• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan dalam PDRB yang disebabkan ole (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perubahan dalam PDRB yang disebabkan ole (1)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii RINGKASAN

Perekonomian Sulawesi Tenggara dalam satu dasawarsa terakhir telah tumbuh dengan mencengangkan. Pertubuhan ini menyebabkan naiknya standar hidup masyarkat Sulawesi Tenggara, baik dalam aset, konsumsi pangan masyarakat maupun naiknya Indeks Pembangunan manusia.

Dalam teori pembangunan, pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik kemampuan daerah (internal) maupun pengaruh masuk faktor luar (ekternal) yang secara bersama-sama memberikan andil dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini mencari tahu posisi relatif perekonomian Sulawesi Tenggara pada konteks perekonomian nasional menggunakan model analisis yang disebut dengan Shift-share analysis. Hasil penelitian menunjukkan beberapa sektor perekonomian tumbuh melebihi pertumbuhan nasional, dan beberapa lainnya tumbuh dibawah pertumbuhan perekonoian nasional. Sektor pertambangan paling menonjol pertumbuhannya di Sulawesi Tenggara, sementara itu sektor pertanian mengalami kemunduran.

(4)

iv PRAKATA

Rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah swt, karena atas berkat yang

diberikan, penelitian ini dapat diselesaikan sesuai jadwal perencanaan.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua stakeholder yang terlibat,

dan telah memberikan dukungan atas terlaksananya penelitian, yakni ;

1. Rektor Universitas Halu Oleo

2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo

3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo

4. Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara,serta

5. Semua pihak terkait lainnya yang tak dapat kami sebutkan.

Semoga Allah merahmati mereka.

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN... iii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Penelitian Terdahulu ... 3

2.2. Pertumbuhan Ekonomi 4 2.3. Shift-Share Analysis... 5

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 9 3.1. Tujuan... 9

3.2. Manfaat... 9

BAB 4. METODE PENELITIAN 9 4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 9

4.2. Jenis Data Penelitian ... 9

4.3. Metode Pengumpulan Data... 10

4.3. Teknis Analisis Data ... 10

BAB. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN... 13

5.1. Profil Sulawesi Tenggara... 13

5.2. Kinerja sektor-sektor ekonomi Sulawesi Tenggara... 16

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29

(6)

vi

DAFTAR TABEL

No Hal.

1 Peran Sektor Ekonomi Dalam PDRB Sulawesi Tenggara 2007-2011... 19

2 PDRB Sulawesi Tenggara dan PDB Indonesia 2007 -2011

atas dasar harga konstan 2000... 22

3 Komponen-komponen pertumbuhan dalam PDRB

Sulawesi Tenggara tahun 2007 - 2011 (dalam persen)... 23

4 Pertumbuhan riil masing-masing komponen terhadap PDRB Sulawesi

Tenggara tahun 2007 – 2011 (jutaan rupiah)... 25

5 Pertumbuhan Sektor Pertanian Sulawesi Tenggara 2007-2011... 26

6 Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Sulawesi

Tenggara 2007-2011... 29

(7)

vii DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Komposisi Sektor Ekonomi Sulawesi Tenggara Tahun

(8)

1 BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Struktur ekonomi dan masyarakat di negara maju dan negara berkembang sangat berbeda, hal ini menyebabkan masalah pembangunan serta kemampuan negara tersebut dalam mengatasi masalah pembangunan juga berbeda. Keadaan demikian menyebabkan pula perbedaan dalam corak prioritas dalam tujuan maupun dalam kebijakan pembangunan.

Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pusat di daerah dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan nasional. Sebaliknya pembangunan nasional akan mengundang dampak positif terhadap pembangunan di daerah.

Pembangunan ekonomi di daerah Sulawesi Tenggara dapat dilihat melalui perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Pembangunan ekonomi di Sulawesi Tenggara yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian pembangunan yang dirasakan masyarakat merupakan agregate pembangunan dari 12 kabupaten dan kota (Hadini, 2013). Kesenjangan pendapatan antar kabupaten dan kota di Propinsi Sulawesi Tenggara haruslah menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan pembangunan.

PDRB Sulawesi Tenggra tahun 2007 telah berkembang dengan laju pertumbuhan mencapai 7,96 persen. Besarnya pertumbuhan ini disumbang oleh pertumbuhan sektor pertanian 5,60 persen, sektor pertambangan dan penggalian 23,84 persen, sektor industri pengolahan 10,42 persen, sektor listrik, gas dan air bersih 6,39 persen, sektor konstruksi dan bangunan 9,05 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 9,32 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 5,83 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,83 persen dan sektor jasa-jasa 5,99 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tahun 2011 mencapai 8,66 persen. Berarti telah terjadi peningkatan pertumbuhan sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2011.

PDRB Sulawesi Tenggara merupakan salah satu indikator untuk

(9)

2 daerah semakin menurun. Padahal dalam penyerapan tenaga kerja sektor pertanian masih dominan (Berita Resmi BPS, 2012).

Menurut Balaka (2012) persoalan pokok dalam pembangunan daerah terletak pada sumberdaya dan potensi yang dimiliki guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang tersedia dalam daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk pembangunan perekonomian wilayah. Lebih lanjut dikatakan oleh Balaka (2012) pembangunan tidak dapat dilakukan serempak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor perekonomian yang

potensi berkembangnya cukup besar.

Perubahan-perubahan sektor dan perkonomian Sulawesi Tenggara sepanjang

tahun dapat diketahui dengan menguji berbagai indikator yang menentukan perubahan. Berkaitan dengan itu kegiatan yang direncanakan dan dilakukan adalah menelusuri kinerja perekonomian Propinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ketahun.

Salah satu metode yang digunakan untuk menguji perubahan relatif perekonomian Sulawesi Tenggara, yakni menggunakan metode yang disebut dengan analisa shift-share. Metode ini telah banyak gunakan untuk menguji perekonomian diberbagai negara atau suatu wilayah atau daerah tertentu dengan menggunakan data empirik.

Demikian diharapkan dapat diperoleh suatu hasil temuan yang dapat memperlihatkan komposisi relatif perekonomian Sulawesi Tenggara sepanjang tahun. Sehingga dapat menjandi masukan untuk pengambilan kebijakan pembangunan di Propinsi Sulawesi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dikemukakan sebagai berikut :

1. Sektor manasaja di Sulawesi Tenggara yang memiliki tingkat pertumbuhan melebihi tingkat pertumbuhan nasionalnya.

(10)

3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan tentang perubahan struktur ekonomi telah banyak dilakukan baik didalam negeri maupun diluar negeri oleh beberapa peneliti, diantaranya Hadini (2013) tentang pertumbuhan beberapa Kabupaten yang telah maju di Propinsi Sulawesi Tenggara ; Menurut Hadini pola dan struktur pertumbuhan ekonomi kabupaten kota di Propinsi Sulawesi Tenggara menurut ukuran Tipologi Klassen dikelompokkan menjadi empat klasifikasi ; (1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh, (2) derah maju tapi tertekan; (3) daerah berkembang pesat dan (4) daerah relatif tertinggal. Balaka (2012) tentang penyebab tumbuh dan berkembangnya Kota Kendari akibat kebijakan perekonomian masa lalu di Kota Kendari ; menyimpulkan bahwa arah perekonomian Kota Kendari didominasi oleh sektor tersier sebagai sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB selama kurun waktu 2005-2010. Perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah faktor disamping itu juga dipengaruhi oleh intervensi pemerintah didalam pelaksanaan kegiatan ekonomi. Antariksa (2010) melakukan penelitian tentang

komoditi unggulan di Kabupten Konawe Utara yang menjadi salah pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Menurut Antariksa (2010) Penyebaran komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Kolaka Utara tersebar secara merata dimasing-masing kecamatan, hal ini disebabkan karena pola pemanfaatannya masih tradisional, untuk itu pilihan-pilihan kebijakan dengan pola kegiatan identifikasi, ekstensifikasi , diversifasi, serta rehabilitas yang diarahkan untuk menunjang pengembangan wilayah dalam bentuk sentra komoditas unggulan.

(11)

4 2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Djojohadikusumo (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Ukuran keberhasilan ekonomi adalah kenaikan pendapatan perkapita atau produksi total. Sementara itu Sicat dan Arndt (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam memproduksi aneka barang dan jasa bagi rakyatnya. Peningkatan ini bertumpu pada kemajuan teknologi produksi, yang secara konvensional pertumbuhan diukur dengan kenaikan pendapatan perkapita. Selanjutnya Sicat dan Arndt mengatakan pembangunan adalah konsep yang lebih luas, konsep ini menyangkut pula modernisasi lembaga, baik yang bersifat

pemerintah, kota dan desa dan cara berfikir, tidak saja berkenan dengan tujuan agar dapat memproduksi secara efesien, melainkan agar mengkonsumsi secara rasional

dan hidup lebih baik. Kesemuanya itu membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi dan mendahului atau bersamaan dengan perubahan sosial.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pekembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah maupun kualitasnya. Investasi akan bertambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan mereka ( Sukirno dalam Hadini, 2012). Lebih lanjut disampaikan oleh Sukirno dalam Hadini, 2012, dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari pendapatan nasional riil. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan

(12)

5 yaitu pada harga-harga yang berlaku di tahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.

Model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal adalah yang dikemukakan oleh Harrod-Domar dalam Djojohadikusumo, (1994) yang tertarik untuk menemukan tingkat pertumbuhan pendapatan yang memadai dan tidak mengganggu jalannya perekonomian. Perhatian Harrod dipusatkan pada perhatian yang harus dipenuhi untuk memelihara equilibrium antara tabungan-investasi –pendapatan dalam dinamika pertumbuhan ekonomi. Kesimpulan pokok dalam analisis Harrod : dalam proses pertumbuhan, melekat secara inheren unsur ketidakstabilan yang sewaktu-waktu dapat mengganggu kondisi ekuilibrium. Hal ini yang disebut instability

theorem yang mendasari teori Harrod. Konsekwensi dari instability theorem adalah diperlukan intervensi kebijakan negara untuk menanggulangi gangguan

ketidakstabilan yang melekat dalam proses pertumbuhan itu sendiri.

Domar dalam Djojohadikusumo (1994 ) mengembangkan teorinya tentang dinamika pertumbuhan ekonomi terlepas sama sekali dengan dari karya Harrod. Gagasan Domar berpangkal tolak pada berlakunya asas investement multiplier, sedang dalam analisis Harrod lebih menonjol peran asas akselerasi. Dalam analisis kedua pemikir,baik Harrod maupun Domar, konsep capital output rasio mengambil tempat yang sentral. Selaras dengan garis pemikiran Harrod, Domar berpendapat, jika terjadi penyimpangan dari laju pertumbuhan investasi yang diperlukan untuk menjaga keadaan equilibrium, maka penyimpangan itu akan terus berlangsung. Tidak ada kekuatan tandingan untuk mengembalikan perkembangan keadaan kedalam jalur equilibrium. Untuk hal itu diperlukan intervensi berupa langkah-langkah kebijakan tertentu.

2.3.Shift-Share Analysis

(13)

6 bekerja diberbagai sektor, tetapi karena adanya perubahan kontribusi berbagai sektor ekonomi kedalam produk nasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Chenery dalam Kuncoro (2010) tentang transformasi struktur produksi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri.

Pembangunan suatu wilayah dapat didorong melalui kekuatan-kekuatan sosial ekonomi yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Kekuatan-kekuatan itu terbentuk dalam bentuk faktor-faktor produksi dan permintaan terhadap output terhadap wilayah seperti potensi jumlah penduduk dan pendapatan perkapita,

Djojohadikusumo(1994).

Adanya kenyataan bahwa tiap daerah mempunyai endowment yang berbeda

yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan corak pembangunan daerah masing-masing. Dengan demikian kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat umum tak dapat diterapkan begitu saja pada masing-masing daerah tanpa adanya proses penyesuaian lebih dahulu.

Pembangunan ekonomi sebuah wilayah diharapkan akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan output, pendapatan, dan perubahan indek pembangunan manusia. Pertumbuhan output tersebut akan menyebabkan terbukanya peluang bekerja bagi tenaga kerja, dengan demikian maka pertumbuhan output bermakna pada masyarakat.

Chenery (1987) mengemukakan bila kita hendak mengejar pertumbuhan output, hal yang harus diperhatikan adalah pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang dimaksud umumnya dipisahkan menjadi 3, meliputi : (a) sektor pertanian (b) sektor industri, (c) sektor jasa. Kedudukan sektor yang telah disebut diatas pada perekonomian daerah secara makro pada dasarnya dapat dijelaskan komposisi relatifnya dengan suatu pendekatan shift-share analysis. Shift-Share Analysis telah digunakan secara luas sebagai suatu peralatan untuk mempelajari komponen pertumbuhan regional. Pemanfaatan Shift-Share Analysisini umumnya karena dianggap merupakan peralatan analisis yang akurat. Pendekatan Shift-Share

(14)

7 menganalisis perubahan struktur perekonomian lokal dalam hubungannya dengan perekonomian acuan yang lebih besar.

Shift-Share Analysis mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar wilayah, namun dalam hubungan ini Shift-Share Analysis mengasumsikan bahwa pertumbuhan suatu wilayah dapat dikelompokan kedalam tiga komponen, yaitu : (a) National Growth Component(NGC),

(b) Industrial Mix Growth Component(IGC) dan, (c) Regional Share Growth Component(RGC). Masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

(a). NGC : NGC merupakan perubahan pendapatan pada suatu wilayah yang

disebabkan oleh pendapatan secara umum, adanya perubahan kebijaksanaan ekonomi secara nasional, atau karena adanya perubahan dalam hal-hal yang

mempengaruhi perekonomian wilayah dan sektor-sektor ekonomi secara seragam, misalnya devaluasi mata uang negara, trend inflasioner, pengangguran, kebijaksanaan perpajakan, dan sebagainya. Jika diasumsikan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar wilayah atau sektor, maka pengaruh perubahan diatas pada berbagai wilayah dan sektor kurang lebih sama, sehingga sector akan bertumbuh sama dengan tingkat pertumbuhan nasional.

Lucas dan Prim (1979 ) telah mengemukakan bahwa : NGC merupakan perubahan dalam Produk Domesti Bruto (PDB)yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi-kondisi perekonomian nasional yang mempengaruhi perekonomian semua daerah dan sektor ekonomi secara seragam. Jika dianggap bahwa tidak terdapat perbedaan ciri-ciri ekonomi antara daerah dan sektor ekonomi, maka perubahan-perubahan diatas terhadap daerah-daerah kurang lebih akan sama, setiap daerah dan sektor ekonomi akan bertubuh dengan tingkat yang hampir sama dengan tingkat pertumbuhan nasional. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan pendapatan nasional dari setiap sector pada tahun dasar dengan presentase perubahan pendapatan nasionalnya.

(b). IGC : IGC timbul karena adanya perbedaana permintaan pada output akhir, perbedaan ketersediaan bahan mentah, perbedaan kebijaksanaan industri

(15)

8 nasional, atau karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan pendapatan antara suatu sektor ekonomi tertentun secara nasional dengan tingkat pertumbuhan pendapatan total.

Berkaitan dengan pengertian komponen pertumbuhan proporsional ini, Lucas dan Prim (1979 ) telah mengemukakan bahwa IGC timbul karena adanya perbedaan dalam permintaan produk akhir industri atau komoditi, perbedaan dalam penawaran dan ketersediaan bahan baku, perbedaan dalam tingkah laku dan kinerja struktur bagi outputnya. Jadi komponen ini menggambarkan kondisi sektor ekonomi disuatu wilayah apakah bahan baku atau produksinya didatangkan atau dipasarkan dari atau kedaerah lain, atau apakah kebijaksanaan

pemerintah tentang pajak, subsidi, intensif harga dapat membawah kemajuan suatu sektor, atau apakan struktur pasar, tingkah laku konsumen, kondisi

pemasaran dapat mendukung kemajuan suatu sektor atau tidak Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan pendapatan setiap sektor pada tahun dasar dengan tingkat pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara nasional. Hasilnya menunjukan perubahan atau pertumbuhan pendapatan karena adanya pengaruh komponen pertumbuhan proporsional.

(c). RGC : RGC timbul karena adanya peningkatan atau penurunan tingkat pendapatan suatu wilayah yang lebih cepat atau lebih lambat dari wilayah lainnya. Cepat atau lambat pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah ditentukan oleh keunggulan komparatif dukungan kelembagaan, mudahnya kepasar input atau pasar output, infrastruktur sosial dan ekonomi, dan kebijaksanaan ekonomi wilayah yang dimilikinya.

Lucas dan Prim (1979 ) mengemukakan bahwa : RGC timbul dari kenyataan bahwa suatu wilayah mempunyai peningkatan atau penurunan pendapatan wilayah yang lebih tinggi atau lebih rendah dari wilayah lainnya. Suatu wilayah dapat timbul relatif lebih cepat atau lebih lambat dari wilayah-wilayah lainnya adalah tergantung pada keunggulan komparatifnya, kemudahan kepasar, dukungan kelembagaan, persediaan saranan dan prasarana ekonomi, dan kebijaksanaan ekonomi regional.

(16)

9 pendapatan sektor yang sama di wilayah dengan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional sektor tesebut.

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1.Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah ;

1. Menguji perekonoman Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2007- 2011 menggunakan analysis shift-share.

2. Mengidentifikasi masing-masing sektor ekonomi melalui nasional growth component, industrial mix growth, dan regional share growth untuk menemukenali peranan sektor-sektor ekonomi yang menentukan pertumbuhan relatif perekonomian Sulawesi Tenggara.

3.2.Manfaat

Manfaat penelitian meliputi ;

1. Dapat menemukenali sektor- sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2007 hingga

2011.

2. Memperlihatkan perubahan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam perekonmian Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2007 hingga 2011.

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Propinsi Sulawesi Tenggara, dengan jangka waktu penelitian selama 6 bulan

4.2. Jenis Data Penelitian

(17)

10 Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai sumber tidak langsung. Data sekunder penelitian ini meliputi;

(a). Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan mulai tahun 2007 hingga tahun 2011 serta

(b). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan propinsi Sulawesi Tenggara mulai tahun 2007 hingga tahun 2011.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitiaan, tahapan pengumpulan yang dilakukan meliputi dokumentasi, yakni dengan menelaah dokumen dan literatur dan publikasi dari berbagai sumber yang relevan.

4.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shift-Share Analysis. Model ini mengasumsikan bahwa perubahan atau pergeseran pendapatan sektor ke i di wilayah ke j antara tahun dasar dan tahun akhir (tahun terminal) adalah ditentukan oleh tiga komponen pertumbuhan (Archelo, 1984) yaitu :

(a) National Growth Component(NGC)

(b) Industrial Mix Growth Component(IGC) dan (c) Regional Share Growth Componet(RGC).

Untuk menjelaskan metode estimasi secara matematik diperlukan notasi-notasi sebagai berikut :

i = indeks dari sektor-sektor n (i = 1, 2, 3, … n) dalam perekonomian j = indeks dari wilayah m ( j = 1, 2, 3, …, m) dalam suatu wilayah

Dimisalkan terdapat n sektor ( i = 1, 2, 3, …n) dan terdapat m wilayah ( j = 1, 2, 3, …m). dimisalkan pula Gijdan G’ ijadalah PDRB dari sektor ke i dalam wilayah ke j antara tahun dasar dan tahun akhir. Dari notasi-notasi di atas dapat dibuat persamaan perhitungannya uyang dihitung, sebagai berikut :

m

(18)

11 m

Gi =∑G’ij = PDRB sektor i untuk semua wilayah pada tahun akhir J=1

Dengan merumuskan kembali wilayah j = 1, 2, …m, sebagai wilayah nasional ;

n m

Dengan menggunakan notasi-notasi dan asumsi di atas, maka pertumbuhan pendapatan sektor ke i wilayah ke j dapat dipisahkan dalam tiga komponen, yaitu :

(a) National Growth Component (b) Industial Mix Growth Component (c) Regional Share Growth Component Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Gij’ – Gij = Gij = Gij (Ra -1) + Gij(Ri –Ra) + Gij (ri –Ra)

Gij(Ri-Ra) = Perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Industial Mix Growth Component

(19)

12 Untuk melihat besarnya presentase pergeseran atau perubahan PDRB sektor ke i di wilayah ke j, persamaan (1) tersebut dibagi dengan Gij dan hasilnya dikali dengan 100, sehingga diperoleh presentasi perubahan PDRB sebagai berikut :

di mana : (ri -1) = (Ra -1) + (Ri –Ra) + (ri –Ri)

= Persentase perubahan dalam PDRB sektor ke I wilayah ke j

(R – 1) = Persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh National Growth Component

(Ri – Ra) = Persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Industrial Mix Growth

(ri - Ri ) = Persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Regional Share Growth Component

Dari ketiga persamaan masing-masing komponen diatas terdapat ketentuan yang

perlu diperhatikan, yaitu :

(a) Bila suatu sektor mempunyai (Ri – Ra) < 0, sektor tersebut lamban pertumbuhannya dan berpengaruh negative terhadap PDRB.

Sebaliknya bila sektor memiliki (ri – Ra) > 0, sektor tersebut cepat pertumbuhannya dan berpengaruh positif terhadap PDRB.

(b) Bila suatu sektor memiliki (ri – Ra) < 0, sektor tersebut memiliki Regional Share Gorwth kuat di Sulawesi Tenggara.

Sebaliknya bila sektor memiliki (ri – Ra) > 0 sektor tersebut memiliki regional share growth lemah di Sulawesi tenggara.

(c) Jika wilayah Sulawesi Tenggara memiliki (Ri- Ra) + (ri – Ri) > 0 berarti tingkat pertumbuhan Sulawesi Tenggara lebih besar dari pada tingkat National Growth Component.

Sebaliknya bila wilaya Sulawesi Tenggara memiliki (Ri- Ra) + (ri – Ri) < 0 berarti tingkat pertumbuhan regional share growth component Sulawesi Tenggara lebih kecil dari tingkat pertumbuhan pendapatan nasional.

(d). Bila (Ri – Ra) dan (ri – Ri) > 0, sektor tersebut diklasifikasikan unggul. Sebaliknya bila (Ri- Ra) < 0 dan (ri – Ri) > 0, sektor tersebut diklasifikasikan agak unggul.

(e). Bila (Ri-Ra)>0, dan (ri-Ri)<0, sektor tersebut diklasifikasikan agak menurun.

(20)

13 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1. Profil Sulawesi Tenggara 5.1.1. Letak Geografis

Propinsi Sulawesi Tenggara disebelah utara berbatasan dengan propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Nusa Tenggara Timur di Flores, sebelah timur berbatasan dengan dengan Maluku, dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone. Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara, 75 persen, merupakan wilayah perairan. Sedangkan wilayah daratan mencakup jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil yang memiliki wilayah 25 persen. Pada tahun 2011 Propinsi Sulawesi Tenggara terdirir

atas 10 Kabupaten. Dari semua luas wilayah Kabupaten, Kabupaten Kolaka merupakan wilayah terluas yaitu mengambil sebesar 18,14 persen.

5.1.2. Kinerja Perekonomian

Melihat kecendrungan perekonomian Sulawesi Tenggara, sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran besar terhadap PDRB. Peranan sektor pertanian tahun 2011 menurun dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini

(21)

14 Tabel 1. Peran Sektor Ekonomi Dalam PDRB Sulawesi Tenggara 2007-2011

No Sektor 2007 2008 2009 2010 2011

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang diukur berdasarkan

pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan menggembirakan dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2007 sampai 2011 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara selalu diatas 7 persen. Bahkan pada tahun 2011 mencapai angka diatas 8 persen.

Pertumbuhan ekonomi 2011 terjadi pada semua sektor ekonomi, memungkinkan output mencapai Rp.14.020.350 juta angka sementara berdasarkan harga konstan. Hal ini menyebabkan pula terjadi perubahan dalam pendapatan perkapita, meningkat setiap tahun rata-rata mencapai diatas 5 persen.

(22)

15 ekonomi Sulawesi Tenggara melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,81 persen, meski pangsa sumbangan Sulawesi Tenggara masih relatif kecil yaitu sebesar 0,54 persen.

Lebih lanjut Bank Indonesia (2013) melaporkan bahwa dari sisi sektoral, pertanian masih menjadi sektor yang memiliki pangsa terbesar, yang diikuti oleh sektor perdagangan, jasa-jasa dan pengangkutan. Kemudian dari sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi dan investasi memegang peran terbesar dalam pembentukan perekonomian sulawesi tenggara. Dibandingkan dengan periode triwulan I-2013 yang tumbuh sebesar 9,72 persen, pertumbuhan berkutnya lebih rendah. Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan II-2013 sebesar Rp.9,93 Triliun, sementara

atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar 3,72 Triliun.

Dibandingkan dengan propinsi lainnya jumlah penduduk di Sulawesi

Tenggara relatif lebih sedikit. Pada tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak 2.357.334 Jiwa, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 2 persen pertahun dengan kepadatan 61.81 km per penduduk. Ini menunjukkan luas wilayah dan daya dukung alam masih belum terancam dengan meningkatnya jumlah penduduk tersebut.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Sulawesi Tenggara bukannya tanpa masalah, karena jumlah pengangguran juga meningkat. Pada tahun 2012 jumlah penganggur di Sulawesi Tenggara mencapai 41.078 jiwa (BPS, 2012). Tingkat Partisipasi angkatan kerja mencapai 67, 35 persen. Masalah lain yang dihadapai oleh Sulawesi Tenggara adalah tingkat kemiskinan, meskipun menurun sepanjang tahun, tetapi masih memperlihatkan tingkatan yang tinggi, yakni diatas 10 persen, masih dibawah tingkat nasional. Penurunan kemiskinan di Sulawesi Tenggara sejalan dengan naiknya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sepanjang tahun. BPS Sulawesi Tenggara melaporkan bahwa jumlah penduduk miskin tahun sebesar 316.30 jiwa.

Keberhasilan atas pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara ditandai dengan naiknya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2007 sebesar 67,52 persen meningkat menjadi 70.55 persen, menyebabkan Sulawesi Tenggara mencapai peringkat 25, masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Angka melek

(23)

16 sebesar 91,30 persen dengan lama rata-rata sekolah untuk tahun 2012 sebesar 8,21 tahun.

Sebagaimana lasimnya dalam persoalan ekonomi pertumbuhan ekonomi yang tingggi ditandai pula dengan angka inflasi yang tinggi, tahun 2007 mencapai 7,53 persen kemudian naik menjadi 15, 28 persen tahun 2008 dan ditahun 2012 mencapai sebesar 10,41 persen. Dalam keadaan inflasi masih tergolong tinggi, angka gini rasio juga masih diatas 40 persen. Menujukkan pertumbuhan ekonomi yang dikelola dengan tidak merata.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daud(2013) memperlihatkan bahwa pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara 5 tahun di picu oleh pertumbuhan

sektor pertambangan yang ditandai dengan jumlah eksploitasi yang meningkat pula. Peningkatan eksploitasi meningkatkan pula kesenjangan pendapatan masyarakat

sepanjang tahun. Oleh karena perbaikan pengelolaan eksploitasi sektor pertambangan (nikel) di Sulawesi Tenggara di perkirakan dapat menimbulkan pemerataan pembangunan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Namun menurut laporan Bank Indonesia KER (2013) penetapan Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun 2012, memberikan dampak yang cukup significan, tercermin dari pertumbuhan rendah sektor pertambangan sebesar 3,89 persen, yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 40,79 persen.

5.2. Kinerja Sektor-Sektor Ekonomi Sulawesi Tenggara

(24)

17 Tabel 2. PDRB Sulawesi Tenggara dan PDB Indonesia 2007 -2011 atas

dasar harga konstan 2000.

1 Pertanian 3.303.470,98 3.667.889,44 271. 509.300,00 315. 036.800,00

2 Pertambangan Dan Penggalian

536.667,15 914.990,55 171. 278.400,00 189. 761.400,00

3 Industri Pengolahan 835.499,92 1.093.467,72 538 .084.600,00 633 .781,900,00

4 Listrik, Gas Dan Air Bersih

64.491,61 97.217,90 13 .517.000,00 18. 921.000,00

5 Kontruksi Bangunan 732.814,84 1.195.882,84 121. 808.900,00 159 .993.400,00

6 Perdagangan, Hotel Dan Restoran

1.427.412,11 2,249.444,67 340 .437. 100,00 437 .199.700,00

7 Pengangkutan Dan Transportasi

694.483,10 1.128.516,51 142. 326.700,00 241 .298.000,00

8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan

516.842,90 882.096,16 183.659.300,00 236. 146.600,00

9 Jasa-Jasa 1.220.037,34 1.492.426,92 181.706.000,00 232 .537.700,00

Jumlah 9.331.719,95 12.650.187,12 1. 964.427,300,00 2 .464 .676.500,00

Sumber BPS Sulawesi Tenggara, 2012

Kekuatan masing-masing sektor dalam memberikan andil pada pertumbuhan PDRB sangat ditentukan oleh komponen pertumbuhan nasional(NGC), komponen petumbuhan proporsional (PGC) dan komponen pertumbuhan daya saing wilayah (RGC).

(25)

18 Tabel 3. Komponen-komponen pertumbuhan dalam PDRB Sulawesi Tenggara tahun

2007 - 2011 (dalam persen)

3 Industri pengolahan 0,2546 -0,0768 0,1309 0,3087 0,0541

4 Listrik, gas dan air

Hasil perhitungan pada tabel 3 memperlihatkan sektor pertanian dan sektor jasa di Sulawesi Tenggara megalami penurunan dalam pertumbuhan ekonomi dibanding dengan pertumbuhan sektor lainnya, tetapi masih memiliki pertumbuhan riil yang lebih besar dari beberapa sektor lainnya, yakni sebesar Rp. 364.372,849 juta untuk sektor pertanian, dan Rp. 272 312,334 juta untuk sektor jasa. Namun sektor yang memiliki pertumbuhan riil paling tinggi selama tahun 2007 hingga 2011 adalah

(26)

19 sektor pertambangan yang mencapi pertumbuhan riil sebesar Rp. 378.296,674. Pertumbuhan yang besar ini disebabkan kemajuan pertumbuhan yang dicapai Sulawesi Tenggara yang mencapai rata-rata pertumbuhan sebesar 9,27 persen .Naiknya pertumbuhan sektor kontruksi dan sektor pertambangan karena sejak tahun 2008 telah ditemukan ladang-ladang pertambangan yang mendorong majunya sektor konstruksi karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat. Beberapa sektor ekonomi di Sulawesi Tenggara masih tumbuh dibawah pertumbuhan nasionalnya, seperti yang terlihat dalam tabel 3, dan memiliki pertumbuhan riil seperti terlihat pada tabel4.

Pertumbuhan sektor pertanian dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan proporsional -0,0943

persen, dan koponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar -0,05 persen. Besarnya pertumbuhan rill sektor pertanian karena pengaruh pertumbuhan nasional

sebesaar Rp. 841.063,712 juta, pengaruh pertumbuhan proporsional riil sebesar Rp. 311.517,313 dan pengaruh komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar Rp. -165.173,549. Turunnya pertumbuhan proporsional dan komponen daya saing wilayah ini karena masyarakat banyak yang beralih kegiatan dan menjai bagian dari kegiatan sektor lainnya ; seperti kegiatan pertambangan, bangunan dan pertanian perkebunan. Sejak tahun 2007 perananan sektor pertanian terutama disumbang oleh penurunan kegiatan subsektor tanaman pangan, 2,45 persen dan penurunan produksi kakao, serta tanaman produksi lainnya seperti nilam dan cengkeh. Selain karena teknologi pengolahan, penurunannya juga karena pengaruh panen hasil yang menurun. Pada kasus tertentu usaha pengolahan nilam yang selama ini menjadi harapan masyarakat, ternyata mengalami banyak kesulitan di dalam pengembangannya.

(27)

20 Tabel 4. Pertumbuhan riil masing-masing komponen terhadap PDRB Sulawesi

Tenggara tahun 2007 – 2011 (jutaan rupiah).

No Sektor

Riil

NGC PGC DGC Rate of

Growth

1 Pertanian 841.063,712 -311517,313 -165173,549 364.372,849

2 Pertambangan dan penggalian

136.635,456 78.729,071 316.633,619 378.296,674

3 Industri pengolahan 212.718,28 -64.166,394 109.366,94 257.918,825

4 Listrik, gas dan air bersih 16419,564 9364,182 6.939,297 32.723,043

5 Kontruksi bangunan 186574,658 43162,794 233328,245 463 065,69

6 Perdagangan, hotel dan restoran

363419,123 41394,951 416376,112 822046,634

7 Pengangkutan dan transportasi

176815,397 306128,15 -48961,058 433982,489

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

131588,202 161254,985 217539,177 365252,877

9 Jasa-jasa 310621,507 30622,937 -68932,109 272312,334

Jumlah 237585,9 0,000 942503,715 3318359,61

Sumber : Hasil olahan, 2013

NGC = National Growth Component PGC = Proportional growth component DGC = Differencial Growth Component

Sektor pertanian di Sulawesi Tenggara meliputi ; tanaman bahan pangan,

(28)

21 wialayah Sulawesi Tenggara melalui pelabuhan perikanan, dan ada juga yang dikirim kewilayah Sulawesi Selatan melalui jalur darat via Kolaka Utara, atau jalur ferry.

Tabel 5. Pertumbuhan Sektor Pertanian Sulawesi Tenggara 2007-2011

No Sub Sektor

Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalain dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan

proporsional -0,1467 persen, dan koponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar 0,597 persen.Sektor pertambangan dan penggalian komponen pertumbuhan riilnya mencapai Rp. 136.635,456 juta dan komponen pertumbuhan proporsionalnya riil mencapai Rp. 78.729,071 juta, dan pertumbuhan daya saing wilayah riilnya mencapai Rp. 316.633,619 juta.

Pertumbuhan kegiatan sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara karena meningkatnya permintaan produksi sektor pertambangan, disebakan pula karena telah ditemukan lahan-lahan baru pertambangan yang menyebar hampir di semua kabupaten wilayah Sulawesi Tenggara, utamanya wilayah daratan. Disamping itu peningkatan produksi yang dilakukan oleh perusaahaan tambang besar sepertti PT Antam. Peningkatan ini akibat naiknya permintaan nikel di luar negeri, karena naiknya pertumbuhan kegiatan ekonomi luar negeri, khusnya Cina dan Korea. Sebagai akibat pertumbuhan yang mencengangkan ekonomi Cina, maka kebutuhan bahan mentah sangat tinggi diantaranya nikel dari Sulawesi Tengaggra, dan bahan mentah lainnya. Survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia, laju kenaikan sektor pertambangan mencapai angka lebih dari 50 persen. Kenaikan sektor pertambangan

(29)

22 2007 sebesar Rp 4.432.491,51 menjadi Rp 5.560.751,64 tahun 2011. Pada akhir

tahun 2011 telah terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 8,67 persen (BPS, 2012). Sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Daud (2013) di Kabupaten Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara) menyebutkan salah satu faktor yang mengakibatkan berkembangnya sektor pertambangan akibat naiknya permintaan dunia akan komoditas sektor pertambangan nikel yang membuat pertambangan nikel di Indonesia Khususnya Sulawesi Tenggara menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan selama kurun waktu 2007 hingga 2011 di pengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen,

komponen pertumbuhan proporsional sebesar -0,0768 persen dan komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar 0,1309 persen. Atau memiliki pertumbuhan

nasional riil sebesar Rp 257.918,825juta. Pertumbuhan riil ini disebabkan karena pengaruh pertumbuhan nasional riil sebesar sebesar Rp. 212.718,28 juta, komponen pertumbuhan proporsional sebesar Rp. -64.166,394 juta, dan pertumbuhan daya saing wilayah sebesar Rp. 109.366,94.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan diakibatkan oleh naiknya kegiatan kegiatan ekonomi masyarakat di Sulawesi Tenggara. Berbagai bahan baku untuk industri rumahan dapat diperoleh di Sulawesi Tenggara, misalnya untu produk-produk pengolahan hasil pertanian, jambu mete. Tanaman ini banyak di hasilkan di wilayah Sulawesi Tenggara bagian kepulauan utamanya Pulau Muna dan Pulau Buton, dan sebagian berada di wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan sektor ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena industri pengelohan banyak menyebar ditiap kabupaten di Sulaweis Tengagra. Selain meningkatkan nilai tambah juga menyerap banyak tenaga kerja.

Pertumbuhan sektor Listrik, gas dan air bersih dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan proporsional sebesar 0,1452 persen, komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar 0,1076 persen. Atau memiliki pertumbuhan riil sebesar Rp. 32.727,034 juta. Besarnya pertumbuhan riil ini karena pengaruh pertumbuhan nasional riil sebesar Rp.

(30)

23 pertumbuhan sektor listrik sangat tinggi di Sulawesi Tenggara, akibat naiknya tingkat pendapatan masyarakat, perbaikan infrastuktur listik dan air bersih.

Jumlah penduduk yang meningkat di kota-kota di Sulawesi Tenggara, meningkatakan pula permintaan akan listrik dan air minum. Selain itu peningkatan permintaan listrik karena naiknya permintaan masyarakat untuk industri pengolahan, serta tumbuhnya sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara.Dalam kurun waktu 4 tahun permintaan listrik di Sulawesi Tenggara meningkat sebesar 11,10 persen.

Pertumbuhan sektor konstruksi dan bangunan dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan proporsional sebesar 0,0589 persen, komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar 0,3184

persen. Atau memiliki pertumbuhan riil sebesar Rp.463.065,69 juta. Besarnya pertumbuhan riil ini karena pengaruh pertumbuhan nasional riil sebesar Rp.186.

574,658 juta, komponen pertumbuhan proporsional riil sebesar Rp.43.162,794 juta dan pertumbuhan daya saing wilayah riil sebesar Rp.233.328,245 juta. Ini menunjukkan besarnya pertumbuhan sektor bangunan ditandai dengan naiknya permintaan masyarakat terhadap perumahan. Di Kota Kendari permintaan perumahan sangat tinggi, selain disebabkan oleh naiknya jumlah penduduk juga karena banyak masyarakat yang mukim dan mencari pekerjaan di Kota Kendari (migrasi) serta naiknya tingkat pendapatan masyarakat.

Tingginya permintaaan sektor bangunan ini memicu naiknnya permintaan atas produk perbankan dan jasa, naiknya pendapatan masyarakat dari jasa serta naik pula kegiatan transportasi masyarakat. Menurut hasil laporan yang di rilis oleh BPS 2012 penjulan motor dan mobil meningkat tajam karena jumlah penduduk yang semakin meningkat dengan tingkat pendapatan yang memadai.

Pertumbuhan sektor perdagangan hotel dan restoran dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan proporsional sebesar 0,0290 persen, komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar 0,2917 persen. Atau memiliki pertumbuhan riil sebesar Rp.822.046,634 juta. Besarnya pertumbuhan riil ini karena pengaruh pertumbuhan nasional riil sebesar Rp.363.419,123 juta, komponen pertumbuhan proporsional riil sebesar

(31)

24 meningkat tajam, dapat ditandai dengan meningkatnya jumlah hotel dan hunian kamar, baik hotel melati maupun hotel berbintang. Pertumbuhan hotel berbintang untuk memenuhi permintaan pasar, juga karena naiknya kegiatan sektor pertambangan nikel. Pertumbuhan sektor perdagangan juga meningkat dalam 4 tahun terakhir.

Tabel 6. Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Sulawesi Tenggara 2007-2011

Barang-barang yang diperdagangkan di Sulawesi Tenggara umumnya

didatangkan dari Surabaya dan Makassar. Baik barang-barang industri maupun barang pertanian. Pada saat yang sama Sulawesi Tenggara juga melakukan

perdagangan dengan kedua kota tersebut. Selama ini Sulawesi Tenggara mengekpor kakao dan mete ke Surabaya, sebaliknya Surabaya mngirim gula dan beras. Demikian pula Sulawesi Tenggara mengirim kakao dan beras ke Makassar, dan Makassar mengirimkan produk-produk olahan, serta produk pertanian misalnya ayam potong dan telur ayam. Akibtanya Sulawesi Tenggra sangat tergantung pada kedua daerah tersebut dalam memenuhi kebutan primer masyarakat.

(32)

25 Saat ini pertumbuahna ekonomi Sulawesi Tengagra dapat dilihat dari meningkatnya peranan Pelabuhan Kota Kendrari dalam mengekspor dan mengimpor barang. Pada saat yang sama juga kita dapat lihat bahwa peranan transportasi udara semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya masyarakat yang bepergian dengan menggunakan pesawat terbang dibandingkan menggunakan moda angkutan laut.

Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan proporsional sebesar 0,3120 persen, komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar 0,4209 persen. Atau memiliki pertumbuhan riil sebesar Rp.

365.252,877juta. Besarnya pertumbuhan riil ini karena pengaruh pertumbuhan nasional riil sebesar Rp. 131.588,202juta, komponen pertumbuhan proporsional riil

sebesar Rp 161.254,985 juta dan pertumbuhan daya saing wilayah riil sebesar Rp. 217.539,177juta. Ini menunjukkan kemampuan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sangat kuat dalam mendapatkan dukungan kelembagaaan, serta kebijakan daerah yang mendorong pertumbuhannya. Pertumbuhan sektor keuangan menjadi indikator pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan sektor keuangan di Sulawesi Tenggra meningkat tajam, baik pertumbuhan sektor perbankan, maupun lembaga finance yang dikelola masyarakat.

Peranan sektor keuangan ini dalam perekonomian masyarakat akan menambah jumlah uang yang beredar dimasyarakat, meyebabkan masyarakat mudah melakukan kegiatan usaha. Jadi pertumbuhan sektor keuangan menjadi pertanda baik meningkatkanya pendapatan masyarakat.

Pertumbuhan jasa dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional sebesar 0,2546 persen, komponen pertumbuhan proporsional sebesar 0,0251persen, komponen pertumbuhan daya saing wilayah sebesar -0,0565persen. Atau memiliki pertumbuhan riil sebesar Rp. 272.312,334 juta. Besarnya pertumbuhan riil ini karena pengaruh pertumbuhan nasional riil sebesar Rp. 31.0621,507juta, komponen pertumbuhan proporsional riil sebesar Rp 30.622,937juta dan pertumbuhan daya saing wilayah riil sebesar Rp. -68.932,109juta. Ini menunjukkan pertumbhan sektor

(33)

26 Tabel 7. Pertumbuhan sektor jasa di Sulawesi Tenggara 2007-2011

No. Sub Sektor

Tahun

2007 2008 2009 2010 2012

1 Pemerintahan 6,19 6,22 7,81 1,04 2,45

2 Swasta 3,86 16,15 18,45 4,71 13,58

Sumber : BPS,2013

Dengan melihat pergeseran bersih (net shift) sektor ekonomi yang memiliki nilai yang lebih besar dari angka 0, maka dapat dikatakan bahwa keseluruhan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan nasionalnya, kecuali sektor pertanian dan sektor jasa.

Kesembilan sektor ekonomi yang diamati selam kurun waktu 2007 hingga 2011 sektor ekonomi yang diklasifikasikan unggul adalah sektor keuangan, sektor listrik,gas, sektor konstruksi, sektor perdagangan. Agak mundur adalah sektor pengangkutan, sektor Pertambangan dan penggalian,sektor Industri pengolahan. Mundur meliputi sektor pertanian dan sektor jasa-jasa.

(34)

27 Gambar 1. Komposisi Sektor Ekonomi Sulawesi Tenggara

Tahun 2007-2011 AGAK MUNDUR

DGC

PGC UNGGUL

MUNDUR

1

pengangkutanan keuangan

Listrik, gas Pertambangan

dan galian

Industri pengolahan

konstruksi

Perdagangan

Jasa-jasa

Pertanian

AGAKUNGGUL

-1 0

2

1

0

(35)

28 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan atas hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Sektor-sektor ekonomi di Sulawesi Tenggara yang tumbuh diatas pertumbuhan nasional adalah ; sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

2. Sektor ekonomi yang mundur peranannya dalam membentuk perekonomian Sulawesi Tenggara adalah sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa.

Saran yang dapat diberikan kepada Pemerintah Sulawesi Tenggara berkaitan dengan kebijakan pembangunan adalah :

1. Sektor –sektor ekonomi yang tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional adalah karena di drive oleh pertumbuhan sektor perdagangan, akibat ditemukannya sumber-sumber galian khususnya nikel, sehingga pengelolaan sektor pertambangan dilakukan dengan hati-hati.

2. Sektor-sektor ekonomi yang mundur peranannya pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara, karena pada tingkat pendapatan meningkat akibat pertumban ekonomi Sulawesi Tenggara orang cenderung meninggalkan sektor pertanian. 3. Dalam penelitian ini sektor jasa-jasa tidak berkembang sejalan dengan

(36)

29

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, 2010. Pengembangan Komoditas Unggulan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kabupaten konawe utara, Tesis tidak dipublikasikan, PPs-Unhalu, Kendari.

Arcelus, Francisco,1984, An extension of Shift-share Analysis, Journal growth and

Change, Vol.14.

Balaka, Erlita. 2012. Analisis Transformasi struktur ekonomi dan penentuan sektor unggulan di Kota Kendari, Tesis tidak dipublikasikan, PPs-Unhalu, Kendari.

Bank Indonesia, 2013, Kajian Ekonomi Regional Sultra Triwukan II-2013 (WWW.BI.go,id)

BPS, 2013, PDRB Prov.Sultra, 2000-hingga 2012, BPS Sultra

BPS, 2013,PDB Nasional 2000-2013, BPS, Jakarta

Berita Resmi Statistik, BPS Sultra, 2012

Brown, H.J. 1969,Shift and Share Projection of regional economic growth and Empirical test, Journal of Economi Science.

Chenery, Hollis, 1987.Structural and DevlopmentPolicy, Published for The World Bank, Oxford University Press.

Daud, Ilmiati, 2013, Analisis perekonomian melalui Peran Sektor Pertambangan di Kabupaten Kolaka Utara. Tesis Tidak Diterbitkan, PPs UHO Kendari.

Djojohadikusumo, Sumitro, 1994. Perkembangan pemikiran ekonomi, Dasar teori ekonomi pertumbuhan dan ekonomi pembangunan,LP3ES, Jakarta

Hadini, Hasyuril, 2013. Analisis Disparitas PDRB Kabupaten/Kota dan Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Sulawesi Tenggara. Tesis tidak dipublikasikan, PPs-Unhalu, Kendari.

Kuncoro, Sudrajat,2010,. dasar-dasar ekonomi pembangunan, UPPSTIM YKPN, Yogyakarta.

Kuznets, Simon, 1986.Modern Economic Growth, rate, Structur and Spread, Yale University Press, USA

(37)

LOGBOOK PENELITIAN : PENGUJIAN EMPIRIK PEREKONOMIAN SULAWESI TENGGARA

No. Tanggal Kegiatan

1. 22 April 2013 Diskusi untuk menentukan langkah penelitian

2. 24 April 2103 Studi literatur meliputi bacaan jurnal, laporan-laporan penelitian dan publikasi lainnya yang digunakan sebagai sumber awal kegiatan penelitian

3. 3 Mei 2013 Diskusi dan memualai penulisan awal

4. 5 Mei 2013 Survey lokasi penelitian dengan melakukan pengambilan data pada kabupaten daratan

5. 14 Mei 2013 Diskusi atas data yang diperoleh dan pemeriksaan kemungkinan kekurangannya

6. 16 Mei 2013 Survey lokasi penelitian dengan melakukan pengambilan data pada kabupaten kepulauan

7. 01 Juni 2013 Diskusi atas data yang diperoleh dan pemeriksaan kemungkinan kekurangannya

8. 08 Juni 2013 Survey lokasi penelitian untuk pengambilan data penunjang untuk penguatan laporan penelitian

9. 18 Juni 2013 Diskusi Draf Penulisan laporan

10. 23 Juni 2013 Analisa data sementara meliputi kegiatan reduksi data dan pengujian alat analisis penelitian

11. 27 Juli 2013 Analisis data sementara untuk menetapkan bentuk laporan yang sejalan kegiatan penelitian

12. 15 Agustus 2013 Diskusi Penulisan Kemajuan Laporan Awal sementara

13. 25 Agustus 2013 Pelaporan sementara

14. 3 September 2013 Pengambilan data penelitian lanjutan

15 2 Oktober 2013 Tabulasi data, diskusi dan analisis penelitian lanjutan

16. 12 Oktober 2013 Penyelesaian penulisan hasil penelitian diskusi

17 23 Oktorber 2013 Penyelesaian penulisan laporan hasil akhir penelitian diskusi

Gambar

Tabel 1. Peran Sektor Ekonomi Dalam PDRB Sulawesi Tenggara 2007-2011
Tabel 2.  PDRB Sulawesi Tenggara dan PDB Indonesia 2007 -2011 atas dasar harga konstan 2000
Tabel  3. Komponen-komponen pertumbuhan dalam PDRB Sulawesi Tenggara tahun 2007 -  2011 (dalam persen)
Tabel 4. Pertumbuhan riil masing-masing komponen terhadap PDRB Sulawesi Tenggara tahun 2007 – 2011 (jutaan rupiah)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Indeks keragaman yang diperoleh pada semua stasiun berkisar 0,641-1,867 menunjukkan stabilitas komunitas plankton adalah moderat (sedang), Indeks keseragaman plankton pada semua

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar tahun

Walaupun peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam aspek memberikan penjelasan dasar kelompok DL- MK lebih tinggi dibandingkan kelompok DL-MB, penerimaan H 0 dalam

Calon mahasiswa baru jalur UM-PTKIN yang mendapatkan keringanan UKT, pembayaran dilaksanakan mulai hari Kamis tanggal 30 Juli 2015 jam 10.00

Tabel I.3 Distribusi Prosentase PDRB Kab.. sektor industri dalam pertumbuhannya maupun pendapatan yang diperoleh untuk daerah. Disini dapat dipengaruhi dalam hal pencapaianya

Berdasarkan hasil pengamatan Opegrapha atra memiliki tipe morfologi talus Crustose yang melekat erat pada subtrat sehingga sulit untuk dipisahkan, subtrat yang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 (Berita Negara

Seiring dengan kebijaksanaan pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri