-output, disimpulkan bahwa ICOR

subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan di

Lampung masing-masing sebesar 0.66, 0.25, 3.04, dan 0.16. Nilai ICOR

tanaman pangan dan perkebunan kurang dari satu menunjukkan bahwa sector

tersebut relatif efisien sehingga memungkinkan diusahakan oleh sebagian besar

petani. ICOR rendah menunjukkan bahwa untuk menghasilkan output

membutuhkan investasi yang relatif sedikit.

5. Putu Ayu (2009) dalam penelitiaanya yang berjudul Analisis Kesempatan

Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli Dengan Pendekatan Pertumbuhan

Berbasis Ekspor disimpulkan bahwa Sektor basis kesempatan kerja di

Kabupaten Bangli pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan

sektor industri pengolahan. Sepuluh tahun kemudian sector basis bertambah

menjadi tiga sektor yaitu masuknya sektor pertambangan dan penggalian.

Sektor-sektor ini adalah sector yang mampu menyerap tenagakerja lebih dari

cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal

(40)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 32

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Analisis investasi di suatu daerah, sangat diperlukan untuk dapat

menyusun strategi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Analisis investasi baik secara makro ataupun mikro harus dilakukan berdasarkan

visi dan misi yang dimiliki oleh setiap kota/kabupaten. Hal ini diperlukan supaya

analisis investasi dapat menjadi dasar yang tepat bagi penyusunan strategi

investasi di kota/kabupaten untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan

ekonomi daerah.

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara tambahan output dan tambahan modal akan menjadi alat untuk menentukan produktivitas

dan efisiensi investasi disuatu daerah. Angka ini akan membantu pengambil

keputusan di suatu daerah dalam membuat strategi investasi yang mendukung

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan karena ICOR akan memberikan perkiraan

mengenai kebutuhan investasi pada tingkat pertumbuhan tertentu. Dengan begitu,

maka penyerapan tenaga kerja di tiap daerah akan dapat di perkirakan dan dapat

digunakan dalam penyusunan strategi ketenagakerjaan.

Analisis kebutuhan investasi harus diakukan baik dalam konteks makro

maupun sektoral. Karena konteks sektoral akan mampu mendukung kebutuhan

investasi dalam konteks yang lebh besar. Untuk dapat menyusun hal tersebut

(41)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 33

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Bodebekkarpur agar dapat diketahui kekuatan dan bahkan kelemahan apa yang

dimilki daerah sehingga dapat disusun strategi investasi yang sesuai dengan

peluang dan ancaman yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan pemahaman

konsep dan teori yang kuat agar apa yang direncanakan lebih terarah dan terukur.

Daerah juga harus membandingkan dengan apa yang sudah dilakukan dan apa

yang akan dilakukan di daerah lain, sehingga dapat mengambil hal-hal positif

yang dapat mendukung strategi investasi yang lebih baik. Dengan begitu

diharapkan analisis kebutuhan investasi yang dilakukan dapat lebih dapat menjadi

dasar yang kuat bagi pelaksanaan strategi investasi guna mendukung pencapaian

target pertumbuhan ekonomi daerah. Gambar 3.1 menjelaskan mengenai

(42)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 34

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

3.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian-nya adalah wilayah Metropolitan

Bodebekkarpur, sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah Investasi

baik itu PMA maupun PMDN di Bodebekkarpur.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian Deskriptif Kualitatif

karena bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui kebutuhan investasi di

Bodebekkarpur. Penelitian ini mencatat, menuturkan, mengklasifikasikan, dan

menganalisis serta mendeskripsikan data dan informasi-informasi yang ada

mengenai kenyataan yang terjadi mengenai kebutuhan investasi di

Bodebekkarpur. Data utama yang digunakan adalah data sekunder, tentang

investasi, Infrastruktur, dan PDRB. Disamping data sekunder juga dilakukan

pengumpulan data melalui data primer dengan pendekatan observasi dan dengan

menggunakan kuosioner.

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Ada dua macam teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

pengkajian ini, yaitu:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

(43)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 35

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

dilakukan dengan menggunakan data primer ini ialah dengan cara surveike

beberapa Provinsi yang juga memiliki kawasan metropolitan seperti

Provinsi Sumatera Utara dengan Kawasan Medan, Binjai, dan Deli

Serdang (Mebidangro) serta Provinsi Jawa Timur dengan Kawasan Gresik,

Bangkalan, Kertosono, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan

(Gerbangkertosusilo), dan Sarbagita (Denapsar, Badung, Giayanyar,

Tabanan) di Bali.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh

studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain.

Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip

resmi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BPS, maupun

instansi-instansi lainnya.

3.3.2 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif memaparkan

semua data dan informasi berdasarkan data yang bersumber pada data sekunder,

jurnal, artikel, studi literatur, hasil survei, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya

yang berkaitan dengan objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini

berupa data kuantitatif investasi, data PDRB, serta data infrastruktur di

(44)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 36

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Proses Penelitian Analisa Deskriptif

Gambar 3.2

Proses Penelitian Analisa Deskriptif

Analisis Data Deskriptif

Dikembangkan oleh Miles & Rubermas

Gambar 3.3 Analisa Data Deskriptif Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan

(45)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 37

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

3.4 Metode Perhitungan

3.4.1 Metode Perhitungan Aspek Ekonomi

a) Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

b)Analisis Pendapatan Perkapita

3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio)dan Rencana Kebutuhan Investasi

3.5.1 ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang

menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk

menaikkan/ menambah satu unit output. ICOR juga digunakanuntuk mengukur

berapa investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Jenis Icor :

a) Icor Tanpa Tenggat Waktu

Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi

tahun itu juga.

Rumus :

it it

it

it

g Y

I ICOR

100 1

(46)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 38

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

b) Icor Tenggat Waktu Satu Tahun

Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi

tahun berikutnya.

Rumus :

c) Icor Tenggat Waktu Lebih Dari Satu Tahun

Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih

dari satu tahun misalkan tahun ke 2, ke 3, ke 4 dst.

Rumus :

Keterangan :

(47)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 39

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Fisik dan Geografis

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5̊ 50’ - 7̊ 50’ Lintang Selatan dan 104 ̊ 48’ – 108 ̊ 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas

wilayah:

 Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;

 Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;

 Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;

 Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.

Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang

kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta

dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan

konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10%

dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan

tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan

debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th.

Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam

27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut,

Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten

(48)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R 40

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR

2016

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten

Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota

Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,

Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626

kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa.

Metropolitan adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena

aglomerasi kegiatan ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi

lahan terbangun dan aglomerasi penduduk minimal satu juta jiwa. Wilayah

Metropolitan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan pinggiran perkotaan

yang saling memiliki keterkaitan fungsional.

Karakteristik kawasan Metropolitan kependudukan merupakan pusat

konsentrasi penduduk (Goheen, 1971; Yeates dan Garner, 1980; Goodman, 1980)

Standar Jumlah Penduduk

a. Standard Metropolitan Statistical Area (SMSA) : satu kota berpenduduk min.

50.000 jiwa; ataudua kota atau lebih yang berintegrasi dengan jumlah

penduduk kota induk min. 50.000 jiwa dan kota kecil min. 15.000 jiwa

b. National Urban Development Strategy (NUDS) : satu kota berpenduduk min.

1 juta jiwa c. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan No.15 thn

2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruangkawasan perkotaan terkait

secara fungsional dan terintegrasi berpenduduk min. 1 juta jiwa .

Karakteristik kawasan Metropolitan berdasarkan ekonomi merupakan

pusat pertumbuhan wilayah, berperan menggerakan perekonomian, dan umumnya

Gambar

Tabel 1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM
Gambar 2.1 Faktor penarik investasi
Gambar 2.2
Gambar 2.3 Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu periode tertentu,

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode

jumlah barang dan jasa akhir akhir yang dihasilkan yang dihasilkan oleh suatu negara pada.. oleh suatu negara pada periode tertentu periode tertentu , , biasanya

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah/wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan

Adapun variabel yang digunakan yaitu PDRB(X 1 ) yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir dalam satuan Rupiah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah,

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu priode tertentu, biasanya satu