• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grand Teori Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Grand Teori Keperawatan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

2.2 Grand Teori 2.2.1 Definisi

Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori mulai dari meta theory, grand theory, middle range theory dan practice theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup atau tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit. Grand theory merupakan level kedua dari teori keperawatan. Namun grand theory memberikan latar belakang dalam pengembangan praktek keperawatan karena grand theory berusaha menjelaskan dan memaparkan aspek pengalaman dan respon manusia dengan sangat komperhensif (McEwen & Wills, 2011).

Grand theory didefinisikan sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak, sulit untuk dibuat definisi operasionalnya dan hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Grand teori menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan (Fawcett & DeSanto-Madeya, 2012)

Nursing Theories dibagai menjadi 4 tipe, yaitu tipe 1: Philosophies Theories, Tipe 2: Nursing Conceptual Models, Tipe 3: Nursing Theories, Tipe 4: Middle Range Theories. Grand theory disebut juga konseptual model, dalam hal ini termasuk Nursing Conceptual Models dan Nursing Theories. Nursing Conceptual Models adalah konsep-konsep dan hubungan yang melihat secara spesifik dari fenomena dari keperawatan. Nursing Theories mendeskripsikan, menjelaskan atau memprediksikan hubungan antara konsep-konsep dalam fenomena keperawatan. Nursing teori dikembangkan dari berbagai level abstraksi. Nursing Theories yang berada dalam level yang sama dengan Grand theory memiliki tingkat keabstrakan yang mendekati Nursing Conceptual Models yang menjadi acuan pengembangan nursing teori ini. Oleh karena itu ada beberapa literatur yang menyamakan Nursing Theories dan Nursing Conceptual Models (Alligood, 2013).

2.2.2 Hubungan dengan Level Teori Lain

Grand theory atau di dalam Alligood disebut dengan Nursing Conceptual Model dan Nursing Theories apabila dibandingkan dengan level teori diatasnya yaitu meta theory, grand theory memiliki konsep yang lebih spesifik dari pada meta theory

(2)

yang berfokus pada pengembangan ilmu atau teori. Grand theory juga mempunyai tingkat abstraksi yang lebih rendah dari meta theory. Namun, kedua teori ini belum dapat dibuat definisi operasional sehingga tidak bias secara langsung dilakukan uji empiris pada kedua teori tersebut (McEwen & Wills, 2011).

Middle range theory merupakan teori yang berada di level bawah dari grand theory. Apabila dibuat perbadingan dengan middle range theory akan didapatkan hasil bahwa grand theory memiliki konsep atau sudut pandang yang lebih umum atau komperhensif pada semua aspek manusia, sedangkan middle range hanya melihat beberapa aspek saja dan memiliki area yang lebih spesifik, sehingga middle range theory lebih mudah diaplikasikan dalam uji empiris dari pada grand theory (McEwen & Wills, 2011).

2.2.3 Kriteria Grand Theory

Grand theory mempunyai beberapa kriteria atau penciri yang membedakannya dengan level teori lainnya, menurut McEwen & Wills (2011) dan Alligood (2013) grand theory mempunyai scope atau ruang lingkup yang luas, karena grand theory memiliki sudut pandang yang umum dan komperhensif yang memperhatikan seluruh aspek dan respon manusia. Kriteria kedua, grand theory memiliki tingkat abstraksi yang cukup besar sehingga kurang mampu diterapkan langsung pada penelitian. Kriteria selanjutnya, grand theory masih general dan belum terfokus pada area yang spesifik pada salah satu respon manusia. Kriteria berikutnya, grand theory tidak dapatlangsung digunakan dalam uji empirik, hal ini dikarenakan grand theory masih memiliki konsep yang sangat abstrak sehingga tidak dapat di susun kedalam definisi operasional.

2.2.3 Pengelompokan Grand Theory

Terdapat perbedaan dalam pengelompokkan grand theory. Alligood (2013) mengelompokan grand theory berdasarkan scoop atau ruang lingkup teori, yaitu Conceptual model theory dan nursing theory. Pengelompokan yang berbeda dipaparkan oleh McEwen & Wills (2011) yang mengelompokkan grand theory berdasarkan paradigma keperawatan, dengan analisa akan lebih memudahkan perawat untuk mencari dan memahami grand theory sesuai sudut pandang dan kebutuhan. 2.2.3.1 Pengelompokan Grand Theory Menurut Alligood

Alligood (2013) membagi grand theory berdasarkan cakupan atau scope atau ruang lingkup dari teori. Conceptual model theory dan nursing theory menjadi pengelompokkan dari grand theory berdasarkan tingkat keabtrakkan dari

(3)

masing-masing teori dan ruang lingkup fenomena atau spesifikasi dari teori tersebut. Berikut ini teori yang termasuk dalam Grand Theory menurut Alligood.

1. Conceptual Model Theory

1) Myra E. Levine : The Conservation Model 2) Martha E. Rogers: Unitary Human Being

3) Dorathea E. Orem : Self-Care Deficit Theory of Nursing

4)

Imogene M. King: Conceptual System and Middle-Range Theory of Goal Attainment

5)

Betty Neuman: System Model

6)

Sister Calista Roy: Adaptation Model

7)

Dorothy E. Jhonson: Behavioral System Model 2. Nursing Theory

1) Anne Boykin and Savina O. Schoenhofer: The Theory of Nursing as Caring: A Model for Transforming Practice

2) Afaf Ibrahim Meleis: Transitions Theory 3) Nola J. Pender: Health Promotion Model

4) Madeleine M. Leininger: Culture Care Theory of Diversity and Universality 5) Margaret A. Newman: Health as Expanding Consciousness

6) Rosemarie Rizzo Parse: Humanbecoming

7) Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, Mary Ann P. Swain: Modeling and Role-Modeling

8) Gladys L. Husted and James H. Husted: Symphonological Bioethical Theory 2.2.3.1 Pengelompokan Grand Theory Menurut Melanie

Melanie membagi grand theory kedalam tiga kategori. Pembagian ini berdasarkan paragigma atau sudut pandang keperawatan. Pembagian ini dipilih untuk mempermudah dalam mempelajari teori karena teori telah dikelompokan sesuai area atau kekhususannya.Pengelompokkan teori menurut paradigma yang dipilih adalah teori Wills (2002) yang membagi grand theory menjadi human need theory, interactive theory dan unitary process.

1. Grand Theory based on human need theory

1) Florence Nightingale: Nursing: What It Is and What It Is Not 2) Virginia Henderson: The Principles and Practice of Nursing 3) Faye G. Abdellah: Patient-Centered Approaches to Nursing 4) Dorothea E. Orem: The Self-Care Deficit Nursing Theory 5) Dorothy E. Jhonson: Behavioral System Model

(4)

Terdapat tiga teori yang baru atau tidak disebutkan dalam Alligood (2013) sebagai grand theory, yaitu: Florence Nightingale: Nursing: What It Is and What It Is Not; Virginia Henderson: The Principles and Practice of Nursing dan Faye G. Abdellah: Patient-Centered Approaches to Nursing. Teori Virginia Henderson dan Faye G. abdellah dalam Alligood (2013) dikelompokkan ke dalam Nursing Theorists of Historical Significance karena kedua theorist tersebut dinilai mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan pengetahuan keperawatan pada saat pre paradigm. Teori Florence Nightingale dalam Alligood (2013) dikelompokkan pada Meta theory karena teori Florence dianggap telah memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu keperawatan dengan cara memberikan arah bagi disiplin ilmu keperawatan itu sendiri, serta memberi dasar bagi para professional dibidang perawatan untuk memahami teori baru. Selain pendapat diatas, Mcewen & Wills (2010) tidak mengenal meta theory karena meta teori merupakan teori umum dan bukan bagian dari teori keperawatan, sehingga ketiga teori tersebut dimasukkan kedalam grand theory.

2. Grand Theory based on interactive theory

1) Myra Estrin Levine: The Conservation Model 2) Barbara M. Artinian: The Intersystem Model

3) Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, and Mary Ann P. Swain: Modeling and Role-Modeling

4) Imogene M. King: King’s Conceptual System and Theory of Goal Attainment and Transactional Process

5) Roper, Logan, and Tierney: Model of Nursing Based on Activities of Living 6) Sister Callista Roy: The Roy Adaptation Model

7) Jean Watson: Caring Science as Sacred Science 3. Grand Theory based on unitary process

1) Martha Rogers: The Science of Unitary and Irreducible Human Beings 2) Margaret Newman: Health as Expanding Consciousness

3) Rosemarie Parse: The Theory of Human Becoming

BAB III Grand Theory

(5)

1.

Myra Estrin Levine: The Conservation ModelBackground Teorist

Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam perawatan karena ayahnya sering sakit (mengalami masalah gastrointestinal) dan memerlukan perawatan. Levine lulus dari Cook County School of Nursing tahun 1944 dan memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of Chicago pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil untuk US Army, sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi keperawatan. Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di Wayne State University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di berbagai lembaga seperti University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv University di Israel. Levine menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang termasuk artikel “An Introduction to Clinical Nursing” yang dipublikasikan berulang kali pada tahun pada tahun 1969, 1973 & 1989. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun 1992. Levine meninggal pada tahun 1996 (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Levine mengembangkan teori konservasi berdasarkan ide dari Nightingale yang menyebutkan bahwa perawat harus menyediakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses penyembuhan. Selain itu Levine juga meng adopsi pemikiran dari Tillich dengan prinsip kesatuan hidup, Bernard dengan lingkungan internal, Cannon pada teori homeostasis dan Waddington pada konsep homeorhesis. Karya-karya ilmuwan lain juga digunakan dalam pengembangan teori konservasi. Terbentuklan empat prinsip konservasi yang membentuk dasar dari model keperawatan Levine; teori ini disintesis dari penelitian ilmiah dan praktek (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Model konservasi levine merupakan Keperawatan praktis dengan konservasi model dan prinsip yang berfokus pada pelestarian energi pasien untuk kesehatan dan penyembuhan. Adapun prinsip konservasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Konservasi Energi: Individu memerlukan keseimbangan energi dan memperbaharui energi secara konstan untuk mempertahankan aktivitas hidup. Konservasi energi dapat digunakan dalam praktek keperawatan.

(6)

2. Konservasi Integritas Struktur: Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari integritas struktur. Seorang perawat harus membatasi jumlah jaringan yang terlibat dengan penyakit melalui perubahan fungsi dan intervensi keperawatan.

3. Konservasi Integritas Personal: Seorang perawat dapat menghargai klien ketika klien dipanggil dengan namanya. Sikap menghargai tersebut terjadi karena adanya proses nilai personal yang menyediakan privasi selama prosedur.

4. Konservasi Integritas Sosial: Kehidupan berarti komunitas social dan kesehatan merupakan keadaan social yang telah ditentukan. Oleh karena itu, perawat berperan menyediakan kebutuhan terhadap keluarga, membantu kehidupan religius dan menggunakan hubungan interpersonal untuk konservasi integritas social.

Terdapat tiga komponen utama dari model konservasi yaitu:

1. Wholeness (Keutuhan)

Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah sistem terbuka: “Wholeness emphasizes a sound, organic, progressive mutuality between diversified functions and parts within an entirety, the boundaries of which are open and fluent. (Keutuhan menekankan pada suara, organik, mutualitas progresif antara fungsi yang beragam dan bagian-bagian dalam keseluruhan, batas-batas yang terbuka)” Levine (1973, hal 11) menyatakan bahwa “interaksi terus-menerus dari organisme individu dengan lingkungannya merupakan sistem yang ‘terbuka dan cair’, dan kondisi kesehatan, keutuhan, terwujud ketika interaksi atau adaptasi konstan lingkungan, memungkinkan kemudahan (jaminan integritas) di semua dimensi kehidupan”. Kondisi dinamis dalam interaksi terbuka antara lingkungan internal dan eksternal menyediakan dasar untuk berpikir holistik, memandang individu secara keseluruhan.

2. Adaptasi

Adaptasi merupakan sebuah proses perubahan yang bertujuan mempertahankan integritas individu dalam menghadapi realitas lingkungan internal dan eksternal. Konservasi adalah hasil dari adaptasi. Beberapa adaptasi dapat berhasil dan sebagian tidak berhasil. Levine mengemukakan 3 karakter adaptasi yakni: historis, spesificity, dan redundancy. Levin menyatakan bahwa setiap individu mempunyai pola respon

(7)

tertentu untuk menjamin keberhasilan dalm aktivitas kehidupannya yang menunjukkan adaptasi historis dan spesificity.

3. Konservasi

Levine menguraikan model Konservasi sebagai inti atau dasar teorinya. Konservasi menjelaskan suatu system yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika terjadi tantangan yang buruk. Dalam pengertian Konservasi juga, bahwa individu mampu untuk berkonfrontasi dan beradaptasi demi mempertahankan keunikan mereka.

Paradigma Keperawatan  Perawat

Intervensi keperawatan mempengaruhi adaptasi atau ke arah peningkatan kesejahteraan sosial, maka perawat melakukan tindakan tarapeutik; ketika respon tidak menguntungkan, Perawat memberikan perawatan suportif . Tujuan keperawatan adalah untuk mempromosikan adaptasi dan mempertahankan keutuhan

 Individu

Individu digambarkan sebagai makhluk holistik; keutuhan adalah integritas . Integritas berarti bahwa orang tersebut memiliki kebebasan memilih dan bergerak. Orang memiliki rasa identitas dan harga diri. Individu yang hidup melakukan adaptasi dengan tujuan konservasi.

 Kesehatan

Kesehatan bukan hanya tidak adanya kondisi patologis. Kesehatan adalah kembali ke diri; individu bebas dan mampu mengejar kepentingan mereka sendiri dalam konteks sumber mereka sendiri.

 Lingkungan

Levine membahas pentingnya lingkungan internal dan eksternal untuk penentu intervensi keperawatan untuk mempromosikan adaptasi. "Semua adaptasi mewakili akomodasi yang mungkin antara lingkungan internal dan eksternal.

(8)

2. Martha E. Rogers: Unitary Human Beings Background Teorist

Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas. Martha memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennessee di Knoxville pada tahun 1931. Kemudian masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxville pada September 1933 dan menerima gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody College di Masville pada tahun 1937. Pada tahun 1945 Martha mandapat gelar MA dalam bidang pengawasan kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas Columbia, New York. Menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ. Martha meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah di Universitas Johns Hopkins, Baltimre MD dengan memperoleh gelar MPH tahun 1952 dan Sc.D tahun 1954. Martha di tetapkan menjadi Kepala Bagian Keperawatan di New York University pada tahun 1954. Secara resmi mengundurkan diri sebagai Professor dan Kepala Bagian Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun 1979 Martha pensiun dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan terus aktif mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret 1994 (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Rogers dipengaruhi oleh banyak ilmuwan dalam mengembangkan teorinya.Yang paling penting adalah teori von Bertalanffy pada sistem umum yang memberikan kontribusi konsep entropi dan negentropi dan mengemukakan bahwa sistem terbuka ditandai dengan interaksi yang konstan dengan lingkungan. Karya Rapoport memberikan latar belakang pada sistem terbuka, dan teori Herrick kontribusi untuk premis evolusi sifat manusia (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

(9)

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

 Martha E. Rogers berpendapat bahwa manusia merupakan kesatuan unit dari sistem energi yang mempunyai rencana dan butuh pelayanan kesehatan.

Science of Unitary and Irreducible Human Beings merupakan teori yang masih abstrak yang disintesa dari teori ilmu angka. Roger mensintesis ilmu-ilmu yang berdasarkan sistem manusia itu sistem terbuka, luas, sistem lingkungan yang terbuka. Dia juga membawa beberapa konsep, termasuk didalamnya adalah ide yang datang tak terduga, sistem kehidupan yang memiliki struktur organisasi dan manusia adalah sentient, berfikir kritis, waspada, perasaa dan memilih. Dari semua teori konsep tersebut, Roger mengembangakan teori asli Unitary Man.

 Manusia sebagai makhluk unit bersama lingkungan adalah fokus dari praktek keperawatan, karena kita sebagai perawat melihat dan mengkaji klien sebagai makhluk unit individu. Komponen lainnya seperti misalnya tenaga, keterbukaan, pandimensionality dan struktur disebut juga “building blocks”. Prinsip dari homeodynamics (reso-nancy, helicy, and integrality) yang menjelaskan kealamian atau keaslian dari hubungan interaksi antara unitary human beings dan lingkungan

Paradigma Keperawatan  Perawat

Praktik profesional dalam keperawatan berusaha untuk meningkatkan interaksi antara manusia dan lingkungan, untuk memperkuat integritas manusia, dan mengarahkan manusia dan lingkungan untuk mendapatkan derajat kesehatan maksimal

 Individu

Rogers mendefinisikan individu sebagai sistem terbuka dalam proses yang kontinyu atau berkelanjutan dengan sistem terbuka yaitu lingkungan. Dia mendefinisikan manusia sebagai kesatuan "Tereduksi, terpisahkan, bidang energi pandimensional diidentifikasi oleh pola dan karakteristik yang spesifik secara keseluruhan ".

 Kesehatan

Rogers menggunakan kesehatan sebagai istilah yang didefinisikan oleh budaya atau individu. Kesehatan dan penyakit adalah manifestasi pola dan dianggap "untuk menunjukkan perilaku yang bernilai tinggi dan nilai rendah. Sehat

(10)

dimanifestasikan dalam proses kehidupan menunjukkan sejauh mana manusia mencapai derajat maksimum kesehatan menurut beberapa sistem nilai.

 Lingkungan

Bidang lingkungan yang tak terbatas, dan terus terjadi perubahan yang inovatif, tak terduga, dan ditandai dengan meningkatnya keragaman. Lingkungan dan bidang manusia diidentifikasi oleh pola yang menunjukkan perubahan saling berkesinambungan.

3. Dorothea E. Orem : Self Care Defisit Theory of Nursing Background Teorist

Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995 (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Orem membantah bahwa teori tertentu memberikan dasar untuk Teori Keperawatan Defisit Perawatan Diri (SCDNT). Dia menyatakan minatnya untuk beberapa teori, meskipun dia merujuk hanya struktur Parsons aksi sosial dan teori sistem von Bertalanfy (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Orem menjelaskan bahwa grand teori keperawatan digambarkan menjadi tiga teori, yaitu:

1. Theory of nursing systems adalah bahwa perawat sebagai produsen dan pemberi layanan kesehatan bagi seseorang yang membutuhkan layanan kesehatan.

2. Theory of self-care deficit adalah dimana seseorang membutuhkan layanan kesehatan, namun dalam keterbatasan, baik keterbatasan fasilitas kesehatan maupun sarana untuk mencapainya.

3. Theory of self-care adalah fungsi regulasi manusia dimana seseorang harus mempertahankan kehidupan dan kesehatannya.

(11)

Ketiga teori tersebut saling berhubungan, teori self-care deficit maknanya mengapa seseorang diuntungkan dengan adanya perawat. Teori self-care yang mnejadi dasar dari ketiganya yang menggambarkan tujuan, metode dan hasil daripada perawatan mandiri itu sendiri (Alligood, 2014).

Paradigma Keperawatan  Perawat

Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup, integritas struktural, fungsi dan perkembangan.

 Individu

Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.

 Kesehatan

Kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembangan.

 Lingkungan

Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

4. Imogene M. Kings : King’s Conceptual System and Theory of Goal Attainment and Transactional Process

Background Teorist

Imogene King lahir pada tahun 1923. Imogene King meraih diploma dalam ilmu keperawatan dari st. John’s Hospital of Nursing di st. Louis tahun 1945. Menjadi perawat kantor, perawat sekolah, perawat karyawan dan perawat pribadi. Tahun 1948 menerima

(12)

Bachelor’s of Science in Nursing Education dari st. Louis University, meraih gelar Doctor of Education bidang pendidikan dari Teacher’s College, Universitas Columbia di New York tahun 1961. Meraih gelar Ph.D, dari Southern Illinois University di tahun 1980. Tahun 1961-1966, menjabat sebagai associate professor ilmu keperawatan di Universitas Loyola, Chicago. Dalam rentang waktu tersebut bukunya Toward a Theory for Nursing: General Concepts of Human Behavior dikonseptualisasikan. Antara 1966 dan 1968 menjabat sebagai asisten kepala penelitian Grants Branch, divisi keperawatan dalam departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Dari tahun 1968-1972 menjabat sebagai kepala sekolah keperawatan di The Ohio State University, Columbus. Manuskrip buku pertamanya “Toward a Theory For Nursing: General Concepts of Human Behaivor” telah dikirimkan ke penerbit dan di publikasikan 1972 menjabat pada tahun 1971. Ia kembali ke Chicago tahun sebagai profesor di program Loyola University. Tahun 1978-1980 menjabat sebagai koordinator penelitian klinik keperawatan di Loyola Medical Center, Departemen Keperawatan. Tahun 1972-1975 menjadi anggota The Defense Advisory Committee on Women in the Services di departemen pertahanan. Tahun 1980 ia pindah ke Tampa, Florida. Manuskrip buku keduanya “A Theory For Nursing: System, Cocepts, Process” dikirimkan ke penerbit bulan Juni 1980 dan di terbitkan tahun 1981 (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Von Bertalanffy Model Sistem Umum diakui menjadi dasar untuk teori King. Dia menyatakan bahwa ilmu keutuhan dijelaskan dalam model yang memberi harapan bahwa kompleksitas keperawatan dapat dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terorganisir (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

King mengatakan bahwa beberapa ilmuwan telah melakukan riset mengenai interaksi human being dengan lingkungan merupakan suatu desain dari kerangka konsep yang tergantung pada variabel dan beberapa konsep. Sedangkan menurut Wills (2011), teori King meruapakan turunan dari Goal Attainment teori yang menghasilkan beberapa asumsi yang berhubungan dengan relasi antar individu, diantaranya (1) individu

(13)

merupakan makhluk sosial, ,sentient, rasional, bereaksi dan (2) adanya kontrol, tujuan, aksi/tindakan dan perilaku (Alligood, 2014).

Adanya interaksi antara perawat dan klien, King percaya bahwa: 1. Persepsi antara perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi,

2. Tujuan, kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses inetraksi,

3. Individu mempunyai hak untuk memperoleh informasi pengetahuan,

4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan, kesehatan dan pelayanan komunitas, 5. Individu mempunyai hak untuk memperoleh atau menolak perawatan

6. Tujuan dari pemberi layanan kesehatan mungkin tidak sejalan dengan tujuan klien.

Interaksi tersebut mengahruskan perawat agar (1) perawat dapat merawat klien secara human being, (2) perawat harus berpikir kritis, mengambil keputusan dan action sesuai kebutuhan klien, (3) menjalin hubungan timbal balik anatara perawat dan klien dan (4) target keperawatan adalah menolong individu dan kelompok mempertahankan derajat kesehatan. Kerangka kerja King menjelaskan perkembangan terhadap teori personal system empathy (Alligood, 2014).

Paradigma Keperawatan  Perawat

Keperawatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi yang ditemukan dalam system perawatan kesehatan masyarakat.

Tujuan keperawatan adalah menolong individu

(14)

berfungsi dalam peran-peran mereka. Keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal aksi, reaksi, interaksi dan transaksi sehingga model keperawatan King dikenal sebagai “ An Interaction Model”.

 Individu

Asumsi spesifik King mengenai individu adalah individu sebagai makhluk sosial, individu sebagai makhluk berakal, individu sebagai makhluk rasional, individu sebagai makhluk perasa, individu sebagai makhluk pengontrol, individu sebagai makhluk yang bertujuan, individu sebagai makhluk berorientasi tindakan, dan individu sebagai makhluk berorientasi waktu. Menurut King, individu mempunyai hak untuk mengetahui berbagai hal menyangkut dirinya, hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka, serta hak untuk menerima atau menolak perawatan kesehatan.

 Kesehatan

Kesehatan dipandang sebagai bagian dinamis dalam lingkaran kehidupan, sedangkan penyakit merupakan bagian dalam lingkaran kehidupan tersebut. Kesehatan memengaruhi upaya adaptasi yang terus-menerus terhadap kondisi stress, baik internal maupun eksternal, melalui pemanfaatan optimum sumber daya manusia guna meraih potensi maksimal bagi kehidupan keseharian.

 Lingkungan

King menyatakan, “Pemahaman mengenai tata cara manusia berinteraksi dengan lingkungannya guna mempertahankan kesehatan merupakan inti bagi perawat”. Sistem terbuka berimplikasi pada terciptanya interaksi antara system dan lingkungan yang memengaruhi perubahan lingkungan secara konstan (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

5. Betty Newman: System Model Background Teorist

Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian tidak jauh dari Lowell, Ohio. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya ia bermaksud untuk membangun desa nya Ohio dan menjadikan latar belakang pada rasa pada kebutuhan penduduk desanya. Betty Neuman pertama kali memperoleh pendidikan pada People Hospital School of Nursing sekarang General Hospital Akron di Akron, Ohio tahun 1947. kemudian ia pindah ke Los

(15)

Angles untuk tinggal dengan keluarganya di California. Di California ia memegang jabatan penting di Staff Keperawatan Rumah Sakit. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Universitas of california di Los Angles dengan jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar sarjana mudanya pada tahun 1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master dibidang Kesehatan Mental, konsultan kesehatan masyarakat pada University of California ia melanjutkan Program Administrasi Pendidikan Tinggi di Ohio University. Dr. Neuman terus menjalankan tugasnya dengan menjadi wakil tingkat international untuk sekolah keperawatan dan sebagai perwakilan latihan pengangkatan model keperawatan (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Model system Neuman berasal dari teori system yang umum dan merupakan refleksi dari organisme yang dialami sebagai suatu system yang terbuka. Dalam modelnya, Neuman mensitensis keilmuan dari beberapa disiplin dan menyatukan dalam kepercayaan filosofinya dan keahlian klinis keperawatannya terutama dalam bidang keperawatan kesehatan mental. Model system Neuman juga menggunakan pandangan filosofi dari de Chardin dan Marx (Neuman, 1982). Filosofi Marxist menjelaskan bahwa milik dari suatu bagian akan ditentukan secara khusus oleh bagian terbesar dari keseluruhan dalam system organism yang bersifat dinamis. Melalui pandangan ini, Neuman yakin bentuk dari keseluruhan akan mempengaruhi munculnya bagian-bagian, hal ini juga dinyatakan dalam filsafat Chardin tentang keseluruhan kehidupan. Neuman juga menggunakan definisi stress dari Selye’s yang menjelaskan bahwa stress merupakan respon non spesifik tubuh terhadap kebutuhan pada saat itu. Stress meningkatkan kebutuhan untuk menyesuaikan kembali. Kebutuhan tidak spesifik, memerlukan adaptasi terhadap masalah, tanpa memandang asal dari masalah. Oleh karena itu, inti dari stress adalah kebutuhan yang tidak spesifik untuk aktivitas. Stressor adalah rangsangan yang menghasilkan ketegangan yang bisa bersifat negatif dan positif (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Menurut Wills (2011), konsep yang digunakan Neuman yaitu pendekatan terhadap kebutuhan manusia atau bentuk dari stres yang dihasilkan. Neuman percaya bahwa penyebab stres dapat diidentifikasi melalui intervensi keperawatan. dia menekankan bahwa kebutuhan manusia itu bersifat dinamis dan perawat harus mampu melakukan pengkajian masalah, menentukan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan konsep pencegahan sebagai intervensinya.

(16)

Neuman juga mendefinisikan manusia sebagai klien atau sistem klien yang terdiri dari berbagai macam variabel (physio-logical, psychological, sociocultural, developmental, spiritual). Tiap-tiap variabel tersebut dapat dibentuk oleh masing-masing manusia sebagai klien atau mempertahankan sistem kestabilan dan integritas klien. Model Neuman ini tidak hanya digunakan di seting critcal care yang mengarah ke level stabil, namun juga dapat dilakukan di setingkomunitas mengingat dalam intervensinya lebih menekankan pada tindakan preventif (Alligood, 2014).

Paradigma Keperawatan  Perawat

Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon individu terhadap stress. Persepsi perawat mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi antara pemberi pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan instrument pengkajian dan intervensi untuk membantu melakukan tugas tersebut.

 Individu

Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman menyatakan konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien adalah gabungan hubungan yang dinamik antara faktor fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan atau

(17)

pergerakan konstan yang hidup sebagai system terbuka dalam hubungan timbak balik dengan lingkungan.

 Kesehatan

Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju sakit yang secara alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang diberikan pada waktu itu.

 Lingkungan

Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor internal dan eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan dan secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.

Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :  Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang

terjadi pada klien

 Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua interaksinya yang terjadi di luar klien.

Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan klien untuk membantu mekanisme pertahanan (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

6. Sister Calista Roy: Adaptation Model Background Teorist

Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles. Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy

(18)

menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Menurut Alligood (2014), model adaptasi Roy bertujuan untuk menggali konsep diri dan indentitas kelompok dalam integritas sosial. Level adaptasi Roy berubah secara konstan, berasal dari ucapan, kontekstual dan stimuli residual. Secara teori sistem, sistem adaptasi manusia merupakan pandangan interaksi merupakan aksi dari suatu unit untuk mencapai tujuan. Roy’s model berfokus pada konsep adaptasi melalui perawat, sehat, manusia dan lingkungan. Respon adaptasi yang dihasilkan yaitu mencapai integritas dan menolong manusia untuk mampu beradaptasi, tumbuh, reproduksi dan transformasi lingkungan.

Empat model adaptasi pada Roy menunjukkan gejala dari kognator dan aktifitas reguler yang dialami pada saat adaptasi berlangsung .

(19)

1. The physiological-physical adaptive mode seperti kebutuhan dasar membutuhkan oksigen, nutrisi, eliminasi, aktifitas dan istirahat dan perlindungan and

2. The self-concept group identity adaptive mode digunakan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dari seseorang dan bagaimana aksinya dalam masyarakat. 3. The role function adaptive mode menjelaskan peran primer, sekunder dan tersier

individu pada tatanan sosial.

4. The interdependence adaptive mode menjelaskan interaksi antara seseorang di dalam sosial. Kunci pada mode ini adalah beri dan terima dengan cinta , menghormati. Paling penting konten dalam ini adlaah adapatasi melalui tingakatan pasangan, anak, teman atau Tuhan dan pada dukungan sistem setempat.

(20)

Paradigma Keperawatan  Perawat

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk.

 Individu

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai

(21)

suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.  Kesehatan

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continum dari meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

 Lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

(22)

Background Teorist

Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1919 di Savannah, Georgia. Ia memperoleh gelar A.A. dari Armstrong Junior College di Savannah, Georgia pada tahun 1938; gelar B.S.N. dari Universitas Vanderblit di Nashville, Tennese pada tahun 1942; dan gelar M.P.H dari Universita Havard di Boston pada tahun 1948. Selama karirnya akademik Dorothy Johnson menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan ilmu keperawatan. Sebagian besar pengalaman profesionalnya melibatkan pengajaran, meskipun ia adalah staff perawat di Dewan Kesehatan Catham Savannnah dari tahun 1943-1944. Ia telah menjadi instruktur dan asisten profesor dalam perawat kesehatan anak (pediatric nursing) di Vanderbilt University School of Nursing. Dari tahun 1949 sampai pensiunnya pada tahun 1978 dan pindah ke Florida, Johnson menjadi asisten profesor bidang pediatric nursing dan asisten profesor ilmu keperawatan dan profesor ilmu keperawatan di Universitas California Los Angeles. Pada tahun 1955 dan 1956 Johnson menjadi penasehat pediatric nursing yang ditugaskan di Sekolah Kesehatan Kristen bidang keperawatan di Vellore, India Selatan. Disamping itu dari tahun 1965 sampai tahun 1967 ia mengepalai Komite Asosiasi Perawat yang mengembangkan pernyataan posisi atas spesifikasi-spesifikasi untuk spesialis klinik. Publikasi Johnson termasuk 4 buku, lebih dari 30 artikel berkala dan sejumlah laporan, proceeding dan monograph. Salah satu dari sekian banyak penghargaan yang ia terima yang paling dibanggakan adalah Faculty Award tahun 1975 dari mahasiswa-mahasiswa sarjana, Lulu Hassenplug Distinguished Achievement Award dari Asosiasi Perawat California tahun 1977 dan Vanderbilt University Schol of Nursing Award for Excellence in Nursing tahun 1981. Ia senang bahwa model sistem perilakunya ternyata berguna dalam perkembangan lebih jauh basis teoritis untuk keperawatan, tetapi dapat dikatakan bahwa sumber kepuasan terbesar berasal dari kelanjutan karir produktif dari siswa-siswanya. Dorothy E. Johnson, RN, MPH, FAAN meninggal pada bulan Februari 1999(Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Teori dari Florence Nightingale bahwa perhatian keperawatan berfokus pada orang dan bukan penyakit. Menurut keyakinan Nightingale tujuan keperawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai individu dan bukan pada entitas penyakit yang spesifik. Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya, ia menyandarkan sepenuhnya pada

(23)

teori sistem dan menggunakan berbagai konsep dan definisi teori sistem oleh Buckley, 1968; Chin, 1961; Parsons & Shils, 1951; Rapoport, 1968; dan Von Bertalanffy, 1968. Sistem dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama guna membentuk keseluruhan (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Menurut Wills (2011), Johnson mengembangkan konsep model perilaku pada tahun 1950. Fokus dari perilaku yaitu kebutuhan, manusia sebagai sistem perilaku dan perwujudan stress sebagai asuhan keparawatan. Konsep manusia didefinisikan sebagai sistem perilaku. Johnson mendefinisikan arti sehat adalah derajat reguler dan konstan dari perilaku dan sistem perilaku merefleksikan adaptasi terhadap lingkungan sukses atau tidaknya seseorang menuju derajat yang diharapkan termasuk adaptasi stres dari internal maupun eksternal.

Model Johnson dapat digunakan dalam praktek keperawatan dan penelitian keperawatan yang mengahsilkan signifikansi. Namun nyatanya model ini lebih cocok jika digunakan dalam situasi pengembangan kurikulum pembelajaran baru, dan ini diadaptasi untuk digunakan di situasi rumah sakit.

(24)

Paradigma Keperawatan  Perawat

Keperawatan dipandang sebagai layanan yang bersifat komplementer terhadap terapi medis dan profesi kesehatan lainnya, tetapi memiliki kontribusi tersendiri bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Seni dan ilmu dalam memberikan bantuan eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan sistem.  Individu

Johnson dalam teorinya memandang klien sebagai sistem perilaku. Sistem perilaku yang teratur, berulang, sistematis, dan terorganisir dengan subsistem biologis dan perilaku saling berhubungan dan saling tergantung. Klien dipandang sebagai kumpulan subsistem perilaku yang saling berhubungan membentuk sistem perilaku.

 Kesehatan

Johnson melihat kesehatan sebagai fungsi yang efektif dan efisien dari sistem, serta sebagai keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial. Keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku ditunjukkan oleh perilaku yang bisa diamati yaitu bertujuan (purposeful), tertib (orderly), dan bisa diprediksi (predictable). Perilaku dipertahankan jika terbukti efektif dan efisien dalam mengelola hubungan

(25)

individu dengan lingkungannya. Perilaku berubah ketika efektivitas dan efisiensinya tidak lagi jelas, atau ketika tingkat fungsional yang lebih optimal dirasakan.

 Lingkungan

Dalam teorinya, Johnson menyebut adanya lingkungan internal dan eksternal. Dia juga menyebutkan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan, objek, peristiwa, dan situasi di lingkungan. Dia mencatat bahwa ada kekuatan di lingkungan yang mempengaruhi seseorang sehingga orang yang bersangkutan meyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian, lingkungan terdiri dari semua elemen yang bukan merupakan bagian dari individu sistem perilaku tetapi mempengaruhi sistem dan bisa berfungsi sebagai sumber imperatif sustenal (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

8. Florence Nightingale: What It Is and What It Is Not Background Teorist

Nightingale lahir pada tahun 1820 di Florence, Italia. Orang tua Nightingale sangat kaya dan sering kali melakukan perjalanan ke luar negeri. Nightingale adalah wanita yang cantik dan diharapkan untuk berperilaku seperti setiap wanita Victoria lainnya, mengisi waktunya sebelum menikah dengan musik, membaca, bordir, dan belajar bagaimana menjadi nyonya rumah yang sempurna. Ketika Florence berusia 17 tahun ia mulai merasakan simpati terhadap orang-orang disekitarnya. Hingga akhirnya pada usia 24 tahun Florence memutuskan untuk membantu rakyat di Rumah Sakit, namun hal tersebut mendapat penolakan dari keluarganya sampai suatu ketika ia pergi ke Kaiserworth, Jerman, untuk belajar keperawatan dari institusi di Akones. Dia belajar di sana selama 3 bulan dan kemudian kembali untuk melayani keluarganya. Itu lain 2 tahun sebelum dia diizinkan untuk praktek keperawatan. Karena pekerjaannya di keperawatan dan pendidikan keperawatan, ia dikenal sebagai pendiri keperawatan modern. Dia mulai sekolah keperawatan di Rumah Sakit St Thomas di Inggris dan menulis banyak naskah tentang rumah sakit reformasi dan perawatan dalam. Nightingale menjelaskan bahwa "pengetahuan keperawatan berbeda dari pengetahuan medis (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Nightingale dikenal sebagai germ theory (Beck, 2005), dimana teorinya berkembang sebelum adanya teori mengenai penyakit. Kampanye terbesarnya yaitu meliputi kebersihan, udara segar (ventilasi), sanitasi, kenyamanan dan sosialisasi yang bermanfaat untuk penyembuhan. Dia menulis banyak buku dan salah satu buku yang

(26)

terpopuler dan sangat penting bagi perawat yaitu Notes on Nursing: What It Is and What It Is Not (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

a. Latar belakang teori

Nightingale sejak usia remaja telah mimilih untuk bersekolah yang berhubungan dengan perawatan orang sakit, walaupun ada pengekangan oleh ibunya. Hingga pada akhirnya dia masuk pada program keperawatan di Kaiserswerth, Jerman pada tahun 1850-1851. Setelah lulus dari sekolah, Nigthingale bekerja sebagai perawat di Institution for Care of Sick Gentlewomen in Distressed Circumstances, dimana banyak sekali pasien yang membutuhkan perawatan (Dossey, 2000; Selanders, 1993; Small, 1998).

Selama perang Crimean, Nigthingale bersama 38 perawat muda lainnya diajak oleh sekretaris panglima perang dari Inggris Sidney Herbert untuk menjadi relawan yang bertugas merawat tentara perang yang terluka di Rumah Sakit Scutari Army. Di RS tersebut, ningthingale berasumsi bahwa mayoritas kematian tentara disebabkan oleh transportasi yang buruk dan nutrisi yang buruk. Setelah dilakukan pengkajian ulang, ternyata penyebab dari kematian para tentara adalah lingkungan RS yang sangat buruk. Nightingale berupaya untuk bagaimana menjadikan lingkungan RS yang bersih, udara yang segar dan sehat, kenyaman bagi pasien dan terbukti lingkungan yang bersih mempengaruhi kesembuhan pasiennya. Setiap malam, Nightingale mengecek ke medan perang menggunakan lampu lentera apakah ada tentara yang masih bisa diselamatkan seingga dia dijuluki sebagai “lady with the lamp”. Selama dia bertugas di medan perang, Nightingale mendokumentasikan semua tindakannya dan menghitung angka kejadian kematian dan kesakitan menggunakan statistik pertama kalinya yang dikenal dengan diagram polar (Audain, 2007; O’Connor & Robertson, 2003).

b. Filosofi yang mendasari teori

Menurut Alligood (2013), Nightingale menyadari bahwa ada kaitannya perubahan lingkungan sosial dapat mempengaruhi status kesehatan individu. Sumber kekuatan bagi teori keperawatan adalah keyakinan dan kepercayaan. Dia percaya dan yakin bahwa dengan dia lakukan merawat orang sama halnya dengan melayani Tuhannya. Sedangkan menurut Wills (2011), filosofi yang dipakai Nightingale ada tiga prinsip, yaitu “healing, leadership, and global action”. Filosofi ini masih abstrak dan maknanya masih alami, oleh sebab itu para penulis mengklasifikasikan sebagai grand teori atau filosofi

(27)

Paradigma Keperawatan  Perawat

Nightingale percaya keperawatan sebagai panggilan jiwa. Perawat adalah untuk membantu alam yang menyembuhkan pasien. Dia mendefinisikan berbagai jenis keperawatan sebagai keperawatan yang tepat (Perawatan orang sakit), keperawatan umum (promosi kesehatan), dan kebidanan keperawatan. Nightingale melihat keperawatan sebagai "ilmu manajemen lingkungan". Perawat yang menggunakan akal sehat, pengamatan, dan kecerdasan memungkinkan alam untuk efektif memperbaiki pasien (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

 Individu

Meskipun sebagian besar tulisan Nightingale merujuk kepada orang sebagai orang yang menerima perawatan, dia percaya bahwa orang tersebut adalah makhluk yang dinamis dan kompleks. Reed dan Zurakowski (1996) menyatakan, "Nightingale membayangkan orang karena membandingkan fisik". Untuk sebagian besar, Nightingale juga menggambarkan seorang pasien pasif dalam hubungan ini. Namun, ada referensi khusus untuk pasien melakukan perawatan diri bila mungkin dan khususnya, menjadi terlibat dalam waktu dan substansi makanan, dengan demikian, pasien bukan individu yang benar-benar pasif (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

 Kesehatan

Kesehatan didefinisikan sebagaidalam risalah nya, Penyakit-Keperawatan dan Kesehatan-Keperawatan, kesehatan yaitu "menjadi baik, tetapi untuk dapat menggunakan dengan baik setiap kekuatan yang kita miliki" Hal menjelaskan bahwa kesehatan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit saja, tapi bagaimana menggunakan kesehatan untuk melakukan tindakan sesuai kekuatan kita.

 Lingkungan

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi untuk menempatkan pasien dalam kondisi terbaik bagi alam untuk bertindak. Teori ini memiliki komponen baik fisik

(28)

maupun psikologis. Komponen fisik dari lingkungan mengacu pada ventilasi, hangat, ringan, nutrisi, obat-obatan, stimulasi, ruang, suhu dan aktivitas. Komponen psikologis meliputi menghindari memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang penyakitnya. Terdapat pula komponen Sosial diantaranya hubungan intrapersonal, interpersonal dan juga ekstrapersonal (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).

9. Virginia Henderson: The Principle and Practise for Nursing Background Teorist

Virginia Henderson lahir di Kansas City, Missouri pada 1897. Ia tertarik dengan keperawatan selama Perang Dunia I karena keinginannya untuk membantu personel militer yang sakit atau terluka. Pada tahun 1918, ia belajar keperawatan di Sekolah Perawat Militer di Washington, D.C. dan lulus pada 1921. Kemudian, ia meraih gelar B.S. dan M.A. di bidang pendidikan keperawatan tahun 1926. Sejak 1953, ia menjadi asosiet riset di Yale UniversitySchool of Nursing. Ia menerima gelar Honorary Doctoral dari Catholic University of America, Pace University, University of Rochester, University of Western Ontario, dan Yale University. Bukunya yang di publikasikan antara lain The Nature of Nursing (1960), Basic Principles of Nursing Care (1960), dan The Principles and Practice of Nursing (1939) (McEwen&Wills, 2010).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Menurut Wills (2011), Henderson memfokuskan asuhan keperawatan pada kebutuhan pasien. Baik kebutuhan bio, psiko, sosio maupun spiritual dan memandang pasien sebagai klien atau konsumen. Henderson merupakan perawat edukator dimana kesembuhan pasien tidak luput dari peran edukasi perawat. Mayor asumsi dari teori ini bahwa perawatan pasien itu hingga pasien tidak ketergantungan perawatan. Henderson mempertahankan kondisi lingkungan yang suportif dimana merupakan salah satu dari 14 aktifitas yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat hingga bisa dilakukan sedia kala. 14 komponen kebutuhan dasar hidup tersebut meliputi :

1. Bernafas dengan normal

2. Makan dan minum cukup.

(29)

4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman.

5. Tidur dan istirahat.

6. Memilih pakaian pantas, berpakaian dan menanggalkan pakaian.

7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal dengan memodifikasi Lingkungan.

8. Menjaga kebersihan tubuh dan memelihara kesehatan dan melindungi kulit

9. Menghindari bahaya dilingkungannya dan menghindari cedera yang lain.

10. Komunikasi dengan orang lain dalam pernyataan emosi, kebutuhan, ketakutan dan pendapat.

11. Beribadah menurut kepercayaan seseorang.

12. Bekerja sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan akan kebutuhan

13. Bermain, berhak untuk ikut serta dalam segala bentuk rekreasi

14. Belajar, menemukan atau mencukupi keingintahuan akan pertumbuhan dan kesehatan yang normal dan dapat menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia

(McEwen&Wills, 2010).  Paradigma Keperawatan

 Perawat

Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit atau sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin. Namun demikian, keputusan Henderson untuk meningkatkan kemandirian dan hanya melakukan sesuatu untuk pasien jika ia tidak dapat melakukannya sendiri tidak disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson menjelaskannya lebih lanjut (McEwen&Wills, 2010).

(30)

Individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan: jiwa dan raga adalah satu kesatuan. Lebih lanjut lagi, indifidu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggal. Setiap manusia harus berupaya untuk memepertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional (McEwen&Wills, 2010).

 Kesehatan

Sehat adalah kualitas hidup tertentu, yang oleh Henderson dihubungkan dengan kemandirian. Karakteristik utama dari sakit, adalah ketergantungan dan berbagai tingkat inkapasitas individu (sekarang pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianya. Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah ketergantungan dapat dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan kemandirian (McEwen&Wills, 2010).

 Lingkungan

Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia (McEwen&Wills, 2010).

10. Faye G. Abdellah: Patient Centered-Approach to Nursing Background Teorist

Faye Glenn Abdellah lahir pada tanggal 13 Maret 1919, di New York City. Pada tahun 1942, Abdellah memperoleh ijazah keperawatan dan Magna Cum Laude dari Fitkin Memorial Hospital School of Nursing New Jersey (sekarang Ann Mei School of Nursing). Ia menerima gelar B.S. pada tahun 1945, gelar M.A pada 1947 dan Ed.D., dari Techers College, di Columbia University pada tahun 1955. Dr. Abdellah melayani selama 40 tahun di U.S. Public Health Service (USPHS).Pada tahun 1981 ia menjabat deputi ahli bedah umum. Abdellah juga menjabat sebagai Kepala keperawatan U.S. Public Health Service (USPHS) dan Department of Health and Human Services, Washington, DC.. Tahun 1993, beliau menjabat Dekan di Newly Formed Graduate School of Nursing, Uniformed Services University of Health Sciences.Abdellah menerbitkan lebih dari 140 publikasi ilmiah terkait keperawatan, pendidikan untuk praktisi lanjutan keperawatan, administrasi kesehatan, dan riset keperawatan. Beberapa diantaranya diterjemahkan dalam enam bahasa. Kiprah Abdellah dalam dunia Internasional meliputi anggota delegasi USSR, Yugoslavia, Perancis, dan RRC; Koordinator Proyek Riset Kedokteran dan Kesehatan Argentina; Konsultan Program pengembangan anak cacat dan lansia di Portugis; Riset keperawatan dan Perawatan Jangka Panjang di Tel Aviv University; Asosiasi Keperawatan Jepang dalam Riset dan Pendidikan Keperawatan; Riset,

(31)

Pendidikan Keperawatan, dan Home care Nursing di Australia dan New Zealand; dan sebagai konsultan Riset WHO (McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Teori yang paling mempengaruhi Abdellah adalah teori Henderson. Abdellah mengembangkannya menjadi 21 masalah keperawatan yang ia percaya akan berfungsi sebagai dasar pengetahuan untuk pengembangan teori keperawatan (Alligood,2013).  Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Abdellah bekerja dengan menggunakan metode dasar problem-solving, yang artinya bahwa perawat sebagai fasilitator dalam melayani pasien hingga menhasilkan derajat kesehatan yang optimal. Abdellah memandang perawat sebagai seni dan ilmu yang mempunyai perilaku, kompetensi intelektual dan teknik skill untuk merawat pasien sesuai kebutuhannya. Dia menyusun 21 masalah perawat yang sering ditemui dilapangan dan menemukan 10 solusi penyelesaian maslah tersebut.

Adadapun konsep Abdellah dikenal sebagai 21 tipologi masalah keperawatan, yaitu: 1. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik.

2. Mempertahankan aktivitas, latihan fisik, dan tidur yang optimal.

3. Mencegah terjadinya kecelakaan, cedera, atau trauma lain dan mencegah meluasnya

infeksi.

4. Mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencegah dan memperbaiki

deformitas.

5. Memfasilitasi masukkan oksigen keseluruh sel tubuh.

6. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh.

7. Mempertahankan eliminasi.

8. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

9. Mengenali respon-respon fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit patologis,

fisiologis, dan kompensasi.

10. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi.

11. Mempertahankan fungsi sensorik.

12. Mengidentifikasi dan menerima ekspresi, perasaan, dan reaksi positif dan negatif.

13. Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbale balik antara emosi dan

penyakit organic.

14. Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal.

15. Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif.

16. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif.

17. Menghasilkandan atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik.

18. Memfasilitasi kesadaranakan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan

fisik, emosi, dan perkembangan yang berbeda.

19. Menerima tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan keterbatasan fisik

(32)

20. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam

mengatasi masalah yang muncul akibat daripenyakit.

21. Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam munculnya suatu penyakit.

Abdellah mendefinisikan keperawatan sebagai pelayanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Pelayanan ini sebagai pelayanan komprehensif, yang meliputi:

1. Menyadari masalah keperawatan pasien.

2. Menentukan tindakan yang tepat untuk merawat pasien sesuai prinsip-prinsip

keperawatan yang relevan.

3. Memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu dengan tingkat

ketergantungan total.

4.Memberikan perawatan yang berlanjutan untuk menghilangkan nyeri dan ketidaknyamanan dan memberikan rasa keamanan kepada individu.

5. Mengatur rencana perawatan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.

6. Membantu individu untuk menyadari kebutuhan kesehatan dirinya dan

mengarahkan dalam mencapai kesehatanfisik dan psikis.

7. Mengarahkan petugas keperawatan dan keluarga untuk membantu pasien memenuhi

kebutuhan dasarnya sendiri sesuai dengan keterbatasannya.

8. Membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan dan masalah

psikisnya.

9. Bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam merencanakan peningkata derjat

kesehatan yang optimal pada tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional.

10. Melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk meningkatkan keahlian

dalam tindakan keperawatan dan untuk mengembangkan tindakan keperawatan yang baru, untuk memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat.

(McEwen&Wills, 2010).  Paradigma Keperawatan

 Perawat

Keperawatan adalah profesi pelayanan untuk membantu individu atau memberikan informasi untuk memenuhi kebutuhan dasar, meningkatkan atau memulihkan kemandirian atau mengurangi kecacatan dengan menggunakan strategi keperawatan yang merupakan suatu cara berdasarkan pola pemecahan masalah (Alligood, 2013).

 Kesehatan

Pada pendekatan keperawatan berpusat pada pasien, kesehatan merupakan keadaan dimana terpenuhinya semua kebutuhan dasar dan tidak adanya kecacatan (Alligood, 2014).

(33)

Pada pendekatan keperawatan berpusat pada pasien, kesehatan merupakan keadaan dimana terpenuhinya semua kebutuhan dasar dan tidak adanya kecacatan (Alligood, 2014).

 Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini merupakan membuat atau menyediakan lingkungan terapeutik. Yang termasuk lingkungan adalah rumah dan komunitas dimana pasien berasal (Alligood, 2013).

11. Barbara M. artinian: The Intersystem Model Background Teorist

Barbara Artinian menerima gelar sarjana dari Perguruan Tinggi Wheaton (IL), gelar master dari Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, dan Universitas California, Los Angeles (UCLA) dan gelar doktor dari Universitas California Selatan. Dipengaruhi oleh pendidikannya sebagai seorang sosiolog, Artinian mengembangkan model keperawatan yang menggunakan pendekatan InterSystems dan berfokus pada interaksi antara klien dan perawat. Dia saat ini profesor emeritus dari Sekolah Keperawatan di Azusa Pacific University, mengajar pascasarjana dan mahasiswa sarjana di bidang keperawatan komunitas, teori keluarga, teori keperawatan dan metode penelitian kualitatif (McEwen&Wills, 2010).

Sumber Teori

Beberapa karya yang digunakan dalam mengembangkan komponen model Artinian. Misalnya, sense of coherence (SOC), ilmu sosial karya Antonofsky, menjadi landasan untuk konsep situational sense of coherence (SSOC). SSOC berfungsi sebagai ukuran potensi integratif klien dalam konteks situasi. Selain itu, model analisis intrasistem dan interaksi intersystem yang dikembangkan oleh Alfred Kuhn telah disempurnakan oleh Artinian untuk menjelaskan proses interaksi klien-perawat dalam situasi perawatan kesehatan dan untuk digunakan dalam mengembangkan rencana keperawatan perawatan (Artinian, Katharine S. West, & Margaret Conger, 2011).

Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan

Intersystem Model menggabungkan konsep paradigma keperawatan dari orang, lingkungan, dan kesehatan dan menentukan tindakan keperawatan konsep. Sejumlah asumsi utama dari model Artinian:

1. Manusia ada dalam kerangka pembangunan dan perubahan, yang melekat untuk hidup. 2. Kehidupan manusia adalah unit sistem yang saling terkait yang dipandang sebagai

(34)

3. Orang berinteraksi dengan lingkungan pada tingkat biologis, dan indra adalah input dari lingkungan; fungsi tubuh adalah output.

4. Kehadiran orang dapat dilihat dalam hal masa lalu dan masa depannya.

5. Jiwa manusia adalah pusat dari keberadaan orang tersebut, melampaui waktu dan mempengaruhi semua aspek kehidupan.

6. Perawat berfokus pada semua aspek manusia, secara sistematis mencatat keterkaitan dari sistem dan hubungan sistem terhadap waktu dan lingkungan.

7. Proses keperawatan dapat berlangsung hanya pada saat ini.

Intersystem Model terdiri dari dua tingkat: intrasistem dan intersystem. Intrasistem berlaku baik untuk klien dan perawat dan berfokus pada individu. Intersystem, sebaliknya, berfokus pada interaksi antara perawat dan klien. Dalam model intrasistem, tiga komponen dasar terdiri setiap intrasistem: detektor, pemilih, dan efektor. Detektor memproses informasi, pemilih membandingkan situasi dengan sikap dan nilai-nilai individu dan efektor mengidentifikasi perilaku yang relevan dengan situasi (McEwen & Wills, 2014).

Paradigma Keperawatan  Perawat

Keperawatan adalah tindakan (intervensi) yang diperlukan ketika klien memasuki lingkungan rumah sakit. Tujuan dari perawat dan klien untuk memindahkan klien

(35)

ke SSOC lebih tinggi. Perawat menilai pengetahuan klien (keseluruhan masalah), sumber daya yang tersedia yang diperlukan untuk mengelola masalah (pengelolaan), dan motivasi klien untuk memenuhi tantangan yang ditimbulkan oleh masalah (kebermaknaan).

 Kesehatan

Kesehatan dianggap kontinum multidimensi. Sense of coherence (SSOC) klien adalah refleksi dari adaptasi klien terhadap krisis dan merupakan faktor yang perawat nilai dan yang dibantu untuk beradaptasi. Di Intersystem Model, kesehatan didefinisikan sebagai yang memiliki SSOC kuat dan adaptasi bergerak dari SSOC rendah menuju tingkat yang lebih tinggi.

 Individu

Individu adalah makhluk yang koheren yang terus berupaya untuk memahami dunianya. Orang adalah suatu sistem, subsistem dari yang biologis, psikososial, dan spiritual.

 Lingkungan

Lingkungan memiliki dua dimensi, perkembangan dan situasional. Lingkungan perkembangan adalah "semua peristiwa, faktor, dan pengaruh yang mempengaruhi sistem saat melewati tahap perkembangannya. Lingkungan situasional terjadi ketika perawat dan klien berinteraksi, dan ini termasuk semua rincian pertemuan itu (McEwen & Wills, 2014).

12. Helen C. Erickson, Evelyn M. Tomlin, Marry Ann P. Swain: Modeling and Role-modeling

Background Teorist

Helen Erickson mendapatkan diploma keperawatan dari Rumah Sakit Umum Saginaw di Saginaw, Michigan. Dia meraih gelar sarjana di bidang keperawatan, gelar master di keperawatan jiwa, dan gelar doktor dalam psikologi pendidikan dari Universitas Michigan. Karirnya membentang posisi dalam praktek keperawatan dan pendidikan, baik di Amerika Serikat dan luar negeri. Dia memimpin kurikulum keperawatan kesehatan di program pascasarjana University of Texas di Austin dan merupakan Asisten Khusus Dekan Studi Pascasarjana. Dia adalah profesor emeritus dari University of Texas di Austin, ketua dewan direktur Sertifikasi Nurses Holistik Amerika ' Korporasi, dan aktif dalam Masyarakat untuk Kemajuan Modeling dan Role- Modeling (McEwen&Wills, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pelaksanaan Pendokumentasian Keperawatan dengan Pencapaian Tahapan Hubungan Interpersonal Perawat-Pasien Berbasis Teori Peplau di RSD Balung; Ferdiana

Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan manusia penganut teori Y. Rata-rata karyawan malas

Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam penyelesaian

Teori didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (teori tradisional) dan manusia penganut teori Y (teori demokratik).

Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan akan

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial

Hubungan Hubungan teori teori Jean Jean Watson Watson ini ini dengan dengan konsep konsep utama utama keperawatan, y keperawatan, yaitu ad aitu adanya anya unsur

Model konseptual keperawatan (Florence Nightingale, Virginia Handerson, Peplau, Calista Roy, Leininger, Jean Watson, Imogene King, Betty Neuman, Ida Jean