• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehingga setiap manusia senantiasa selalu berkomunikasi. Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehingga setiap manusia senantiasa selalu berkomunikasi. Komunikasi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam aspek kehidupan sehingga setiap manusia senantiasa selalu berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah/universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan kesepakatan bersama) secara verbal atau non verbal yang disadari maupun tidak disadari berperan untuk mengubah atau mempengaruhi sikap, pandangan, dan perilaku.

Uniknya, manusia dapat menciptakan dan meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia tanpa melalui kata-kata lisan maupun tulisan dengan menggunakan jenis komunikasi non verbal, salah satunya melalui busana. Sebagai bentuk komunikasi, busana dipergunakan untuk mengirimkan pesan tentang diri seseorang kepada orang lain. Ahli semiotika Umberto Eco dalam (Barnard, 2011, hal. vi) menyatakan “Berbicara melalui pakaian”, yang dimaksudkan disini adalah menggunakan pakaian untuk melakukan apa yang dilakukan dengan kata-kata maupun lisan dalam konteks lain.

Saat ini bukan hanya di Barat saja mode busana cenderung menjadi fenomena massal, tetapi juga tengah melanda Indonesia. Di Indonesia trend berbusana yang sedang menjadi konsumsi sebagian masyarakatnya adalah, busana muslimah. Hal ini dapat dilihat dengan semakin seringnya menemukan perempuan-perempuan Indonesia berbusana muslimah dimanapun. Berbeda di era

(2)

tahun 80-an, penggunaan busana muslimah sangat dibatasi ruang dan waktu, misalnya hanya saat melakukan aktivitas shalat tarawih berjamaah di masjid, merayakan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan saat melayat.

Penggunaan busana muslimah yang dibatasi pada era tahun 1980-an dikarenakan hubungan antara agama Islam dan politik di Indonesia kurang harmonis. Pemerintah mencoba menghambat syariat Islam dilaksanakan di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu tidak memberikan kebebasan para muslimah untuk mengenakan busana muslimah. Oleh karena itu, perempuan yang berbusana muslimah di masa itu mendatangkan kecurigaan yang dianggap fanatik atau representasi dari kaum Islam radikal yang dianggap sebagai perlawanan terhadap negara Indonesia. Bahkan pada tahun 1982, Departemen Pendidikkan dan Kebudayaan mengeluarkan surat keputusan no.052 yang isinya mengatur penggunaan seragam sekolah dan melarang busana muslimah di sekolah-sekolah umum. Semenjak diberlakukan surat keputusan tersebut para siswi mendapati tekanan dari berbagai pihak dan menyudutkan mereka pada posisi “yang tidak diterima” .

Gelombang gerakkan berbusana muslimah seakan tak terbendung lagi, hal ini sebagai akibat gerakan revolusi Islam di negara Iran (yang mewajibkan perempuan berbusana muslimah), menjadi lebih terbuka di seluruh dunia, termasuk negara Indonesia. Globalisasi Islam terjadi melalui perkembangan televisi dan media massa. Orang Islam mulai merasa anggota masyarakat internasional (Brenner 1996:678). Sehingga berbusana muslimah di Indonesia justru semakin banyak dan tak pernah surut. Hal tersebut didukung dari

(3)

Mendikbud yang mengeluarkan surat keputusan no.100 isinya memperbolehkan para siswi berbusana muslimah. Seiring dengan hal tersebut pemerintah juga terlihat semakin akrab dengan Islam, ditandai dengan momentum persetujuan berdirinya organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Setelah melewati sejarah panjang jatuh bangun berbusana muslimah yang dianggap sesuatu yang aneh dan asing bahkan menganggap berbusana muslimah adalah pakaian tradisional orang-orang Arab), kini sudah menjadi hal umum menemukan perempuan-perempuan berbusana muslimah dimanapun.

Penggunaan busana muslimah di masa lalu sungguh berbeda dengan kisah busana muslimah sekarang ini. Jika dahulu kisah busana muslimah sangat memilukan dan penuh perjuangan, namun perempuan muslim yang memutuskan untuk menutup auratnya pada masa itu benar-benar menunjukkan kualitas akidahnya yang bisa dipertanggungjawabkan. Walaupun rintangan berbusana muslimah banyak mendapat cibiran dan dianggap aneh, semua itu dianggap sebagai ujian untuk mencapai ridha Allah SWT sebagai bentuk ketakwaannya sebagai muslimah. Busana muslimah yang dikenakan pun sesuai dengan syariat yaitu menutup seluruh badan dari atas sampai bawah kecuali wajah dan telapak tangan. Busana muslimah yang diterapkan pada masa lalu ialah busana yang sesuai syariat agama Islam yaitu longgar, tebal (tidak tipis dan tembus pandang) misalnya dengan gamis atau rok lebar, kerudung yang simple namun sudah menutup leher dan dada tanpa memerlukan tutorial berjilbab, tidak menampakkan gulungan rambutnya (seperti punuk unta), dan penggunaan warna-warna yang netral, alami, dan soft.

(4)

Seiring perkembangan zaman, kebudayaan yang masuk ke Indonesia semakin kompleks dan sistem kemasyarakatan mengarah kepada globalisasi, sehingga makna busana muslimah berkembang bahkan berubah ke arah yang tak terduga, bukan lagi representasi dari taqwa, ahlak yang mulia, ataupun keihsanan seorang muslimah, melainkan menjadi sebuah trend baru yang menjadi fenomena massal di Indonesia saat ini. Kisah busana muslimah saat ini bisa jadi menggembirakan atau malah semakin memperhatinkan. Semakin menggembirakan karena penggunaannya sudah tidak ditentang oleh Pemerintah, para muslimah diberikan kebebasan untuk mencoba menciptakan, memodifikasi, mendaur ulang maupun mengenakan busana muslimah yang trendi agar jauh dari kesan fanatik sehingga lebih diterima oleh masyarakat secara global. Busana muslimah yang diterapkan saat ini adalah kerudung yang dililit, dengan busana yang ketat, transparan, hingga memperlihatkan bentuk tubuhnya, penggunaan kerudung yang sangat menyita waktu karena membutuhkan video atau gambar tutorial berkerudung hasil modifikasi. Hal terpenting dalam penerapan busana muslimaah saat ii ialah asal busana itu panjang dan menutupi lengan, kaki, dan rambut sudah dianggap menutup aurat.

Popularitas trend berbusana muslimah yang berkembang pesat di Indonesia saat ini tidak lepas dari pemberitaan media mainstream. Salah satu media yang sering dijadikan referensi oleh para perempuan muslim ditengah semangatnya menutup aurat, ialah media cetak (majalah). Hal ini ditandai dengan maraknya majalah-majalah khusus muslimah modern yang bermunculan. Tentu

(5)

hal ini menjadi angin segar, dimana para muslimah sudah memiliki wadah untuk berekspresi dalam bersyiar menutup aurat.

Majalah dipilih menjadi sarana menyebarkan syiar berbusana muslimah karena lebih efektif (menggunakan tulisan dan lebih mendetail), dan efisien (lebih mudah dipahami dan dapat dibaca berulang-ulang) dibandingkan media lainnya. Menjamurnya majalah-majalah yang menampilkan trend busana muslimah dikarenakan berbusana muslimah pada saat itu jauh dari kesan modis, bahkan dianggap tua, tradisional dan kuno, karena tidak pernah mengalami perubahan sama sekali dalam penggunaannya. Hingga munculah majalah-majalah yang memuat tampilan berbagai bentuk busana muslimah yang menarik, unik, dan cantik sehingga para muslimah cenderung meniru gaya berpakaian model yang ada di dalam majalah tersebut. Dengan semakin banyaknya para muslimah yang sadar akan fashion, tidak hanya majalah-majalah yang memang khusus untuk segmentasi muslimah kosmopolitan seperti majalah Noor, Hijabella, Laiqa, Scarf,

Moshaict, dan lainnya. Namun, majalah hasil adopsi dari terbitan luar negeri yang

diproduksi di Indonesia pun ikut terkena fenomena memberikan informasi gaya hidup muslimah kelas atas, seperti Cosmo Girl.

Cosmo Girl adalah salah satu majalah franchise terbitan “negeri Paman Sam” (Amerika Serikat) khusus para gadis belia yang pertama masuk di

Indonesia pada tahun 2001 dibawah perusahaan MRA. Cosmo Girl Indonesia merupakan majalah saduran dimana bentuk, kemasan, dan tampilanya tidak jauh berbeda dengan majalah aslinya yang diedarkan di Amerika. Dari awal majalah tersebut terus menetapkan standar ideal remaja wanita, lalu memberi nasihat

(6)

bagaimana menjadi standar ideal wanita remaja yang ditampilkan, lalu menawarkan produk yang sesuai standar ideal remaja wanita yang divisualisasikan adalah remaja wanita yang cantik, gaul, berprestasi, dan juga memiliki selera fashion berkiblat pada artis-artis Hollywood. Namun, pada edisi bulan Agustus 2013, Cosmo Girl secara mengejutkan membuat edisi khusus busana muslimah. Tidak tanggung-tanggung artikel yang dimuat sebanyak 16 halaman.

Artikel tersebut mengulas gaya terbaru, lengkap dengan tips merawat kecantikan dibalik pemakaian busana muslimah. Hal ini tentunya mendatangkan kecurigaan bagi peneliti, karena peneliti merasakan sesuatu yang “aneh”, sesuatu yang dapat dipertanyakan lebih lanjut ada maksud apa hingga majalah Cosmo Girl merelakan beberapa halamannya diisi dengan artikel busana muslimah, yang tentunya sangat berbeda dari kiblat fashion barat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dalam berbusana. Kecurigaan tersebut bertambah pada busana muslimah yang divisualisasikan oleh majalah Cosmo Girl, tidak seperti busana muslimah yang umum dikenakan oleh perempuan muslim di Indonesia, yaitu menerapkan konsep hibridisasi. Hibridisasi yang dilakukan melalui pencampuran berbagai budaya sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru dengan menerapkan unsur-unsur maskulinitas namun tetap menampilkan lekuk tubuh, ekspresi wajah menggoda, kombinasi tabrak warna yang mencolok, modifikasi kerudung yang rumit (membutuhkan tutorial), serta penggunaan aksesoris dan riasan yang berlebihan.

(7)

Disadari atau tidak, dalam majalah Cosmo Girl yang menampilkan model perempuan yang busana muslimahnya beraneka bentuk, corak, dan warna terdapat berbagai tanda yang mengandung makna dan ideologi yang dapat dipersepsikan masyarakat secara berbeda. Kecurigaan itu terlihat dari pemaksaan ide-ide ideologi majalah tersebut ke dalam busana muslimah yang ditampilkan. Busana muslimah (Barnard, 2011) bisa mengungkapkan penentangan terhadap rezim tertentu atau mencerminkan keanggotaan dalam gerakan Islam, bisa pula menjadi simbol etnis dan politis. Seperti contoh di Malaysia, ketika busana muslimah dengan tegas membedakan orang Melayu dengan orang Malaysia India atau Cina. Di Prancis, kerudung dilarang disekolah umum. Negara Turki juga melarang pemakaian jilbab di sektor publik, makna busana muslimah senantiasa bergantung pada konteksnya. Atas dasar alasan tersebut, peneliti menggunakan teori semiotika yakni sebuah metode untuk memahami agar memperoleh pemahaman makna. Menurut Sobur, semiotika yaitu suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda inilah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan.

Peneliti ingin mengkaji secara mendalam mengenai berbagai kemungkinan mengenai penggunaan tanda dan makna yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca, bagaimana dapat memperhatikan maksud dari gambar-gambar busana muslimah bahkan melihat lebih jauh mitos apa yang tersembunyi didalam tampilan busana muslimah di majalah franchise dari negara Amerika Serikat, Cosmo Girl yang terkenal dengan kebebasan.

(8)

1.2 Fokus Penelitian

Busana muslimah dalam Islam merupakan pakaian taqwa perempuan muslim, sehingga berbusana muslimah juga merupakan representasi dari ahlak yang mulia. Namun hadirnya era globalisasi memungkinkan adanya pertukaran maupun penggabungan elemen-elemen kultural yang berasal dari berbagai sumber. Sehingga busana muslimah yang digunakan oleh perempuan muslim di Indonesia saat ini muncul dalam bentuk simbol yang memiliki banyak makna.

Tidak heran jika majalah franchise asal Amerika Serikat, Cosmo Girl edisi Agustus 2013 ikut tergiur memuat gambaran model perempuan yang mengenakan busana muslimah yang dibentuk sedemikian rupa, beraneka corak dan warna mencolok dengan tidak mengesampingkan kiblatnya pada fashion ala Hollywood. Hal ini menjadi daya tarik bagaimana mode dan agama digabungkan menjadi satu di dalam majalah hasil adopsi Amerika yang terkenal akan nilai-nilai kebebasan. Maka fokus penelitian ini adalah :

1. Bagaimana busana muslimah yang sesuai syariat Islam dengan visualisasi busana muslimah di dalam majalah Cosmo Girl Edisi Agustus 2013 ? 2. Bagaimana pemaknaan dibalik simbol visual melalui penggunaan

tanda-tanda busana muslimah dalam Majalah Cosmo Girl edisi Agustus 2013 ? 3. Bagaimana mitologi yang ada melalui pengorganisasian makna busana

muslimah dalam Majalah Cosmo Girl edisi Agustus 2013?

4. Bagaimana hibridisasi busana muslimah dalam majalah Cosmo Girl Edisi Agustus 2013 ?

(9)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini bermaksud mendeskripsikan makna “teks” hibridisasi busana muslimah yang terdiri dari penanda dan petanda yang terdapat pada majalah Cosmo Girl Indonesia terkait atribut yang ditampilkannya (misalnya jilbab atau aksesoris tambahan). Hingga bisa dipahami makna penggunaan “teks” dalam artikel edisi khusus tersebut yang dikaitkan dengan mitos dan ideologi dalam majalah Cosmo Girl Indonesia edisi Agustus 2013.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan maksud penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Membongkar pemaknaan dibalik simbol-simbol visual melalui penggunaan tanda-tanda busana muslimah dalam Majalah Cosmo Girl edisi Agustus 2013

2. Membongkar mitologi yang ada melalui pengorganisasian makna busana muslimah dalam Majalah Cosmo Girl edisi Agustus 2013

3. Membongkar hibridisasi busana muslimah dalam majalah Cosmo Girl edisi Agustus 2013

(10)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Adapun manfaat secara akademis penelitian ini meliputi :

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah literatur kepustakaan penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi khususnya mengenai hibridisasi busana muslimah dengan menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes yang digunakan dalam penelitian ini menelisik teks yang bersifat laten, dimana dalam penelitian ini terkait dengan proses penggalian makna dan mitos dalam majalah Cosmo Girl b. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

bacaan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang pembahasan hibridisasi busana muslimah di media massa, khususnya dari segi semiotika komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis penelitian ini meliputi :

a. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif, minimal bagi pemahaman busana muslimah, khususnya pada media cetak yang diteliti. b. Selain itu para muslimah juga harus memahami fungsi awal mengenakan

busana muslimah sebagai hal kewajiban oleh agama dan bukan sekedar mengikuti trend.

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif manajemen risiko yang dapat diterapkan untuk menjaga kelangsungan usaha pemotongan ayam ini adalah dengan menjalin kemitraan dengan peternak untuk menjamin

In the second, cross-sectional and longitudinal studies in the growth of chimpanzee second metacarpal bone linear dimensions from individuals aged 0 to 43.6 years were used

dengan adanya pemberdayaan masyarakat yang ada di desa kami, maka kami sangat senang dan ikut berpartisipasi di dalam pemberdayaan ini agar bisa meningkatkan

Adapun bentuk lain dari manajemen risiko untuk menekan terjadinya risiko pembiayaan dan mendapatkan nasabah yang lebih layak, BMT Maslahah Cabang Pembantu Olean

Benda adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum atau segala sesuatu yang

[r]

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER DAN JIGSAW MATERI SISTEM.. PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII MTSN

Library Research. Data penelitian ini berupa kata yang mengungkapkan makna hujan. Sedangkan sumber datanya berasal dari Al-Quran. Teknik pengumpulan data penelitian ini