Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017
No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017
Keadaan Ketenagakerjaan
Jawa Timur Agustus 2017
BERITA
RESMI
STATISTIK
• Penduduk usia kerja 15 tahun ke atas di Jawa Timur pada Agustus 2017 tercatat sebesar 30,44 juta orang.
• TPT turun sebesar 0,21 poin persen dari 4,21 persen menjadi 4,00 persen dibanding Agustus 2016.
• Penduduk yang bekerja pada 9 (sembilan) sektor Lapangan Usaha Utama mengalami kenaikan kecuali Sektor Pertanian dan Sektor Konstruksi.
• Penduduk yang bekerja di sektor Formal sebanyak 7,77 juta orang (38,65 persen) bertambah sekitar 527 ribu orang (7,28 persen) dibanding setahun yang lalu. Sedang pada sektor Informal sebanyak 12,33 juta orang (61,35 persen) juga bertambah sekitar 457 ribu orang (3,85 persen) selama setahun ini.
• Pendidikan sebagian besar pekerja masih rendah (SD ke bawah), yaitu 9,51 juta orang (47,31 persen), sedangkan pekerja dengan pendidikan tinggi Diploma ke atas hanya sekitar 1,96 juta orang (9,77 persen), selebihnya adalah pendidikan menengah atas dan kejuruan.
• Penganggur terbanyak dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah penganggur dengan pendidikan Menengah Kejuruan dengan TPT sebesar 9,01 persen sedang yang terendah adalah penganggur dengan pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 1,66 persen.
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT)
Jawa Timur
sebesar 4,00
persen
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR
1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran
Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur pada Agustus 2017 menunjukkan keadaan terus menjadi lebih baik dibandingkan Februari 2017 dan Agustus 2016. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja dan penurunan jumlah pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2017 bertambah sebanyak 48 ribu orang dibanding keadaan Februari 2017 dan bertambah 984 ribu orang jika dibanding Agustus 2016. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut otomatis berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat dari 66,14 persen pada Agustus 2016 menjadi 68,78 persen pada Agustus 2017 atau naik sebesar 2,64 poin persen walaupun jika dibanding TPAK Februari 2017 (68,93 persen) turun sebesar 0,15 poin persen.
Indikator utama ketenagakerjaan yang sering digunakan sebagai indikator keberhasilan dalam menangani masalah ketenagakerjaan khususnya pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan perbandingan antara jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. TPT di Jawa Timur pada Agustus 2017 sebesar 4,00 persen atau turun sebesar 0,21 poin persen dibandingkan keadaan Agustus 2016 dengan TPT sebesar 4,21 persen. Walaupun penurunannya lebih kecil dibanding periode Agustus 2015 - Februari 2016, akan tetapi diharapkan akan menambah optimisme bahwa penurunan ini akan terus terjadi pada periode selanjutnya.
Tabel 1.
Penduduk Jawa Timur Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2015 - 2017
Jenis Kegiatan Utama Satuan 2015 2016 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Penduduk Usia Kerja 15
tahun ke atas juta 29,74 29,88 30,03 30,17 30,31 30,44 2. Angkatan Kerja juta 20,69 20,27 20,50 19,95 20,89 20,94
Bekerja juta 19,80 19,37 19,65 19,11 20,03 20,10 Penganggur juta 0,89 0,91 0,85 0,84 0,86 0,84
3. Bukan Angkatan Kerja juta 9,05 9,61 9,53 10,21 9,42 9,51
Sekolah juta 2,38 2,30 2,33 2,32 2,18 2,17 Mengurus Ruta juta 5,41 5,92 5,85 6,59 5,95 6,13 Lainnya juta 1,26 1,38 1,35 1,30 1,28 1,21
4. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) % 69,58 67,84 68,27 66,14 68,93 68,78 5. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) % 4,31 4,47 4,14 4,21 4,10 4,00 6. Pekerja tidak penuh juta 6,41 6,24 6,28 5,60 6,26 5,73
Setengah penganggur juta 1,63 1,63 1,61 1,34 1,23 1,23 Paruh waktu juta 4,78 4,62 4,66 4,26 5,03 4,49
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
2. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Struktur lapangan pekerjaan utama penduduk di Jawa Timur hingga keadaan Agustus 2017 tidak mengalami perubahan. Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Jasa Kemasyarakatan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Pada Agustus 2017, Sektor Pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 33,40
persen, Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menyerap sebanyak 22,79 persen, sedangkan untuk Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 15,01 persen dan 14,66 persen.
Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu pada keadaan Agustus 2016, jumlah penduduk yang bekerja meningkat sebesar 985 ribu orang. Peningkatan terjadi di Sektor Perdagangan yang naik sebesar 564 ribu orang atau 14,03 persen, Sektor Jasa Kemasyarakatan naik 348 ribu orang atau 13,39 persen, Sektor Industri Pengolahan naik 252 ribu orang atau 9,10 persen, Sektor lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan & jasa perusahaan juga naik sebesar 80 ribu orang atau 19,03 persen. Sektor lainnya (Sektor pertambangan & penggalian, sektor listrik, gas dan air, dan sektor transportasi) masing-masing naik 17,20 persen, 71,87 persen dan 0,32 persen. Sementara Sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Jawa Timur, yaitu Sektor Pertanian turun sekitar 262 ribu orang atau 3,75 persen, begitu juga dengan Sektor Konstruksi turun sebanyak 46 ribu orang atau 3,15 persen. Namun demikian, khusus untuk Sektor Konstruksi, dibanding kondisi Februari 2016 naik cukup signifikan. Tabel 2
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2015–2017 (juta orang)
Lapangan Pekerjaan Utama 2015 2016 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pertanian 7,21 7,08 7,01 6,98 7,04 6,71 Industri 2,78 2,70 2,95 2,77 3,00 3,02 Konstruksi 1,44 1,51 1,34 1,47 1,26 1,42 Perdagangan 4,15 4,12 4,46 4,02 4,58 4,58 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 0,61 0,64 0,77 0,70 0,70 0,70 Keuangan 0,50 0,41 0,30 0,42 0,47 0,50 Jasa Kemasyarakatan 2,95 2,75 2,66 2,60 2,82 2,95 Lainnya *) 0,17 0,16 0,16 0,17 0,17 0,21 Jumlah 19,80 19,37 19,65 19,11 20,03 20,10 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) *) Pertambangan & Penggalian dan Listrik, Gas dan air Keterangan : Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk
3. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari enam kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya dikategorikan sebagai pekerja pada pekerjaan informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka di Jawa Timur pada Agustus 2017 ada sebanyak 7,77 juta orang (38,65 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 12,33 juta orang (61,35 persen) bekerja pada kegiatan informal. Pekerja sektor formal naik sebesar 527 ribu orang (7,28 persen) selama setahun terakhir, demikian juga pekerja di sektor informal bertambah sebesar 457 ribu orang (3,85 persen). Di sektor formal, pekerja berstatus berusaha dibantu buruh tetap turun sekitar 30 ribu orang (3,69 persen) dibanding Agustus 2016, sedangkan pekerja berstatus buruh/karyawan naik sekitar 550
ribu orang (8,49 persen). Di sisi lain, tenaga kerja yang berada di sektor informal, antara lain pekerja yang berstatus pekerja bebas (di pertanian dan non pertanian) turun sekitar 60 ribu orang (2,03 persen) dari 2,83 juta orang menjadi 2,77 juta orang. Yang menarik adalah jumlah pekerja keluarga/pekerja tak dibayar, dan pekerja yang berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar keduanya turun dibanding status pekerjaan lainnya, yaitu masing-masing sebesar 120 ribu orang (4,25 persen) dan 230 ribu orang (6,26 persen). Sebaliknya penduduk yang bekerja yang berstatus berusaha sendiri dan berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai naik masing-masing sekitar 860 ribu orang (33,71 persen) dan sekitar 550 ribu ribu orang (8,49 persen). Hal ini mengindikasikan adanya peralihan pekerja, dari pekerja tak dibayar menjadi berusaha sendiri, serta adanya serapan tenaga kerja sehingga jumlah buruh/karyawan/pegawai meningkat. Secara umum dalam kurun waktu tiga tahun (2015-2017), jumlah pekerja di sektor formal cenderung semakin meningkat. Dari 7,13 juta orang (36,81 persen) di tahun 2015 menjadi 7,77 juta orang (38,65 persen). Hal ini dapat menjadi indikasi semakin membaiknya perekonomian di Jawa Timur karena pangsa pasar kerja Sektor Formal mengalami kenaikan. Tabel 3
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2015–2017 (juta orang)
Status Pekerjaan Utama 2015 2016 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kegiatan Formal: 7,26 7,13 7,26 7,24 7,45 7,77 - Berusaha dibantu buruh tetap 0,80 0,75 0,62 0,72 0,70 0,69 - Buruh/Karyawan 6,47 6,38 6,64 6,52 6,75 7,08 Kegiatan Informal: 12,54 12,24 12,39 11,87 12,58 12,33 - Berusaha sendiri 3,14 2,89 2,91 2,56 3,18 3,43 - Berusaha dibantu buruh tidak tetap 3,51 3,66 3,84 3,62 3,89 3,39 - Pekerja bebas di Pertanian 1,23 1,22 1,43 1,41 1,13 1,45 - Pekerja bebas di Non Pertanian 1,37 1,44 1,30 1,41 1,07 1,32 - Pekerja keluarga/tak dibayar 3,29 3,04 2,92 2,87 3,30 2,75 Jumlah 19,80 19,37 19,65 19,11 20,03 20,10 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Keterangan : Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk
4. Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja
Secara umum, komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut jam kerja per minggu tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu. Penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Pada keadaan Agustus 2017 jumlah penduduk yang dikategorikan sebagai pekerja penuh (full time worker) termasuk yang sementara tidak bekerja (cuti) mencapai 14,37 juta orang dibanding Agustus 2016 yang jumlahnya mencapai 13,51 juta orang, telah terjadi kenaikan sekitar 859 ribu orang atau 6,50 persen penduduk dengan rata-rata jumlah jam kerja 35 jam atau lebih seminggu. Sementara itu, pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35
jam per minggu) juga naik sekitar 145 ribu orang (0,16 persen), yaitu dari sekitar 5,60 juta orang pada Agustus 2016 menjadi sekitar 5,73 juta orang pada Agustus 2017. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu, 2015–2017 (juta orang) Jumlah Jam Kerja per
Minggu
2015 2016 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1–7 0,36 0,26 0,43 0,27 0,59 0,42 8–14 1,07 1,05 1,12 0,91 1,24 1,13 15–24 2,31 2,37 2,33 2,07 2,06 2,00 25–34 2,67 2,57 2,40 2,35 2,37 2,18 1–34 6,41 6,24 6,28 5,60 6,26 5,73 ≥ 35 + *) 13,39 13,12 13,37 13,51 13,78 14,37 Jumlah 19,80 19,37 19,65 19,11 20,03 20,10 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk *) Termasuk sementara tidak bekerja Grafik 1
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu, 2015 – 2017
32,39 32,24 33,51 29,31 31,24 28,50 67,61 67,76 66,49 70,69 68,76 71,50
< 35 Jam 0 dan ≥ 35
5. Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan
Dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Jawa Timur yang bekerja pada Agustus 2017 terlihat bahwa proporsi penduduk relatif sama dari tahun ke tahun. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 masih didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah. Pada kondisi Agustus 2017, jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat pendudukan SD ke bawah tercatat sebanyak 47,31 persen atau sebanyak 9,51 juta jiwa. Kemudian diikuti dengan penduduk berpendidikan SMP (17,99 persen), SMA umum (14,54 persen), SMA Kejuruan (10,39 persen), Universitas (8,25 persen), dan Diploma (1,51 persen).
Kondisi kualitas pekerja terlihat dengan bertambahnya pekerja berpendidikan rendah (SD kebawah) sekitar 720 ribu orang (8,23 persen), pekerja berpendidikan menengah pertama sekitar 110 ribu orang (3,25 persen), pekerja berpendidikan menengah atas sekitar 140 ribu orang (4,98 persen), dan pekerja dengan pendidikan perguruan tinggi (S1) sekitar 130 ribu orang (8,85 persen). Sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dan Diploma turun masing-masing sebesar 90 ribu orang (4,12 persen) dan 40 ribu orang (10,61 persen). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2015–2017 (juta orang) Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
2015 2016 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD Kebawah 9,97 9,53 9,78 8,79 9,34 9,51 Sekolah Menengah Pertama 3,42 3,57 3,35 3,50 3,65 3,62 Sekolah Menengah Atas 2,74 2,81 2,79 2,78 2,76 2,92 Sekolah Menengah Kejuruan 1,93 1,82 2,03 2,18 2,19 2,09 Diploma I/II/III 0,31 0,30 0,30 0,34 0,36 0,30 Universitas 1,43 1,35 1,40 1,52 1,74 1,66 Jumlah 19,80 19,37 19,65 19,11 20,03 20,10 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Keterangan : Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk Grafik 2
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Agustus 2017
SD Kebawah 47,31 Sekolah Menengah Pertama 17,99 Sekolah Menengah Atas 14,54 Sekolah Menengah Kejuruan 10,39 Diploma I/II/III 1,51 Universitas 8,25
6. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan
Sebagaimana penjelasan di bagian awal, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan 0,21 poin persen dari 4,21 persen pada Agustus 2016 menjadi 4,00 persen pada Agustus 2017. Jika diamati berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang tamatkan oleh mereka
yang berstatus menganggur, terlihat bahwa TPT tertinggi terdapat pada penganggur dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu 9,01 persen dan berikutnya adalah penganggur dengan pendidikan Diploma I-III sebesar 7,47 persen yang sebelumnya 7,10 persen dan 5,01 persen di Agustus 2016. Khusus dengan meningkatnya persentase penganggur yang berpendidikan Menengah Kejuruan, masih perlu menjadi perhatian pemangku kebijakan di tengah didorongnya para pelajar untuk mengikuti pendidikan kejuruan dengan harapan mereka bisa mendapatkan keahlian dan lebih mudah memperoleh pekerjaan. Keadaan ini diduga karena antara kebutuhan yang di inginkan penyedia lapangan kerja dengan pihak pendidikan yang bertugas menyiapkan skill atau keahlian dari para siswa sekolah kejuruan tidak selaras. Rekomendasinya adalah harus ada data atau informasi mengenai kebutuhan dunia kerja agar tidak terjadi apa yang dilatihkan/diajarkan, ternyata tidak dibutuhkan oleh penyedia pekerjaan.
Sedangkan TPT pada tingkat SD ke bawah cenderung rendah, seperti TPT pada Agustus 2017 untuk jenjang ini hanya sebesar 1,66 persen dikarenakan mereka yang berpendidikan rendah cenderung tidak akan memilih pekerjaan sehingga akan melakukan pekerjaan apa saja asalkan dapat memperoleh pendapatan.
Tabel 6
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2015–2017 (persen) PendidikanTertinggi yang
Ditamatkan
2015 2016 2017
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD Kebawah 2,14 1,39 2,39 1,24 2,37 1,66 Sekolah Menengah Pertama 6,00 4,43 4,12 5,25 3,88 4,33 Sekolah Menengah Atas 6,59 8,73 6,55 9,04 5,74 6,75 Sekolah Menengah Kejuruan 8,47 11,74 7,09 7,10 8,88 9,01 Diploma I/II/III 6,17 8,11 6,49 5,01 8,18 7,47 Universitas 4,23 4,99 6,36 4,61 3,77 4,11 Jumlah 4,31 4,47 4,14 4,21 4,10 4,00 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Keterangan : Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk Diterbitkan oleh:
BPS Provinsi Jawa Timur
Jl. Kendangsari Industri No.43-44 Surabaya 60292 Ir Zulkipli M.Si Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon: 031-8439343 E-mail: [email protected] Website : jatim.bps.go.id Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.