• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kecemasan menjelang ujian nasional dengan prestasi belajar siswa SMP - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara kecemasan menjelang ujian nasional dengan prestasi belajar siswa SMP - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENJELANG UJIAN NASIONAL

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Monika Dewi Ratna Widyaningrum

NIM : 079114038

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii MOTTO

Menjadi yang berbeda adalah menjadi yang diingat

(Luciano Miguel)

Perjalanan hidup seseorang tentu berbeda dengan yang lain dilihat segala aspek, sudut pandang dan pengalaman

Kekuatan doa mengubah segala sesuatu yang tidak bisa diraih oleh manusia

(4)

iv

Penelitian ini aku persembahkan untuk :

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku

Orangtua dan adikku yang selalu mendukungku

Simbah-simbahku yang selalu mendoakanku

Malaikat keberuntunganku dan semua sahabat yang selalu

(5)

v

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 November 2011 Penulis

(6)

vi

Hubungan Antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan

Prestasi Belajar Siswa SMP

Monika Dewi Ratna Widyaningrum

ABSTRAK

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan untuk menguji hubungan antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi Belajar Siswa SMP. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi Belajar Siswa SMP. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Kanisius Muntilan sebanyak 48 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa skala kecemasan yang terdiri dari 36 item dengan reliabilitas sebesar 0.947 dan nilai Ujian Nasional. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Pearson Product Moment. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan menjelang ujian nasional dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan nilai r = -0.330 pada taraf signifikasi 0,011 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.

(7)

vii

Relation between The Anxiety Ahead of The National Examinations and

Student’s Achievement of Junior High School

Monika Dewi Ratna Widyaningrum

ABSTRACT

This research is correlational research which has purpose to examine the Relation between The Anxiety Ahead of The National Examinations and Student’s Achievement of Junior High School.The hypothesis posed is Relation between The Anxiety Ahead of The National Examinations and Student’s Achievement of Junior High School. Subjects in this study were 48 grade IX in students of Kanisius Junior High School Muntilan. Data collection instrument used in the form of anxiety scale consists of 36 items with reliability 0.947 and national examinations scores. Statistical methods used to analyze the data is the Pearson Product Moment. The results of this study is that significant relationship between anxiety ahead of the national examinations and student’s achievement.The results of this study indicated the value of r = -0.330 at 0.011 significant level (p < 0.05). It shows that the hypothesis of this research was accepted.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Monika Dewi Ratna Widyaningrum

Nomor Mahasiswa : 079114038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan

Prestasi Belajar Siswa SMP

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 23 November 2011

Yang menyatakan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi Belajar

Siswa SMP” sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada jurusan Psikologi

Universitas Sanata Dharma .

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Yohana Titik Kristiyani., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. A. Supratiknya, selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan penelitian ini.

4. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan banyak masukkan dan membantu penulis untuk lebih memahami prosedur penelitian.

(10)

x

6. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma khususnya Ibu Tanti, Ibu Susan, Ibu Siwi, Ibu Dewa, Ibu Lusi, Ibu Nimas, Mbak Etta, Bapak Cahya, Bapak Agung, Bapak Praktik, Bapak Priyo, Bapak Heri, Bapak Subagya, Pak Didik, Pak Siswa yang telah memberikan segala pengetahuan tentang dunia psikologi yang sangat bermanfaat dan menarik.

7. Segenap karyawan Fakultas Psikologi; Mbak Nani, Mas Gandung, dan Pak Gi di sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Mudji yang luar biasa di Laboratorium Fakultas Psikologi dan Mas Doni di ruang baca Fakultas Psikologi yang telah memperlancar dan membantu proses kuliah saya selama ini. Trimakasih untuk kesempatan menjadi asdos matakuliah Tes Proyektif : Grafis.

8. Ibu Kepala sekolah, Ibu Wakil kepala sekolah, Guru dan staff SMP Kanisius Muntilan yang telah membantu peneliti untuk memperoleh informasi dan melakukan penelitian ini.

9. Bapak Agustinus Agus S. dan Ibu Astaria Yulianti, orang tuaku tercinta yang telah membesarkan dan memberikan segalanya untukku. Trimakasih, kelak akan kubahagiakan kalian.

10. Adikku Ignatia Dewi K. yang selalu mendukungku dalam suka dan duka. 11. Mbah Pardjo, Mbah Sumi, Mbah Marsidi dan Mbah Rosalia, kakak-adik

(11)

xi

12. Stefanus Tino Adika, yang hadir dalam kehidupanku untuk mendukung dan mengajarkan arti setia pada Tuhan dan arti hidup yang nyata. Thanks my lucky angel!

13. Teman-teman Psikologi dan seperjuangan yang selalu akan penulis kenang : Anggun, Uline, Sela, Bambang, Dodi, Anton, Vivi, Wulan, Rara, Noy, Sheila, Susan, Ucil08, Paimun06, mas That2, Patrick09. Khusus buat Anik07, Ditha TI07, Inez dan mbak Spy 06 yang memberi banyak masukan untuk tugas akhir ini dan semuanya yang belum tersebut.

14. Teman-teman seperjuangan tugas akhir; Silvy, Dian,Ratih, Nana, Linda, Heni, ayo semangat kawan! kita sudah kebal terhadap ujian-ujian ini. 15. Keluarga OMK Johar, Muntilan : mas berto, mbak endah, mbak herlin,

ridya, rias, tika, scolastika, wulan, dek yudis, adit, alex, yoga, silvi, marsel, kevin, tita, ardin, valen, rafa aku sayang kalian, God Bless Us!

16. Mbak Veenu selaku psikolog Biro Focus yang telah memberi kesempatan untuk kerja magang sebagai asisten, semoga kelak berguna untukku. 17. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas kehadirannya dalam hidupku dan atas segala dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu psikologi.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

(13)

xiii

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Prestasi Belajar ... 9

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 9

2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 10

B. Siswa SMP ... 13

1. Pengertian Siswa SMP sebagai Remaja Awal ... 13

2. Ciri-ciri Siswa SMP sebagai Remaja Awal ... 14

3. Karakteristik Perkembangan Kognitif dan Sosial Emosional Siswa SMP sebagai Remaja Awal ... 16

C. Kecemasan ... 17

1. Pengertian Kecemasan ... 17

2. Aspek-aspek Kecemasan ... 18

3. Macam-macam Kecemasan ... 23

4. Faktor-faktor Kecemasan ... 25

D. Ujian Nasional ... 27

1. Sejarah Ujian Nasional ... 27

2. Pengertian Ujian Nasional... 28

3. Tipe Ujian Nasional tahun 2011 ... 29

4. Kriteria Kelulusan Ujian Nasional tahun 2011 ... 30

E. Hubungan Antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi Belajar Siswa ... 32

(14)

xiv

BAB III. METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 37

C. Definisi Operasional ... 38

D. Subjek Penelitian ... 40

E. Prosedur Penelitian ... 40

F. Metode Pengumpulan Data ... 41

G. Validitas dan Reliabilitas ... 47

H. Uji Coba Skala ... 49

I. Metode Analisis Data ... 56

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 57

A. Pelaksanaan Penelitian ... 57

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 59

C. Deskripsi Data Penelitian ... 60

D. Analisis Data Penelitian ... 62

E. Pembahasan ... 67

BAB V. PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional Untuk Uji Coba ... 44

Tabel 2. Susunan Butir Item Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ... 45

Tabel 3. Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Kecemasan ... 51

Tabel 4. Blue-Print Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional Setelah Uji Coba ... 54

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian ... 59

Tabel 6. Deskripsi Statistik Data Empiris ... 60

Tabel 7. Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi ... 61

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dan Prestasi Belajar... 62

Tabel 9. Hasil Uji Linieritas Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dan Prestasi Belajar ... 63

(16)

xvi

DAFTAR SKEMA

(17)

xvii

LAMPIRAN

Lampiran A SKALA TRY OUT (SKALA KECEMASAN) ... 77

Lampiran B SKALA PENELITIAN (SKALA KECEMASAN) ... 83

Lampiran C DATA TRY OUT ... 88

Lampiran D DATA PENELITIAN ... 103

Lampiran E ANALISIS DATA ... 113

(18)
(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pembelajaran merupakan inti proses pendidikan secara menyeluruh. Seiring perluasan akses sebagai upaya penuntasan Wajib Belajar 9 tahun, peningkatan mutu pendidikan perlu diupayakan secara optimal. Upaya tersebut juga dijalankankan oleh jenjang pendidikan tingkat SMP untuk mendukung gerakan Wajib Belajar 9 tahun.

Menurut Notosoedirdjo dan Latipun (2001) sekolah adalah salah satu lembaga sekunder yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa anak. Kondisi tersebut terjadi karena ada interaksi anak dengan guru di sekolah cukup intensif dan berlangsung lama dalam setiap harinya. Oleh karena itu, sekolah tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga membentuk watak dan kepribadian anak. Interaksi akan berjalan baik antara guru dan siswanya bila memahami arti penting dari proses belajar. Hilgard dan Brower (dalam Hamalik 2007) mengatakan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman.

(20)

dilakukan oleh siswa, guru maupun orangtua agar memperoleh nilai Ujian Nasional yang baik yakni sesuai dengan standar kelulusan.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Kunto Nugroho (dalam Republika.co.id, 2010) sebanyak 71.805 siswa SMP sederajat di Jawa Tengah (Jateng) tidak lulus dalam ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2009/ 2010. Angka ketidaklulusan UN jenjang SMP di Jateng tahun ini secara keseluruhan mencapai 14,1 persen. Dari total peserta ujian jenjang SMP sederajat di Jateng yang mencapai 512.653, siswa yang lulus hanya 440.848 (85,9 persen). Kondisi tersebut tentu mendorong seluruh pihak untuk serius dalam mempersiapkan diri supaya dapat mencapai kelulusan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 46 tahun 2010, disebutkan dalam pasal 1 nomor 15 bahwa standar kompetensi kelulusan yang selanjutnya disebut SKL adalah standar kompetensi minimal yang harus dikuasai peserta didik.

(21)

standar. Jadi, kelulusan siswa pada ujian tahun 2011 ditentukan oleh nilai akhir ujian dan rapat dewan guru.

(22)

Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar ideal yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Domain kognitif berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan). Ranah kognitif merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya yakni afektif dan psikomotorik (Latipah, 2010). Prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma pengukuran tersebut dapat berupa angka atau simbol huruf (Syah, 2004). Norma ini dapat dilihat dari hasil nilai akhir ujian siswa.

Purwanto (2003) menyebutkan dua macam faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar yaitu faktor individual dan sosial. Faktor individual terdiri dari kecerdasan, kematangan dan pertumbuhan, latihan, motivasi dan faktor pribadi, sedangkan faktor sosial terdiri dari keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Kedua faktor adalah dasar penentu bagi perkembangan prestasi belajar seorang siswa.

(23)

faktor kecemasan tersebut. Pada saat menjelang atau dilaksanakannya ujian, ada kekhawatiran atau kegelisahan apabila mengalami kegagalan. Mereka merasakan kecemasan jika tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Fitri & Elfida, 2008).

Gangguan pada emosi anak akan berpengaruh jelek pula pada prestasi belajar anak, daya tangkap maupun daya ingat akan menurun, keragu-raguan dan kecemasan selalu melanda diri anak (Notosoedirjo dan Latipun, 2001). Gangguan tersebut kemudian melahirkan reaksi yang beragam seperti berusaha menghindar dari situasi atau aktivitas belajar dengan bermain games, facebook dan sebagainya. Menurut Fitri dan Elfida (2008) apabila individu disibukkan oleh kecemasan bahwa akan gagal dalam ujian yang sedang dihadapi, perhatian individu untuk menyusun jawaban akan berkurang, setara dengan besarnya kekhawatiran. Orang yang cemas lebih mudah gagal sekalipun memiliki skor tinggi dalam tes-tes kecerdasan. Kecemasan juga menghambat kinerja akademis. Berdasarkan 126 studi yang dilakukan terhadap lebih dari 36.000 orang ditemukan bahwa semakin mudah cemas seseorang, semakin buruklah kinerja akademis mereka, apapun model pengukurannya, nilai tes-tes harian, indeks prestasi kumulatif atau prestasi akademik yang dimiliki (Goleman dalam Fitri dan Elfida, 2008)

(24)

2002, muncul ujian akhir dengan nama Ujian Akhir Nasional dimana kelulusan siswa ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual (Koswara, 2011). Ujian Nasional adalah salah satu stimulus yang menimbulkan kecemasan bagi siswa. Kecemasan menjelang Ujian Nasional tentu memiliki dampak terhadap prestasi belajar siswa. Siswa harus membagi perhatiannya untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional.

Kecemasan mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi secara jelas membagi perhatian mereka pada materi baru dan pada perasaan nervous (kecemasan) mereka. Sejak siswa mulai merasa cemas, dia mungkin telah kehilangan banyak informasi yang disampaikan guru atau buku yang sedang dibaca. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi jika menaruh perhatian terhadap pelajaran yang sulit yang menggantungkan pada ingatan jangka pendek, tidak dapat mengorganisasi pelajaran dengan baik. Jadi, kecemasan mempengaruhi siswa ketika mereka mengerjakan tes dan ketika mereka belajar. Peneliti lain menemukan sejumlah hubungan antara kecemasan dan prestasi akademik. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi cenderung mendapat skor akademik yang lebih rendah daripada skor siswa yang kurang cemas (Sarason, Lightall, Waite & Reubush dalam Djiwandono, 2006)

(25)

saat akan menghadapi tes atau ujian adalah tidak memiliki persiapan. Kondisi tidak siap ini ditandai dengan kurang belajar, kurang konsentrasi, kurang memahami materi, bahan materi yang banyak, merasa takut jika soal sulit dikerjakan sehingga hasilnya jelek dan tidak lulus. Menurut Nevid, Rathus & Greene (2005) kecemasan bisa terlihat dari ciri fisik, perilaku dan kognitif. Dalam survey ini ciri yang muncul adalah ciri fisik dan kognitif. Ciri fisik yang terjadi adalah nervous, sakit perut dan pusing sedangkan untuk ciri kognitif ditandai dengan sulit untuk berkonsentrasi, bingung, memikirkan hal tersebut dan tidak percaya diri.

Berdasarkan uraian di atas, ada kejelasan bahwa kecemasan menjelang ujian nasional berhubungan dengan prestasi belajar. Meskipun demikian, masih terdapat banyak faktor lain seperti faktor internal maupun eksternal yang bisa berhubungan dengan prestasi belajar selain kecemasan pada diri siswa. Pada faktor internal, ada faktor intelegensi, motivasi, minat dan bakat, sedangkan pada faktor eksternal terdapat faktor lingkungan sosial dan nonsosial.

B. RUMUSAN MASALAH

(26)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya Hubungan antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Kanisius Muntilan

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama mengenai kecemasan siswa menjelang UAN dengan prestasi belajarnya sehingga bisa mencari solusi guna menghadapi hal tersebut

b. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi siswa tentang kecemasan menjelang UAN dan mencari solusi untuk bisa mengatasi kecemasan tersebut sehingga prestasi belajar tetap baik

2. Manfaat Teoritis

(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam pendidikan formal, prestasi belajar seorang siswa sangatlah penting. Prestasi belajar diperoleh melalui hasil belajar. Prestasi belajar disimbolkan dalam bentuk angka dan huruf (Tirtonegoro, 1984)

Menurut Syah (2004) prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar ideal yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Norma-norma pengukuran tersebut dapat berupa angka atau simbol huruf.

Purwanto (2003) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil dari proses pengolahan masukan mentah (raw input) yang merupakan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar ( teaching-learning process) dimana faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) turut berpengaruh dalam menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output).

(28)

pekerjaan rumah (PR), pekerjaan sekolah (PS), tugas-tugas dan ulangan harian yang terangkum dalam nilai raport.

Suryabrata (1985) menyatakan raport merupakan rumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama periode tertentu. Hal tersebut sama dengan pendapat Azwar (1996) yang menyatakan bahwa keberhasilan siswa disekolah dapat dilihat dari prestasi belajarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka prestasi belajar adalah hasil pengukuran mengenai perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa setelah periode pembelajaran yang terangkum dalam nilai akhir ujian. Pada penelitian ini, prestasi belajar siswa pada akhir masa sekolah dioperasionalkan dalam bentuk nilai akhir ujian yang memiliki kesamaan dengan nilai raport yaitu dapat berupa angka atau simbol huruf.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ahmadi dan Widodo (1991) mengatakan prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal).

A. Faktor Internal

(29)

2. Faktor psikologis yang baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas :

a. Faktor intelektif yang meliputi:

1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

b. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3. Faktor kematangan fisik maupun psikis

B. Faktor Eksternal

1. Faktor sosial yang terdiri atas: a. Lingkungan keluarga; b. Lingkungan sekolah; c. Lingkungan masyarakat; d. Lingkungan kelompok.

2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

(30)

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Aspek fisiologis mengacu pada keadaan fisik pada umumnya, termasuk di dalamnya keadaan jasmani dan fungsi indera. Faktor psikologis meliputi tingkat kecerdasan / intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

Faktor eksternal juga terdiri atas dua macam faktor, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Sekolah (guru, staff administrasi, dan teman-teman sekelas), masyarakat sekitar (tetangga dan juga teman sepermainan), dan yang paling penting adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri termasuk ke dalam lingkungan social siswa. Gedung sekolah, rumah, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa masuk ke dalam faktor lingkungan nonsosial.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

(31)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Kecemasan adalah salah satu jenis emosi yang termasuk dalam faktor internal pada bagian faktor non-intelektif.

B. Siswa SMP

1. Pengertian siswa SMP sebagai remaja awal

Menurut Mappiare (dalam Ali & Asrori, 2009) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah masa remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun adalah remaja akhir. Siswa SMP pada umumnya berusia antara rentang 12/13 sampai 17/18 tahun. Usia ini dapat digolongkan dalam masa remaja, khususnya remaja awal. Istilah remaja (adolescence) sendiri berasal dari kata Latin

adolescere (kata bendanya adolescentia, artinya remaja) yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1991). Istilah

adolescence, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

(32)

Masa remaja merupakan masa yang penting bagi perkembangan prestasi karena selama inilah remaja membuat keputusan-keputusan penting sehubungan dengan masa depan pendidikan dan pekerjaan. Sroufe (dalam Amir, 2004) mengemukakan bahwa remaja yang berada pada masa menuju kematangan mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengalami kecemasan. Perasaan ini mungkin lebih, mungkin juga kurang intensitasnya, tetapi memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkah lakunya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa SMP dapat digolongkan dalam kategori remaja awal, dimana usianya berkisar antara 12/13 sampai dengan 17/18 tahun. Masa ini merupakan masa perkembangan transisi atau peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

2. Ciri-ciri Siswa SMP sebagai remaja awal

Ciri-ciri yang khas pada masa remaja awal akan berpotensi menimbulkan kecemasan pada diri remaja. Hal ini terlihat dari beberapa ciri yang khas pada masa remaja, antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode peralihan

(33)

Pada masa ini remaja menghadapi masalah baru yang lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang sebelumnya pernah dialami. Selain itu, remaja memiliki sifat yang ambivalen dimana di satu sisi remaja ingin mendapatkan kebebasan, sedangkan di sisi lain ada ketakutan untuk bertanggung jawab akan akibatnya. Mereka juga meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada masa ini mereka merasa mandiri, ingin menyelesaikan masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain terutama orang tua dan guru-guru mereka, padahal sebenarnya sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengalaman dalam mengatasi masalah karena sepanjang masa kanak-kanak orang tua dan guru-guru selalu terlibat dalam mengatasi masalah mereka.

d. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

(34)

3. Karakteristik perkembangan Kognitif dan Sosial Emosional siswa SMP

sebagai remaja awal

Menurut Piaget (dalam Psikologi Remaja, 2009) siswa SMP sebagai remaja awal memiliki beberapa karakteristik perkembangan. Karakteristik-karakteristik tersebut, antara lain :

a. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja awal ditandai dengan masuk ke tahap operasional formal. Pada tahap ini, individu memiliki karakteristik dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Individu juga mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. Selain itu, individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis dan membuat perkiraan (forecasting) di masa depan. Bagi remaja yang belum mencapai karakteristik, dapat mengalami kecemasan didalam dirinya.

b. Perkembangan sosial emosional

(35)

C. Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Menurut American Psychiatric Assosiation & Barlow (dalam Durand & Barlow, 2006) anxiety (kecemasan) adalah keadaan suasana-perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan.

Menurut Daradjat (1996), kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur. Proses emosi ini terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).

(36)

Menurut Hall & Lindzey; Wiley & Sons (dalam Supratiknya, 1993), kecemasan adalah suatu keadaan tegangan yang merupakan suatu dorongan, seperti lapar dan seks. Keadaan tegangan ini tidak timbul dari kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh, tetapi ditimbulkan oleh sebab-sebab dari luar.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi pada seseorang yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya : kesehatan, relasi sosial, ujian, dan kondisi lingkungan.

2. Aspek-aspek kecemasan

Supratiknya (1995), mengungkapkan beberapa hal yang merupakan simptom-simptom (gejala-gejala) kecemasan. Simptom-simptom tersebut terdiri atas :

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness)

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi, dan serba sedih.

c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan serta serba takut salah. d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap

(37)

gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti : mematah-matahkan buku jari, mendehem, dan sebagainya.

e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitas bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.

f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah. g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas.

i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa : berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing, atau sakit perut.

Kecemasan terdiri dari begitu banyak ciri fisik, kognisi, dan perilaku (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Ciri-ciri tersebut terdiri atas :

(38)

pusing; merasa lemas atau mati rasa; sulit menelan; kerongkongan terasa tersekat; leher atau punggung terasa kaku; sensasi seperti tercekik atau tertahan; tangan yang dingin dan lembab; terdapat gangguan sakit perut atau mual; panas dingin; sering buang air kecil;

wajah terasa memerah; diare, dan merasa sensitive atau “mudah

marah”.

b. Behavioral (perilaku), meliputi: perilaku menghindar; perilaku melekat dan dependen; dan perilaku terguncang.

(39)

tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis; khawatir akan ditinggal sendirian; sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran. Daradjat (1996), mengemukakan beberapa gejala kecemasan. Gejala-gejala kecemasan tersebut terdiri atas :

a. Gejala fisik, antara lain: ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, dan nafas sesak.

b. Gejala mental, antara lain : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tenteram, dan ingin lari dari kenyataan hidup.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan ada 3 macam aspek kecemasan, antara lain aspek fisik, aspek mental dan aspek perilaku.

a. Fisik, indikatornya antara lain :

1) Sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, dan pusing

2) Gangguan pencernaan : pencernaan tidak teratur, terdapat gangguan sakit perut atau mual, sering buang air kecil, diare. 3) Gangguan tidur: tidur tidak nyenyak, menderita gangguan tidur

(40)

b. Mental, indikatornya antara lain :

1) Afektif: senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was (khawatir), keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness), terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, minder, serba sedih, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, ingin lari dari kenyataan hidup, dan serba takut salah.

2) Kognitif: sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus kabur dari keramaian kalau tidak pasti akan pingsan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu. c. Perilaku, indikatornya antara lain :

1) Menghindar, misalnya : meninggalkan kelas 2) Melekat dan dependen, misalnya: mencontek

3) Terguncang, misalnya: sangat terkejut dan tercengang

(41)

3. Macam-macam kecemasan

Freud membedakan tiga macam kecemasan, yaitu : kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (Hall & Lindzey; Wiley & Sons dalam Supratiknya, 1993).

a. Kecemasan realitas, yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar; kedua tipe kecemasan lain berasal dari kecemasan realitas. Kecemasan menjelang Ujian Nasional dapat dimasukkan pada macam kecemasan ini, karena siswa dihadapkan pada suatu aktivitas nyata yang menimbulkan perasaan takut dan tegang.

b. Kecemasan neurotik, yaitu : rasa takut jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri melainkan ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.

(42)

Menurut Daradjat (1996) ada bermacam-macam kecemasan antara lain:

a. Kecemasan yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas tersebut lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran. Contoh: saat akan menyeberang jalan, terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya.

b. Kecemasan berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk, antara lain:

1) Kecemasan yang umum. Pada kecemasan ini, orang merasa cemas yang kurang jelas, tidak tentu, dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa serta mempengaruhi keseluruhan diri pribadi. 2) Kecemasan dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal

tertentu, contoh: takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, dan orang ramai.

(43)

c. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

Berdasarkan kondisi kecemasan, Spielberg (dalam Rice, 1991), membagi kondisi kecemasan yang dialami individu menjadi dua, yaitu:

a. Trait anxiety adalah kecemasan pada individu yang menetap yang merupakan disposisi kepribadian individu tersebut.

b. State anxiety merupakan kecemasan yang dialami individu bila dihadapkan pada situasi tertentu yang sifatnya mengancam. Jadi kecemasan ini bersifat situasional, misal suatu saat individu bisa merasa cemas tetapi belum tentu demikian pada saat yang lain meskipun stimulus yang dihadapinya sama.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan menjelang Ujian Nasional dapat digolongkan dalam kecemasan realitas, kecemasan dalam bentuk ancaman, dan state anxiety.

4. Faktor-faktor Kecemasan

Greist, Martens dan Shakey (dalam Gunarsa, 1996) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan antara lain :

(44)

perasaan subjektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan orang lain.

b. Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan yang dimiliki individu sehingga menimbulkan rasa rendah diri. c. Individu kurang siap dalam menghadapi situasi atau keadaan yang

tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya.

d. Adanya pola pikir dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri.

Menurut Kresch dan Qrutch (dalam Hartanti & Dwijayanti, 1997), timbulnya kecemasan disebabkan karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat individu kurang siap menghadapi situasi baru. Sumber-sumber kecemasan terdiri dari dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal

Kecemasan berasal dari dalam individu, misalnya: perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, dan rendah diri. Faktor internal pada umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak rasional.

b. Faktor eksternal

(45)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan berasal dari internal (dalam diri) dan eksternal (dari luar diri)

D. Ujian Nasional

1. Sejarah Ujian Nasional

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sistem ujian nasional telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Perkembangan ujian nasional tersebut, yaitu:

Periode 1965 – 1971, sistem ujian akhir yang diterapkan disebut dengan Ujian Negara, berlaku untuk hampir semua mata pelajaran. Bahkan ujian dan pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah pusat dan seragam untuk seluruh wilayah di Indonesia.

Pada tahun 1972 diterapkan sistem Ujian Sekolah. Dengan penerapan ini, setiap atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian akhir masing. Soal dan pemprosesan hasil ujian semuanya ditentukan oleh masing-masing sekolah/kelompok sekolah. Pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman yang bersifat khusus.

(46)

"parallel" untuk setiap mata pelajaran dan penggandaan soal dilakukan di daerah.

Sejak tahun 2001, Ebtanas diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dan kemudian berubah nama menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) sejak 2002. Perbedaan yang menonjol antara UAN dengan Ebtanas adalah dalam cara menentukan kelulusan siswa, terutama sejak tahun 2003. Dalam Ebtanas, kelulusan siswa ditentukan oleh kombinasi nilai semester I (P), nilai semester II (Q), dan nilai Ebtanas murni (R), sedangkan pada UAN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.

Periode 2005 – sekarang, untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan yang bermutu, pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk SMP / MTs / SMPLB dan MA / SMK / MA / SMALB / SMKLB.

2. Pengertian Ujian Nasional

Ujian Nasional atau disingkat dengan UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian Nasional (UN) diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(47)

Hasil UN digunakan sebagai:

1. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; 2. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

3. Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan 4. Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan

pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Peserta UN merupakan siswa yang telah berada pada tahun terakhir di SMP, MTs, SMPLB, SMA, MA, SMALB, atau SMK. Peserta juga memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar pada SMP, MTs, SMPLB, SMA, MA, SMALB, atau SMK mulai semester I tahun pertama hingga semester I tahun terakhir.

Mereka yang memiliki ijazah atau surat keterangan lain yang setara atau berpenghargaan sama dengan ijazah dari satuan pendidikan yang setingkat lebih rendah, atau memiliki bukti kenaikan kelas dari kelas III ke kelas IV untuk siswa Kulliyatul-Mu'alimin Al Islamiyah (KMI)/Tarbiyatul-Mu'alimin Al Islamiyah (TMI) yang pindah ke SMA/MA atau SMK.

3. Tipe Ujian Nasional tahun 2011

(48)

Salah satu fenomena menarik dalam UN 2011 ini adalah tentang jumlah Paket Soal UN 2011. Jumlah paket yang akan digunakan ada 5 (lima) tipe soal dalam Ujian Nasional 2011. Kebijakan Paket Soal UN 2011 menjadi 5 (lima) paket bertujuan untuk menekan kemungkinan untuk mencontek yang dilakukan peserta UN. Metode tersebut dipakai dengan asumsi satu ruang ujian berisi paling banyak 20 orang dan terdapat 2 orang pengawas, sehingga bisa mempersulit peserta yang ingin mencontek jawaban rekannya. Walaupun orang ingin mencontek, setidaknya upaya ini akan mengurangi kecurangan yang dilakukan peserta.

4. Kriteria Kelulusan Ujian Nasional tahun 2011

Berdasarkan Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional SMP, MT,SMPLB. SMA, MA,SMALB dan SMK tahun 2010/2011, siswa atau peserta didik dinyatakan lulus apabila :

1) Memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan nilai Sekolah / Madrasah (S/M).

2) Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada nomor 1 diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 1,2,3,4 dan 5 untuk SMP/MTs dan SMPLB dengan pembobotan sebesar 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai rata-rata rapor.

(49)

4) Nilai Akhir (NA) sebagaimana dimaksud pada butir 3 diperoleh dari gabungan nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan nilai UN, dengan pembobotan sebesar 40% untuk nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk nilai UN.

5) Skala yang digunakan pada nilai S/M, nilai rapor dan nilai akhir adalah nol sampai sepuluh.

6) Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua NA sebagaimana dimaksud pada nomor 4 mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol)

(50)

E. Hubungan antara Kecemasan menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi

Belajar Siswa

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berhubungan dengan prestasi belajar adalah unsur emosi. Emosi adalah salah satu faktor non-intelektif. Salah satu unsur emosi yang muncul pada saat menjelang Ujian Nasional adalah kecemasan. Kecemasan dikaitkan dengan Ujian Nasional karena akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ujian Nasional memberikan kontribusi permasalahan emosional yaitu kecemasan. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk evaluasi atau penilaian, berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu.

Kecemasan dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut intisari dari para ahli seperti Supratiknya (1995); Nevid, Rathus, & Greene (2005) dan Daradjat (1985) kecemasan ini terbagi dalam 3 aspek utama yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu fisik, mental dan perilaku. Masing-masing aspek memiliki sejumlah indikator yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

(51)

Siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar maupun melakukan persiapan dengan baik sehingga tidak siap menghadapi Ujian Nasional.

(52)

Aspek yang ketiga adalah perilaku. Aspek ini terlihat jelas dalam tingkah laku siswa itu sendiri. Siswa yang mengalami kecemasan yang tinggi akan menunjukkan perilaku seperti menghindar, melekat dan dependen, terguncang dan melakukan gerakan-gerakan neurotik. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya karena tidak mampu mengendalikan perilakunya yang maladaptif. Siswa yang mengalami kecemasan akan melakukan pengalihan secara sadar atau tidak sadar dengan melakukan perilaku lain yang dianggap bisa menutupi kelemahannya tersebut. Padahal, hal yang dilakukan tersebut menunjukkan ketidaksiapan diri untuk menghadapi ujian nasional.

Kecemasan ini bisa mendominasi seorang individu ketika harus membagi perhatiannya untuk belajar dan mengerjakan tes. Menurut Tanaya, Hartanti, Kartika (Anima, 1999) siswa yang pencemas tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran dengan baik dan perhatiannya terarah pada rasa khawatir dan gelisah yang dirasakannya, sehingga menghambat pencapaian prestasi belajar yang baik. Kecemasan mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Siswa yang tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah ketika menghadapi hal-hal yang baru, dapat menjadi penghalang untuk mencapai prestasi belajar yang baik (Tambunan, 1981).

(53)

(faktor eksternal). Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan psikologis. Dalam faktor psikologis terdapat faktor intelektif dan non-intelektif. Faktor non-intelektif mencakup unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

Berdasarkan penjelasan diatas, kecemasan dapat merugikan diri siswa terutama dalam persiapan menjelang ujian nasional dan prestasi belajar. Siswa perlu memahami untuk bisa mengatasi atau melakukan upaya untuk bisa meminimalisir rasa cemas, takut, gelisah agar bisa berkonsentrasi dan fokus pada prestasi belajar.

F. HIPOTESA

(54)

Fisik Mental

1. Sulit bernafas, jantung berdebar,dll 2. Gangguan pencernaan

(mual, diare, sakit perut, dll) 3. Gangguan tidur

(imsomnia, mimpi buruk, tidur tidak nyenyak)

4. Gangguan makan (nafsu makan hilang) 5. Ekspresi wajah (memerah)

Afektif Kognitif 2. Melekat dan dependen

(mencontek)

Prestasi Belajar Siswa Rendah

(55)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang berbentuk hubungan antara dua variabel. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki variasi pada satu variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu antara kecemasan menjelang ujian nasional dengan prestasi belajar siswa SMP.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel menurut Azwar (1999) adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yaitu angkanya dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari objek satu ke objek yang lainnya. Variasi angka tidak hanya diartikan dalam variasi kuantitatif, akan tetapi juga dapat mengandung arti variasi kualitatif.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung : Prestasi Belajar

(56)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk membatasi arti variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga tidak akan terjadi salah pengertian dalam menginterpretasikan data dan hasil penelitian yang akan diperoleh.

1. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah hasil pengukuran mengenai perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa setelah periode pembelajaran yang terangkum dalam nilai akhir ujian. Pada penelitian ini, prestasi belajar diukur dengan menggunakan nilai akhir siswa. Nilai akhir merupakan gabungan nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan nilai UN, dengan pembobotan sebesar 40% untuk nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk nilai UN.

2. Kecemasan menjelang Ujian Nasional

Kecemasan menjelang Ujian Nasional adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak jelas, khawatir tentang masa depan, gelisah karena adanya rasa tidak aman atau berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi menjelang ujian nasional. Perasaan ini biasanya disertai dengan perubahan secara fisik dan mental pada individu yang bersangkutan karena mengetahui dirinya akan dievaluasi. Kecemasan ini akan diungkap dengan menggunakan skala kecemasan yang disusun oleh peneliti.

(57)

Rathus, & Greene (2005) dan Daradjat (1985). Aspek kecemasan pertama adalah segi fisik. Aspek ini dapat dilihat dari segi jasmani atau fisik siswa. Siswa yang mengalami kecemasan akan memperlihatkan tanda-tanda fisik karena gelisah dan gugup serta mengalami gangguan pada tubuhnya seperti menderita gangguan tidur, pusing dan sering buang air kecil.

Aspek kecemasan kedua adalah mental. Aspek mental terbagi dalam dua segi yaitu segi afektif dan kognitif. Pada aspek mental afektif, tanda-tanda adanya kecemasan dalam diri seseorang tidak dapat terlihat secara langsung namun bisa dirasakan oleh diri siswa atau orang disekitarnya. Aspek mental dari segi afektif muncul ketika ada kondisi cemas yang membuat seorang merasa tegang, was-was, terlalu peka, minder, sedih, dan lain sebagainya. Sedangkan pada aspek mental kognitif terjadi ketika seorang yang merasa cemas kemudian berpengaruh pada kinerja fungsi kognitif. Dalam penelitian ini, mental kognitif terdapat pada kemampuan kognitif yang berfungsi mempelajari suatu materi pelajaran. Seorang siswa yang merasa cemas dari segi mental kognitif akan merasa sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, dan lain sebagainya.

(58)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2001). Teknik pengambilan subjek menggunakan metode

purposive sampling yaitu mengambil subjek dengan kriteria tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki maupun perempuan yang berusia 12/13 sampai dengan 17/18 tahun, duduk di bangku kelas IX SMP Kanisius Muntilan dan bukan merupakan siswa pindahan dari sekolah lain sejak kelas VIII.

E. Prosedur Penelitian

1. Peneliti membuat skala kecemasan menjelang ujian nasional yang telah diuji validitas isinya secara professional judgement. Selain itu, peneliti juga mencari data nilai akhir ujian siswa yang akan digunakan dalam penelitian. 2. Peneliti kemudian melakukan uji coba skala kepada kelompok subjek yang

memiliki karakterisitik yang sama dengan kelompok subjek sesungguhnya untuk mendapatkan hasil skala yang valid dan reliabel.

3. Peneliti melakukan analisis item serta mengukur reliabilitas skala untuk mendapatkan butir item yang sahih sehingga didapatkan skala yang valid dan reliabel.

4. Peneliti melakukan pengambilan data pada subjek yang telah dipilih dengan meminta subjek mengisi skala kecemasan menjelang ujian nasional yang telah diuji sehingga valid dan reliabel

(59)

hubungan antara Kecemasan Menjelang Ujian Nasional dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Kanisius Muntilan.

6. Terakhir, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala dan metode dokumentasi. Metode skala yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kecemasan menjelang ujian nasional sedangkan metode dokumentasi yaitu berupa hasil nilai ujian nasional subjek pada tahun ajaran 2010-2011.

1. Skala Kecemasan menjelang Ujian Nasional

Skala ini disusun berdasarkan aspek dalam kecemasan, meliputi: a. Fisik. Indikator dari aspek fisik, antara lain :

1) Sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, dan pusing

2) Gangguan pencernaan : pencernaan tidak teratur, terdapat gangguan sakit perut atau mual, sering buang air kecil, diare.

3) Gangguan tidur: tidur tidak nyenyak, menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk

(60)

b. Mental (afektif dan kognitif). Indikator aspek mental, antara lain :

1) Afektif: senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was (khawatir), keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness), terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, minder, serba sedih, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, ingin lari dari kenyataan hidup, dan serba takut salah.

2) Kognitif: sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus kabur dari keramaian kalau tidak pasti akan pingsan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu.

c. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain : 1) Menghindar, misalnya : meninggalkan kelas 2) Melekat dan dependen, misalnya: mencontek

3) Terguncang, misalnya: sangat terkejut dan tercengang

4) Melakukan gerakan-gerakan neurotik, misalnya : mematah-matahkan buku jari dan mendehem

(61)

dimana tiap respon dari subjek akan diberi skor sesuai dengan nilai jawaban yang ada pada skala yang diberikan oleh subjek. Skor subjek pada setiap item tersebut kemudian akan dijumlahkan sehingga merupakan skor subjek pada skala tersebut (Azwar, 1999)

Pada penelitian ini, skor perolehan data merupakan hasil dari pengukuran sikap yang mengusahakan respon subjek sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Peneliti menggunakan skala karena ingin mengukur respon subjek berdasarkan frekuensi kesesuaian dengan kondisi yang bersangkutan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan skala sebagai alat pengumpul data. Respon yang digunakan dalam skala ini terdiri dari 4 (empat) kategori pilihan jawaban yang tersedia pada setiap item, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :

a. Item-item favorabel

1) Sangat Sesuai (SS) : skor 4

2) Sesuai (S) : skor 3

3) Tidak Sesuai (TS) : skor 2 4) Sangat Tidak Sesuai (STS) : skor 1 b. Item-item unfavorabel

1) Sangat Tidak Sesuai (STS) : skor 4 2) Tidak Sesuai (TS) : skor 3

3) Sesuai (S) : skor 2

(62)

Menurut Hadi (1991), modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4 (empat) kategori jawaban, dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, karena kategori netral mempunyai arti ganda, atau bisa diartikan belum dapat memutuskan. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan arah jawabannya. Selain itu, maksud kategori jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat kecenderungan pendapat subjek kearah sesuai atau tidak sesuai. Berikut ini disajikan blue print skala kecemasan menjelang ujian nasional pada tabel 1 dan susunan butir skala kecemasan menjelang ujian nasional pada tabel 2.

Tabel 1.

Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional Untuk Uji Coba

No Aspek Kecemasan Favorabel Unfavorabel Total

1. Fisik 7 8 15 (25%)

2. Mental

Afektif 7 8 15 (25%)

Kognitif 7 8 15 (25%)

3. Perilaku 7 8 15 (25%)

Total

(63)

Tabel 2.

Susunan Butir Item Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional

No. Jenis Aspek Kecemasan Favorabel Unfavorabel Total

1. Fisik

Pusing, jantung berdebar 12,19 28,31,48

15

Gangguan pencernaan 15, 32 10

Gangguan tidur 4 1,27

Ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan

- 36

Takut kehilangan kontrol 43 57

(64)

Kognitif

Sulit berkonsentrasi 3 5

15

Sulit mengambil keputusan 8 13

Keyakinan sesuatu membingungkan tanpa bisa diatasi

18 51

Berpikir hal yang

menganggu berulang – ulang

(65)

2. Metode dokumentasi

Dalam metode dokumentasi data-data yang didapat merupakan kumpulan data yang berbentuk catatan, transkrip dan keterangan-keterangan secara tertulis yang pernah dilakukan pihak sekolah diwaktu yang lalu (Arikunto dalam Fena, 2003)

Dokumentasi sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Nilai Akhir Ujian. Nilai Akhir Ujian diperoleh dari gabungan Nilai S/M sebesar 40% (diperoleh dari gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 1,2,3,4 dan 5 dengan pembobotan sebesar 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai rata-rata rapor) dan 60% untuk nilai UN. Selanjutnya, prestasi belajar ini akan dilihat korelasinya dengan kecemasan menjelang ujian nasional.

G. Validitas dan Reliabilitas

(66)

dan logical validity (validitas logik). Validitas muka telah terpenuhi apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur, sedangkan Validitas Logik merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Validitas logik dicapai jika tes dirancang dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi item yang relevan dan menjadi bagian tes secara keseluruhan. Item-item yang disusun pada skala ini disesuaikan dengan kawasan ukur yang ada dalam blue print kemudian dianalisis oleh professional judgement.

(67)

H. Uji Coba Skala

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba skala. Pelaksanaan uji coba dilakukan di SMP Kanisius Muntilan. Oleh karena itu, peneliti meminta ijin kepada pihak SMP Muntilan, melalui Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah. Permohonan ijin dilakukan pada tanggal 11 April 2011, dengan memberikan surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor surat ijin 28b/D/KP/Psi/USD/IV/2011. Setelah itu, koordinasi dilakukan bersama dengan Wakil Kepala Sekolah untuk menentukan kapan waktu uji coba penelitian dilakukan dan penelitian yang sebenarnya dilakukan.

1. Uji Coba Skala

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba alat ukur penelitian untuk melihat item yang sahih dan akan digunakan untuk penelitian. Menurut Azwar (2004) cara seleksi item yang juga sering dilakukan pada berbagai bentuk pengukuran adalah dengan menguji korelasi antara skor item dengan skor total. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi ukur test secara keseluruhan. Seleksi item atau pengujian item dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach dan

Cronbach’s Alpha if Item Deleted untuk skor setiap butir pertanyaan SPSS for Windows 16.0

(68)

2011.Subjek uji coba alat ukur penelitian ini berjumlah 50 orang, meliputi laki-laki berjumlah 33 siswa dan perempuan berjumlah 17 siswi. Seluruh skala kecemasan berjumlah 50 bendel dan dapat dianalisis.

2. Hasil Uji Coba

Seluruh item skala dianalisis untuk menunjukkan apakah item tersebut lolos seleksi atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Peneliti menggunakan Teknik Koefisiensi Alpha Cronbach yang merupakan salah satu koefisiensi reliabilitas yang paling sering digunakan. Koefisiensi Alpha Cronbach merupakan model internal consistency score berdasarkan korelasi antara butir-butir item yang ekuivalen. Seleksi item atau pengujian item dihitung menggunakan bantuan SPSS for windows 16 dengan menghitung

Cronbach’s Alpha if Item Deleted.

Bila ada item pada kolom Cronbach’s Alpha if Item Deleted yang memberi nilai koefisien lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka item tersebut sebaiknya dihilangkan atau direvisi (Uyanto, 2009). Jadi, peneliti menggunakan nilai item pada kolom Cronbach’s Alpha if Item Deleted yang nilai koefisien lebih rendah atau sama dengan nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebagai item yang lolos seleksi. Untuk nilai item yang lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach langsung digugurkan.

(69)

Tabel 3.

Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Kecemasan

No. Jenis Aspek Kecemasan Favorabel Unfavorabel Total

1. Fisik

Pusing, jantung berdebar 12,19 28,31,48

11

Gangguan pencernaan 15, 32 10

Gangguan tidur 4 1,27

Ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan

- 36

Takut kehilangan kontrol 43 57

(70)

Serba takut salah 29 -

Kognitif

Sulit berkonsentrasi 3 5

9

Sulit mengambil keputusan 8 13

Keyakinan sesuatu membingungkan tanpa bisa diatasi

18 51

Berpikir hal yang

menganggu berulang – ulang

(71)

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa item yang gugur dengan sebaran pada tiap-tiap aspek yang masih tidak merata. Maka untuk mendapatkan item-item yang lebih bagus dengan sebaran item yang diharapkan lebih merata, peneliti melakukan merevisi dengan mengurangi jumlah item-item pada setiap jenis dan aspek kecemasan dengan melihat nilai

(72)

Tabel 4.

Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional (Setelah Uji Coba)

No. Jenis Aspek Kecemasan Favorabel Unfavorabel Total

1. Fisik

(73)

Serba takut salah 29 (20) - membingungkan tanpa bisa diatasi

18 (14) 51 (23)

Berpikir hal yang

menganggu berulang – ulang

(74)

3. Reliabilitas alat ukur ini diselidiki dengan bantuan program yang terdapat pada SPSS for Windows 16 dengan teknik Cronbach’s Alpha. Pada skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,947 dari 38 item, yang berarti skala ini reliabel.

4. Metode Analisis Data

(75)

57

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta ijin kepada pihak sekolah SMP Kanisius Muntilan dengan memberikan surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor surat 28b/D/KP/Psi/USD/IV/2011. Setelah ijin diperoleh, peneliti menyusun jadwal penelitian dengan berkoordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah.

(76)

siswa perempuan berjumlah 23 orang. Peneliti membuat skala kecemasan yang digunakan untuk penelitian.

Sebelum melakukan kegiatan penelitian ini, peneliti memperkenalkan diri dahulu sekaligus membangun rapport kepada semua responden. Setelah itu, peneliti menjelaskan tujuan penelitian ini dan meminta kepada subjek untuk mengisi lembar informed consent. Subjek juga menekankan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan diri masing-masing karena bersifat subjektif dam menjamin kerahasiaan data. Kemudian subjek memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian skala. Waktu yang diperlukan dalam mengerjakan skala ini kira-kira selama satu jam, dimulai pukul 11.00 sampai 12.00 WIB. Setelah selesai mengerjakan, peneliti melakukan rapport penutup kepada responden dan membagikan bingkisan sebagai ungkapan terimakasih.

(77)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Deskripsi subjek penelitian dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5.

Gambaran Subjek Penelitian

Kriteria Total

Jenis kelamin Laki-laki 26

Perempuan 22

Usia 14 tahun

15 tahun 16 tahun

17 tahun

11 26 8 3

(78)

C. Deskripsi Data penelitian

Dari hasil penelitian, diperoleh deskripsi statistik data empiris yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.

Deskripsi Statistik Data Empiris

V N Mean Std. Deviation

Skor

Minimum Maximum

Kecemasan

(X) 48 86.25 14.754 .54 120

Prestasi Belajar

(Y) 48 28.656 3.0112 23.3 36.0

Gambar

Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Menjelang Ujian Nasional
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Program Reguler dengan Siswa Program Akselerasi.. Karya Tulis Ilmiah

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tenaga pendidik merupakan tenaga profesional dengan tugas utama mengajar dan dinilai telah memiliki kompetensi yang

Menurut Freud (dalam Spielberger, 2004) mendefinisikan kecemasan sebagai sebuah kondisi atau keadaan emosi tertentu yang tidak menyenangkan. Kondisi atau keadaan emosi

(p&gt;0,05), maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kemampuan pengaturan waktu belajar dengan kecemasan menghadapi UAN ditolak dengan kata lain tidak

Berdasarkan analisis data diperoleh nilai korelasi sebesar 0,548 (p&lt;0,01), artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecemasan menghadapi ujian nasional

Jika Anda merasa perlu mengganti jawaban, maka Anda dapat mencoret dengan memberi tanda dua garis horisontal (=) pada pilihan jawaban yang lama, dan memberikan tanda

Banyak siswa yang karena terlalu peduli dengan masalah siswa tidak suka kepada guru disini SS s TS STS 41.. Sebagai seorang guru, hams merniliki pengetahuan SS s TS STS yang