TUGAS AKHIR
PERAN SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDORONG
PERKEMBANGAN WILAYAH SURAKARTA BAGIAN UTARA
TAHUN 2001 - 2010
Disusun Oleh : UNIN RESTRIANA S
I 0608046
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
ii
PENGESAHAN
PERAN SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDORONG
PERKEMBANGAN WILAYAH SURAKARTA BAGIAN UTARA
TAHUN 2001- 2010
UNIN RESTRIANA S
I 06080046
Menyetujui,
Surakarta, Oktober 2012
Pembimbing I
Ir. Soedwiwahjono, MT NIP. 19620306 199003 1 001
Pembimbing II
Istijabatul Aliyah, ST, MT NIP. 19690923 199702 2 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620129 198703 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii MOTTO
“Allahuma yassir wa laa tu’assir”
Ya Allah mudahkanlah, jangan dipersulit
“Menuntut ilmu yang sungguh-sungguh dan menjadi orang yang
berguna karena hanya itu harapan dan kebanggaan orang tua.”
-Mamah Papah-
“1% inspirasi 99% keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja
keras.”
-Penulis-
“First, they ignore you, then they laugh at you, then they fight
you, then you win.”
-Mahatma Gandhi-
iv ABSTRAK
Kecenderungan perkembangan Kota Surakarta di dalam wilayah kota mengarah pada
disparitas pertumbuhan antara wilayah Surakarta Bagian Selatan yang sudah sangat intensif
berupa pembangunan infrastruktur dibandingkan dengan wilayah Surakarta Bagian Utara
yang kurang memiliki daya tarik untuk berkembang. Hal ini merupakan dampak dari
ketidakmerataan pengalokasian program pembangunan di Kota Surakarta. Salah satu
infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan wilayah adalah sistem transportasi karena
pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang dan menggerakkan
dinamika pembangunan, transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.
Penelitian ini adalah penelitian deskripsi yaitu penelitian yang bersifat mendeskripsikan
(menggambarkan) suatu hal yang spesifik dari situasi tertentu (masalah/subjek) tertentu yaitu
sistem transportasi dan perkembangan wilayah di Surakarta bagian Utara dari tahun 2001
hingga 2010. Analisis dilakukan terhadap komponen sistem transportasi yaitu prasarana
transportasi, sarana transportasi serta sistem organisasi transportasi dan perkembangan
wilayah yang meliputi perkembangan tata guna lahan, perkembangan perekonomian, serta
perkembangan sosial demografi.
Analisis korelasi berganda sistem transportasi terhadap perkembangan wilayah Surakarta
bagian Utara dari tahun 2001 hingga 2010 menunjukkan bahwa sistem transportasi
mempunyai peran dalam mendorong perkembangan fisik lingkungan wilayah, kemudian
mendorong perkembangan sosial demografi wilayah tersebut dan yang terakhir mendorong
perkembangan perekonomian wilayah. Perkembangan wilayah tersebut berupa peningkatan
luas lahan permukiman, kemudahan dalam mobilitas barang hasil produksi baik dalam
wilayah maupun ke luar wilayah, kemudahan tenaga kerja maupun penduduk dalam
menjangkau tempat bekerja di industri maupun sarana perdagangan, dan aksesibilitas
penduduk yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan dasar berupa pendidikan dan kesehatan.
Kata kunci : sistem transportasi, perkembangan wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v ABSTRACT
Development trend of Surakarta within the city led to the disparity between the growth in
the Southern region of Surakarta which is already very intensive form of infrastructure
development compared to the Surakarta Northern lacking appeal to thrive. This is the impact
of inequality in the allocation of development programs in Surakarta. One of the
infrastructures that encourage the development of the region is due to the development of the
transportation system because it is very important to support and drive the dynamics of the
construction, transportation, served as a catalyst in supporting economic growth and regional
development.
This research is a description that described the specific terms of the particular situation
(problem / subject) transportation systems and the development of the northern region of
Surakarta from 2001 to 2010. The analysis conducted on the components of transportation
system and development areas include the development of land use, economic development,
social and demographic developments.
Multiple correlation analysis on the development of the transportation system Surakarta
northern region from 2001 to 2010 showed that the transportation system has a role in
encouraging the development of physical environment areas, and encourage the development
of the social demographics of the area and the latter encourages the development of regional
economy. The development of the region by increasing land settlements, ease the mobility of
manufactured goods both within and outside the region, ease of labor and population in reach
of employment in industry and trade facilities, and accessibility of high population to meet
basic needs such as education and health.
Keywords: transportation systems, the development of the region.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir “Peran Sistem Transportasi Dalam Mendorong Perkembangan Wilayah Surakarta bagian Utara Tahun 2001 - 2010” ini. Adapun tugas akhir ini diselesaikan dan diajukan sebagai syarat untuk mencapai jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam tugas akhir ini penulis mencoba untuk mendeskripsikan bagaimana peran sistem
transportasi dalam mendorong perkembangan suatu wilayah yaitu Surakarta bagian Utara dari
tahun 2001-2010. Penelitian ini dilakukan atas dasar terjadinya disparitas pertumbuhan antara
wilayah Surakarta Bagian Selatan yang sudah sangat intensif berupa pembangunan
infrastruktur dibandingkan dengan wilayah Surakarta Bagian Utara yang kurang memiliki
daya tarik untuk berkembang.
Penyelesaian tugas akhir ini tidak dapat terlepas dari dukungan berbagai pihak. Melalui
inilah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala perhatian
dan bantuan yang diberikan. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada :
1. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Dr.Ir.Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ir. Widharyatmo, MSi selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan saran yang
diberikan selama proses perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir ini.
5. Ir. Soedwiwahjono, MT dan Istijabatul Aliyah, ST, MT selaku dosen pembimbing
seminar dan tugas akhir, atas semua masukan, kritik, saran, support dan kesabaran
dalam membimbing penyusunan tugas akhir sampai selesai.
6. Ir. Galing Yudana, MT dan Isti Andini, ST, MT selaku dosen penguji, atas setiap
kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
7. Orangtuaku Bapak H. Hadi Suparno dan Ibu H. Sri Rohmani, S.Pd dan ketiga kakakku
Mas Uut Novia Suparno S.Si, Mbak drg. Nilasary Rochmanita Suparno dan Mbak
Tantia Sari S.Pd yang telah memberikan restu dan dukungan baik secara moril
maupun materil serta doa yang tak habis-habisnya dalam menyelesaikan tugas akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
ini. Serta keponakan kecil tersayang dek Faiz Azka Fahrezi yang selalu memberikan
keceriaan. Kalian adalah motivator terbesar dalam hidupku.
8. Mas Agung Tri Kuncoro atas doa terbaik, senyum terindah, kesabaran dan kesetiaan
yang tak pernah lelah, serta dukungan dan semangat yang luar biasa. Thank you, thank
you and thank you. Loving you is always red J.
9. Saudara-saudaraku terkasih Sendikasari Artianto, Fitria Nur Diatna, Fitri M Sinaga,
Agnies Putri, Nour Eka Djayanti, Brilliantie Italiana, Setyorini, Anis Yuniarta, dan
Inarotu Duja yang setia mendukung dan memberikan nasehat dan pelukan yang penuh
dengan rasa persaudaraan.
10.Teman-teman seperjuangan mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2008 yang telah memberikan dukungan dan
bantuan sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
11.Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi kepentingan
praktis maupun akademis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan
dan penelitian berikutnya. Semoga tugas akhir ini bermanfaat. Penulis mengucapkan
terimakasih.
Surakarta, September 2012
Unin Restriana S
viii
1.1 Latar Belakang Penelitian ……….………. 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……….……… 5
1.3 Tujuan Dan Sasaran Penelitian ……….………. 5
1.3.1Tujuan Penelitian ……….………..……… 5
1.3.2Sasaran Penelitian ……….………..…….. 5
1.4 Keluaran Penelitian ……….……… 6
1.5 Urgensi Penulisan ……….……….. 6
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ……….……….. 6
1.7 Posisi Penelitian ……….………. 9
1.8 Batasan Penelitian ……….……….. 9
1.8.1Batasan Substansial ……….………...………. 9
1.8.2Batasan Spasial ……….………..………. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….………. 11
2.1 Sistem Transportasi ……….………... 11
2.1.1Pengertian Sistem Transportasi ……….…………. 11
2.1.2Prasarana Transportasi ……….……….. 12
2.1.2.1Kapasitas Jalan ……….……….. 15
2.1.2.2Level of Services Jalan ……….………….. 16
2.1.2.3Kecepatan Perjalanan ……….……… 17
2.1.2.4Kepadatan Jalan ……….………. 17
2.1.3Sarana Transportasi ……….……… 17
2.1.3.1Jumlah sarana transportasi umum ……….. 19
2.1.3.2Tarif sarana transportasi umum ……….. 19
2.1.4Sistem Organisasi Transportasi ……….…………. 19
2.2 Perkembangan Wilayah ……….………. 20
2.2.1Pengertian Wilayah ……….………... 20
2.2.2Pengembangan Wilayah ……….……… 20
2.2.3Perkembangan Wilayah ……….……… 21
2.2.3.1Fisik dan Lingkungan ……….……… 21
2.2.3.2Perekonomian……….………. 22
2.2.3.3Sosial Demografi ……….……….. 23
2.3 Peran Sistem Transportasi dalam mendorong Perkembangan Wilayah……….. 23
2.3.1Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Fisik Lingkungan….. 24
2.3.2Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Ekonomi……… 24
2.3.3Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Sosial Demografi….. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
2.4 Kesimpulan Teori……….. 26
2.4.1 Kerangka Teori……… 26
2.4.2 Hubungan Antar Teori……… 27
BAB III METODE PENELITIAN……….. 28
3.1 Pendekatan Penelitian……… 28
3.2 Jenis Penelitian……….. 28
3.3 Variabel penelitian………. 28
3.4 Kebutuhan Data………. 30
3.5 Metode Koleksi Data………. 31
3.5.1Teknik dan Alat Pengumpulan Data………. 31
3.5.2Teknik Pengambilan Sampel……… 32
3.6 Tahapan dan Kerangka Analisis……… 32
3.7 Metode Analisis……… 34
3.8 Desain Survey……… 37
BAB IV SISTEM TRANSPORTASI DAN PERKEMBANGAN WILAYAH SURAKARTABAGIAN UTARA……… 39
4.1 Sistem Transportasi Wilayah Surakarta Bagian Utara………. 39
4.1.1Prasarana Transportasi………. 39
4.1.1.1Kapasitas Jalan………. 44
4.1.1.2Level of Services Jalan………. 48
4.1.1.3Kecepatan Perjalanan………... 49
4.1.1.4Kepadatan Jalan……… 52
4.1.2Sarana Transportasi Umum……….. 53
4.1.2.1Jumlah Kendaraan Bermotor……… 53
4.1.2.2Rute/Trayek Angkutan Umum………. 54
4.1.2.3Jenis, Jumlah dan Kapasitas Angkutan Umum……… 57
4.1.2.4Tarif Angkutan Umum………. 58
4.1.3Sistem Organisasi Transportasi……… 59
4.1.3.1Kelembagaan Sistem Transportasi di Kota Surakarta………. 59
1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)……. 60
2. Dinas Pekerjaan Umum………... 60
3. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika………. 60
4.1.3.2Kebijakan Sistem Transportasi di Kota Surakarta……….. 61
1. Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 1993 – 2013.. 61
2. Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 2006 – 2026.. 61
4.2 Perkembangan Wilayah Surakarta Bagian Utara……….. 62
4.2.1Perkembangan Tata Guna Lahan………. 62
4.2.2Perkembangan Kondisi Ekonomi………. 67
4.2.2.1Jumlah Tenaga Kerja……….... 67
4.2.2.2Jumlah Sarana Perdagangan………. 68
4.2.2.3Persebaran Aktivitas Industri……… 69
4.2.3Perkembangan Kondisi Sosial Demografi……… 76
4.2.3.1Kepadatan Penduduk……… 76
4.2.3.2Pertumbuhan Penduduk Alami……… 77
4.2.3.3Migrasi………. 78
4.2.3.4Jumlah Sarana Pendidikan………... 79
4.2.3.5Jumlah Sarana Kesehatan……… 81
x
BAB V PERAN SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDORONG
PERKEMBANGAN WILAYAH SURAKARTA BAGIAN UTARA……… 86
5.1 Analisis Sistem Transportasi Wilayah Surakarta bagian Utara……….. 86
5.1.1Analisis Prasarana Transportasi Wilayah Surakarta bagian Utara………. 86
5.1.1.1Jalan Arteri Primer……….. 87
5.1.1.2Jalan Kolektor Primer ………. 89
5.1.1.3Jalan Kolektor Sekunder………. 92
5.1.2Analisis Sarana Transportasi Wilayah Surakarta bagian Utara…………. 94
5.1.3Analisi Sistem Organisasi Transportasi Surakarta Bagian Utara………... 97
5.1.3.1Kelembagaan Sistem Transportasi……….. 97
5.1.3.2Kebijakan Sistem Transportasi……… 97
5.2 Analisis Perkembangan Wilayah Surakarta bagian Utara………... 97
5.2.1Analisis Perkembangan Fisik dan Lingkungan……….. 98
5.2.2Analisis Perkembangan Kondisi Perekonomian……… 99
5.2.3Analisis Perkembangan Kondisi Sosial Demografi……… 101
5.3 Analisis Peran Sistem Transportasi dalam mendorong Perkembangan Wilayah 104 5.3.1Analisis Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Fisik Lingkungan wilayah Surakarta bagian Utara………. 104
5.3.2Analisis Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Kondisi Perekonomian wilayah Surakarta bagian Utara……… 106
5.3.3Analisis Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Kondisi Sosial Demografi wilayah Surakarta bagian Utara………. 108
BAB VI PENUTUP……… 111
6.1 Kesimpulan……….. 111
6.2 Saran……… 112
DAFTAR PUSTAKA………. 113
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Jalan……….. 16
Tabel 2.2 Hubungan Kajian Teori Sistem Transportasi dan Perkembangan Wilayah…... 27
Tabel 3.1 Variabel Penelitian……….. 29
Tabel 3.2 Hubungan antar Variabel Penelitian berdasarkan kajian teori……… 29
Tabel 3.3 Kebutuhan Data……….. 30
Tabel 3.4 Tahapan Analisis Penelitian……… 32
Tabel 3.5 Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y……….. 35
Tabel 4.1 Jenis, Panjang, dan Lebar Jalan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001-2005. 40 Tabel 4.2 Jenis, Panjang, dan Lebar Jalan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2006-2010. 40 Tabel 4.3 Volume Lalu Lintas di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010.. 44
Tabel 4.4 Kapasitas Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001–2005………. 47
Tabel 4.5 Kapasitas Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2006 –2010……... 47
Tabel 4.6 Level of Services Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001–2010 48 Tabel 4.7 Kecepatan perjalanan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 –2005.. 51
Tabel 4.8 Kecepatan perjalanan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2006–2010... 51
Tabel 4.9 Kepadatan Lalu Lintas di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001-2010.. 52
Tabel 4.10 Jumlah kendaraan bermotor di wilayah Surakarta Bagian Utara………. 53
Tabel 4.11 Jumlah armada angkutan kota di wilayah Surakarta Bagian Utara………….. 57
Tabel 4.12 Jumlah armada bus kota kota di wilayah Surakarta Bagian Utara…………... 58
Tabel 4.13 Tarif angkutan kota berdasarkan jalur di wilayah Surakarta Bagian Utara…. 59 Tabel 4.14 Tarif bus kota kota berdasarkan jalur di wilayah Surakarta Bagian Utara…... 59
Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Kota Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010………. 62
Tabel 4.16 Tenaga Kerja di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010……… 67
Tabel 4.17 Jumlah Sarana Perdagangan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010.. 68
Tabel 4.18 Aktivitas Industri wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010…….. 70
Tabel 4.19 Kepadatan Penduduk wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010… 76 Tabel 4.20 Pertumbuhan Penduduk Alami Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010.. 77
Tabel 4.21 Migrasi Penduduk wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010….. 78
Tabel 4.22 Jumlah Sarana Pendidikan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010… 79 Tabel 4.23 Jumlah Sarana Kesehatan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010…. 81 Tabel 5.1 Data Ordinal Analisis Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Fisik Lingkungan Surakarta bagian Utara………... 104
Tabel 5.2 Data Ordinal Analisis Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Kondisi Sosial Demografi Surakarta bagian Utara ……… 106
Tabel 5.3 Data Ordinal Analisis Peran Sistem Transportasi terhadap Perkembangan Kondisi Ekonomi Surakarta bagian Utara………..…. 109
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian……… 8
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian……….. 26
Gambar 3.2 Kerangka Analisis……….. 33
Gambar 4.1-4.2 Jalan Arteri Primer di Surakarta Bagian Utara………... 40
Gambar 4.3-4.4 Jalan Kolektor Primer dan Sekunder di Surakarta Bagian Utara……… 41
Gambar 4.5 Grafik Level of Services Jalan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2006–2010 49 Gambar 4.6 Grafik Kepadatan Lalu Lintas di Surakarta Bagian Utara Tahun 2006 –2010 53 Gambar 4.7-4.8 Angkutan Kota dan Bus Kota di Surakarta Bagian Utara……… 54
Gambar 4.9 Grafik Penggunaan Lahan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 –2010… 63 Gambar 4.10-4.11 Permukiman dan Perdagangan/Jasa di Surakarta Bagian Utara……. 64
Gambar 4.12-4.13 Industri dan Kuburan di Surakarta Bagian Utara ……… 64
Gambar 4.14-4.15 Sawah dan Tegalan di Surakarta Bagian Utara……… 64
Gambar 4.16 Grafik Jumlah Tenaga Kerja di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 –2010 67 Gambar 4.17 Grafik Sarana Perdagangan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001–2010 69 Gambar 4.18 Grafik Jumlah Industri di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001–2010…… 70
Gambar 4.19-4.20 Industri dan Pertokoan di wilayah Surakarta Bagian Utara…………. 71
Gambar 4.21 Grafik Kepadatan Penduduk di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001–2010 76 Gambar 4.22 Grafik Pertumbuhan Penduduk di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001–201077 Gambar 4.23 Grafik Migrasi Penduduk di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010.. 78
Gambar 4.24 Grafik Sarana Pendidikan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010.. 80
Gambar 4.25-4.26 Sarana Pendidikan di Surakarta bagian Utara………... 80
Gambar 4.27 Grafik Sarana Kesehatan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010.. 81
Gambar 5.1 Ketentuan Penampang Jalan Arteri Primer………. 87
Gambar 5.2 Penampang Jalan Arteri Primer di Surakarta bagian Utara………. 87
Gambar 5.3 Ketentuan Penampang Jalan Koektor Primer……….. 89
Gambar 5.4 Penampang Jalan Kolektor Primer di Surakarta bagian Utara……… 89
Gambar 5.5 Ketentuan Penampang Jalan Koektor Sekunder………. 92
Gambar 5.6 Penampang Jalan Kolektor Sekunder di Surakarta bagian Utara……… 92
Gambar 5.7 Analisis perkembangan tata guna lahan Surakarta bagian Utara………. 98
Gambar 5.8 Analisis perkembangan kondisi perekonomian Surakarta bagian Utara……. 100
Gambar 5.9 Analisis perkembangan kondisi sosial demografi Surakarta bagian Utara…. 102 Gambar 5.10 Keterkaitan antar variabel peran sistem transportasi terhadap perkembangan fisik lingkungan wilayah Surakarta bagian Utara……… 105
Gambar 5.11 Keterkaitan antar variabel peran sistem transportasi terhadap perkembangan perekonomian wilayah Surakarta bagian Utara………..……. 107
Gambar 5.12 Keterkaitan antar variabel peran sistem transportasi terhadap perkembangan sosial demografi wilayah Surakarta bagian Utara……….….. 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
DAFTAR PETA
Peta 4.1 Administrasi Surakarta Bagian Utara………... 10
Peta 4.2 Jalan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2001-2005……….. 42
Peta 4.3 Jalan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2006-2010……….. 43
Peta 4.4 Jalur Angkutan Kota di Surakarta Bagian Utara………... 55
Peta 4.5 Jalur Bus Kota di Surakarta Bagian Utara……… 56
Peta 4.6 Tata Guna Lahan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2005……… 65
Peta 4.7 Tata Guna Lahan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2010……… 66
Peta 4.8 Persebaran Sarana Perdagangan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2005……… 72
Peta 4.9 Persebaran Sarana Perdagangan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2010……… 73
Peta 4.10 Persebaran Industri di Wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2005………... 74
Peta 4.11 Persebaran Industri di Wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2010………... 75
Peta 4.12 Persebaran Sarana Pendidikan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2005………. 82
Peta 4.13 Persebaran Sarana Pendidikan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2010………. 83
Peta 4.14 Persebaran Sarana Kesehatan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2005……….. 84
Peta 4.15 Persebaran Sarana Kesehatan di Surakarta Bagian Utara Tahun 2010……….. 85
Peta 5.1 Analisis Jalan Arteri Primer di wilayah Surakarta bagian Utara………. 88
Peta 5.2 Analisis Jalan Kolektor Primer di Surakarta bagian Utara Tahun 2001-2005… 91 Peta 5.3 Analisis Jalan Kolektor Primer di Surakarta bagian Utara Tahun 2006-2010… 91 Peta 5.4 Analisis Jln Kolektor Sekunder di Surakarta bagian Utara Tahun 2001-2010... 93
Peta 5.5 Overlapping jalur di wilayah Surakarta bagian Utara Tahun 2001-2010……… 94
Peta 5.6 Analisis Jalur Angkutan Kota di Surakarta bagian Utara Tahun 2001-2010…... 95
Peta 5.7 Analisis Jalur Bus Kota Kota di Surakarta bagian Utara Tahun 2001-2010…… 96
Peta 5.8 Analisi perkembangan kondisi tata guna lahan Tahun 2001-2010……… 99
Peta 5.9 Analisis perkembangan kondisi perekonomian Tahun 2001-2010………... 101
Peta 5.10 Analisis perkembangan kondisi sosial demografi Tahun 2001-2010…………. 103
Peta 5.11 Perubahan status jalan dan tata guna lahan Tahun 2001-2010……… 106
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrument Survey……….. 115 Lampiran B Penghitungan Analisis Korelasi Berganda……… 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan kerangka awal dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan
laporan penelitian. Dalam bab ini menerangkan mengenai latar belakang yang menjadi
gambaran dan dasar pelaksanaan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian,
ruang lingkup penelitian baik secara substansial maupun secara wilayah, posisi penelitian,
urgensi penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian Peran Sistem Transportasi
dalam mendorong Perkembangan Wilayah Surakarta bagian Utara tahun 2001-2010.
1.1Latar Belakang Penelitian
Pengembangan wilayah merupakan serangkaian kegiatan yang perlu dilakukan agar
pembangunan dapat mengarah pada pembentukan struktur ruang wilayah dan pencapaian
tujuan pembangunan yang diinginkan. Intervensi ini dituangkan dalam rencana pembangunan
sektor yang meliputi pengembangan sektor produksi, infrastruktur serta kebijakan moneter
dan fiskal terkait.
Perkembangan adalah proses perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu
yang berbeda yang berjalan secara alami atau secara artifisial akibat campur tangan manusia
dalam menentukan perubahan keadaan tersebut. Perkembangan wilayah dapat berupa
perubahan luas wilayah (pemekaran) dan dapat pula berupa perubahan fisik wilayah
(pembangunan). Perkembangan wilayah meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya,
politik, dan teknologi. Pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung
pemanfaatan potensi sumber daya alam dan akan mampu mempercepat proses pembangunan
suatu wilayah (Yunus, 2004 dalam Hanzen Saruksuk, Johannes. 2006).
Pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang dan menggerakkan
dinamika pembangunan, karena transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Keberhasilan pembangunan salah satunya
sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi
efektivitas, dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur,
lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah
polusi serta segi efisiensi dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu
kesatuan jaringan sistem transportasi. (Ahmad Munawar, 2007).
Transportasi sebagai sistem mencakup sub sistem prasarana berupa jalur dan simpul
tempat pergerakan, sub sistem sarana berupa kendaraan atau alat pergerakan, dan sub sistem
2 pengendalian atau pengaturan yang memungkinkan pergerakan tersebut efisien, lancar, aman,
dan teratur. Elemen-elemen transportasi tersebut berperilaku sistematik sehingga perubahan
pada salah satu sistem akan berpengaruh pada sistem yang lain. Keberadaan jalan dan fasilitas
transportasi lain pada tingkat tertentu akan sangat esensial merangsang dan memberi peluang
pertumbuhan ekonomi dan sosial. Dengan kata lain pembangunan ekonomi dikondisikan oleh
prasarana transportasi pada tingkat tertentu (Kodoatie, 2003).
Konteks penting dalam pembangunan wilayah di Indonesia ialah desentralisasi yang
mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang No. 32 dan Undang-Undang No. 33 Tahun
2004, sudah dilakukan sejak tanggal 1 Januari 2004. Otonomi daerah sebagai salah satu
proses desentralisasi di Indonesia mengemukakan kabupaten/kota dan desa sebagai
wilayah-wilayah otonom.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat. Disamping itu, melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan
daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,
dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam menjalankan otonomi
daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efisien dan
efektif, mampu mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan
pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan dalam bidang keuangan yang
merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Aparat
Pemerintah Daerah perlu mengelola dana yang relative jauh lebih besar dan prioritas
pembangunan daerah bisa jadi berbeda daripada prioritas pembangunan menurut Pemerintah
Pusat, terutama ketika dana dialirkan melalui mekanisme DAU (Dana Alokasi Umum). Oleh
sebab itu, otonomi daerah berpeluang dalam meningkatkan ketimpangan pembangunan
wilayah atau minimal tidak mengurangi ketimpangan tersebut, karena kapasitas teknis aparat
Pemda masih lemah dalam mengelola prasarana dan sarana (Sularmi dan Suwarno, 2006
dalam Suryaningrum, Sagita Dini. 2011).
Ketimpangan adalah suatu bentuk tidak seimbangnya pertumbuhan sektor-sektor
primer, sekunder, tersier dan sektor-sektor sosial antara daerah satu dengan yang lain
(Rustiadi, 2006 dalam Rezeki, Rina. 2007). Secara umum beberapa faktor yang diduga
sebagai penyebab terjadinya peningkatan disparitas antarwilayah tersebut menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3 Williamson (1975 dalam Rezeki, Rina. 2007) yaitu migrasi penduduk yang produktif (usia
kerja) dan memiliki keahlian (terdidik) dari daerah-daerah berkembang ke daerah-daerah yang
telah berkembang, investasi cenderung dilakukan di daerah yang telah berkembang karena
faktor pasar (skala ekonomi, ekonomi eksternal, dan lain sebagainya), pengaliran modal dari
daerah miskin menuju daerah yang telah berkembang, kebijakan pemerintah cenderung
mengakibatkan terkonsentrasinya sistem kegiatan sosial ekonomi di daerah yang telah
berkembang, pola perdangangan dan kegiatan perdagangan didominasi oleh industri-industri
di daerah yang telah berkembang dan tidak adanya kaitan antara pasar daerah (regional
market) telah menyebabkan terjadinya rintangan untuk pemencaran dan pelipatgandaan
pendapatan.
Menurut Lay (1993 : 53 dalam Rezeki, Rina. 2007) indikator ketidakmerataan wilayah
adalah secara fisik tersedia sarana sosial ekonomi seperti sarana kesehatan, pendidikan dan
sarana ekonomi, secara ekonomi memiliki kemampuan ekonomi penduduk yang terlihat dari
tingkat kesejahteraan keluarga pada masing-masing kecamatan, serta secara sosial adalah
jumlah penduduk dan kualitas penduduk berdasarkan pendidikan.
Kota Surakarta sudah menerapkan implementasi otonomi daerah di tahun 2001 hingga
sekarang. Kota ini terus berkembang menjadi wilayah modern, akan tetapi tidak semua
wilayah di kota ini mengalami pembangunan yang setara. Ketidakmerataan pengalokasian
program pembangunan di Kota Surakarta telah berdampak kecenderungan perkembangan
Kota Surakarta di dalam wilayah kota yang mengarah pada disparitas pertumbuhan antara
wilayah Surakarta Bagian Selatan yang sudah sangat intensif berupa pembangunan
infrastruktur dibandingkan dengan wilayah Surakarta Bagian Utara yang kurang memiliki
daya tarik untuk berkembang (RUTRK Surakarta tahun 2006-2026).
Perbedaan pertumbuhan antara kedua bagian kota ditandai dengan luasan wilayah
Surakarta Utara mencapai 18,90 km² (hampir separuh dari luas total Kota Surakarta 44,06
km²), namun kepadatan penduduk di wilayah ini hanya 10.000 jiwa/km² sedangkan di wilayah
Surakarta bagian selatan mencapai 15.000 jiwa//km².
Ketertinggalan pembangunan di wilayah Surakarta bagian Utara erat kaitannya dengan
sejarah masa lalu. Perjalanan sejarah dinasti Mataram sangat mempengaruhi perkembangan
Kota Surakarta. Pemerintahan yang dipusatkan di selatan menjadikan seluruh fasilitas dan
infrastruktur disediakan di wilayah tersebut. Sedangkan di wilayah utara menjadi tempat
persembunyian sekaligus bermukimnya kawanan begal sehingga penduduk lebih memilih
membuka usaha di daerah selatan lantaran daerah utara kerap diganggu perompak. Jika sejak
awal infrastruktur bisnis memang sudah kokoh berada di suatu daerah, maka proses
4 penyebaran cenderung terjadi di daerah sekitar yang masih terbilang cukup dekat dengan
pusat bisnis dan perdagangan.
Infrastruktur di wilayah Surakarta bagian Utara berupa utilitas, fasilitas sosial, serta sistem
transportasi. Utilitas di wilayah Surakarta bagian Utara memiliki kondisi yang sama dengan
wilayah Surakarta bagian Selatan. Utilitas meliputi jaringan listrik, air bersih, drainase, dan
persampahan.
Ketersediaan fasilitas sosial di wilayah Surakarta bagian Utara masih kurang jika
dibandingkan wilayah Surakarta bagian Selatan. Fasilitas sosial meliputi fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan dan fasilitas perdagangan. Jenjang fasilitas pendidikan di wilayah
Surakarta bagian Utara mulai dari SD hingga SMU sudah tersebar di setiap kelurahan. Akan
tetapi fasilitas tersebut dirasa kurang mampu menciptakan arus pergerakan penduduk Kota
Surakarta menuju wilayah ini sebab kualitas pendidikan yang ditawarkan masih kurang.
Fasilitas kesehatan di wilayah Surakarta bagian Utara hanya terdiri dari Posyandu, Klinik
Pengobatan dan Puskesmas. Belum adanya Rumah Sakit Umum di wilayah ini membuat
penduduk harus keluar wilayah jika hendak mengunjungi RSU. Fasilitas perdagangan di
wilayah Surakarta bagian Utara terdiri dari pasar tradisional, pertokoan/ritel, warung dan
belum terdapat pasar modern berupa supermarket atau hipermarket. Pasar Nusukan yang
terletak di Kelurahan Nusukan merupakan pasar tipe IIA yang cukup padat terutama untuk
melayani masyarakat Kota Surakarta bagian Utara sedangkan Pasar Mojosongo yang terletak
di Kelurahan Mojosongo merupakan tipe pasar IIIA yang hanya melayani penduduk di
kelurahan tersebut. Kedua pasar ini belum cukup kuat dalam menciptakan efek ganda sampai
ke perbatasan kota.
Dalam sistem transportasi dan jaringan jalan di Jawa Tengah, Kota Surakarta merupakan
simpul pergerakan yang sangat strategis. Dari wilayah hinterland menuju Kota Surakarta
dihubungkan oleh jalur jalan Provinsi Jawa Tengah yang berfungsi sebagai jalan Kolektor
Primer, salah satunya yaitu jalur Semarang - Purwodadi – Surakarta yang melewati wilayah
Surakarta bagian Utara di Jalan Kolonel Sugiono. Wilayah Surakarta Bagian Utara juga
dilewati oleh jalan arteri primer yang ditandai oleh lalu lintas kendaraan besar (bus dan truk),
yaitu ruas Jalan Jend. A. Yani – Jalan Ki Mangun Sarkoro – Jalan Sumpah Pemuda – Jalan
Brigjend Katamso – Ringroad. Keberadaan ruas jalan tersebut berpotensi memacu
perkembangan wilayah Surakarta bagian Utara karena tingginya arus lalu lintas yang melintas
di wilayah ini. Wilayah Surakarta bagian Utara masih minim jangkauan angkutan umum. Hal
ini sangat berbanding terbalik dengan wilayah Surakarta bagian Selatan yang sudah dilewati
oleh berbagai jenis angkutan umum serta memiliki sarana transportasi berupa terminal dan
stasiun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5 Dari kondisi infrastruktur internal wilayah Surakarta bagian Utara di atas, terdapat
beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan wilayah ini. Faktor eksternal
tersebut berupa adanya Bandara Internasional Adi Sumarmo dan Asrama Haji Donohudan.
Bandara Adi Sumarmo secara administrasi terletak di wilayah Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali, meskipun secara fungsional merupakan bandara bagi pelayanan kegiatan
Kota Surakarta. Dari Bandara Adi Sumarmo menuju Kota Surakarta dihubungkan melalui Jl.
Adi Sucipto yang mengakibatkan pada ruas jalan tersebut menjadi daya tarik beberapa
kegiatan yang menunjang sesuai karakter pergerakannya, yaitu perhotelan, industri, rumah
makan dan jasa lainnya.
Asrama Haji Donohudan terletak di Kecamatan Ngemplak yang terletak di sebelah Barat
Kota Surakarta. Asrama tersebut merupakan fasilitas tingkat wilayah Provinsi Jawa Tengah
yang diperuntukkan bagi para jamaah haji yang transit di asrama tersebut sebelum
diberangkatkan menuju Kota Mekah. Meskipun pemanfaatan asrama tersebut bersifat
insidental, namun skala kegiatan yang ditimbulkan cukup besar pengaruhnya terhadap
kegiatan sosial ekonomi di Kota Surakarta, khususnya jumlah pengantar yang sangat besar
jumlahnya.
Kedua faktor eksternal di atas dapat mengurangi ketimpangan antara wilayah Surakarta
bagian Utara dengan Selatan jika dikembangkan dengan baik. Perkembangan wilayah
Surakarta bagian Utara menuju arah Barat memiliki karakteristik kegiatan perhotelan,
perkantoran, perumahan, industri, perdagangan dan jasa sedangkan perkembangan wilayah
Surakarta bagian Utara menuju arah Utara memiliki karakteristik kegiatan industri,
perdagangan dan jasa (RUTRK Surakarta Tahun 2007-2026).
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran sistem transportasi di wilayah Surakarta bagian Utara dalam mendorong perkembangan wilayah pada tahun 2001 hingga 2010?”
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah Menjelaskan bagaimana peran sistem transportasi di wilayah Surakarta bagian Utara
dalam mendorong perkembangan wilayah tersebut.
1.3.2 Sasaran Penelitian
Sedangkan sasaran yaitu alat untuk mencapai tujuan dari penulisan ini adalah :
6 1. Mengidentifikasi prasarana transportasi, sarana transportasi dan sistem organisasi
transportasi yang terdapat di wilayah Surakarta bagian Utara tahun 2001 hingga 2010.
2. Mengidentifikasi perkembangan tata guna lahan, kondisi sosial demografi dan kondisi
perekonomian di wilayah Surakarta bagian Utara tahun 2001 hingga 2010.
3. Menganalisis bagaimana peran sistem transportasi dalam mendorong perkembangan
wilayah di Surakarta bagian Utara tahun 2001 hingga 2010.
1.4 Keluaran Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan output berupa peran sistem transportasi dalam
mendorong perkembangan wilayah Surakarta Bagian Utara tahun 2001 hingga 2010.
1.5 Urgensi Penelitian
Terjadinya disparitas pertumbuhan antara wilayah Surakarta Bagian Selatan yang sudah
sangat intensif berupa pembangunan infrastruktur dibandingkan dengan wilayah Surakarta
Bagian Utara yang kurang memiliki daya tarik untuk berkembang (RUTRK Surakarta Tahun
2006 - 2026) memunculkan salah satu arahan pengembangan internal Kota Surakarta yaitu
Kota Surakarta bagian utara akan dikembangkan jaringan infrastrukturnya serta pengalokasian
kegiatan baru yang mampu merangsang dan menjadi daya tarik terhadap kegiatan lainnya.
Dalam rangka mendorong wilayah Surakarta bagian Utara mengejar ketertinggalan
dibandingkan dengan bagian Selatan maka timbul pertanyaan sistem transportasi yang
bagaimana yang seharusnya terdapat di Surakarta bagian Utara. Untuk menjawab pertanyaan
ini diperlukan suatu penelitian mengenai bagaimana peran sistem transportasi mendorong
perkembangan wilayah Surakarta Bagian Utara melalui identifikasi sistem transportasi dan
perkembangan wilayah yang terjadi pada saat ini sehingga dapat disimpulkan sistem
transportasi yang cocok untuk dikembangkan di wilayah ini.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi,
mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi,
dan permasalahan wilayah bersangkutan (Ambardi & Priharwantoro, 2002:47). Demikian
pula dengan salah satu arahan pengembangan Kota Surakarta, yaitu “Kota Surakarta bagian
utara akan dikembangkan jaringan infrastrukturnya serta pengalokasian kegiatan baru yang
mampu merangsang dan menjadi daya tarik terhadap kegiatan lainnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7 Salah satu infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan wilayah adalah sistem
transportasi karena pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang dan
menggerakkan dinamika pembangunan, transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. (Ahmad Munawar, 2007).
Perlu diketahui sistem transportasi yang cocok untuk dikembangkan di wilayah Surakarta
bagian Utara. Untuk itu maka dilakukan kajian mendalam mengenai bagaimana kondisi
sistem transportasi yang saat ini terdapat di wilayah Surakarta bagian Utara dan bagaimana
sistem transportasi mendorong perkembangan wilayah.
Sebagai langkah pertama, pada kerangka yang merupakan gambaran umum alur berpikir
dari penelitian ini adalah mendiskripsikan isu, fenomena dan permasalahan sebagai latar
belakang pemilihan tema, yaitu mencari ketimpangan pembangunan infrastruktur di wilayah
Surakarta baik dari segi teoritis maupun empiris melalui studi kepustakaan untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang terjadinya ketimpangan antar wilayah.
Langkah kedua adalah mengidentifikasi sistem transportasi yang ada di wilayah
penelitian. Aspek-aspek tersebut meliputi prasarana, sarana dan sistem organisasi transportasi.
Langkah ketiga adalah menentukan kondisi sistem transportasi yang ada dengan
menggunakan analisis deskriptif yang meliputi analisis sistem organisasi transportasi, analisis
prasarana dan sarana transportasi.
Langkah keempat yaitu mengidentifikasi kondisi wilayah penelitian. Aspek-aspek tersebut
meliputi kondisi tata guna lahan, kondisi sosial dan demografi serta kondisi perekonomian.
Langkah kelima yaitu menentukan perkembangan wilayah yang terjadi di wilayah penelitian
dengan menggunakan analisis deskiptif yang meliputi analisis tata guna lahan, analisis sosial
dan demografi serta analisis perekonomian.
Langkah terakhir yaitu menjelaskan bagaimana sistem transportasi mendorong
perkembangan wilayah yaitu dengan menggunakan analisis korelasi berganda yang meliputi
peran sistem transportasi terhadap perkembangan fisik lingkungan wilayah, peran sistem
transportasi terhadap perkembangan sosial dan ekonomi wilayah.
8
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Sumber : Penulis
Topik : Infrastruktur mendorong perkembangan wilayah Surakarta bagian Utara
Rumusan masalah : Bagaimana peran sistem transportasi di wilayah
Surakarta bagian Utara dalam mendorong perkembangan wilayah ?
Tujuan
1. Mengidentifikasi prasarana, sarana dan sistem organisasi transportasi yang terdapat di
wilayah Surakarta bagian Utara.
2. Mengidentifikasi perkembangan tata guna lahan, perekonomian dan sosial dan demografi
di wilayah Surakarta bagian Utara.
3. Menganalisis peran sistem transportasi dalam mendorong perkembangan fisik lingkungan,
perkembangan ekonomi, perkembangan sosial demografi di wilayah Surakarta bagian Utara.
Identifikasi Kondisi Sistem Transportasi
Prasarana
1. Bagaimana sistem transportasi dari tahun 2001-2010?
2. Bagaimana perkembangan wilayah di Surakarta bagian Utara dari tahun 2001-2010?
3. Bagaimana peran sistem transportasi dalam mendorong perkembangan wilayah?
Peran sistem transportasi dalam mendorong perkembangan wilayah Analisis Korelasi Berganda
Tema : Ketimpangan Pembangunan Infrastruktur di Kota Surakarta
Latar Belakang :
1. Terjadinya disparitas pertumbuhan antara wilayah Surakarta Bagian Selatan yang sudah sangat intensif berupa
pembangunan infrastruktur dibandingkan dengan wilayah Surakarta Bagian Utara yang kurang memiliki daya tarik untuk berkembang.
2. Terdapat permasalahan dan potensi sistem transportasi di wilayah Surakarta bagian Utara.
3. Keberhasilan perkembangan wilayah salah satunya sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat nadi
kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.
9
1.7 Posisi Penelitian
Penelitian dengan Judul Peran Sistem Transportasi dalam mendorong Perkembangan
Wilayah di Surakarta Bagian Utara ini merupakan penelitian awal atau penelitian baru yang
sebelumnya belum pernah ada penelitian yang sejenis.
1.8 Batasan Penelitian
Batasan penelitian terdiri atas batasan substansial yaitu berisikan batasan-batasan
substansi yang dibahas dalam studi dan batasan spasial yaitu berisikan batasan-batasan
administrasi dari wilayah penelitian.
1.8.1 Batasan Substansial
Batasan substansi penelitian ini dijabarkan dalam upaya untuk mengetahui kondisi dari
sistem transportasi di wilayah Surakarta bagian Utara dan bagaimana sistem transportasi
mendorong perkembangan dan kemajuan wilayah.
Dalam batasan substansial ini permasalahan yang dikaji menyangkut kondisi sistem
transportasi yang ada serta perkembangan wilayah Surakarta bagian Utara.
1. Kondisi sistem transportasi wilayah Surakarta bagian Utara yang meliputi prasarana
transportasi, sarana transportasi serta sistem organisasi transportasi dari tahun 2001 hingga
2010.
2. Perkembangan wilayah Surakarta bagian Utara yang meliputi perkembangan tata guna
lahan, perkembangan kondisi sosial demografi dan perkembangan kondisi perekonomian
dari tahun 2001 hingga 2010.
1.8.2 Batasan Spasial
Wilayah Surakarta bagian Utara merupakan wilayah di Kota Surakarta bagian utara
yang dibatasi oleh Sungai Pepe dan terdiri dari lima kelurahan yaitu Kelurahan Mojosongo di
Kecamatan Jebres dan Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Banyuanyar, serta
Kelurahan Sumber di Kecamatan Banjarsari. Luas wilayah ini sebesar 1506,28 Hektar.
Secara administratif wilayah ini berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kelurahan Jebres, Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Gilingan, Kelurahan
Kestalan, dan Kelurahan Manahan.
Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan proses pemahaman terhadap teori dan peraturan yang
mendasari proses penelitian. Dalam bab ini dikaji mengenai teori dan peraturan sistem
transportasi, teori dan peraturan perkembangan wilayah serta teori dan peraturan peran sistem
transportasi dalam mendorong perkembangan wilayah. Tinjauan pustaka membantu dalam
perumusan variabel penelitian dan arah penelitian dalam kerangka pemikiran.
2.1 Sistem Transportasi
Associated General Contractors of America (AGCA, 1982 dalam modul kuliah Konsep
Pembangunan Infrastrukur ITB 2006) mendefinisikan infrastruktur sebagai sistem fasilitas
publik yang didanai dalam menyediakan pengiriman layanan penting untuk standar hidup
yang berkelanjutan. Sementara itu Hudson, et al (1997 dalam modul kuliah Konsep
Pembangunan Infrastrukur ITB 2006) mengelompokkan infrastruktur menjadi tujuh kategori
yaitu Transportasi, Air dan air limbah, Pengelolaan Limbah, Produksi dan Distribusi Energi,
Bangunan Gedung, Fasilitas Rekreasi dan Komunikasi.
2.1.1 Pengertian Sistem Transportasi
Tamin (1997) mendefinisikan transportasi adalah suatu sistem jaringan yang secara fisik
menghubungkan suatu ruang dengan ruang kegiatan lainnya. Papacostas (1987)
mendefinisikan transportasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tetap (fixed
facilities)/prasarana, besaran arus (flow entities)/sarana dan sistem pengendalian (control
system) yang memungkinkan barang atau orang dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain secara efisien setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia.
Transportasi sebagai sistem mencakup sub sistem prasarana berupa jalur dan simpul
tempat pergerakan, sub sistem sarana berupa kendaraan atau alat pergerakan, dan sub
sistem pengendalian atau pengaturan yang memungkinkan pergerakan tersebut efisien,
lancar, aman, dan teratur (Kodoatie, 2003).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain
yang terpisah secara spasial, baik dengan atau tanpa sarana/alat angkut. Perpindahan
tersebut melalui jalur perpindahan yaitu prasarana baik alami (udara, sungai, laut) maupun
man made (jalan raya, jalan rel, pipa), obyek yang diangkut dapat berupa orang maupun
barang, alat/sarana angkutan (kendaraan, pesawat, kapal, kereta, pipa), dengan sistem
12 pengaturan dan kendali tertentu (manajemen lalu lintas, sistem operasi, maupun prosedur
perangkutan).
Dari definisi tersebut di atas terdapat tiga komponen transportasi, yaitu :
a. Prasarana transportasi seperti jalan raya, jalan kereta api, terminal bus, bandar udara,
pelabuhan dan lain sebagainya.
b. Kendaraan yang menggunakan prasarana tersebut (sarana transportasi).
c. Sistem organisasi yang menjamin kendaraan dan prasarana tersebut digunakan secara
baik dan benar.
2.1.2 Prasarana Transportasi
Prasarana transportasi merupakan jaringan lalu lintas berupa jalan termasuk jembatan
(Warpani, Suwardjoko 2002 dalam Watiningrum, Fajar. 2005). Ciri utama prasarana
transportasi adalah melayani pengguna berupa barang atau akomodasi. Oleh karena itu,
prasarana tersebut tidak mungkin di simpan dan digunakan hanya pada saat diperlukan.
Pada dasarnya prasarana transportasi mempunyai dua peran penting yaitu sebagai alat
bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan dan sebagai prasarana bagi
pergerakan manusia dan barang yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan perkotaan
(Tamin, 1997)
Pengertian jalan sesuai dengan Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan
adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas. Jaringan jalan terdiri dari ruas-ruas jalan yang menghubungkan satu lokasi
dengan lokasi yang lain pada titik pertemuan yang merupakan simpul-simpul transportasi.
Jaringan jalan akan dapat memberikan berbagai alternatif pilihan bagi pengguna jalan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara umum sistem jaringan jalan dibedakan berdasarkan sistem pelayanan
penghubung, yakni : sistem jaringan jalan primer, adalah sistem jaringan jalan yang
menghubungkan kota/wilayah tingkat nasional. Sistem jaringan jalan sekunder, adalah
sistem jaringan jalan yang menghubungkan zona-zona, kawasan-kawasan (titik simpul
didalam kota) atau pusat kegiatan masyarakat di dalam kota.
Jaringan jalan berdasarkan peran atau fungsinya (Miro, 1997 dalam Hanzen Saruksuk,
Johannes. 2006) yaitu:
· Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah masuk dibatasi secara efisien.
· Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang dengan kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah masuk yang masih dibatasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
· Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat (angkutan setempat)
dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah masuk yang tidak dibatasi.
Berdasarkan SNI 03-6967-2003 tentang Geometri Jalan Perkotaan :
1. Jalan Arteri Primer
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60km/jam dan dengan
lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
b. Mempunyai kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata.
c. Lalu lintas jalan arteri primer tidak boleh diganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu
lintas lokal dan kegiatan lokal.
d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi.
e. Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota dan desa.
2. Jalan Kolektor Primer
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40km/jam dan dengan
lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
b. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar daripada volume lalu lintas
rata-rata.
c. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki desa.
3. Jalan Lokal Primer
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20km/jam dan dengan
lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
b. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.
4. Jalan Arteri Sekunder
a. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30km/jam dan dengan
lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
b. Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar daripada volume lalu lintas
rata-rata.
c. Lalu lintas cepat pada jalan arteri primer tidak boleh diganggu oleh lalu lintas
lambat.
5. Jalan Kolektor Sekunder
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20km/jam dan dengan lebar
badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
6. Jalan Lokal Sekunder
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10km/jam dan dengan lebar
badan jalan tidak kurang dari 5 meter
14 Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 tahun 2006, tentang manajemen
dan rekayasa lalu lintas di jalan, tingkat pelayanan pada ruas jalan diklasifikasikan atas:
1. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi:
a. Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi
b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan
oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi
fisik jalan;
c. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau
dengan sedikit tundaan.
2. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi:
a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas;
b. Kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi
kecepatan;
c. Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur
jalan yang digunakan.
3. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi:
a. Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume
lalu lintas yang lebih tinggi;
b. Kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat;
c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau
mendahului.
4. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi:
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih
ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus;
b. Kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan
temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar;
c. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk
waktu yang singkat.
5. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi:
a. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan d dengan volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;
b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi;
c. Pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15 6. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi:
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;
b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan
untuk durasi yang cukup lama;
c. Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan primer
sesuai fungsinya, untuk:
· Jalan arteri primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya b;
· Jalan kolektor primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya b;
· Jalan lokal primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya c;
· Jalan tol, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya b.
Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan sekunder
sesuai fungsinya untuk:
· Jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya c;
· Jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya c;
· Jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya d;
· Jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya d.
Kondisi prasarana jaringan jalan atau tingkat pelayanan jalan dapat diketahui berdasarkan:
2.1.2.1Kapasitas Jalan
Kapasitas jaringan jalan adalah arus maksimum yang dapat melewati satu ruas
jalan (Tamin, 1997). Kapasitas ruas jalan dinyatakan kendaraan (atau dalam Satuan
Muatan Penumpang) per jam. Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas jalan, maka
akan terjadi kemacetan lalu lintas. Jaringan jalan ada yang memakai pembatas median
dan ada pula yang tidak, sehingga dalam perhitungan kapasitas keduanya dibedakan.
Kapasitas ruas jalan tanpa pembatas median dihitung untuk kedua arah. Persamaan
umum untuk kapasitas ruas jalan menurut metode Indonesian Highway Capacity
Manual (IHCM) tahun 1997 untuk daerah perkotaan adalah sebagai berikut.
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
C : kapasitas (smp/jam)
Co : kapasitas dasar (smp/jam)
Fcw : faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
Fcsp : faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah
FCsf : faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping
16 FCcs : faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
2.1.2.2Level of Services Jalan
Tingkat pelayanan atau Level Of Service atau disebut juga derajat kejenuhan
adalah suatu ukuran yang menggambarkan kondisi operasi lalu lintas pada suatu
potongan jalan. LOS dideskripsikan sebagai ukuran yang menyatakan kualitas
pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain
LOS diuraikan sebagai ukuran kualitas suatu jalan akibat adanya peningkatan volume
kendaraan.
Nilai V/C ini yang juga dikenal dengan istilah VCR (volume capacity ratio) atau
NVK (nisbah volume kapasitas). Analisa ini berguna untuk menentukan rekomendasi
bagi bentuk penanganan masalah lalu lintas dan jalan.
Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Jalan (V/C Ratio)
Tingkat pelayanan
Kecepatan rata-rata Per Jam
V/C Keterangan
A 48 0,60 Arus bebas, volume rendah dan pengemudi dapat memilih kecepatan
yang dikehendaki
B 40 0,70 Arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas/volume
pelayanan yang dipakai untuk jalan perkotaan
C 32 0,80 Arus stabil, kecepatan dikontrol oleh lalu lintas, volume pelayanan
yang dipakai untuk jalan perkotaan
D 24 0,90 Menghendaki arus tidak stabil, kecepatan rendah
E sekitar 24 1,00 Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda-beda volume
mendekati kapasitas
F <24 >1,00 Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume di bawah kapasitas
banyak terhenti
Sumber : AASHO, Policy on design of urban highway aretrial streets (1973)
Jenis penanganannya dikelompokkan sebagai berikut:
1. Jika NVK berada pada 0,6-0,8. Jenis penanganannya adalah manajemen lalu lintas
yag ditekankan pada pemanfaatan fasilitas jalan yang ada seperti pemanfaatan
lebar jalan secara efektif, bisa juga berupa peningkatan kelengkapan marka dan
rambu jalan, pemisahan arus, pengendalian parkir dan kaki lima serta pengaturan
belok.
2. Jika NVK sama dengan 0,8. Jenis penanganannnya adalah peningkatan ruas jalan
berupa pelebaran dan penambahan lajur jalan sehingga dapat ditingkatkan
kapasitas ruas jalannya dengan signifikan.
3. Jika NVK lebih dari 0,8. Nilai NVK yang sudah jauh melebihi 0,8 maka pilihan
terakhir adalah pembangunan jalan baru, jalan lingkar atau jalan utama alternatif
yang dapat memecah kepadatan lalu lintas pada jalan lama. Upaya ini ditempuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17 sebab penambahan lebar jalan dan penambahan lajur sudah tidak memungkinkan
lagi kerena keterbatasan lahan dan kondisi lalu lintas yang sangat padat.
2.1.2.3Kecepatan Perjalanan
Kecepatan kendaraan dipengaruhi oleh kapasitas jalan, dimana kecepatan akan
berkurang jika arus bertambah sedangkan kapasitas jalan tetap (MKJI 1997).
Kecepatan juga berpengaruh terhadap waktu tempuh yang digunakan oleh kendaraan
untuk melaju pada suatu lintasan. Jika kecepatan bertambah dalam menempuh lintasan
tertentu maka waktu tempuh yang digunakan akan semakin sedikit.
Persamaan umum untuk kecepatan perjalanan menurut metode Indonesian
Highway Capacity Manual (IHCM) tahun 1997 untuk daerah perkotaan adalah sebagai
berikut.
FV = (Fvo + Fvw) x FCsf x FFVcs (km/jam)
FV : kecepatan perjalanan (km/jam)
Fvo : kecepatan perjalanan dasar (km/jam)
Fvw : faktor koreksi kecepatan untuk lebar jalan
FCsf : faktor koreksi kecepatan akibat gangguan samping
FFVcs : faktor koreksi kecepatan akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
2.1.2.4Kepadatan Jalan
D = F/S
Dimana :
F = Arus lalu lintas (smp/jam)
S = Kecepatan (km/jam)
D = Kepadatan (smp/km)
2.1.3 Sarana Transportasi
Sarana transportasi adalah kendaraan atau moda angkutan yang bergerak di jalan,
digunakan untuk memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lain
melalui darat, laut maupun udara (Warpani, Suwardjoko 2002 dalam Watiningrum, Fajar.
2005).
Secara umum sarana transportasi adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan
untuk pelayanan angkutan orang dengan trayek angkutan tetap dan teratur. Sarana
transportasi dapat dimanfaatkan oleh setiap penduduk dengan memberikan imbalan jasa
berupa biaya transportasi yang besarnya sudah ditetapkan (Retnowati, 2004 dalam
Watiningrum, Fajar. 2005).
18 Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1992, angkutan kendaraan umum terdiri dari :
1. Angkutan Pedesaan, merupakan pemindahan orang antar wilayah pedesaan
2. Angkutan Kota, merupakan pemindahan orang dalam wilayah perkotaan
Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam kota
dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, berupa mobil jenis minibus
atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan kadang juga dibantu oleh seorang
kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu supir dalam
perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-lain). Setiap
jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka.
Tarif angkot biasanya ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, namun
orang yang menumpang jarak pendek atau anak sekolah biasanya membayar lebih
sedikit. Hal ini tidak dirumuskan dalam peraturan tertulis, namun menjadi praktik
umum. Semua angkot di Indonesia memiliki plat nomor berwarna kuning dengan
tulisan warna hitam, sama dengan kendaraan-kendaraan umum lain.
3. Angkutan Antar Kota, merupakan pemindahan orang dalam wilayah luas dalam
antar Propinsi
4. Angkutan Lintas Negara, merupakan angkutan orang melalui batas Negara.
Angkutan umum sangat dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar masyarakat perkotaan yang berpenghasilan menengah ke bawah
akan menggunakan angkutan umum untuk menunjang kegiatan sehari-hari sehingga
mobilitas jasa angkutan umum ini sangat dirasakan penting keberadaannya. Selain itu,
angkutan umum harus direncanakan dan dikoordinasikan sebaik-baiknya sehingga
pelayanan angkutan umum bisa menjamaah setiap inci dari daerah perkotaan yang ada
khususnya daerah permukiman, daerah perkantoran dan pertokoan. (Abbas Salim, 1993).
Angkutan umum perkotaan adalah merupakan salah satu tulang punggung (backbone)
ekonomi perkotaan dimana kota yang ”baik” dan “sehat” dapat ditandai dengan melihat
kondisi sistem angkutan umum perkotaannya. Hal ini disebabkan karena transportasi tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia selama hal itu dibutuhkan dan
pendistribusian bahan, pergerakan aktivitas manusia maupun barang sebagai komponen
mikro suatu perekonomian. Sektor transportasi harus mampu memberikan kemudahan
bagi seluruh masyarakat dalam segala kegiatan di semua lokasi yang berbeda dan tersebar
dengan karakteristik fisik yang berbeda pula. Transportasi yang aman dan lancar, selain
mencerminkan ketaraturan kota, juga mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian
kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19 2.1.3.1Jumlah sarana transportasi umum
Kebutuhan akan jasa-jasa transportasi ditentukan oleh barang-barang dan
penumpang yang akan diangkut dari satu tempat ke tempat yang lain. Penyediaan
jasa-jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan
permintaan akan jasa transportasi secara menyeluruh. Tiap moda transportasi
mempunyai sifat, karakteristik, dan aspek teknis yang berlainan, yang akan
mempengaruhi jasa-jasa angkutan yang ditawarkan oleh pengangkutan (Abbas Salim,
1993).
2.1.3.2Tarif sarana transportasi umum
Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk para pemakai
jasa angkutan yang disusun secara teratur. Pembebanan dalam harga dihitung menurut
kemampuan transportasi. Adapun jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Tarif menurut trayek
Tarif menurut trayek angkutan berdasar atas pemanfaatan operasional dari moda
transportasi yang dioperasikan dengan memperhitungkan jarak yang dijalani oleh
moda transportasi tersebut (km/miles).
2. Tarif lokal
Tarif lokal adalah tarif yang berlaku dalam satu daerah tertentu.
3. Tarif diferensial
Tarif diferensial adalah tarif angkutan dimana terdapat perbedaan tinggi tarif
menurut jarak, berat muatan, kecepatan atau sifat khusus dari muatan yang
diangkut.
Penentuan harga jasa angkutan pada saat dan tempat tertentu sebagai hasil dari
jumlah jasa-jasa angkutan yang diminta (demand) dan jumlah jasa-jasa angkutan
tersedia (supply). Di dalam jasa transportasi produksi dan konsumsi jasa-jasa angkutan
berlangsung secara serentak dan sinkron, sehingga pembentukan harga berasal dari
segi produsen, maupun dari segi konsumen. (Abbas Salim, 1993).
2.1.4 Sistem Organisasi Transportasi
Sesuai dengan GBHN 1993, dalam usaha untuk menjamin terwujudnya sistem
pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungannya,
maka terdapat sistem kelembagaan yang meliputi individu, kelompok, lembaga, dan
instansi pemerintah serta swasta yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung