PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Saat ini banyak sekali yang telah menerapkan teori-teori untuk menganalisis sebuah wacana berita ataupun iklan. Hal itu karena cakupan dimensinya yang luas serta dampak yang dapat dilihat. Namun jarang yang melirik pada salah satu jenis wacana berdasarkan
bentuknya yaitu wacana lisan, atau wacana yang berupa tuturan baik itu disengaja atau diskenariokan juga yang bersumber pada realitas atau kenyataan.
Wacana lisan juga mengandung maksud, situasi, dan rangkaian penggunaan
bahasa.Berdasarkan medianya sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan sebuah teori. Salah satu teori yang dapat digunakan adalah teori kerjasama dan kesantunan milik Grice. Dalam prinsip-prinsip yang dikemukakan Grice dapat dianalisis suatu wacana lisan yang dalam hal ini dicontohkan sebagai dialog memenuhi maksim-maksim. Misalnya maksim kualitas. Dalam hal ini ujaran dituntut kebenarannya dengan menunjukkan bukti-bukti atau hal tersebut telah diketahui oleh banyak orang sehingga benar.
Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan menganalisis sebuah teks dialog dalam buku Slilit sang Kiai milik Emha Ainun Nadjib. Penulis memilih teks dialog tersebut karena secara ringkas menceritakan sebuah diskusi antara dua orang yang di dalamnya banyak terdapat perbedaan pendapat sehingga relevan untuk penerapan teori prinsip kerjasama milik Grice dan prinsip kesantunan untuk menganalisisnya.
RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi wacana? 2. Apa definisi dialog?
3. Jika diterapkan teori Prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan apakah ujaran telah memenuhi beberapa prinsip yang terdapat dalam teori?
KAJIAN PUSTAKA
Prinsip Percakapan
Menurut Rustono (1999:51) prinsip yang mengatur mekanisme percakapan antar pesertanya agar dapat bercakap-cakap secara kooperetif dan santun disebut prinsip percakapan. Dari batasan itu dapat dikemukakan prinsip percakapan itu mencakup dua prinsip, yaitu prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan.
1. Prinsip Kerja Sama
Prinsip kerja sama adalah prinsip yang mengatur apa yang harus dilakukan oleh peserta tutur agar percakapannya terdengar koheren. Menurut Rustono (1999:53) penutur yang tidak memberikan kontribusi terhadap koherensi percakapan sama dengan tidak mengikuti prinsip kerja sama. Jawaban seorang anak yang berbunyi “Besok hari Minggu, Bu.” Atas pertanyaan ibunya “Sudah belajar?” sepintas tidak koheren dan tampak melanggar prinsip kerja sama. Atas dasar makna luarnya jawaban anak itu tidak relevan dengan pertanyaan ibunya karena menurut makna ini jawaban si anak mestinya “Sudah, Bu.” atau “Belum, Bu!”. Akan tetapi, seandainya diketahahui bahwa pertanyaan ibunya tadi berupa peringatan supaya anak itu belajar percakapan ibu dan anaknya itu koheren.
Menurut Grice (1975 dalam Rustono,1999:54, dalam Rahadi,2008:52) prinsip kerja sama itu meliputi empat maxim, yaitu (1) maksim kuantitas (maxim of quantity, (2) maksim kualitas (maxim of quality), (3) maksim relevansi (maxim of relevance), dan (4) maksim pelaksanaan/cara (maxim of manner).
a. Maksim Kuantitas
Menurut Rahardi (2008:53) di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Tuturan yang tidak mengandung informasi atau melebihi yang diperlukan mitra tutur dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama maksim kuantitas. Perhatikan tuturan mahasiswa S2 Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Unnes kepada rekannya yang juga kuliah S2 di prodi yang sama.
(1) “Lihat itu Prof. Rustono memasuki ruang kuliah.”
(2) “Lihat itu Prof. Rustono, dosen mata kuliah Pragmatik yang menjabat dekan FBS, Unnes memasuki ruang kuliah.”
Tuturan (1) merupakan tuturan yang sudah jelas dan sangat informatif isinya. Penambahan informasi seperti yang ditujunjukkan pada tuturan (2) justru akan menyebabkan tuturan menjadi berlebihan dan terlalu panjang. Tuturan (2) tidak sesuai dengan prinsip kerja sama maksin kuantitas.
b. Maksim Kualitas
Maksim kualitas mempersyaratkan seorang penutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Menurut Rustono (1999:56), maksim ini berisi nasihat untuk memberikan kontribusi yang benar dengan bukti-bukti tertentu. Dua ajaran maxim ini adalah “Jangan mengatakan apa yang Anda yakini salah!” dan “Jangan mengatakan sesuatu yang Anda tidak mempunyai buktinya!”
Untuk baca lebih lengkap silahkan kunjungi link berikut
http://www.jurupapat.ml/2017/12/analisis-wacana-kritis-pengantar-dan.html