• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

JANGKA MENENGAH (RPIJM)

BIDANG CIPTA KARYA

KABUPATEN BENGKALIS

(2)

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CPTA KARYA

3.1. Arahan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan

Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Visi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah : “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya

maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,

dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,

dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Adapun dalam RPJMN 2015-2019 terdapat Sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) sebagai berikut :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

(3)

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2015-2019, yaitu:

a. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga

berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah

tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah

tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta

peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam

pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.

b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

Indonesia melalui :

▪ pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan

MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus,

dan 28 regional;

▪ Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit;

▪ Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota

metropolitan dan kota besar;

▪ Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang

dan kota kecil;

▪ Fasilitasi business to business di 315 PDAM;

(4)

▪ Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan

jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah

PDAM sakit menjadi 14 PDAM.

c. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat

kebutuhan dasar yaitu

▪ untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan

penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab

(melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal

di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan

pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409

kota/kab;

▪ untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan

pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan

fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112

kota/kab;

▪ untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan

genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman;

▪ kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta

advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

d. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan

perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan

fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan

prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan

keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.

3.1.1.2. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian

selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan

dan air) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa arahan dalam bidang Cipta Karya,

sesuai dengan arahan Renstra Cipta Karya 2015-2019 adalah terpenuhinya penyediaan

air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, dengan

(5)

sanitasi layak menjadi 100%; pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan

jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel, dengan indikator

berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak

layak menjadi 0%; dan pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk

mendukung pembangunan pertanian atau yang biasa disebut target 100-0-100.

Dalam rangka percepatan terhadap pencapaian kesejahteraan masyarakat yang

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2014 –

2019 tentunya dibutuhkan investasi yang cukup besar khusunya dalam rangka

pelayanan kebutuhan infrastrukutur dasar bagi masyarakat. Kebijakan pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat khusunya di bidang keciptakaryaan di fokuskan dalam

rangka pencapaian kebijakan program pemenuhan kebutuhan air minum, penanganan

kawasan kumuh serta penanganan sanitasi yang layak melalui agenda 100-0-100.

Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengidentifikasi data kawasan permukiman

kumuh yaitu 37.407 Ha yang tersebar di 2.883 kawasan di 415 kabupaten/kota di

seluruh Indonesia. Dari 415 kabupaten/kota tersebut, sebanyak 129 kabupaten/kota

telah menetapkan kawasan permukiman kumuh di wilayahnya dengan surat keputusan

Walikota/Bupati sebagai syarat mendapatkan program Pemerintah (APBN).

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Bengkalis

3.1.2.1.1. Kawasan Strategis Provinsi Riau di Wilayah Kabupaten

Kawasan strategis Provinsi Riau di wilayah Kabupaten Bengkalis yang tertuang

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2007-2026 adalah kawasan

strategis Duri – Dumai - Rupat. Kawasan strategis ini merupakan satu koridor kegiatan ekonomi lintas Kota Dumai-Kabupaten Bengkalis yang akan mempengaruhi

percepatan pembangunan ekonomi wilayah Provinsi Riau secara umum dan wilayah

sekitarnya secara khusus. Fungsi utamanya adalah lokasi pengembangan perkebunan,

pariwisata, perdagangan dan migas.

Kewenangan pengelolaan kawasan strategis Duri-Dumai-Rupat adalah

Pemerintah Provinsi Riau. Pengembangan kawasan strategis tersebut perlu dilakukan

(6)

Bengkalis yang pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten yang

bersangkutan.

A. Kawasan Strategis Kabupaten Bengkalis

Kawasan strategis Kabupaten Bengkalis 2011-2031, sesuai dengan kondisi dan potensi

wilayahnya direncanakan, sebagai berikut :

1. Kawasan Strategis Duri

Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area) di

Kabupaten Bengkalis dengan karakteristik, sebagai berikut :

a) Merupakan kawasan perkotaan dengan kegiatan ekonomi regional yang

mengikat perkembangan pusat-pusat kegiatan lokal/pusat pertumbuhan

ekonomi di wilayah daratan Kabupaten Bengkalis Bengkalis;

b) Memiliki potensi pertumbuhan dan pergerakan penduduk yang tinggi

seiring dengan meningkatnya perkembangan sektor sekunder dan tersier;

c) Memiliki potensi terjadi pergeseran pemanfaatan ruang dari sektor primer

ke sektor sekunder/tersier;

d) Memiliki potensi munculnya kawasan kumuh bila tidak direncanakan dan

dikendalikan perkembangannya.

Kawasan strategis Duri, berfungsi sebagai pusat niaga skala regional, pusat

pemerintahan kabupaten Bengkalis, khususnya untuk dinas-dinas/SKPD yang

melayani kegiatan perkotaan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan

industri berbasis pertanian/perkebunan dan kawasan Migas. Pengembangan

kawasan strategis ini perlu dintegrasikan dengan pengembangan kawasan

perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning dalam satu koridor

pengembangan kegiatan ekonomi.

Untuk mewujudkan percepatan pembangunan kawasan strategis Duri pada

masa mendatang perlu didukung rencana pengembangan prasarana jaringan

jalan Kolektor Primer 2 (K2) yang menghubungkan kawasan perkotaan Duri

dengan kawasan perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning. Kawasan

Strategis Duri memiliki peluang tumbuh cepat, karena didukung potensi yang

cukup, diantaranya adalah:

a) Ketersediaan kantong-kantong produksi pertanian dan perkebunan;

b) Posisi geografis Duri terletak pada jalur regional (arteri primer) yang

menghubungkan Pekanbaru - Dumai dan ke kawasan perkotaan lain

(7)

c) Adanya Rencana Pembangunan Jalur Kereta Api (koneksi Trans Sumatera

Railways), Jalan Tol Dumai - Pekanbaru melintasi Kawasan perkotaan Duri.

Pada masa mendatang keberadaan jalan tol ini akan menjadi triger

perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi kawasan perkotaan

Duri.

2. Kawasan Strategis Sei Pakning-Buruk Bakul dan Bengkalis

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2006-2027, Kawasan

strategis ini ditetapkan fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Kegiatan ekonomi yang potensial adalah kegiatan sentra perniagaan Asean

(perdagangan dan jasa), kawasan permukiman perkotaan, pemerintahan

kabupaten, pusat pendidikan, pusat budaya melayu, kawasan Industri dan

kawasan pariwisata yang didukung oleh pelayanan pelabuhan yang memadai.

Potensi-potensi lain yang akan mendukung percepatan pembangunan kawasan

strategis Perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning, adalah sebagai

berikut :

a) Posisi geografis kawasan strategis terletak pada posisi yang amat

menguntungkan. Dari satu sisi, berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar

strategis produk lokal dan dari sisi lain, merupakan simpul pertemuan dari

Pekanbaru - Siak Sri Indrapura - Dumai melalui jalur pesisir dan dari

Kawasan Perkotaan Duri ke Bengkalis melalui jalur darat. Kondisi ini

memperkuat fungsi kawasan strategis Bengkalis - Buruk Bakul - Sei

Pakning sebagai lokasi transito;

b) Pengembangan kawasan strategis didukung oleh ketersediaan

kantong-kantong produksi pertanian, perkebunan dan perikanan yang tersebar di

wilayah daratan, pesisir dan Kepulauan Bengkalis dan sekitarnya (Rupat,

Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi). Kantong-kantong produksi ini akan

mendukung upaya pengembangan kawasan industri pengolahan di

Kawasan Perkotaan Buruk Bakul.

c) Pengembangan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis merupakan pusat

Niaga Asean, Lokasi Transito, Pusat Pendidikan dan Budaya Melayu, pusat

pemerintahan ibukota Kabupaten Bengkalis, permukiman perkotaan dan

pariwisata.

(8)

rencana pengembangan prasarana jaringan jalan kolektor primer 2 (K2) yang

menghubungkan Duri-Bengkalis dan Pekan Baru-Siak Sriindrapura-Sei

Pakning-Buruk Bakul-Dumai, Bandar Udara Bengkalis, prasarana energi, air bersih dan

telekomunikasi serta didukung dengan pelayanan pelabuhan Ro Ro Buruk Bakul

dan pelabuhan Sei Pakning.

3. Kawasan Strategis Rupat (Tanjung Medang)

Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area)

pada kawasan koridor ekonomi regional yang mengikat perkembangan

pusat-pusat pertumbuhan di pulau Rupat. Kawasan strategis Rupat ditetapkan di

Kawasan Perkotaan Tanjung Medang (Rupat Utara). Kawasan strategis ini

berhimpitan dengan kawasan strategis Provinsi Riau. Kewenangan Pemerintah

Provinsi Riau tentunya amat terkait dalam penyediaan sarana dan prasarana

dasar dengan status pengelolaan provinsi.

Pengembangan kawasan strategis Tanjung Medang difungsikan sebagai

kawasan pariwisata (pantai tanjung Medang), permukiman perkotaan dan

sentra perikanan yang dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan

kawasan pertanian dengan pola Kota Terpadu Mandiri. Namun upaya

pengembangan kawasan strategis ini perlu memperhatikan upaya pelestarian

lingkungan, khususnya pengamanan dan pelestarian kawasan hutan bakau

(mangrove). Potensi-potensi yang tersedia dikawasan Tanjung Medang, adalah:

a) Ketersediaan pantai berpasir putih sangat potensial untuk pengembangan

kawasan pariwisata skala besar;

b) Ketersediaan kantong - kantong produksi pertanian, perikanan dan

perkebunan yang akan dikembangkan dengan pola Kota Terpadu Mandiri

(KTM). Kebijakan ini akan memperkuat fungsi Tanjung Medang sebagai

daerah perkotaan;

c) Kawasan Tanjung Medang difungsikan sebagai salah satu kawasan

pertahanan di daerah perbatasan, yang didukung oleh ketersediaan

pelabuhan khusus Angkatan Laut;

d) Ketersediaan pelabuhan pengumpan lokal dan pelabuhan rakyat yang

mendukung kegiatan perdagangan lintas batas;

e) Adanya rencana pembangunan jalan lingkar pulau Rupat dengan fungsi

(9)

Tanjung Medang dengan melintasi pusat - pusat permukiman yang tumbuh

dikawasan pesisir dan bagian tengah Pulau Rupat;

f) Kemudahan aksesibilitas dari Dumai ke Batu Panjang dan Tanjung Medang

yang didukung pelayanan pelabuhan Ro-Ro (Dumai - Batu Panjang);

g) Posisi geografis Tanjung Medang yang berhadapan dengan Malaysia

sebagai pasar potensial, diharapkan dapat mendorong upaya

pengembangan produk lokal;

Prasarana dan sarana dasar yang perlu dipersiapkan untuk mendukung

pengembangan kawasan strategis Rupat (Tanjung Medang), diantaranya

adalah: pengembangan gerbang wisata, permukiman perkotaan, fasilitas

pendukung wisata, pelabuhan, jaringan jalan lingkar (Lokal Primer), air bersih,

energi dan telekomunikasi serta penyediaan Bandar udara pariwisata Rupat.

Penyediaan prasarana dan sarana dasar ini perlu direalisasikan secara terpadu

dengan pengembangan kawasan Perkotaan Dumai-Batu Panjang

Rencana penetapan dan pengelolaan kawasan strategis Kabupaten Bengkalis

(10)
(11)

3.1.2.1.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang

A. Arahan Pola Ruang

1. Pola Ruang Kawasan Budidaya

Perumusan rencana pola ruang kawasan budidaya ini, lazimnya harus

merujuk pada : Undang Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan

Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.16/PRT/M/2009, tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Peraturan

Perundang-undangan terkait, ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Riau 2007-2026, Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Bengkalis 2002 - 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten yang

berbatasan, peta perijinan, padu serasi, kebijakan sektoral, kriteria teknis

kawasan budi daya dan standar-standar perencanaan. Rencana pola ruang

kawasan budidaya diwilayah Kabupaten Bengkalis 2009 - 2029 secara jelas

disajikan pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 dengan rincian, sebagai berikut:

Tabel 4.1

Perkiraan Luas Lahan Kawasan Budidaya di Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031

No Kawasan Budi Daya Luas (Ha) Prosentase (%) 1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 232.624 29,92 2 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan

Basah

35.447,62 4,56

3 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering

18.314,11 2,36

4 Kawasan Peruntukan Perkebunan Besar Swasta

112.941,19 14,53

5 Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat 74,506,94 9,58 6 Kawasan Peruntukan Pertambangan 7.669,85 0,99 7 Kawasan Peruntukan Kegiatan Industri 9.256,84 1,19 8 Kawasan Peruntukan Pariwisata 2.296,85 0,30 9 Kawasan Peruntukan Permukiman 14.625,66 3,21 10 Kawasan Peruntukan Lainnya 10.599,32 1,38 Total 551.152,28 69,24 Keterangan : Kawasan peruntukan lainnya, antara lain meliputi: Perikanan, zona pembatas kabel

bawah laut, zona lego jangkar dan peruntukan pertahanan dan keamanan

2. Kawasan Peruntukan Permukiman

a. Kawasan permukiman perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman yang

(12)

Pakning. Pada masa mendatang pengembangan kawasan permukiman

perkotaan diarahkan pada kawasan Tanjung Medang, Selat Baru, Batu

Panjang dan pusat-pusat ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan

permukiman perkotaan diselaraskan dengan arahan struktur ruang

wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031.

b. Kawasan permukiman perdesaan

Kawasan permukiman berciri perdesaan adalah kawasan permukiman

yang berlokasi pada kawasan pertanian, perkebunan, disekitar kawasan

hutan, dan kawasan permukiman nelayan. Kawasan pusat permukiman

ini disebut sebagai kawasan pusat-pusat desa.

Rencana Pengelolaan

a. Kawasan permukiman perkotaan

Pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan

direncanakan, sebagai berikut :

• Mempersiapkan lahan pengembangan permukiman perkotaan;

• Mempersiapkan lahan pengembangan kegiatan komersial,

perumahan, industri dan kegiatan jasa pelabuhan dan pariwisata; • Mengamankan kawasan pantai/pesisir dan sungai dari dampak

negatif pembangunan kawasan permukiman disekitar kawasan

pantai dan sungai;

• Mengitegrasikan pengembangan kawasan permukiman perkotaan -

perkotaan lainnya dan permukiman perkotaan - perdesaan yang

didukung oleh pengembangan sistem transportasi darat dan laut

secara terpadu;

• Menambah jumlah dan meningkatkan pelayanan fasilitas sosial

(pendidikan, kesehatan, peribadatan dan ruang publik lainnya),

sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal setiap fasilitas;

• Mempersiapkan sarana dan prasarana dasar kawasan permukiman

(jalan lingkungan, air bersih, energi, ruang terbuka hijau, tempat

pembuangan sampah dan pelabuhan) sesuai dengan standar

pelayanan minimal.

b. Kawasan permukiman perdesaan

Pengelolaan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan pada

(13)

• Mengintegrasikan pengembangan kawasan permukiman perdesaan

dengan kawasan permukiman perkotaan yang didukung oleh

pelayanan sistem transportasi darat dan laut yang memadai;

• Meningkatkan pelayanan fasilitas sosial (pendidikan, kesehatan dan

peribadatan) sesuai standar pelayanan minimal pada kawasan

perdesaan;

• Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana dasar perdesaan

(jalan desa, pelabuhan rakyat, energi listrik, air bersih dan

komunikasi) sesuai kebutuhan masyarakat perdesaan;

• Mengamankan kawasan pantai dan sungai dari dampak negative

pembangunan kawasan permukiman perdesaan yang tumbuh

disekitar pantai dan sungai.

B. Arahan Struktur Ruang

Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan adalah:

1. Rencana Jaringan Air Bersih

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi

masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah :

a.

Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk

memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam

puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi

persyaratan fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak

berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta

tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan.

Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin

kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam

puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan

pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.

b.

Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup;

c.

Syarat – syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya.

(14)

Tabel 4.2

Syarat – Syarat Kadar (Bilangan) Air Minum

No. Syarat yang disyaratkan Kadar (bilangan) Kadar (bilangan) yang tidak boleh dilampaui

1 Keasaman sebagai PK 7,0 – 8,5 Dibawah 6,5 dan di atas 9,5 2 Bahan Bahan Padat Tak Melebihi 50 mg/l Tak Melebihi 1.500 mg/l)

3 Warna (Skala Pt CO) Tak Melebihi Kesatuan Tak Melebihi 50 Kesatuan

4 Rasa Tidak Mengganggu -

5 Bau Tak Menggangu -

Sumber : RTRW Kab. Bengkalis, 2015

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk

dan aktivitas yang ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih

di Kabupaten Bengkalis dikembangkan pada wilayah - wilayah permukiman

perkotaan dan perdesaan. Fasilitas pelayanan air bersih di Kabupaten

Bengkalis hingga saat ini baru mencakup beberapa wilayah yang terbatas.

Dalam penyediaan air bersih bagi penduduk, hal yang paling penting

diutamakan adalah sumber air baku. Untuk memenuhi kebutuhan supply

air baku berupa sumber air tasik/waduk maupun sungai yang dapat

dimanfaatkan. Manyangkut sumber air baku bagi penyediaan air bersih di

Kabupaten Bengkalis, air baku rata-rata memiliki kualitas rendah, terutama

dikepulauan akibat pengaruh tanah gambut yang dominan diwilayah

tersebut. Karena hingga saat ini, belum diperoleh teknologi pengolahan air

gambut skala besar yang bias diterapkan secara ekonomis untuk

penyediaan air bersih.

Memperhatikan kendala tersebut, maka khusus penyediaan air bersih pada

kawasan bertanah gambut pengembangannya direncanakan, sebagai

berikut :

a. Pada kawasan industri, pelabuhan dan kawasan dengan populasi

melebihi 10.000 orang, sistem penyediaan air bersih dapat dilakukan

dengan beberapa alternative, yaitu:

• Penggunaan waduk penampung hujan (polder system) yang

direncanakan secara terpadu dengan system pembuangan air hujan

(drainase) perkotaan. Pengembangan secara terpadu antara waduk

(15)

tangkapan air hujan (catchment area) agar volume air hujan yang

masuk kewaduk dapat ditangkap sebanyak-banyaknya. Sehingga

jaringan drainase perkotaan harus memiliki jaringan terpisah

dengan jaringan pembuangan limbah domestik guna meningkatkan

dan menjaga kualitas air baku;

• Mengambil air baku dari sungai yang ada, yang pada bagian hulu

sumbernya tidak berasal dari wilayah bertanah gambut (berasal dari

tanah mineral). Dengan air baku ini maka pengolahannya

menggunakan system IPAL (Instalasi Pengolahan Air Lengkap)

jaringan perpipaan;

• Memanfaatkan air gambut yang banyak diwilayah sekitar sebagai air

baku dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Gambut (IPAG)

dengan system cluster jaringan perpipaan. Wilayah pelayanan

direncanakan sedemikian rupa membentuk system cluster untuk

menekan biaya pembangunan jaringan pipa distribusi.

b. Pada wilayah dengan populasi yang tidak akan melebihi 10.000 jiwa,

pengembangan penyediaan air bersih dengan menggunakan IPAG

system cluster jaringan sederhana;

c. Pada pemukiman perdesaan yang secara umum lokasinya tersebar,

dalam penyediaan air bersih diarahkan menggunakan IPAG dengan

system terpusat jaringan sederhana serta menggunakan wadah -

wadah penampungan air pada rumah – rumah penduduk.

Dalam memproyeksikan kebutuhan air bersih Kabupaten Bengkalis sampai

dengan tahun 2031, digunakan pendekatan kebutuhan air bersih untuk

rumah tangga dan non rumah tangga sesuai dengan standar yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu ;

- Perkiraan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan,

yaitu tahun 2031;

- Kebutuhan air bersih untuk penduduk diambil rata untuk penduduk

perkotaan dan perdesaan, yaitu 70 liter/jiwa/hari;

- Kebutuhan non rumah tangga diasumsikan 30% dari kebutuhan total

rumah tangga;

(16)

Dengan demikian kebutuhan air minum untuk Kabupaten Bengkalis

diperkirakan akan meningkat dari 74,63 m³/hari pada tahun 2014 menjadi

127,34 m³/hari pada tahun 2031. Secara lebih rinci proyeksi kebutuhan air

disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Bengkalis sampai dengan Tahun 2031

Deskripsi Standard dan

Asumsi Unit 2014 2019 2024 2031

Proyeksi Jumlah

Penduduk Orang 655.102

771.984

909.721 1.072.032

Kebutuhan Air Bersih

Rumah Tangga

70 liter/jiwa/hari

liter/hari 45.857.140 54.038.880 63.680.470 75.042.240

Non Rumah Tangga

30% dari kebutuhan

Rumah Tangga Liter/hari 13.757.142 16.211.664 19.104.141 22.512.672

Kebocoran 15% liter/hari 8.942.142 10.537.582 12.417.692 14.633.237

Total Kebutuhan Air Bersih liter/hari 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149

Sumber: RTRW Kab. Bengkalis

Dalam pengembangan penyediaan air bersih kabupaten, pengembangan

jaringan air bersih diarahkan pada kota – kota utama (PKW, PKWP, PKL,

PKLp, PPk) (kegiatan domestik dan perdagangan) kabupaten serta pada

pusat pertumbuhan wilayah kabupaten. Pemenuhan kebutuhan air bersih

yang besar pada akhir tahun perencanaan dilakukan dengan skenario:

- Peningkatan kapasitas produksi PDAM Kabupaten Bengkalis harus lebih

diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (domestik)

dan kegiatan perdagangan;

- Penyediaan air bersih untuk keperluan non domestik (industri,

pariwisata dan pelabuhan) dapat dilakukan dengan bekerjasama

dengan pihak swasta, sedang pengadaan jaringan dapat dilakukan

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis sebagai salah satu

bentuk subsidi dalam merangsang masuknya investasi baru.

Disamping rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya

air, hal lain yang perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya di Kabupaten

(17)

banjir di Kabupaten Bengkalis umumnya terjadi di wilayah pesisir pulau

baik di Pulau Sumatra seperti di Kecamatan Bukit Batu maupun di pulau

seperti Bengkalis dan Rupat. Salah satu penyebab banjir ini adalah

intensitas hujan yang tinggi di musim-musim tertentu sehingga naiknya air

di sungai dan kali. Selain itu naiknya air laut pada saat terjadinya pasang

pada musim-musim tertentu menggenangi rumah-rumah penduduk dan

jalan raya. Penyebab lainnya adalah rendahnya permukaan tanah di

wilayah pesisir. Guna menanggulangi hal tersebut, maka perlu dilakukan

penghijauan kembali wilayah pesisir.

2. Sistem Pengolahan Air Limbah

Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black

water) penduduk Kabupaten Bengkalis sebagian besar menggunakan

pengolahan setempat (on site), yaitu berupa tangki septik dan sistem

peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal

dari mandi, cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung ke

saluran drainase yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat

juga masih melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air

seperti sungai dan pantai, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar

kawasan tersebut.

Volume air limbah grey water dari suatu daerah biasanya sekitar 80% dari

volume air bersih yang digunakan dan volume air limbah black water

adalah sebesar 20% dari volume air bersih yang digunakan, maka

berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Bengkalis

besarnya perkiraan volume air limbah dan volume lumpur tinja yang

dihasilkan pada tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Bengkalis Tahun 2014-2031

Deskripsi Standar dan

Asumsi Satuan 2014 2019 2024 2031

Populasi Orang 655.102 771.984 909.721 1.072.032 Kebutuhan Air

Bersih liter/org 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149 Volume Grey Water 80% liter/org 54.845.139 64.630.501 76.161.842 89.750.519 Volume Black

Water 20% liter/org 13.711.285 16.157.625 19.040.461 22.437.630

Total Air Kotor liter/hari 68.556.424 80.788.126 95.202.303 112.188.149

(18)

Kondisi topografi yang relatif datar, terutama di pusat-pusat kota,

memberikan kendala dalam penyaluran air limbah karena kemampuan

penyaluran air limbah hanya dapat dalam jarak pendek, sehingga alternatif

pengelolaan air limbah yang digunakan adalah on site system, yaitu sistem

septic tank dan rembesan. Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan

adalah :

a. Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan

penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang

tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang

rembesannya;

b. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan

penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah (6 – 10 rumah)

perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah

kelompok pemakai.

Kemudian, untuk mengatasi limbah perkotaan non domestik, Pemerintah

Daerah Kabupaten Bengkalis diharapkan untuk membangun Instalasi

pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang pengelolaannya ditangani oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan.

3. Sistem Pengolahan Sampah

Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan

permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman

(SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan

(SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan

teknis operasionalnya. Timbunlan sampah yang dihasilkan di berasal dari

kawasan perumahan (domestik), industri, kawasan komersial, wisata dan

fasilitas umum lainnya. Timbulan sampah yang dikelola adalah timbulan

sampah non B-3 (Bahan Beracun dan Beracun/Hazardous Waste). Laju

timbulan sampah adalah adalah 2,5 kg/orang/hari, sesuai dengan SNI

19-3983-1995, sehingga pada akhir tahun perencanaan mencapai 865 m³/hari.

Proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan Kabupaten Bengkalis disajikan pada

(19)

Tabel 4.5

Proyeksi Volume Sampah Kabupaten Bengkalis Tahun 2014 – 2031

Deskripsi Satuan 2014 2019 2024 2031

Populasi Orang 655.102 771.984 909.721 1.072.032

Timbulan Sampah kg/org/hr 2,5 2,5 2,5 2,5

Total Sampah kg/hari 1.781.945 2.188.935 2.688.880 3.042.108 Sumber: RTRW Kab. Bengkalis

Pola penanganan sampah yang dikembangkan untuk Kabupaten Bengkalis

harus mampu menstimulasi dan secara konkrit melibatkan dunia usaha maupun

peran serta masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan uraian sebelumnya

bahwa pengelolaan sampah yang direncanakan lebih menekankan pada

pengurangan volume sampah yang dihasilkan dan yang dibuang ke TPA.

Bentuk pengelolaan seperti ini memerlukan peran serta dari semua pihak baik

pemerintah melalui instansi atau dinas terkait maupun masyarakat.

4. Sistem Drainase

Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Bengkalis merupakan saluran

drainase alam yang menjadi outlet dari saluran - saluran drainase yang ada.

Sehingga aliran air hujan yang mengalir disaluran - saluran drainase sangat

dipengaruhi oleh permukaan air di sungai tersebut. Padahal permukaan air

sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut, oleh sebab itu aliran air hujan

tidak dapat selalu dialirkan secara gravitasi. Prinsip dasar dalam penyusunan

rencana drainase Kabupaten Bengkalis adalah :

a. Pembagian sistem yang jelas dan keseragaman penamaan sistem, saluran

dan bangunan -bangunan drainase lainnya (nomenklatur);

b. Sungai-sungai besar sebagai saluran primer menggunakan alur pematusan

alami, sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola tata ruang

dan jaringan jalan;

c. Perhitungan debit aliran didasarkan pada rencana penggunaan lahan di

masa yang akan datang;

d. Perlu ditetapkan batasan tinggi genangan yang dapat diterima dalam

perencanaan, baik untuk pemukiman, jalan, area industri/bisnis maupun

area yang penting lainnya. Hal ini sangat penting mengingat bahwa

penanganan drainase sangat sulit untuk membebaskan area dari genangan

(20)

e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek

panjang saluran;

f. Saluran maupun infrastruktur drinase lainnya direncanakan secara

ekonomis dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaannya;

g. Saluran drainase dipusat-pusat perkotaan harus difungsikan sebagai

saluran kolektor dan long storage;

h. Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya

tampung dan kemampuan alirnya;

i. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan

pompa air untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke

sungai/saluran;

j. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi

volume limpasan permukaan.

k. Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase,

retarding pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang

dihitung tetapi juga volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang

harus ditahan (storage). Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya

dihitung debit banjir puncak tetapi juga waktu konsentrasi atau dengan

kata lain perlu dihitung hidrograf banjir rencana;

l. Perlunya tinjauan aspek kelembagaan dalam operasional dan

pemeliharaan.

Tabel 4.6

Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Kawasan Budidaya: Infrastruktur Cipta Karya:

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

2. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah

3. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering

4. Kawasan Peruntukan Perkebunan Besar Swasta

5. Kawasan Peruntukan Perkebunan Rakyat

6. Kawasan Peruntukan Pertambangan

7. Kawasan Peruntukan Kegiatan Industri

8. Kawasan Peruntukan Pariwisata

9. Kawasan Peruntukan Permukiman

10.Kawasan Peruntukan Lainnya

1. Sistem Air bersih

2. Sistem Pengelolaan Sampah

3. Sistem Pengelolaan Air Limbah

(21)

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Kawasan Permukiman:

a. Kawasan permukiman perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman yang berlokasi di kawasan perkotaan Bengkalis, perkotaan Duri dan Sei Pakning. Pada masa mendatang pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada kawasan Tanjung Medang, Selat Baru, Batu Panjang dan pusat-pusat ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diselaraskan dengan arahan struktur ruang wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031.

b. Kawasan permukiman perdesaan

Kawasan permukiman berciri perdesaan adalah kawasan permukiman yang berlokasi pada kawasan pertanian, perkebunan, disekitar kawasan hutan, dan kawasan permukiman nelayan. Kawasan pusat permukiman ini disebut sebagai kawasan pusat-pusat desa.

(22)

Tabel 4.7

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Bengkalis (KSK) berdasarkan RTRW

Kawasan Strategis Sudut

Kepentingan

Lokasi/ Batas Kawasan

KSK Kota Duri a) Merupakan kawasan perkotaan dengan kegiatan ekonomi regional yang mengikat perkembangan pusat-pusat kegiatan lokal/pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah daratan Kabupaten Bengkalis Bengkalis;

b) Memiliki potensi pertumbuhan dan pergerakan penduduk yang tinggi seiring dengan meningkatnya perkembangan sektor sekunder dan tersier;

c) Memiliki potensi terjadi pergeseran pemanfaatan ruang dari sektor primer ke sektorsekunder/tersier;

d) Memiliki potensi munculnya kawasan kumuh bila tidak direncanakan dan dikendalikan perkembangannya.

Kota Duri,

Kecamatan Mandau

KSK Sei Pakning – Buruk Bakul dan Bengkalis

a) Posisi geografis kawasan strategis terletak pada posisi yang amat menguntungkan. Dari satu sisi, berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar strategis produk lokal dan dari sisi lain, merupakan simpul pertemuan dari Pekanbaru - Siak Sri Indrapura - Dumai melalui jalur pesisir dan dari Kawasan Perkotaan Duri ke Bengkalis melalui jalur darat. Kondisi ini memperkuat fungsi kawasan strategis Bengkalis - Buruk Bakul - Sei Pakning sebagai lokasi transito;

b) Pengembangan kawasan strategis didukung oleh ketersediaan kantong-kantong produksi pertanian, perkebunan dan perikanan yang tersebar diwilayah daratan, pesisir dan Kepulauan Bengkalis dan sekitarnya (Rupat, Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi). Kantong-kantong produksi ini akan mendukung upaya pengembangan kawasan industri pengolahan di Kawasan Perkotaan Buruk Bakul.

(23)

Kawasan Strategis Sudut Kepentingan

Lokasi/ Batas Kawasan c) Pengembangan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis merupakan

pusat Niaga Asean, Lokasi Transito, Pusat Pendidikan dan Budaya Melayu, pusat pemerintahan ibukota Kabupaten Bengkalis, permukiman perkotaan dan pariwisata.

KSK Rupat (Tanjung Medang) a) Ketersediaan pantai berpasir putih sangat potensial untuk pengembangan kawasan pariwisata skala besar;

b) Ketersediaan kantong - kantong produksi pertanian, perikanan dan perkebunan yang akan dikembangkan dengan pola Kota Terpadu Mandiri (KTM). Kebijakan ini akan memperkuat fungsi Tanjung Medang sebagai daerah perkotaan;

c) Kawasan Tanjung Medang difungsikan sebagai salah satu kawasan pertahanan di daerah perbatasan, yang didukung oleh ketersediaan pelabuhan khusus Angkatan Laut;

d) Ketersediaan pelabuhan pengumpan lokal dan pelabuhan rakyat yang mendukung kegiatan perdagangan lintas batas;

e) Adanya rencana pembangunan jalan lingkar pulau Rupat dengan fungsi jalan lokal primer. Jalan ini sebagai penghubung dari Batu Panjang ke Tanjung Medang dengan melintasi pusat - pusat permukiman yang tumbuh dikawasan pesisir dan bagian tengah Pulau Rupat;

f) Kemudahan aksesibilitas dari Dumai ke Batu Panjang dan Tanjung Medang yang didukung pelayanan pelabuhan Ro-Ro (Dumai - Batu Panjang);

g) Posisi geografis Tanjung Medang yang berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar potensial, diharapkan dapat mendorong upaya pengembangan produk lokal;

Pulau Rupat Kota Tanjung Medang

(24)

Tabel 4.8

Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Bengkalis terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK (Ya/Tdk)

Sumber Pendanaan

Instansi Pelaksana

1 Perwujudan Struktur Ruang

1.1. Meningkatkan keterpaduan sistem perkotaan melalui persiapan pembangunan, peningkatan dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana

1.2. Meningkatkan lebih lanjut keterpaduan sistem perkotaan melalui pembangunan lanjut, peningkatan, dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana

Bengkalis dan Bukit

1.3. meningkatkan kapasitas dan kinerja pelayanan sistem perkotaan secara terpadu melalui pembangunan lanjut, peningkatan dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana

1.4. memantapkan kinerja pelayanan sistem perkotaan secara terpadu melalui pembangunan lanjut, peningkatan, dan pembangunan baru fungsi-fungsi perkotaan serta jaringan prasarana dan sarana sesuai kebutuhan dan

perkembangan

(25)

No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK

2 Perwujudan Pola Rencana Ruang

2.1. meningkatkan efektivitas fungsi kawasan-kawasan lindung dan

perwujudan kawasan-kawasan budidaya sesuai lokasi, karakteristik ruang, dan potensi sumber daya yang dimiliki

Pinggir, Bukit Batu , Pinggir, Kecamatan di

2.2. meningkatkan keamanan kawasan-kawasan lindung, meningkatkan kualitas kawasan-kawasan budidya, dan

meningkatkan mutu serta daya saing produk dari berbagai sektor/subsektor perekonomian wilayah

2.3 memantapkan pengamanan kawasan-kawasan lindung dan memantapkan mutu serta daya saing produk dari berbagai sektor/subsektor perekonomian Rupat dan Rupat Utara

Tidak APBD Dinas PU

2.4 pemantapan lebih lanjut pengamanan kawasan-kawasan lindung dan

pemantapan lebih lanjut mutu serta daya saing produk dari berbagai

sektor/subsektor perekonomian wilayah Rupat dan Rupat Utara

Tidak APBD Dinas PU

Dinas Kehutanan Prov Riau

(26)

No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK

3 Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten

3.1 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap pertama

3.2 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap kedua

3.3 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap ketiga

Bengkalis Bukit Batu Mandau

Rupat dan Rupat Utara,

Ya APBD Bappeda

Dinas Perhubungan, PLN

Dinas PU

Dinas Perindustrian

3.4 perwujudan kawasan-kawasan strategis kabupaten tahap keempat

Bengkalis Bukit Batu Mandau

Rupat dan Rupat Utara,

Ya APBD Bappeda

(27)
(28)

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Dalam rangka mendorong pembangunan dari pinggiran ini, Kementerian PUPR

akan melakukan keterpaduan pembangunan pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis

(35 WPS) yang tersebar 4 WPS di Pulau Papua, 2 WPS di Kepulauan Maluku, 4 WPS di

Pulau Kalimantan, 5 WPS di Sulawesi, dan 5 WPS di Kepulauan Bali-Nusa Tenggara,

maupun 6 WPS di Sumatera.

Gambar 2.2 Konsepsi Pembangunan Infrastruktur melalui Pendekatan Wilayah

Pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di Pulau Sumatera, terdapat :

1. WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauhuni-Bandar

Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api

2. WPS pusat pertumbuhan terpadu Metro Medan-Tebing

Tinggi-Dumai-Pekanbaru

3. WPS pusat pertumbuhan terpadu Batam-Bintan

4. WPS Baru terpadu Sibolga-Padang-Bengkulu

5. WPS Sumber Daya Ekonomi Domestik Sabang-Banda Aceh-Langsa

(29)

Gambar 2.3 Konsep Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera

Provinsi Riau masuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis Metro Medan –

Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru yang mana menjadi konsentrasi pengembangan

wilayah industri serta menjadi simpul karet dan kelapa sawit yang dapat mendorong

percepatan pembangunan ekonomi nasional. Sedangkan untuk Kabupaten Bengkalis

(30)

Gambar 2.4 Konsep Wilayah Pengembangan Strategis Metro Medan – Tebing Tinggi –

Dumai – Pekanbaru

3.1.4. Strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) 2010-2015 Kabupaten Bengkalis

3.1.4.1.1. Kebijakan Pembangunan Daerah

A. Visi dan Misi

Visi pembangunan Kabupaten Bengkalis sebagai rumusan umum mengenai

keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan 5

(lima) tahun kedua 2010 - 2015 dirumuskan sebagai berikut :

”TERCAPAINYA MASYARAKAT YANG UNGGUL, SEJAHTERA,

MANDIRI DAN BERTAQWA DENGAN MEWUJUDKAN KABUPATEN BENGKALIS SEBAGAI SALAH SATU DAERAH OTONOM TERBAIK DI INDONESIA TAHUN 2015

Sedangkan Misi pembangunan sebagai penjabaran dari upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan Visi pembangunan Kabupaten Bengkalis

dirumuskan sebagai berikut :

(31)

kesehatan, kebudayaan, kependudukan dan ketenagakerjaan.

2. Menanggulangi kemiskinan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan,

perekonomian perdesaan serta kelompok masyarakat minoritas dan

terpinggirkan.

3. Mengembangkan perekonomian daerah dan masyarakat serta

meningkatkan investasi dan UMKM dengan memanfaatkan kekayaan

sumber daya alam yang terbarukan.

4. Meningkatkan Infrastruktur daerah antara lain peningkatan prasarana

jalan, jembatan, pelabuhan, energi listrik, pengelolaan sumber daya air,

pengelolaan lingkungan, penataan ruang dan perumahan.

5. Mengimplementasikan desentralisasi politik, keuangan dan administrasi

dalam sistem pemerintahan daerah serta melaksanakan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance).

B. Strategi Pembangunan

Grand Strategy guna mendukung Visi & Misi Kabupaten Bengkalis adalah

dengan mengembangkan empat kawasan prioritas yang terdiri dari:

1. Kawasan Pusat Pendidikan dan Agribisnis di Pulau Bengkalis;

2. Kawasan Pusat Industri, Pelabuhan dan Agroindustri di Kecamatan Bukit

Batu dan Kecamatan Siak Kecil;

3. Kawasan Pariwisata dan Agribisnis di Pulau Rupat;

4. Kawasan Kota Transit dan Petropolis di Kecamatan Mandau dan Kecamatan

Pinggir.

Adapun Strategi dan Kebijakan terhadap Pengembangan empat kawasan di

Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada matrik berikut ini :

Tabel 4.9

Strategi dan Kebijakan Empat Kawasan

No Kawasan/Tujuan/

Sasaran Strategi Kebijakan

I. Kawasan I : Pusat Pendidikan Dan Agrobisnis Di Pulau Bengkalis

I.1 Tujuan :

Menjadikan Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan sebagai Pusat Pendidikan dan Agrobisnis

(32)

No Kawasan/Tujuan/

Sasaran Strategi Kebijakan I.2.1 Meningkatnya kualitas SDM 1 Peningkatan

kualitas SDM

1 Menyiapkan Fasilitas Pendukung Pusat Pendidikan

2 Menyusun Feasibility Study,

Masterplan, DED dan Kajian Lainnya

5 Mengembangkan Kawasan Wisata Selat Baru dan Prapat Tunggal

6 Mengembangkan Agrobisnis

II. Kawasan II : Pusat Industri, Pelabuhan Dan Agrobisnis Di Kecamatan Bukit Batu Dan Kecamatan Siak Kecil

II.1 Tujuan :

Menjadikan Kecamatan Bukit Batu dan

Kecamatan Siak Kecil sebagai Kawasan Industri dan Agrobisnis

1 Membangun Infrastruktur Jalan, Jembatan, Perhubungan dan

3 Menyusun Tata Guna dan Tata Kelola Lahan Gambut

III. Kawasan III : Pusat Pariwisata Dan Agrobisnis Di Pulau Rupat

III.1 Tujuan :

Menjadikan Kecamatan Rupat dan Kecamatan Rupat Utara sebagai Kawasan Pariwisata dengan didukung oleh Agrobisnis

III.2 Sasaran :

(33)

No Kawasan/Tujuan/

Sasaran Strategi Kebijakan perekonomian daerah

melalui pengembangan

2. Membangun Infrastruktur Jalan, Jembatan, Perhubungan dan

IV. Kawasan IV : Kota Transit Dan Petropolis Di Kecamatan Mandau Dan Kecamatan Pinggir

IV.1 Tujuan :

Menjadikan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir sebagai Kota Transit dan Petropolis

1. Menyusun FS, Masterplan, DED dan Perencanaan Lainnya

2. Membangun infrastruktur jalan, jembatan, perhubungan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan

Sumber: RPJMD Kabupaten Bengkalis 2010-2015

3.1.4.1.2. Strategi dan Kebijakan Enam Jaminan Pada Masyarakat

Selain grand strategi pengembangan kawasan juga ditetapkan enam (enam)

jaminan kepada masyarakat sebagai berikut :

1. Jaminan berusaha masyarakat dan pengentasan kemiskinan;

2. Jaminan pendidikan, peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru;

3. Jaminan kesehatan dan keluarga sejahtera;

4. Jaminan akses infrastruktur dasar;

5. Jaminan pelayanan publik, pembinaan birokrasi dan kelembagaan

daerah;

6. Jaminan pemerataan dan percepatan pembangunan daerah.

7. Adapun strategi dan kebijakan terhadap enam jaminan kepada

masyarakat Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada matrik berikut ini :

(34)

Strategi dan Kebijakan Enam Jaminan pada Masyarakat

No. Jaminan / Tujuan /

Sasaran Strategi Kebijakan

I Jaminan I :

Jaminan Berusaha Masyarakat dan Pengentasan Kemiskinan

I.1 Tujuan :

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

I.2 Sasaran :

I.2.1 Meningkatnya Taraf Hidup Masyarakat

1. Mengalokasikan Anggaran Usaha Ekonomi Desa

2. Sertifikasi Lahan Usaha

Masyarakat Keluarga Miskin

4. Raskin Gratis bagi Keluarga Miskin

5. Pembangunan Rumah

Sederhana Layak Huni

II. Jaminan II :

Jaminan pendidikan, kualitas dan kesejahteraan guru

II.1 Tujuan :

Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat

II.2 Sasaran :

II.2.1 Meningkatnya derajat pendidikan dan

1. Sukses Wajib Belajar pendidikan dasar 12 tahun

2. Menambah Muatan Lokal

Pendidikan Budi Pekerti dan Akhlak

5. Menjamin Pendidikan bagi Anak Usia Sekolah dari Keluarga Miskin

6. Pemberian Beasiswa

berprestasi Perguruan Tinggi dan Beasiswa Khusus serta Bantuan Pendidikan. dan Desa Potensial

II.2.2 Meningkatnya kapasitas guru

4. Peningkatan Kualitas dan

(35)

No. Jaminan / Tujuan /

Sasaran Strategi Kebijakan

Kesejahteraan

Jaminan kesehatan dan keluarga sejahtera

III.1 Tujuan :

Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

III.2 Sasaran :

III.2.1 Meningkatnya Cakupan Layanan Kesehatan

4. Memberikan Jaminan Pelayanan Kesehatan bagi yang tidak memiliki fasilitas Puskesmas Rawat Inap

Meningkatkan cakupan pelayanan infrastruktur dasar

IV.2 Sasaran :

IV.2.1 Terpenuhinya akses koneksitas inter dan

2. Membangun Infrastruktur pendukung di empat Kawasan

3. Pembangunan Kawasan Bandara di pulau Bengkalis dan Rupat Utara

(36)

No. Jaminan / Tujuan /

Sasaran Strategi Kebijakan

4. Pembangunan Kawasan

Pelabuhan Buruk Bakul sebagai pelabuhan peti kemas, kargo dan benda cair

V. Jaminan V :

Jaminan pelayanan publik, birokrasi dan kelembagaan daerah

1. Meningkatkan kualitas SDM Aparatur dan pelayanan publik yang bebas KKN

2. Meningkatkan kapasitas

kelembagaan desa

VI Jaminan VI :

Jaminan pemerataan dan percepatan pembangunan daerah

VI.1 Tujuan :

Mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah

1. Mengoptimalkan hasil pelaksanaan musrenbang kegiatan fisik dan kegiatan strategis lainnya

Sumber: RPJMD Kabupaten Bengkalis 2010-2015

(37)

1. Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah Kabupaten Bengkalis dikelolah sesuai dengan ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan daerah,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara,

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan

keuangan daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 junto Pemendagri

Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah,

serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bengkalis diatur

dalam peraturan daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 13 Tahun 2007

tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan

daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, menyusun

rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,

penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,

pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, kerugian daerah, pengelolaan

keuangan BUMD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan

daerah, serta sistem informasi keuangan daerah.

Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah

antara lain adalah:

a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur

secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

b. Penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan

daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan

kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam

APBD/perubahan APBD.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran

yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan

dalam rekening Kas Umum Daerah.

2. Penerimaan Daerah

Sumber penerimaan daerah bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(38)

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

3. Pengelolaan Belanja Daerah

Terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung yang terdiri dari:

a. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak

terkait secara langsung. Belanja bagi hasil meliputi belanja bagi hasil

pajak daerah dan retribusi daerah kepada Desa/Kelurahan.

b. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait

langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung meliputi:

belanja pegawai, belanja barang dan jasa untuk pengeluaran bahan

habis pakai, belanja modal dipergunakan untuk pengeluaran

pengadaan tanah, alat-alat berat, dan lain-lain.

B. Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan

atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah

terdiri dari penerimaan pembiayaan yang mencakup Silpa tahun anggaran

sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang

dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian

pinjaman, penerimaan piutang daerah, penerimaan kembali penyertaan modal

(investasi) pemerintah daerah.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang CIpta Karya

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan

perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan

kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan

terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat

pertumbuhan, serta desa tertinggal.

Berbagai isu strategis Kabupaten Bengkalis yang berpengaruh terhadap

pengembangan permukiman saat ini adalah:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bengkalis

(39)

kualitas perumahan dan lingkungannya, Upaya penciptaan lingkungan perumahan

yang sehat erat kaitannya dengan program preventif kesehatan masyarakat.

Penanganan kebersihan lingkungan adalah langkah awal yang sangat strategis

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang bersifat preventif.

Penanganan lingkungan perumahan yang sehat yang memiliki drainase yang

baik, ketersediaan air bersih, penyaluran limbah domestic yang tertata, serta

pengaturan lingkungan lainnya menjadi program strategis.

b. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

Kabupaten Bengkalis.

Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang

bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya

adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan

permukiman di Kabupaten Bengkalis serta merumuskan alternatif pemecahan dan

rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada

di wilayah Kabupaten Bengkalis.

Tabel 4.13

Data Program Pedesaan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2014

No Program Kegiatan

Lokasi Volume/ Satuan

Status Kondisi Infra

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

(40)

No Program Kegiatan

Lokasi Volume/ Satuan

Status Kondisi Infra

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pedekik (REPLIKASI) 1 paket Sudah selesai Masih baik Sungai Alam

(REPLIKASI)

1 paket Sudah selesai Masih baik

Sebauk (REPLIKASI) 1 paket Sudah selesai Masih baik Sumber: Dinas Tata Kota, Tata Ruang dan Permukiman Kab. Bengkalis, 2015

3.2.2. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Kabupaten Bengkalis

Sistem penyediaan air minum Kabupaten Bengkalis merupakan bagian dari

Rispam Regional yang berpusat di Kabupaten Rokan Hilir. RISPAM ini melibatkan 3

kabupaten yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai.

Pembangunan PAM Regional ini nantinya akan dibangun di tiga kawasan di Provinsi

Riau, yakni, Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), dan

akan dinamakan PAM Regional Duralis.

Pembangunan PAM Regional Duralis di tiga kawasan di Provinsi Riau ini,

rencananya akan mengambil bahan baku dari Sungai Rokan di Kecamatan Tanah Putih

Ujung Tanjung. Pengelolaanya sendiri diserahkan pemerintah pusat ke daerah, leading

sektornya berada di Dinas Cipta Karya Tata Ruang

Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Regional Riau berlokasi di Tanah Putih,

Kabupaten Rohil sudah beroperasi, jumlah pelanggannya kini sudah mencapai 600

orang. Program air bersih merupakan program yang sangat strategis mencapai sampai

kedasar semua masyarakat Daerah. Ini salah satu kepedulian Pemerintah terhadap

masyarakat yang terus dilanda kesulitan air bersih

Pemprov Riau melalui Dinas Cipta Karya Tataruang dan Sumber Daya Air Riau

berencana membangun sistem pengolahan air minum (SPAM) regional di Kabupaten

Rohil. Lokasi pengolahan dipusatkan di Ujung Tanjung, Kelurahan Banjar XII, Rokan

Hilir.

Untuk menunjang percepatan pembangunan SPAM Regional tersebut,

Pemerintah daerah Kabupaten Rohil menghibahkan tanah seluas 6 hektar, dengan

rincian 2 hektar digunakan untuk untuk penampungan air(intek-red) dan 4 hektar

digunakan untuk instalasi dan mesin pengolahan. Dananya berasal dari dana APBN

Pusat. cara pengolahan air minum nantinya tidak menggunakan obat, tetapi

(41)

konsumsi masyarakat di seluruh Kabupaten Rokan Hilirdan Kabupaten Bengkalis serta

Kota Dumai.

Pemprov Riau akan membeli air ke Pemerintah Daerah Rokan Hilir karena

sumber air yang akan di olah berasal dari Sungai Rokan. Sedangkan penyambungan

instalasi ke seluruh konsumen seperti, Ruko, Hotel dan perkantoran akan diserahkan

pengelolaanya ke Pemkab setempat, begitu juga dalam pengelolaan keuangan.

Sistim distribusi SPAM Regional Duralis, akan dialirkan di seluruh kecamatan

yang ada di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Bengkalis serta Kota Dumai, dengan

suplai air 1000 liter perdetik. Untuk mencapai pengelolaan dan pengaturan yang baik

akan dibuat Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman, dan akan

di tandatangani dua bupati, satu walikota dan Gubernur Provinsi Riau.

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Bengkalis

Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi.

Pemerintah hingga kini telah memiliki peta jalan pembangunan sanitasi guna mencapai target “Menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015”.

Kabupaten Bengkalis dalam meningkatkan akses penduduk terhadap sanitasi

yang layak, kebijakan ke depan diarahkan pada peningkatan investasi pengelolaan

sistem air limbah terpusat dan penyediaan sanitasi berbasis masyarakat dengan fokus

pelayanan bagi masyarakat miskin. Investasi tersebut diberikan untuk pengembangan

sistem pengolahan air limbah terpusat skala kota (off-site), pembangunan sistem

sanitasi setempat (on-site) dan juga pengembangan dan perbaikan Instalasi Pengolah

Lumpur Tinja (IPLT).

Untuk mengejar ketertinggalan dalam penyediaan layanan sanitasi, saat ini

pemerintah melakukan terobosan melalui peluncuran Program Percepatan

Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2010-2014 yang menekankan bahwa

sanitasi adalah urusan bersama seluruh pihak baik pemerintah, swasta, donor, dan

masyarakat. Sementara itu, DAK bidang sanitasi digunakan untuk meningkatkan

cakupan layanan sanitasi di daerah padat perkotaan, melalui pendekatan sanitasi

berbasis masyarakat (SANIMAS).

Selanjutnya, untuk memastikan kualitas air minum dan sanitasi di samping

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting air minum dan sanitasi yang

(42)

2011-2015, yang bertujuan untuk menghilangkan praktik BAB di tempat terbuka pada

akhir 2015. Selain itu, kebijakan lainnya adalah menyediakan perangkat peraturan di

tingkat Pusat dan/atau Daerah untuk mendukung pelayanan air minum dan sanitasi

yang layak, melalui penambahan, revisi, maupun deregulasi peraturan

perundang-undangan.

Bersamaan dengan itu pemerintah berusaha meningkatkan pemahaman

masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), melalui

komunikasi, informasi dan edukasi serta pembangunan sarana dan prasarana air

minum dan sanitasi di sekolah sebagai bagian dari upaya peningkatan sosialisasi

perilaku yang higienis bagi siswa sekolah dan penerapan praktek perilaku hidup bersih

dan sehat oleh masyarakat.

Tak kalah pentingnya adalah meningkatkan sistem perencanaan pembangunan

air minum dan sanitasi yang layak, melalui penyusunan rencana induk sistem

penyediaan air minum (RIS-SPAM) sesuai prinsip-prinsip pembangunan air minum dan

sanitasi berbasis masyarakat maupun lembaga; penyusunan Strategi Sanitasi

Kabupaten (SSK) yang selaras dengan RIS-SPAM; serta pemantauan dan evaluasi

pelaksanaannya.

Di sisi kelembangaan, meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air

minum dan sanitasi yang layak melalui (a) penyusunan business plan, penerapan

korporatisasi, pelaksanaan manajemen aset, dan peningkatan kapasitas sumber daya

manusia, baik yang dilakukan oleh institusi maupun masyarakat; (b) peningkatan kerja

sama antar pemerintah, antara pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah dan

swasta, ataupun antara pemerintah, swasta, dan masyarakat; (c) peningkatan

keterkaitan antara sistem pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dengan

pemerintah; dan (d) optimalisasi pemanfaatan sumber dana.

Di samping itu, peningkatan belanja investasi daerah untuk perbaikan akses air

minum dan sanitasi yang difokuskan pada pelayanan bagi penduduk perkotaan

terutama masyarakat miskin serta peningkatan iklim investasi yang mendukung

pembangunan guna merangsang partisipasi aktif sektor swasta dan masyarakat

melalui KPS dan CSR; dan juga untuk pengembangan dan pemasaran pilihan sistem

penyediaan air minum dan sanitasi yang tepat guna.

Untuk mempercepat pencapaian target MDGs tahun 2015, Presiden RI telah

memberikan perhatian khusus dengan mengeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3

Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan, khususnya tentang

Gambar

Gambar 4.1 Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Bengkalis (2011-2031)
Tabel 4.1
Tabel 4.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Bengkalis sampai dengan
Tabel 4.4  Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Bengkalis Tahun 2014-2031
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk Bidang Cipta Karya, rencana dan program pembangunan infrastruktur akan di.. susun melalui RPI2JM Bidang Cipta Karya yang selanjutnya pembangunannya

Untuk Kecamatan Pinggir, dari segi jumlah penduduk, luas dan jarak antara. desa-desa yang ada, serta keadaan desa yang terkurung di

upaya peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah khususnya Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dapat dipungut serta dapat dipergunakan dan dimanfaatkan

 Daerah dengan kemiringan lereng 15-25%, yaitu daerah landai atau bergelombang yang meliputi daerah lembah yang terletak diantara pegunungan, terdapat di

perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima. tahun ke depan sesuai jangka waktu

Rencana Program Investasi Jangka Menengah ( RPIJM) Bidang Cipta Karya KABUPATEN BELU urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas.. Dinas ditetapkan terdiri dari

Masih rendahya kemampuan masyarakat dalam mendukung operasi dan pemeliharaan penyediaan air minum perpipaan. Untuk meningkatkan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum

Kondisi saluran drainase atau saluran air hujan di Perkotaan Atambua terutama di daerah permukiman padat dengan kompleksitas aktifitas dan kegiatan yang beragam menimbulkan