MAKALAH
APLIKASI WADIAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Fiqh Kontemporer Perbankan
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, SHI, MSI
Disusun Oleh :
AGES KURNIATY (141256910)
KELAS E
PROGRAM STUDI S1 PBS
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
BAB II
PEMBAHASAN
B.Aplikasi Akad Wadiah Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Wadi’ah yang praktiknya adalam LKS ada dua macam, yaitu wadi’ah amanah dan jaminan (damanah). Biaya LKS mengenakan biaya administrasi
terkait pendaftaran barang titipan di LKS. Selain itu, ada biaya penjagaan
terhadap barang wadi’ah yang berharga, surat berharga, dokumen-dokumen
penting dan barang lain yang bernilai dan membutuhkan penjagaaan dan
perawatan khusus. Berdasarkan biaya-biaya ini, maka apabila terjadi kehilangan,
kerusakan atau kemusnahan walaupun tidak disengaja. Apabila LKS
menggunakan barang titipan seperti uang untuk perniagaan atau usaha lain,
maka LKS wajib mengembalikan sepenuhnya uang wadi’ah yang telah
digunkan itu kepada pemilik.1
Ada dua bentuk wadi’ah dalam praktik Perbankan Islam, yaitu : Rekening
sementara dan Rekening simpanan. Bank Islam tidak mempunyai banyak
peluang untuk menggunkan uang dalam rekening sememntara karena pemegang
rekening boleh mengeluarkan uangnya kapan saja dengan menggunkan cek.
Karena itu, bank Islam boleh mengenakan bayaran atas rekening sementara
sebagai upah simpanan.2
Ada dua jenis pendanaan dengan prinsip wadi’ah, yaitu giro wadi’ah dan
tabungan wadi’ah. Berikut ini penjelasan mengenai jenis pendaan tersebut.
1 Imam Mustofa, FIQH MU’AMALAH KONTEMPORER, (Kaukaba Dipantara: Yogyakarta,
2014), h. 159
1. Rekening Giro
Giro Wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah,
yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki. Sarana penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip al-Wadi’ah Yad Dhomanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro. Dengan prinsip tersebut
titipan akan dimanfaatkan dan diinvestasikan Bank secara produktif dalam
bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis usaha dari usaha kecil dan
menengah sampai pada tingkat korporat secara profesional tanpa melupakan
prinsip syariah. Bank menjamin keamanan dana secara utuh dan ketersediaan
dana setiap saat guna membantu kelancaran transaksi.3
Bank Islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk
rekening wadi’ah. Dalam hal ini bank Islam menggunakan prinsip wadiah
yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin
pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah.4 Dana tersebut dapat
digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas
pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam
kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik kembali simpanannya
sewaktu-waktu, baik sebagian atau seluruhnya. Bank tidak boleh menyatakan
atau menjanjikan imbalan atau keuntungan apapun kepada pemegang
rekening wadi’ah, dan sebaliknya pemegang rekening juga tidak boleh
mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadi’ah.
Setiap imbalan atau keuntungan yang dijanjikan dapat dianggap riba.5 Namun
3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Ekonisia:
Yogyakarta, 2003), h. 57.
4 Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, cet. I (UII Press:
Yogyakarta, 2000), h. 118
5
Atang Abdul Hakim, Fiqih P erbankan Syariah, (PT Refika Aditama: Bandung, 2011), h.
demikian bank, atas kehendaknya sendiri, dapat memberikan imbalan berupa
bonus (hibah) kepada pemilik dana. (pemegang rekening wadi’ah).
a. Ciri-ciri giro wadiah adalah sebagai berikut:
1) Bagi pemegang rekening disediakan cek untuk mengoperasi kan
rekeningnya;
2) Untuk membuka rekening diperlukan surat referensi nasabah lain atau
pejabat bank, dan menyetor sejumlah dana minimum (yang ditentukan
kebijaksanaan masing-masing bank) sebagai setoran awal;
3) Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam Bank
Indonesia.6
4) Penarikan dapat dilakukan setiap waktu dengan cara menyerahkan cek
atau instruksi tertulis lainnya.
b. Tipe rekening :
1) Rekening perorangan,
2) Rekening pemilik tunggal,
3) Rekening bersama (dua orang individu atau lebih),
4) Rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum,
5) Rekening perusahaan yang berbadan hukum,
6) Rekening kemitraan,
4) Kepada pemegang rekening akan diberikan salinan rekening (statement
of account) dengan rincian transaksi setiap bulan,
5) Konfirmasi saldo dapat dikirimkan oleh bank kepada pemegang
rekening setiap enam bulan atau periode yang dikehendaki oleh
pemegang rekening.8
Dewan Syari’ah Nasional telah mengeluarkan ketentuan mengenai giro yang dapat diterapkan dengan sistem wadiah yaitu pada Fatwa DSN No.
01/DSN-MUI/IV/2000. Pada fatwa ini, giro yang berdasarkan wadi’ah
ditentukan bahwa: (1) dana yang disimpan pada bank adalah bersifat titipan.
(2) titipan (dana) ini bisa diambil kapan saja (on call). (3) tak ada imbalan
yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank.9
2. Al-wadi’ah (Simpanan)
Sedangkan tabungan diatur dalam fatwa DSN No.
02/DSN-MUI/IV/2000. Pada fatwa ini, disebutkan ketentuan mengenai tabungan yang
berdasarkan wadiah, yaitu: (1) dana yang disimpan pada bank adalah bersifat
simpanan. (2) simpanan ini bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
kesepakatan. (3) tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk
pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.10
a. Al-wadi’ah yad al-Amanah
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan,
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan
8 Ibid., h. 59
9 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah ,Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Ghalia Indonesia:
Bogor, 2009), h. 89
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila
si penitip menghendaki.11
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,
yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama
orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka
dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya
sewaktu-waktu. Bank menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang berkaitan
dengan rekening tersebut.12
1) Ciri-ciri rekening tabungan wadi’ah adalah sebagai berikut :
a) Menggunakan buku (passbook) atau kartu ATM;
b) Besarnya setoran pertama dan salbo minimum yang harus
mengendap, tergantung pada kebijakan masing-masing bank;
c) Penarikan tidak dibatasi, berapa saja dan kapan saja.
2) Tipe rekening :
a) Rekening perorangan,
b) Rekening bersama (dua orang atau lebih),
c) Rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum,
d) Rekening perwalian (yang dioperasikan oleh orang tua atau wali dari
pemegang rekening),
e) Rekening jaminan (untuk menjamin pembiayaan).
11
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta2004), h. 357
12 Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam ( Fiqh Muamalah ), (PT Raja
Bank Syariah tidak memperjanjikan bagi hasil atas tabungan
wadi’ah, walaupun atas kemauannya sendiri bank dapat memberikan
bonus kepada para pemegang rekening wadiah.Dalam perbankan syariah
wadiah yad amanah di aplikasikan untuk penitipan barang-barang
berharga dan membebankan fee atas penitipan barang tersebut. Adapun
beberapa barang yang bisa dititipkan antara lain:
1) Harta benda, yaitu biasanya harta yang bergerak, dalam bank
konvensional tempat penyimpanannya dikenal dengan Safety Box sutu
tempat/kotak dimana nasabah bisa menyimpan barang apa saja kedalam
kotak tersebut.
2) Dokumen (Saham, Obligasi, Bilyet giro, Surat perjanjian Mudhorobah
dll).
3) Barang berharga lainnya (surat tanah, surat wasiat dll yang dianggap
berharga mempunyai nilai uang).13
Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah
Keterangan :
Dengan konsep al-Wadi’ah Yad al-Amanah, pihak yang menerima
tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman.
13 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Zikrul Hakim: Jakarta,
Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan.14
b. Wadi’ah Yad dha-Dhamanah
Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan
amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan
dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang
titipan. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada
si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan
mengembalikan uang tersebut secara utuh. 15
Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah pihak
bank akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun
sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus ditanggung oleh bank.
Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping jaminan keamanan
uangnya juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus
untuk giro wadi’ah.16 Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan jasa
atas pemakaian uangnya berupa insentif atau bonus, dengan catatan tanpa
perjanjian terlebih dulu baik nominal maupun persentase dan ini murni
merupakan kebijakan bank sebagai pengguna uang.
Pemberian jasa berupa insentif atau bonus biasanya digunakan
istilah nisbah atau bagi hasil antara bank dengan nasabah. Bonus biasanya
diberikan kepada nasabah yang memiliki dana rata-rata minimal yang telah
ditetapkan. Prinsip wadi’ah yad dhamanah ini juga dipergunakan oleh
14Muhammad Syafi’i Antonio, BANK SYARIAH (DARI TEORI KE PRAKTIK), (Gema
Insani: Jakarta, 2001), h. 87
15 Ibid., h. 79
16 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, (Gadjah Mada University Press:
bank dalam mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang
memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk
menariknya kembali. Bank memperoleh izin dari nasabah untuk
menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. 17
Nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo simpanannya
sewaktu-waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Bank
menjamin pembayaran kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas
pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi, atas kehendaknya
sendiri, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari
sebagian keuntungan bank.
Skema al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah
17
Keterangan :
Dengan konsep al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah, pihak yang
menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau
barang yang di titipkan
Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari
pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam
bentuk bonus.18
18Muhammad Syafi’i Antonio,
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta, 2007
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta2004
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah ,Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Ghalia Indonesia: Bogor, 2009
Atang Abdul Hakim, Fiqih Perbankan Syariah, PT Refika Aditama: Bandung, 2011
Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam ( Fiqh Muamalah ), PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2004
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonisia: Yogyakarta, 2003
Imam Mustofa, FIQH MU’AMALAH KONTEMPORER, (Kaukaba Dipantara: Yogyakarta, 2014
Mardani, Fiqih Muamalah, Kencana Premadina Group: Jakarta, 2013
Muhammad Syafi’i Antonio, BANK SYARIAH (DARI TEORI KE PRAKTIK), Gema Insani: Jakarta, 2001
Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, cet. I UII Press: Yogyakarta, 2000