JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BENGKALIS
BAB III
–
ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR
BIDANG CPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
Visi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah : “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,
dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Adapun dalam RPJMN 2015-2019 terdapat Sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) sebagai berikut :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2015-2019, yaitu:
a. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga
berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah
tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah
tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta
peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam
pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.
b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk
Indonesia melalui :
▪ pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan
MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus,
dan 28 regional;
▪ Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit;
▪ Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota
metropolitan dan kota besar;
▪ Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang
dan kota kecil;
▪ Fasilitasi business to business di 315 PDAM;
▪ Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan
jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah
PDAM sakit menjadi 14 PDAM.
c. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,
sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat
kebutuhan dasar yaitu
▪ untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan
penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab
(melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal
di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan
pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409
kota/kab;
▪ untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan
pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan
fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112
kota/kab;
▪ untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan
genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman;
▪ kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta
advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.
d. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan
perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan
fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan
prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan
keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
3.1.1.2. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian
selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan
dan air) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa arahan dalam bidang Cipta Karya,
sesuai dengan arahan Renstra Cipta Karya 2015-2019 adalah terpenuhinya penyediaan
air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, dengan
sanitasi layak menjadi 100%; pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan
jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel, dengan indikator
berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak
layak menjadi 0%; dan pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk
mendukung pembangunan pertanian atau yang biasa disebut target 100-0-100.
Dalam rangka percepatan terhadap pencapaian kesejahteraan masyarakat yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2014 –
2019 tentunya dibutuhkan investasi yang cukup besar khusunya dalam rangka
pelayanan kebutuhan infrastrukutur dasar bagi masyarakat. Kebijakan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat khusunya di bidang keciptakaryaan di fokuskan dalam
rangka pencapaian kebijakan program pemenuhan kebutuhan air minum, penanganan
kawasan kumuh serta penanganan sanitasi yang layak melalui agenda 100-0-100.
Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengidentifikasi data kawasan permukiman
kumuh yaitu 37.407 Ha yang tersebar di 2.883 kawasan di 415 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia. Dari 415 kabupaten/kota tersebut, sebanyak 129 kabupaten/kota
telah menetapkan kawasan permukiman kumuh di wilayahnya dengan surat keputusan
Walikota/Bupati sebagai syarat mendapatkan program Pemerintah (APBN).
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bengkalis
3.1.2.1.1. Kawasan Strategis Provinsi Riau di Wilayah Kabupaten
Kawasan strategis Provinsi Riau di wilayah Kabupaten Bengkalis yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2007-2026 adalah kawasan
strategis Duri – Dumai - Rupat. Kawasan strategis ini merupakan satu koridor kegiatan ekonomi lintas Kota Dumai-Kabupaten Bengkalis yang akan mempengaruhi
percepatan pembangunan ekonomi wilayah Provinsi Riau secara umum dan wilayah
sekitarnya secara khusus. Fungsi utamanya adalah lokasi pengembangan perkebunan,
pariwisata, perdagangan dan migas.
Kewenangan pengelolaan kawasan strategis Duri-Dumai-Rupat adalah
Pemerintah Provinsi Riau. Pengembangan kawasan strategis tersebut perlu dilakukan
Bengkalis yang pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten yang
bersangkutan.
A. Kawasan Strategis Kabupaten Bengkalis
Kawasan strategis Kabupaten Bengkalis 2011-2031, sesuai dengan kondisi dan potensi
wilayahnya direncanakan, sebagai berikut :
1. Kawasan Strategis Duri
Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area) di
Kabupaten Bengkalis dengan karakteristik, sebagai berikut :
a) Merupakan kawasan perkotaan dengan kegiatan ekonomi regional yang
mengikat perkembangan pusat-pusat kegiatan lokal/pusat pertumbuhan
ekonomi di wilayah daratan Kabupaten Bengkalis Bengkalis;
b) Memiliki potensi pertumbuhan dan pergerakan penduduk yang tinggi
seiring dengan meningkatnya perkembangan sektor sekunder dan tersier;
c) Memiliki potensi terjadi pergeseran pemanfaatan ruang dari sektor primer
ke sektor sekunder/tersier;
d) Memiliki potensi munculnya kawasan kumuh bila tidak direncanakan dan
dikendalikan perkembangannya.
Kawasan strategis Duri, berfungsi sebagai pusat niaga skala regional, pusat
pemerintahan kabupaten Bengkalis, khususnya untuk dinas-dinas/SKPD yang
melayani kegiatan perkotaan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan
industri berbasis pertanian/perkebunan dan kawasan Migas. Pengembangan
kawasan strategis ini perlu dintegrasikan dengan pengembangan kawasan
perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning dalam satu koridor
pengembangan kegiatan ekonomi.
Untuk mewujudkan percepatan pembangunan kawasan strategis Duri pada
masa mendatang perlu didukung rencana pengembangan prasarana jaringan
jalan Kolektor Primer 2 (K2) yang menghubungkan kawasan perkotaan Duri
dengan kawasan perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning. Kawasan
Strategis Duri memiliki peluang tumbuh cepat, karena didukung potensi yang
cukup, diantaranya adalah:
a) Ketersediaan kantong-kantong produksi pertanian dan perkebunan;
b) Posisi geografis Duri terletak pada jalur regional (arteri primer) yang
menghubungkan Pekanbaru - Dumai dan ke kawasan perkotaan lain
c) Adanya Rencana Pembangunan Jalur Kereta Api (koneksi Trans Sumatera
Railways), Jalan Tol Dumai - Pekanbaru melintasi Kawasan perkotaan Duri.
Pada masa mendatang keberadaan jalan tol ini akan menjadi triger
perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi kawasan perkotaan
Duri.
2. Kawasan Strategis Sei Pakning-Buruk Bakul dan Bengkalis
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2006-2027, Kawasan
strategis ini ditetapkan fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Kegiatan ekonomi yang potensial adalah kegiatan sentra perniagaan Asean
(perdagangan dan jasa), kawasan permukiman perkotaan, pemerintahan
kabupaten, pusat pendidikan, pusat budaya melayu, kawasan Industri dan
kawasan pariwisata yang didukung oleh pelayanan pelabuhan yang memadai.
Potensi-potensi lain yang akan mendukung percepatan pembangunan kawasan
strategis Perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning, adalah sebagai
berikut :
a) Posisi geografis kawasan strategis terletak pada posisi yang amat
menguntungkan. Dari satu sisi, berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar
strategis produk lokal dan dari sisi lain, merupakan simpul pertemuan dari
Pekanbaru - Siak Sri Indrapura - Dumai melalui jalur pesisir dan dari
Kawasan Perkotaan Duri ke Bengkalis melalui jalur darat. Kondisi ini
memperkuat fungsi kawasan strategis Bengkalis - Buruk Bakul - Sei
Pakning sebagai lokasi transito;
b) Pengembangan kawasan strategis didukung oleh ketersediaan
kantong-kantong produksi pertanian, perkebunan dan perikanan yang tersebar di
wilayah daratan, pesisir dan Kepulauan Bengkalis dan sekitarnya (Rupat,
Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi). Kantong-kantong produksi ini akan
mendukung upaya pengembangan kawasan industri pengolahan di
Kawasan Perkotaan Buruk Bakul.
c) Pengembangan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis merupakan pusat
Niaga Asean, Lokasi Transito, Pusat Pendidikan dan Budaya Melayu, pusat
pemerintahan ibukota Kabupaten Bengkalis, permukiman perkotaan dan
pariwisata.
rencana pengembangan prasarana jaringan jalan kolektor primer 2 (K2) yang
menghubungkan Duri-Bengkalis dan Pekan Baru-Siak Sriindrapura-Sei
Pakning-Buruk Bakul-Dumai, Bandar Udara Bengkalis, prasarana energi, air bersih dan
telekomunikasi serta didukung dengan pelayanan pelabuhan Ro Ro Buruk Bakul
dan pelabuhan Sei Pakning.
3. Kawasan Strategis Rupat (Tanjung Medang)
Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area)
pada kawasan koridor ekonomi regional yang mengikat perkembangan
pusat-pusat pertumbuhan di pulau Rupat. Kawasan strategis Rupat ditetapkan di
Kawasan Perkotaan Tanjung Medang (Rupat Utara). Kawasan strategis ini
berhimpitan dengan kawasan strategis Provinsi Riau. Kewenangan Pemerintah
Provinsi Riau tentunya amat terkait dalam penyediaan sarana dan prasarana
dasar dengan status pengelolaan provinsi.
Pengembangan kawasan strategis Tanjung Medang difungsikan sebagai
kawasan pariwisata (pantai tanjung Medang), permukiman perkotaan dan
sentra perikanan yang dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan
kawasan pertanian dengan pola Kota Terpadu Mandiri. Namun upaya
pengembangan kawasan strategis ini perlu memperhatikan upaya pelestarian
lingkungan, khususnya pengamanan dan pelestarian kawasan hutan bakau
(mangrove). Potensi-potensi yang tersedia dikawasan Tanjung Medang, adalah:
a) Ketersediaan pantai berpasir putih sangat potensial untuk pengembangan
kawasan pariwisata skala besar;
b) Ketersediaan kantong - kantong produksi pertanian, perikanan dan
perkebunan yang akan dikembangkan dengan pola Kota Terpadu Mandiri
(KTM). Kebijakan ini akan memperkuat fungsi Tanjung Medang sebagai
daerah perkotaan;
c) Kawasan Tanjung Medang difungsikan sebagai salah satu kawasan
pertahanan di daerah perbatasan, yang didukung oleh ketersediaan
pelabuhan khusus Angkatan Laut;
d) Ketersediaan pelabuhan pengumpan lokal dan pelabuhan rakyat yang
mendukung kegiatan perdagangan lintas batas;
e) Adanya rencana pembangunan jalan lingkar pulau Rupat dengan fungsi
Tanjung Medang dengan melintasi pusat - pusat permukiman yang tumbuh
dikawasan pesisir dan bagian tengah Pulau Rupat;
f) Kemudahan aksesibilitas dari Dumai ke Batu Panjang dan Tanjung Medang
yang didukung pelayanan pelabuhan Ro-Ro (Dumai - Batu Panjang);
g) Posisi geografis Tanjung Medang yang berhadapan dengan Malaysia
sebagai pasar potensial, diharapkan dapat mendorong upaya
pengembangan produk lokal;
Prasarana dan sarana dasar yang perlu dipersiapkan untuk mendukung
pengembangan kawasan strategis Rupat (Tanjung Medang), diantaranya
adalah: pengembangan gerbang wisata, permukiman perkotaan, fasilitas
pendukung wisata, pelabuhan, jaringan jalan lingkar (Lokal Primer), air bersih,
energi dan telekomunikasi serta penyediaan Bandar udara pariwisata Rupat.
Penyediaan prasarana dan sarana dasar ini perlu direalisasikan secara terpadu
dengan pengembangan kawasan Perkotaan Dumai-Batu Panjang
Rencana penetapan dan pengelolaan kawasan strategis Kabupaten Bengkalis
3.1.2.1.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang
A. Arahan Pola Ruang
1. Pola Ruang Kawasan Budidaya
Perumusan rencana pola ruang kawasan budidaya ini, lazimnya harus
merujuk pada : Undang Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan
Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.16/PRT/M/2009, tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Peraturan
Perundang-undangan terkait, ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Riau 2007-2026, Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bengkalis 2002 - 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten yang
berbatasan, peta perijinan, padu serasi, kebijakan sektoral, kriteria teknis
kawasan budi daya dan standar-standar perencanaan. Rencana pola ruang
kawasan budidaya diwilayah Kabupaten Bengkalis 2009 - 2029 secara jelas
disajikan pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 dengan rincian, sebagai berikut:
Tabel 4.1
Perkiraan Luas Lahan Kawasan Budidaya di Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031
No Kawasan Budi Daya Luas (Ha) Prosentase (%) 1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 232.624 29,92 2 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan
Basah
35.447,62 4,56
3 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering
18.314,11 2,36
4 Kawasan Peruntukan Perkebunan Besar Swasta
112.941,19 14,53
5 Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat 74,506,94 9,58 6 Kawasan Peruntukan Pertambangan 7.669,85 0,99 7 Kawasan Peruntukan Kegiatan Industri 9.256,84 1,19 8 Kawasan Peruntukan Pariwisata 2.296,85 0,30 9 Kawasan Peruntukan Permukiman 14.625,66 3,21 10 Kawasan Peruntukan Lainnya 10.599,32 1,38 Total 551.152,28 69,24 Keterangan : Kawasan peruntukan lainnya, antara lain meliputi: Perikanan, zona pembatas kabel
bawah laut, zona lego jangkar dan peruntukan pertahanan dan keamanan
2. Kawasan Peruntukan Permukiman
a. Kawasan permukiman perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman yang
Pakning. Pada masa mendatang pengembangan kawasan permukiman
perkotaan diarahkan pada kawasan Tanjung Medang, Selat Baru, Batu
Panjang dan pusat-pusat ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan
permukiman perkotaan diselaraskan dengan arahan struktur ruang
wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031.
b. Kawasan permukiman perdesaan
Kawasan permukiman berciri perdesaan adalah kawasan permukiman
yang berlokasi pada kawasan pertanian, perkebunan, disekitar kawasan
hutan, dan kawasan permukiman nelayan. Kawasan pusat permukiman
ini disebut sebagai kawasan pusat-pusat desa.
Rencana Pengelolaan
a. Kawasan permukiman perkotaan
Pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan
direncanakan, sebagai berikut :
• Mempersiapkan lahan pengembangan permukiman perkotaan;
• Mempersiapkan lahan pengembangan kegiatan komersial,
perumahan, industri dan kegiatan jasa pelabuhan dan pariwisata; • Mengamankan kawasan pantai/pesisir dan sungai dari dampak
negatif pembangunan kawasan permukiman disekitar kawasan
pantai dan sungai;
• Mengitegrasikan pengembangan kawasan permukiman perkotaan -
perkotaan lainnya dan permukiman perkotaan - perdesaan yang
didukung oleh pengembangan sistem transportasi darat dan laut
secara terpadu;
• Menambah jumlah dan meningkatkan pelayanan fasilitas sosial
(pendidikan, kesehatan, peribadatan dan ruang publik lainnya),
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal setiap fasilitas;
• Mempersiapkan sarana dan prasarana dasar kawasan permukiman
(jalan lingkungan, air bersih, energi, ruang terbuka hijau, tempat
pembuangan sampah dan pelabuhan) sesuai dengan standar
pelayanan minimal.
b. Kawasan permukiman perdesaan
Pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan pada
• Mengintegrasikan pengembangan kawasan permukiman perdesaan
dengan kawasan permukiman perkotaan yang didukung oleh
pelayanan sistem transportasi darat dan laut yang memadai;
• Meningkatkan pelayanan fasilitas sosial (pendidikan, kesehatan dan
peribadatan) sesuai standar pelayanan minimal pada kawasan
perdesaan;
• Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana dasar perdesaan
(jalan desa, pelabuhan rakyat, energi listrik, air bersih dan
komunikasi) sesuai kebutuhan masyarakat perdesaan;
• Mengamankan kawasan pantai dan sungai dari dampak negative
pembangunan kawasan permukiman perdesaan yang tumbuh
disekitar pantai dan sungai.
B. Arahan Struktur Ruang
Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan adalah:
1. Rencana Jaringan Air Bersih
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi
masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah :
a.
Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untukmemenuhi segala kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam
puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi
persyaratan fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak
berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta
tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan.
Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin
kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam
puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan
pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.
b.
Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup;c.
Syarat – syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya.Tabel 4.2
Syarat – Syarat Kadar (Bilangan) Air Minum
No. Syarat yang disyaratkan Kadar (bilangan) Kadar (bilangan) yang tidak boleh dilampaui
1 Keasaman sebagai PK 7,0 – 8,5 Dibawah 6,5 dan di atas 9,5 2 Bahan Bahan Padat Tak Melebihi 50 mg/l Tak Melebihi 1.500 mg/l)
3 Warna (Skala Pt CO) Tak Melebihi Kesatuan Tak Melebihi 50 Kesatuan
4 Rasa Tidak Mengganggu -
5 Bau Tak Menggangu -
Sumber : RTRW Kab. Bengkalis, 2015
Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk
dan aktivitas yang ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih
di Kabupaten Bengkalis dikembangkan pada wilayah - wilayah permukiman
perkotaan dan perdesaan. Fasilitas pelayanan air bersih di Kabupaten
Bengkalis hingga saat ini baru mencakup beberapa wilayah yang terbatas.
Dalam penyediaan air bersih bagi penduduk, hal yang paling penting
diutamakan adalah sumber air baku. Untuk memenuhi kebutuhan supply
air baku berupa sumber air tasik/waduk maupun sungai yang dapat
dimanfaatkan. Manyangkut sumber air baku bagi penyediaan air bersih di
Kabupaten Bengkalis, air baku rata-rata memiliki kualitas rendah, terutama
dikepulauan akibat pengaruh tanah gambut yang dominan diwilayah
tersebut. Karena hingga saat ini, belum diperoleh teknologi pengolahan air
gambut skala besar yang bias diterapkan secara ekonomis untuk
penyediaan air bersih.
Memperhatikan kendala tersebut, maka khusus penyediaan air bersih pada
kawasan bertanah gambut pengembangannya direncanakan, sebagai
berikut :
a. Pada kawasan industri, pelabuhan dan kawasan dengan populasi
melebihi 10.000 orang, sistem penyediaan air bersih dapat dilakukan
dengan beberapa alternative, yaitu:
• Penggunaan waduk penampung hujan (polder system) yang
direncanakan secara terpadu dengan system pembuangan air hujan
(drainase) perkotaan. Pengembangan secara terpadu antara waduk
tangkapan air hujan (catchment area) agar volume air hujan yang
masuk kewaduk dapat ditangkap sebanyak-banyaknya. Sehingga
jaringan drainase perkotaan harus memiliki jaringan terpisah
dengan jaringan pembuangan limbah domestik guna meningkatkan
dan menjaga kualitas air baku;
• Mengambil air baku dari sungai yang ada, yang pada bagian hulu
sumbernya tidak berasal dari wilayah bertanah gambut (berasal dari
tanah mineral). Dengan air baku ini maka pengolahannya
menggunakan system IPAL (Instalasi Pengolahan Air Lengkap)
jaringan perpipaan;
• Memanfaatkan air gambut yang banyak diwilayah sekitar sebagai air
baku dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Gambut (IPAG)
dengan system cluster jaringan perpipaan. Wilayah pelayanan
direncanakan sedemikian rupa membentuk system cluster untuk
menekan biaya pembangunan jaringan pipa distribusi.
b. Pada wilayah dengan populasi yang tidak akan melebihi 10.000 jiwa,
pengembangan penyediaan air bersih dengan menggunakan IPAG
system cluster jaringan sederhana;
c. Pada pemukiman perdesaan yang secara umum lokasinya tersebar,
dalam penyediaan air bersih diarahkan menggunakan IPAG dengan
system terpusat jaringan sederhana serta menggunakan wadah -
wadah penampungan air pada rumah – rumah penduduk.
Dalam memproyeksikan kebutuhan air bersih Kabupaten Bengkalis sampai
dengan tahun 2031, digunakan pendekatan kebutuhan air bersih untuk
rumah tangga dan non rumah tangga sesuai dengan standar yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu ;
- Perkiraan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan,
yaitu tahun 2031;
- Kebutuhan air bersih untuk penduduk diambil rata untuk penduduk
perkotaan dan perdesaan, yaitu 70 liter/jiwa/hari;
- Kebutuhan non rumah tangga diasumsikan 30% dari kebutuhan total
rumah tangga;
Dengan demikian kebutuhan air minum untuk Kabupaten Bengkalis
diperkirakan akan meningkat dari 74,63 m³/hari pada tahun 2014 menjadi
127,34 m³/hari pada tahun 2031. Secara lebih rinci proyeksi kebutuhan air
disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Bengkalis sampai dengan Tahun 2031
Deskripsi Standard dan
Asumsi Unit 2014 2019 2024 2031
Proyeksi Jumlah
Penduduk Orang 655.102
771.984
909.721 1.072.032
Kebutuhan Air Bersih
Rumah Tangga
70 liter/jiwa/hari
liter/hari 45.857.140 54.038.880 63.680.470 75.042.240
Non Rumah Tangga
30% dari kebutuhan
Rumah Tangga Liter/hari 13.757.142 16.211.664 19.104.141 22.512.672
Kebocoran 15% liter/hari 8.942.142 10.537.582 12.417.692 14.633.237
Total Kebutuhan Air Bersih liter/hari 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149
Sumber: RTRW Kab. Bengkalis
Dalam pengembangan penyediaan air bersih kabupaten, pengembangan
jaringan air bersih diarahkan pada kota – kota utama (PKW, PKWP, PKL,
PKLp, PPk) (kegiatan domestik dan perdagangan) kabupaten serta pada
pusat pertumbuhan wilayah kabupaten. Pemenuhan kebutuhan air bersih
yang besar pada akhir tahun perencanaan dilakukan dengan skenario:
- Peningkatan kapasitas produksi PDAM Kabupaten Bengkalis harus lebih
diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (domestik)
dan kegiatan perdagangan;
- Penyediaan air bersih untuk keperluan non domestik (industri,
pariwisata dan pelabuhan) dapat dilakukan dengan bekerjasama
dengan pihak swasta, sedang pengadaan jaringan dapat dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis sebagai salah satu
bentuk subsidi dalam merangsang masuknya investasi baru.
Disamping rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya
air, hal lain yang perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya di Kabupaten
banjir di Kabupaten Bengkalis umumnya terjadi di wilayah pesisir pulau
baik di Pulau Sumatra seperti di Kecamatan Bukit Batu maupun di pulau
seperti Bengkalis dan Rupat. Salah satu penyebab banjir ini adalah
intensitas hujan yang tinggi di musim-musim tertentu sehingga naiknya air
di sungai dan kali. Selain itu naiknya air laut pada saat terjadinya pasang
pada musim-musim tertentu menggenangi rumah-rumah penduduk dan
jalan raya. Penyebab lainnya adalah rendahnya permukaan tanah di
wilayah pesisir. Guna menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan
penghijauan kembali wilayah pesisir.
2. Sistem Pengolahan Air Limbah
Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black
water) penduduk Kabupaten Bengkalis sebagian besar menggunakan
pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem
peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal
dari mandi, cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke
saluran drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat
juga masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air
seperti sungai dan pantai, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar
kawasan tersebut.
Volume air limbah grey water dari suatu daerah biasanya sekitar 80% dari
volume air bersih yang digunakan dan volume air limbah black water
adalah sebesar 20% dari volume air bersih yang digunakan, maka
berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Bengkalis
besarnya perkiraan volume air limbah dan volume lumpur tinja yang
dihasilkan pada tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Bengkalis Tahun 2014-2031
Deskripsi Standar dan
Asumsi Satuan 2014 2019 2024 2031
Populasi Orang 655.102 771.984 909.721 1.072.032 Kebutuhan Air
Bersih liter/org 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149 Volume Grey Water 80% liter/org 54.845.139 64.630.501 76.161.842 89.750.519 Volume Black
Water 20% liter/org 13.711.285 16.157.625 19.040.461 22.437.630
Total Air Kotor liter/hari 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149
Kondisi topografi yang relatif datar, terutama di pusat-pusat kota,
memberikan kendala dalam penyaluran air limbah karena kemampuan
penyaluran air limbah hanya dapat dalam jarak pendek, sehingga alternatif
pengelolaan air limbah yang digunakan adalah on site system, yaitu sistem
septic tank dan rembesan. Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan
adalah :
a. Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan
penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang
tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang
rembesannya;
b. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan
penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah (6 – 10 rumah)
perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah
kelompok pemakai.
Kemudian, untuk mengatasi limbah perkotaan non domestik, Pemerintah
Daerah Kabupaten Bengkalis diharapkan untuk membangun Instalasi
pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang pengelolaannya ditangani oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan.
3. Sistem Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan
permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
(SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan
(SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan
teknis operasionalnya. Timbunlan sampah yang dihasilkan di berasal dari
kawasan perumahan (domestik), industri, kawasan komersial, wisata dan
fasilitas umum lainnya. Timbulan sampah yang dikelola adalah timbulan
sampah non B-3 (Bahan Beracun dan Beracun/Hazardous Waste). Laju
timbulan sampah adalah adalah 2,5 kg/orang/hari, sesuai dengan SNI
19-3983-1995, sehingga pada akhir tahun perencanaan mencapai 865 m³/hari.
Proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan Kabupaten Bengkalis disajikan pada
Tabel 4.5
Proyeksi Volume Sampah Kabupaten Bengkalis Tahun 2014 – 2031
Deskripsi Satuan 2014 2019 2024 2031
Populasi Orang 655.102 771.984 909.721 1.072.032
Timbulan Sampah kg/org/hr 2,5 2,5 2,5 2,5
Total Sampah kg/hari 1.781.945 2.188.935 2.688.880 3.042.108 Sumber: RTRW Kab. Bengkalis
Pola penanganan sampah yang dikembangkan untuk Kabupaten Bengkalis
harus mampu menstimulasi dan secara konkrit melibatkan dunia usaha maupun
peran serta masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan uraian sebelumnya
bahwa pengelolaan sampah yang direncanakan lebih menekankan pada
pengurangan volume sampah yang dihasilkan dan yang dibuang ke TPA.
Bentuk pengelolaan seperti ini memerlukan peran serta dari semua pihak baik
pemerintah melalui instansi atau dinas terkait maupun masyarakat.
4. Sistem Drainase
Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Bengkalis merupakan saluran
drainase alam yang menjadi outlet dari saluran - saluran drainase yang ada.
Sehingga aliran air hujan yang mengalir disaluran - saluran drainase sangat
dipengaruhi oleh permukaan air di sungai tersebut. Padahal permukaan air
sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut, oleh sebab itu aliran air hujan
tidak dapat selalu dialirkan secara gravitasi. Prinsip dasar dalam penyusunan
rencana drainase Kabupaten Bengkalis adalah :
a. Pembagian sistem yang jelas dan keseragaman penamaan sistem, saluran
dan bangunan -bangunan drainase lainnya (nomenklatur);
b. Sungai-sungai besar sebagai saluran primer menggunakan alur pematusan
alami, sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola tata ruang
dan jaringan jalan;
c. Perhitungan debit aliran didasarkan pada rencana penggunaan lahan di
masa yang akan datang;
d. Perlu ditetapkan batasan tinggi genangan yang dapat diterima dalam
perencanaan, baik untuk pemukiman, jalan, area industri/bisnis maupun
area yang penting lainnya. Hal ini sangat penting mengingat bahwa
penanganan drainase sangat sulit untuk membebaskan area dari genangan
e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek
panjang saluran;
f. Saluran maupun infrastruktur drinase lainnya direncanakan secara
ekonomis dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaannya;
g. Saluran drainase dipusat-pusat perkotaan harus difungsikan sebagai
saluran kolektor dan long storage;
h. Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya
tampung dan kemampuan alirnya;
i. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan
pompa air untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke
sungai/saluran;
j. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi
volume limpasan permukaan.
k. Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase,
retarding pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang
dihitung tetapi juga volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang
harus ditahan (storage). Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya
dihitung debit banjir puncak tetapi juga waktu konsentrasi atau dengan
kata lain perlu dihitung hidrograf banjir rencana;
l. Perlunya tinjauan aspek kelembagaan dalam operasional dan
pemeliharaan.
Tabel 4.6
Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
Kawasan Budidaya: Infrastruktur Cipta Karya:
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
2. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah
3. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering
4. Kawasan Peruntukan Perkebunan Besar Swasta
5. Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat
6. Kawasan Peruntukan Pertambangan
7. Kawasan Peruntukan Kegiatan Industri
8. Kawasan Peruntukan Pariwisata
9. Kawasan Peruntukan Permukiman
10.Kawasan Peruntukan Lainnya
1. Sistem Air bersih
2. Sistem Pengelolaan Sampah
3. Sistem Pengelolaan Air Limbah
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
Kawasan Permukiman:
a. Kawasan permukiman perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman yang berlokasi di kawasan perkotaan Bengkalis, perkotaan Duri dan Sei Pakning. Pada masa mendatang pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada kawasan Tanjung Medang, Selat Baru, Batu Panjang dan pusat-pusat ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diselaraskan dengan arahan struktur ruang wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031.
b. Kawasan permukiman perdesaan
Kawasan permukiman berciri perdesaan adalah kawasan permukiman yang berlokasi pada kawasan pertanian, perkebunan, disekitar kawasan hutan, dan kawasan permukiman nelayan. Kawasan pusat permukiman ini disebut sebagai kawasan pusat-pusat desa.
Tabel 4.7
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Bengkalis (KSK) berdasarkan RTRW
Kawasan Strategis Sudut
Kepentingan
Lokasi/ Batas Kawasan
KSK Kota Duri a) Merupakan kawasan perkotaan dengan kegiatan ekonomi regional yang mengikat perkembangan pusat-pusat kegiatan lokal/pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah daratan Kabupaten Bengkalis Bengkalis;
b) Memiliki potensi pertumbuhan dan pergerakan penduduk yang tinggi seiring dengan meningkatnya perkembangan sektor sekunder dan tersier;
c) Memiliki potensi terjadi pergeseran pemanfaatan ruang dari sektor primer ke sektorsekunder/tersier;
d) Memiliki potensi munculnya kawasan kumuh bila tidak direncanakan dan dikendalikan perkembangannya.
Kota Duri,
Kecamatan Mandau
KSK Sei Pakning – Buruk Bakul dan Bengkalis
a) Posisi geografis kawasan strategis terletak pada posisi yang amat menguntungkan. Dari satu sisi, berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar strategis produk lokal dan dari sisi lain, merupakan simpul pertemuan dari Pekanbaru - Siak Sri Indrapura - Dumai melalui jalur pesisir dan dari Kawasan Perkotaan Duri ke Bengkalis melalui jalur darat. Kondisi ini memperkuat fungsi kawasan strategis Bengkalis - Buruk Bakul - Sei Pakning sebagai lokasi transito;
b) Pengembangan kawasan strategis didukung oleh ketersediaan kantong-kantong produksi pertanian, perkebunan dan perikanan yang tersebar diwilayah daratan, pesisir dan Kepulauan Bengkalis dan sekitarnya (Rupat, Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi). Kantong-kantong produksi ini akan mendukung upaya pengembangan kawasan industri pengolahan di Kawasan Perkotaan Buruk Bakul.
Kawasan Strategis Sudut Kepentingan
Lokasi/ Batas Kawasan c) Pengembangan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis merupakan
pusat Niaga Asean, Lokasi Transito, Pusat Pendidikan dan Budaya Melayu, pusat pemerintahan ibukota Kabupaten Bengkalis, permukiman perkotaan dan pariwisata.
KSK Rupat (Tanjung Medang) a) Ketersediaan pantai berpasir putih sangat potensial untuk pengembangan kawasan pariwisata skala besar;
b) Ketersediaan kantong - kantong produksi pertanian, perikanan dan perkebunan yang akan dikembangkan dengan pola Kota Terpadu Mandiri (KTM). Kebijakan ini akan memperkuat fungsi Tanjung Medang sebagai daerah perkotaan;
c) Kawasan Tanjung Medang difungsikan sebagai salah satu kawasan pertahanan di daerah perbatasan, yang didukung oleh ketersediaan pelabuhan khusus Angkatan Laut;
d) Ketersediaan pelabuhan pengumpan lokal dan pelabuhan rakyat yang mendukung kegiatan perdagangan lintas batas;
e) Adanya rencana pembangunan jalan lingkar pulau Rupat dengan fungsi jalan lokal primer. Jalan ini sebagai penghubung dari Batu Panjang ke Tanjung Medang dengan melintasi pusat - pusat permukiman yang tumbuh dikawasan pesisir dan bagian tengah Pulau Rupat;
f) Kemudahan aksesibilitas dari Dumai ke Batu Panjang dan Tanjung Medang yang didukung pelayanan pelabuhan Ro-Ro (Dumai - Batu Panjang);
g) Posisi geografis Tanjung Medang yang berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar potensial, diharapkan dapat mendorong upaya pengembangan produk lokal;
Pulau Rupat Kota Tanjung Medang
Tabel 4.8
Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Bengkalis terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK (Ya/Tdk)
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
1 Perwujudan Struktur Ruang
1.1. Meningkatkan keterpaduan sistem perkotaan melalui persiapan pembangunan, peningkatan dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana
1.2. Meningkatkan lebih lanjut keterpaduan sistem perkotaan melalui pembangunan lanjut, peningkatan, dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana
Bengkalis dan Bukit
1.3. meningkatkan kapasitas dan kinerja pelayanan sistem perkotaan secara terpadu melalui pembangunan lanjut, peningkatan dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana
1.4. memantapkan kinerja pelayanan sistem perkotaan secara terpadu melalui pembangunan lanjut, peningkatan, dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana sesuai kebutuhan dan
perkembangan
No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK
2 Perwujudan Pola Rencana Ruang
2.1. meningkatkan efektivitas fungsi kawasan-kawasan lindung dan
perwujudan kawasan-kawasan budidaya sesuai lokasi, karakteristik ruang, dan potensi sumber daya yang dimiliki
Pinggir, Bukit Batu , Pinggir, Kecamatan di
2.2. meningkatkan keamanan kawasan-kawasan lindung, meningkatkan kualitas kawasan-kawasan budidya, dan
meningkatkan mutu serta daya saing produk dari berbagai sektor/subsektor perekonomian wilayah
2.3 memantapkan pengamanan kawasan-kawasan lindung dan memantapkan mutu serta daya saing produk dari berbagai sektor/subsektor perekonomian Rupat dan Rupat Utara
Tidak APBD Dinas PU
2.4 pemantapan lebih lanjut pengamanan kawasan-kawasan lindung dan
pemantapan lebih lanjut mutu serta daya saing produk dari berbagai
sektor/subsektor perekonomian wilayah Rupat dan Rupat Utara
Tidak APBD Dinas PU
Dinas Kehutanan Prov Riau
No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK
3 Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
3.1 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap pertama
3.2 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap kedua
3.3 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap ketiga
Bengkalis Bukit Batu Mandau
Rupat dan Rupat Utara,
Ya APBD Bappeda
Dinas Perhubungan, PLN
Dinas PU
Dinas Perindustrian
3.4 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap keempat
Bengkalis Bukit Batu Mandau
Rupat dan Rupat Utara,
Ya APBD Bappeda
3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Dalam rangka mendorong pembangunan dari pinggiran ini, Kementerian PUPR
akan melakukan keterpaduan pembangunan pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis
(35 WPS) yang tersebar 4 WPS di Pulau Papua, 2 WPS di Kepulauan Maluku, 4 WPS di
Pulau Kalimantan, 5 WPS di Sulawesi, dan 5 WPS di Kepulauan Bali-Nusa Tenggara,
maupun 6 WPS di Sumatera.
Gambar 2.2 Konsepsi Pembangunan Infrastruktur melalui Pendekatan Wilayah
Pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di Pulau Sumatera, terdapat :
1. WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauhuni-Bandar
Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api
2. WPS pusat pertumbuhan terpadu Metro Medan-Tebing
Tinggi-Dumai-Pekanbaru
3. WPS pusat pertumbuhan terpadu Batam-Bintan
4. WPS Baru terpadu Sibolga-Padang-Bengkulu
5. WPS Sumber Daya Ekonomi Domestik Sabang-Banda Aceh-Langsa
Gambar 2.3 Konsep Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera
Provinsi Riau masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis Metro Medan –
Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru yang mana menjadi konsentrasi pengembangan
wilayah industri serta menjadi simpul karet dan kelapa sawit yang dapat mendorong
percepatan pembangunan ekonomi nasional. Sedangkan untuk Kabupaten Bengkalis
Gambar 2.4 Konsep Wilayah Pengembangan Strategis Metro Medan – Tebing Tinggi –
Dumai – Pekanbaru
3.1.4. Strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2010-2015 Kabupaten Bengkalis
3.1.4.1.1. Kebijakan Pembangunan Daerah
A. Visi dan Misi
Visi pembangunan Kabupaten Bengkalis sebagai rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5
(lima) tahun kedua 2010 - 2015 dirumuskan sebagai berikut :
”TERCAPAINYA MASYARAKAT YANG UNGGUL, SEJAHTERA,
MANDIRI DAN BERTAQWA DENGAN MEWUJUDKAN KABUPATEN BENGKALIS SEBAGAI SALAH SATU DAERAH OTONOM TERBAIK DI INDONESIA TAHUN 2015”
Sedangkan Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan Visi pembangunan Kabupaten Bengkalis
dirumuskan sebagai berikut :
kesehatan, kebudayaan, kependudukan dan ketenagakerjaan.
2. Menanggulangi kemiskinan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan,
perekonomian perdesaan serta kelompok masyarakat minoritas dan
terpinggirkan.
3. Mengembangkan perekonomian daerah dan masyarakat serta
meningkatkan investasi dan UMKM dengan memanfaatkan kekayaan
sumber daya alam yang terbarukan.
4. Meningkatkan Infrastruktur daerah antara lain peningkatan prasarana
jalan, jembatan, pelabuhan, energi listrik, pengelolaan sumber daya air,
pengelolaan lingkungan, penataan ruang dan perumahan.
5. Mengimplementasikan desentralisasi politik, keuangan dan administrasi
dalam sistem pemerintahan daerah serta melaksanakan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
B. Strategi Pembangunan
Grand Strategy guna mendukung Visi & Misi Kabupaten Bengkalis adalah
dengan mengembangkan empat kawasan prioritas yang terdiri dari:
1. Kawasan Pusat Pendidikan dan Agribisnis di Pulau Bengkalis;
2. Kawasan Pusat Industri, Pelabuhan dan Agroindustri di Kecamatan Bukit
Batu dan Kecamatan Siak Kecil;
3. Kawasan Pariwisata dan Agribisnis di Pulau Rupat;
4. Kawasan Kota Transit dan Petropolis di Kecamatan Mandau dan Kecamatan
Pinggir.
Adapun Strategi dan Kebijakan terhadap Pengembangan empat kawasan di
Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada matrik berikut ini :
Tabel 4.9
Strategi dan Kebijakan Empat Kawasan
No Kawasan/Tujuan/
Sasaran Strategi Kebijakan
I. Kawasan I : Pusat Pendidikan Dan Agrobisnis Di Pulau Bengkalis
I.1 Tujuan :
Menjadikan Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan sebagai Pusat Pendidikan dan Agrobisnis
No Kawasan/Tujuan/
Sasaran Strategi Kebijakan I.2.1 Meningkatnya kualitas SDM 1 Peningkatan
kualitas SDM
1 Menyiapkan Fasilitas Pendukung Pusat Pendidikan
2 Menyusun Feasibility Study,
Masterplan, DED dan Kajian Lainnya
5 Mengembangkan Kawasan Wisata Selat Baru dan Prapat Tunggal
6 Mengembangkan Agrobisnis
II. Kawasan II : Pusat Industri, Pelabuhan Dan Agrobisnis Di Kecamatan Bukit Batu Dan Kecamatan Siak Kecil
II.1 Tujuan :
Menjadikan Kecamatan Bukit Batu dan
Kecamatan Siak Kecil sebagai Kawasan Industri dan Agrobisnis
1 Membangun Infrastruktur Jalan, Jembatan, Perhubungan dan
3 Menyusun Tata Guna dan Tata Kelola Lahan Gambut
III. Kawasan III : Pusat Pariwisata Dan Agrobisnis Di Pulau Rupat
III.1 Tujuan :
Menjadikan Kecamatan Rupat dan Kecamatan Rupat Utara sebagai Kawasan Pariwisata dengan didukung oleh Agrobisnis
III.2 Sasaran :
No Kawasan/Tujuan/
Sasaran Strategi Kebijakan perekonomian daerah
melalui pengembangan
2. Membangun Infrastruktur Jalan, Jembatan, Perhubungan dan
IV. Kawasan IV : Kota Transit Dan Petropolis Di Kecamatan Mandau Dan Kecamatan Pinggir
IV.1 Tujuan :
Menjadikan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir sebagai Kota Transit dan Petropolis
1. Menyusun FS, Masterplan, DED dan Perencanaan Lainnya
2. Membangun infrastruktur jalan, jembatan, perhubungan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan
Sumber: RPJMD Kabupaten Bengkalis 2010-2015
3.1.4.1.2. Strategi dan Kebijakan Enam Jaminan Pada Masyarakat
Selain grand strategi pengembangan kawasan juga ditetapkan enam (enam)
jaminan kepada masyarakat sebagai berikut :
1. Jaminan berusaha masyarakat dan pengentasan kemiskinan;
2. Jaminan pendidikan, peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru;
3. Jaminan kesehatan dan keluarga sejahtera;
4. Jaminan akses infrastruktur dasar;
5. Jaminan pelayanan publik, pembinaan birokrasi dan kelembagaan
daerah;
6. Jaminan pemerataan dan percepatan pembangunan daerah.
7. Adapun strategi dan kebijakan terhadap enam jaminan kepada
masyarakat Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada matrik berikut ini :
Strategi dan Kebijakan Enam Jaminan pada Masyarakat
No. Jaminan / Tujuan /
Sasaran Strategi Kebijakan
I Jaminan I :
Jaminan Berusaha Masyarakat dan Pengentasan Kemiskinan
I.1 Tujuan :
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
I.2 Sasaran :
I.2.1 Meningkatnya Taraf Hidup Masyarakat
1. Mengalokasikan Anggaran Usaha Ekonomi Desa
2. Sertifikasi Lahan Usaha
Masyarakat Keluarga Miskin
4. Raskin Gratis bagi Keluarga Miskin
5. Pembangunan Rumah
Sederhana Layak Huni
II. Jaminan II :
Jaminan pendidikan, kualitas dan kesejahteraan guru
II.1 Tujuan :
Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
II.2 Sasaran :
II.2.1 Meningkatnya derajat pendidikan dan
1. Sukses Wajib Belajar pendidikan dasar 12 tahun
2. Menambah Muatan Lokal
Pendidikan Budi Pekerti dan Akhlak
5. Menjamin Pendidikan bagi Anak Usia Sekolah dari Keluarga Miskin
6. Pemberian Beasiswa
berprestasi Perguruan Tinggi dan Beasiswa Khusus serta Bantuan Pendidikan. dan Desa Potensial
II.2.2 Meningkatnya kapasitas guru
4. Peningkatan Kualitas dan
No. Jaminan / Tujuan /
Sasaran Strategi Kebijakan
Kesejahteraan
Jaminan kesehatan dan keluarga sejahtera
III.1 Tujuan :
Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
III.2 Sasaran :
III.2.1 Meningkatnya Cakupan Layanan Kesehatan
4. Memberikan Jaminan Pelayanan Kesehatan bagi yang tidak memiliki fasilitas Puskesmas Rawat Inap
Meningkatkan cakupan pelayanan infrastruktur dasar
IV.2 Sasaran :
IV.2.1 Terpenuhinya akses koneksitas inter dan
2. Membangun Infrastruktur pendukung di empat Kawasan
3. Pembangunan Kawasan Bandara di pulau Bengkalis dan Rupat Utara
No. Jaminan / Tujuan /
Sasaran Strategi Kebijakan
4. Pembangunan Kawasan
Pelabuhan Buruk Bakul sebagai pelabuhan peti kemas, kargo dan benda cair
V. Jaminan V :
Jaminan pelayanan publik, birokrasi dan kelembagaan daerah
1. Meningkatkan kualitas SDM Aparatur dan pelayanan publik yang bebas KKN
2. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan desa
VI Jaminan VI :
Jaminan pemerataan dan percepatan pembangunan daerah
VI.1 Tujuan :
Mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah
1. Mengoptimalkan hasil pelaksanaan musrenbang kegiatan fisik dan kegiatan strategis lainnya
Sumber: RPJMD Kabupaten Bengkalis 2010-2015
1. Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah Kabupaten Bengkalis dikelolah sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan daerah,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 junto Pemendagri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah,
serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
Secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bengkalis diatur
dalam peraturan daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 13 Tahun 2007
tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, menyusun
rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,
penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, kerugian daerah, pengelolaan
keuangan BUMD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan
daerah, serta sistem informasi keuangan daerah.
Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah
antara lain adalah:
a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
b. Penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan
daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan
kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam
APBD/perubahan APBD.
c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan
dalam rekening Kas Umum Daerah.
2. Penerimaan Daerah
Sumber penerimaan daerah bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
3. Pengelolaan Belanja Daerah
Terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung yang terdiri dari:
a. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung. Belanja bagi hasil meliputi belanja bagi hasil
pajak daerah dan retribusi daerah kepada Desa/Kelurahan.
b. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung meliputi:
belanja pegawai, belanja barang dan jasa untuk pengeluaran bahan
habis pakai, belanja modal dipergunakan untuk pengeluaran
pengadaan tanah, alat-alat berat, dan lain-lain.
B. Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan
atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah
terdiri dari penerimaan pembiayaan yang mencakup Silpa tahun anggaran
sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian
pinjaman, penerimaan piutang daerah, penerimaan kembali penyertaan modal
(investasi) pemerintah daerah.
3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang CIpta Karya
3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat
pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Berbagai isu strategis Kabupaten Bengkalis yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bengkalis
kualitas perumahan dan lingkungannya, Upaya penciptaan lingkungan perumahan
yang sehat erat kaitannya dengan program preventif kesehatan masyarakat.
Penanganan kebersihan lingkungan adalah langkah awal yang sangat strategis
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang bersifat preventif.
Penanganan lingkungan perumahan yang sehat yang memiliki drainase yang
baik, ketersediaan air bersih, penyaluran limbah domestic yang tertata, serta
pengaturan lingkungan lainnya menjadi program strategis.
b. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)
Kabupaten Bengkalis.
Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang
bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman di Kabupaten Bengkalis serta merumuskan alternatif pemecahan dan
rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada
di wilayah Kabupaten Bengkalis.
Tabel 4.13
Data Program Pedesaan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2014
No Program Kegiatan
Lokasi Volume/ Satuan
Status Kondisi Infra
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
No Program Kegiatan
Lokasi Volume/ Satuan
Status Kondisi Infra
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pedekik (REPLIKASI) 1 paket Sudah selesai Masih baik Sungai Alam
(REPLIKASI)
1 paket Sudah selesai Masih baik
Sebauk (REPLIKASI) 1 paket Sudah selesai Masih baik Sumber: Dinas Tata Kota, Tata Ruang dan Permukiman Kab. Bengkalis, 2015
3.2.2. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kabupaten Bengkalis
Sistem penyediaan air minum Kabupaten Bengkalis merupakan bagian dari
Rispam Regional yang berpusat di Kabupaten Rokan Hilir. RISPAM ini melibatkan 3
kabupaten yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai.
Pembangunan PAM Regional ini nantinya akan dibangun di tiga kawasan di Provinsi
Riau, yakni, Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), dan
akan dinamakan PAM Regional Duralis.
Pembangunan PAM Regional Duralis di tiga kawasan di Provinsi Riau ini,
rencananya akan mengambil bahan baku dari Sungai Rokan di Kecamatan Tanah Putih
Ujung Tanjung. Pengelolaanya sendiri diserahkan pemerintah pusat ke daerah, leading
sektornya berada di Dinas Cipta Karya Tata Ruang
Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Regional Riau berlokasi di Tanah Putih,
Kabupaten Rohil sudah beroperasi, jumlah pelanggannya kini sudah mencapai 600
orang. Program air bersih merupakan program yang sangat strategis mencapai sampai
kedasar semua masyarakat Daerah. Ini salah satu kepedulian Pemerintah terhadap
masyarakat yang terus dilanda kesulitan air bersih
Pemprov Riau melalui Dinas Cipta Karya Tataruang dan Sumber Daya Air Riau
berencana membangun sistem pengolahan air minum (SPAM) regional di Kabupaten
Rohil. Lokasi pengolahan dipusatkan di Ujung Tanjung, Kelurahan Banjar XII, Rokan
Hilir.
Untuk menunjang percepatan pembangunan SPAM Regional tersebut,
Pemerintah daerah Kabupaten Rohil menghibahkan tanah seluas 6 hektar, dengan
rincian 2 hektar digunakan untuk untuk penampungan air(intek-red) dan 4 hektar
digunakan untuk instalasi dan mesin pengolahan. Dananya berasal dari dana APBN
Pusat. cara pengolahan air minum nantinya tidak menggunakan obat, tetapi
konsumsi masyarakat di seluruh Kabupaten Rokan Hilirdan Kabupaten Bengkalis serta
Kota Dumai.
Pemprov Riau akan membeli air ke Pemerintah Daerah Rokan Hilir karena
sumber air yang akan di olah berasal dari Sungai Rokan. Sedangkan penyambungan
instalasi ke seluruh konsumen seperti, Ruko, Hotel dan perkantoran akan diserahkan
pengelolaanya ke Pemkab setempat, begitu juga dalam pengelolaan keuangan.
Sistim distribusi SPAM Regional Duralis, akan dialirkan di seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Bengkalis serta Kota Dumai, dengan
suplai air 1000 liter perdetik. Untuk mencapai pengelolaan dan pengaturan yang baik
akan dibuat Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman, dan akan
di tandatangani dua bupati, satu walikota dan Gubernur Provinsi Riau.
3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Bengkalis
Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi.
Pemerintah hingga kini telah memiliki peta jalan pembangunan sanitasi guna mencapai target “Menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015”.
Kabupaten Bengkalis dalam meningkatkan akses penduduk terhadap sanitasi
yang layak, kebijakan ke depan diarahkan pada peningkatan investasi pengelolaan
sistem air limbah terpusat dan penyediaan sanitasi berbasis masyarakat dengan fokus
pelayanan bagi masyarakat miskin. Investasi tersebut diberikan untuk pengembangan
sistem pengolahan air limbah terpusat skala kota (off-site), pembangunan sistem
sanitasi setempat (on-site) dan juga pengembangan dan perbaikan Instalasi Pengolah
Lumpur Tinja (IPLT).
Untuk mengejar ketertinggalan dalam penyediaan layanan sanitasi, saat ini
pemerintah melakukan terobosan melalui peluncuran Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2010-2014 yang menekankan bahwa
sanitasi adalah urusan bersama seluruh pihak baik pemerintah, swasta, donor, dan
masyarakat. Sementara itu, DAK bidang sanitasi digunakan untuk meningkatkan
cakupan layanan sanitasi di daerah padat perkotaan, melalui pendekatan sanitasi
berbasis masyarakat (SANIMAS).
Selanjutnya, untuk memastikan kualitas air minum dan sanitasi di samping
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting air minum dan sanitasi yang
2011-2015, yang bertujuan untuk menghilangkan praktik BAB di tempat terbuka pada
akhir 2015. Selain itu, kebijakan lainnya adalah menyediakan perangkat peraturan di
tingkat Pusat dan/atau Daerah untuk mendukung pelayanan air minum dan sanitasi
yang layak, melalui penambahan, revisi, maupun deregulasi peraturan
perundang-undangan.
Bersamaan dengan itu pemerintah berusaha meningkatkan pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), melalui
komunikasi, informasi dan edukasi serta pembangunan sarana dan prasarana air
minum dan sanitasi di sekolah sebagai bagian dari upaya peningkatan sosialisasi
perilaku yang higienis bagi siswa sekolah dan penerapan praktek perilaku hidup bersih
dan sehat oleh masyarakat.
Tak kalah pentingnya adalah meningkatkan sistem perencanaan pembangunan
air minum dan sanitasi yang layak, melalui penyusunan rencana induk sistem
penyediaan air minum (RIS-SPAM) sesuai prinsip-prinsip pembangunan air minum dan
sanitasi berbasis masyarakat maupun lembaga; penyusunan Strategi Sanitasi
Kabupaten (SSK) yang selaras dengan RIS-SPAM; serta pemantauan dan evaluasi
pelaksanaannya.
Di sisi kelembangaan, meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air
minum dan sanitasi yang layak melalui (a) penyusunan business plan, penerapan
korporatisasi, pelaksanaan manajemen aset, dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia, baik yang dilakukan oleh institusi maupun masyarakat; (b) peningkatan kerja
sama antar pemerintah, antara pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah dan
swasta, ataupun antara pemerintah, swasta, dan masyarakat; (c) peningkatan
keterkaitan antara sistem pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dengan
pemerintah; dan (d) optimalisasi pemanfaatan sumber dana.
Di samping itu, peningkatan belanja investasi daerah untuk perbaikan akses air
minum dan sanitasi yang difokuskan pada pelayanan bagi penduduk perkotaan
terutama masyarakat miskin serta peningkatan iklim investasi yang mendukung
pembangunan guna merangsang partisipasi aktif sektor swasta dan masyarakat
melalui KPS dan CSR; dan juga untuk pengembangan dan pemasaran pilihan sistem
penyediaan air minum dan sanitasi yang tepat guna.
Untuk mempercepat pencapaian target MDGs tahun 2015, Presiden RI telah
memberikan perhatian khusus dengan mengeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3
Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan, khususnya tentang