BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi
tanaman utama dunia. Bukti sejarah di Provinsi Zheijiang, Cina Selatan,
menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia sudah dimulai 7.000 tahun yang
lalu. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara
bagian timur, Bangladesh Utara, dan daerah yang membatasi negara, Burma,
Thailand, Laos, Vietnam, dan Cina (Suparyono dan Setyono, 1993).
Sebagai makanan pokok, padi telah lama dikenal orang. Sampai saat ini
hampir separuh penduduk dunia menggantungkan hidupnya pada padi. Begitu
pentingnya arti padi sehingga kegagalan panen dapat menyebabkan kelaparan dan
kematian yang luas. Sebagai contoh pada tahun 1944 di Bangladesh terjadi
kelaparan dan kematian yang parah akibat kegagalan panen yang terjadi
(Suparyono dan Setyono, 1993).
Daerah yang cocok untuk tanaman padi sangat bervariasi mulai dari
Lintang Utara sampai 35-40 derajat Lintang Selatan, mulai dari daerah pantai
sampai ketinggian 2400 m dpl. Sebagai makanan utama, padi lebih disukai
daripada tanaman lain seperti terigu dan jagung. Ini didukung oleh kenyataan
bahwa meskipun luas total tanaman padi lebih kecil dibanding luas total tanaman
Beras merupakan salah satu makanan pokok bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, perhatian akan beras atau tanaman padi tidak ada henti-hentinya.
Perjalanan Bangsa Indonesia dalam pengadaan beras pun berliku-liku yang pada
akhirnya dapat berswasembada beras pada tahun 1984. Keadaan tersebut
tentunya perlu dipertahankan hingga sekarang. Kebutuhan beras semakin
meningkat karena jumlah penduduk bertambah dan terjadi pergeseran menu
non-beras ke non-beras. Keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk mencari terobosan
baru guna meningkatkan produksi pangan yang bersifat massal dan integral. Pada
tahun 1959, dibentuklah badan perusahaan produksi bahan makanan dan
pembukaan tanah (BMPT) (Pitojo, 2006).
Klasifikasi Tanaman Padi :
Famili : Gramineae
Subfamili : Oryzidae
Genus : Oryzae
Dari dua puluh spesies anggota genus Oryzae yang sering dibudidayakan adalah
Oryza sativa L. dan O. glaberima Steund (Suparyono dan Setyono, 1993).
Pupuk
Petani padi masih sangat jarang menggunakan pupuk, baik pupuk
Nitrogen , Fosfat, maupun Kalium. Yang agak sering diberi adalah pupuk organik
berupa kotoran ternak ataupun sisa-sisa tanaman yang sudah membusuk. Idealnya
lahan kering perlu penambahan pupuk, Suprijadi dkk melaporkan bahwa
kombinasi pupuk NPK dengan dosis 60-45-50 kg/ha ditambah lima ton kotoran
hewan/ha akan memberikan hasil sebesar 5,6 ton/ha
Hara yang tersedia ditanah sawah sangat diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman padi. Unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak yaitu nitrogen,
fosfor, dan kalium. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit antara lain seng
(Zn), belerang (S), dan magnesium (Mg). Tanah yang dibudidayakan cenderung
kekurangan unsur hara bagi tanaman. Oleh karena itu, diperlukan penambahan
unsur hara yang berasal dari pupuk organik atau pupuk anorganik. Pupuk yang
digunakan untuk padi sawah adalah TSP/SP 36, KCL, dan sepertiga bagian pupuk
nitrogen (urea) diberikan sekaligus setelah pengolahan tanah. Sepertiga bagian
pupuk nitrogen susulan diberikan sewaktu tanaman berumur 6-7 minggu
bersamaan dilakukan penyiangan gulma. Sisa pupuk nitrogen diberikan pada
umur 50-60 hari setelah tanam. Apabila berasal dari urea tablet, sumber nitrogen
ini diaplikasikan pada umur 20 hari setelah tanam. Caranya membenamkan
pupuk pada alur antara tanaman padi (Pitojo, 2006).
Benih
Salah satu kunci budi daya padi terletak pada kualitas benih yang ditanam.
Untuk ini diperlukan benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%),
sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan
menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus bermutu tinggi. Benih padi
dibagi menjadi empat kelas yaitu benih penjenis (breeder seed =BS), benih dasar ( foundation seed =FS), benih pokok ( registered seed =RS), dan benih sebar (extension seed = ES). Benih pejenis adalah benih yang dihasilkan oleh pemulia tanaman. Benih ini tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas dan dalam
99%, kotoran 1%, dengan daya tumbuh minimum 99%
(Suparyono dan Setyono, 1993).
Benih dasar diperoleh dari pertanaman benih penjenis. Penanaman
dilakukan oleh instansi atau badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Tanaman
Pangan, Departemen Pertanian, dan disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan
Sertifikasi benih. Benih dasar harus memiliki kualifikasi daya tumbuh minimum
80%, kemurnian 99%, kotoran 1% dan mengandung biji kotoran (rumput) 0,05%.
Benih ini tersedia dalam kemasan yang ditandai dengan label putih. Benih pokok
adalah benih yang diperoleh dari pertanaman benih penjenis atau benih dasar yang
dipelihara ketat agar identitas dan kemurniannya tetap terjaga. Benih pokok harus
mempunyai daya tumbuh minimum 80%, kemurnian 99%, kotoran 1%, kotoran
biji rumput 0,05% dan campuran varietas lain 0,1%. Benih pokok tersedia dalam
kemasan yang diberi label ungu. Sedangkan benih sebar adalah benih yang
diperoleh dari pertanaman benih pejenis, benih dasar, atau benih pokok di bawah
pengawasan pemulia tanaman. Benih sebar harus memiliki daya tumbuh
minimum 80%, kemurnian 98%, kotoran 2% (Suparyono dan Setyono, 1993).
Benih yang diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III kepada petani
padi adalah benih dari varietas yang unggul yaitu varietas cihierang keluaran
PT. Siangyan Seri.
Pestisida
Hama padi umumnya dikendalikan dengan varietas yang tahan dan
insektisida. Cara pengendalian lain yang masih terbatas adalah kultur teknis dan
biologis. Pengendalian dengan insektisida sampai sekarang merupakan cara
merupakan satu-satunya cara yang sering sangat diharapkan memecahkan masalah
hama. Harus diakui bahwa pestisida telah menjadi bagian dalam sistem pertanian
di Indonesia. Namun, dibalik efektivitas yang tinggi, insektisida banyak
menimbulkan efek negatif yang merugikan. Efek sampingan tersebut ialah
resistensi dan resurgensi hama sasaran, ledakan hama penyakit bukan sasaran
(sekunder),pengaruh negatif terhadap biota bukan sasaran ( musuh alami dan
serangga berguna), residu pestisida, bahaya langsung terhadap pemakai, dan
pencemaran lingkungan. Resistensi serangga terhadap insektisida ialah
kemampuan suatu serangga hama untuk bertahan terhadap terhadap sifat racun
insektisida pada dosis yang dalam keadaan normal serangga sudah tidak mampu
bertahan. Hal ini muncul sebagian disebabkan oleh seleksi mutan-mutan yang
memiliki gen yang mampu menawarkan racun ( detoxification gene), dengan kata lain resistensi terjadi bila suatu individu anggota populasi diberi pestisida
kehilangan sifat rentannya sampai titik yang kemudian tahan terhadap
pestisidanya. Komponen pengendalian hama terpadu terdiri dari varietas tahan,
kultur teknis, biologis dan pemakaian insektisida. Varietas yang tahan sebaiknya
dikombinasikan dengan komponen-komponen tersebut karena pada akhirnya
varietas tahan saja belum cukup menekan populasi hama, demikian juga cara
pengendalian yang lain, sebaiknya dikombinasikan
Landasan Teori
Komitmen perusahaan terhadap masyarakat merupakan bagian yang
sangat penting dari kegiatan perusahaan. Membangun masyarakat yang sehat dan
kinerja yang tinggi merupakan tujuan setiap perusahaan, sehingga perusahaan
akan terus berupaya mencapai pengakuan, termasuk dalam kepedulian
masyarakat. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat kaya akan sumber
alamnya, termasuk sumber daya alam yang berdampingan bahkan milik langsung
dari masyarakatnya. Dengan demikian, banyak perusahaan beroperasi pada lahan
yang bersentuhan langsung dengan kehidupan hajat hidup orang banyak. Dalam
keadaan seperti ini, perusahaan akan dengan mudah memberikan kemampuan
tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, namun dilain sisi perusahaan juga
bisa saja mengalami dilema dalam melakukan kegiatan sosial ini akibat
banyaknya permintaan dan motivasi tertentu dari masyarakat itu sendiri
(Anonimous, 2009).
Untuk mencapai keberlangsungan, lahirlah konsep yang dikenal sebagai
Corporate Social Responsibility (CSR). Dimana CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar
perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat
mencapai profit yang maksimum yang dapat meningkatkan harga saham
(Tresnawati, 2008).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 UU Perseroan
Terbatas (UUPT). Dengan adanya UU ini, maka perusahaan, industri atau
korporasi juga dituntut untuk memperhatikan aspek sosial, dan lingkungan selain
daripada aspek keuangannya. Namun demikian, CSR belum seluruhnya
dilakukan oleh setiap korporasi, oleh karena CSR dianggap tidak mampu
memberikan dampak keuntungan keuangan dalam jangka pendek dan mungkin
juga karena ketidaktahuan dalam mengelolah CSR dengan baik. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah merupakan tanggung jawab sosial perusahaan dimana terdapat keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan
perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan ( Anonimous, 2009).
Perkembangan dalam dunia bisnis secara global telah diikuti oleh
peningkatan kesadaran publik akan tanggungjawab perusahaan, terutama dalam
40 tahun terakhir. Indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan
persaingan di dalam dunia bisnis adalah profit dan pertumbuhan, tetapi juga
keberlangsungan dimana untuk mencapainya, perusahaan dituntut untuk
menunjukkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu-isu sosial baik di
dalam perusahaan maupun yang berkembang di dalam masyarakat
(Tresnawati, 2008).
Perkebunan Nusantara III memiliki suatu program yaitu PKBL ( Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan). Dimana dasar dari PKBL adalah mengatur
berbagai urusan urusan yang menyangkut dengan lingkungan PTPN III. Ada
empat urusan dalam PKBL, yaitu:
1. Urusan Keuangan / Umum
2. Urusan Perencanaan
3. Urusan Pembinaan
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan program baru di PTPN III yaitu mulai efektif dari tahun 2009, CSR (Corporate Social Responsibility)
dibuat karena instruksi dari pemerintah yang harus dan wajib dilaksanakan.
Kebijakan itu dibuat dalam:
1. Keputusan Mentri No.100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002
2. Keputusan Mentri BUMN KEP 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003
3. Surat Edaran BUMN SE 433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003
4. PEROS/MBU/2007 tanggal 27 April 2007
Anggaran CSR (Corporate Social Responsibility) diberlakukan untuk seluruh BUMN, misalnya PERTAMINA, PLN, Bank, Perkebunan, dan lain lain.
Jadi untuk di Sumatera Utara ada 36 BUMN yang memiliki anggaran CSR dan
koordinatornya adalah PT. Perkebunan Nusantara III. Di PT. Perkebunana
Nusantara III dana CSR dialokasikan kepada enam sektor utama, yaitu:
1. Bantuan untuk olahraga
2. Bantuan untuk peringatan hari besar atau perayaan
3. Bantuan untuk pelestarian
4. Bantuan untuk pangan atau hortikultura
5. Bantuan untuk sarana atau prasarana umum
6. Dan lain lain ( Institusi, pemberian bantuan untuk penghijauan)
PT. Perkebunan Nusantara III membuat program CSR ini dari tahun 2010
dan dilaksanakan pada tahun 2011. Bantuan yang diberikan kepada petani padi
termasuk dalam bantuan untuk pangan atau hortikultura, bantuan yang diberikan
benih, dan pestisida yang diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara III dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Bantuan Fisik Benih, Pupuk, dan Pestisida yang Diberikan oleh PT. Perkebunana Nusantara III kepada Petani Padi di Daerah Penelitian.
No Nama/Jenis Satuan Jumlah
1 Benih padi kg 550
2 Pupuk :
a. KCL kg 2.000
b. Petro/organic/ kandang kg 20.000
c. Dolomit kg 500
Sumber: Perkebunan Nusantara III Tahun 2011
Kebanyakan CSR diberikan dalam bentuk fisik atau barang (95%) agar
tidak disalahgunakan oleh pihak yang diberi bantuan. Bantuan berupa pupuk,
benih dan pestisida diberikan kepada petani padi oleh PT. Perkebunan Nusantara
III sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh kelompok taninya dan sesuai
dengan luas areal tanamnya. Bantuan diberikan sesuai dengan musim tanamnya,
dan dilakukan secara dua tahap yaitu tahap pertama diberikan terlebih dahulu
benih kemudian tahap kedua diberikan pupuk dan pestisida setelah tanaman
tersebut mulai tumbuh. Bantuan ini diberikan kepada petani padi oleh
diberikan kepada petani petani yang masih dekat dengan lingkungan
PT. Perkebunan Nusantara III yaitu paling jauh radius 35 kilometer.
Petani yang ingin mendapatkan bantuan dari PT. Perkebunan Nusantara III
harus masuk dalam kelompok tani, kemudian kelompok tani tersebut membuat
proposal kepada PT. Perkebunan Nusantara III untuk mendapatkan bantuan
tersebut. Bantuan dari PT. Perkebunan Nusantara III dapat langsung diterima
oleh petani padi saat petani padi akan mulai menanam padi.
Dengan diberinya bantuan berupa pupuk, benih, dan pestisida maka petani
padi di daerah penelitian akan memperoleh pendapatan yang lebih meningkat
karena kebutuhan pupuk, benih dan pestisida diberikan sebagian oleh
PT. Perkebunan Nusantara III sehingga petani padi mengeluarkan biaya produksi
yang lebih kecil dibanding sebelum mendapat bantuan dan PT. Perkebunan
Nusantara III memberikan bantuan yang berkualitas tinggi seperti benih dari
varietas yang unggul begitu juga pupuk dan pestisida yang berkualitas sehingga
produktivitas padi meningkat dan pendapatan petani padi juga meningkat.
Petani padi yang mendapatkan bantuan dari PT. Perkebunan Nusantara III
tidak memberikan imbalan berupa materi maupun non materi kepada
PT. Perkebunan Nusantara III setelah petani padi tersebut panen karena bantuan
tersebut diberikan secara cuma-cuma oleh PT. Perkebunan Nusantara III untuk
Pendapatan
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan,
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun,
yang diterima oleh penduduk sesuatu negara. Dari istilah ini pendapatan pribadi
ini dapatlah disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah termasuk juga
pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian-pemberian
yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat dimana
para penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas jasa atau usaha
apapun sebagai imbalan ( Sukirno,2006).
Rumus Pendapatan:
Pd=TR –TC ……….…. (1)
Dimana :
Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total TC = Total Cost atau Biaya Total
Pendapatan dalam usahatani dapat berupa pendapatan kotor (penerimaan)
yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode
diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali. Pendapatan bersih
dalam usahatani adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan
(Suratiyah, 2009).
biaya marjinal (MC= Marginal Cost) yaitu perubahan biaya per kesatuan perubahan produksi,dan biaya rata-rata (AC= Average Cost) yaitu biaya per kesatuan produksi (Suratiyah, 2009).
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Rosana Podesta S (2009) tentang tingkat pendapatan
petani dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu selisih antara penerimaan
tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani serta merupakan ukuran
kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Dengan menggunakan
rumus pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan petani di daerah
penelitian.
Menurut Pintani M.P.Gea (2011) tentang perbedaan pendapatan petani
sebelum mendapat bantuan dan setelah mendapat bantuan dengan menggunakan
uji statistik t-hitung. Dengan menggunakan uji statistik t-hitung dapat dilihat
bahwa bantuan tersebut berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani yaitu
pendapatan petani meningkat setelah mendapatkan bantuan.
Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan fungsi manajemen dalam pemanfaatan dana untuk program
yaitu PKBL ( Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dan untuk mewujudkan
misi perusahaan sebagai perwujudan CSR (Corporate Social Responsibility) di lingkungan wilayah perusahaan maka dibentuklah bagian Kemitraan dan Bina
Lingkungan (BKL) pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang diharapkan
dapat menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan sehingga tercapainya
PT. Perkebunan Nusantara III berupa pupuk, benih, dan pestisida untuk dapat
meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.
Sesuai dengan Keputusan Mentri No.100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002,
Keputusan Mentri BUMN KEP 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003, Surat
Edaran BUMN SE 433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003,
PEROS/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 maka PT. Perkebunan Nusantara III
selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berpedoman kepada Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara dapat melaksanakan tugasnya yaitu dengan
memberikan bantuan kepada usaha kecil, petani-petani dan masyarakat umum
yang masih berada dalam kawasan perusahaan. Bantuan yang diberikan oleh
PT. Perkebunan Nusantara III kepada petani-petani seperti petani padi adalah
berupa bantuan fisik yaitu pupuk, benih, dan pestisida. Perusahaan tidak
memberikan bantuan berbentuk uang karena untuk menghindari penyalahgunaan
bantuan yang diberikan.
Dengan adanya bantuan-bantuan tersebut diharapkan meningkatkan
hubungan baik dengan petani-petani sehingga dapat dirasakan manfaat bagi
petani-petani itu sendiri. Dimana hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
pendapatan petani yang diberi bantuan oleh PT. Perkebunan Nusantara III
sehingga kesejahteraan hidup petani juga meningkat.
Berdasarkan penilaian terhadap kinerja PT. Perkebunan Nusantara III
dengan petani-petani di lingkungan perusahaan, maka dapat dilihat bagaimana
peran PT. Perkebunan Nusantara III tersebut apakah bermanfaat bagi pihak-pihak
Adapun skema kerangka pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 1.
Keterangan:
Menyatakan Pengaruh
Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PT. Perkebunan Nusantara III
Memberi bantuan:
Benih, Pupuk, dan Pestisida
Petani Padi
Usahatani Padi
Produktivitas Usahatani
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:
Hipotesis 2: Pendapatan petani di daerah penelitian sebelum mendapatkan
bantuan lebih rendah daripada sesudah mendapat bantuan.
Hipotesis 3: Adanya pengaruh bantuan PT. Perkebunan Nusantara III yaitu
produktivitas usahatani petani di daerah penelitian meningkat.
Hipotesis 4: Adanya perbedaan tingkat pendapatan petani setelah mendapatkan
bantuan PT. Perkebunan Nusantara III yaitu pendapatan petani di