• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal 2.1.1 Definisi Modal - Pengujian Pecking Order Theory Terhadap Preferensi Pembiayaan Pemilik Usaha Kuliner Kaki Lima Di Sekitar Universitas Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal 2.1.1 Definisi Modal - Pengujian Pecking Order Theory Terhadap Preferensi Pembiayaan Pemilik Usaha Kuliner Kaki Lima Di Sekitar Universitas Sumatera Utara Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modal

2.1.1 Definisi Modal

Secara garis besar pengertian modal adalah kemampuan perusahaan ditinjau dari banyaknya barang modal yang dimiliki perusahaan dilihat dari neraca perusahaan dimana dalam neraca tersebut terlihat jelas bagaimana posisi harta, utang, dan modal perusahaan baik itu berupa modal sendiri maupun modal asing (Brigham dan Houston, 2001:7).

Pengertian modal menurut Riyanto (2001:17) adalah hasil produksi yang akan digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya, pengertian modal kemudian berubah menjadi bersifat non physical oriented yaitu lebih ditekankan kepada nilai daya beli, kekuasaan memakai atau menggunakan hal-hal yang terkandung dalam barang-barang modal. Permasalahan modal merupakan salah satu hal yang sangat penting mengingat perusahaan akan dapat berjalan dan berkembang dengan baik apabila didukung dengan modal yang cukup sesuai dengan kebutuhan.

2.1.2 Sumber Modal

(2)

perusahaan (internal financing) sedangkan sumber modal eksternal adalah sumber modal yang berasal dari luar perusahaan (external financing).

1. Sumber Modal Internal

Laba ditahan (Retained Earning)

Laba ditahan adalah laba yang diperoleh sesudah pembayaran pajak yang dikumpulkan sejak perusahaan didirikan dan tidak dibagikan kepada pemiliknya. Laba ditahan merupakan representasi dari akumulasi laba bersih perusahaan yang tidak didistribusikan kepada pemegang saham sebagai dividen karena merupakan sumber modal internal. Jumlah laba ditahan biasanya terbatas karena adanya perjanjian kepada pemegang saham untuk membagikan sejumlah dividen kepada mereka.

Namun, didalam suatu perusahaan nilai minimum dari laba ditahan sudah ditentukan. Jadi, nilai minimum dari jumlah laba ditahan tersebut tidak boleh dibagikan sebagai dividen oleh perusahaan kepada pemegang saham. Dengan menahan laba yang diperoleh perusahaan maka pembentukan modal internal tersebut akan semakin besar sehingga dapat meminimalkan sumber modal yang berasal dari luar perusahaan.

2. Sumber Modal Eksternal a. Utang (debt)

(3)

pembayaran pajak atas modal yang dimiliki karena berasal dari utang. Jumlah utang akan berpengaruh terhadap baik buruknya struktur modal. Struktur modal yang baik adalah perbandingan antara jumlah utang dengan jumlah modal sendiri tidak melebihi 50:50 (Sutojo, et al, 2004:195).

b. Obligasi

Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo.

c. Saham

Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan berarti investor memiliki hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Ada dua jenis saham berdasarkan prioritas pembagian dividen dan hak suara, yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham tersebut memiliki hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham biasa mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direksi maupun manajer perusahaan dan ikut berperan dalam keputusan penting perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(4)

dan saham biasa karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Bedanya hanya pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara di dalam RUPS (Tandelilin, 2001:18).

2.2 Struktur Modal

2.2.1 Definisi Struktur Modal

Weston dan Copeland (2000:19) memberikan definisi struktur modal sebagai sumber modal yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal, dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham. Sedangkan menurut Husnan (2000:25), struktur modal adalah perbandingan antara sumber modal jangka panjang yang bersifat pinjaman dengan modal sendiri.

Menurut Riyanto (2001:14), pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan neraca keuangan yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan kualitatif pada sisi aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari sisi utang dan modal sendiri akan menentukan struktur keuangan da

(5)

(baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri. Sebaliknya, struktur modal hanya menyangkut pembiayaan jangka panjang saja, yaitu keseimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, tidak termasuk pembiayaan jangka pendek.

Struktur modal yang efisien dapat menekan biaya modal (cost of capital) yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Keseimbangan yang optimal antara utang dan modal sendiri akan menggambarkan struktur modal yang optimal. Namun pada kenyataannya sulit bagi perusahaan untuk menentukan struktur modal yang optimal dalam proporsi yang tepat. Oleh sebab itu, diperlukan suatu preferensi pembiayaan yang tepat dengan mempelajari teori struktur modal untuk menghasilkan struktur modal yang optimal (Brigham dan Houston, 2001:15).

2.2.2 Teori Struktur Modal

Teori mengenai struktur modal berawal dari teori yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (yang selanjutnya dikenal dengan MM) mengenai capital structure irrelevance proposition yang mengatakan bahwa tidak ada bankruptcy cost, agency cost, dan asymmetric information serta berada pada pasar yang efisien sehingga nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan tersebut didanai oleh utang dan ekuitas serta kebijakan dividennya. MM dalam Syahyunan (2013:218) mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka, yaitu:

(6)

c. Investor dapat berutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti yang diperoleh manajer mengenai prospek perusahaan di masa depan

e. Tidak ada biaya kebangkrutan

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang

g. Para investor adalah price-takers

h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Berikut ini adalah dua teori yang sering digunakan dalam penelitian struktur modal:

1. Trade-Off Theory (Teori Trade-Off)

(7)

Trade-Off Theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak (tax shield) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan yang memiliki laba yang besar tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio utangnya sehingga tambahan utang tersebut akan mengurangi pajak. Tetapi dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Perilaku perusahaan di Amerika Serikat justru menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki laba yang besar cenderung memiliki rasio utang yang rendah. Hal ini berlawanan dengan Trade-Off Theory. Trade-Off Theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio utang.

2. Pecking Order Theory (Teori Pecking Order)

Menurut Myers dalam Brealey, et al (2007:25), perusahaan yang memiliki laba yang besar justru memiliki utang yang kecil. Dalam Pecking Order Theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Dalam Pecking Order Theory, terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pembiayaan, yaitu: 1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber modal internal daripada

sumber modal eksternal. Modal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

(8)

Pecking Order Theory tidak mengindikasikan target struktur modal tetapi hanya menjelaskan urutan pembiayaan. Kebutuhan modal ditentukan oleh kebutuhan investasi. Berdasarkan Pecking Order Theory dapat dijelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai laba yang besar justru mempunyai utang yang kecil.

Tetapi pada kenyataannya, ada perusahaan-perusahaan yang menggunakan modal untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam Pecking Order Theory. Perusahaan-perusahaan di negara berkembang justru lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berutang sebagai sumber modal tambahan. Hal ini berlawanan dengan Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan utang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan tambahan sumber modal.

2.3 Definisi Usaha Kecil

(9)

tersebut pada umumnya hampir sama memberikan batasan-batasan tentang usaha kecil. Namun, yang membedakannya adalah kepentingan dari masing-masing tujuan peraturan tersebut (Rachmat, 2005:14).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnansi bahkan berhenti aktivitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.

UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh empat hal, yaitu:

1. Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods) khususnya yang tidak tahan lama.

2. Mayoritas UKM lebih mengandalkan non-banking financing dalam aspek pembiayaan usaha.

3. Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja.

(10)

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Pembiayaan Pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.4.1 Karakteristik Pemilik Usaha

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Saragih, 2013:16). Tetapi, pemilik UKM biasanya tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan keuangan karena biasanya mereka lebih sering memiliki spesialisasi produk atau jasa tertentu karena mereka tidak memiliki pengetahuan di bidang keuangan.

(11)

Menurut Gebru (2009), ada dua alasan bagi pemilik UKM memasuki dunia usaha yaitu karena keinginan sendiri dan karena terpaksa. Pemilik UKM yang masuk karena keinginan sendiri memiliki orientasi kewirausahaan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemilik UKM yang masuk karena terpaksa. Pemilik UKM yang masuk karena keinginan sendiri memilih untuk menjadi seorang pengusaha daripada bekerja sebagai karyawan untuk sebuah perusahaan karena ada dorongan dari dalam diri mereka sendiri untuk berwirausaha. Mereka berpikir bahwa berwirausaha itu jauh lebih baik dan lebih menjanjikan keuntungan dibandingkan dengan pekerjaan yang lain.

Sedangkan pemilik UKM yang masuk karena terpaksa memilih untuk berwirausaha karena tidak memiliki pilihan lain dalam mencari nafkah. Biasanya mereka adalah orang-orang yang dipecat dari pekerjaan terdahulunya, seperti kuli bangunan, buruh pabrik, dan lain-lain. Oleh karena itu, pemilik UKM yang masuk karena keinginan sendiri lebih dapat meningkatkan kemampuan berwirausaha serta memiliki pemilihan keputusan berwirausaha yang relatif baik dibandingkan dengan pemilik UKM yang masuk karena terpaksa dan cenderung menggunakan modal sendiri.

2.4.2 Karakteristik Usaha

(12)

UKM itu sendiri. Keputusan tipe kepemilikan UKM akan menentukan bagaimana laba didistribusikan diantara para pemilik UKM, tingkat kewajiban dari masing-masing pemilik, tingkat kendali yang dimiliki oleh masing-masing-masing-masing pemilik dalam menjalankan usahanya serta potensi pengembalian dari UKM tersebut beserta risikonya.

Pemilik UKM dengan status kepemilikan sebagai kepemilikan tunggal atau kemitraan lebih memilih untuk memenuhi modal sendiri terlebih dahulu sebelum mengambil utang karena "insentif tambahan" dari lembaga pembiayaan seperti bank yang memiliki hak atas aset pribadi pemilik UKM sehingga pemilik UKM memiliki kewajiban untuk mengikuti keinginan dari lembaga pembiayaan tersebut.

(13)

Usaha yang telah lama berdiri dianggap telah memiliki reputasi yang baik dibandingkan dengan usaha yang baru berdiri karena pemilik usaha yang telah lama berdiri memiliki pengalaman yang memadai setelah melalui banyak tantangan dan masalah yang terjadi sehingga mereka mampu memberikan bukti kinerja keuangan dan memiliki track record yang baik jika dibandingkan dengan pemilik usaha yang baru berdiri. Kurangnya modal dan terbatasnya akses kepada sumber modal merupakan faktor utama yang menghambat pemilik usaha yang baru berdiri untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, pemilik usaha yang baru berdiri akan mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari bank karena belum memiliki reputasi sehingga cenderung akan memilih sumber modal yang paling mudah diperoleh yaitu modal sendiri.

2.5 Preferensi pembiayaan

Pengambilan keputusan yang optimal adalah yang rasional. Artinya seseorang membuat pilihan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Meskipun banyak yang belum diungkapkan dari proses penetapan keputusan, tetapi telah disepakati bahwa faktor-faktor personal amatlah menentukan didalam pengambilan keputusan, seperti kognisi, motif, dan sikap. Berdasarkan teori keputusan dalam relevansinya dengan preferensi pembiayaan, didasari pada beberapa hal, antara lain:

(14)

2. Berdasarkan intuisi yaitu suatu proses tidak sadar yang diperoleh dari pengalaman. Intuisi ini berjalan beriringan atau saling melengkapi dengan analisis rasional.

3. Berdasarkan pilihan yang ada, yaitu adanya pertimbangan-pertimbangan tentang beberapa alternatif sumber modal setelah mengkaji untung ruginya (Saragih, 2013:26).

Sebagian besar UKM tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun-temurun. Kurangnya modal UKM disebabkan karena pada umumnya UKM merupakan usaha perorangan atau usaha yang sifatnya tertutup dengan hanya mengandalkan modal dari pemilik UKM yang jumlahnya sangat terbatas sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi pemilik UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

(15)

Tidak semua preferensi pembiayaan itu selalu berhasil karena tidak ada jaminan yang pasti dalam hal keuangan (Brealey, et al, 2007:14). Meskipun sumber modal yang berasal dari utang cukup menjanjikan, tetapi perlu berhati-hati dalam penggunaannya agar tidak terjebak didalamnya. Apabila pemilik UKM mengalami kesulitan keuangan dan laba yang diperoleh tidak mencukupi untuk menutupi pokok pinjaman berikut bunganya, maka besar kemungkinan pemilik UKM akan mengalami kebangkrutan. Itulah sebabnya mengapa para pemilik usaha lebih memilih sumber modal sendiri (Sjahrial, 2009:89).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Gebru (2009) dengan judul “Financing preferences of micro and small enterprise owners in Tigray: does POH hold?”. Penelitian ini dilakukan terhadap pemilik UKM dari 120 UKM di 6 kota yang berbeda pada negara Ethiopia, yang mayoritas pemiliknya adalah laki-laki dengan rentang usia antara 20-50 tahun. Sampel dipilih dengan teknik probability sampling dengan metode Stratified Random Sampling berdasarkan data empiris tahun 2007 yang diperoleh dari lembaga survei keuangan terhadap UKM di negara daerah Tigray, Ethiopia. Skala yang digunakan adalah skala biner, dengan nilai 0 dan 1. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik.

(16)

<0.05) menunjukkan bahwa variabel pendidikan berkorelasi positif dan signifikan serta menjadi faktor yang dominan mempengaruhi preferensi pembiayaan pemilik UKM. Pemilik UKM dengan tipe kepemilikan tunggal memilih untuk menggunakan sumber modal sendiri dan pemilik UKM yang masuk ke dalam dunia usaha karena keinginan sendiri juga memilih untuk menggunakan sumber modal sendiri dalam mendanai usahanya.

Melanjutkan penelitian yang telah diteliti oleh Gebru, pada tahun 2012 Assibey, et al. melakukan penelitian dengan judul “Microenterprise financing preference”. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh UKM yang baru berdiri di daerah pedesaan yang ada di negara Ghana. Penelitian tersebut menemukan bahwa selain faktor-faktor yang telah ditemukan oleh Gebru, ukuran usaha yang diukur dari jumlah modal awal yang dibutuhkan untuk mendirikan suatu UKM mempengaruhi preferensi pembiayaan pemilik UKM. Semakin kecil jumlah modal awal yang dibutuhkan maka kecenderungan menggunakan sumber modal sendiri akan semakin besar. Selain itu, lama usaha berdiri juga mempengaruhi preferensi pembiayaan pemilik UKM. Semakin lama pemilik UKM menjalankan usahanya dia akan berupaya mencari untung untuk mengembangkan usahanya.

(17)

cukup besar dalam preferensi pembiayaan pemilik UKM. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ang, et al. (2010) meneliti apakah karakter demografi dari seorang pemilik usaha seperti gender, usia, pengalaman, pendidikan, dan lain-lain dapat mempengaruhi preferensi pembiayaan usahanya. Ang, et al. menemukan bahwa karakter demografi dari pribadi seseorang pemilik usaha sangat menentukan dalam setiap keputusan yang dia ambil.

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti yang selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian (Kuncoro, 2009:45).

(18)

relatif baik jika dibandingkan dengan pemilik UKM yang masuk karena terpaksa dan cenderung menggunakan sumber modal sendiri.

Ukuran usaha, yang ditentukan oleh besarnya jumlah modal awal yang diperlukan untuk mendirikan suatu UKM menjadi faktor yang mempengaruhi preferensi pembiayaan pemilik UKM. Semakin besar jumlah modal awal yang diperlukan maka kecenderungan untuk berutang juga akan semakin besar. Usaha yang telah lama berdiri dianggap telah memiliki reputasi yang baik dibandingkan dengan usaha yang baru berdiri karena pemilik usaha yang telah lama berdiri memiliki pengalaman yang memadai setelah melalui banyak tantangan dan masalah sehingga mereka mampu memberikan bukti kinerja keuangan dan memiliki track record yang baik jika dibandingkan dengan pemilik usaha yang baru berdiri. Pemilik UKM dengan status kepemilikan sebagai kepemilikan tunggal atau kemitraan lebih memilih untuk menggunakan modal sendiri terlebih dahulu sebelum mengambil utang karena apabila menggunakan utang terlebih dahulu muncul kekhawatiran tidak dapat mengembalikan pokok utang berikut dengan bunganya, terlebih bagi pemilik UKM yang baru berdiri.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual yang disesuaikan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik Pemilik Usaha 1. Pendidikan (X1)

2. Alasan memasuki dunia usaha (X2)

Karakteristik Usaha 1. Lama usaha berdiri (X3) 2. Jumlah modal awal (X4) 3. Tipe kepemilikan (X5)

(19)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Gebru (2009) dan Assibey, et al. (2012) (modifikasi)

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian serta pernyataan yang spesifik (Kuncoro, 2009:59).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah penulis kemukakan tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Alasan memasuki dunia usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap

preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Lama usaha berdiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Jumlah modal awal berpengaruh positif dan signifikan terhadap preferensi pembiayaan pemilik usaha kuliner kaki lima di sekitar Universitas Sumatera Utara Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Rapat perencanaan atau proyeksi Redaksi Sore tidak berlaku mutlak pada saat penayangan, artinya jika pada hari itu ada peristiwa yang memiliki nilai berita yang besar ( magnitude

Panjang pendeknya gerekan pada suatu ruas diduga terjadi karena karakteristik dari batang tanaman tebu, walaupun hasil yang didapat menunjukkan tidak berbeda nyata namun terlihat

Achmad Wardi - Badan Wakaf Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Dompet Dhuafa Republika sebagai pengelola RS - Masyarakat dhuafa (gratis disubsidi dana zakat).

Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak

with his father and to be a different character, as a sky and earth. Milkman feared his father, respected him, but knew, because of the leg, that he could never emulate him. So

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

Kafir tidak hanya mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, tetapi juga termasuk mereka yang melawan segala usaha yang sungguh-sungguh untuk menata ulang struktur masyarakat agar

perencanaan lesson study, pelaksanaan lesson study dan evaluasi lesson study serta peningkatan kompetensi pedagogik guru kimia di SMA Negeri 2 Metro berdasarkan