• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke - Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/Tanggal Pukul Temp aj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke - Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/Tanggal Pukul Temp aj"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG · Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke -Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/Tanggal Pukul Temp aJ Ketua Rapat Sekretaris Acara Had ir :BUDIDAYA TANAMAN 1991 -1992 III 8 (delapan) Rapat Kerja Terbuka Selasa, 25 Pebruari 1992 09.00 WIB

Ruang Rapat Komisi IV Gedllllg DPR-RI (KK-IV) Jalan Jenderal Gatot Subroto Jakarta

Ir. Abdurachman Rangkuti. Taqwim, S.H.

Pembahasan Tingkat III Rancangan Unc!ang-undang tentang Budidaya Tanaman.

1. Anggota Komisi IV DPR-RI : - 3 2 dari 44 orang Anggo~ 2. Pemerintah :

Menteri Pertanian.

(2)

PIMPINAN KOMISI IV DPR-RI 1

l. Ir. Abdurachman Rangkuti, 2. H.A. Poerwo8lsmito, 3. Sutahan M., 4. H. Imam Churmen, 5. Ir. H. Andjar Siswojo.

ANGGOTAKOMISI IV DPR-RI:

1. Dr.s. H. Loekman, 2. H. Jamaris Yoenoes, 3. Drs. H. Ismail Suko, 4. Har-doyo, 5. Wamohardjo, S.E., 6. H. Mohammad Soelardi Haclisaputro, 7. Ny. Dra. Soekati Marwoto, 8. Drs. Soedarmadji, 9. Drs. Sarif Said Alkadrie, 10.

Drs. H. Sofyan Chairul, 11. H.M. Ali Sri Inderadjaja, 12. Obos Syabandi : Purwana, 13. H. Ibrahim Salam, 14. Ir. Umbu Mehang Kunda, 15. Ny.

Pe-tronella Maria Inacio, 16. Drs. S. Soemiarno, M.A., 17. P.H.M. Siahaan, 18. Siswadi, 19. R.P. Soebagio, 20. F. Sukorahardjo, 21. Dra. Siti Sundari, 22. D.P. Soenardi, S.H., 23. Marclinsyah, 24. H. Muhammad Djafar Siddiq, 25. H. Abdullah Chalil, 26. H.R. Djadja \\tlnatakusumah, 27. H. Mansursyah.

PEMERINTAH/DEPARTEMEN PERT ANIAN :

1. Ir. Wardoyo (Menteri Pertanian), 2. Dr. Ir. Syarifuddin Baharsyah (Menteri Muda Pertanian), 3. A.R. Tondok, 4. Mohammad Mu8l, 5. Djunaedi Tossin Al Fataer, 6. Sutarno, 7. Suroso, 8. Jafri J., 9. Sumaki, 10. Chavil A.R., 11. J.H. Saman, 12. Achmad Abdullah, 13. S.O. Manurung, 14. Suhirman, 15. Sujudi, 16. A .. Seelim, 17. Sorta H.

KETUA RAPAT' (IR. ABDURACHMAN RANGKUTI) : Assalamu 'alaikum warahma tullahi wa barakatuh.

Setelah melibat daftar had:ir, semua unrur Fraksi sudah.had:ir semua dan jumlah anggota yang had:ir juga cukup. Maka dengan ini rapat kami buka kem-bali

Bapak Menteri, Bapak Menteri Muda yang kamihormati,

Bapak-bapak eselon I seluruh jajaran Departemen Pertan:ian yang karni hormati, dan rekan-rekan Anggota Komisi IV DPR-RI yang terhormat.

Pagi ini ada surat masuk lagi dari FKP kami bacakan. Usul Penyempur-naan DIM FKP tentang Budidaya Tanaman, Jakarta 22 Pebruari 1992, Kepada yang terhormat, Ketua Komisi IV DPR-RI.

Setelah FKP mempelajari kembali DIM yang telah disampaikan maka ter-dapat kekurangan yang sangat esensial dalam usulan FKP seperti tertera pada halaman 45 DIM yakni Pasal 33 usulan FKP, dalam DIM tersebut tertulis "(1) Setiap orang a tau badan hukum yang memanfaatkanja8l atau sarana yang di-sediakan oleh Pemerintah dalam melakukan kegiatan usaha budidaya tanaman dapat dikenakan pungutan". (2) Ketentuan Pungutan sebagaimana dimaksud · dalam Ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah".

(3)

Seharusnya Pasal 43 yang lengkap berbunyi : (I) Setiap orang a tau badan hukum yang memanfaatkan jasa atau sarana yang disediakan oleh Pemerintah dalarn rnelakukan kegiatan usaha budi daya tanaman dapat dikenakan pungut-an". "(2) Petani kecil berlahan sempit yang melakukan kegiatan Budidaya tanaman hanya rnemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak dikenakan pu-J1!Utan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1 )''. "(3) Ketentuan pungutan se-bagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih Janjut dengan Peraturan Pemerintah".

Demikian untuk dimaklumi. Ini kami kira sudah diedarkan. . FADRI (F. SUKORAHARDJO): INTERUPSI

Kamijuga mengajukan, formal Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT :

Baiklah, Bapak/lbu yang kami hormati FPP (MARDINSY AH) : INTERUPSI Bapak Ketua, juga ada dari kamiPak. KETUA RAPAT :

Ada surat juga dari FPP, Jakarta 24 Pebruari 1992, Perfual ralat DIM. (Surat TerJampir)

Kami kira naskah lampiran tidak perlu dibacakan jadi baban saja bagi kita secara formal. Ada lagi surat-surat yang perlu dibacakan karena kita me-mang bisa meralat, kecuali yang sangat esensml bisa saja DIM baru.

Setelah FraksHraksi mempelajari tanggapan jawaban Pemerintahan ter-hadap persandingan DIM, kami kira sudah dapat memahami, sudah dapat garnbaran yang lebih jelas, ada juga kesepakatan dalam· perjalanan menca:ir kembali, karena memang secara obyektif kesepakatan itu bisa menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Sebagaimana kesepakatan kita ingin mencari atau menghasilkan RUU yang nantinya akan menjadi Undang-undang yang terbaik yang dapat kita lakukan baik dari segi penulisan bahasa

Indone-ma

yang baik dan benar, maupun dari sisi hukumnya, yang mana kita keta-h:ui Undang-undang yang mencakup pengaturan, aspek pidana dan aspek lain-lainnya, yang disebut juga sering amanat tertentu di dalam Undang-undang baik kepada Pemerintah maupun kepada masyarakat seca.ra luas.

Baiklah walaupun sudah ada tertulis yang sebagaimana yang sudah kita tempuh dalam RUU Karantina, maka kita akan menggunakan cara itu meng-gunakan DIM yang ada, nanti penyusunan dan sebagainya tidak perlu kita debatkan terlalu lama di sfu:i, di Paripurna Komisi ini diserahkan saja ke

(4)

Pa-nitia Kerja. Memang demildan yang biasa, karem yang paling penting adalah di paripurm Komisi adalah esensi, walaupun sebagaimana kami kemukakan pada waktu Undang-undang Karantim, sering pula perumusan menimbulkan makna, yang bisa inte.rpretatif dan ini sangat besar resikonya di dalam pelak-sanaan Undang-undang mmti, seharusnya Undang-undang semua formulasi-nya j elas, tegas dan tidak inte.rpretatif sejauh mungkin.

Demikian sebagai pengantar lagi untuk memasuki RUU ini, maka lang-sung saja kita membicarakan dengan menggunakan DIM, dan tentunya juga tanggapan Pemerintah. Kita mulai dengan judul. Di dalam DIM kita Iiruit · ada dua Fraksi yang mencatat seaiatu dalam kolomnya, usul penyempurnaan judul FKP dan FPDI yang tadinya ada usulnya dan secara formal telah ditarik, sehingga tinggallah FKP dengan usulannya yang wdah mendapat tanggapan dari Pemerintah dan sebagainya, namun tintuk merumuskannya, maka kami berikan kesempatan pada FKP untuk kembali menjelaskan mengenai usulan perubahan juduL

Kami persilakan FKP.

FKP (H. MOHAMMAD SOELARDI HADISAPUfRO) : Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang kami hormati Bapak Pimpinan, Bapak Menteri dan Bapak Menteri Muda Pertanian besexta seluruh jajarannya.

Pagi ini alhamdulillah kita mulai membicarakan RUU Budidaya Tanaman sebagaimana yang diajukan Pemerintah dengan Amanat Bapak Presiden ke-pada DPR.

Untuk tidak memperpanjang. waktu, maka perkenankanlah kami atas nama FKP mengemukaka~ alasan mengapa kita mengajukan usul judul yang semula diajukan "BUDIDAYA TANAMAN" sebagaimana tertulis dalam DIM ditambah dengan "USAHA BUDIDAYA TANAMAN". sebagaimana kami ,kemukakan di dalam p~ndangan umum kami FKP, maka kebanyakan orang berkesimpulan bahwa muatan RUU ini mengatur mengenai hal-hal yang ber-sifat teknis karena pengertian istilah pengertian Budidaya tanaman, konotasi-nya terletak pada aspek penemuan dan penexapan teknologi dalam kegiatan usaha pextanaman baik yang berlungsi ekonomis maupun non ekonomis, se-perti tanaman pekarangan yang berfungsi estetika dan lain-lain, sementara itu sebagaimana telah diungkapkan dalam pola .pikir dan pokok-pokok pikiran pemandangan umum FKP !yang lalu memuat RUU tentang budidaya tanaman menyangkut aspek jauh lebih luas karena berkaitan dengan aspek rekayasa sosill budaya, rekayasa sosial ekonomi dan rekayasa teknologi, maka dalam hubungan ini FKP akan lebih tepat bila judul RUU dilengkapi dengan judul RUU tentang "USAHA BUDIDAYA TANAMAN". Kami telah mempelajari tanggapan dan pendapat daripada Pemerintah yang pada garis besarnya menu-rut kamus Bahasa- IndoI}esia diungkapkan bahwasanya Budidaya tanaman

(5)

telah menyangkut usaha-usaha didaJamnya, namun demikian kami secara k& seluruhan belum dapat memahami akan kebenaran daripada kamus tersebut. Oleh

karem

itu kami berpendapat bahwa masih perlu dipertimbangkan peru-bahan judu1

irii

yaitu "USAHA BUDIDAYA TANAMAN". Kami kira demi-kian pendapat kami kiranya sementara kami sudahi demidemi-kian.

Terima kasih. KETUARAPAT: Terima kasih FKP.

Tiga lainnya tidak ada, kami persilakan menanggapi usul FKP ini Sila-kan FABRI.

FABRI (DRA. SITI SOENDARI):

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang telah diberikan pen-jelasan oleh Pemerintah kemarin. Dalam rangka menanggapi judul tentang

RUU ini, · F ABRI setuju judul seperti yang diajukan oleh Pemerintah, yaitu RUU tentang BUDIDAY A T ANAMAN walaupun menurut Kamus besar

Ba-hasa Indonesia, seperti yang dijelaskan oleh Pemerintah rnernpunyai arti usa-ha yang bermanfaat dan rnemberikan usa-hasil, sedangkan penarnbausa-han kata "USAHA BUDIDAY AT ANAMAN" seperti yang d:iajukan oleh FKP, rnengan-dung pengert:ian yang komersial, sehingga.akan rnernpersernpit ruang lingkup daripada RUU ini Sedangkan rnenurut kami FABRI di dalam kata "BUDl-DAYA" itu send:iri sudah ters:irat suatu upaya atau usaha dalarn perwujudan-nya berupa keg:iatan-kegiatan.

Oleh karenanya apabila.ditambahkan kata "USAHA" sebelum kata "BU-DIDAY A" akan berkesan berkelebihan, jadi dalarn judul ini F ABRI tetap pada perumusan RUU yang d:iajukan oleu Pemerintah, walaupun dalam p& nulisan Karnus Besar Bahasa Indonesia itu "BUDIDAY A" dibagi rnenjadi dua kata. Sedangkan seperti kita rnelihat dalarn Undang-undang perikanan itu "Budidaya itu d:irangkai mettjadi satu kata, serperti juga budidaya tanarnan ini, namunjiwanya tetap sama.

Dernikian pettjelasan daripada FABRI. KETUARAPAT:

Terima kasih FABRI, silakan FPP.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'F AR SIDDIQ): Assalamu 'alaikurn warahmatulJahi wabarakatuh.

Saudara Ketua, kaJau di daJam pembahasan Undang-undang Karantina kami pernah mengajukan tambahan kata "Usaha Karantina", rnaka

(6)

pengerti-an Usaha Karpengerti-antina .seteJah karni peJajari ternyata rnencakup berbagai upaya di daJarnnya, sehingga penarnbahan kata "Usaha" itu karni tarik dan sinkron dengan pandangan sernacarn itu, karni rnenyadari bahwasanya pengertian "Budidaya Tanaman" tidak saja rnengandung aspek hanya sekedar usaha, te-tapi juga rnencakup berbagai dimensi yang terkait Jangsung atau tidak Jang-sung, masalah paska panen urnpamanya, adalah bagian yang sangat strategis dalarn rangka mem-follow up upaya budidaya tanaman dan itu termuat, karni kira di dalam Undang-undang ini Karena itu ungkapan berdasarkan pengerti-an "usaha" semata, mempengerti-ang punya konotasi adalah suatu kegiatpengerti-an ypengerti-ang ber-sifat bisnis a tau suatu usaha untuk yang berber-sifat konotasi ek9nomis. Tapi bu-didaya tanaman semacam juga karantina hewan dan sebagainya itu, mengan-dung lingkup luas yang perlu dicermati dan karenanya sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Pemerintah pengertian "budidaya tanaman" itu, tidak saja mengandung aspek usaha tetapi juga aspek penelitian di dalamnya, aspek pe-ngembangan, aspek paska panen, apalagi dalam kerangka kita menghadapi perkembangan mutakhir dengan pengembangan bioteknologi dengan genetic engeenring-nya diperlukan langkah-langkah yang terkait di dalam upaya mem-buat budidaya tanaman itu bermutu, berkualitas dan memiliki keunggulan kornperatif dalam aspek hubungannya dengan asset ekonomi internasional apabila kita ingin menjadi eksportir dunia dalam bidang pertannn.

Oleh karena itu, maka mungkin untuk kali ini, kami terpaksa juga harus menarik ungkapan kata "Usiha" tadi pada saat membicarakan Karantina un-tuk disepakati agar supaya apa yang sudah diajukan di dalam RUU yang diaju-kan Pemerintah, itulah yang kami kira tidak berkelebihan dan memuat mu-atan yang cukup luas dalam kaitannya dengan berbagai hal secara dimensional. Oleh karena itu kami sekali lagi mohon maaf kepada FKP untuk kali ini ber-sama-sama dengan rekan dari Pemerintah, FPDI dari FABRI, meskipun F ABRI dinamisitor tetapi kadang-kadang dibetulkan juga dinamisatornya itu di dalarn pembahasin RUU ini, bukan dalam aspek pertahanan dan ke-amanan.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Kami lupa mencatat dari FABRI ada masalah baru soal penulisan budi-daya pisah atau disatukan, kaJau menurut kamus dipisih, "budi budi-daya", tapi nanti saja itu kita bicarakan.

Silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH) : Terima kasih Saudara Ketua.

Bapak Menteri dan Bapak Menteri Muda Departemen Pertanian dan jajarannya yang karni horrnati

(7)

Menanggapi usulan rekan kami yang tercinta ini, yaitu mengenai masa-Jah judul dari RUU yang kita bicarakan sekarang ini Sete1ah mempelajari ja-waban dari Pemerintah dan pertjelasan terakhir dari FKP itu sendiri Dari kami mengharapkan adanya suatu pengertian mengenai masalah perubahan judul ini, jadi memang apa yang dikemukakan oleh FKP itu sendiri mengenai

ma-silah keraguan atas Kamus Besir Bahasa Indonesia itu sendiri Di dalam hal ini kami mengharapkan pertjelasan yang semestinya, sebab kalau kita lihat jawaban Pemerintah berdasarkan Kamus besir Bahasa Indonesia kalau penger-tian budidaya saja, penulisannya itu kalau penjelasan kata ahli bahasa kema-rin, itu ada budi dan daya, karena itu harus dipisahkan, maka dengan demi-kian, mengenai masalah adanya usulan darirekan kami, ditambah kata "USA-HA BUDIDAYA TANAMAN", dikaitkan dengan jawaban Pemerintah ber-sumber pada kamus besir Bahasa Indonesia kamipun dalam hal ini meragukan penjelasan Pemerintah, kalau mengambil istilah kamus besir dikaitkan dengan penulisin budidaya. Oleh karena dengan demikian mohon direnungkan kem-bali oleh Pemerintah mengambil batasan kamus bes:tr bahasa Indonesia ini, tetapi biarpun dengan demikian Bapak Ketua, tidak berarti kami ini akan menyetujui usulan dari FKP, barangkali kalau rekan kami dari FPP kali ini

Barangkali dari kami ini ujung perkataan pembahasan sekarang ini oleh kare-na kamipun kemarin telah mekare-narik kembali setelah kami mempelajari kaitan dengan pasal-pasal selanjutnya. Maka Pimpinan Fraksi kami menelaah bahwa DIM kami itu harus diralat, maka oleh karena demikian yang diusulkan oleh FKP kata "USAHA BUDIDAYA TANAMAN" kami kurang sependapat, ada-nya kata "USAHA" darjpada judul ini Jadi kami kembali kepada judul nas-kah, di sini kami mengatakan kurang sependapat.

Sekian dan terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih.

Barangkali Pemerintah ingin menambahkan motivasi pandangannya un-tuk judul ini

Silakan Pak.

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR. WARDOYO) :

Bapak Pimpinan dan para Anggota Komisi IV DPR-RI yang kami hor-mati

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada FPDI yang telah me-ralat usulan penyempurnaan dalam DIM, sehingga dengan demikian tidak ada lagi ada pe.rbedaan dengan yang tercantum di dalam RUU dan tentu selanjut-nya demikian, jadi kami ucapkan terima kasih.

Mengenai usulan darjpada FKP mengenai usul mengenai penambahan kata "Usaha" didepan "budidaya tanaman", kami kira tanggapan Pemerintah

(8)

tetap seperti yang tt"J"cantum da1arn naskah RUU ini, sebagai tanggapan tt"J"tu-lis, karem rnernang sekali Jagi yang kita rnaksudkan di sini adalah budidaya tanarnan itu rnerupakan suatu sistem dan da1am sistern tersebut rnenyangkut berbagai kegiatan rnanusil yang melibatkan modal, teknologi, sumber daya, maupun untuk menghasilkan barang dan dengan demikian maka bersifat baik komersial rnaupun non kornersial. Sedangkan kata "usaha" seperti tadi yang te1ah kami kemukakan di situ~ ini berkonotasi komersi<il, dengan utarna a1as-an itu, rnaka tentu pengertia1as-an ya1as-ang terca1as-antum di da1am kamus itu memper-kuat a1asan mengapa Pemerintah berpendapat bahwa kata "Budidaya Tanam-an" tanpa ditambahi dengan "usaha" ini kami kira akan lebih tepat menjadi judul daripada Undang-undang tersebut. ItuJah kami kira alasan utarna seperti yang teJah kami kemukakan, sehingga kami kira mungkin kita atau FKP per-lu mereIRlngkan kembali dengan sifat yang.kita ingin dicakup baik komersial maupun non komersitl di da1am pengertian tersebut, penambahan kata "usa-ha" kami kira akan menjadi berlebihan, seperti yang telah kami kemukakan.

Mengenai penulisan di dalam kamus, n:iemang ka1au kita lihat betul bah-wa budidaya disini diartikan sebagai usaha yang bermanfaat dan mernberi ba-sil di situ diambil contoh mimlnya "budidaya" dan perlu ditingkatkan untuk rnenghasilkan devisa. Jadi usaha untuk rneningkatkan yang berhubungan de-ngan udang untuk bisa rnenghasilkan devist. Memang penulistnnya di situ terpisah, hanya di da1am pedornan ejaan bahasa Indonesia yang disempurna-kan, rnaka kata "Budidaya" itu merupakan kata majemuk, sehingga penulis-annya itu disatukan seperti mistlnya matahari, bumiputra, dan sebagainya, sehingga dengan demikian maka Budidaya di sini juga penulisrnnyapun di-mtukan. Kami kira demikian sebagai tambahan penje1asan.

T erirna kasih. KETUA RAPAT : Terirna kasih.

Barangkali sete1ah mendengarkan pandangan dari 3 Fraksi dan kembali kepada Pemerintah FKP ada pikiran yang berkembang barangkali, silakan.

FKP (IR UMBU MEHANG KUNDA):

Saudara Ketua cian Bapak Menteri serta Bapak Menteri Muda dan seluruh jajaran Departemen yang kami hormati.

MemaQg berbicara mengenai kata "budidaya" memang FKP dari sejak semula walaupun melihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang di-terbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan katanya dipisah dari sejak awal FKP memaharni sedalam-dalarnnya bahwa kata ini memang sudah merupakan satu kesatuan pengertian di dalarn kita mempelajari ilmu per-tanian.

(9)

Dengan demikian Bapak Ketua dan Bapak, lbu yang kami hormati, seperti dijelaskan tadi oleh Pak l..ardi FKP memang ide untuk menambah kata upaya di depan kata budidaya kata usaha di depan kata "budidaya" semata-mata untuk menghindarkan kesalahpahaman dan kesalahpengertian oleh khalayak ramai oleh masyarakat pada umumnya tentang apa dan bagai-mana yang mau dikehendaki di dalam pengaturan sebuah Undang-undang, dalam pemahaman yang demikian Pak Ketua yang kami hormati memang kalau kita melihat pengertian kata ''budidaya" bab yang dijelaskan di dalam kamus itu memang secara sepintas lalu kita dapat memahami bahwa dalam kata itu sudah terkandung makna usaha. Namun kalau kita bandingkan dengan pengertian dokumen yang sama yang memuat pengertian tentang usaha maka barangkali pemahaman bahwa dengan penambahan itu akan berlebihan barangkali kali bisa kembangkan pengertian yang barangkali lebih lanjut bisa kita kembangkan. Di dalam kamus yang sama Bapak, lbu dan Saudara sekalian ditulis mengenai pengertian usaha di situ diartikan bahwa usaha adalah kegiatan dengan menggerakkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu maksud.

Yang kedua · pengertiannya adalah sesuatu pekerjaan atau perbuatan prakarsa, ikhtiar, daya upaya untuk mencapai sesuatu. Dalam hubungan penjelasan kami yang di depan Bapak Thu dan Saudara sekalian memang sebetulnya kehendak FKP dengan penambahan kata "upaya" itu "usaha" itu bukan untuk usaha itu. Namun FKP hanya berkehendak sebagaimana kita menemukan suatu perumusan yang betul-betul memberikan pemahaman dan pengertian yang luas kepada seluruh Warga Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini, sehingga Undang-undang ini kita hindarkan pemaharnan yang sangat, apalagi kalau kita bandingkan dengan karnus yang ditulis oleh John Mike Ekos dan Hasan Sadeli dalarn karnusnya Indonesian English Decselery kata "usaha" di situ terkandung rnakna k~ta inisiatif extion, ikhtiar, dengan demikian penambahan kata "Usaha" akan memberi makna yang lebih dinamis di dalam pengalaman kita di dalam budidaya tanaman.

Dengan demikian sebetulnya Saudara Ketua, memang FKP belum bisa katakanlah menerima pandangan-pandangan bahwa itu overbodech bahwa itu berlebihan bahwa kata "usaha" itu mengandung makna komersial seperti diungkapkan dalam penjeiasan resmi dari Pemerintah. Mungkin ada alasan-alasan lain yang bisa kita kembangkan lebih lanjut Bapak Ketua, sehingga memperjelas dan dengan demikian pada akhimya kita sepakati barangkali nanti. Oleh karena itu memang Bapak Ketua yang kami hormati FKP masih menghimbau rekan-rekan Fraksi lain untuk kita kembali meng-kaji untuk lebih memahami barangkali siapa tahu di dalam pembahasan pengkajian kita mungkin kita menemukan kata-kata yang lain barangkali yang bisa memberikan pemahaman seperti yang dimaksudkan oleh FKP. Dengan demikian Sau<lara Ketua barangkali untuk tahapan sekarang ini FKP masih mau mengharapkan pandangan dan pemikiran yang lebih

(10)

lanjut dari rekan-rekan Fraksi lain untuk kita mempertajam analisa kita mengenai usulan · kata "Usaha" di depan kata "budidaya tanaman" dalam pemahaman bahwa memang FKP sungguh menempatkan kata "budidaya" sebagai kata satu kesatuan yang harus dilihat bukan dalam rangkaian kata budi dan daya, tetapi sebagai satu kata pemahaman di dalam konteks kita di dalam membicarakan pertanian dalam artian yang sempit. Dengan demikian barangkali kita terhindar dari pemahaman bahwa Undang-undang ini hanya sekedar mengatur tentang tanam menanam, sekedar mengatur tentang pe-nyemprotan, sekedar mengatur ten tang pengaturan air, dan segal.a macam itu.

', Dengan demikian mudah-mudahan dengan penambahan satu kata apakah itu usaha, apakah itu yang lain yang bisa kita tem~kan barangkali karena pada hakekatnya seperti apa yang dikemukakan oleh rekan FPP itu tadi, kehendak FKP pada dasamya mau menempatkan judul Undang-undang ini bukan pada hepi obyek pengaturan itu yaitu budidaya tanaman, tetapi yang mau kita tempatkan di dalam para dikme yang lebih luas barangkali, para-dikme sumber daya manusia, parapara-dikme tentang pengaturan budidaya karena di dalam diktum Undang-undang ini pun secara jelas diungkapkan usaha-usaha yang akan kita lakukan dalam menemukan varietas unggul dalam menemukan plasma nutfah dan segala macam.

Yang keseluruhannya itu adalah merupakan rangkaian daripada usaha-usaha yang harus kita laksanakan di dalam rangka meningkatkan dan pe-mantapan kegiatan budidaya tanaman ini. Barangkali dalam pemahaman itu Bapak Ketua kami akhiri dulu apa yang patut kami tegaskan dalam ke-sempatan ini.

Teri.ma kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih FKP.

Nampaknya masih ini menggunakan sumber yang sama ini kamus ini, kamus atau usaha budidaya atau usaha budidaya rnasih belum ada kesepakat-an tapi ada pkesepakat-ancingkesepakat-an barkesepakat-angkali dari FKP ykesepakat-ang menykesepakat-angkut di dalam meng-gunakan kata "usaha'', tapi satu kata yang bisa memberikan satu, setelah membaca judul saja setiap orang bahwa soal tehnik tanam menanam, mungkin ada pemikiran siapa <lulu, FPP barangkali.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ); Saudara Ketua.

Kami sependapat dengan ucapan bahwa dimensi usaha itu mengandung dua arah yang sangat yang tadi diungkapkan, tapi karena di dalam pengertian budidaya ada mengandung usaha maka pengertian itu inkrodit di dalamnya. Dengan demikian seperti juga di dalam pembahasan kita di dalam masalah konservasi sumber daya alam hayati di sana sebenarnya ada keinginan 22

(11)

usaha, usaha secara semaksimal mungkin untuk mengkonservei ini, tetapi kita tidak menggunakan kata "usaha". Tapi di dalam muatan konservasi itu sudah mengandung bermacam-macam hal yang sifat dimensional. lnilah pikiran kami untuk mengemukakan konservasi itu, tetapi setelah dipertim-bangkan di dalam pengertian muatan yang sudah mengandung lebaran cukup dalam kami kira sudah mengandung di dalam pengertian usahanya itu. ·

Dan dikatakan bahwa kamus memberi makna budidaya itu adalah usaha, maka pengertian usaha itu adalah termasuk apa yang diungkapkan oleh rekan kami yang tercinta hitam-hitam manis ini seperti kami, hal itu sudah termasuk di dalamnya, oleh karena itu untuk mencari padanan lain sebagai ganti seperti dikatakan secara ikut-ikut tidak bertahan dalam pengertian usaha kami belum bisa mencari tam bahan itu.

Kalau ini memang masalah mµskil untuk sebuah kata dan FKP masih bertahan mungkin mencari ilham satu paradikma tadi diungkapkan karena adalah sebuah pemikiran yang punya muatan luas, kami kira ini ditin~galkan saja, tinggalkan saja toh nanti dalam pembahasan seluruhnya setelah kita bisa merasakan keseluruhannya inti pokok persoalan yang menjadi muatan Undang-undang ini atau kita bisa menemukan sebuah kata atau kita kembali kepada asal-usul pengacuan RUU ini. lni enggak ada masalah sebenarnya tidak sangat essensial, pengertian budidaya itu di dalam kamus itu pengertian stidah mengandung semua berbagai dimensi di dalamnya.

Kami kira itulah sekedar pandangan kami dan terima kasih. KETUA RAPAT:

Silakan FPDI barangkali ada sekedar pandangan setelah ada pandangan, manakala ada inspirasi atas usulan FKP.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Saudara Ketua.

Terima kasih atas kesempatan kedua kalinya untuk memberikan tanggap-an atas usultanggap-an dari rektanggap-an kami ytanggap-ang tercinta ini bahwa FKP masih tetap bertahan kepada usulannya di dalam hal ini kami menghormati sekali, memang itu adalah haknya, tetapi untuk saling remmg-merenungkan ini kami sependapat kalau masalah ini diendapkan sementara.

Sekian, terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, FABRI silakan. FABRI (F. SUKORAHARDJO):

Kami tetap berpandangan bahwa tidak perlu ditambah k~ta "lfsaha" kami ingin mengambil referensi dari Undang-undang Perikanan kami bacakan.

(12)

Pada Pasal 1 Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara membesarkan· atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya. Di sini pengerti-annya sudah demikian luas yang -mengandung suatu pengertian sistem, se-hingga tercakup di dalamnya itu bukan hanya satu kegiatan tapi ada suatu usaha.

Kemudian kalau kita baca di dalam Bab VI di dalam Bab Ruang Lingkup Pasal 2 itu juga dikatakan bahwa Ruang Lingkup Budidaya Tanaman itu adalah pengolahan sampai dengan panen. Dengan demikian maka juga suatu proses proquksi sebenarnya dengan demikian juga mengandung pengertian suatu usaha yang beraspek menejemen, oleh karena istilah budidaya tanaman sudah mengandung kata "usaha" sehingga tidak perlu lagi ditambah dengan ka ta "usaha".

Kemudian kami tertarik kepada kami katakan tadi sudah disebutkan tapi malah kami juga mendengarkan penjelasan Bapak Menteri sampai 2 kali · baik di TVRI maupun di RCTI, bahwa budidaya tanaman adalah me-rupakan satu sistem dan di dalam penjelasan Bapak Menteri yang kemarin dijelaskan sudah dijelaskan mengenai sistem, kami ingin menanyakan kepada Bapak Menteri sistem yang dimaksud adalah sistem dengan pendekatan fungsional atau pendekatan komoditi Pak. Dengan demikian kita bisa melihat · lebih jauh lagi kandungan daripada kegiatan-kegiatan yang ada di sini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Kami kira sepertinya ada pemikiran kami persilakan Pemerintah untuk menjelaskan, penjelasan mengenai penjelasan satu sistem barangkali di dalam tanggapan terhadap DIM kemarin.

Silakan Bapak Menteri.

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR. WARDOYO)~ Bapak Pimpinan dan Bapak, Ibu, Saudara yang kami hormati. Jadi kami kira kita maksudkan sistem disinologi sistem di situ kami kira lebih kepada menyangkut fungsional jadi fungsi-fungsi yang terkait dalam pada suatu sistem dan tentu tanamannya komoditinya menfadi baii.an daripada fungsi-fungsi yang nanti memang akan nanti dikembangkan itu. Jadi di sini memang nanti hal-hal yang terkait dengan fungsi sistem fungsional itu dalam kaitannya dalam budidaya tersebut. Kalau kita melihat lebih )anjut dalam kamus tadi kalau kata daya dan budi earl artinya juga begitu, daya sendiri memang sudah merupakan usaha kerja sedang budi adalah suatu hal baik yang luhur yang bennanfaat, sehingga dalam daya sendiri itu sudah termasuk pengertian usahanya itu. Jadi kami kira itu dalam rangka untuk menambahkan mengapa kita hanya menggunakan kata "budi-daya tanaman" dengan tidak memasukkan kata "usaha".

(13)

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Barangkali untuk ronde ini FKP ada perkembangan pemikiran terutama mau ditunda dulu ini.

Silakan.

FKP (DRS. SOEDARMADJI):

Bapak Pimpinan, Bapak Menteri dan Sidang yang kami muliakan. Jadi permasalahan yang kita bahas ini memang merupakan masalah yang nanti diikuti dengan satu ketentuan-ketentuan yang lain sehingga masalah yang kita bahas ini adalah masalah judul daripada RUU itu sendiri. Betapa penting dan pokoknya permasalahan ini harus kita selesaikan kami telah mendengarkan saran-saran pendapat dari rekan-rekan Fraksi, baik dari rekan FABRI, rekan FPP maupun FPDI dan juga Pemerintah di sini bukan berarti satu lawan empat, karena bukan lawan melawan dalam kesempatan ini tapi untuk mencari yang terbaik, bobot di dalam kita akan kita memberikan sumbangsih kepada rakyat Indonesia.

Saudara. Ketua.

Memang kami rnasih mengatakan tidak terlalu apa kurang renar baik disampaikan FKP harus karena kalau kita lihat di dalam GBHN di dalam usaha pertanian itu banyak usaha yang dikatakan oleh GBHN usaha-usaha misalnya usaha-usaha diversifikasi, usaha-usaha-usaha-usaha intensifikasi, usaha-usaha-usaha-usaha ekstensifikasi nah sekarang kita main kamus, apa itu diversifikasi, apa itu diversifikasi, apa itu intensifikasi, intensifikasi yang boleh dikatakan sebagai perihal peningkatan kegiatan yang lebih di sini ada unsur kegiatan. Kegiatan itu tidak usah pakai usaha sudah merupakan suatu kegiatan merupakan kekuatan dari dalam itu intensifikasi.

Nah sekarang kalau kita lihat lagi misalnya saja diversifikasi itu juga ada unsur kegiatannya yang yaitu kegiatan penganekaragaman usaha untuk menghindari ketergantungan des di sini malah ada kata "usah". Jadi kalau usah diversifikasi lalu bisa menjadi usaha-usaha, des itu kalau kita main kamus. Namun demikian Bapak Ketua tentunya kita tidak kut the kut seperti dikatakan rekan pertama tadi untuk rnernpertahankan ini harus, tapi kita mencari sekali lagi yang terbaik.

Kami rnemang agak tertarik dengan masih agak karena belum di dalam pembicaraan lanjut yang disampaikan oleh rekan F ABRI jadi yang juga tadi juga digongi oleh Pemerintah mengenai sistem, memang kalau kita buka halaman pertama tanggapan daripada Pemerintah ini dikatakan pengertian budidaya tanaman seperti dimaksud dalam Pasal l merupakan satu sistem daripada, memang kalau kita main kamus lagi sistem itu adalah seperangkat

(14)

unsur yang secara teratur saling berkaitan hingga membentuk satu legalitas, totalitas.

Jacii dengan demikian maka kalau kita renungkan dengan sistem itu juga mungkin ada benarnya ta pi yang kami. utarakan tadi perkara usaha itu juga tidak terlalu salah, karena ada diversifikasi ada intensifikasi dan sebagai-nya.

Namun Bapak Ketua sebagaimana dikatakan tadi yang kita bahas adalah merupakan judul, karena itu untuk lebih memantapkan dan memberikan bobot daripada RUU yang kita bahas ini alangkah baiknya ini perlu kita dalami di dalam pembicaraan yang lebih khusus mungkin secara konkret kami usulkan saja pada Bapak Ketua untuk diadakan lobi begitu barang sebentar, gitu Pak bagaimana ini sih sebenarnya ruangan sekian besarnya biasanya agak sulit, tapi kalau Jobi itu ya misalnya ya, ya itu sudah dipikir. Jadi dengan demikian Pak Ketua kami ingin mengusulkan bahwa tidak untuk ditangguhkan sebagaimana diusulkan oleh rekan FPP sekalipun itu simpatik tapi kurang tepat tapi karena itu judul, karena itu dengan segala kehormatan rekan FPP untuk dapat menyetujui kami untuk dilobikan barangkali hanya sebentar, demikian juga rekan-rekan yang lain dan juga Pemerintah.

Terima kasih Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Ada tawaran baru, kita lobikan apa dapat disetujui? FPP (DRS. H. MARDINSY AH): INTERUPSI

Kami sependapat dengan FKP, Saudara Soedarmadji yaitu ini judul Pak. Dalam judul kita membuat suatu rumusan yang singkat dan padat, jadi kita tidak membuat judul yang panjang menguraikan satu persatu tidak. Tapi adalah' singkat tepat, padat dan tepat sasaran. Kalau umpamanya FKP ingin mencantumkan kata "usaha" ini dan ada penjelasan Pak, dan ada penambahan penjelasan umum kata penjelasan dari semuanya ini. Tapi kami berpendapat judul yang diajukan ini diulang tepat padat singkat tepat sasaran. Tanpa merubah apakah usaha budidaya di depannya atau di belakang atau di tengah tapi dia judul. Tapi yang penting terjabarkan pasal demi pasal ayat-ayat daripada RUU ini, kami yakin dari FKP memahami ini Pak, kami yakin bahwa dari FKP memahami ini Pak, kami yakin bahwa dari FKP memahami dari tentang judul ini adalah singkat, tepat clan padat. Ini mungkin kami katakan tadi bahwa kita berupaya semua produk yang betmanfaat dan tepat dapat dipahami oleh semua warga kita, tadi kami yakin FKP dapat memahami

ini Pak. ·

Sekian, terima kasih.

Kalau itu ingin dilobikan kami ya setuju Pak.

(15)

KETUA RAPAT: FPDI setuju di lobi.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Setuju di lobi.

KETUA RAPAT:

FABRI, setuju di lobi, baiklah kita lobi mengenai lobi ini. Kami persilakan untuk memasuki niangan lobi.

Ra pat diskors pada pukul 10.05 menit. (RAPAT DISKORS) KETUA RAPAT:

Rapat dibuka kembali pukul I 0.30.

Skorsing kita cabut rapat kerja kita mulai.

Memang lembaga lobi merupakan satu forum yang sangat berguna baik di gedung besar in:i maupun di pertemuan-pertemuan di Internasional itu lobi sangat menentukan dalam mengambil keputusan. Sering-sering lobi misalnya saja untuk interdemennya jalan dan sebagai-sebagainya di lobi-lobi Internasional.

Syukur alhamdulillah setelah agak panjang juga setengah jam tapi ini memang penting judul satu Undang-undang menentukan warna isi dari · Undang-undang itu, seharusnya judul Undang-undang tidak interpertatif

pasal-pasalnya saja maunya tidak interpertatif apalagi judulnya. Oleh karena itu tak perpanjang kata setelah dialog-dialog yang cukup intensif kami yang berlobi mufakat untuk menggunakan judul RUU yang sedang kita bahas

"SISTEM BUDIDAYA TANAMAN" apakah dapat disetujui. (RAP AT SETUJU)

Kemudian dipertanyakan juga itu tadi apakah mempengaruhi isi sepakat tidak mempengaruhi hanya kata-kata di sana-sini ditambah misalnya saja untuk BAB I Ketentuan Umum, itu harus µienggunakan adalah Sistem Budi-daya Tanaman adalah Sistem BudiBudi-daya Tanaman berazaskan, sistem budiBudi-daya tanaman bertujuan sistem budidaya · tanaman mencakup a tau ruang lingkup, sistem budidaya tanaman dan seterusnya sedangkan sisanya itu enggak perlu pakai sistem lagi karena dia sud.ah bagian dari ketentuan umum, atau sudah bagian dari sistem.

(16)

Kemball lagi sebetulnya ada pendapat ini perlu kami kemukakan walau-pun sudah diketok lupa tadi, tak walau-pun dipakai sistem memang sudah sistem, tapi masalahnya kecepatan pemahaman masalah terhadap isi Undang-undang tadi Pak Imam menambahkan ada satu dokumen dari mana tidak tahu dari Bengkulu apa dari mana dari cliping dari Pak Sutahan dari Bengkulu sama juga (Sekwilda) ngertinya ya itu Budidaya itu tehnis-tehnis itu apa perlu dalam Undang-undang, begitu pertanyaannya.

Tapi dengan kata sistem ini maka itu semua itu dijawab baik IPB yang akan mengundang, baik adalah lagi Perheppi dan berbagai kalangan yang memperhatikan, sehingga kalau tidak tipakai kata "sistem" sebetulnya itu sudah sistem tapi dengan menggunakan kata sistem terus cepat pengertian itu. Inilah sebagai penjelasan tapi sebelum kami buka selanjutnya ada surat baru dari FABRI, kami bacakan saja, ini maaf kami baca.

DPR Republik Indonesia FABRI. Kepada yang terhormat Ketua Komisi IV.

Pembahasan RUU ten tang Budidaya Tanaman Nomor 042/II/SK-ABRI/ 1992 perihal Ralat RUU.

Dengan hormat, bersama disampaikan ralat DIM dari FABRI sebagai berikut:

1. Pasal 4 a halaman 13 semula tertulis Pasal 4 a (1) setiap orang atau badan hukum yang membuka dan mengolah lahan dan media hidup tanaman lain untuk keperluan budidaya tanaman wajib melakukannya tanpa merusak sumber daya alam serta kelestarian lingkungan hidup. 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

Seharusnya tertulis sebagai berikut:

Pasal 4 a Ayat (1) setiap orang atau badan hukum yang membuka dan mengolah lahan untuk keperluan budidaya tanaman wajib melakukannya tanpa merusak sumber daya alam yang bersangkutan serta menjaga kelestarian lingkungan. Makin tajam ini rupanya ini.

(2) Penggunaan media air dan udara dalam budidaya tanaman sebagaimana pada Ayat (1) harus dicegah terjadinya pencemaran udara sekitamya dan air limbahnya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud Ayat (1) dan Ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Jadi dipisahkan mengenai lahan kami kira ini satu dengan media lain, media tanaman lainnya, media apa namanya media tanaman lainnya. Dan ada kalau di media tanaman ini ada limbah kalau lahan jelas enggak ada limbahnya jadi ada penegasan karena substansinya bertambah FABRI ini nampaknya menambah.

(17)

. 2. Pasal 7 halaman 15 semula tertulis Pasal 7 Ayat (1) introduksi varietas sebagaimana dimaksud Pasal 6 hanya dapat dilakukan apabila varietas tersebut belum terdapat di wilayah Indonesia. Ayat (2) introduksi dari luar negeri dilakukan dalam bentuk benih atau materi induk pe-muliaan. Ayat (3) pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Ayat (1) dan Ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, seharusnya tertulis sebagai berikut;

Pasal 7 Ayat (1) Introduksi dari luar negeri dilakukan dalam bentuk benih bina atau materi induk untuk pemuliaan. Ayat (2) Inti'oduksi sebagai-mana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan apabila kualitas tersebut belum terdapat di dalam negeri. Ayat (3) pelaksanaan kegiatan se-bagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3. Pasal 3 Ayat (3) di dalam DIM sandingan dihapus karena materinya sudah dicakup dalam pasal-pasal berikutnya.

Demikianlah untuk menjadi maklum untuk dikoreksi seperlunya, Jakarta 25 Pebruari 1992 Pimpinan FABRI Wakil Ketua Siswadi, tembusan Menteri Pertanian Republik Indonesia, selaku Wakil Pemerintah, Ketua FKP, Ketua , FPP, Ketua FPDI.

Demikian jadi dokumen ini menjadi dokumen resmi sebagai pembahasan kita di dalam pasal-pasal berikutnya.

Ibu-ibu dan Bapak yang kami hormati.

Setelah judul kita tetapkan maka akan meluncurlah kita ke bagian

be-rikutnya Konsiderans. ·

· Kami ingin menegaskan bahwa budidaya disatukan dan tidak dipisah, ini kesepakatan kita. Sebagaimana diungkapkan Pak Djafar bahwa kita, Pemerintah punya wewenang memutuskan Undang-undang. Kalau kamus itu barangkali ahli bahasa saja. Kami kira tidak ada perubahan.

Selanjutnya Konsiderans Menimbang. Di sini ada konsep Pemerintah kalau tidak salah memakai usulan FKP, ini bagaimana, apakah kita meng-gunakan itu tetap a tau mengmeng-gunakan yang lama? Kalau kita meng-gunakan yang lama nanti kita mundar-mandir. Tetapi kalau 1 paket usul mungkin dikurang dan mungkin ditambah lagi, ini mungkin lebih cepat. Kami ingin tawarkan, apakah naskah yang akan kita bahas ini gunakan usul Pemerintah terbaru

. '

menggunakan usul FKP at.au kembali ke sini dan nanti sambil jalan bisa di-tambah kurang.

Silakan FPP.

FPP (DRS. H. MARDINSY AH): Terima kasih.

(18)

Kami sependapat dengan saran Ketua, kita bahas 1 paket nanti yang ada p~rsamaan dan beberapa Fraksi kita satukan dengan membentuk rumusan yang lebih tepat, kalau ini bisa kita Panitia Kerja kan saja. Jadi supaya rumus-nya lebih tepat dan lebih mengena 1 paket ini kita rumuskan dalam Panitia Kerja.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH):

Terima kasih atas usul penyempurnaan yang disampaikan oleh FKP dan FABRI.

Pada prinsipnya merupakan pembahasan 1 paket di dalam Konsiderans Menimbang ini, supaya lebih tenang lagi kami mengusulkan juga agar di-Panja-kan saja.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Sebagai catatan tambahan bahwa Pemerintah sudah mengemukakan tanggapannya terhadap usul-usul yang lain. Pada prinsipnya substansi dari-pada semua usul diterima.

Silakan F AB RI.

FABRI (DRA. SITI; SOENDARI): Terima kasih.

FABRI mengusulkan dalam rangka menghemat waktu pembahasan rumusan Konsiderans Menimbang ini sebaiknya diserahkan kepada Panitia Kerja seperti halnya RUU tentang Karantina sehingga waktu yang di sini bisa dimanfaatkan untuk membahas materi dari RUU itu sendiri.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan FKP.

FKP (H. MOHAMMAD SOELARDI HADISAPUTRO): terima kasih.

Dengan ucapan terima kasih kepada Pemerintah yang telah menyetujui rumusan FKP dan hasil-hasil lain karena apa yang kita nimuskan juga tidak jauh berbeda hanya lebih luas dan lebih lengkap dan karena itu kami setuju untuk di-Panja-kan.

(19)

Terima kasih. KETUA RAPAT: Pemerintah silakan.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Pemerintah setuju untuk di-Panja-kan.

KETUA RAPAT:

Baiklah kita sudah dapat memutuskan.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ)i INTERUPSI Bukan tidak setuju, setuju. Karena rumusan yang akan kita susun ini di dalam Undang-undang Karantina dan Undang-undang ini kira-kira hampir sama alumya dan pointersnya hanya kalimatnya tentu berbeda karena akses-tuasinya berbeda. Dengan demikian, maka dalam perumusan mengenai kedua menimbru;ig ini sating melihat dan melengkapi dan seirama.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik kami kira kita sudah menjurus sebagaimana ditegaskan Pak Dja 'far .adi. Keputusannya kira-kira sebagai berikut:

Semua substansi konsiderans "Menimbang" yang diusulkan ke-4 Fraksi diterima dan perumusan redaksinya dis~rahkan kepada Panitia Kerja RUU.

Dapat disetujui?

(RAPA T SETUJU)

Kemudian Konsiderans "Mengingat". Di sini ada beberapa catatan dan semua Fraksi ada, semua Fraksi telah menerima surat dari Departemen Kehakiman saya kira· mengenai Undang-undang ataupun Peraturan Per-undang-undangan mana saja yang sebaiknya dicantumkan dalam Konsider~s Mengingat. Inipun tak begitu prinslp di dalam surat. . '

(20)

DEPARTEMEN KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Norn or Lampiran Perihal

32

C6-UM.Ol.10-7

Saran msmgenai isi

konsiderans Mengingat

Jakarta, 19 Februari 1992

Kepada

Yth. Bapak Sekfetaris J enderal Departemen Pertanian di

JAKARTA

M~nunjuk · surat Bapak tanggal 1 7 Februari 1992. Nomor M.K. 020/290/B/Il/1992, berkenaan dengan permintaan sa-ran/pendapat tentang dasar hukum pembuatan undang-un-dang yang dimuat dalam konside:rans Mengingat, maka de-ngan hormat kami jelaskan bahwa mengemi hal tersebut sampai saat· ini masih belum ada pedoman yang baku, dan mengikat baik bagi Pemerintah maupun DPR.

Namun demildan,.ada beberapa ketentuan dan kebiasaan yang selama ini dapat dipe.rgunakan sebagai pedoman penyu-sunan undang-lindang dan Peraturan Pemerintah, yaitu . 1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor · 15 Tahun

1970 tentang Tata Cara Mempe.rsiapkan Rancangan Un-dang-undang dan Rancangan Peraturan Pemerintah Re-publik Indonesia, pada lampiran I konsiderans Mengingat memuat pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, ter-utama Pasal 5 ayat (1) dan peraturan negara yang be.r-sangkutan dan atau yang menjadi dasar hukum pemben-tukannya.

2. Pedoman Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-un-dangan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman, yang materinya disernpurnakan dan diangkat ke dalam Rancangan Keputusan Pres:iden. Dalam pedoman teknik te:rsebut, dinyatakan bahwa konsiderans Mengingat harus memuat dasar hukum bagi pembuatan undang-undang yang bersangkutan. Selain itu (jika ada) konsiderans Mengingat juga memuat undang-undang yang memerin-tahkan pembuatannya a tau yang mempunyai kaitan lang-sung dengan materi yang akan diatur dalam undang-un-dang tersebut.

(21)

3:

Dalam kebiasaan ada beberapa produk legislatif yang da-pat dipergunakan sebagai rujukan untuk rnembuat kon-siderans Mengingat, yaitu antara lain :

a. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mah-kamah Agung.

b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Per-adilan Umum.

c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Per-adilan Tata Usaha Negara.

d. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pa-ten.

e. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pew.-bentukan Pengadilan Tinggi Tata Usiha Negara

Ja-karta, Medan, dan Ujung Pandang.

f. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejak-saan Republik Indonesil.

g. Undang-undang tentang Jaminan Sositl Tenaga Ke:rja. h. Undang-undang tentang Usaha Perasuransiln.

Beberapa produk legislatif tersebut, dalam konsiderans Mengingatnya tidak hanya memuat pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 saja,' akan tetapi juga bebe:rapa un-dang-undang lain yang memerintahkan pembuatannya atau yang berkaitan langsung dengan materi undang-undang yang bersangkutan.

Dengan demikian berdasarkan ketentuan dan kebiasaan dalam penyusunan undailg-undang tersebut maka konsiderans Mengingat itu tidak hanya memuat ketentuan pasal Undang-Undang Dasar 1945 saja, akan tetapi (jika ada) undang-un-dang yang berkaitan langsung dengan materi unundang-un-dang-unundang-un-dang yang akan dibuat pun dapat dicantumkan dalam konsiderans Mengingat.

Atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.

a.n. DIREKTUR JENDERAL HUK{iM DAN PERUNDANG-UNDANGAN'· DIREKTUR PERUNDANG-UNDANGAN,

Tembusan disampaikan kepada Yth. :

DR. BAGIR MANAN, S.H. MCL NIP.

130235230

1. Bapak Menteri Kehakiman.Republik lndonesit (Sebagai laporan).

2. Direktur J enderal Hukum dan Perundang-undangan (sebagai laporan).

(22)

Inilah dokumen formal yang kita teriina danjuga menjadi reference kita. Dengan demildan barangkali sudah dapat kita dapat mengusulkan sesuatu me-ngenai konsiderans Mengingat ini, apakah kami tawarkan saja seperti RUU Ka-rantina dalam I paket diserahkan rumusannya kepada Panitia Kerja a tau ada yang pringjp barangkali, silakan Pak.

FPP (DRS. H. MARDINSYAH):

Kita sudah membuat suatu ulasan. Jadi kita bicara untuk karantina, baik tentang konsideran Menimbang, Mengingat kita Panit:ia Kerjakan. Jadi kita ncbt itu dan kita juga Panitia Kerjakan semua Mengingat ini supaya lehih ru-musan lebih baik.

Sekian dan teriina kasih. KETUA RAPAT ,

Langsung saja kaini tawarkan, Pemerintah, FPDI? FPDI (H.R. DJADJA WINATN<.USUMAH) :

Teriina kasih, oleh karena pengalaman kemarin membawa juga kesejukan di dalam rangka pembahasan karantina. Jadi mengenai masalah konsiderans

ini langkah baik dan bijaksananya konsiderans ini di-Panjakan saja. Teriina kasih.

KETUARAPAT:

Silakan FABRI barangkali? FABRI (F. SUKORAHARDJO):

FABRI setuju di-Panjakan hanya masalah Undang-undang yang terkait ini mema11g perlu kita dalami lebih lanjut karena sistem pembangunan kita itu comprensive integrative sehingga saling kait mengkait sehingga mungkin 10 tahun lagi kita membuat Undang-undang itu akan kita cantumkan 20 atau 30 Undang-undang bisa terjadi begitu sehingga ini perlu kita dalami lagi di dalam Panitia Kerja.

Teriina kasih. KETUARAPAT: Silakan FKP.

FKP (H. MOHAMMAD SOELARDI HADISAPUTRO) :

Oleh karena sudah ada petunjuk dari Departemen Kehakiinan yang baru saja dibacakan dan juga pendalaman dalam membahas RUU Karantina, maka FKP setuju untuk dirumuskan dalam Panitia Kerja dengan catatan tidak ter-34

(23)

Jalu logh artinya Undang-undang yang terkait saja yang nanti disebutkan dan tidak perlu menyebutkan sampai 30 atau 50 Undang-undang.

Demikian dan terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih.

Pak Lardi mengingatkan bahwa dalam surat Menteri KehaJdinan itu su-dah terkait langsung dan ada batasan. Jadi tidak asal terkait. Tetapi yang ter-kait langsung ini

Baiklah, keputusannya adalah,

Konsiderans "Mengingat" dengan materi-materi yang ada di dalaJn DIM di-limpahkan kepada Panit:ia Kerja untuk merumuskannya".

Dapat disetujui ?

!

(RAPAT SETUJU) Selanjutnya kita tiba pada :

Dengan persetujuan .

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MEMUTUSKAN.

Menetapkan: UNDANG-UNDANG-TENTANG SISTEM BUDIDAYA TA-NAMAN.

Dapat disetujui?

(RAP AT SE TU JU) Masuk Bab I Ketentuan Umum, setuju ?

(RAPA T SE TU JU) !

Pasal 1, di dalam DIM semua.nya mengemukakan dan tadi ada usul Pf-baikan yang sangat simpatik dari FPP untuk mengkaitkannya secara langsu . . de~n judul baru : Sistem Budidaya Tanaman, maka ijinkan kami.memberi-kan kesempatan pertama kepada FPP karena adanya perubahan judul yang kecil itu mungkin dapat langsung.dikemukakan karem tadi sudah diungkap- · kan di dalam lobi, silakan.

FPP (DRS. H. MARDINSYAH): Terima kasih.

(24)

Kami mencoba ~merumuskan Pasal 1 butir 1 ini setelah kita mengubah judul. Bunyinya :

Sistem budidaya tanaman adalah usaha pengembangan dan pemanfaatan sum-berdaya alam nabati melalui kegiatan manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna dapat lebih baik meme-nuhi kebutuhan manusn.

Mengenai barang ini, kami mengusulkan diganti denganjenis tanaman te-, tapi setelah kami membaca dan menndengarkan keterangan Pemerintah bah-wa barang ini lebih luas cakupannya daripada jenis tana.man. Namun demi-kian, kami persilakan merumuskan bersama mana yang lebih tepat, apakah t6f;ap barang atau jenis tanaman kami tidak mempertahankan itu saja, tetapi mana yang lebih tepat dalam but:ir 1 ini

Apakah setelah "teknologi ini kita pakai koma (,) sesuai dengan apa yang pernah kita dapat dari Ibu ahli bahasa a tau terserah. Jadi kita rembugkan ber-sarna mengenai barang, mengenai koma (,) dan sebagainya,.

Sekian dan terima kasih. KETUARAPAT:

Silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH) : Terima kasih.

Dari kami disampaikan rafat mengenai penyempurnaan yang disampai-kan, berarti kami sesuai dengan naskah yang disampaikan oleh pihak Peme-rintah dan tentunya di d_alam rangka redaksionalnya itU nanti sebaiknya kita Panit:ia Kerjakan saja masalah ini

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

. Terima kasih, silakan FKP.

FKP (H. MOHAMMAD SOELARDI HADISAPUTRO) : Terima kasih.

Menanggapi FPP dan perubahan judul sistem, maka kami menyetujui di sini disebutkan:

Sistem budidaya tanaman adalah usaha pengembangan dan pemartfaatan sum-berdaya alam nabati melalui kegiltan manusil yang dengan teknologi. dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan

manu-sia secara lebih baik. Terima kasih. 36

(25)

KETUA RAPAT: Silakan FABRI.

FABRI (DRA. SITI SOENDARI):

Dengan adanya perubahanjudul tadi, maka FABRI mencoba untuk men-definisikan Sistem Budidaya Tanaman adalah sebagai berikut .

Usaha manusia dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam na-bati dengan menggunakan modal, teknologi dan sumberdaya lainnYa meng-hasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia yang secara lebih baik.

Da1am hal ini F ABRI menekankan kepada usaha manusia. Untuk lebih jelasnya kami ingin mertjelaskan mengenai struktur bahasa Indonesia adalah apabila definisi ini kita singkat menjadi kalimat berita dia akan berbunyi . Usaha manusia yang menghasilkan barang.

Sedangkan bagaimana cara manusia menghasilkan barang dan sebagainya, barang itu bagaimana merupakan keterangan dar:ipada masing-masing fungsi dar:ipada kata itu.

Terima kasih. KETUARAPAT: Terima kasih.

Ini penulisan bahasa sedangkan esensinya nampaknya sudah tidak begitu banyak berbeda dan silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO):

Menanggapi definisi. yang diungkapkan FKP mengenai modal, kami ingin menanyakan kepada FKP : Yang dimaksud dengan modal oleh FKP ini apa saja sebetulnya?

KETUA RAPAT:

Baik itu kita lempar saja dulu supaya lebihjelas, silakan FKP. FKP (IR. UMBU MEHANG KUNDA) :

Jadi memang secara eksplisit' modal kita pahami sebagai sumberdaya

µ-rena di dalam suatu usaha tani atau bercocok tanam tanah juga bisa menjadi modal, itu pengertian kita. Modal bisa uang tetapi sumberdaya lain bisa juga kita artikan sebagai modal. Jadi keseluruhan input yang kita gunakan dia da-, lam kerangka budidaya itu kita anggap sebagai modal.

Kami kira demikian penjelasan.

(26)

KETUA RAP AT ·

Cni hanya untuk membantu, modal dalam hal ini memang berbeda seperti tadi. Tetapi yang kita perlu pikirkan kalau begini modal, teknologi, dan (kare-na ini komulatif berarti petani yang berladang pindah modal dengkul saja, ini belum kita anggap budidaya: Jadi tanpa modal. Dalam pengert:ian yang kami sebut tadi faktor produksi bermacam itu ini bisa alat, uang, tanah dalam kla-sif ikasi faktor produksi bukan kita anggap modal, skill itu unsur produksi Jadi menghindarkan itu sehingga nanti yang berpindah-pindah tanpa ·modal itu hanya modal temga kerja dan otot saja, alam, bijinya juga tak dibeli men-cari dari teman ini apa masuk budidaya tanaman dalam satu sistem nasional kita, ini yang dikhawatirkan, ini untuk didiskusikan saja. ·

Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): T erima kasih Bapak Ketua.

Pertama mengemi pengertian sistem Budidaya tanaman. Kalau kita arti-kan sistem Budidaya tanam adalah suatu usaha pengembangan. Apakah lalu justru tidak jadi sempit kembali, pegertian usaha di situ? Apakah tidak tepat, misalnya

saja

sistem Budidaya tanaman adalah sistem pengembangan. Jadi memang ada berbagai fungsi yang terkait satu dengan yang lain yang totalitas begitu. Ini kami k:ira perlu kita diskusikan lebih mendalam. Sedangkan menge-nai upaya atau usul untuk menghilangkan kata "modal" didafam rumusan ter-sebut, karem pengertiannya di situ diartikan bahwa modal sudah termasuk di dalam su.lnber daya lainnya. Dengan demikian tentu, kalau demikmn di-artikan, tentu akan bisa kita di-artikan, bahwa di dalamnya modal itu sudah ter-cakup. Dengan demildan, maka dapat dihapuskan. ·

Sedang pengertian barang; kami k:ira seperti yang telahjuga disinggung oleh FPP, di mana memang kalau itu kita ganti dengan jenis tanaman, tentu pengertian barang ini akan lebih luas, sehingga kami kira tepat kalau kata "barang" itu masih tetap tercantum di dalamnya.

Kami kira demikian, ~erima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih.

Baiklah formulasinya dari Pemerintah dengan satu sistem Budidaya ada-lah sistem pengembangan.

Silakan kepada FPP.

FPP (DRS. H. MARDINSY AH) : T erima ka sih.

(27)

Memang benar apa yang Bapak sampaikan bahwa si<>tem Budidaya

ta-naman adalah sistem pengembangan. Jadi ini merupakan suatu subsistem. tetapi di sana bentuk lain. Jadi sistem budidaya tanaman adalah si<>tem pe-ngembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati kegiatan manusia. berupa modal, tekhnologi, dan sumber daya lainnya, memasukkan barang gu-m gu-megu-menuhi kebutuhan gu-manusia cara lebih baik. sekaligus kagu-mi segu-mpurna- sempurna-kan.

Kami masih inginkan kata "modal''. sebab modal dalam hal ini bukan berupa yang lain, tetapi berupa uang. lni mungkin makna daripada cantumkan oleh Pemerintah modal ini Sedangkan lain tadi, apakah itu tanah, apakah yang lain itu, berupa sumber yang lainnya. Jadi kami masih menginginkan te-tap memakai kata "modal" ini Jadi kami ulang supaya lebih jelas .. Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati melalui kegiatan manusia berupa atau dengan modal (ter-serah nanti apakah berupa atau dengan modal), tekhnologi dan sumber daya lainnya, memasukkan barang guna memenuhi kebutuhan manusn secara lebih baik. Jadi kami coba juga mengambil bagian dari pada usul FKP, kata "untuk" kami ganti dengan "guna". Sebab kata "guna" inikamirasa lebih tepat sasar-an kami rasa Pak.

Demikian Pak Ketua, terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, FPDI silakan.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH):

Bapak Ketua, di dalam Pasal I Ayat (1) ini yaitu . Sistem budidaya ta-naman adalah si<>tem pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati melalui kegiatan manusia dan dengan modal (di sini masih memperta-hankan modal, karena kami beranggapan modal iniberupa mata uang), tekh-oologi dan sumber daya lainnya menghasilkan barang guna dapat memenuhi kebutuhan manusia yang lebih baik. Jadi lebih "baiknya" kami pindahkan ke belakang.

Demikian terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih. Silakan kepada FKP. FKP (IR. UMBU MEHANG KUNDA) : Terima kasih.

Kami kira substansinya sudah sama, dan mengenai kata "modal" kami kira FKP tidak berkeberatan kalau rekan-rekan yang lainnya ingin mengekpl~ sitkan kata "modal" itu

(28)

Dan terima kasih kepada FPP yang menerima usulan kata te.rakhr dari · usulan FKP, sehingga dengan demikian barangkali yang pe.rlu kita kaji lebih lanjut adalah penggunaan tanda koma itu, yang dikaitkan dengan kata "dan". Jadi modal, tekhnologi, mungkin lebih tepat kalau kita pakai "dan atau", ka-rena bisa ketiga-tiganya, bisa pada saat kemungkinannya dua, atau mungkin cuma satu. Oleh karena itu barangkali kiranya rekan-rekan lain sependapat dengan FKP kalau rumusannya demikian . Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan sumberdaya alam nabati melalui kegiatan manusia yang dengan modal, teknologi, dan atau sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik mudah-mudah-an kalimat ini karena sudah diramu tadi dengan segala macam pendapat, ba-rangkali sudah agak lebih mengena.

T e.rima kasih. KETUA RAPAT : Silakan FABRI.

FABRI (F. SUKORAHARDJO) :

Kami hanya menyamakan pendapat saja, karena ini sistem budidaya tanaman adalah sistem, jadi yang kita beri pengertian adalah budidaya tanam-annya. Kemudian dalam memberi pengertian budidaya tanaman ini tadi su-dah dirumuskan oleh FKP, dengan modal kami lebih condong memperguna-kan dengan modal, karena dengan itu kelihatannya hanya sertaan saja, tetapi kalau mempergunakan itu berarti memanfaatkan atau memakai Kemudian modal itu.memang kami rasa perlu dicantumkan secara eksplisit karena te.r-bawa, tadi dicontohkan misilnya lahan berpindah dia mempergunakan benih dan be.nih itu dari manapun merupakan modal.

Yang kedua, nanti kalau misalnya seorang petani kec:il terkena eraf:ikasi dan harus mendapatkan penggantian kalau modal tidak dicantumkan nanti tidak diganti modalnya. 01eh karena itu perlu adanya modal ini Kemudian mengemi kegiatan manusia, ini apakah tidak sebaiknya lebih dipe.rluas usaha manusia, karena kalau kegiatan itu kelihatannya langkah-langkah fisik saja tetapi kalau usahaitu merupakan suatu pengertian yang lebih luas.

Terima kasih. KETUA RAPAT: 'Ierima kasih.

Mungkh1 maksudnya ingin membantu tata usaha atau upaya manusia itu lebih manis, kalau usaha nanti confius lagi dengan kata tata usaha ini Jadi kami persilakan, Pemerintah sudah dapat mengambil redaksi yang lebih manis sesuai dengan maknanya.

Silakan. 40

(29)

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR. WARDOYO):

Pertama-tama, mengenai modal tadi kalau modal itu kita artikan sebagai bag:ian dari produksi yang disisihkan untuk proses produksi selanjutnya, jadi dengan demik:ian kami kira kembali kita mencantumkan modal sebagai kata-kata yang kita masukkan di dalam pengertian ini

Dengan berbagai saran tadi, kami kira rumusannya akan menjadi. sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya manus:ia yang dengan menggunakan modal tekno-logi dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuh-an mkebutuh-anusia secara lebih baik.

Demikian rumusannya, terima kasih. KETUARAPAT:

Untuk dan Guna ini tadi, kami cenderung guna dengan semua untuk gu-m gu-megu-menuhi kebutuhan gu-manusia. Kagu-mi kira ini sangat penting yang nogu-mor satu ini, kami kira kita skors dulu untuk mereka menulisnya sehingga bisa di-slide-kan, kira-kira 5 menit untuk menuliskan yang tadi dirumuskan Peme-rintah tadi, maka untuk diganti dengan guna. Kita skors kira-kira 5 menit.

(RAPAT DISKORS) KETUA RAPAT:

Silakan Pemerintah.

FABRI (F. SUKORAHARDJO):

Sistem Budidaya tanaman adalah faknabati melalui upaya manusia yang dengan menggunakan modal teknologi dan sumberdaya alam lainnya meng-hasilkan barang dan seterusnya. Jadijangan sistem diartikan sistim.

Terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih. Silakan kepada FPP. FPP (DRS. H. MARDINSY AH) : T erima kasih.

Sistem budidaya tanaman ini berbeda dengan sistem pengembangan yang dimaksudkan di dalam ini, ini tidak sama. Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati melalui upa-ya manusia dengan menggunakan modal, teknologi dan atau sumberdaupa-ya lain-nya menghasilkan barang guna memenu.hi kebutuhan manusia secara lebih baik, ini sudah tepat. Jadi sistem yang itu berbeda Pak, yang dimaksud dengan

(30)

sistem budidaya tanaman berbeda dengan sistem pengembangan dan peman-faatannya, jadi tetap pakai sistem.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Terima kasih. Silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Terima kasih.

Sistem budidaya tanaman adaJah sistem pengembangan dan seterusnya. Bagaimana kalau sebelum di sana ada tanda koma dulu; sistem budidaya ta-naman adalah, untuk memisahkan pengertian dari Bapak Sukorahardjo. Tetapi ini juga belum tentu "dan a tau" itu pas lagi Makanya di dalam hal ini daJam rangka redaksionalnya kembali kepada Panitia Kerja saja. Jadi memang akhi" kata di situ sudah sependapat dengan kami, memenuhi kebutuhan manusia secara lebih ba:ik. Jadi di sini masih pakai teknologi dan atau; kami untuk s~ mentara dapat menyetujui, sambil menunggu Ibu bahasa yang lebih ba:ik Jagi, bagaimana tepatnya itu, apa "dan atau" atau "dan" saja, atau bagaimana ?

Jadi dem:ikian terima kasih. KETUARAPAT:

Terima kasih.

Ini hanya pengetahuan kami saja Pak; kalau seteJah "adalah" tidak pakai · tanda koma, kalau "adalah" langsung sambung. Namun dem:ikian ini masih

bisi perdebatkan mengenai sistem tadi Silakan kepada FKP.

FKP (IR. UMBU MEHANG KUNDA) : T erima kasih.

Memang kalau melihat kalimat itu, sistem itu kami kira memang untuk mempertegas. Kemarin kami kira Ibu Martin,.itu katanya tidak ada larangan menggunakan kata yang dua kalL kalau memang itu diperlukan untuk mem-pertegas. Cuma kalau misalnya rumusan dari FPP tadi kata "yang" dibuang; kami kira kalau bahasa pidato memang bisa, jadi kalau kita tahan sed:ikit na-fas, memang bunyi kalimat itu. Cuma kalau kita tambah dengan mengguna-kan, menggunamengguna-kan, itu yang b:ikin tambah itu. Sehingga rumusan aslinya "yang dengan modal", memang maksudnya menggunakan, jadi mungkin itu termasuk yang diresipkan itu Pak. Karena ."yang dengan modal", tetapi kalau kita tarn bah menggunakan, ini jadi tidak nyambung barangkali Sehingga kata

"yang dengan modal", jadi maksudnya itu menggunakan modal. Saya kira dem:ik.ian terima kasih.

(31)

KETUA RAP AT : Terima kasih.

Dan atau itu.alternatif, bisa satu dipakai, bisa .dua, bisa tiga begitu. Baik

kami kira.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): INTERUPSI T erima kasih.

Mengenai masalah penulisan sistim dan sistem ini Pak, ·di dalam naskah ditulis sistem, apakah ini sistim atau sistem.

Terima .kasih. KETUA RAPAT: T erima ka sih.

Tolong dilihat kamus supaya nanti tidak keliru lagi Jadi kata "menggu-nakan" dihapus, guna dan sebagainya.

Silakan kepada Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Jadi rumusannya adalah ; sistem budidaya tanaman adalah sistem pe-ngembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya

manu-sia yang dengan modal teknologi dan atau sumberdaya Jainnya menghasil-kan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.

FABRI (F. SUKORAHARDJO) : INTERUPSI Terima kasih.

Jadi mengenai sistem ini kami k:ira tidak pe:rlu pakai, karena pengem-bangan dan pemanfaatan itu bisa merupakan sistem. K.alau ini dipakai, be:rarti yang kita terjemahkan hanya budidaya tanaman. Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan. Jadi kalau sistem dua-duanya kita hilangkan, budidaya tanaman adalah pengembangan dan pemanfaatan. Sehingga kami setuju kalau tidak usah pakai sistem, karena pengembangan dan pemanfaatan itu sudah dapat.merupakan sistem.

Kemudian yang kedua masalah kata "dan atau"itu. Kami rasa karena ber-arti kalau pakai "atau" itu alternatif, modal teknologi atau sumberdaya Jain-nya. Padahal sumberdaya itu mutlak teknologi, walaupun sangat sederhana. Jadi kami tetap pakai "dan" saja.

(32)

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Barangkali sumberdaya lainnya ini, macam-macam itu Pak. Fungsi atau di sini supaya ada peluang, bahwa tidak keseluruhan "dan atau" lain itu harus. Jadi bisa semua atau bi!a tiga, bisa dua, walaupun kita pahamkalau dik.atakan modal itu tadi, jadi ini aJternatif ini Pak.

FABRI (F. SUKORAHARDJO): INTERUPSI Terima kasih.

Jadi kami tetap, kalau tiga unsur ini, kiranya mutlak. Jadi modal walau-pun kecil, perambah-perambah hutan, itukan bibitnya juga modal. Kemudian teknologi, walaupun sangat sederhana atau tradisionil, itu juga suatu tekno-logi Kemud:ian surnberdayanya, matahari, itu juga sumberdaya. Jadi ketiga-tiganya tetap "clan" saja.

Demikian terima kasih. KETUARAPAT: T erima kasih.

Mengemi modal, kalau tadi dari FPDI "uang" katanya, coba lihat dulu. Modal itu uang yang dipakai sebagai pokok untuk berdagang melepas uang clan sebagainya, harta benda uang barang dan sebagainya yang dapat diper-gunakan untuk menghasilkan situasi yang menarnbah kekayaan dan sebagai-nya. Kemudian barang.yang dipergunakan sebagai dasar atau bekal untuk be-kerja. Baik.lab, tetapi "dan atau".serta "sistem" ini masih belum sepakat.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ): INTERUPSI Terima kasih.

Kami ingin bertanya kepada Pemerintah lebih dulu, dari bagian sumber daya lainnya itu yang mesti ada apa itu? Sehingga tanpa itu tidak jalan sistem itu. Jadi budidaya tanaman tidak akan jalan tanpa yang lainnya. Kalau yang lainnya itu mesti ada, itu bukan "atau" memang, harus. Kalau memang yang lainnya ini bukan hal yang harus, bisa pakai bisa tidak. Jadi ini yang perlu kami min ta kepada Pemerintah, bahwa muatan dari sumber daya alam lainnya itu, apakah har.us ada satu jasad atau satu bagian atau satu barang atau iklim, yang mau tidak mau harus merupakan komponen utama dari pengembangan budidaya itu. Kalau mesti harus acla, maka berarti tidak perlu ada "atau". Sebab kalau "atau" berarti bisa tidak perlu dan tidak penting, tetapi kalau penting merupakan kondisikuanon. Mohon ini kami minta penjelasan dari Pemerintah.

Terima kasih.

44

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hubungan dengan dukungan anggaran, untuk Tahun Anggaran 2010, Komisi I DPR RI minta agar LPP RRI melanjutkan prosedur dan mekanisme penetapan anggaran yang selama ini

1. Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan Protokol Nagoya pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari.. Pemanfaatan

Mengenai Pasal 2 baru atau Pasal 5 lama, dipersilakan melihat Daftar Inventarisasi Masalah sandingan halaman 8, di sana tertulis. Jadi FABRI menyetujui sepenuhnya

a) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu badan hukum penyiaran, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah