• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Deskriptif Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Deskriptif Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Fungsionalisme Struktural oleh Robert K. Merton

Secara sosiologis terjadinya suatu pembangunan pada masyarakat memiliki

kaitan yang erat dengan teori Fungsionalisme Struktural oleh Robert. K. Merton.

Teori ini menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan

perubahan perubahan di masyarakat. Adapun yang menjadi konsep utamanya

adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan.

Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian

yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi

pada satu bagian masyarakat akan membawa perubahan juga terhadap bagian

yang lain. Semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional pada

masyarakat.

Robert.K. Merton mengemukakan bahwa :

1. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi

atau penyesuaian dalam suatu sistem.

2. Disfungsi adalah akibat-akibat negatif yang muncul dalam penyesuaian

suatu sistem.

3. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan.

4. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan .

Suatu pranata tertentu dapat fungsional terhadap suatu unit tertentu dan

(2)

berperan sesuai dengan tujuan yang seharusnya dicapai atau diharapkan maka

struktur tersebut berperan dengan baik dalam pengertian bersifat positif dan

disebut fungsional. Dan bertolak belakang dengan hal tersebut, apabila peran

struktur menimbulkan hal-hal yang negatif disanalah peranan dari sistem maupun

struktur yang ada tersebut disfungsional.

2.2 Teori Peran

Teori peranan berkaitan dengan teori stuktural fungsional dalam sosiologi.

Teori ini menganggap bahwa orang menduduki posisi dalam struktur sosial dan

setiap posisi memiliki peranan. “Peranan (Role) menurut Soerjono Soekanto

merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan”. (Soekanto, 2003: 68).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan peranan

adalah “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa”. (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1991: 751).

Fungsi peranan sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan

peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain,

seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli sosiolog yang bernama Glen Elder,

pada tahun 1975 dia membantu memperluas teori peran. Pendekatannya yang

dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai

harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai

(3)

Adapun hal yang mencakup kedalam peranan sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian pertauran-pertauran yang membimbing seseorang kedalam

kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa saja yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam masayarakat baik

suatu kekuasaan, kedudukan, status, pengaruh dan yang lainnya, dan apabila

setiap individu menjalankan semua yang menjadi hak dan tugas maupun tanggung

jawabnya, dalam hal inilah dikatakan seseorang itu menjalankan perannya.

2.3 Lembaga Dan Organisasi Pengertian Lembaga

Istilah “lembaga”, menurut Ensiklopedia Sosiologi diistilahkan dengan

“institusi” sebagaimana didefinisikan oleh Macmillan adalah merupakan

seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai yang

nyata, yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan serangkaian tindakan

yang penting dan berulang.

Sementara itu, Adelman & Thomas dalam buku yang sama mendefinisikan

institusi sebagai suatu bentuk interaksi di antara manusia yang mencakup

sekurang-kurangnya tiga tingkatan. Pertama, tingkatan nilai kultural yang

menjadi acuan bagi institusi yang lebih rendah tingkatannya. Kedua, mencakup

(4)

(the rules of the game). Ketiga, mencakup pengaturan yang bersifat kontraktual

yang digunakan dalam proses transaksi. Ketiga tingkatan institusi di atas

menunjuk pada hirarki mulai dari yang paling ideal (abstrak) hingga yang paling

konkrit, dimana institusi yang lebih rendah berpedoman pada institusi yang lebih

tinggi tingkatannya.

Pengertian lain dari lembaga adalah “pranata”. Koentjaraningrat misalnya,

lebih menyukai sebutan pranata, dan mengelompokkannya ke dalam 8 (delapan)

golongan, dengan prinsip penggolongan berdasarkan kebutuhan hidup manusia.

Kedelapan golongan pranata tersebut adalah sebagai berikut:

(a). pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan,

yang disebut dengan kinship atau domestic institutions;

(b) pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,

yaitu untuk mata pencaharian, memproduksi, menimbun, mengolah, dan

mendistribusi harta dan benda, disebut dengan economic institutions. Contoh:

pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi,

penjualan, dan sebagainya.

(c) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan

pendudukan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, disebut

educational institutions;

(d) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia,

menyelami alam semesta di sekelilingnya, disebut scientific institutions;

(e) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan

(5)

(f) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk

berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib, disebut religious institutions;

(g) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur

kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara, disebut

political institutions. Contoh dari institusi politik di sini adalah pemerintahan,

demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya; dan

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lembaga itu tidak

hanya organisasi-organisasi yang memiliki kantor saja tetapi juga aturan-aturan

yang ada di masyarakat dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga. Beberapa

contoh lembaga yang banyak dijumpai di perdesaan misalnya aturan dalam

pinjam-meminjan uang atau perkreditan, ketentuan dalam jual beli hasil pertanian,

aturan-aturan dalam sewa-menyewa, kaidah-kaidah dalam bagi hasil, dan

sebagainya.

Perbedaan Lembaga/Kelembagaan dengan Organisasi

Amitai Etzioni mengatakan bahwa masyarakat terdiri organisasi-organisasi,

dimana hampir dari semua dari kita melewati masa hidup dengan bekerja untuk

kepentingan organisasi. Dengan demikian organisasi adalah suatu unit sosial

(pengelompokan sosial) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh

pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Namun untuk mendefinisikan

organisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Hal ini karena organisasi

merupakan sesuatu yang abstrak, sulit dilihat namun bisa dirasakan eksistensinya.

Secara umum, definisi organisasi merupakan rangkaian kegiatan kerjasama

yang dilakukan beberapa orang dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Peter

(6)

dan memiliki sesuatu yang formal, ada administrasi staf yang biasanya eksis dan

bertanggung jawab serta adanya koordinasi dalam melaksanakan kegiatan

anggotanya.

Menurut S.B. Hari Lubis dan Martani Huseini, organisasi sebagai satu kesatuan

sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu

sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing,

yang sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas

yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

Selanjutnya, menurut Lubis & Huseini terdapat 3 (tiga) pendekatan yang lazim

digunakan dalam menganalisis organisasi, yaitu: (1) pendekatan Klasik, (2)

pendekatan Neo-Klasik, dan (3) pendekatan Moderen atau pendekatan Sistem.

Pertama, pendekatan Klasik, yang menurut pandangan Taylor lebih menekankan

akan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan. Dalam pendekatan ini peran

pekerja dipisahkan dari peran manajer. Pekerja diklasifikasikan pada satu bidang

yang hanya bertugas melaksanakan pekerjaan saja, sedangkan manajer bertugas

mengelola metode kerja yang sebaiknya digunakan. Akibatnya, pekerja merasa

seperti mesin yang dikuras tenaganya untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Kedua, pendekatan Neo-Klasik lebih menekankan akan pentingnya hubungan

antarmanusia (human relations) bagi keberhasilan suatu organisasi dan kurang

memperhatikan struktur pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab

organisasi. Interaksi sosial atau human relations ini akan memunculkan

kelompok-kelompok nonformal dalam suatu organisasi yang memiliki norma sendiri dan

(7)

ini berpengaruh terhadap sikap maupun prestasi anggota kelompok. Interaksi sosial

ini perlu diarahkan sehingga dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Ketiga, pendekatan Moderen, yang menekankan pentingnya faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi organisasi, dimana organisasi merupakan

bagian dari lingkungannya. Keterbukaan dan ketergantungan organisasi terhadap

lingkungannya menyebabkan bentuk organisasi harus disesuaikan dengan lingkungan

dimana organisasi itu berada.

Dalam sudut pandang yang lain, organisasi dipandang sebagai wadah berbagai

kegiatan dan sebagai proses interaksi antara orang-orang yang terdapat di dalamnya.

Sondang P. Siagian misalnya, menyebutkan bahwa organisasi sebagai wadah melihat

organisasi sebagai struktur yang memiliki jenjang hirarki jabatan manajerial, berbagai

kegiatan operasional, komunikasi yang digunakan, informasi yang digunakan serta

hubungan antarsatuan kerja. Kemudian organisasi sebagai wadah, melihat pemilihan

dan penggunaan tipe organisasi tertentu, apakah bertipe lini, lini dan staf, fungsional,

matrik, dan panitia. Kemudian organisasi dipandang sebagai suatu proses interaksi

memiliki anggapan bahwa keberhasilan satuan-satuan kerja di dalam organisasi dalam

melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi interaksi antaranggota, satuan-satuan kerja

serta organisasi dengan lingkungannya.

Dengan demikian, untuk meneliti sebuah kelompok, menurut Martindale

harus melihat kegiatan yang dihasilkan kelompok tersebut, yang meliputi:

pengambilan keputusan, komunikasi, penyelesaian tugas, dan pembagian hasil

(8)

organisasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Dengan

demikian di dalam suatu lembaga ini terkandung prinsip-prinsip ekonomi.

Walaupun organisasi membutuhkan adanya pola-pola perilaku yang

membawa keefektifan suatu organisasi, namun definisi lembaga di atas, dapat

dilihat adanya perbedaan organisasi dengan lembaga atau institusi. Menurut

Uphoff, organisasi merupakan struktur yang mengakui dan menerima adanya

peranan. Organisasi bergerak pada bidang formal dan informal dimana struktur

yang ada, dihasilkan dari adanya interaksi diantara peranan yang semakin

kompleks.

Dari kedua definisi di atas dapat dilihat bahwa lembaga hadir untuk

memenuhi kebutuhan satu kelompok manusia dan bukan kebutuhan perorangan.

Naluri manusia yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi, seperti

misalnya ketertarikan terhadap seks pada diri manusia, yang mengakibatkan

manusia untuk hidup berkelompok. Ada tua dan muda serta laki-laki dan

perempuan yang secara harafiah manusia membutuhkan bantuan orang lain.

Kemudian akan terjadi aksi sosial, tingkah laku sosial di dalam kelompok,

sehingga tercipta suatu lembaga yang memenuhi kebutuhan seks manusia. Begitu

pula akan lembaga-lembaga lain yang hadir di sekitar masyarakat itu sendiri.

Pembahasan ini lebih menitikberatkan pada sebuah lembaga yang dalam

memenuhi kebutuhan anggotanya, menggunakan prinsip-prinsip organisasi.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Martindale bahwa lembaga atau institusi

merupakan suatu pola hubungan yang dicerminkan oleh kelompok, dimana

melihat hubungan tingkah laku manusia yang telah terorganisasi pada sebuah

(9)

dengan melihat tingkah laku satu orang atau beberapa orang sebagai sampel. Hal

ini karena pada sebuah kelompok terdiri dari beberapa individu yang memiliki

karakter yang berbeda dan individu ini saling mempengaruhi sehingga tidak dapat

berdiri sendiri.

2.4 Komite Sekolah

2.4.1 Konsep Dasar Komite Sekolah

Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu

Penyelenggara Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak

begitu mengalami perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada

pengoptimalan peran serta masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan mutu

pendidikan. Komite Sekolah adalah suatu lembaga mandiri yang mewadahi peran

serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi

pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah,

jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas

nomor: 044/U/2002).

Adapun tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

(10)

Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia

usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai:

1) Kebijakan dan program pendidikan

2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

3) Kriteria Kinerja Satuan pendidikan

4) Kriteria tenaga kependidikan

5) Kriteria fasilitas Pendidikan, dan

6) Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna

mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan.

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan

(11)

2.4.2 Peran Komite Sekolah

Secara kontekstual, Peran Komite Sekolah sebagai :

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran,

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan.

d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan

pendidikan(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuhperanan

Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni :

a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan

belajar-mengajar di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.

b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha

pemantapan sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak

dini (kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela

negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan),

keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga,

daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.

(12)

d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan

kurikulum, baik intra maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen

sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan.

e. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.

f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Sekolah (RAPBS).

g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu

(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu

pendidikan, sudah barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui

iuran anggota sesuai kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak mengikat,

usaha lain yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan pembentukan

Komite Sekolah.

2.5 Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah

Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah

merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil

siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari

dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan

masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka

penyelenggaraan pendidikan.

a. Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat

yang diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang

tentu mampu mengoptimalkan peran serta orang tua dan

(13)

Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas

pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran

yang diperlukan sekolah.

b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi

yang dimiliki anaknya dan,

c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak.

d. Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan

masyarakat, subtansi pembinaannya harus diarahkan kepada

meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam :

1. Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang

pertumbuhan pribadi anak.

2. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak

yang baik, dengan harapan mereka mampu memberikan

bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti

pelajaran.

3. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang

program pendidikan yang sedang dikembangkan di

sekolah.

4. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang

hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah.

5. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

(14)

6. Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam

merencanakan dan mengawasi program sekolah

(Depdiknas, 2001:20).

2.6 Mutu Pendidikan

Mutu dalam konteks "hasil" pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai

oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil

pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis,

dapat pula prestasi bidang lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu

(komputer, beragam jenis teknik, jasa). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa

kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,

saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.

Pengertian mutu secara umum adalah gambaran dan karakteristik yang

menyeluruh dari barang - barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya

dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan dalam konteks pendidikan.

Pengertian mutu mencakup Input, proses dan output pendidikan (Depdiknas Buku

1 MPMBS, 2001:25). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia

karena kebutuhan untuk keberlangsungan proses. Input pendidikan meliputi SDM

dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya

proses dan pencapaian target. Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu

menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap

berlangsungnyaproses disebut input, sedangkan sesuatu yang diperoleh dari hasil

proses disebut output. Output pendidikan merupakan hasil kinerja sekolah.

Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ismaun sedikitnya terdapat empat langkah atau tahapan yang ditempuh oleh peneliti sejarah dalam mengembangkan metode historis, yakni: (1) heuristik, (2)

Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Goreng Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

[r]

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Sidoarjo Tentang Hak Anak Angkat Terhadap Harta Peninggalan Orang Tua Angkatnya (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama

Berdasarkan hasil penelitian tindaka kelas yang dilaksanakan pada kelas V SDN 2 Mlati Lor Kudus dapat disimpulkan bahwa model Make A Match berbantuan media puzzle dapat

Immunomodulatory activity in vivo from EPS was measured using phagocytic activity and phagocytic capacity macrophage cells from mice peritoneal cavity

asam jawa pada ikan tongkol dapat menurunkan kadar logam kadmium. c) Merendam kerang darah dengan belimbing wuluh.. Kadar