• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SOFTWARE AKUNTANSI DALAM MEMBANTU GURU-GURU AKUNTANSI MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN SOFTWARE AKUNTANSI DALAM MEMBANTU GURU-GURU AKUNTANSI MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SOFTWARE AKUNTANSI DALAM MEMBANTU GURU-GURU AKUNTANSI

MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.0

Haryo Suparmun1, Astrid Rudyanto2, Paulina Sutrisno3 1,2,3Jurusan Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti

Email:[email protected] ABSTRACT

Industry 4.0 which based on digital technology, internet and automation (robotics) had changed the way work in various fields of business. One of the changes was forcing accountants to be able to use technology to help their work. To equip students to become accountants who could use technology, accounting teachers must have prior knowledge about technology. The technology that must be mastered by accounting teachers and students was accounting software. The Center for Research and Community Service (P3M) STIE Trisakti in collaboration with PT Ultima Tekno Solusindo provided training on the use of Accurate accounting software to high school and vocational school accounting teachers in Jakarta. STIE Trisakti selected Accurate accounting software because Accurate accounting software was the most widely used accounting software by companies. The problem faced by accounting teachers in Jakarta was the lack of knowledge regarding the use of accounting software. The aim of community service was to provide accounting teachers with knowledge about using Accurate accounting software so that teachers can teach Accurate accounting software to students. The methods were lectures, case studies, simulations, and evaluations. The output was the trained teachers could do accounting cycle using Accurate accounting software. The target outcomes to be achieved were the increased knowledge about Accurate accounting software so teachers could use Accurate accounting software to teach accounting and students could use Accurate accounting software. With this training, P3M STIE Trisakti hoped that vocational teachers could help vocational students become ready-to-use and skilled workers in the industrial era 4.0.

Keyword :Industry 4.0, teacher, Accurate accounting software, STIE Trisakti, Community Service.

ABSTRAK

Industri 4.0 yang berbasis teknologi digital, internet dan otomisasi (robotik) telah merubah cara kerja di berbagai bidang usaha, salah satunya adalah memaksa akuntan untuk dapat menggunakan teknologi dalam membantu pekerjaannya. Untuk memperlengkapi siswa dalam menjadi akuntan yang dapat menggunakan teknologi, guru-guru akuntansi harus diperlengkapi dengan pengetahuan terhadap teknologi terlebih dahulu. Teknologi yang harus dikuasai oleh guru-guru

(2)

akuntansi dan para murid adalah peranti lunak (software) akuntansi. Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STIE Trisakti bekerja sama dengan PT Ultima Tekno Solusindo memberikan pelatihan mengenai penggunaan software akuntansi Accurate kepada guru-guru akuntansi SMA/SMK di Jakarta. STIE Trisakti mengenalkan software akuntansi Accurate karena software akuntansi Accurate adalah software akuntansi yang paling banyak digunakan oleh perusahaan. Permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru akuntansi di Jakarta adalah kurangnya pengetahuan mengenai penggunaan software akuntansi Accurate. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan software akuntansi Accurate kepada guru-guru akuntansi agar mereka dapat mengajarkan software akuntansi Accurate kepada siswa. Metode pelaksanaan pengabdian meliputi: ceramah, studi kasus, simulasi, dan evaluasi. Hasil yang telah dicapai adalah guru-guru akuntansi dapat menyelesaikan siklus akuntansi dengan software akuntansi Accurate. Target dan luaran yang hendak dicapai adalah meningkatkan pengetahuan guru-guru akuntansi tentang software akuntansi Accurate dan mendorong guru-guru akuntansi untuk mengajarkan software akuntansi Accurate pada siswa. Dengan pelatihan ini, P3M STIE Trisakti berharap agar guru-guru SMK dapat membantu siswa SMK menjadi tenaga kerja yang lebih siap pakai dan terampil dalam era industri 4.0.

Kata Kunci:Industri 4.0, guru, software akuntansi Accurate, STIE Trisakti, Pengabdian Masyarakat

PENDAHULUAN

Sejak memasuki industri 4.0, dunia kerja mengalami banyak perubahan. Industri 4.0 menuntut tenaga kerja untuk mengerti dan menjalankan kegiatan komputerisasi (Jagannathan et al., 2019). Tenaga kerja yang tidak mengerti komputerisasi akan terancam tidak mendapatkan pekerjaan namun tenaga kerja yang mengerti komputerisasi justru akan dicari oleh perusahaan.

Salah satu bidang yang berisiko paling tinggi terkena dampak komputerisasi ini adalah akuntansi (Frey & Osborne, 2013). Otomisasi pekerjaan yang diperoleh dari industri 4.0 dapat mengambil alih pekerjaan klerikal yang dikerjakan oleh akuntan. Namun, kemajuan komputerisasi dari industri 4.0 membuat perusahaan membutuhkan akuntan dan calon yang dapat mengoperasikan sistem komputerisasi (Alles, 2015). Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyediakan tenaga kerja akuntan terbanyak di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2019). Karena itu, guru akuntansi di SMA/K perlu memperbaharui pengetahuan yang dimilikinya agar sesuai dengan tuntutan industri 4.0.

Melihat masalah ini, Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STIE Trisakti berinisiatif untuk mengadakan pelatihan keterampilan komputerisasi pada guru-guru SMA/K di Jakarta. Jakarta adalah kota yang paling banyak menggunakan infrastruktur berteknologi (Badan Pusat Statistik, 2018) dan perekonomian Jakarta tergantung pada industri manufaktur (Kementerian Perindustrian, 2018). Keterampilan komputerisasi yang dipilih adalah penggunaan software akuntansi. Pemilihan keterampilan software akuntansi disebabkan oleh dua alasan. Pertama, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar telah menggunakan software akuntansi dalam mencatat transaksi ataupun melakukan pembukuan. Kedua, penelitian menunjukkan bahwa siswa yang menyelesaikan soal akuntansi dengan menggunakan software akuntansi memiliki kemahiran pengetahuan yang

(3)

lebih baik dibandingkan siswa yang menyelesaikan soal yang sama dengan cara manual atau konvensional (Boulianne, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa software akuntansi tidak hanya dibutuhkan di dunia kerja tapi juga memudahkan siswa dalam mengerti materi akuntansi yang diajarkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Industri 4.0 adalah bagian dari revolusi industry keempat yang mengarahkan pada pertukaran data dan otomisasi dalam teknologi dan proses manufaktur. Hal ini meliputi cyber-physical systems,

cloud computing, internet of things, robotics, big data, human-machine interface (Hermann et al.,

2016). Akibat industry 4.0, World Economic Forum memperkirakan robot dapat mengambil alih 5 juta pekerjaan manusia namun ada 2 juta pekerjaan baru tercipta (Grayson et al., 2016). Dengan peningkatan jumlah pekerjaan baru yang tidak seimbang dengan jumlah pekerjaan yang direnggut oleh robot, pekerja harus bersaing dalam mendapatkan pekerjaan baru tersebut.

Indonesia tidak terlepas dari paparan industry 4.0. Menteri Tenaga Kerja mengungkapkan bahwa sampai bulan September 2019, terdapat 23 ribu pekerja Indonesia yang dirumahkan akibat industri 4.0 (Kompas.com, 2019a). Dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia, jumlah ini akan terus bertambah jika pekerja di Indonesia tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi industry 4.0. Karena itu, Presiden Jokowi meluncurkan “Making Indonesia 4.0” pada awal bulan April 2018. Berdasarkan peta jalan “Making Indonesia 4.0”, pemerintah berfokus pada industri manufaktur (Kompas.com, 2019b). Pemerintah menghimbau agar pekerja dan calon pekerja di bidang manufaktur dapat menambah kompetensi melalui program skilling,re-skilling, dan up-skilling.

Skilling adalah meningkatkan keterampilan pekerja (dibandingkan dengan merekrut pekerja baru). Re-skilling adalah memberikan keterampilan baru bagi pekerja. Up-skilling adalah meningkatkan keterampilan pekerja yang telah dimiliki sebelumnya (Gallie, 1991). Untuk menjalankan ketiganya, pemerintah melakukan revitalisasi pendidik dengan meningkatkan keterampilan pendidik (Petriella, 2019). P3M STIE Trisakti membantu pemerintah dalam melakukan revitalisasi guru dengan memberikan pelatihan mengenai software akuntansi.

METODE KEGIATAN

Software akuntansi yang diajarkan kepada guru-guru SMA dan SMK adalah Accurate. P3M STIE Trisakti memilih Accurate karena Accurate telah digunakan oleh lebih dari 10.000 perusahaan dan UMKM di Indonesia (Accurate, 2019), telah disesuaikan dengan peraturan peraturan perpajakan maupun akuntansi di Indonesia, dan telah menggunakan Internet of Things dengan menghubungkan Accurate dengan internet banking (Accurate, 2019).

Untuk memberikan pelatihan tentang software akuntansi Accurate, STIE Trisakti bekerja sama dengan PT Ultima Tekno Solusindo selaku partner resmi CPSSoft (penyedia produk Accurate). Pelatihan ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan, STIE Trisakti mengundang guru-guru di berbagai SMA/K Akuntansi di Jakarta untuk menghadiri acara pelatihan tersebut. STIE Trisakti meminta konfirmasi kehadiran para peserta sekaligus memberitahukan peralatan apa saja yang perlu dibawa oleh para peserta. Materi yang disiapkan pada tahap ini adalah administrasi surat menyurat.

Pelaksanaan pelatihan diadakan pada Sabtu, 21 September 2019 pada pukul 08.00-16.30 dan bertempat di Studio Mini STIE Trisakti. Jumlah peserta adalah sebanyak 55 guru. Materi yang

(4)

disiapkan adalah buku petunjuk, dokumentasi, bahan presentasi, software akuntansi Accurate untuk pendidikan. Metode pelaksanaan pengabdian meliputi: ceramah, studi kasus, dan tanya jawab. Ceramah dilakukan dengan pendekatan satu arah dengan metode power point dan video untuk memberitahukan pentingnya mengerti software akuntansi dalam industri 4.0. Ceramah ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para guru akan pentingnya mengerti software akuntansi di era industri 4.0. Setelah mengetahui pentingnya software akuntansi, peserta diberikan dua contoh kasus penggunaan Accurate pada suatu perusahaan. Pada contoh kasus pertama, para peserta dituntun untuk mengerjakan contoh kasus tersebut. Pada contoh kasus kedua, para peserta diminta untuk membuat contoh kasus sendiri. Untuk memudahkan peserta dalam mengerjakan contoh kasus, peserta diberikan modul pengerjaan Accurate. Selanjutnya, para peserta diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab mengenai penggunaan Accurate serta kemungkinan penggunaan Accurate dalam proses pembelajaran akuntansi.

Gambar 1. Suasana Ceramah Gambar 2. Suasana Pengerjaan Contoh Kasus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada proses ceramah, para guru antusias dan melontarkan banyak pertanyaan. Pada proses pelatihan Accurate, pengajar memperhatikan proses pengerjaan contoh kasus dalam Accurate. Peserta diperhatikan dengan seksama oleh para pengajar sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh peserta dapat mengikuti seluruh tahapan yang diajarkan oleh pengajar. Pada contoh kasus kedua, hasil akhir para peserta diperiksa bersama-sama dan perbedaan hasil dianalisis bersama. Hasil akhir tersebut berupa laporan keuangan, daftar persediaan barang dagangan, dan daftar aset tetap. Dari hasil tanya jawab, walaupun banyak pertanyaan yang dilontarkan, para guru mengaku bahwa mereka dapat mengerjakan dan memahami sebagian besar cara menggunakan Accurate. Sebelum pelatihan dibubarkan, P3M bertanya kepada beberapa guru-guru akuntansi SMA/SMK tentang manfaat yang diterima dari pelatihan ini. Para guru berpendapat bahwa ceramah yang disampaikan memberikan kesadaran mengenai pentingnya memperkenalkan software akuntansi kepada siswa. Mereka juga berpendapat bahwa Accurate mempermudah pekerjaan akuntan dan sangat praktikal. Beberapa dari para guru berencana untuk menggunakan Accurate sebagai bahan ajar mereka setelah didiskusikan dengan kepala sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pelatihan ini tercapai, yaitu meningkatkan kesadaran guru atas pentingnya memperkenalkan Accurate kepada siswa dan mengajarkan Accurate sampai para guru dapat membuat siklus akuntansi menggunakan Accurate.

Tantangan yang dihadapi dalam pelatihan ini adalah kemampuan komputerisasi guru yang masih kurang. Para pengajar Accurate memerlukan waktu yang cukup lama dalam mengajar para guru sampai mereka benar-benar dapat memahami Accurate. Beberapa guru juga datang terlambat sehingga mereka tidak mendengarkan ceramah. Akan tetapi, antusiasme para guru dalam memahami Accurate menciptakan lingkungan pelatihan yang kondusif. Hal ini meningkatkan efektivitas pelatihan Accurate kepada para guru. Walaupun kegiatan pengabdian ini belum memberikan kontribusi penting di masa kini, kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dalam

(5)

membekali guru-guru SMA/K dalam mempersiapkan siswa SMA/K dalam menghadapi tuntutan dunia kerja di industri 4.0.

REFERENSI

Accurate. (2019). Accurate Online - Software Akuntansi Cloud Terbaik di Indonesia. https://accurate.id/

Alles, M. G. (2015). Drivers of the use and facilitators and obstacles of the evolution of big data by the audit profession. Accounting Horizons, 29(2), 439–449.

Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Indonesia 2019. Badan Pusat Statistik.

Boulianne, E. (2014). Impact of accounting software utilization on students’ knowledge acquisition: An important change in accounting education. Journal of Accounting and Organizational Change,

10(1), 22–48.

Frey, C. ., & Osborne, M. A. (2013). The Future of Employment: How Susceptible are Jobs to

Computerisation?

Gallie, D. (1991). PATTERNS OF SKILL CHANGE: UPSKILLING, DESKILLING OR THE POLARIZATION OF SKILLS? In Work, Employment & Society (Vol. 5, pp. 319–351). Sage Publications, Ltd.

Grayson, D., Nelson, J., Nelson, J., & Grayson, D. (2016). Mastering the Fourth Industrial Revolution.

World Economic Forum Annual Meeting 2016, 1–100. https://doi.org/10.4324/9781351277525-32

Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2016). Design principles for industrie 4.0 scenarios. Proceedings

of the Annual Hawaii International Conference on System Sciences, 2016-March, 3928–3937.

Jagannathan, S., Ra, S., & Maclean, R. (2019). Dominant recent trends impacting on jobs and labor markets - An Overview. International Journal of Training Research, 17(sup1), 1–11.

Kementerian Perindustrian. (2018). Indonesia’s Fourth Industrial Revolution Making Indonesia -Making Indonesia 4.0. Kementerian Perindustrian, 24–27.

Kompas.com. (2019a). Menteri Tenaga Kerja: 23 Juta Pekerja Indonesia Terdampak Otomatisasi di

Era Revolusi Industri 4.0.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/26/16501841/menteri-tenaga-kerja-23-juta-pekerja-indonesia-terdampak-otomatisasi-di-era

Kompas.com. (2019b). Pengertian Industri 4.0 dan Penerapannya di Indonesia.

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/16/160000169/pengertian-industri-4.0-dan-penerapannya-di-indonesia?page=all

Petriella, Y. (2019). Bangun SDM Siap Kerja, Kemenaker Terapkan Triple Skilling. Bisnis.Com. https://ekonomi.bisnis.com/read/20190617/12/934593/bangun-sdm-siap-kerja-kemenaker-terapkan-triple-skilling

Referensi

Dokumen terkait

Sel – sel dengan ukuran yang lebih besar pada bagian ini berada dalam proses pembelahan saat preparat dibuat.. Bagian inilah yang akan

PERTAMA : Membentuk Kelompok Pelaksana Pos pelayanan Terpadu (Posyandu) Desa Madukara Kecamatan Madukara dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum

Pasal 116 ayat (1) UUPPLH menyebutkan bahwa apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana

Sebuah fungsi gelombang yang tetapan pengalinya ditentukan dari persamaan (2.31) disebut ternormalisasi secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan

Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan lebih lanjut dan mampu mengenalisis persoalan-persoalan di negara Asia Timur dengan berlandaskan pemikiran historis... Akira

PANITIA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN.. KABUPATEN LANDAK TAHUN

Halaman-halaman dari website akan bisa diakses melalui URL yang biasa disebut homepage .URL ini mengatur halaman- halaman situs untuk menjadi sebuah hirarki,

(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak