• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Efektivitas Metode Simulasidan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu-Ibu Rumah TanggaDalam PenanggulangandanPencegahan Diaredi Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh UtaraTahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Efektivitas Metode Simulasidan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu-Ibu Rumah TanggaDalam PenanggulangandanPencegahan Diaredi Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh UtaraTahun "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Hal ini dimungkinkan karena secara geografis

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, memiliki lebih dari 128 gunung berapi aktif, dan sekitar 150 sungai, baik besar maupun kecil, yang melintasi wilayah padat penduduk. Hampir setiap kejadian bencana menimbulkan

permasalahan kesehatan seperti korban meninggal, menderita sakit, luka – luka, pengungsi dan masalah gizinya, serta masalah air bersih dan sanitasi lingkungan yang

menurun ( Depkes RI, 2011).

Salah satu kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di negara kita adalah banjir akibat dari perubahan iklim yang terjadi dari pemanasan gobal. Akibat

pemanasan global terjadi pencairan es dikutup dan meningkatnya permukaan air laut, musim hujan yang berkepanjangan dan angin topan. Disamping itu banjir juga di picu

oleh perilaku masyarakat yang buruk seperti membuang sampah ke sungai sehingga merusak badan sungai, berkurangnya daerah resapan air hujan akibat pembangunan dan tata ruang yang tidak terencana ditambah lagi dengan perilaku penebangan hutan

secara liar ( Notoatmodjo,2007).

Menurut berita yang ditulis Subiantoro di Antara News. Com, Tanggal 17

(2)

lingkungan dan fasilitas pembangunan, banjir juga menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Banjir merupakan penyebab tersebarnya agent penyakit dan wabah

penyakit menular seperti diare, cholera, typoid dan leptospirosis.

Diantara 1.254 korban banjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur ada 231 korban banjir yang terserang penyakit diare atau sekitar 18,4%. Dimana 78 orang

yang mengungsi di Posko Sudin Kesehatan Jakarta Timur dan 153 orang yang di Masjid At-Tawabin. “Kebanyakan warga mengidap diare terutama anak-anak," ujar

Kasudin Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin, Jumat (18/01/2013). Hal ini terjadi akibat perubahan pada tiga faktor segitiga epidemiologi yaitu agent(kuman penyakit), host (daya tahan tubuh menurun) dan environment ( sanitasi yang buruk).

Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan oleh Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Medical Relief di 51 titik banjir di Jakarta dengan 3.000 pasien

korban banjir menunjukkan bahwa 4 penyakit yang terbanyak diderita korban bencana banjir adalah diare, ISPA, leptospirosis dan penyakit kulit (Yunizar, 2013). Sedangkan menurut data dari Departemen Kesehatan menunjukkan diare menjadi

penyakit pembunuh kedua pada balita Indonesia setelah radang paru atau peneumonia ( Depkes RI, 2011).

Saat terjadi bencana banjir dengan atau tanpa pengungsian terjadi kerusakan lingkungan yang menyebabkan rendahnya kualitas sanitasi, kurangnya persediaan air bersih, kebersihan diri dan kebersihan makanan yang dikonsumsi tidak memadai dan

(3)

kualitas air minum yang buruk dapat menyebabkan wabah diare bila tidak di ambil tindakan yang cepat dan tepat ( Metrotvnews.com,2013).

Menurut data dari WHO penyakit diare membunuh satu anak di dunia setiap 15 detik, karena akses terhadap sanitasi yang sangat rendah terutama dalam keadaan kedaruratan pasca bencana seperti banjir. Hal ini memberi efek yang sangat luas

hingga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. Di Amerika lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius terjadi

disetiap tahunnya, yang merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan ada sekitar 4 milliyar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta kasus pertahun di dunia. Bila angka ini

diterapkan di Indonesia setiap tahun sekitar 100 juta episode kejadian diare akut terjadi pada orang dewasa (Zein, 2011).

Kemudian Kurnia Fitri Jamil, pakar tropik infeksi dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, dalam 13th Jakarta Antimicrobial Update 2012, menyampaikan bahwa bencana alam merupakan faktor risiko yang penting bagi kejadian luar biasa

(outbreak). Jamil menyebutkan transmisi penyakit infeksi sesungguhnya bukan terjadi secara langsung akibat bencana alamnya melainkan terjadi secara sekunder.

Hal itu disebabkan eksaserbasi dari faktor risiko penyakit yang sudah ada sebelumnya. Bencana alam hanya menjadi faktor presipitasi.

Diare juga merupakan masalah yang sudah dipastikan ada pada populasi

(4)

mereka menuntut sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi yang memadai. Secara lugas, diare merupakan penyebab mayor kematian terkait bencana yang bukan

merupakan dampak trauma langsung saat bencana terjadi. Kematian terkait diare ini mencapai 40% (Jamil,2012).

Kebanyakan diare disebabkan oleh virus rotavirus, bakteri E. Coli sebagai

penyebab lansung diare akut yang terjadi hampir pada 85% dari seluruh kejadian diare, dengan angka kematian sekitar 8 dari 1.000 penderita, dan kebanyakan

disebabkan oleh dehidrasi. Sebagai tenaga kesehatan, kita harus menyiapkan antibiotik, obat anti-diare, serta cairan infus untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait diare. (Sofwan, 2010).

Akan tetapi yang tidak kalah penting adalah upaya – upaya penanggulangan dan pencegahan diare pada masyarakat rawan bencana banjir terutama kepada ibu-ibu

rumah tangga dengan memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya mitigasi yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak dari bencana. Ibu rumah tangga adalah orang yang sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan seluruh anggota

keluarganya karena aktivitasnya dalam menyiapkan makanan, mengajarkan anak-anak pola hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan sebelum makan,

menggunakan jamban, membuang sampah, dan lain-lain ( Haryanto, 2010).

Oleh karena itu perlu suatu upaya terpadu dan menyeluruh dari semua pihak untuk upaya pencegahan diare pasca banjir melalui perencanaan yang matang melalui

(5)

semua sumber karena salah satu tujuan khusus upaya kesehatan adalah menghindarkan manusia dan lingkungannya dari dampak bencana yang terjadi baik

akibat ulah manusia maupun alam, melalui upaya-upaya surveilans epidemiologi, pencegahan dan penanggulangan bencana yang dilakukan secara terpadu dengan peran masyarakat secara aktif melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan

masyarakat menghadapi ancaman bencana termasuk resiko wabah diare pasca banjir ( Rahmat , 2004).

Menurut Leavel dan Clark dalam Ali (2010), salah satu upaya pencegahan primer untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan dengan mengolah pola pikir orang agar ia dapat berpikir

rasional, objektif, mampu secara sadar mewujudkan pengetahuan tentang kesehatan dalam kehidupan sehari–harinya. Bahkan diharapkan orang tersebut mampu

menularkan pengetahuannya kepada orang lain.

Untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan perlu alih pengetahuan dan alih tehnologi tentang cara kerja, penggunaan alat bantu dalam melaksanakan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat, cara pendekatan ke masyarakat merupakan hal-hal

yang memegang peranan penting mencapai keberhasilan. Cara bekerja sambil belajar

(learning by doing), pemahaman dan penghayatan tentang pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan peran pendidik kesehatan (tenaga penyuluh) sebagai anggota dari tim kesehatan masyarakat desa dapat lansung diterapkan. Karena pendidikan

(6)

pendidikan kesehatan dilaksanakan bersama program kesehatan dan masyarakat (Ali,2010).

Menurut Wijayanti (2008), sebagai staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kesehatan, penyuluhan/pendidikan kesehatan yang diberikan dalam rangka pencegahan penyakit diare pasca bencana banjir meliputi : menjaga

kebersihan diri dan lingkungan, mencuci tangan dengan sabun, meminum air minum yang telah diolah, menggunakan air yang tidak terkontaminasi, pengelolaan sampah

yang baik dan membuang air besar pada tempatnya akan mengurangi penularan diare. Dalam keadaan bencana inisiatif rakyat untuk menolong diri dan keluarganya terutama untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit dapat dibangun

dengan upaya pendidikan kesehatan untuk sadar dan siaga bencana dengan perilaku-perilaku yang menunjang kesehatan dalam kedaaan tidak bencana/pra bencana

(Depkes RI, 2011).

Hal ini terbukti saat WHO (2010), melakukan sebuah survey dibeberapa negara berkembang yang rawan bencana tahun2007,dari hasil studinya menunjukkan

angka kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 39% dengan

pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun 94%.

Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu upaya yang strategis untuk

(7)

tersebut adalah metode pembelajaran yang digunakan, disamping media dan alat bantu. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahfiluddin tentang

model KIE untuk meningkatkan pengetahuan dan praktek kebersihan diri anak sekolah dasar sebagai upaya penunjang pencegahan penyakit cacingan di Kota Madya Semarang tahun 2009 dengan hasil setelah dilakukan pemberian buku saku

pengetahuan siswa meningkat. Siswa berpengetahuan rendah turun dari 88,2% menjadi 13.1%, berpengetahuan sedang dari 11,8% menjadi 65,8% dan

berpengetahuan baik dari 0% menjadi 21,1% sedangkan pada SD kontrol tingkat pengetahuan siswa tetap tidak mengalami perubahan.

Sedangkan penelitian Rustiawan (2010), tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas lingkungan serta hubungan dengan kejadian diare dan status gizi anak balita yang dilakukan di 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo Jawa

Tengah tahun 2010, dari analisis data disimpulkan bahwa kualitas lingkungan dan sumber air bersih sangat menentukan kejadian diare, dan kualitas lingkungan sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga dan pendidikan orang tua.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dewi, tentang pengembangan model ceramah pada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh kader kepada ibu-ibu

pengunjung posyandu agar menjaga kesehatan gigi anak balitanya di Kecamatan Medan Amplas Medan tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa metode pengembangan yang disertai dengan demonstrasi dan simulasi lebih baik daripada

(8)

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Badan PPSDMK, Pusat Data dan Informasi; Profil Kesehatan

Provinsi Aceh Tahun 2011, Provinsi Aceh terletak di ujung barat negara Indonesia yang terdiri dari 18 Kabupaten dan 5 Kotamadya, 286 Kecamatan, 6.429 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 58.044.39km2 dan jumlah penduduk laki-laki

2.300.442 jiwa dan perempuan 2.296.866 jiwa. Jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki provinsi ini adalah 144 puskesmas perawatan dan 186 puskesmas non

perawatan, dengan jumlah rumah sakit pemerintah dan swasta sebanyak 59 buah dan berbagai jenis Sumber daya manusia kesehatan dengan jumlah UKBM Posyandu 7.384 buah dan poskesdes 2002 buah.

Data yang diperoleh dari Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI tahun 2012, urutan 10 penyakit terbesar yang diderita masyarakat Aceh adalah diare dan

gastroenteritis masih berada diurutan pertama dengan proporsi kasus laki-laki 51,86%, perempuan 48,14% dengan Case Fatality Rate ( CFR) 1,79%. Sedangkan angka Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare dari tahun ke tahun cenderung meningkat

dengan CFR tahun 2010 yaitu 2,48% dan CFR tahun 2011 menjadi 5%. Hal ini juga diduga ada hubungan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku masyarakat yang

belum menunjang kesehatan apalagi pasca bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah Kabupaten seperti Aceh Utara, Bireuen, Pidie Jaya, Sigli, Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Dimana penderita diare yang paling rawan

(9)

Sedangkan Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu Kabupaten di Aceh yang rawan terjadi banjir. Ada beberapa wilayah yang hampir setiap tahunnya terjadi

banjir. Berdasarkan data laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Utara periode Januari sampai Desember Tahun 2012 telah terjadi banjir dibeberapa Kecamatan di Wilayah Kabupaten Aceh Utara yaitu Kecamatan

Matangkuli menggenangi 20 (dua puluh) Gampong dengan ketinggian air 30-80 Cm dengan jumlah korban 853 KK atau 4.334 jiwa,Kecamatan Tanah Luas menggenangi

18 ( delapan belas) Gampong, 3 (tiga) kemukiman akibat meluapnya Krueng Keureto dengan ketinggian air mencapai 1 meter, dan yang menjadi korban 1.631 KK atau 7.455 jiwa, Kecamatan Simpang Keuramat, Kuta makmur, Pirak Timu, Lhoksukon,

Muara Batu dan Sawang, bahkan diantara Kecamatan tersebut terjadi banjir 2 sampai 3 kali banjir dalam setahun, seperti Kecamatan Matangkuli, dan Pirak Timu.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti ke Puskesmas Matangkuli Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu puskesmas dengan wilayah kerja yang rawan banjir, didapatkan data telah terjadi peningkatan

frekuensi beberapa penyakit pasca bencana banjir salah satunya adalah penyakit diare, dimana puncak frekuensinya terjadi pada 2 hari sampai seminggu pasca

bencana banjir (

Dari uraian di atas diperlukan suatu upaya yang sistematis, terpadu dan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya peningkatan frekuensi penyakit diare

(10)

ancaman banjir datang sehingga dapat mencegah kejadian KLB serta ancaman wabah diare di wilayah bencana.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada perbedaan efektivitas metode simulasi dan media leaflet terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga dalam

penanggulangan dan pencegahan diare akibat infeksi di daerah rawan banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara?

1.2. Permasalahan

Metode pendidikan kesehatan yang baik dan media yang tepat akan memberi pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Akan tetapi dari hasil pengamatan dilapangan fenomena yang didapat di daerah rawan bencana banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara menunjukkan pendidikan kesehatan belum

memberi pengaruh positif terhadap hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya frekuensi penyakit berbasis lingkungan terutama diare pasca bencana

banjir, walaupun pendidikan kesehatan terus dilakukan oleh petugas, hal ini mungkin dipengaruhi oleh pemilihan metode dan media yang kurang tepat dengan sasaran.

Oleh karena itu penulis ingin meneliti apakah ada perbedaan efektivitas

metode simulasi dan media leaflet terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga dalam penanggulangn dan pencegahan diare di daerah rawan banjir di

(11)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai perbedaan efektivitas metode

simulasi dan media leaflet terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga dalam penanggulangan dan pencegahan diare di daerah rawan banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara.

1.4. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan efektivitas metode simulasi dan media leaflet terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga dalam

penanggulangan dan pencegahan diare daerah rawan banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara.

Ha : Ada perbedaan efektivitas metode simulasi dan media leaflet terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga dalam penanggulangan dan pencegahan diare di daerah rawan banjir di Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh

Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya rawan bencana

banjir dalam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan mengevaluasi metode dan media pendidikan kesehatan tentang penanggulangan dan pencegahan diare kepada masyarakat terutama ibu – ibu rumah tangga sehingga

(12)

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara untuk melatih tenaga penyuluh kesehatan yang mampu menggunakan segala metode

dan media pembelajaran yang efektif agar tujuan pendidikan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat terutama ibu – ibu rumah tangga tercapai.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti terutama tenaga promosi kesehatan di

wilayah bencana untuk merancang dan mengembangkan suatu metode pendidikan kesehatan yang tepat sasaran sesuai kebutuhan untuk mencapai tujuan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk menunjukkan kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika digunakan indikator tahapan dalam menyelesaikan soal cerita matematika

Oasis GA3 30 mg per tanaman dapat mempercepat saat panen antara 3 5-4 5 memeberikan pertarnbahan luas daun yang terbesar minggu lebih cepat dibanding kontrol Tanarnan yang

“Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Study pada PT. Sido Muncul Kaligawe

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) mencermati bahwa perubahan paradigma dari pertanian dalam arti sempit sebagai penyedia biomass (pangan dan serat)

Penelitian ini berjudul “ Konsep dan Capaian Estetis Tale dalam Pertunjukan Seruling Bambu di Kabupaten Kerinci, Jambi ”, bertujuan.. mengetahui konsep tale dalam

Nanda, Ricko Lisia, Aplikasi Mobile Peta Wisata Kota Salatiga Berbasis Web.. Services Dengan Menggunakan Sistem Operasi Android, Salatiga,

[r]