• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Resmi Meteorologi Laut Afif Rahman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Resmi Meteorologi Laut Afif Rahman"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM METEOROLOGI LAUT

Oleh: Kelompok 8

AFIF RAHMAN ARIF AHMADI 26010312140094

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Resmi Praktikum Meteorologi Laut telah disetujui dan disahkan pada: hari : tanggal : tempat : Menyetujui, Koordinator Asisten Angga Saputra NIM. 26010310130074 Asisten Pendamping

Yusron Asnawi Achyat NIM. 26010311130074

Mengetahui, Koordinator Praktikum

Faik Kurohman, S. Pi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Resmi Praktikum Meteorologi Laut ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan Laporan Resmi Praktikum Meteorologi Laut ini merupakan salah satu syarat penyelesaian praktikum pada semester gasal. Dalam penyusunan laporan resmi ini tidak lepas dari bantuan pihak lain. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Faik Kurohman, S.Pi. , selaku koordinator Praktikum Meteorologi Laut. 2. Ir. Pramono Wibowo, DFG, M.Pi, Ir. Imam Triarso, M.S dan Capt.

Suwiyadi selaku dosen mata kuliah Meteorologi Laut.

3. Asisten Meteorologi Laut yang telah membantu dan membimbing selama praktikum.

4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan resmi ini.

Penulis menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Semarang, Desember 2013

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meteorologi adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala - gejala, peristiwa-peristiwa dan proses - proses yang terjadi dalam lapisan udara yang menyelubumgi bumi. Lapisan udara ini lazimnya dikenal dengan sebutan atmosfer. Lapisan atmosfer terdiri dari lapisan-lapisan troposfer, tropopause,

stratosfer, dan ionosfer yang masing - masing mempunyai batas - batas ketinggian

dan suhu tertinggi.

Menurut Suratno et al., (2011), Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan, oleh karena itu sebagian besar aktifitas dilaut pelayaran dan penangkapan ikan merupakan bagian penting bagi masyarakat Indonesia, segala akitifas yang berkaitan dengan kelautan tentu sangat sensitif terhadap setiap perubahan yang terjadi dilaut. Gelombang laut merupakan fenomena alam yang sangat mempengaruhi efisiensi dan keselamatan bagi kegiatan kelautan.

Meteorologi merupakan salah satu cabang geografis fisis yang mempelajari tentang fenomena – fenomena fisik di atmosfer yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Fenomena - fenomena fisik yang dipelajari terbatas dalam waktu (harian). Fenomena yang diamati meliputi temperatur, tekanan udara, angin, kelembaban udara, hujan dan awan (Tukidi, 2004).

Praktikum Meteorologi Laut sangat diperlukan dalam mempelajari ilmu perikanan. Meteorologi Laut mempelajari tentang cuaca yang ada di permukaan bumi yang dapat berguna untuk segala kegiatan di laut. Perikanan tangkap

(5)

menggunakan ilmu Meteorologi Laut untuk pedomannya, karena segala aspek yang ada di alam dan lautan dipelajari disini. Praktikum ini dapat berguna untuk mengetahui keadaan yang baik untuk melakukan kegiatan di laut, termasuk kegiatan penangkapan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari paraktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui alat – alat yang berada di Taman Alat BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika);

2. Mengetahui parameter Keawanan, meliputi kelembaban, jenis awan, dan temperatur udara dan air;

3. Mengetahui parameter Angin, meliputi arah angin, kecepatan angin, skala

beauford, dan tekanan udara;

4. Mengetahui parameter Arus, meliputi arah arus, kecepatan arus, dan kedalaman perairan;

5. Mengetahui parameter Gelombang, meliputi tinggi gelombang, panjang gelombang, periode gelombang, dan cepat rambat gelombang; dan

6. Mengetahui Pasang Surut suatu perairan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari Praktikum Meteorologi Laut adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu meteorologi laut yang didapat di perkuliahan secara nyata dan menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang aplikasi ilmu meteorologi laut dalam bidang penangkapan.

(6)

1.4. Waktu dan Tempat

Praktikum Meteorologi Laut dilaksanakan pada hari Kamis, 7 November 2013 yang bertempat di BMKG (Badan Meteorologi, Klimataologi dan Geofisika) Semarang, Jawa Tengah dan pada hari Jumat sampai hari Minggu tanggal 29 November - 1 Desember 2013 di BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau) di Perairan Jepara, Jawa Tengah.

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Taman Alat BMKG

Pengamatan terhadap unsur - unsur meteorologi, tentu memerlukan beberapa alat yang tepat dalam pengukuran. Oleh karena itu, hasil pengamatan dari berbagai stasiun Meteorologi dan Klimatologi dapat dibandingkan, pengamatan alatnya harus sama, maka semua stasiun Meteorologi dan Klimatologi harus dibuat taman alat dan sangkar meteorologi untuk mengamankan alat - alat tersebut supaya tidak mudah rusak (BMKG, 2013).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebelumnya bernama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian di Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Lokasi Stasiun BMKG Semarang adalah di Jalan Siliwangi No. 291, Kalibanteng, Semarang. Menurut BMKG (2013), BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku dan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan. Sesuai tugasnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi, yaitu:

a. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

(8)

b. Perumusan kebijakan teknis di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

d. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

e. Pelayanan data dan informasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

f. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;

g. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

h. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

i. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

j. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; k. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi

di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

l. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen

(9)

m. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

n. Pelaksanaan manajemen data di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan geofisika;

o. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG;

p. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG;

q. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG; dan

r. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

2.2. Keawanan 2.2.1.Kelembaban

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air tanah. Terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh-tumbuhan. Banyaknya air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin. Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan. Kelembaban udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk

(10)

menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya adalah kelembaban udara

relative (nisbi). Kelembaban udara nisbi memiliki pengertian sebagai nilai

perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai tekanan uap air maksimum (em) yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat pengukuran. Persamaan untuk kelembapan udara relative adalah seperti berikut:

Dengan: RH = kelembapan udara relative (%)

e = tekanan uap air pada saat pengukuran (mb)

em = tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan pada tekanan udara saat melakukan suatu pengukuran (mb) (Swarinoto dan Sugiyono, 2011).

Untuk mengukur kelembaban udara di suatu ruangan diperlukan alat ukur yang disebut hygrometer, dan untuk temperatur digunakan termometer.

Hygrometer dan termometer digital memang tersedia di pasaran dalam bentuk

portabel, tetapi harganya relatif mahal. Kedua alat ukur ini biasanya dikemas dalam modul dan produk yang terpisah, padahal penggunaannya seringkali diperlukan bersamaan (Wildian, 2013).

2.2.2. Jenis awan

Awan merupakan hasil kondensasi dari uap air yang bergerak naik bersama kantong udara. Karena sifatnya yang memantulkan dan menyerap radiasi bumi maka awan juga ikut menentukan pemanasan dan pendinginan bumi. Konvektif merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan awan yang terjadi karena kenaikan udara di atas permukaan yang relatif panas. Mengamati atmosfer daerah tropis, maka akan terlihat bahwa keadaan awan tidak sama dari hari ke

(11)

hari. Ketinggian, ketebalan dan jenis awan cumulus berubah setiap hari bergantung pada kondisi meteorologi. Awan konvektif dan awan cumulus terbentuk karena adanya pemanasan radiasi dari permukaan tanah. Pertumbuhan selanjutnya disebabkan adanya pelepasan panas laten kondensasi yang merupakan sumber enegi yang cukup besar untuk menggiatkan awan cumulus. Pemanasannya di permukaan, maka udara yang berada tepat di atasnya menjadi tidak stabil sehingga parsel udara naik ke atas (Misnawati, 2006).

Awan adalah gabungan dari dropletdroplet kecil dengan jumlah order 100 per cm³ yang mempunyai jari - jari 10 μm. Presipitasi (hujan) terjadi jika populasi awan menjadi labil dan beberapa droplet tumbuh membesar. Identifikasi jenis awan berdasarkan pengamatan satelit, jenis awan digolongkan menjadi 7 kelompok, yaitu: Ci (awan tinggi), Cm (awan menengah), St (stratus/fog), Cb

(cumulonimbus), Cg (cumulus congestus), Cu (cumulus), dan Sc (stratocumulus).

Jenis awan yang dikelompokkan sebagai awan - awan stratiform: Ci, Cm, St, sedangkan kelompok awan-awan konvektif : Cb, Cg, Cu; adapun Sc adalah bentuk peralihan keduanya yaitu memiliki karakteristik awan stratiform dan konvektif. Jenis awan rendah terdiri dari cumulus (Cu), stratocumulus (Sc), stratus (St), kabut, dan fractostratus (Fs). Jenis awan menengah terdiri dari beberapa jenis awan seperti: altocumulus (Ac), altostratus (As), dan cumulus yang menjulang tinggi. Jenis awan tinggi terdiri dari cirrus (Ci), cirrostratus (Cs), cirrocumulus (Cc), dan cumulonimbus (Cb) (Nardi dan Nazori, 2012).

2.2.3.Temperatur udara dan dan air

Temperatur udara atau kemampuan daratan dalam menyimpan panas berbeda dengan air. Daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika

(12)

menerima radiasi dari pada lautan. Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada waktu tidak ada insolation. Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Kisaran suhu di lautan: (1,87 oC s/d 42 oC. Sementara di daratan: (68 oC s/d 58 oC. Panas yang dipindahkan dari laut ke daratan mempunyai pengaruh yang lunak terhadap iklim di daerah pantai. Sebagai contoh, terdapat perbedaan suhu yang besar yang terjadi di daerah antara Victoria yang terletak di Pantai Barat Canada dengan Winnipeg yang terletak di tengah - tengah daratan Amerika Utara. Kedua tempat ini terletak pada kedudukan yang sama namun memiliki perbedaan suhu yang besar. Suhu maksimum rata - rata setiap tahun di bulan Januari adalah 35,6 0F di Victoria jika dibandingkan dengan di Winnipeg yang bersuhu –8,1 0F. Perbedaan suhu ini timbulkan atau disebabkan karena daerah daratan Victoria dipanasi pada waktu musim dingin oleh adanya angin dari laut yang ada di sekitarnya dan didinginakan pada waktu musim panas. Setelah Winnipeg yang terletak di tengah - tengah daratan, terlalu jauh untuk dapat menerima dan terlalu jauh untuk mendapat pengaruh angin lunak yang berasal dari lautan ini, sehingga perbedaan suhu di daerah ini besar baik musim dingin maupun musim panas (Hutabarat dan Evans dalam Lanuru dan Suwarni, 2011).

Temperatur air yang berada di lautan yang lebih hangat menyebabkan organisme perairan mengalami peningkatan laju respirasi dan peningkatan konsumsi oksigen serta lebih mudah terkena penyakit, parasit dan bahan kimia beracun. Sedangkan untuk meminimalisir efek panas yang berlebihan terhadap ekosistem perairan adalah melalui mengurangi penggunaan dan pembuangan listrik dan pembatasan jumlah buangan air panas ke dalam badan air yang sama,

(13)

kontrol dengan dilusi, mentransfer panas dari air ke atmosfir dengan tower pendingin basah atau kering, pembuangan air panas ke dalam kolam yang dangkal atau kanal untuk pendinginan dan memanfaatkan kembali (reuse) sebagai air pendingin (cooling water) (Huboyo dan Badrus, 2007).

2.3. Angin

Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan di permukaan bumi ini. Angin akan bergerak dari suatu daerah yang memiliki tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Angin yang bertiup di permukaan bumi ini terjadi akibat adanya perbedaan penerimaan radiasi surya, sehingga mengakibatkan perbedaan suhu udara. Adanya perbedaaan suhu tersebut meyebabkan perbedaan tekanan, akhirnya menimbulkan gerakan udara. Perubahan panas antara siang dan malam merupakan gaya gerak utama sistem angin, karena beda panas yang kuat antara udara di atas darat dan laut atau antara udara diatas tanah tinggi (pegunungan) dan tanah rendah (Habibie dkk, 2011).

Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap permukaan bumi. Pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah setiap gerakan udara yang mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai arah dan kecepatan yang ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara dipermukaan bumi. Angin bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udara semakin besar kecepatan angin (Banodin, 2005).

2.3.1. Arah angin

Arah angin dinyatakan dengan arah dari mana datangnya angin, misalnya: angin barat yang artinya angin datang dari barat, angin tenggara yang artinya

(14)

angin datang dari tenggara, dan sebagainya. Mekanik penentu arah angin ini berupa sirip untuk menunjukan arah angin. Sirip ini berfungsi untuk memutar sensor rotary encoder untuk menunjukan arah angin sesuai dengan arah datangnya angin (Banodin, 2005).

2.3.2. Kecepatan angin

Angin yang berhembus di atas permukaan air laut akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas permukaan air laut. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut semakin besar dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan oleh angin dipengaruhi oleh kecepatan angin U, lama hembus angin D, arah angin, dan fetch F. Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstan. Arah angin masih dianggap konstan apabila perubahan perubahannya tidak lebih dari 150. Sedangkan kecepatan angin masih dianggap

konstan jika perubahannya tidak lebih dari 5 knot (m/det) terhadap kecepatan yang mulai berubah dan rerata (Hidayat, 2005).

Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak digunakan dalam bidang meteorologi dan geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Selain mengukur kecepatan angin, Anemometer juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu. Angin bisa terjadi karena perubahan tekanan udara. Pola tekanan udara di seluruh bumi menyebabkan pola angin permukaan horizontal karena udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, seandainya

(15)

bumi tidak berputar, angin akan bergerak dalam jalur lurus, tetapi karena bumi berputar, angin berbelok arah. Angin bergerak secara spiral meninggalkan daerah bertekanan tinggi dan berputar - putar masuk ke daerah bertekanan rendah sehingga dibelahan bumi utara angin membelok ke kanan dan dibelahan bumi selatan membelok ke kiri, ini disebut efek coriolis (Azwar, 2013).

Sitem kerja dari anemometer erat kaitannya dengan angin. Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga adanya perbedaan tekanan. Angin bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Angin dapat terjadi dikarenakan beberapa hal yaitu adanya gaya coriolis, gradien barometris, letak tempat, tinggi tempat serta waktu. Jenis-jenis angin yang berhembus dapat dibedakan menjadi beberapa antara lain: angin laut, angin darat, angin lembah, angin gunung, angin fohn dan lain sebagainya. Tiap jenis angin yang berhembus memiliki berbagai macam kecepatan yang berbeda - beda (Azwar, 2013).

2.3.3. Skala beaufort

Kecepatan rata - rata angin di atas permukaan laut adalah 7,18 m/dt. Secara umum kejadian angin yang tercatat dalam pengukuran termasuk dalam skala 4

Beaufort (kecepatan 8 m/dt sampai 10,7 m/dt). Angin ini menyebabkan semak dan

pepohonan berayun, pasir bergerak, dan kain/baju tertiup angin sehingga terasa berat. Pada kolam - kolam penampungan air di pantai, terjadi riak gelombang akibat tiupan angin ini. Sementara itu, gelombang di permukaan laut terjadi lebih besar. Karena arah angin dominan menuju Timur Laut, maka kecepatan angin yang bertiup ke arah ini cenderung lebih kuat dibanding ke arah yang lain. Hal ini disebabkan angin ke arah Timur Laut saling menguatkan (Tyas, 2012).

(16)

Kecepatan angin dinyatakan dalam knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis bujur yang melalui katulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot = 1,852 km/jam = 0,5144 m/det. Data angin dicatat tiap jam sehingga dapat diketahui kecepatan tertentu dan durasinya, dan dapat dihitung kecepatan angin rerata harian. Jumlah data angin untuk beberapa tahun pengamatan sangat banyak, untuk itu data tersebut harus diolah dan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram yang disebut dengan mawar angin (Hidayat, 2005).

2.3.4. Tekanan udara

Menurut Supriyanto et al., (2006), pola tekanan udara di seluruh bumi menyebabkan pola angin permukaan horizontal karena udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, seandainya bumi tidak berputar, angin akan bergerak dalam jalur lurus, tetapi karena bumi berputar, angin berbelok arah. Angin bergerak secara spiral meninggalkan daerah bertekanan tinggi dan berputar - putar masuk ke daerah bertekanan rendah sehingga dibelahan bumi utara angin membelok ke kanan dan dibelahan bumi selatan membelok ke kiri, ini disebut efek coriolis.

2.4. Arus 2.4.1. Arah arus

Arus yang disebabkan oleh pasut dapat mencapai kecepatan 2 knot (sekitar 1 m/det) dan arahnya akan berbalik 1800 dalam kurun waktu tertentu sesuai

dengan sifat pasutnya. Teknik pengukuran arus yang melewati satu titk arus diperairan dipisahkan pada dua kategori, yaitu metode eularian dan metode langrangian. Metode eularian adalah pengukuran arus yang melewati satu titik

(17)

geografis. Metode langrangian dilaksanakan dengan cara mengikuti dan mengawasi pergerakan bola apung. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda - benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut dan arus yang dibangkitkan pasang surut sangat dominan dalam proses sirkulasi massa air di perairan pesisir. Pengetahuan mengenai pasang surut dan pola sirkulasi arus pasang surut di perairan pesisir dapat memberikan indikasi tentang pergerakan massa air serta kaitannya sebagai faktor yang dapat mempengaruhi distribusi suatu material di dalam kolom air (Mann dan Lazier, 2006).

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah tersedianya informasi pasang surut dan arus pasang surut di perairan wilayah pesisir. Tulisan ini dibahas mengenai pola sirkulasi arus pasang surut di wilayah sekitar perairan pesisir. Hasil dari simulasi dengan menggunakan model hidrodinamika MOHID yang merupakan program terbuka (open source) tersebut dan kemudian dapat digunakan sebagai kontribusi dalam pengolahan lingkungan (Romming, 2008).

2.4.2. Kecepatan arus

Secara sederhana arus dapat diartikan sebagai sirkulasi massa air dari satu tempat ke tempat lain. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai. Gelombang tersebut kemudian dapat menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai serta menyebabkan gaya -gaya yang bekerja pada bangunan pantai tersebut berubah (Sugianto, 2009).

Kecepatan arus memiliki bobot tertinggi. Hal ini dikarenakan parameter kecepatan arus menjadi faktor yang dominan dalam penentu terhadap

(18)

pengoperasian alat tangkap dan hasil tangkapan gombang. Kecepatan arus, baik arus pasang maupun arus surut dapat mempengaruhi hasil tangkapan gelombang, dengan pola hubungan positif dan cukup kuat (Brown dan Rengi 2004).

2.4.3. Kedalaman perairan

Setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan peningkatan tekanan sekitar 1 atmosfer. Semakin tinggi tekanan air, kelarutan oksigen semakin tinggi. Sifat kelarutan gas oksigen lebih rendah daripada sifat kelarutan gas nitrogen. pengaruh kecepatan arus juga kelarutan gas oksigen di perairan lebih rendah daripada kelarutan gas nitrogen (Effendi, 2003).

Pengaruh parameter dari faktor lingkungan akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan. Kedalaman perairan sangat penting bagi kelayakan budidaya, kedalaman optimal saat surut antara dasar keramba dengan dasar perairan adalah 4-5 m, hasil penelitian menunjukan nilai kedalaman perairan berkisar dari 7-18 m, nilai ini berdasarkan Kepmenneg - KUH masih layak untuk budidaya laut (Affan, 2012).

Parameter kedalaman perairan menempati bobot kedua, pertimbangan ini didasari bahwa dalam pengoperasian alat tangkap gelombang faktor kedalaman perairan menjadi pertimbangan nelayan. Kedalaman perairan memberikan pengaruh yang sangat nyata kepada hasil tangkapan. Hasil tangkapan tersebut nantinya yang akan mempengaruhi perbedaan pada setiap nilai yang dihasilkan pada kedua parameter tersebut (Syofyan, 2005).

(19)

2.5. Gelombang

Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air laut dengan arah tegak lurus pemukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut timbul karena adanya gaya pembangkit yang bekerja pada laut. Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya pembangkit tersebut terutama berasal dari angin, dari gaya tarik menarik bumi - bulan - matahari atau yang disebut dengan gelombang pasang surut dan gempa bumi. Jenis-jenis gelombang ditinjau dari gaya pembangkitnya terdapat 3 jenis yaitu:

1. Gelombang Angin, merupakan gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Gelombang ini mempunyai periode yang sangat bervariasi, ditinjau dari frekuensi kejadiannya, gelombang angin merupakan gelombang yang paling dominan terjadi di laut;

2. Gelombang Pasang Surut (Pasut), merupakan gelombang yang disebabkan oleh gaya tarik bumi terhadap benda - benda langit, benda langit yang paling besar pengaruhnya adalah Matahari dan Bulan, gelombang pasut lebih mudah diprediksi karena terjadi secara periodik mengikuti sesuai peredarannya; dan

3. Gelombang Tsunami, gelombang yang diakibatkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan gunung api di dasar laut, tsunami merupakan gelombang yang sangat besar dan tinggi gelombangnya dapat mencapai lebih dari 10 meter (Kurniawan et al., 2011).

Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu:

(20)

1. Lama angin bertiup atau durasi angin; 2. Kecepatan angin; dan

3. Fecth (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkit gelombang

atau daerah pembangkit gelombang).

Semakin lama angin bertiup, semakin besar jumlah energi yang dihasilkan dalam pembangkitan gelombang. halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombang hanya memperoleh sedikit tambahan energi. Tambahan energi yang terjadi seringkali menjadi penyebab terjadinya suatu perbedaan pada setiap nilai yang ada (Burhanuddin, 2009).

Gelombang laut dapat ditinjau sebagai deretan pulsa - pulsa yang berurutan yang terlihat sebagai perubahan ketinggian permukaan air laut, yaitu dari elevasi maksimum (puncak) ke elevasi minimum (lembah). Gelombang yang bergerak memasuki perairan dangkal akan mengalami deformasi yaitu:

1. Kecepatan gelombang akan berkurang akibat pengaruh pengurangan kedalaman;

2. Panjang gelombang akan menjadi lebih pendek; dan

3. Terjadi pembelokan arah penjalaran gelombang akibat perubahan kecepatan atau dikenal sebagai refraksi gelombang.

Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Daerah

di mana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang merambat tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi gelombang. Daerah ini, terjadi suatu kejadian apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan merambat dengan

(21)

kecepatan yang lebih kecil daripada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut (Lanuru dan Suwarni, 2011).

2.6. Pasang Surut

Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda - benda angkasa di luar materi itu berada. Pasang surut yang terjadi di bumi terdapat dalam tiga bentuk yaitu:

1. Pasang surut atmosfer (Atmospheric Tide); 2. Pasang surut laut (Ocean Tide); dan 3. Pasang surut bumi (Boily Tide).

Pasang surut atmosfer adalah gerakan atmosfer bumi yang diakibatkan oleh adanya aksi gravitasi dari matahari dan bulan atau benda langit lainnya. Gerakan atmosfer akibat hal ini bias dideteksi dengan alat barometer yang mencatat perubahan tekanan udara di muka laut. Pasang surut bumi adalah gangguan akibat gaya gravitasi benda langit terhadap bagian bumi padat. Gangguan ini sangat kecil, sehingga hampir tidak dapat dilihat secara jelas tapi untuk pengukuran dari ketinggian suatu tempat dan penelitian geofisika lainnya gangguan ini harus diperhatikan. Uraian yang kita bahas tentang pasang surut laut, maka untuk selanjutnya pasang surut diartikan sebagai pasang surut laut (Aziz, 2006).

Gaya yang menimbulkan pasut disebut gaya pembangkit pasut yang merupakan resultan gaya sentrifugal dan gaya tarik benda langit (bulan dan matahari). Revolusi bulan mengelilingi bumi menimbulkan gaya sentrifugal yang

(22)

arahnya menjauhi bulan dan besarnya sama setiap titik di permukaan bumi. Sebaliknya gaya tarik bulan bergantung pada jarak dari titik - titik di permukaan bumi terhadap bulan. Makin dekat jarak tersebut, makin besar gaya tarik bulan. Resultan gaya sentrifugal dan gaya tarik bulan ini menghasilkan gaya pembangkit pasut yang bertanggung jawab terhadap timbulnya pasut di laut. Matahari juga melakukan gaya tarik terhadap air laut meskipun massa matahari jauh lebih besar daripada massa bulan, akan tetapi gaya tariknya lebih kecil daripada gaya tarik bulan karena jarak matahari bumi jauh lebih besar daripada jarak dari bumi -bulan yang terjadi (Aziz, 2006).

Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertical (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang - ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari (Surinati, 2007).

Sebenarnya hanya ada tiga tipe dasar pasang-surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu sebagai berikut:

1. Pasang-surut tipe harian tunggal (diurnal type): yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut;

2. Pasang-surut tipe tengah harian/ harian ganda (semi diurnal type): yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut; dan

3. Pasang-surut tipe campuran (mixed tides): yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong ke tipe harian ganda (Wibisono (2005) dalam Surinati (2007).

(23)

Tipe pasang-surut ini penting diketahui untuk studi lingkungan, mengingat bila di suatu lokasi dengan tipe pasang-surut harian tunggal atau campuran condong harian tunggal terjadi pencemaran, maka dalam waktu kurang dari 24 jam, pencemar diharapkan akan tersapu bersih dari lokasi. Namun pencemar akan pindah ke lokasi lain, bila tidak segera dilakukan clean up. Berbeda dengan lokasi dengan tipe harian ganda, atau tipe campuran condong harian ganda, maka pencemar tidak akan segera tergelontor keluar. Variasi harian dari rentang pasang-surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang-pasang-surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (Aziz, 2006).

Pasang-surut (pasut) di berbagai lokasi mempunyai ciri yang berbeda karena dipengaruhi oleh topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk dan sebagainya. Beberapa tempat, terdapat beda antara pasang tertinggi dan surut terendah (rentang pasut), bahkan di Teluk Fundy (Kanada) bisa mencapai 20 meter. Proses terjadinya pasut memang merupakan proses yang sangat kompleks, namun masih bisa diperhitungkan dan diramalkan. Pasut dapat diramalkan karena sifatnya periodik, dan untuk meramalkan pasut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing - masing komponen pembangkit pasut. Ramalan pasut untuk suatu lokasi tertentu kini dapat dibuat dengan melihat pada kecepatan dan ketepatan yang cukup cermat (NONTJI (2005) dalam Surinati, 2007).

Pasang-surut purnama (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus (matahari dan bulan dalam keadaan oposisi). Saat itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah, karena kombinasi gaya tarik dari matahari dan bulan bekerja saling menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada

(24)

saat bulan baru dan bulan purnama (full moon). Sedangkan pasang-surut perbani

(neap tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus,

yakni saat bulan membentuk sudut 90° dengan bumi. Saat itu akan diterapkan dan akan dihasilkan nilai dari berbagi yang dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang-surut perbani ini terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan 1/4 dan 3/4 (Wardiyatmoko & Bintarto, 1994 dalam Surinati, 2007).

(25)

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi 3.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut

No. Nama Alat ketelitian Fungsi

1

Termometer

basah-kering -

untuk mengukur kelembaban udara

2 Buku identifikasi awan - untuk identifikasi jenis awan

3 Binoculer - untuk mengamati jenis awan

4 Kamera Digital - untuk mendokumentasi jenis awan

5 Termometer air raksa

0,10C

untuk mengukur suhu udara dan suhu air

6 Anemometer 0.3 m/ s untuk mengukur kecepatan angin

7 Slayer

-

untuk membantu menentukan arah angin berhembus

8 Skala Beaufort

-

untuk menentukan skala kecepatan angin

9 Barometer 0,1 mbar untuk mengetahui tekanan udara

10 Kompas Baring

10

untuk membantu menentukan arah arus

(26)

12 Tonggak berskala

1cm

untuk membantu pengukuran

gelombang

13 Line transek

-

untuk menentukan stasiun

pengamatan

14 Stopwatch 1s untuk mencatat waktu pengamatan

15 Selang Bening

-

untuk membantu dalam pengamatan pasang surut

16 Senter

-

untuk membantu pengamatan pasang surut pada malam hari

17 Alat tulis - untuk mencatat hasil pengamatan

18 Kertas polio - untuk mencatat hasil pengamatan

19 Bola arus - untuk mengukur kecepatan arus

Sumber: Praktikum Meteorologi Laut 2013.

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut

No. Nama Bahan Fungsi

1 Jeruk Sebagai bola arus

2 Aquades

Sebagai media untuk mengukur kelembaban udara

(27)

3.2. Metode 3.2.1 Keawanan

a. kelembaban

Metode yang digunakan dalam pengamatan kelembaban udara pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran kelembaban;

2. Memasukkan secara perlahan-lahan air tawar ke dalam tempat-tempat yang telah disediakan;

3. Membiarkan selama 5 menit untuk penyesuaian (pengamat jangan sampai mengganggu);

4. Membaca skala yang tertera dalam termometer; dan 5. Mencatat hasil pengamatan.

b. jenis awan

Metode yang digunakan dalam pengamatan jenis–jenis awan pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik stasiun pengamatan;

2. Menggunakan binokuler atau kamera digital amati awan yang berada diatas kepala pengamat;

3. Mengulangi percobaan dengan mengamati seluruh awan; 4. Mengidentifikasi awan dengan bantuan buku identifikasi awan; 5. Mendokumentasikan hasil pengamatan;

6. Mencatat hasil pengamatan. c. temperatur udara

(28)

Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut: 1. Mengukur temperatur udara setiap 10 m;

2. Pengukuran dilakukan di atas permukaan air laut dan selama pengukuran temperatur udara, termometer jangan sampai terkena langsung radiasi sinar matahari;

3. Membiarkan 3 menit untuk penyesuaian; 4. Mencatat suhu yang tertera pada skala;dan 5. Menggambar grafik hasil pengukuran. d. temperatur air laut

Metode yang digunakan dalam pengamatan temperatur air laut pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Mengukur temperatur air laut setiap 10 m; 2. Memasukkan termometer ke dalam air laut; 3. Membiarkan 3 menit untuk penyesuaian; 4. Mencatat suhu yang tertera pada skala; 5. Menggambar grafik hasil pengukuran.

3.2.2 Angin

a. arah angin

Metode yang digunakan dalam pengamatan arah angin pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan stasiun pengamatan;

2. Membiarkan pengamat berada tepat di atas tempat yang terbuka; 3. Mengibarkan slayer di atas kepala pengamat;

(29)

5. Membiarkan selama 3 menit untuk penyesuaian;

6. Mengidentifikasi dari arah mana angin berasal dengan bantuan kompas baring;

7. Mencatat hasil pengamatan. b. kecepatan angin

Metode yang digunakan dalam pengamatan kecepatan angin pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik awal pengamatan; 2. Menentukan dari mana asal arah angin;

3. Menyalakan Anemometer;

4. Membiarkan 3 menit untuk penyesuaian; 5. Mencatat angka yang tertera pada Anemometer; 6. Menggambar grafik.

c. Skala Beaufort

Metode yang digunakan dalam pengamatan skala Beaufort pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Mengamati angka kecepatan angin yang tertera pada Anemometer; 2. Mengamati besar gelombang air laut;

3. Mengidentifikasi dengan bantuan skala Beaufort; 4. Mencata hasil pengamatan.

d. tekanan udara

Metode yang digunakan dalam pengamatan tekanan udara pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

(30)

2. Mencari tempat yang datar;

3. Meletakkan barometer pada tempat yang datar dan terlindungi; 4. Membiarkan selama 3 menit untuk penyesuaian;

5. Mengamati angka yang tertera pada skala Barometer; 6. Mencatat hasil pengamatan;

7. Membuat grafik.

3.2.3. Arus

a. arah arus

Metode yang digunakan dalam pengamatan arah arus pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;

2. Mengukur arah arus dari pantai menuju laut bebas setiap 10m sejauh 100m;

3. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran arus laut; 4. Menancapkan tonggak pada lokasi awal bola arus;

5. Menjatuhkan bola arus (jeruk) secara perlahan-lahan pada titik tersebut; 6. Membiarkan selama 3 menit untuk penyesuaian (pengamat jangan

sampai menggangu jalannya bola arus);

7. Menancapkan tonggak pada lokasi akhir bola arus (jeruk);

8. Menggunakan kompas baring untuk mengetahui arah arus setelah waktu tersebut dengan membaring antar tonggak;

9. Mencata hasil pengamatan. b. kecepatan arus

(31)

Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;

2. Mengukur kecepatan arus dari pantai menuju laut bebas setiap 10m sejauh 100m;

3. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran kecepatan arus laut; 4. Menancapkan tonggak pada lokasi awal bola arus;

5. Menjatuhkan bola arus (jeruk) secara perlahan-lahan pada titik tersebut; 6. Membiarkan bola arus (jeruk) mengalir hingga tali rafia merenggang (s); 7. Mencatat waktu (t) yang diperlukan bola arus sampai merenggang; 8. Menghitung kecepatan bola arus dengan rumus V= s/t

c. kedalaman perairan

Metode yang digunakan dalam pengamatan kedalam perairan pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut lepas;

2. Mengukur kedalaman laut dari pantai menuju laut lepas setiap 10m sejauh 100m;

3. Mencatat hasil pengamatan dan menggambar grafik.

3.2.4. Gelombang

a. tinggi gelombang (H)

Metode yang digunakan dalam pengukuran tinggi gelombang (H) pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

(32)

2. Mengukur tinggi gelombang (H) dari pantai menuju laut bebas setiap 10m, 50m dan 100m;

3. Mengukur tinggi gelombang (H) pada saat puncak/ lembah gelombang mencapai rambu ukur;

4. Mencatat hasil pengukuran. b. panjang gelombang (L)

Metode yang digunakan dalam pengukuran panjang gelombang (L) pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;

2. Mengukur panjang gelombang (L) dari pantai menuju laut bebas setiap 10m, 50m dan 100m;

3. Mengukur panjang gelombang (L) berdasarkan jarak yang ditempuh oleh suatu gelombang yaitu antara 2 buah puncak atau 2 buah lembah;

4. Mencatat hasil pengukuran. c. periode gelombang (T)

Metode yang digunakan dalam pengukuran periode gelombang (T) pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;

2. Mengukur periode gelombang (T) dari pantai menuju laut bebas setiap 10m, 50m dan 100m;

3. Mengukur periode gelombang (T) berdasarkan waktu yang terjadi puncak gelombang satu ke puncak gelombang lain;

4. Mencatat hasil pengukuran. d. cepat rambat gelombang

(33)

Metode yang digunakan dalam menghitung cepat rambat gelombang pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;

2. Mengukur cepat rambat gelombang dari pantai menuju laut bebas setiap 10m, 50m dan 100m;

3. Menghitung cepat rambat diukur dengan rumus V= L/T 4. Mencatat hasil pengukuran.

3.2.5. Pasang Surut

Metode yang digunakan dalam pengamatan pasang surut pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik awal stasiun pengamatan;

2. Menancapkan tiang berskala ditempat yang telah ditentukan;

(34)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi

Praktikum Meteorologi Laut 2013 dilaksanakan di perairan Jepara di sekitar BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Payau). Secara umum Perairan Jepara merupakan bagian dari Laut Jawa dan secara geografis, wilayah Jepara terletak pada koordinat 110o9’48,02’’-110o58’37,40’’ Bujur Timur dan 5o43’20,67’’-6o47’25,83’’Lintang Selatan. Perairan Jepara berbatasan dengan

Laut Jawa di Sebelah Barat dan di Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Pati, dan berbatasan dengan Kabupaten Demak di Sebelah Selatan. Laut Jawa merupakan perairan dangkal dengan rata-rata kedalaman 50 m.

4.2. Taman Alat BMKG

Bandan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau biasa disingkat dengan sebutan BMKG merupakan suatu badan yang mengatur dan memantau situasi dan kondisi alam di Indonesia dibidang meteorologi, klimatologi dan geofisika. Pemantauan yang dilakukan meliputi pemantauan cuaca, bencana alam seperti gempa bumi, tsunami dan lain sebagainya. Selain sebagai pemantau BMKG juga berfungsi sebagai penginformasi tercepat apabila akan terdapat bencana atau cuaca yang membahayakan bagi warga disuatu daerah.

Menurut BMKG (2013), BMKG memiliki stasiun-stasiun pengamat disetiap titik daerah. Terdapat beberapa stasiun pengamat didukung oleh Taman Alat Konvensional, dimana taman alat ini berisi alat-alat bantu pengamatan kondisi alam sekitar. Alat-alat yang terdapat dia Taman Alat Konvensional BMKG dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(35)

Tabel 3 . Alat-alat yang ada di taman alat BMKG adalah sebagai berikut

No Nama Alat No Nama Alat

1 Campbell Stokes 11 Penakar Hujan Obs

2 Termometer Bola Basah (Bb) 12 Penakar Hujan Helman

3 Termometer Bola Kering (Bk) 13 Automatic Rain Sampler

4 Gun Bellani 14 High Volume Sampler

5 Actinograph Bimetal 15 Barograph

6 Termometer Maximum 16 Barometer

7 Termometer Minimum 17 Anemometer 10m, 8m, 2m

8 Piche Evaporimeter 18 Temometer Tanah Rumput 9

10

Termometer Tanah Gundul

Automatic Weather Station (Aws)

19 20

Thermohigrograph Open Pan Evaporimeter

4.2.1. Campbell Stokes

Campbell Stokes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lama

penyinaran matahari. Pada tahun 1835, John Francis Campbell menemukan ide cemerlang untuk mendesain alat yang bisa mengukur durasi penyinaran matahari atau sunshine recorder. Ide tersebut kemudian disempurnakan oleh Sir George Gabriel Stokes (1879) sehingga menghasilkan alat yang dikenal dengan Campbell Stokes Fairuz (2012) dalam Reza (2013).

(36)

Gambar 1. Campbell Stokes

Menurut Budiarti (2008) dalam Reza (2013), Terdapat beberapa bagian dari Campbell Stokes yaitu :

1. Bola gelas dengan jari-jari 10-15cm;

2. Lensa cembung untuk mengumpulkan sinar matahari ke satu api; 3. Tempat menyisipkan kertas pias;

4. Pengatur kertas pias;

5. Penunjuk yang menyatakan lintang pada waktu alat di setel; dan 6. Tiga buah sekrup untuk menyetel kedudukan horizontal.

Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika

(37)

matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.

4.2.2. Termometer bola basah dan bola kering

Alat ini berfungsi untuk mengukur temperatur udara. Termometer Bola basah adalah termometer biasa (bola kering) dengan bolanya terbungkus dalam kain yang selalu basah oleh air murni. Dry Bulb themperature (temperatur bola kering) yaitu skala suhu yang ditunjukkan oleh termometer bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini biasanya dalam celcius atau fahrenheit. Seperti yang sudah diketahui, bahwa termometer ini menggunakan prinsip dasar pemuaian zat cair (alkohol atau air raksa) yang terdapat di dalam termometer. Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan termometer biasa maka terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb (kantong zat cair yang terdapat di ujung termometer). Karena mendapatkan kalor maka zat cair yang ada di dalam termometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversikan dengan satuan suhu (Celcius, Fahrenheit, dan lain - lain). Wet Bulb Temperature (temperatur bola basah) yaitu suhu bola basah. Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan termometer yang bulbnya dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada di dalam termometer. termometer ini menggunakan prinsip pemuaian

(38)

zad cair yang terdapat dalam tabung. Kelemahan termometer bola basah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Air raksa harganya mahal

b. Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah. c. Air raksa temasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya

pecah.

Gambar 2.Termometer Bola Basah dan Bola Kering

Nilai suhu yang terukur dari termometer suhu bola basah ini adalah bagian dari nilai kelembaban atau lengas nisbi. Nilai Selisih suhu bola kering dengan nilai selisih suhu bola basah, jika dikonversikan akan mendapatkan nilai kelembaban relatif (dalam satuan %). Nilai kelembaban relatif ini akan terlihat secara jelas pada alat pengukur kelembaban yang secara umum kita kenal dengan sebutan nama Higrometer (Reza, 2013).

4.2.3. Termometer maksimum

Termometer maksimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi yang terjadi dalam periode waktu 24 jam (1 hari). Termometer maksimum termasuk alat non recording dan terpasang dalam sangkar meteorologi. Data yang

(39)

dihasilkan dinyatakan dalam satuan 0C. Pada pengamatan agroklimat, termometer maksimum diamati pada jam 18.00 waktu setempat. Spesifikasi dari termometer maksimum adalah terdapatnya celah sempit pada bagian antara bola termometer dan kolom raksa pada skala, untuk menghambat kembalinya air raksa yang telah masuk ke kolom raksa kembali ke bola termometer saat terjadi penyusutan oleh penurunan suhu. Termometer maksimum dipasang miring sebesar 5 dari garis horisontal. Bagian-bagian alat Termometer maksimum terdiri dari 4 bagian utama yaitu :

1. Bola termometer 2. Air raksa

3. Skala suhu 4. Celah sempit

Gambar 3. Termometer Maksimum

Apabila terjadi kenaikan suhu udara, kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air raksa memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang ada dan menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala yang lebih besar. Saat terjadi penurunan

(40)

suhu, air raksa yang terdapat pada bola termometer akan menyusut. Akan tetapi air raksa yang telah masuk ke kolom raksa pada skala tidak bisa kembali ke bola raksa karena terhambat oleh adanya celah sempit. Sehingga dapat diketahui suhu tertinggi yang telah terjadi. Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.

Dari gambar disamping dapat diilustrasikan bahwa apabila temperatur naik dan kolom air raksa tidak terputus, maka air raksa terdesak melalui bagian yang sempit. Ujung kolom menunjukkan temperatur udara. Apabila suhu turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah air raksa dalam bola temperatur menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap pada tempatnya.

Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini menunjukkan suhu udara karena penyusutan air raksa kecil sekali dan dapat diabaikan. Jadi Termometer menunjukkan suhu udara tertinggi setelah terakhir dikembalikan. Termometer dikembalikan setelah dibaca (Reza,2013).

4.2.4. Termometer minimum

Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi.hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa,sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja termometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah,namun bila suhu meningkat maka

(41)

indeks akan tetap pada posisi dibawah,selain itu peletakan termometer harus miring sekitar 20-30 derajat,dengan posisi tabung alkohol berada dibawah. Hal ini juga dimaksutkan untuk mempertahankan agar indeks tidak dapat naik kembali bila sudah berada dibawah (suhu minimum). Bagian-bagian dari termometer minimum yaitu :

1. pipa kaca (pipa kapiler) 2. zat cair pengisi termometer 3. tandon (reservoir)

4. skala

5. tabung gelas

Gambar 4. Termometer Minimum

Termometer minimum ini memiliki cara kerja tersendiri yang pada prinsip dasarnya tidak berbeda dengan termometer maksimum, cara kerja termometer minimum ini yaitu pertama dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat dengan tinggi bejana + 1 m dari lantai. Sebaiknya dipasang di lemari kaca, Latar belakang yang putih untuk memudahkan pembacaan. Kemudian baca suhu yang menempel

(42)

pada Barometer lalu naikkan air raksa dalam bejana, sehingga menyinggung jarum taji skala Nonius (Vernier) sehingga menyinggung permukaan air raksa, baca skala Barometer dan skala Nonius maka akan didapatkan nilai suhu termometer minimum (Reza, 2013).

4.2.5. Termometer tanah

Menurut (Reza, 2013), termometer tanah adalah sebuah termometer yang khusus dirancang untuk mengukur suhu tanah. Alat ini berguna pada perencanaan penanaman dan juga digunakan oleh para ilmuwan iklim, petani, dan ilmuwan tanah. Suhu tanah dapat memberikan banyak informasi yang bermanfaat, terutama pemetaan dari waktu ke waktu. Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian skala dilengkungkan, namun ada juga yang tidak dilengkungkan. Hal ini dibuat untuk memudahkan dalam pembacaan termometer dan menghindari kesalahan paralaks. Suhu tanah adalah kunci dalam mengambil keputusan penanaman. Jika tanah terlalu dingin, tanaman bisa mati. Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara. Pengamatan suhu tanah umumnya dilakukan pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal stasiun pengamatan. Area ini dijaga agar tanah disekitarnya tidak terganggu, tidak ternaungi maupun tergenang air. Sampai kedalaman 20 cm digunakan termometer air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada kedalaman yang diinginkan. Seperti pada gambar di atas termometer merk casella telah banyak

(43)

digunakan pada pengamatan meteorologi. Masing-masing termometer dipasang pada enamel hitam dengan dukungan baja ringan membentuk sudut 30˚ yang memudahkan pembacaan skala.Termometer tanah jenis ini dapat digunakan sampai kedalaman pengukuran 300 cm. Terdiri dari termometer yang berada dalam tabung gelas. Pada masing-masing kedalaman pengukuran dimasukkan selongsong tabung baja, termometer kemudian diturunkan menggunakan rantai kedalam tabung tersebut. Bola termometer berada dalam lilin parafin sehingga respons time-nya lambat yang memudahkan dalam pembacaan pengukuran.

Gambar 5. Termometer Tanah

4.2.6. Gun bellani

Prinsip alat adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola sensor. Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang uap zat cair berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul akan dikondensasi dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air kondensasi sebanding dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari. Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam, yaitu pada pagi hari dibandingkan dengan alat yang pertama hasilnya lebih kasar.

(44)

Gambar 6. Gun Bellani

4.2.7. Actinograph bimetal

Merekam atau otomatis mengukur setiap saat pada siang hari radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila kena sinar surya terdiri atas bimetal (dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap radiasi surya. Panas karena radiasi yang diserap ini membuat bimetal melengkung. Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan ini disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas grafik / integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang ditangkap oleh sensor selama sehari.

(45)

4.2.8. Piche evaporimeter

Evapotranspirometer piche tergolong alat yang sederhana. Alat ini hanya

terdiri dari pipa gelas berskala yang diisi air, piringan kertas filter, dan penjepit logam (klip) berbentuk lengkungan seperti lembaran pegas. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada laju evapotranspirasi yang dinyatakan dengan banyaknya air yang hilang ke atmosfer oleh proses evapotranspirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satu satuan waktu. Karena alat ini harganya relatif murah dan penggunaannya relatif mudah sehingga menjadi alternatif alat ukur penguapan yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG,2013 ).

Secara garis besar cara pengamatan evapotranspirometer yaitu memegang gelas pada posisi terbalik (lubangnya di atas), kemudian mengisi pipa gelas tersebut dengan air suling atau air hujan. Air tersebut diisikan sampai kira-kira 1,5 cm dari mulut pipa. Selanjutnya yaitu menyisipkan kertas filter antara mulut pipa dengan penjepit sedemikian rupa sehingga letaknya konsentris. Lalu kertas filter dijepit agar letaknya stabil. Setelah pemasangan kertas filter selesai, kedudukan pipa dibalik sehingga mulutnya menjadi di bawah. Keadaan ini membuat air merembes kedalam pori-pori keras filter sehingga kertas menjadi basah. Setelah kertas filter basah seluruhnya, alat tersebut kemudian digantung pada standarnya yang terdapat dalam sangkar meteorologi. Evapotranspirometer piche dibaca tiga kali sehari, yaitu pada jam I : 07.30, jam II : 13.30, jam III : 17.30. Setiap pagi sesudah pembacaan jam I, alat tersebut diisi kembali dengan air destilasi, seperti dikemukakan di atas dan mencatat tinggi permukaan air di dalam pipa gelas kemudian mengisi pipa gelas tersebut dengan air suling atau air hujan. menyisipkan kertas filter antara mulut pipa dengan penjepit sedemikian rupa

(46)

sehingga letaknya konsentris.

Gambar 8. Phice Evaporimeter

4.2.9. Automatic weather station (AWS)

Menurut (Reza, 2013), AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau system terpadu yang di desain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta diproses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebutdan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapatditampilkan melalui LED (Light EmitingDiode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saa titu (present weather ) dengan mudah. Automatic weather stations digunakan untuk mengetahui kondisi cuaca antara lain: kecepatan udara, arah angin, suhu udara, tekanan udara, radiasi, humidity, curah hujan, dan temperature rendah. Unsur-unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan Unsur-

(47)

unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat Lodger, kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer program AWS. Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS diarsipkan kemudian dikirimke BMG Jakarta.

Gambar 9. Automatic weather station (AWS)

4.2.10. Thermohigrograph

Menurut (BMKG, 2013), Secara umum kelembaban (Relative Humidity) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang ada di udara dan dinyatakan dalam persen dari jumlah uap air maksimum dalam kondisi jenuh. Dan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kelembaban udara (Relative Humidity) adalah Higrometer. Higrometer rambut adalah sebuah alat pengukur kelembaban udara dengan satuan persen yang menggunakan prinsip muai panjang rambut dimana rambut akan memanjang ketika kelembaban udara bertambah. Adapun rambut yang digunakan adalah rambut manusia atau kuda yang sudah dihilangkan lemaknya yang kemudian dikaitkan dengan pengungkit (engsel) yang dihubungkan dengan jarum yang menunjuk kepada skala sehingga memperbesar perubahan skala dari perubahan kecil dari panjangnya rambut.

(48)

4.2.11. Open pan evaporimeter

Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk menguku revaporasi.Makin

luas permukaan panci, makin representative atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut :

1. Panci Bundar Besar

Terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat.Panci ini mempunyai garis tengah 122 cm dantingginya 25,4 cm.

2. Hook Gauge

Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci.

Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga caram pembacaannya berlainan. Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci. Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang dibagi menjadi 50 bagian. Satu putaran penuh dari micrometer mencatat perubahan ujung jarum setinggi 1 mm. Hook gauge buatan Perancis mempunyai micrometer yang dibagi menjadi 20 bagian. Dalam satu bagian menyatakan perubahan tinggi jarum 0,1 mm, berarti untuk satu putaran penuh, perubahan tinggi jarum sebanyak 2 mm.

3. Still Well

Bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki.Pada tiap kaki terdapat skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah

(49)

lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat permukaan air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan pada panci, sehingga penyetelan ujung jarum dapat lebih mudah dilakukan.

4. Termometer air dan termometer maksimum/ minimum

Termometer air merupakan jenis termometer biasa yang dipasang tegak dengan menggunakan klem. Letak bola termometer di bawah permukaan air. Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan pembacaan. Floating maksiimum dan minimum termometer digunakan untuk mencatat suhu maximum dan minimum air yang terjadi dalam 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk huruf dengan dua buah bola pada kedua ujungnya. Termometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung aluminium. Kedua bola termometer dilindungi terhadap radiasi. Indeks dibuat dari gelas dengan sumbu besi dan mempunyai pegas sehingga dapat dipengeruhi gaya magnet. Suhu maximum ditunjukkan oleh kanan index dalam tabung atas. Suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah. Magnet batang digunakan untuk menyetel kedudukan index setelah suhu dibaca.

5. Cup Counter Anemometer

Alat ini dipasang sebelah selatan dekat pusat panci, dengan mangkok-mangkoknya sedikit lebih tinggi. Terutama sekali digunakan untuk mengukur banyaknya angin selama 24 jam.

(50)

6. Pondasi/ Alas

Dibuat dari kayu dicat sehingga tahan terhadap cuaca dan rayap. Bagian atas kayu dicat putih untuk mengurangi penyerapan radiasi sinar matahari.

7. Penakar hujan biasa

Untuk memperoleh data curah hujan, yang digunakan dalam menentukan penguapan pada hari-hari hujan.Penakar hujan dipasang +2m dari evaporimeter.

Pengamatan dilaksanakan setiap jam 07.00 WIB. Selisih tinggi air sekarang dengan tinggi air kemarin merupakan jumlah air yang hilang karena menguap dengan kondisi suhu air rata-rata seperti yang ditunjukan termometer apung, kecepatan angin rata-rata di permukaan air seperti yang ditunjukan Cup Counter Anemometer (Reza, 2013).

Gambar 10. Open Pan Evaporimeter

4.2.12. Penakar hujan Obs

Menurut (Reza, 2013), penangkar hujan manual (Ombrometer Tipe

Observatorium) adalah alat yang digunakan ntuk menangkar hujan secara manual.

Pengamatan dilakukan setiap 2 jam (Standart WMO). Alat ini memiliki satuan pengukuran mm dengan ketelitian alat sebesar 0,5 mm. Fungsi dari alat

(51)

(hujan harian). Alat ini memiliki satuan pengukuran mm dengan ketelitian alat sebesar 0,5 mm. Bagian-bagian dari penkar hujan Obs atau manual yaitu :

a. Mulut penakar seluas 100 cm² b. Corong sempit

c. Tabung penampung dengan kapasitas setara 300-500 mm curah hujan d. Kran

Gambar 11. Penakar Hujan Obs

Air hujan masuk ke mulut penangkar kemudian melalui corong sempit masuk ketabung penampung. Membuka kran untuk mengambil airnya, dilakukan 3 X (pukul: 07.00, 13.00, 18.00 WIB).

4.2.13. Penakar hujan tipe Helman

Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument / alat untuk mengukur curah hujan.Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul

(52)

dalam bentuk garis vertical yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada alat ini. Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya sangat penting diperoleh untuk kepentingan BMKG dan masyarakat yang memerlukan data curah hujan tersebut. Hujan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia,karena dapat memperlancar atau malah menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu kualitas data curah hujan yang didapat haruslah bermutu; memiliki keakuratan yang tinggi. Maka seorang observer / pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang dipakai di stasiun pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering dipakai ialah Penakar hujan jenis hellman Cuaca merupakan suatu keadaaan fisis atmosfer sesaat pada suatu tempat dipermukaan bumi dalam waktu yang relative singkat. Salah satu unsur cuaca yang significant dalam present weather (ww) yang diamati oleh seorang pengamat / observer adalah unsur curah. Banyaknya curah hujan yang mencapai tanah atau permukaan bumi dalam selang waktu tertentu dinyatakan dengan ketebalan atau ketinggian air hujan tadi seandainya menutup proyeksi horizontal permukaan bumi tersebut dan tidak ada yang hilang karena penguapan, limpasan, dan infiltrasi atau penyerapan. Oleh sebab itu biasanya banyaknya curah hujan dinyatakan dengan satuan millimeter (mm).

Pemasangan alat ini sama seperti penakar hujan lainnya, bertujuan mendapatkan data jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat tertentu. Jenis penakar hujan ini berbentuk silinder dengan tingi 115 cm serta luas permukaan corong 200 cm² serta berat alat ini ± 14 Kg. Seluruh bagian luar alat ini dicat warna hijau muda atau abu- abu. Pada umumnya penakar hujan jenis

Gambar

Tabel  1. Alat yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut  No.  Nama Alat  ketelitian   Fungsi
Tabel 3 . Alat-alat yang ada di taman alat BMKG adalah sebagai  berikut
Gambar 1. Campbell Stokes
Gambar 2.Termometer Bola Basah dan Bola Kering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Area pagelaran SAU berbentuk arena (tapal kuda), dengan panggung yang berfungsi sebagai area para pemain musik dan pada bagian tengahnya di gunakan sebagai area pemain

Sehubung dengan hal tersebut, dalam membangkitkan gairah dan semangat budaya K3 di tahun 2018, maka Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat akan menyelenggarakan

Grafik di atas menunjukkan bahwa responden dengan perlakuan infra red dengan penambahan mobilisasi saraf menunjukkan hasil bahwa pada fase baseline 1 (hari ke-1 sampai

Pendapat ini dikuatkan oleh Yafie bahwa pemanfaatan dana zakat yang dijabarkan dalam ajaran fiqih memberi petunjuk perlunya suatu kebijakan dan kecermatan, di mana perlu

Perencanaan dan perancangan bangunan Women’s Empowerment Center di Jakarta bertujuan untuk menyediakan wadah agar dapat mewadahi kegiatan-kegiatan para perempuan meliputi

Dari analisa data yang dilakukan, didapatkan Leq day dengan tingkat kebisingan yang diperoleh untuk lokasi penelitian Jalan Adhyaksa adalah 76.74 dBA yang berarti sudah melewati

Kebijakan rebalancing juga menjadi salah satu bentuk komitmen Amerika Serikat dalam meningkatkan aliansi dengan Jepang serta sebagai upaya Amerika Serikat dalam menekan

• Peserta didik diminta untuk memberikan pendapat tentang gambar yang ditampilkan • Guru memberikan penjelasan tentang sifat elastisitas bahan.. • Peserta didik diminta