• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bogor 4.1.1 Aspek Geografis dan Administratif

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak antara 6o19’ – 6o47’ LS dan 106o1’ – 107o103’ BT. Sebelah Utara, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok dan DKI Jakarta, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan tengah-tengah terletak Kota Bogor. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, sebelah Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Tangerang serta di sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 Ha, dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara hingga dataran tinggi di bagian Selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15 - 100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100 - 500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500 – 1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000 – 2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000 – 2.500 meter dpl.

Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 428 Desa/Kelurahan, 3.639 RW dan 14.403 RT. Mayoritas desa di Kabupaten Bogor mempunyai ketinggian kurang dari 500 m pada permukaan laut, yaitu sebanyak 234 desa, sedangkan diantara 500 - 700 m terdapat 144 desa dan selebihnya sekitar 50 desa berada lebih dari 500 m dari permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi daerah, yang dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial di wilayah Kabupaten Bogor terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 96 desa dan desa pedesaan sebanyak 332 desa.

(2)

Tabel 15. Banyaknya desa menurut desa perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Bogor Tahun 2008

No. Kecamatan Desa Perkotaan Desa Pedesaan Jumlah

1 Nanggung 0 10 10 2 Leuwiliang 3 8 11 3 Leuwisadeng 0 8 8 4 Pamijahan 0 15 15 5 Cibungbulang 0 15 15 6 Ciampea 3 10 13 7 Tenjolaya 0 6 6 8 Dramaga 2 8 10 9 Ciomas 7 4 11 10 Tamansari 1 7 8 11 Cijeruk 3 6 9 12 Cigombong 3 6 9 13 Caringin 0 12 12 14 Ciawi 2 11 13 15 Cisarua 2 8 10 16 Megamendung 2 9 11 17 Sukaraja 10 3 13 18 Babakanmadang 3 6 9 19 Sukamakmur 0 10 10 20 Cariu 0 10 10 21 Tanjungsari 0 10 10 22 Jonggol 1 13 14 23 Cileungsi 4 8 12 24 Klapanunggal 1 8 9 25 Gunung Putri 8 2 10 26 Citeureup 7 7 14 27 Cibinong 12 0 12 28 Bojonggede 8 1 9 29 Tajurhalang 3 4 7 30 Kemang 1 8 9 31 Rancabungur 0 7 7 32 Parung 4 5 9 33 Ciseeng 0 10 10 34 Gunung Sindur 1 9 10 35 Rumpin 2 11 13 36 Cigudeg 0 15 15 37 Sukajaya 0 9 9 38 Jasinga 1 15 16 39 Tenjo 0 9 9 40 Parung Panjang 2 9 11 Kabupaten Bogor 96 332 428

(3)

4.1.2 Aspek Geomorfologis

Kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.

Dataran rendah Kabupaten Bogor terletak di bagian Utara Kabupaten Bogor, tepatnya di lembah Sungai Ciliwung dan Cisadane, sedangkan dataran tinggi terletak di wilayah bagian Selatan, berupa pegunungan, dengan puncak Gunung Halimun (1.764 m), Gunung Salak (2.211 m) serta Gunung Pangrango (3.018 m), yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian 1.500 – 2.500 m dari permukaan laut. Desa yang tersebar di Kabupaten Bogor mayoritas memiliki ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut. Rincian ketinggian dan persentase wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Pembagian wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan ketinggian tempat

No Pembagian Wilayah Ketinggian Tempat

(m DPL)

Persentase (%)

1 Wilayah Dataran Rendah 15 – 100 29,28

2 Wilayah Dataran bergelombang 100 – 500 42,62

3 Wilayah Pegunungan 500 – 1.000 19,53

4 Wilayah Pegunungan Tinggi 1.000 – 2.000 8,34

5 Wilayah Puncak Gunung 2.000 – 2.500 0,22

Sumber: Rencana Strategi Kabupaten Bogor 2003-2008

Kemiringan lahan di Kabupaten Bogor cukup bervariasi dari 0% - 100% dan dikelompokkan menjadi empat, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 17.

(4)

Tabel 17. Kemiringan lahan di Kabupaten Bogor

Kelompok Kemiringan Kecamatan

1 0 – 5% Nanggung, Cigudeg dan Gunung Sindur 2 5 – 30% Jonggol, Rumpin, Cariu, Parung Panjang, Tenjo,

Pamijahan, Leuwiliang dan Jasinga

3 30 – 55% Cijeruk, Ciempea, Dramaga, Bojonggede, Parung, Megamendung, Cisarua, Cibungbulang, Caringin, Ciomas, Cileungsi dan Kemang

4 55 – 85% Citeureup, Ciawi, Sukaraja, Gunung Putri dan Cibinong

Sumber: Rencana Strategi Kabupaten Bogor 2003-2008

4.1.3 Aspek Klimatologi

Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah (tipe A) di bagian Selatan dan iklim tropis basah (tipe B) di bagian Utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500 – 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian Utara dan sebagian kecil wilayah Timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20° - 30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Iklim panas hampir meliputi semua wilayah Kabupaten Bogor, baik Bogor bagian Barat, Bogor Tengah maupun Bogor Timur. Sementara iklim sejuk dan sejuk sekali berada di beberapa wilayah Bogor Barat dan Bogor Tengah, seperti di Kecamatan Rumpin, Cijeruk, Leuwiliang, Nanggung, Pamijahan, Cigudeg, Nanggung, Ciawi dan Cisarua.

Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata-rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar 146,2 mm/bulan. Curah hujan tahunan berkisar antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun.

4.1.4 Aspek Demografi dan Sosial Budaya

Kependudukan Kabupaten Bogor sebagian besar terdiri dari etnik suku bangsa Sunda dan sebagian suku Betawi. Bahasa utama adalah bahasa Sunda. Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Bogor. Kondisi tersebut tercermin pada kuantitas dan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, kesempatan kerja, pemuda, olahraga, kebudayaan dan tingkat kriminalitas.

(5)

Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya rintisan akselerasi penuntasan program wajib belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal. Pada rentang tahun 2003–2010, indeks pendidikan meningkat dari 75,60 pada tahun 2003 menjadi 78,39 pada tahun 2010 atau sebesar 2,79 poin. Pencapaian indeks pendidikan merupakan gabungan dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). AMH meningkat dari 92,80% pada tahun 2003 menjadi 95,02% pada tahun 2010. Rata-rata lama sekolah meningkat dari 6,18 tahun pada tahun 2003 menjadi 7,98 tahun pada tahun 2010 atau sebesar 1,80 poin. Indeks pendidikan menunjukkan tingkat kualitas SDM Kabupaten Bogor. Walaupun terjadi peningkatan indeks pendidikan Kabupaten Bogor yang ditunjukkan oleh Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), namun capaian ini belum cukup untuk dapat mengakses peluang kerja yang tercipta di sektor industri pengolahan yang menyumbang 60,12% PDRB Kabupaten Bogor. Hal ini berdampak kepada angka pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor sebesar 10,64% pada tahun 2010.

Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebanyak 4.771.932 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 2.452.562 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.319.370 jiwa atau rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 laki-laki. Struktur penduduk akan mempengaruhi angka beban tanggungan (dependency ratio), pada tahun 2010 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bogor akan menanggung sekitar 54 orang penduduk usia tidak produktif.

Berkenaan dengan pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Bogor, perkembangan kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Bogor menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dihitung berdasarkan tiga indikator, yaitu: indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli. IPM Kabupaten Bogor meningkat sebesar 4,35 dari angka 67,81 pada tahun 2003 menjadi 72,16 pada tahun 2010. Secara rinci nilai tersebut merupakan kontribusi dari komponen pembentuknya, terdiri dari angka harapan hidup (68,86 tahun), angka melek huruf (95,02%), rata-rata lama sekolah (7,98 tahun) dan kemampuan daya beli masyarakat sebesar Rp 629.620/ kapita/bulan.

(6)

Pada periode 2002-2006 secara umum terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari 451.300 menjadi 536.400 (naik 18,86%). Selanjutnya dari tahun 2006 sampai tahun 2010 jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan yaitu dari 536.400 menjadi 477.100 (turun 11,06%). Persentase jumlah penduduk miskin pada periode 2002-2006 secara umum mengalami kenaikan dari 12,54% menjadi 13,83% dan mengalami penurunan pada periode 2006-2010 dari 13,83% menjadi 9,97%.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebanyak 3.508.826 jiwa, sedangkan tahun 2010 jumlahnya meningkat mencapai 4.771.932 jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dalam kurun waktu sepuluh tahun, rata-rata adalah 3,15%. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel 18.

(7)

Tabel 18. Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2010

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Nanggung 43.605 40.410 84.015 2 Leuwiliang 58.720 54.560 113.280 3 Leuwisadeng 37.033 33.814 70.847 4 Pamijahan 68.991 64.880 133.871 5 Cibungbulang 64.682 60.495 125.177 6 Ciampea 75.915 71.215 147.130 7 Tenjolaya 28.161 26.726 54.887 8 Dramaga 51.017 49.662 100.679 9 Ciomas 76.454 72.713 149.167 10 Tamansari 47.685 44.300 91.985 11 Cijeruk 41.276 37.358 78.634 12 Cigombong 45.288 43.021 88.309 13 Caringin 58.821 55.408 114.229 14 Ciawi 53.421 49.573 102.994 15 Cisarua 58.541 54.114 112.655 16 Megamendung 50.769 46.118 96.887 17 Sukaraja 88.955 84.290 173.245 18 Babakan Madang 53.257 49.792 103.049 19 Sukamakmur 38.620 35.958 74.578 20 Cariu 23.277 22.909 46.186 21 Tanjungsari 25.485 24.529 50.014 22 Jonggol 62.602 60.095 122.697 23 Cileungsi 125.168 121.201 246.369 24 Klapanunggal 48.984 46.041 95.025 25 Gunung Putri 153.895 156.023 309.918 26 Citeureup 101.612 96.768 198.380 27 Cibinong 166.392 160.127 326.519 28 Bojonggede 121.117 115.369 236.486 29 Tajurhalang 49.891 47.364 97.255 30 Kemang 47.499 44.902 92.401 31 Rancabungur 25.952 24.100 50.052 33 Ciseeng 50.963 47.264 98.227 34 Gunung Sindur 52.968 50.030 102.998 35 Rumpin 67.365 61.785 129.150 36 Cigudeg 61.501 55.777 117.278 37 Sukajaya 29.064 26.607 55.671 38 Jasinga 48.226 44.852 93.078 39 Tenjo 34.189 31.888 66.077 40 Parung Panjang 56.995 53.009 110.004 Kabupaten Bogor 2.452.562 2.319.370 4.771.932

(8)

Kepadatan penduduk mencerminkan banyaknya penduduk tiap satuan luas wilayah. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, kepadatan penduduk Kabupaten Bogor adalah hampir 18 orang per ha. Adapun kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Ciomas yaitu mencapai 91 orang per ha, disusul kecamatan Bojonggede sebanyak 80 orang per ha dan Kecamatan Cibinong sebanyak 75 orang per ha.

4.1.5 Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pasca krisis tahun 1997 menunjukkan kecenderungan meningkat, yang dikontribusikan oleh tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan masih tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.

PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp 73,80 triliun, lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 44,79 triliun. Nilai PDRB berdasarkan harga konstan, yaitu semula sebesar Rp 26,54 triliun pada tahun 2006, kemudian naik menjadi Rp 32,53

triliun pada tahun 2010. Sedangkan pendapatan per kapita menurut PDRB harga berlaku, pada tahun 2007 sebesar Rp 12.230.072/kapita/tahun

meningkat menjadi Rp. 15.465.581/kapita/tahun pada tahun 2010.

Selama lima tahun terakhir, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan pada setiap tahun, yaitu semula LPE adalah 4,81% pada tahun 2003, meningkat menjadi 4,32% pada tahun 2009 dan 5,09% pada tahun 2010. Kondisi ini mengungkapkan bahwa telah terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakan di wilayah Kabupaten Bogor, dengan kontribusi terbesarnya berasal dari sektor sekunder.

Kondisi struktur ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2010, bila dilihat berdasarkan nilai PDRB harga berlaku, maka kelompok sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan) memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 67,23%, kemudian sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa lainnya) yakni sebesar 27,18% dan kontribusi terkecil adalah dari sektor primer (pertanian dan pertambangan), yaitu hanya 5,59% dari total PDRB Kabupaten Bogor dan kontribusi dari sektor primer ini menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

(9)

Pertumbuhan ekonomi akan berarti peningkatan kesejahteraan apabila tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut lebih besar dari tingkat inflasi di setiap tahun yang sama. Tingkat inflasi Jawa Barat yang tercatat pada tahun 2008 sebesar 11,11% atau naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2007 (5,1%). Tingkat inflasi di Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi nasional selama tahun 2008 yang sebesar 11,06%.

4.1.6 Aspek Pelayanan Umum 4.1.6.1 Pendidikan

Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan mengalami perubahan fluktuatif. Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Bogor Tahun 2010, angka partisipasi kasar SD/MI sebesar 127,27%, sementara angka partisipasi murni SD/MI sebesar 109,34%. Pada tingkat SMP/MTs, angka partisipasi kasar sebesar 93,67% dan angka partisipasi murni sebesar 81,98%. Sementara itu pada tingkat SMA/MA, angka partisipasi kasar sebesar 42,25% dan angka partisipasi murninya sebesar 40,70%. Banyaknya sekolah di Kabupaten Bogor pada tahun 2007-2008 dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Banyaknya sekolah di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008

Jumlah Sekolah 2007 2008 Negeri Swasta Negeri Swasta SD 1.558 110 1.553 125 SLTP 133 294 144 330 SLTA 32 104 34 110

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2009

4.1.6.2 Kesehatan

Status kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah layanan kesehatan. Efektifitas layanan kesehatan secara makro ditentukan oleh aksesibilitas sarana serta tenaga pemberi layanannya. Sarana kesehatan yang digunakan masyarakat terdiri dari rumah sakit, puskemas dan balai pengobatan. Sedangkan pemberi layanan di antaranya adalah dokter, perawat, bidang dan apoteker. Aksesibilitas juga dipengaruhi oleh luas wilayah layanan serta jumlah yang harus dilayani. Semakin luas wilayah layanan, maka semakin berat upaya yang harus dilakukan untuk menjangkau masyarakat dan dijangkau masyarakat. Demikian pula semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar beban tugas yang harus dilakukan.

(10)

Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2010, rasio cakupan pelayanan kesehatan dasar penduduk dimana perbandingan puskesmas dengan penduduk adalah 1 : 32.185 dan perbandingan pustu dengan penduduk sebesar 1 : 11.981. Selain itu pada tahun 2010, cakupan pelayanan kesehatan dasar gakin sebesar 29,7%, angka kesembuhan TB baru mencapai 59,10%; ibu hamil gizi baik sebesar 91,5%, balita kurang energi protein sebesar 9,9%, balita gizi baik sebesar 88,9%. Pada tahun 2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi baru mencapai 58,05% dan cakupan pelayanan UCI desa/ baru mencapai 67,76%.

4.1.7 Sarana dan Prasarana Umum

Panjang ideal jalan dalam melayani pergerakan masyarakat berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan PDRB Kabupaten Bogor adalah 3.680,60 km. Sedangkan panjang jalan yang ada adalah 1.758.041 km atau 47,77% dari kebutuhan ideal, yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 121.497 km, jalan provinsi 129.989 km dan jalan kabupaten yang bernomor ruas sepanjang 1.506.570 km. Selain itu, terdapat pula jalan-jalan yang tidak bernomor ruas dan jalan-jalan desa dengan jumlah yang terus bertambah pada setiap tahun, akibat pembukaan jalan baru atau peningkatan jalan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat ataupun pengusaha.

Panjang jalan di Kabupaten Bogor sampai dengan bulan Desember 2007 dalam kondisi mantap (kondisi baik dan sedang) adalah sepanjang 1.032,60 km atau 68,54%, sedangkan sisanya sepanjang 473,97 km atau sebesar 31,46% dalam kondisi rusak. Belum maksimalnya infrastruktur transportasi dalam memfasilitasi pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan mantap dan pembangunan jalan-jalan baru serta belum maksimalnya struktur konstruksi jalan. Kondisi tersebut diperburuk dengan tingginya beban lalu lintas yang sering melampaui kapasitas.

Berdasarkan data jumlah bangunan rumah tinggal yang layak huni sebanyak 486.051 bangunan yang ada di Kabupaten Bogor, sampai saat ini yang memiliki IMB baru mencapai 52% sedangkan bangunan lainnya sebanyak 1.807 bangunan antara lain bangunan industri, bangunan perdagangan dan bangunan peribadatan serta perkantoran yang memiliki IMB sebanyak ± 74,2%.

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman seperti, perumahan dan cakupan layanan air bersih sangat penting bagi masyarakat.

(11)

Jumlah rumah di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sebanyak 635.662 unit, dengan jumlah rumah terbanyak terdapat di Kecamatan Ciampea sebanyak 32.243 unit (rumah permanen 13.834 unit dan rumah tidak permanen 18.409 unit), dan jumlah rumah paling sedikit di Kecamatan Rancabungur sebanyak 8.324 unit. Permukiman kumuh tersebar di 187 lokasi pada luas lahan 240 Ha dengan jumlah bangunan sebanyak 7.797 unit dan dihuni oleh 11.220 keluarga (KK). Jumlah rumah yang berdiri di daerah limitasi sebanyak 11.622 rumah dan dihuni oleh 5.442 KK, yaitu terletak di bantaran sungai sebanyak 8.128 rumah dihuni 2.701 KK serta terletak di bawah jaringan listrik tegangan tinggi sebanyak 3.494 rumah dihuni 2.741 KK.

4.1.8 Kebijakan Penataan Ruang

Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bogor mencakup pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagian besar wilayah di sebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Bogor menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor.

Secara umum, tata ruang Kabupaten Bogor terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor.

a. Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya yang terdiri atas penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong, pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan dengan luasan untuk kegiatan kebun campuran 85.202,5 Ha (28,48%), pemukiman 47.831,2 Ha (15,99%), semak belukar 44.956,1 Ha (15,03%), hutan vegetasi lebat dan perkebunan/tanaman tahunan 57.827,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/ tadah hujan 23.794 Ha (7,95%), tanah kosong 36.351,9 Ha (12,15%). Masalah yang dihadapi adalah meningkatnya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian yaitu peningkatan luas permukiman sebesar 4.197 Ha dan menjadi tanah kosong seluas 16.703 Ha, kebun campuran seluas 28.973 Ha, sebagian besar menggunakan lahan

(12)

semak/belukar seluas 1.015 Ha, sawah irigasi seluas 1.028 Ha, kebun campuran seluas 552,6 Ha, sawah tadah hujan seluas 676 Ha, perkebunan 712 Ha, hutan/vegetasi lebat 126 Ha dan badan air 242 Ha. Areal lahan yang mengalami penurunan yaitu pada lahan sawah irigasi seluas 12.367 Ha, sawah tadah hujan seluas 3.401 Ha, perkebunan seluas 2.071 Ha, hutan seluas 2.312 Ha dan badan-badan air seluas 707 Ha;

b. Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk permukiman perkotaan dalam kurun waktu 5 tahun mencapai ± 7.503 Ha. Penggunaan lahan dari kebun campuran 1.863 Ha (17,6%), sawah tadah hujan 1.793 Ha (17%), perkebunan 1.658 Ha (16%) dan sawah irigasi 1.345 Ha (13%), hutan/vegetasi lebat 720 Ha (6,8%) dan badan air 124 Ha (1,2%);

c. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi hutan/vegetasi lebat, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong, kawasan terbangun/pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan. Penggunaan tanah yang dominan adalah penggunaan tanah kebun campuran yaitu mencapai luasan 85.202,5 Ha (28,48%), kawasan terbangun/pemukiman 47.831,2 Ha (15,99%), semak belukar 44.956,1 Ha (15,03%), hutan vegetasi lebat/perkebunan 57.827,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/tadah hujan 23.794 Ha (7,95%), tanah kosong 36.351,9 Ha (12,15%). Komposisi pemanfaatan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006, yaitu untuk kawasan hutan lindung 42.175 Ha (13,30%), kawasan lahan basah 56.888 Ha (17,94%), kawasan lahan kering 47.756 Ha (15,06%), kawasan tanaman tahunan 24.797 Ha (7,82%), kawasan hutan produksi 51.529 Ha (16,25%), kawasan pariwisata 1.681 Ha (0,53%), kawasan permukiman perdesaan 20.326 Ha (6,41%), kawasan permukiman perkotaan 52.036 Ha (16,41%), kawasan pengembangan perkotaan 14.527 Ha (4,60%), kawasan peruntukan industri 5.327 Ha (1,68%).

4.1.9 Lingkungan Hidup

Kabupaten Bogor mempunyai daerah kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung atau produksi. Daerah hutan lindung umumnya terdapat di daerah dataran tinggi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sedangkan hutan produksi relatif terbatas dan menyebar terutama di daerah Cigudeg dan Klapanunggal. Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor seluas 84.047,02 Ha atau sebesar 28,12% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan

(13)

fungsinya dari 84.047,02 Ha kawasan hutan tersebut sebesar 8,67% atau sebesar 25.912,29 Ha merupakan hutan produksi dan sisanya sebesar 19,45% atau sebesar 58.134,73 Ha merupakan hutan lindung. Daerah kawasan hutan tersebut saat ini cenderung berkurang tutupan hutannya. Berdasarkan citra landsat tahun 1999, diketahui kawasan yang bervegetasi hutan adalah seluas 110.720,03 ha atau 37,05%, sedangkan sisanya sebesar 62,95% atau 188.118,27 Ha merupakan kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar. Jika dilihat kondisi citra landsat 2002, maka daerah kawasan lindung yang berhutan tinggal 60%, sedangkan daerah berhutan di kawasan hutan produksi tinggal 20%.

Berdasarkan penutupan vegetasinya, kawasan hutan yang berhutan (bervegetasi hutan) adalah seluas 110.720,03 Ha (37,05%), sedangkan sisanya sebesar 62,95% atau 188.118,27 Ha merupakan kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan yang merupakan sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar.

Kondisi fisik sungai-sungai di DAS dan Sub DAS di bagian Selatan umumnya memiliki beda tinggi antara dasar sungai dengan lahan di sekitar berkisar antara 3 – 5 m, sehingga aliran sungai berpotensi untuk meluap di sekitarnya, baik akibat banjir maupun arus balik akibat pembendungan. Sedangkan untuk bagian Utara-Barat (Cimanceuri dan Cidurian Hilir) beda tinggi antara dasar sungai dan lahan bantaran di sekitarnya umumnya > 5 m, sehingga umumnya menyulitkan untuk pengambilan langsung maupun pembendungan.

Berdasarkan hasil studi “Preliminary Study on Ciliwung Cisadane Flood Control Project, 2001” di Kabupaten Bogor terdapat lokasi yang berpotensi untuk pembuatan waduk, yaitu Waduk Sodong dan Waduk Parung Badak. Waduk ini berfungsi sebagai pengendali banjir maupun irigasi. Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan 3.069 km² dan volume 24.027 juta m³. Sedangkan Waduk Parung Badak berada di bagian Hulu Sungai Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan potensi genangan 2,75 km² dan volume 40.069 juta m³.

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai tahun 2007 diketahui bahwa :

(14)

- Sungai Ciliwung, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III dan IV;

- Sungai Cileungsi, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I – IV;

- Sungai Cisadane, kadar rata-rata dari parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi kelas mutu II dan IV;

- Sungai Kalibaru, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;

- Sungai Cikeas, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;

- Sungai Cikaniki, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I dan II tetapi memenuhi untuk kelas mutu III;

- Sungai Cibeet, kadar rata-rata parameter BOD melampaui kelas mutu I, II dan III tetapi memenuhi untuk kelas mutu IV;

- Sungai Cipamingkis, kadar rata-rata parameter BOD memenuhi untuk kelas mutu IV.

Berdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan Pengairan tahun 2006 di Kabupaten Bogor terdapat sejumlah mata air terdapat danau atau situ sebanyak 95 buah dengan luas 496,28 Ha.

4.2 Gambaran Umum Kawasan Puncak 4.2.1 Aspek Geografis dan Administrasi

Luas total Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2009 adalah seluas 13.107 Ha. Batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Babakan Madang; • Sebelah Barat : Kecamatan Ciomas dan Cijeruk;

• Sebelah Timur : Kecamatan Sukamakmur;

• Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Luas masing-masing desa yang berada di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 20.

(15)

Tabel 20. Luas wilayah di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung

No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas Lahan (Ha)

1 Ciawi Banjarwangi 110,00 Banjarwaru 197,00 Bantarsari 138,00 Bendungan 133,00 Bitungsari 147,00 Bojongmurni 160,00 Ciawi 75,00 Cibedug 260,00 Cileungsi 701,00 Citapen 268,00 Jambuluwuk 101,00 Pandansari 189,00 Telukpinang 125,00 Total 2.604,00 2 Cisarua Batulayang 226,00 Tugu Utara 1.703,00 Cibeureum 1.129,00 Cilember 200,00 Cisarua 200,00 Citeko 603,00 Jogjogan 154,00 Kopo 435,00 Leuwimalang 135,00 Tugu Selatan 1.713,00 Total 6.498,00 3 Megamendung Cipayungdatar 775,00 Cipayunggirang 235,00 Gadog 194,00 Megamendung 1.200,00 Kuta 180,00 Sarimahi 196,00 Sukagalih 247,00 Sukakarya 339,00 Sukamaju 210,00 Sukamanah 181,00 Sukaresmi 249,00 Total 4.006,00 Jumlah 13.107,00

(16)

4.2.2 Aspek Klimatologi

Berdasarkan klasifikasi Oldeman tipe iklim di Kawasan Puncak termasuk pada tipe B2 dan C1. Setiap tipe iklim menunjukkan perbedaan kondisi bulan basah dan bulan kering. Tipe iklim B2 merupakan daerah yang mempunyai 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering. Sedangkan tipe iklim C1 yaitu daerah yang mempunyai 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering. Bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 100 mm. Tipe iklim B2 terdapat di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung. Sedangkan tipe ikllim C1 terdapat di Kecamatan Ciawi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun pengamatan Dramaga, jumlah curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Bogor tercatat cukup tinggi, yaitu mencapai 4.095 mm. Sedangkan pada stasiun pengamatan Citeko, jumlah curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Bogor mencapai 4.251 mm. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa rata-rata jumlah curah hujan pada Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Megamendung adalah 292,59 mm. Curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Cisarua, yaitu 324 mm/tahun. Kecamatan Megamendung memiliki curah hujan, yaitu 316,25 mm/tahun dan curah hujan pada Kecamatan Ciawi yaitu 247,51 mm.

Suhu udara di daerah penelitian 14,80 Celsius – 26.60 Celsius. Suhu terendah pada umumnya terjadi pada bulan November dan Desember, sedangkan suhu udara tertinggi terjadi pada bulan April sampai Mei. Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, suhu udara mempunyai hubungan dengan ketinggian, suhu udara rata-rata terendah (14,80C) terdapat di sekitar Gunung mas, sedangkan suhu udara tertinggi terjadi di Kecamatan Ciawi.

4.2.3 Aspek Geomorfologi

Berdasarkan kondisi lereng dan beda tinggi, terdapat 4 (empat) satuan morfologi yaitu pedataran tinggi, bergelombang landai, perbukitan terjal dan pegunungan. Uraian kondisi setiap satuan morfologi tersebut sebagai berikut:

1) Morfologi pedataran tinggi

Satuan morfologi ini mempunyai lereng kurang dari 8% terletak pada elevasi antara 800 dan 1.300 meter di atas muka laut. Batuan penyusun morfologi

(17)

pedataran tinggi adalah lahar dan breksi hasil erupsi Gunung Gede. Sungai-sungai yang mengalir berpola sub-dendritik dengan lembah-lembah Sungai-sungai yang landai;

2) Morfologi bergelombang landai

Kabupaten Bogor berada pada elevasi 1.000 sampai 1.500 meter dari muka laut. Morfologi bergelombang umumnya merupakan kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Kemiringan lereng pada morfologi bergelombang landai umumnya antara 8 - 25%. Batuan penyusun morfologi ini lava dan breksi dengan sungai-sungai yang terdapat pada morfologi bergelombang landai adalah dendritik-paralalel dengan lembah-lembahnya yang curam;

3) Morfologi perbukitan terjal

Morfologi perbukitan terdapat dibagian tengah Kawasan Puncak, berada di antara satuan morfologi bergelombang landai dan pegunungan terjal. Morfologi ini mempunyai kemiringan lereng berkisar dari 2% sampai lebih 40%, tersusun oleh satuan breksi dan tufa. Elevasi terendah pada morfologi perbukitan terjal adalah 1.400 meter dari muka laut dan elevasi tertinggi yaitu 1.950 meter dari muka laut. Sungai-sungai yang mengalir berpola sub radial-sub paralel. Secara administratif morfologi ini termasuk Kecamatan Cisarua;

4) Morfologi pegunungan sangat terjal

Morfologi pegunungan terjal merupakan bagian lereng daerah pegunungan. dengan puncak-puncaknya antara lain Gunung Telaga (1.725 meter dpl), Gunung Halang (1.253 meter dpl) dan Gunung Cadasgantung (1.115 meter dpl). Elevasi berkisar antara 825 dan 1.725 meter di atas muka laut dengan kemiringan lereng > 40%. Satuan morfologi ini tersusun oleh endapan volkanik seperti tufa dan breksi. Sungai-sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini berpola dendritik.

4.2.4 Aspek Geologis

Stratigrafi Zona Bogor terdiri dari urutan-urutan pelapisan sedimen neogen yang tebal dengan batuan dasar tidak diketahui. Zona Bogor disusun oleh batuan klastika, yaitu batu pasir, batu lempung, napal dan konglomerat dengan lensa-lensa batu gamping serta endapan hasil kegiatan gunung api. Kawasan perencanaan pada dasarnya tersusun oleh enam satuan litologi. dimana sifat umum dari setiap satuan litologi tersebut adalah:

(18)

1) Breksi dan lahar

Umumnya tersingkap dalam keadaan lapuk sehingga komponennya mudah lepas. berwarna coklat tua. Breksi yang segar berwarna abu-abu kecoklatan, sangat keras dan kompak, permeabilitasnya rencah (orde 107 cm/detik), stabil pada kedudukan lereng sangat curam. Lahar umumnya berwarna abu-abu agak kecoklatan, agak terkonsolitasi atau lepas, permeabilitasnya rendah hingga besar, umumnya membentuk lereng landai, agak mudah digali dengan peralatan sederhana seperti cangkul dan lainnya. Tanah pelapukannya berupa lempung hingga lempung pasiran setempat bercampur kerikil berwarna coklat hingga coklat tua kemerahan, plastik bila lembab, keras bila kering, permeabilitasnya sangat rendah, di daerah lereng landai datar, yaitu pada punggungan lereng Gunung Gede ketebalannya bervariasi antara 2-15 meter;

2) Lava

Bersusunan andesit atau basalt. umumnya tersingkap baik agak lapuk. Batu segar dijumpai setelah penggalian tanah pelapukan setebal 1-5 meter yang segar biasanya berkekar atau berongga abu-abu tua, kompak dan sangat keras. Permeabilitasnya sangat rendah, peresapan air hujan hanya dapat terjadi melalui bidang-bidang kekar dan rongga. Tanah pelapukannya berupa lempung laterik yang bersifat plastis dengan permeabilitasnya rendah. berwarna coklat kemerahan;

3) Tufa

Umumnya telah melapuk menjadi lempung, biasanya bercampur dengan batu apung dan pasir, mudah hancur atau gembur, permeabilitas sedang;

4) Batu Pasir Kuarsa

Batu pasir kuarsa yang segar berwarna coklat kelabu hingga kuning kecoklatan. bersifat sangat kompak dan keras, biasanya berkekar, stabil pada kedudukan lereng curam, permeabilitas rendah, penerusan air hanya terjadi melalui bidang-bidang kekar atau rekahan. Tanah pelapukannya berupa lempung pasiran hingga pasir lempungan. merah kecoklatan, gembur, permeabilitas rendah hingga sedang, ketebalannya antara 1-6 meter;

(19)

5) Tufa dan Breksi

Berwarna coklat kelabu, kompak, setempat dijumpai berkekar, keras, permeabilitas rendah. Tanah pelapukannya berupa lempung hingga lempung pasiran coklat kemerahan dan plastis;

6) Breksi Aliran

Tersingkap lapuk. masih bersifat kompak dan agak keras membentuk daerah perbukitan tinggi berlereng curam. Tanah pelapukannya berupa lempung coklat merah, plastis, ketebalan antara 0-3 meter.

4.2.5 Aspek Tanah

Kawasan Puncak tersusun oleh tiga jenis tanah, yaitu regosol, andosol dan latosol. Sifat-sifat umum dari jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Regosol

Regosol terbentuk dari hasil pelapukan abu/pasir volkan. membentuk morfologi perbukitan terjal dan pegunungan sangat terjal (geomorfologi perbukitan dan pegunungan volkanik). Pada Kawasan Puncak jenis tanah ini terdapat di puncak perbukitan dan pegunungan volkan. Jenis tanah ini berwarna coklat tua (7.5 YR 3/2) dengan tekstur lempung berliat, gumpal bersudut, plastis (basah), gembur (lembab) dan keras (kering). Kesuburan jenis tanah ini rendah dengan kandungan bahan organik sangat rendah sampai sedang (0,37-2,41%). kapasitas tukar kation (KTK) rendah sampai sedang (7,0-17,8%), kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi (35-71%), P2O5 sangat rendah (1-8 ppm) dan K2O tinggi sampai sangat tinggi (42-62 ppm);

2) Andosol

Jenis tanah ini membentuk morfologi perbukitan terjal dan pegunungan sangat terjal. tersusun dari hasil pelapukan abu/pasir volkan. Warna tanah coklat kemerahan (5 YR 3/2), kelabu (5 YR 3/3), coklat tua (7,5 YR 3/2) dan coklat sangat tua kekelabuan (10 YR 3/2). Tekstur liat berdebu, gumpal, tidak lekat dan tidak plastis sampai plastis (basah) dan gembur (lembab). Kesuburan jenis tanah ini rendah dengan pH masam sampai netral masam (pH=5,5 – 7,0) kandungan bahan organik rendah sampai sedang (1,64 – 2,63%), Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi (31,2 – 33,9), kejenuhan basa

(20)

rendah (23-25%), P2O5 sangat rendah sampai rendah (3-20 ppm) dan K2O sangat rendah sampai sedang (5-25 ppm);

3) Latosol

Latosol terbentuk dari hasil pelapukan abu/pasir volkan, membentuk morfologi dataran tinggi, bergelombang halus dan perbukitan terjal. Warna tanah ini merah kotor (2,5 YR 3/2), coklat tua kemerahan (5 YR 3/2, 5 YR 3/3) dan coklat tua kekuningan (5 YR 3/2), coklat tua sampai merah tua kekelabuan (7,5 YR 4/2 – 5 YR 4/2) dan coklat tua (7,5 YR 4/2), liat, agak remah dan agak plastis. Kesuburan jenis tanah ini rendah dengan pH masam sampai agak masam (pH = 5,5 – 6,5), kandungan bahan organik sangat rendah sampai rendah (0,37 – 2,46%), kapasitas tukar kation (KTK) tinggi (15,7 – 30,8), kejenuhan basa (KB) rendah (24 – 42%). P2O5 sangat rendah sampai rendah (2-16 PPM) dan K2O sangat rendah sampai rendah (0,37 – 2,46 ppm).

4.2.6 Aspek Hidrologi

Secara hidrologi Kawasan Puncak terbagi dalam dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciliwung di Kawasan Puncak Bogor dan DAS Citarum/Sub DAS Cikundul di Kawasan Puncak – Cianjur Kedua DAS tersebut berbatasan hampir di tengah-tengah, sehingga aliran Sungai Ciliwung mengalir ke Utara ke Teluk Jakarta dan Sungai Cikundul mengalir ke Selatan dan bermuara ke Waduk Cirata.

DAS Ciliwung yang berada di Kawasan Puncak – Bogor memiliki 19 anak sungai. dengan total panjang anak-anak sungai Ciliwung di Kecamatan Ciawi: 47 km dan di Kecamatan Cisarua/ Megamendung: 68,5 km. Debit air sungai DAS Ciliwung di Kawasan Puncak bervariasi sungai Ciliwung mempunyai debit maksimum 42,2 m3/detik sedang debit-debit anak sungainya mempunyai debit minimum 3,2 m3/detik. Sungai yang ada di Kawasan Puncak Cianjur adalah Sungai Cikundul, Sungai Cisarua, Sungai Cianjur, Sungai Cibeet. Secara umum sifat fisik air sungai di bagian tengah dan hilir berwarna agak keruh. Hal ini disebabkan pengaruh limbah domestik (rumah tangga), sedangkan air sungai di bagian hulu cukup jernih dan tidak berbau. Pemanfaatan air sungai selain untuk keperluan rumah tangga juga dipakai untuk pengairan pesawahan, baik melalui irigasi tradisional, semi teknis maupun teknis. Tataan air tanah di kawasan Puncak akan diuraikan sebagai berikut:

(21)

1) Air Tanah Dangkal

Pada Wilayah Ciawi, muka air tanah secara berangsur ke arah Utara semakin dangkal dengan kisaran 0,5 – 15 di bawah permukaan tanah setempat, dengan kedalaman sumur antara 1 – 9 m umumnya akan searah dengan kemiringan lereng dan membentuk pola yang relatif radial;

2) Air Tanah Dalam

Lapisan pembawa air (aquifer) air tanah dalam pada umumnya terdiri dari batu pasir kurang padu. batupasir tufaan, berumur tersier dan kwarter tua. Lapisan pembawa air di Ciawi relatif lebih tipis dibandingkan dengan daerah lainnya dalam lingkup Kabupaten Bogor;

3) Air Permukaan

Kawasan Puncak (Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Megamendung) yang termasuk dalam DAS Ciliwung memiliki total panjang anak-anak sungai Ciliwung di Kecamatan Ciawi sepanjang ± 47 km serta Kecamatan Cisarua dan Megamendung ± 68,5 km.

Debit air maksimum sungai DAS Ciliwung 42,2 m³/detik sedang debit-debit minimum anak sungainya 3,2 m³/detik. Pemanfaatan air sungai selain untuk keperluan rumah tangga juga dipakai untuk pengairan persawahan, baik melalui irigasi tradisional, semi teknis maupun teknis. Luas untuk masing-masing DAS/sub DAS yang terdapat di Kawasan Puncak dapat dilihat pada tabel 21.

(22)

Tabel 21. Luas DAS yang terdapat di Kawasan Puncak

Kecamatan Kelurahan/Desa DAS Sub DAS Luas (Ha)

CIAWI Banjarwangi Ciliwung Ciliwung 3,34

Cisadane Cipinang 108,43

Banjarwaru Ciliwung Ciliwung 56,56

Cisadane Cipinang 91,14

Bantarsari Ciliwung Ciliwung 76,64

Cisadane Cipinang 97,39

Bendungan Ciliwung Ciliwung 155,47

Cisadane Cipinang 0,38

Bitungsari Cisadane Cipinang 169,66

Bojongmurni Ciliwung Ciliwung 931,42

Cisadane Cipinang 481,8

Ciawi Ciliwung Ciliwung 66,37

Cisadane Cipinang 79,14

Cibedug Cisadane Cipinang 526,39

Cileungsi Cisadane Cipinang 843,21

Citapen Cisadane Cipinang 290,3

Jambuluwuk Ciliwung Ciliwung 40,17

Cisadane Cipinang 317,28

Pandansari Ciliwung Ciliwung 225,48

Telukpinang Cisadane Cipinang 155,2

Total 4.715,77

CISARUA Batulayang Ciliwung Ciliwung 273,9

Cibeureum Ciliwung Ciliwung 1.111,17

Cilember Ciliwung Ciliwung 296,68

Cisarua Ciliwung Ciliwung 246,97

Citeko Ciliwung Ciliwung 583,06

Jogjogan Ciliwung Ciliwung 236,31

Kopo Ciliwung Ciliwung 659,47

Leuwimalang Ciliwung Ciliwung 131,54

Tugu Selatan Ciliwung Ciliwung 2.662,38

Tugu Utara Ciliwung Ciliwung 1.192,76

Total 7.394,24

MEGAMENDUNG Cipayungdatar Cileungsi Cikeas 19,98

Ciliwung Ciliwung 953

Cipayunggirang Ciliwung Ciliwung 192,69

Gadog Ciliwung Ciliwung 191,58

Kuta Ciliwung Ciliwung 552,49

Megamendung Cileungsi Cikeas 18,36

Ciliwung Ciliwung

2.476,97

Sukagalih Ciliwung Ciliwung 405,65

Sukakarya Ciliwung Ciliwung 435,04

Sukamahi Ciliwung Ciliwung 258,22

Sukamaju Ciliwung Ciliwung 247,8

Sukamanah Ciliwung Ciliwung 175,12

Cisadane Cipinang 14,49

Sukaresmi Ciliwung Ciliwung 238,14

Cisadane Cipinang 63,37

(23)

Selain sungai. badan air lainnya adalah situ atau telaga. Terdapat dua buah situ yang terletak di Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua, yaitu Situ Ciburial (luas 0,75 Ha dengan kondisi baik) serta Situ Telaga Warna (luas 1,50 Ha dengan kondisi baik).

4.2.7 Aspek Tutupan Lahan

Sebelum tahun 2000, kenaikan tutupan lahan permukiman relatif lambat yaitu dari 3,96% pada tahun 1992 menjadi 8,49% pada tahun 2000, atau meningkat sebesar 4,53%, akan tetapi setelah tahun 2000 kenaikan tutupan lahan relatif lebih cepat selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai dengan 2006, tutupan lahan permukiman meningkat sebesar 12%, dengan data pada tabel 22 sebagai berikut:

Tabel 22. Persentase tutupan lahan Tahun 1992, 1995, 2000 dan 2006

No Penggunaan 1992 (%) 1995 (%) 2000 (%) 2006 (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Permukiman Vegetasi lebat/hutan Perkebunan Lahan Kering

Lahan basah/badan air Lain-lain Jumlah 3,96 41,62 14,93 35,85 2,00 1,84 100,00 5,72 39,73 13,15 36,62 4,78 0,00 100,00 8,49 37,76 13,41 36,42 3,35 0,57 100,00 20,17 29,55 12,80 33,80 3,67 0,00 100,00 Sumber: Dewi 2010.

4.2.8 Kondisi Sarana Prasarana 4.2.8.1 Sarana Pendidikan

Fasilitas pendidikan pada tiga kecamatan di Kawasan Puncak pada tahun 2008 didominasi oleh fasilitas pendidikan Sekolah Dasar. Fasilitas pendidikan dengan jumlah terkecil adalah fasilitas pendidikan SMU. Fasilitas pendidikan SD terbanyak terdapat di Kecamatan Megamendung yaitu di Desa Cipayung Datar dengan jumlah 12 unit. Sementara jumlah fasilitas pendidikan terkecil terdapat di Desa Kuta dan Desa Sukaresmi masing-masing hanya 1 unit. Fasilitas pendidikan SD di Kecamatan Cisarua terbanyak di Desa Cisarua sebanyak 6 unit, sedangkan jumlah fasilitas terkecil di Desa Batulayang dan Desa Leuwimalang sebanyak masing-masing 1 unit. Jumlah SD Kecamatan Ciawi seluruhnya adalah 29 unit dengan jumlah terbanyak di Desa Bendungan sebanyak 5 unit dan terkecil di Desa Bojongresmi, Bitungsari dan Banjarwaru

(24)

Sukaresmi masing-masing sebanyak 1 unit. Jumlah fasilitas pendidikan di Kawasan Puncak dapat dilihat pada tabel 23 berikut.

Tabel 23. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung

KECAMATAN TK SD SLTP SLTA

CISARUA 8 32 5 4

CIAWI 21 29 14 10

MEGAMENDUNG 3 38 5 4

Sumber : BPS Kab Bogor 2009

4.2.8.2 Sarana Kesehatan

Fasilitas kesehatan di wilayah penelitian didominasi oleh fasilitas posyandu. dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Megamendung sebanyak 136 unit. Sementara fasilitas kesehatan dengan jumlah terkecil adalah rumah sakit, yaitu masing-masing 1 unit di Kecamatan Cisarua dan Ciawi. Fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Ciawi terdapat di Desa Banjarwaru dan Desa Bendungan masing-masing sebanyak 15 unit dan terendah di Desa Banjarwangi sebanyak 8 unit. Fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Megamendung terdapat di Desa Cipayung Datar sebanyak 26 unit, sedangkan jumlah fasilitas terkecil di Desa Sukakarya sebanyak 4 unit. Fasilitas kesehatan di Kecamatan Cisarua jumlah terbesar terdapat di Desa Kopo sebanyak 30 unit. Sedangkan jumlah terkecil terdapat di Desa Leuwimalang sebanyak 8 unit. Data selengkapnya tercantum pada tabel 24.

Tabel 24. Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung

Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Pos KB Balai Pengobatan

Cisarua - 1 98 9 2

Ciawi 1 3 126 13 8

Megamendung 1 5 136 10 5

Sumber : BPS Kab Bogor 2009

4.2.9 Kondisi Sosial Kependudukan

Penduduk di wilayah penelitian pada akhir tahun 2008 sebanyak 374.312 jiwa dengan kepadatan sebesar 1.442 jiwa/km2. Perkembangan tertinggi terdapat di Kecamatan Cisarua yaitu sebesar 4,06% per tahun. Kecamatan lainnya

(25)

berturut-turut Kecamatan Cisarua (86.758 jiwa), Megamendung (73.759 jiwa) dan Ciawi (69.473 jiwa). Kawasan Puncak memiliki karakteristik sosial yang khas. Terdapat lebih dari 300majelis taklim dan pesantren yang tersebar di sepanjang koridor jalan di kawasan Puncak sehingga membentuk masyarakat Puncak menjadi religius.

Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap jenis aktifitas wisata yang dikembangkan yang harus sejalan dengan karakteristik masyarakat Puncak. Contoh nyata dari pentingnya memperhatikan kondisi masyarakat setempat dalam mengembangkan jenis dan daya tarik wisata di kawasan Puncak yaitu terjadinya resistensi/penolakan terhadap aktifitas ”wisata malam/hiburan malam”, seperti: pub, diskotik, cafe/karaoke dan lain-lain.

Kawasan Puncak merupakan daerah tujuan wisata dengan pasar wisatawan utama berasal dari Jakarta yang memiliki beranekaragam latar belakang kondisi sosial budaya. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap kondisi sosial budaya masyarakat setempat. baik pengaruh positif maupun negatif. Proses alih mata pencaharian yang dulunya sebagai petani dan pemilik lahan menjadi penjaga villa akibat alih fungsi lahan dan alih kepemilikan lahan merupakan salah satu contoh dampak dari keberadaan Puncak sebagai kawasan wisata terhadap masyarakat setempat.

Aspek sosial budaya masyarakat lokal pada akhirnya menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam setiap rencana pengembangan pariwisata. baik dalam fasilitas dan prasarana pendukung wisata serta pemilihan jenis daya tarik dan atraksi wisata karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan rencana produk wisata yang ditawarkan.

4.2.10 Kondisi Aksesibiltas dan Transportasi

4.2.10.1 Aksesibilitas

Kawasan wisata Puncak memiliki tiga gateway utama. yakni: (1) Ciawi dan Megamendung di Utara tepatnya pintu keluar tol Jagorawi di Gadog dan Ciawi untuk wisatawan dari arah Bogor. Jakarta dan sekitarnya; (2) Cisarua, daerah batas Bogor – Cianjur untuk pintu masuk wisatawan dari arah Cianjur, Bandung dan sekitarnya; dan (3) Cijeruk, daerah batas Bogor-Sukabumi untuk wisatawan dari Sukabumi dan sekitarnya.

(26)

Gambar 11. Gateway (pintu masuk) ke Kawasan Puncak (Kab.Bogor, 2008).

Pusat pelayanan pariwisata kawasan Puncak eksisting saat ini secara administratif adalah di Kecamatan Cisarua dan Megamendung yang berada pada koridor jalan raya Bogor-Puncak-Cianjur. Elemen-elemen pusat pengembangan pariwisata berupa fasilitas pelayanan dan prasarana pendukung pariwisata di Kawasan Wisata Puncak terkonsentrasi di kedua kecamatan tersebut. Lokasi fasilitas pelayanan dan prasarana pariwisata terpusat pada koridor jalan raya Puncak di kawasan perkotaan Cisarua dan Megamendung. Fasilitas pelayanan dan prasarana pariwisata tersebut pada dasarnya melayani kebutuhan masyarakat lokal (fasilitas perkotaan) dan juga melayani kebutuhan wisatawan.

4.2.10.2 Transportasi

Berkenaan dengan konstelasi regional, sistem jaringan jalan di Kawasan Puncak, yaitu mulai dari Kota Bogor sampai dengan Kota Cianjur melalui Ciawi. Cisarua dan Cipanas ditetapkan sebagai jaringan jalan kolektor primer. Pada sisi pengelolaan jalan, ruas jalan tersebut masuk dalam pengelolaan jalan provinsi artinya sistem perencanaan. pembangunan dan pemeliharaan jalan tersebut diprioritaskan didanai APBD Provinsi Jawa Barat.

Pada jaringan jalan kolektor primer tersebut, volume lalu lintas akan meningkat dengan cepat pada waktu akhir minggu (week end), terutama pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Intensitas kegiatan tersebut sering menimbulkan kemacetan dalam bentuk antrian yang sangat panjang di Kawasan Puncak. Kondisi ini sangat merugikan terutama bagi masyarakat yang akan melakukan pergerakan menerus tanpa harus melakukan maksud kegiatan pariwisata di Kawasan Puncak.

gateway

gateway

gateway

Kelompok atraksi / objek wisata

PPP Hinterland Hinterland Hinterland Hinterland Hinterland Koridor wisata Koridor wisata

(27)

Upaya pengaturan lalu-lintas dilakukan dalam bentuk pengaturan sistem pergerakan satu arah pada jam-jam tertentu dan sistem pengalihan arus lalu-lintas, terutama untuk kendaraan besar (seperti bus dan truk) untuk tidak melalui Kawasan Puncak melainkan melalui jalur Sukabumi. Terdapat empat fungsi jalan yang berada di wilayah Kawasan Puncak, yaitu:

a. Arteri Primer

Jalan regional yang terdapat di Kecamatan Ciawi sebagai jalan penghubung menuju jalan tol. Panjang jalan ini adalah sekitar 0,22% dari total panjang jalan di Kawasan Puncak. Selain jalan regional yang berfungsi sebagai jalan arteri tersebut, wilayah ini pun dilalui oleh jalan tol yang terdapat di Kecamatan Ciawi. Panjang jalan tol tersebut adalah sekitar 0,68% dari total panjang jalan;

b. Kolektor

• Kolektor primer

Jalan regional yang menghubungkan Kota Cianjur – Kota Bogor;

• Kolektor sekunder

Meliputi jalan Desa Teluk Pinang – Banjarwangi – Jambuluwuk. Jalan Desa Bendungan – Sukamaju. Jalan Gadog – Sukamahi – Sukamanah – Sukagalih – Kuta – Kopo. Jalan Desa Cilember – Jogjogan Cisarua;

c. Lokal sekunder

Meliputi jalan-jalan desa yang menghubungkan desa pusat pertumbuhan (DPP) dengan jaringan jalan kolektor primer dan Jalan kolektor sekunder;

d. Jalan setapak

Guna lebih jelasnya mengenai panjang jalan di wilayah Puncak dapat dilihat pada tabel 25.

(28)

Tabel 25. Panjang jalan di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung

No Kecamatan Kelas Jalan Panjang (m)

1 Ciawi Jalan Arteri 1.610,13

Jalan Kolektor 3.382,50

Jalan Lokal 26.747,98

Jalan Setapak 90.375,22

Jalan Toll 5.121,29

127.237,12

2 Cisarua Jalan Kolektor 15.598,80

Jalan Lokal 34.015,55

Jalan Setapak 325.584,36

375,198,71

3 Megamendung Jalan Kolektor 6.229,12

Jalan Lokal 29.260,83

Jalan Setapak 219.324,07

254.814,02

Jumlah Total 757.249,85

Sumber : Kab. Bogor, 2008.

Kemacetan yang sering terjadi adalah akibat dari bertumpuknya pergerakan lokal dengan pergerakan langsung (regional) di pusat kegiatan perkotaan Kawasan Puncak, yaitu terutama di Ciawi (sekitar perempatan ke arah Bogor - Sukabumi - Puncak dan Megamendung), kemudian di sekitar Megamendung (di sekitar pasar Cipayung), di Cisarua (terutama disekitar Pasar Cisarua sampai dengan Taman Safari) dan di sekitar Cipanas (mulai dari Pasar Cipanas sampai dengan pertigaan ke kantor Kecamatan Pacet). Selain itu kemacetan disebabkan juga oleh kurangnya disiplin pengendara terutama pengendara angkutan umum serta pengaruh dari hambatan samping jalan yang cukup tinggi. Jalan Raya Puncak sebagai jaringan jalan utama (kolektor primer) merupakan pembentuk struktur Kawasan Puncak, sehingga dengan hanya mengandalkan satu ruas jalan (single line) ini maka bentuk kawasan perkotaan yang terjadi, cenderung mengarah pada pola linier.

Secara umum terdapat beberapa trayek angkutan umum yang melintasi Kawasan Puncak. Berdasarkan Peraturan Bupati Bogor No. 16 Tahun 2008. beberapa trayek angkutan umum yang melintasi wilayah perencanaan diantaranya dapat dilihat pada tabel 26.

(29)

Tabel 26 Trayek, jurusan, jarak tempuh, jumlah maksimal kendaraan dan warna kendaraan angkutan umum yang melintasi Kawasan Puncak

No Kode

Trayek Lintasan Trayek

Jarak Tempuh (Km) Jumlah Maksimal Kendaraan Warna Kendaraan Dasar Strip

1 20 Ciawi - Cigombong 15 25 Biru Biru Tua

2 02.C Pasir Muncang - Ciawi 9 100 Biru Biru Tua

3 T.02.A Ciawi – Toll Jagorawi – Gunung Putri

30 50 Biru Biru Tua

4 T.02 Ciawi – Toll Jagorawi - Cileungsi

47 50/25 Biru Biru Tua

Sumber: Kab. Bogor ,2008.

Kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di Kawasan Puncak saat ini salah satunya ditimbulkan oleh banyaknya parkir kendaraan di badan jalan. sehingga berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kemampuan jalan dalam menampung kendaraan. Kegiatan perdagangan dan jasa tersebar secara linier tidak diimbangi dengan keberadaan lokasi parkir yang memadai. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap penurunan kapasitas jalan :

• Lebar perkerasan makin sempit

• Jalur lalu lintas 2 arah lebih berpengaruh dari pada 1 arah; • Jalur parkir 2 tepi lebih berpengaruh dari pada 1 tepi; • Sudut parkir makin besar sudut parkir makin berpengaruh. 4.2.11 Kondisi Obyek Wisata

Kawasan Puncak memiliki banyak objek-objek wisata, baik objek wisata yang sudah definitif, non definitif maupun potensi objek-objek wisata yang masih belum dikembangkan. Objek-objek wisata di Kawasan Puncak sebagian besar menawarkan daya tarik wisata alam. Hal ini karena kawasan Puncak memiliki lingkungan pendukung alam pegunungan dengan kondisi suhu udara yang sejuk dengan suasana yang hijau dan asri.

Identifikasi aktifitas wisata ditujukan untuk mengetahui lebih lanjut jenis wisata dari objek wisata yang terdapat di Kawasan Wisata Puncak berdasarkan tipologi jenis dan daya tarik atraksi. baik objek wisata definitif, non definitif dan potensi objek wisata. Objek-objek wisata di kawasan Puncak berdasarkan karakteristiknya didominasi oleh objek wisata alam (ecotourism) dengan daya

(30)

tarik yang ditawarkan berupa atraksi alam. Daya tarik ecotourism tersebut sesuai dengan definisinya tercantum pada tabel 27 sebagai berikut:

Tabel 27. Tipologi jenis dan atraksi wisata Kawasan Puncak

NO OBJEK

WISATA

SIFAT PENGELOLAAN

TIPOLOGI AKTIFITAS

WISATA KAWASAN JENIS ATRAKSI 1 Taman Safari Definitif Jenis wisata alam dalam

kawasan yang dilindungi ditunjang oleh wisata alam nature related

pengamatan satwa, jalan (safari trek), taman rekreasi dan permainan 2 Wisata Agro

Gunung Mas

Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang tidak dilindungi

tea walk, terbang

laying, melihat pemandangan, taman bermain, camping 3 Curug Cilember Definitif Jenis wisata alam dalam

kawasan yang dilindungi

pengamatan satwa dan flora, melihat pemandangan,

camping

4 Panorama Alam Riung Gunung

Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang tidak dilindungi

melihat

pemandangan, tea

walk

5 Telaga Warna Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang dilindungi

pengamatan flora dan satwa, melihat pemandangan, ziarah 6 Taman Bunga

Melrimba

Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang dilindungi

pengamatan flora 7 Taman

Rekreasi Megamendung Permai

Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang dilindungi

taman rekreasi dan permainan

8 Wisata Agro Ciliwung

Potensi Jenis wisata alam dalam kawasan yang tidak dilindungi melihat pemandangan, tea walk, outbond 9 Wana Wisata Citamiang

Potensi Jenis wisata alam dalam kawasan yang dilindungi

melihat

pemandangan. tea walk. camping 10 Curug Panjang Potensi Jenis wisata alam dalam

kawasan yang dilindungi

melihat pemandangan 11 Koridor Jalan Raya Puncak Bogor (kebun teh)

Non Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang dilindungi

belanja buah-buahan/sayuran, melihat pemandangan 12 Taman Wisata Matahari

Definitif Jenis wisata alam dalam kawasan yang tidak dilindungi

Sumber: Disbudpar, 2003.

Keterangan:

 Definitif (dicirikan dengan adanya pengelola khusus dan dikenakan retribusi/tiket)

 Non Definitif (tidak dikelola khusus, tidak dikenakan retribusi namun menjadi tujuan wisata)  Potensi (berupa potensi objek wisata yang dapat dikembangkan

(31)

Ecotourism merupakan salah satu segmen dari pariwisata alam yang mengutamakan elemen alam sebagai atraksinya yang dapat dibagi lebih lanjut dalam: (1) wisata di kawasan yang dilindungi (protected areas), seperti taman nasional, hutan wisata dan hutan raya wisata dan juga kawasan milik swasta seperti perkebunan, kebun raya dan sebagainya; (2) wisata di kawasan wisata yang tidak dilindungi.

Ecotourism lebih lanjut didefinisikan melakukan perjalanan ke kawasan alam yang relatif masih asli dan tidak tercemar, dengan minat khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan tumbuhan liar, satwa liar dan manifestasi budaya dengan pengalaman yang dicari wisatawan adalah berkunjung ke tempat alami dan eksotik, kesempatan bersatu dengan alam dan budaya lokal, menjauh dari rimba beton dengan hal-hal mewah dari kehidupan modern.

Objek wisata di Kawasan Pariwisata Puncak didominasi oleh objek wisata alam. Hal tersebut tak terlepas dari karakteristik lingkungan pendukungnya, yakni: berada pada daerah perbukitan yang berhawa sejuk, lokasi yang mudah dicapai, memiliki areal kebun teh yang menjadi ciri khas Kawasan Puncak. Gambaran kondisi beberapa objek tempat wisata di Kawasan Puncak adalah sebagai berikut:

1) Taman Safari Indonesia

Taman Safari Indonesia (TSI) merupakan taman margasatwa yang dikombinasikan dengan rekreasi alam buatan dan merupakan kawasan perlindungan alam nutfah eks-situ. Beragam binatang jinak maupun buas didatangkan dari seluruh benua, jumlah binatang diperkirakan sekitar 2.500 ekor. TSI berlokasi di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua. Taman Safari merupakan objek wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Puncak. Hal ini terlihat dari data kunjungan wisatawan dengan jumlah yang paling dominan. Jumlah wisatawan per tahun mencapai lebih dari 1 juta baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

TSI ditunjang dengan berbagai sarana hiburan dan berbagai bentuk wahana permainan yang lengkap seperti jet coaster, mini kora-kora, sepeda air, kereta api, cangkir raksasa, bianglala, go kart, kereta anak serta karnaval tempat menginap, restoran dan trek safari bagi peminat hiking. Jalur jalan

(32)

untuk mencapai lokasi TSI dapat ditempuh dengan rute Bandung-Cianjur-Puncak-Taman Safari Indonesia (99,5 Km) atau Bogor-Ciawi-Cisarua-Taman Safari Indonesia (22,5 Km).

Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara ke Taman Safari Indonesia dapat dilihat pada tabel 28 berikut:

Tabel 28. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Taman Safari Indonesia Tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 723.219 702.773 675.263 690.945 613.791 632.205 6.584 7.308 43.102 8.837 7.463 7.687 729.803 710.081 718.365 699.782 621.254 639.892 Sumber : Disbudpar, 2009 2) Telaga Warna

Telaga warna adalah objek dan daya tarik wisata berupa telaga atau danau kecil yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Kawasan utama yang ditawarkan yaitu telaga dan wisata ziarah dan dibuka untuk umum pada bulan Juni 1981. Telaga Warna terletak disekitar Puncak Pass dan tidak jauh dari jalan Raya Bogor – Cianjur masuk kedalam wilayah Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua. Jarak dari pintu keluar tol Jagorawi (Gadog) ± 20 km. Aksesibilitas menuju Telaga Warna tergolong baik. tempat ini dengan mudah dapat dicapai oleh berbagai jenis kendaraan dari Kota Jakarta, Bogor, Sukabumi. Cianjur dan Bandung.

Secara administrasi pemerintahan termasuk dalam Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Keadaan topografi kawasan CA/TWA Telaga Warna bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 1.400 meter di atas permukaan laut. Kawasan hutan Telaga Warna ditetapkan sebagai cagar alam (CA) berdasarkan SK Mentan No.481/Kpts/um/6/1981 tanggal 9-6-1956 seluas 368,25 Ha. Kemudian sebagian areal yang meliputi sebuah telaga berubah fungsinya menjadi taman wisata alam (TWA) seluas 2-5 Ha. Data kunjungan wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel 29 berikut.

(33)

Tabel 29. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Telaga Warna Tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 45.882 5.690 7.011 13.921 14.088 14.511 6.584 507 625 499 505 520 49.778 6.197 7.636 14.420 14.593 15.031 Sumber : Disbudpar, 2009

3) Wisata Agro Gunung Mas

Kawasan Agrowisata Gunung Mas terletak di Desa Tugu Selatan. Kecamatan Cisarua. dikelola oleh PT.Perkebunan Nusantara VIII sebagai bagian dari Perkebunan Gunung Mas. Perkebunan ini berada pada ketinggian 1.000-2.000 m dari permukaan laut dengan rata-rata 12 - 22oC dengan luas area 2.551,43 Ha. Lahan produktif yang dijadikan kawasan agrowisata memiliki luas 892,7 Ha. Lahan yang tidak produktif tetapi berperan menunjang agro wisata seluas 17,73 Ha dan sejumlah 5,2 Ha dikhususkan untuk kawasan karyawan. Pengunjung yang akan berkunjung dapat dengan mudah mencapai Wisata Agro Gunung Mas karena hanya berjarak + 80 km dari Jakarta ke arah Puncak atau sekitar 1,5-2 jam perjalanan dalam kondisi lancar. Data kunjungan wisatawan di Gunung Mas tercantum pada tabel 30 berikut.

Tabel 30. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Agro Gunung Mas Tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 158.876 369.337 330.891 311.216 265.139 273.093 3.964 1.799 1.353 2.230 2.067 2.129 162.840 371.136 332.244 313.446 267.206 275.222 Sumber : Disbudpar, 2009 4) Curug Cilember

Curug Cilember dengan kawasan seluas + 7 Ha terletak di Desa Jogjogan dibawah pengelolaan RPH Cipayung BKPH Bogor KPH Bogor. Curug

(34)

Cilember secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cisarua. pada ketinggian 1.050 m dari permukaan laut dengan kemiringan lereng >30% dan temperature mencapai 18o-23oC. kawasan ini mempunyai curah hujan 4.000 mm/tahun. Objek wisata ini berdiri pada tahun 1980 dan dibuka pada tahun 1995 serta mulai dikembangkan pada tahun 1999. Objek wisata Curug Cilember berada sekitar 2,5 km dari jalan raya Puncak dan 21 km dari kota Bogor. Disini dapat dilihat 12 spesies satwa kupu-kupu di taman bunga. Terdapat pula Laboratorium penangkaran kupu-kupu yang akan melengkapi pengetahuan tentang satwa kupu-kupu dari berbagai jenis. Data kunjungan wisatawan di Curug Cilember dapat dilihat pada tabel 31 berikut.

Tabel 31. Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara ke Objek Wisata Curug Cilember Tahun 2004 – 2009.

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 102.792 119.548 126.454 109.711 124.362 187.203 1.585 2.268 2.023 2.274 4.050 4.300 104.377 121.816 128.477 111.985 128.412 191.503 Sumber : Disbudpar, 2009 5) Taman Melrimba

Taman Bunga Melrimba berlokasi di Jalan Raya Puncak Km. 87 Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua. Pada tahun 1970-an kawasan ini adalah lokasi pabrik. Selanjutnya pada tahun 2006 dirubah menjadi Taman Wisata Melrimba Garden. Taman ini terdapat di sebuah kawasan yang dilengkapi dengan restoran yaitu Melrimba Kitchen, showroom bunga yaitu Melrimba Phalaenopsis yang menyediakan bibit tanaman terutama anggrek dan factory outlet yaitu tempatation. Luas Taman Bunga Melrimba yakni 5 Ha. Data kunjungan wisatawan di Taman Melrimba dapat dilihat pada tabel 32 berikut.

(35)

Tabel 32. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Objek Wisata Taman Melrimba Tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 47.023 52.196 57.937 59.700 60.000 60.800 - - - 150 10 10 47.023 52.196 57.937 59.850 60.010 60.810 Sumber : Disbudpar, 2009 6) Curug Panjang

Curug Panjang berlokasi di Desa Megamendung dengan jarak tempuh dari jalan raya sekitar 11 Km yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Objek wisata ini memiliki luas sekitar 3 Ha berada pada ketinggian 830 dari permukaan laut dengan suhu udara 17-200 C. Kawasan Curug panjang mulai dikelola pada tahun 2007. Wana wisata ini menawarkan daya tarik pesona air terjun yang indah serta suasana yang asri dan sejuk. Data kunjungan wisatawan di Curug Panjang dapat dilihat pada tabel 33 berikut.

Tabel 33. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Curug Panjang Tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2006 2007 2008 2009 5.624 953 16.544 17.040 - - - - 5.624 953 16.544 17.040 Sumber : Disbudpar, 2009

7) Taman Wisata Matahari

Taman Wisata Matahari terletak di Jl. Megamendung No. 37. Kecamatan Cisarua. Akses masuk ke Taman Wisata Matahari melalui dua jalan alternatif, yaitu melalui jalan masuk menuju kawasan wisata Curug Cilember dan melalui samping Rumah Makan Jago Rasa yang berada di sebelah kiri dari arah Ciawi menuju Puncak. Taman ini merupakan tempat rekreasi dan pendidikan dengan luas area 30 Ha, dengan hanya daya tarik utama berupa kawasan rekreasi keluarga. Berada di daerah pegunungan dan merupakan kawasan yang dilewati Sungai Ciliwung dengan panorama yang indah dan

(36)

sejuk, Taman ini dikelola PT. Taman Wisata matahari (bagian dari Matahari Group) yang mulai dikelola sejak tahun 2007. Data kunjungan wisatawan di Taman Wisata Matahari dapat dilihat pada tabel 34 berikut.

Tabel 34. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Objek Wisata Taman Wisata Matahari tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2007 2008 2009 12.900 110.504 113.819 - - - 12.900 110.504 113.819 Sumber : Disbudpar, 2009

8) Taman Wisata Riung Gunung

Taman Wisata Riung Gunung berlokasi di Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua. Tepatnya di Jalan Raya Puncak + 17 km dari pintu tol Ciawi. Taman Wisata Riung Gunung berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl dengan udara yang bersih dan sejuk. Topografi dengan kemiringan lereng bervariasi. sebagian besar di atas 30% memberikan potensi pemandangan alam perbukitan/ pegunungan. Taman wisata ini baru dibuka tahun 2006 dan dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Data kunjungan wisatawan di Taman Wisata Riung Gunung dapat dilihat pada tabel 35 berikut.

Tabel 35. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke objek wisata Taman Wisata Riung Gunung tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 6.376 7.077 3.000 19.358 18.290 12.960 75 83 - 30 30 30 6.451 7.160 3.000 19.388 18.320 12.990 Sumber : Disbudpar, 2009 9) Curug Cisuren

Curug Cisuren terletak di Desa Batulayang Kecamatan Cisarua. Memiliki pemandangan yang indah dan lingkungan yang masih alami. Fasillitas di wisata ini diantaranya arena perkemahan dilengkapi fasilitas toilet, mushola dan shelter. Aktifitas wisata yang dapat dinikmati pada lokasi wisata Curug

(37)

Cisuren yaitu air terjun, berkemah dan rekreasi alam. Data kunjungan wisatawan di obyek wisata Curug Cisuren dapat dilihat pada tabel 36 berikut.

Tabel 36. Kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Objek Wisata Curug Cisuren tahun 2004 – 2009

TAHUN WISNUS WISMAN JUMLAH

2004 2005 2006 2007 2008 2009 - - 383 50 1.485 1.530 - - - - - - - - 383 50 1.485 1.530 Sumber : Disbudpar, 2009

Gambar

Tabel 15.  Banyaknya desa menurut desa perkotaan dan perdesaan   di  Kabupaten Bogor Tahun 2008
Tabel 16. Pembagian wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan ketinggian tempat
Tabel 18. Jumlah  penduduk  menurut  kecamatan  di  Kabupaten  Bogor  Tahun    2010
Tabel 19.  Banyaknya sekolah di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 63 persen (19 orang) dari pengunjung yang datang menyatakan bahwa mereka baru melakukan satu kali kunjungan ke Wisata Agro Tambi dan 13 persen menyatakan

Meskipun pariwisata di Pulau Lombok tidak seramai di Pulau Bali, namun Lombok juga memiliki keunikan tersendiri yang menjadi daya tarik wisata yang mampu menarik minat wisatawan,

langsung diresmikan oleh menteri kebudayaan dan pariwisata I gede adika, dan Paguyuban Becak Wisata di ketuai oleh Paimin dan sekaligus sebagai pendiri Paguyuban

Kerajinan-kerajinan tangan tersebut dapat dijadikan souvenir bagi para pengunjung yang berwisata di obyek wisata alam resort Balik Bukit Pekon Kubu Perahu, potensi lain

Salah satu dasar terbentuknya pecinan adalah karena faktor sosial, dimana merupakan keinginan masyarakat Tionghoa sendiri untuk hidup berkelompok karena adanya perasaan

Salah satu langkah awal dalam pengembangan wisata alam berbasis konsep ecopreneurship di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani adalah membuat rancangan roadmap

Danau Kakaban dapat menjadi salah satu ikon Pulau Maratua untuk bersaing dengan destinasi pariwisata lain yang menawarkan keindahan alam bawah laut.. Danau

Atraksi Wisata merupakan salah satu komponen dari wisata tersebut, merupakan sarana yang dapat menarik para wisatawan/ Pengunjung untuk datang ke tempat objek wisata