• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA MAHASISWA"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK

DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA

MAHASISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Disusun Oleh : Dwi Oktatia Ayudhiaputri

NIM : 069114075

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: contoh komunikasi data dengan ponsel

(2)
(3)
(4)
(5)

..MOTTO..

Berpikirlah dulu sebelum bertindak terhadap orang lain, jika kamu

tidak ingin orang lain berlaku seperti itu terhadapmu (b.r).

Senantiasa ucapkan syukur kepada Tuhan, karena tidak semua orang

mendapatkan “anugerah” dan “kesempatan” seperti yang aku dapatkan saat ini. Karenanya akan selalu ku jaga “bahagia” ini.

Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagian dikala kita merasa

(6)

Dengan penuh kasih, kupersembahkan karya ini untuk :

My beloved God.. skripsi ini sebagai salah satu bukti cinta kasih Allah

untuk ku.. thank you God 

Kedua orang tua ku.. You are to do all the things that I have.. Love u

both :*

Cece ku tersayang yang sangat sayang pada memeinya ini,, hihii 

Semua orang yang mengasihiku dan yang aku kasihi.. Terima kasih

(7)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Februari 2012

Penulis

(8)

HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA MAHASISWA

Dwi Oktatia Ayudhiaputri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara citra produk ponsel numerik dengan niat membeli ulang terhadap produk pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara citra produk ponsel numerik dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada mahasiswa. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18-25 tahun yang bejumlah 100 orang dan yang menggunakan ponsel numerik di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala citra produk ponsel numerik yang terdiri dari 18 item dengan reliabilitas sebesar 0,877, dan skala niat membeli ulang ponsel numerik yang terdiri dari 30 item dengan reliabilitas sebesar 0,953. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi person product moment. Hasilnya menunjukkan adanya korelasi signifikan (r) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,499 (p<0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara citra produk ponsel numerik yang ditinjau dari niat membeli ulang terhadap produk.

(9)

CORELATION BETWEEN NUMERIC CELL PHONE PRODUCT IMAGE WITH REPURCHASE INTENTION TO UNIVERSITY STUDENT

Dwi Oktatia Ayudhiaputri

ABSTRACT

This research aim is to identity the corelation between numeric cell phone product image with repurchase intention to university student. The hypothesis which raise in this research is there is a positive correlation between numeric cell phone product image with repurchase intention to university student. The subject of this research is university student which have age 18 till 22 years old amounting to 100 people and they used numeric cell phone in Yogyakarta. For data gathering, we used numeric cell phone product image that consist from 18 items with 0,877 reliability point, and numeric cell phone repurchase intention that consist from 30 items with 0,953 reliability point. We used product moment corelation for data analysis method. The result indicated that there is a significant corelation (r) with 0,499 corelation coefisien point (p<0,01). According to this results the hypothesis is accepted. It means there was a significant positif relation between numeric cell phone product image and repurchase intention.

Keywords : product image, repurchase intention.

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Dwi Oktatia Ayudhiaputri

Nomor Mahasiswa : 069114075

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK

DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA MAHASISWA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan saya

sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Februari 2012

Yang menyatakan,

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas segala penyertaan dan kasih setiaNya yang tidak

pernah berubah sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan indah

pada waktunya. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Niat Membeli Ulang Ponsel

Numerik dengan Citra terhadap Produk” ini merupakan salah satu prasyarat dalam

mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses pengerjaan skripsi ini melibatkan bantuan dan dukungan dari banyak

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Ibu Dr. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma.

2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan kesabaran

bapak selama ini.

3. Bapak Minto Istono, S. Psi. selaku dosen pembimbing akademik dan

pembimbing skripsi diawal. Terima kasih atas masukan yang Bapak berikan

selama ini.

4. Segenap dosen Fakultas Pikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis

selama menempuh bangku perkuliahan.

5. Para staff Fakultas Psikologi. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang setia

melayani urusan adminstrasi mahasiswa, Duet Mas Doni dan Mas Muji yang

(12)

Lab, dan terlebih khusus untuk Pak Gie, yang menginspirasi penulis untuk

mencontoh kerendahan hati dan keramahannya, makasih ya Pak. 

6. Seluruh karyawan yang telah memperlancar proses belajar-mengajar di

Fakultas Psikologi.

7. Mahasiswa dan mahasiswi yang mengisi angket, terimakasih atas kesediaan

kalian dalam membantu proses pengambilan data.

8. My sweetest family. Ayah dan Ibu terkasih terima kasih buat doa dan kasih

sayang yang sudah diberikan. I Love u both, akhirnya anak bungsu kalian ini

udah jadi sarjana lowh, hahaha.. Thanks to my Cece, Ce Phu yang selalu

memberikan semangat dan nanyain kapan aku pendadaran dan wisuda, ini

harinya udah tiba loch Ce, hoho.. thanks for your support Ce. 

9. Special thanks to mbak Cho-choo, makasih yah Cho udah dengan ber-baik

hati mau mambantu saudara terkecilmu ini dalam pembuatan skripsi.. ^o^

10. Untuk Amoi and cik Anik, makasih buad dukungannya yah. Akhirnya sodara

terkecil kalian ini lulus juga.. :D

11. Keluarga besar Roekajat dan keluarga besar ku di Samarinda, terimakasih

untuk dukungan dan semangat yang selama ini diberikan kepada penulis.

12. Spice girls alias kepompong. Guys, you are my best friend. Keluarga kita ini

emang bener-bener seru. Ada banyak sekali hal yang udah kita lewati

bersama dari awal perkuliahan hingga saat ini walaupun kalian udah pada

lulus, hihi. Makasih untuk pengalaman indah dan menakjubkan yang ada

diantara kita. Senang, ceria, sedih, marah, perselisihan semua tumbuh jadi

(13)

makasih sudah menjadi partner yang baik selama ini. Nak kuw Nita and

Bundo Theoo, KenTir Andin makasih atas masukan dan dukungannya kepada

penulis. Meskipun kalian sudah pada lulus tapi kalian tetep memberikan

perhatian kepada penulis. Ce” Die and Inem makasih untuk hubungan baik

yang selama ini ada diantara kita semua. Walau kita udah jarang bertemu tapi

kalian akan selalu ada dihati. Sedih saat kita harus berpisah, tapi inilah

kehidupan. Kita harus berpisah untuk berkembang, tapi apapun yang terjadi

kalian akan selalu menjadi teman-teman terbaikku. Terimakasih untuk

kehangatan dan kebersamaan selama ini teman. Keluarga ini akan menjadi

cerita yang hebat dimasa yang akan datang. “That every moment we share

together, is even better than the moment before. If every day was as good as

today was, then I can’t wait until tomorrow comes.” 

13. Untuk seseorang yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat

kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini melalui proses

yang panjang. Terimakasih untuk dukungannya selama ini. Akhirnyaaaa.. :D

14. Teman-teman angkatan 2006 dan lainnya, yang tidak bisa disebutkan

satu-persatu, terimakasih atas dukungannya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan

manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Februari 2012

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….... vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT ………..……… viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ……….... xiii

DAFTAR TABEL ………...……….…… xvi

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ……… 9

D. Manfaat Penelitian ………. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 10

A. Citra Produk ……… 10

1. Pengertian Citra Produk ………... 10

(15)

3. Dimensi Citra Produk ……….. 14

4. Pengaruh Citra Produk ………. 15

B. Niat Membeli Ulang ……….. 17

1. Pengertian Niat Membeli Ulang ..………. 17

2. Indikator Niat Membeli Ulang ….……… 19

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Membeli Ulang .………. 22

C. Hubungan antara Citra Produk Ponsel Numerik dengan Niat Membeli Ulang Produk ………... 28

D. Hipotesis Penelitian ……… 33

BAB III. METODE PENELITIAN ………. 34

A. Jenis Penelitian ……….. 34

B. Identifikasi Variabel Penelitian ..……… 35

C. Definisi Operasional ……….. 35

1. Citra Produk Ponsel Numerik..……….. 35

2. Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik ……….. 36

D. Subjek Penelitian ……… 37

E. Metode Pengambilan Sampel ………. 37

F. Metode Pengumpulan Data Penelitian ……….. 38

G. Skala Penelitian ………. 39

1. Skala Citra Produk Ponsel Numerik ..……….. 39

2. Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik ……… 40

H. Uji Coba Alat Ukur ……….………... 42

(16)

1. Validitas Isi ………...………… 43

2. Seleksi Item ……….. 44

3. Reliabilitas ……… 50

J. Metode Analisis Data ………. 51

BAB IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ….………. 53

A. Pelaksanaan Penelitian ………...………. 53

B. Deskripsi Subjek Penelitian ………. 54

C. Hasil Penelitian ………...………… 55

1. Deskripsi Data Penelitian ………. 55

D. Analisis Data Penelitian ……….………. 56

1. Uji Asumsi ……… 56

a. Uji Normalitias ……… 56

b. Uji Linearitas ………..……. 57

2. Uji Hipotesis ………. 58

E. Pembahasan ………. 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 63

A. Kesimpulan ……….………. 63

B. Saran ………..……. 64

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba .. 40

Tabel 2 : Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba ... 42

Tabel 3 : Distribusi Item Sahih dan Gugur Pada Skala Citra Produk Ponsel Numerik ………....………... 46

Tabel 4 : Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik Setelah Uji Coba ... 47

Tabel 5 : Distribusi Item Sahih dan Gugur Pada Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik .………... 48

Tabel 6 : Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Setelah Uji Coba ………..…………... 49

Tabel 7 : Distribusi Subjek Penelitian ……….. 54

Tabel 8 : Deskripsi Data Penelitian ………. 55

Tabel 9 : Hasil Uji Normalitas Sebaran ……….. 57

Tabel 10 : Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel ……… 58

Tabel 11 : Hasil Uji Hipotesis ………... 59

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

InMobi, perusahaan mobile advertising global mengungkapkan Indonesia

menjadi pengguna ponsel terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Pada

tahun 2009 pengguna ponsel di Indonesia mencapai angka lebih dari 100 juta,

maka untuk periode 2010 ini InMobi memprediksi angka pengguna seluler di

Indonesia akan naik menjadi 146 juta. Ledakan yang hampir mencapai 50% ini

dikarenakan akan beredarnya ponsel dengan harga yang relatif murah, dengan

fasilitas jejaring sosial yang menggiurkan para pembelinya. Berdasarkan data

terakhir yang dirilis oleh Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), 180

juta nomer seluler tercatat aktif digunakan oleh penduduk Indonesia. Sedangkan

InMobi mencatat dari populasi 234 juta jiwa penduduk di Indonesia, 56.8%

diantaranya memiliki satu atau lebih ponsel seluler (Ikhsan, 2010).

Ponsel memiliki fungsi untuk melakukan panggilan telepon, selain itu ponsel

juga dapat digunakan untuk pengiriman pesan singkat. Pengiriman pesan singkat

menuntut berbagai inovasi dalam kemudahan pengiriman pesan. Metode

memasukkan tulisan yang paling populer pada telepon genggam adalah

menggunakan keypad numerik yang memiliki 12 buah tombol, masing-masing

(19)

masih dianggap cukup baik untuk pengiriman pesan pendek SMS (Wahono,

2010).

Jika seseorang harus mengetik pesan yang cukup panjang, maka keypad

numerik tidak akan memadai lagi. Berbagai cara dikembangkan untuk

memudahkan cara mengetik menggunakan alat genggam kecil ini. Kebanyakan

manusia di dunia sudah terlanjur akrab dengan sistem pengetikan menggunakan

keyboard qwerty. Qwerty sendiri adalah nama dari bentuk keypad. Dinamakan

demikian karena tombol-tombol huruf q, w, e, r, t, dan y berada secara berurutan

seperti terlihat dalam baris keyboard komputer (McGovern, 1992).

Jika ditelusuri, ponsel qwerty tersebut mulai banyak digandrungi berawal

dari kehadiran smartphone blackberry yang sudah terkenal pamornya di dunia

teknologi. Karena harganya yang cukup mahal, maka para produsen ponsel

qwerty mulai mencoba untuk menciptakan ponsel yang hampir mirip dengan

smartphone tersebut dengan harga yang jauh lebih terjangkau dan dilengkapi

dengan fitur yang lebih maximal seperti yang ditemukan di pasaran. Hal ini

membuat ponsel qwerty semakin digemari (Lee, 2011).

Medan Talk

(2010) memprediksikan sepanjang 2010 ini, ponsel qwerty

pasarnya akan terus naik akibat semakin tingginya permintaan. Bahkan ponsel

qwerty diperkirakan akan mampu menggeser produk-produk ponsel yang

(20)

ponsel Qwerty menyasar segmen menengah ke bawah. Kejelian Cina melihat

pasar ponsel terutama di Indonesia, membuat masyarakat dilanda demam qwerty.

Meskipun demikian ponsel dengan keypad numerik masih amat populer di

berbagai belahan dunia. Gempuran desain qwerty di pasar ponsel rupanya tidak

membuat ponsel numerik menjadi redup. Hal ini dikarenakan ponsel numerik

memiliki citra yang baik. Mengandalkan kemudahan mengetik pesan dengan satu

jari, serta cenderung memiliki berat yang lebih ringan dan bentuk yang lebih

simple membuat ponsel numerik masih tetap diburu. Di tengah ganasnya

gempuran ponsel berbasis keyboard qwerty, ternyata ponsel numerik masih laku

keras. Hal ini yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Ponsel keypad numerik, yang dianggap kuno itu bahkan masih mendominasi

penjualan ponsel. Menurut Hero Tjokro,

Head of Mobile Phones Devision

PT.

Samsung Indonesia, 80 % pasar ponsel di Indonesia diisi ponsel seharga di

bawah Rp. 2 juta. Ponsel-ponsel jenis ini didominasi ponsel dengan keypad

numerik. Ternyata masyarakat Indonesia masih enggan menyesuaikan diri

dengan ponsel keypad qwerty, terutama dari segi harga (Khafi, 2009).

Kenyataan di atas, menunjukkan ponsel numerik masih memiliki pangsa

pasar yang cukup besar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar

menyebabkan keinginan untuk menggunakan ponsel numerik tetap tinggi,

terutama disebabkan oleh harganya yang lebih terjangkau. Konsumen yang

(21)

ponsel numerik. Pembelian konsumen selalu diawali oleh perasaan. Konsumen

sering melakukan pembelian bukan karena kebutuhan namun karena emosi.

Manusia tidak hanya membeli pada apa yang mereka butuhkan melainkan juga

pada apa yang mereka inginkan. Keinginan merupakan satu bentuk perasaaan

atau harapan manusia akan kondisi tertentu. Keputusan dalam memilih suatu

produk memang keputusan yang dilematis. Ada berbagai aspek yang harus

dipertimbangkan dalam memutuskan hal tersebut. Mulai dari biaya, target yang

akan dituju, proses mengikatkan ekuitas sebuah brand pada ekuitas model, dan

yang tidak kalah penting adalah adanya niat dari konsumen (Setiadi, 2005). Niat

adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap obyek, niat terkait

dengan sikap dan perilaku.

Niat beli dapat timbul karena adanya perasaan senang yang diperkuat oleh

sikap positif. Hal ini berarti bila seseorang yang senang dengan suatu produk,

maka niat membeli konsumen akan meningkat. Niat pembelian ulang merupakan

pernyataan sikap konsumen atas perilaku pembelian yang telah dilakukan

sebelumnya. Setelah melakukan proses pembelian, konsumen akan mengevaluasi

atas keputusan dan tindakannya dalam membeli.

Niat membeli ulang konsumen terhadap ponsel numerik merupakan

cerminan kebutuhan konsumen akan ponsel numerik. Konsumen akan membeli

ponsel numerik jika ponsel tersebut dirasakan konsumen dapat memenuhi

(22)

tertentu. Konsumen yang memiliki niat membeli ulang ponsel numerik akan

mengarahkan segala perilaku dan tindakannya untuk mendapatkan ponsel

tersebut. Hal ini berarti bahwa para produsen ponsel numerik harus dapat

menumbuhkan niat membeli ponsel numerik pada konsumen. Niat membeli

ulang sangat penting dalam menarik konsumen untuk menggunakan produk yang

ditawarkan (Margaretha, 2008). Ketika konsumen merasa ponsel numerik sesuai

dengan apa yang diinginkan dan merasa puas, maka konsumen akan

memperilhatkan sikap dan perilaku positif yang dapat mempengaruhi niat

konsumen untuk mengambil keputusan yaitu niat melakukan pembelian ulang.

Niat membeli ulang konsumen terhadap ponsel numerik dipengaruhi oleh

banyak hal, salah satunya adalah persepsi konsumen terhadap produk ponsel

numerik. Persepsi berkaitan dengan penilaian konsumen terhadap produk yang

pada akhirnya akan membentuk citra produk pada diri konsumen. Setiap

konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sebuah produk yang

sama dan konsumen membeli produk cenderung karena citranya, bukan semata

karena manfaatnya.

Citra dipilih sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi niat membeli

ulang karena citra merupakan hasil dari persepsi yang merupakan hasil

pengolahan informasi yang didapatkan individu dari berbagai sumber dan

persepsi sendiri merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

(23)

hasil pengolahan informasi yang mendalam terhadap stimlus yang diterima

individu sehingga citra merupakan persepsi total individu terhadap objek yang

akan mempengaruhi niat individu terhadap objek tersebut. Niat individu

terbentuk karena diawali oleh persepsinya terhadap suatu objek yang kemudian

akan membentuk citra objek tersebut.

Rima (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek

terhadap Niat Membeli” yang bertujuan menjelaskan pengaruh variabel citra

merek terhadap niat membeli. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh

positif antara citra merek terhadap niat membeli. Sumbangan efektif variabel

citra merek terhadap niat membeli adalah 15,7%. Citra merek memberikan

pengaruh sebesar 15,7% terhadap niat membeli. sedangkan 84,3% lainnya

disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Ponsel numerik akan menjadi pilihan konsumen jika konsumen memiliki

kesan atau gambar yang baik mengenai produk ponsel teresbut. Apalagi saat ini,

banyak informasi mengenai produk ponsel yang didapatkan dengan mudah

melalui media cetak maupun elektronik, hal ini menyebabkan konsumen semakin

kritis dalam menentukan produk yang akan dibeli. Dengan berbagai ragam merek

dan model ponsel serta berbagai jaringan seluler operator membuat konsumen

memiliki banyak pilihan produk ponsel yang diinginkan. Informasi ini akan

mempengaruhi persepsi konsumen yang pada akhirnya akan berpengaruh

(24)

Informasi yang didapatkan konsumen mengenai ponsel numerik akan

dijadikan pertimbangan dalam memilih produk tersebut. Memilih ponsel numerik

bukanlah menjadi persoalan yang mudah. Setidaknya ada bebrapa hal yang

menjadi pertimbangan sebelum membeli ponsel numerik, yaitu : 1) harga, 2)

desain menawan. 3) fasilitas, 4) kemudahan untuk mengetik (Yusuf, 2010).

Salah satu kalangan masyarakat yang menggunakan ponsel adalah

mahasiswa. Mahasiswa merupakan salah satu konsumen yang peka terhadap

perkembangan teknologi, tidak hanya menjadi pengamat tetapi menjadi

pengguna produk dari perkembangan teknologi tersebut. Ponsel merupakan salah

satu sarana untuk memperlancar komunikasi dan mempermudah aktivitas

mahasiswa. Dari pengamatan penulis, berbagai macam merek dan model ponsel

digunakan oleh mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa memakai ponsel dengan

merek terkenal yang menyajikan fitur yang menarik. Ponsel dengan merek

terkenal umumnya memiliki berbagai macam bentuk dan harga, dengan fasilitas

yang sama yang terdapat pada ponsel qwerty.

Kondisi di atas menggambarkan bahwa pada umumnya ponsel numerik

dijual dengan harga yang sangat terjangkau sehingga menyebabkan timbulnya

persepsi di masyarakat bahwa ponsel numerik adalah ponsel murah. Hal ini

disebabkan karena persaingan antar produsen dalam menawarkan tarif yang lebih

murah. Penawaran harga ponsel numerik yang terjangkau dengan berbagai

(25)

para pengguna ponsel seperti mahasiswa untuk menggunakan ponsel numerik.

Iming-iming tersebut tidak secara otomatis langsung menyerap banyak pengguna

untuk memilih ponsel numerik. Hal tersebut dikarenakan konsumen dalam

membeli suatu produk akan dipengaruhi oleh kesan-kesannya terhadap produk.

Kesan-kesan konsumen terhadap ponsel numerik akan positif jika persepsi

konsumen terhadap ponsel numerik positif sehingga menghasilkan citra ponsel

numerik yang positif pula. Sebaliknya, kesan konsumen terhadap ponsel numerik

negatif jika persepsi terhadap ponsel numerik negatif sehingga menghasilkan

citra ponsel numerik yang negatif pula.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, citra yang terdapat

pada sebuah produk dapat mempengaruhi niat membeli ulang konsumen, maka

penulis akan mengangkat topik mengenai citra produk. Peneliti memiliki asumsi

bahwa niat membeli ulang konsumen dipengaruhi oleh citra konsumen terhadap

sebuah produk. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat

hubungan antara citra produk dengan niat membeli ulang ponsel numerik.

B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada

hubungan antara citra produk dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada

(26)

C.

TUJUAN PENELITIAN

Penulisan ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara citra

produk dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada mahasiswa.

D.

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu melihat hubungan antara niat membeli

ulang ponsel numerik yang dilihat dari citra produknya. Selanjutnya bukti

empiris dari penelitian ini diharapkan dapat menggugah semangat para peneliti

lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan

dengan ponsel numerik dan citra produk. Bagi ilmu psikologi, diharapkan dapat

menambah wawasan serta bermanfaat untuk bahan pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya psikologi industri dan organisasi dan psikologi

konsumen.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CITRA PRODUK

1. Pengertian Citra Produk

Istilah citra dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti rupa,

gambar, gambaran. Menurut Hasan (2003), citra merupakan rupa,

gambar, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,

perusahaan, organisasi maupun produk. Dikaitkan dengan citra pada

konsumen Kotler (2003), mendefinisikan citra sebagai jumlah dari

gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang

dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Konsumen membentuk

citra suatu produk dari kesimpulan kesan atau kepercayaan yang sudah

terseleksi di antara banyaknya stimulus yang diterima.

Citra merupakan suatu komponen pendukung bagi sebuah produk.

Dimana citra mewakili wajah dan juga mutu sebuah produk. Jika produk

ibarat mengenal manusia dari bentuknya, maka citra bagaikan kesan yang

kita lihat dari manusianya. Seperti yang dikatakan Kotler (dalam Susanto,

2007) bahwa citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan.

Pendapat Kotler ini didukung oleh pernyataan Temporal (2001) yang

menyatakan bahwa citra merupakan apa yang dipikirkan atau bahkan

(28)

Menurut Peter dan Olson (2002), Citra adalah persepsi dan sikap

yang didasarkan pada rangsangan yang berkaitan dengan suatu produk

melalui kelima indera. Sedangkan definisi citra produk dipandang

sebagai apa yang dipikirkan konsumen tentang suatu produk. Citra

produk adalah keseluruhan pikiran yang dimiliki konsumen dari objek

produk.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa citra

konsumen pada suatu produk merupakan sekelompok kesan yang

dimiliki konsumen tentang beberpa sifat produk yang dianggap relatif

penting oleh konsumen. Sifat-sifat ini kemudian menjadi kepribadian

yang melekat pada suatu produk dan akan mempengaruhi persepsi

konsumen terhadap suatu produk. Citra bersifat subjektif sehingga dapat

dimungkinkan setiap konsumen menangkap citra yang berbeda-beda dari

suatu produk yang sama.

2. Proses Terbentuknya Citra

Markin (1974), mengatakan bahwa proses pembentukan citra sangat

mirip dengan proses persepsi. Seperti proses pembentukan persepsi,

pembentukan citra bermula dari proses penginderaan, yaitu penerimaan

stimulus oleh individu melalui alat-alat reseptor. Informasi yang diterima

oleh alat-alat reseptor diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, pada

otak inilah terjadi proses psikologis yang menjadikan individu menyadari

(29)

terhadap stimulus (Walgito, 2002). Kumpulan dari kesan-kesan tersebut

akan membentuk suatu citra yang melekat pada stimulus.

Citra produk sangat penting untuk menempatkan produk pada

segmen pasar yang sesuai karena konsumen akan lebih

mempertimbangkan citra daripada fakta yang melekat pada produk itu

sendiri (Schiffman & Kanuk, 2008). Bila suatu produk mempunyai citra

yang positif di kalangan konsumen, maka produk itu akan mempunyai

nilai yang lebih dibandingkan dengan produk lain dengan jenis yang

sama yang berdar di pasaran. Dalam pemasaran, produk adalah simbol

penjelasan seluruh informasi yang berkaitan dengan produk atau jasa.

Produk biasanya terdiri dari nama, logo dan seluruh elemen visual

lainnya seprti gambar tipografi, warna dan simbol. Produk juga

merupakan visualisasi dari citra yang ingin ditanamkan dalam pikiran

konsumen.

Melihat betapa pentingnya sebuah citra produk dalam mendukung

kesuksesan pemasaran suatu produk telah membuat para produsen

berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari

sekelompok sosial yang lebih besar, dipandang terhormat oleh orang lain,

atau untuk mendefinisikan diri menurut citra yang diinginkannya. Namun

citra yang harus dibangun dalam jangka panjang tidak akan sempat

terbentuk jika dalam waktu singkat produk itu rusak atau berkinerja

rendah. Menurut Dewi (2005) citra produk dapat dibangun dengan tiga

(30)

a. Berbasis fitur, yaitu : menambahkan fitur produk dengan cara

mencocokkan suatu produk dengan hal-hal yang dianggap paling

menarik dan relevan bagi konsumen, sehingga menjadi pembangkit

asosiasi.

b. Gambaran dari pengguna, yaitu : digunakan jika sebuah produk

menciptakan citra dengan memfokuskan pada siapa yang

menggunakan produk tersebut.

c. Iklan, yaitu bagaimana citra produk dan makna asosiatif produk

tersebut dikomunikasikan oleh iklan dan media promosi lainnya.

Setelah konsumen terpapar oleh tiga hal di atas lalu konsumen akan

melakukan penilaian terhadap sebuah produk. Para produsen untuk

memahami penilaian konsumen perlu mempertimbangkan dua hal yang

akan mempengaruhi citra, yaitu : bagaimana konsumen ingin dilihat dan

bagaimana konsumen terlihat (Griffin, 2006). Seperti yang telah

dijelaskan di atas, bahwa citra dari sudut pandang konsumen merupakan

persepsi mereka mengenai sesuatu dalam hal ini adalah produk.

Sedangkan dari sudut pandang produsen, citra merupakan proyeksi dari

sekumpulan identitas produk. Oleh karena itu, yang menjadi tolak ukur

baik tidaknya citra suatu produk dapat diukur melalui idetitas produk

(31)

3. Dimensi Citra Produk

Konsumen akan lebih memilih produk yang memiliki kemudahan

operasional yang sesuai dengan kebutuhannya meskipun dengan harga

yang lebih mahal, pilihan ini didasarkan pada reputasi produk atau

pemilih produk. Walters dan Paul (dalam Rahmani, 1989)

mengemukakan bahwa produk yang dibeli konsumen adalah benda

beserta sekumpulan pelayanan yang menyertainya dan merupakan

keistimewaannya. Sekelompok keistimewaan inilah yang nantinya akan

membentuk citra yang baik di mata konsumen. Lebih lanjut Walters dan

Paul mengemukakan bahwa citra produk terbentuk dari empat dimensi,

yaitu :

a. Desain produk

Merupakan kombinasi dari faktor atribut produk, karakteristik dan

penampilan dari produk tersebut. Desain produk adalah apa yang

tampak dari produk tersebut.

b. Pengembangan produk

Meliputi ide, penelitian dan teknologi yang digunakan untuk

menemukan dan menguji produk. Pengembangan produk

memungkinkan konsumen mendapatkan produk baru yang berbeda.

c. Kemasan

Merupakan pembungkus atau wadah dari produk. Kemasan selain

berfungsi sebagai pelindung produk juga dapat memiliki peranan

(32)

d. Harga

Harga merupakan sejumlah uang yang dikerluarkan oleh konsumen

untuk memperolah barang atau jasa yang diinginkan.

Selain empat dimensi di atas dapat ditambahkan dimensi garansi atau

jaminan seperti yang disebutkan oleh Tjiptono (2005). Garansi atau

jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas

produknya pada konsumen. Jaminan dapat berupa kualitas produk,

pelayanan, reparasi dan lain sebagainya. Jaminan ada yang bersifat

tertulis dan ada juga yang bersifat tidak tertulis.

Dalam penelitian ini peneliti cenderung akan memakai dimensi yang

diungkapkan oleh Walters & Paul ditambahkan Tjiptono. Sehingga

aspek-aspek citra akan mencakup : (1) Desain, (2) Pengembangan

produk, (3) Kemasan, (4) Harga, (5) Garansi. Pemilihan ini didasarkan

pada alasan citra yang melekat pada sebuah produk akan membuat

konsumen memilih produk tersebut.

4. Pengaruh Citra Produk

Citra produk sangat penting untuk menempatkan produk pada

segmen pasar yang sesuai karena konsumen akan lebih

mempertimbangkan citra produk daripada fakta yang melekat pada

produk itu sendiri (Schiffman dan Kanuk, 2008). Bila suatu produk

mempunyai citra yang positif maka konsumen akan mempersepsikan

(33)

pelayanan, maupun harga yang diberikan. Persepsi yang positif ini akan

semakin kuat ketika konsumen memperoleh informasi-informasi yang

bagus-bagus tentang produk yang ingin mereka beli. Informasi-informasi

tersebut kemudian dievaluasi. Evaluasi yang positif akan mendorong

konsumen untuk berniat membeli produk tersebut hingga akhirnya

konsumen memutuskan untuk membeli lagi produk yang sama dan tetap

menggunakannya serta tidak terpengaruh dengan produk lain walaupun

produk lain memiliki feature yang lebih bagus yang berarti produk itu

akan mempunyai nilai yang lebih dibandingkan dengan produk lain

dengan jenis yang sama yang beredar di pasaran. Dengan kata lain citra

atau gambaran konsumen yang melekat akan mempengaruhi persepsi

konsumen terhadap suatu produk.

Sebaliknya, apabila suatu produk mempunyai citra yang negatif di

kalangan konsumen, maka konsumen akan mempersepsikan negatif

produk yang mereka gunakan baik dari sisi feature, pelayanan maupun

harga yang diberikan. Persepsi yang negatif ini akan semakin kuat ketika

konsumen meperoleh informasi-informasi negatif tentang produk yang

ingin mereka beli. Informasi-informasi tersebut kemudian dievaluasi.

Evaluasi yang negatif ini membuat konsumen tidak berniat untuk

membeli kembali dan akan mendorong konsumen dalam mengambil

keputusan untuk tidak membeli produk tersebut sehingga lebih memilih

(34)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peredaran suatu

produk dengan model yang beraneka ragam menyebabkan tingginya

tingkat persaingan sehingga masing-masing model produk gencar

meningkatkan citra produknya. Apabila citra yang terbentuk dalam benak

konsumen positif maka konsumen akan mempersepsikan produk yang

digunakan sebagai produk yang mengerti kebutuhannya sehingga

konsumen tersebut akan semakin memiliki niat untuk membeli ulang.

Sebaliknya konsumen yang mencitrakan negatif produk yang digunakan

akan mempersepsikan produk yang digunakannya sebagai produk yang

tidak bernilai dan menganggap perusahaan tidak mengerti kebutuhan

konsumen sehingga niat membeli ulang konsumen terhadap produk

tersebut akan menurun.

B. NIAT MEMBELI ULANG

1. Pengertian Niat Membeli Ulang

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi pembelian ulang

terdiri dari dua kata, yaitu pembelian dan ulang. Pembelian adalah

proses, cara atau perbuatan membeli. Sedangkan definisi ulang adalah

dilakukan lebih dari satu kali. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pembelian ulang adalah kegiatan pembelian yang dilakukan lebih

dari satu kali pada produk yang sejenis.

Niat berkaitan dengan keinginan terhadap suatu hal yang biasanya

(35)

Kotler (2003), niat adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan atau

perilaku atau sesuatu yang segera mendahului tingkah laku pembelian

yang sebenarnya.

Dodds, Monroe, dan Grewal (1991) mengemukakan bahwa niat beli

didefinisikan sebagai kemungkinan seorang konsumen untuk berniat

membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya. Jika seseorang

menginginkan produk dan merasa tertarik untuk memiliki produk

tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk tersebut. Selain

itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari pihak lain sangatlah

penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses

pembelian. Niat membeli merupakan dorongan konsumen untuk

melakukan pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk

melakukan pembelian ulang.

Horton (1984) mengatakan bahwa niat terkait 2 hal berbeda yang

saling berhubungan, yaitu : keinginan untuk membeli dan rencana dari

keputusan membeli. Jadi pada dasarnya niat membeli dapat diartikan

sebagai kecenderungan untuk membeli produk tertentu, yang di

dalamnya terkait rancangan rencana untuk membeli. Niat beli seseorang

juga dapat timbul karena adanya perasaan senang yang diperkuat oleh

sikap positif. Hal ini berarti bila seseorang senang dengan suatu produk

maka niat beli konsumen dapat meningkat.

Perasaan tertarik, senang dan sikap positif konsumen terhadap suatu

(36)

melakukan pembelian ulang. Menurut Bigne, dkk (2001), niat

berperilaku dikaji dari dua elemen yaitu return (keinginan pelanggan

untuk kembali menggunakan layanan yang diberikan provider) dan

recommend (keinginan pelanggan untuk memberikan rekomendasi pada

pihak lain untuk mencoba layanan yang pernah dialaminya). Dalam

konsep pembelian kembali ada dua konsep yang banyak dibahas yaitu

intensitas membeli ulang (repurchase intentions) dan perilaku membeli

ulang yang aktual (actual repurchase behavior).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa niat

membeli ulang merupakan keinginan yang terdapat dalam diri konsumen

untuk membeli kembali produk yang pernah digunakannya, hal ini

merupakan tindakan pasca pembelian yang disebabkan oleh adanya

kepuasan yang dirasakan konsumen atas produk yang telah dibelinya.

2. Indikator Niat Membeli Ulang

Teori perilaku berencana dan tindakan beralasan merupakan suatu

pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan niat. Teori ini

mengatakan bahwa sikap adalah salah satu determinan langsung dari niat

untuk menunjukkan sebuah perilaku (Ajzen & Fishbein, dalam Seock

2003). Selanjutnya mengacu pada teori perilaku beralasan, Peter dan

Olson (2002) menjelaskan bahwa memprediksi perilaku membeli

konsumen sebenarnya diukur dari niat mereka untuk membeli sebelum

(37)

memprediksi perilaku memiliki 3 hirarki, yaitu (Mowen & Minor, 2002)

: membentuk kepercayaan terhadap sebuah produk, kemudian

mengembangkan sikap terhadapnya, dan selanjutnya membeli produk

tersebut. Dari tiga hirarki ini dapat dilihat bahwa sebelum seorang

konsumen sampai pada pembelian, ada beberapa proses yang dilaluinya.

Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen pada umumnya lebih

mudah menerima perluasan link produk baru yang ditawarkan oleh

perusahaan tersebut. Kesesuaian antara performa dari produk atau jasa

yang ditawarkan akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan

menghasilkan keinginan konsumen untuk menggunakannya kembali di

waktu yang akan datang. Konsumen yang merasa puas dan menjadi

pelanggan yang berkomitmen juga dapat menjadi sumber rekomendasi

positif bagi konsumen lainnya terhadap produk tersebut (Hawkins, dkk,

1998). Sehingga pelanggan yang berkomitmen sangat berperan dalam

pengembangan suatu produk.

Schiffman dan Kanuk (2008) menjelaskan pembelian ulangan

biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen

dan bahwa konsumen bersedia memakainya lagi. Menurut Ferdinand

(2002), salah satu dimensi dari perilaku pembelian adalah niat membeli

ulang. Berdasarkan teori-teori niat membeli ulang yang ada, indikator

(38)

a. Perilaku seseorang yang berkeinginan untuk selalu membeli ulang

produk yang telah dikonsumsi. Indikator dari niat ini adalah

memiliki niat untuk melakukan pembelian ulang.

b. Perilaku seseorang yang cenderung mereferensikan produk yang

sudah dibelinya agar juga dibeli orang lain. Indikatornya adalah

menyarankan kepada orang lain untuk membeli produk tertentu.

c. Perilaku seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada

produk yang telah dikonsumsinya. Preferensi ini hanya dapat diganti

apabila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. Indikator dari

niat ini adalah menggambarkan perilaku seseorang yang selalu

mencari perbedaan dari suatu produk terhadap produk lainnya.

d. Perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk

yang diingininya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat

positif dari produk yang dilangganinya. Niat ini memiliki indikator

menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi

mengenai suatu produk.

Berdasarkan uraian di atas pengukuran niat membeli ulang produk

dalam penelitian ini akan diungkap menggunakan indikator sebagai

berikut : (1) keinginan untuk membeli ulang, (2) mereferensikan kepada

(39)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Membeli Ulang

Mengacu pada teori terbentuknya niat dari Fishbein & Ajzen (1975),

terdapat dua faktor utama yang membentuk niat seseorang untuk

menampilkan perilaku, yaitu :

a. Faktor personal dan sikap, faktor ini adalah sikap seseorang terhadap

perilaku yang akan ditampilkan yaitu perilaku yang sudah menjadi

niatnya dalam situasi tertentu. Sikap terhadap perilaku ini

dipengaruhi oleh harapan seseorang mengenai konsekuensi yang

mungkin diterima dari perilakunya dan evaluasi individu terhadap

konsekuensi tersebut.

b. Faktor sosial atau normatif, faktor ini berhubungan dengan pengaruh

lingkungan sosial terhadap perilaku. Faktor ini biasa disebut norma

subjektif yaitu persepsi individu bahwa sebagian orang yang

berpengaruh atau penting baginya berpikir bahwa ia seharusnya atau

tidak seharusnya menampilkan perilaku tertentu. Sehingga individu

memikirkan pendapat atau penilaian orang lain sebelum bertindak.

Norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan normatif atau harapan

yang diterima dari kelompok atau individu tertentu yang

berpengaruh atau penting baginya da juga oleh motivasi individu

untuk menyetujui atau memenuhi harapan tersebut.

Menurut Crow and Crow (1976), ada tiga faktor yang mempengaruhi

(40)

a. Faktor internal

Faktor internal yaitu kondisi fisik yang mendorong timbulnya niat

untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk

memenuhinya.

b. Faktor motif sosial

Faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar

dapat diakui dan diterima oleh lingkungan. Ini merupakan kompromi

pihak individu dengan lingkungan sosialnya.

c. Faktor emosional

Faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan

dengan objek yang diinginkannya. Kesukaan seseorang pada suatu

aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan

suka dan puas.

Menurut Kotler (1995) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

niat membeli seseorang, yaitu sebagai berikut :

a. Faktor kebudayaan

1) Kultur, merupakan faktor yang paling fundamental dari

keinginan dan perilaku seseorang yang diperoleh dari

serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui

sosialisasi dalam keluarga dan lembaga inti lainnya. Kultur yang

berbeda dalam suatu masyarakat akan membentuk perilaku

(41)

oleh komunitas tertentu kemungkinan dianggap tidak berharga

sama sekali oleh komunitas lainnya.

2) Sub kultur, adalah bagian yang lebih kecil dari kultur yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang lebih

spesifik, mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan

daerah geografis. Sub kultur yang berbeda akan memberikan

preferensi kebutuhan dan perilaku membeli yang berbeda pula.

3) Kelas sosial, merupakan bagian yang relatif homogen dan

permanen dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis

dan anggotanya memiliki tata nilai, minat dan perilaku yang

cenderung mirip. Kelas sosial ditentukan oleh sejumlah variabel

yang merupakan kombinasi dari pekerjaan, penghasilan,

pendidikan dan orientasi nilai. Kelas sosial akan menunjukkan

preferensi produk dan merek yang berbeda.

b. Faktor sosial

1) Kelompok acuan, merupakan kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan

perilaku seseorang. Kelompok acuan mempengaruhi seseorang

melalui tiga cara : pertama, menghubungkan individu dengan

perilaku dan gaya hidup baru, kedua, mempengaruhi sikap dan

konsep diri seseorang, ketiga, mempengaruhi pilihan seseorang

(42)

2) Keluarga, merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh

dalam perilaku membeli karena adanya interaksi yang

berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari meskipun mereka

memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam keluarganya.

3) Peran dan status, peran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang

dilakukan seseorang sesuai posisinya dalam berhubungan

dengan orang lain di sekitarnya. Setiap peran membawa suatu

status yang mencerminkan penghargaan dari masyarakat

berkenaan dengan peran tersebut. Peran dan status

mempengaruhi perilaku membeli karena seseorang akan

cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan peran dan

statusnya dalam masyarakat.

c. Faktor pribadi

1) Usia dan tahap siklus hidup, seseorang membeli barang dan jasa

yang berbeda sepanjang hidupnya. Usia dan tahap-tahap siklus

hidup mempengaruhi selera dalam pemilihan produk dan

perilaku membelinya.

2) Pekerjaan, pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola

konsumsi dan perilaku membelinya.

3) Keadaan ekonomi, meliputi pendapat yang dapat dibelanjakan

tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan untuk meminjam, dan

(43)

mempengaruhi seseorang dalam pemilihan produk dan perilaku

membelinya.

4) Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang yang diungkapkan

dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam berinteraksi

dengan masyarakat sehingga mempengaruhi seseorang dalam

perilaku membelinya.

5) Kepribadian dan konsep diri, kepribadian merupakan

karakteistik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten terhadap

lingkungannya. Kepribadian terutama terbentuk dari konsep diri.

Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi

perilaku membelinya.

d. Faktor psikologis

1) Motivasi, merupakan keinginan yang mendorong seseorang

untuk bertindak. Seseorang yang memiliki motivasi yang

berbeda tentunya akan memilih produk yang berbeda pula

sehingga mempengaruhi perilaku membelinya.

2) Persepsi, proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur,

dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan

gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi seseorang terhadap

suatu produk akan mempengaruhi perilaku membelinya.

3) Pembelajaran, merupakan perubahan perilaku yang timbul dari

(44)

akan mendorong pengulangan pembelian produk tersebut,

sebaliknya pengalaman yang negatif akan membentuk individu

menghentikan pemakaian produk tersebut.

4) Pengetahuan, pengetahuan menjelaskan perubahan dalam

perilaku seseorang yang berasal dari pengalaman. Jika seseorang

mengetahui hasil yang didapatkannya atau kerugian yang

didapatkannya dari suatu produk maka ia akan terus

memakainya atau menghentikannya.

5) Kepercayaan dan sikap pendirian, seseorang memperoleh

kepercayaan dan sikap melalui bertindak dan belajar yang akan

mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepercayaan adalah

suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang akan sesuatu,

misalnya mutu dan manfaat tertentu. Sikap pendirian merupakan

evaluasi, perasaan emosional dan kecendreungan tindakan yang

menguntungkan dan tidak menguntungkan yang relatif konsisten

terhadap obyek atau gagasan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, dapat disimpulakan

bahwa perilaku membeli dipengaruhi oleh banyak hal baik faktor internal

maupun faktor eksternal individu dan merupakan suatu yang khas bagi

setiap individu. Terjadinya perilaku membeli didahului dengan adanya

kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan membeli dan

(45)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada variabel niat ini adalah :

1. Niat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor

motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.

2. Niat menunjukkan seberapa kuat seseorang berani mencoba.

3. Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan

seseorang untuk dilakukan.

4. Niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.

C. HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK

Tingginya tingkat persaingan yang terjadi saat ini di berbagai bidang

usaha membawa setiap pihak untuk berpikir bagaimana cara untuk

memberikan sesuatu yang lebih baik kepada konsumen melebihi yang

diberikan oleh para pesaing lainnya. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa

sekarang ini dunia ponsel merupakan dunia yang penuh dengan kesamaan

dimana banyak sekali perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang

serupa dengan produk yang berbeda-beda. Keadaan yang seperti ini membuat

konsumen memiliki banyak sekali pilihan barang atau jasa yang mereka

gunakan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Dari tingginya tingkat persaingan ini memungkinkan konsumen berpindah ke

produk lain yang lebih baik, bagus, praktis dan muktahir. Dari sebab itu,

maka citra produk merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan.

(46)

pandang konsumen terhadap suatu produk dan segala sesuatu yang bekaitan

dengannya.

Pada awalnya konsumen akan mencari informasi mengenai sebuah

produk tetapi masih sangat terbatas mengenai suatu produk tertentu yang

bersifat baru baginya. Konsumen yang merasa tertarik akan suatu produk

berusaha mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsumen akan mulai

terlibat secara psikologis dengan produk tersebut. Berdasarkan informasi

yang diperoleh pada tahap sebelumnya konsumen akan mengambil keputusan

dengan mengkaji keuntungan dan kerugian yang akan diperolehnya dengan

membeli produk tersebut. Jika hasilnya positif, konsumen akan membelinya.

Sebaliknya, jika dirasa merugikan maka konsumen akan menolak produk

tersebut. Kemudian konsumen akan membeli dan mencoba menggunakan

produk tersebut sesuai dengan konsep yang terbentuk dalam tahap evaluasi.

Pengalaman dari percobaan ini akan menghasilkan tahap selanjutnya yaitu

adopsi atau penolakan. Jika konsumen merasa puas dengan produk tersebut,

ia akan secara tetap menggunakan produk tersebut. Sebaliknya, jika

konsumen merasa tidak puas, ia akan menolak untuk nmenggunakan produk

tersebut lebih lanjut.

Pengalaman konsumen dalam menggunakan suatu produk tertentu

dijelaskan dengan teori yang dikemukakan oleh Allport, yang menjelaskan

pengalaman memiliki pengaruh yang mengarahkan terhadap perilaku.

Pengalaman yang telah lalu maupun yang sedang dialami saat ini memiliki

(47)

tertentu. Middlebrook (dalam Azwar, 2009) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman sama sekali terhadap suatu objek psikologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau

tanggapan terhadap objek merupakan proses yang kompleks dalam diri

individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana

tanggapan tersebut terbentuk dan ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus

(Azwar, 2009). Oleh karena itu sebagai dasar pembentukan sikap, maka

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Pelanggan yang berkomitmen memiliki keterikatan emosional terhadap

produk atau perusahaan yang ditujunya. Pada umumnya pelanggan

mengekspresikan komitmen mereka dengan kepercayaan dan kesukaan

terhadap produk tersebut serta kepercayaan terhadap perusahaannya.

Konsumen yang berkomitmen tidak ingin mencari informasi tambahan pada

saat membuat keputusan pembelian. Mereka juga tidak mudah untuk

berpindah ke produk pesaing. Meskipun mereka membeli produk pesaing,

tetapi setelah penawaran promosi berakhir, seperti diskon, mereka akan

kembali ke produk semula. Perpindahan sementara tersebut hanya bersifat

memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh produk lain (Soderlund &

vilgon, 1999). Perpindahan sementara ini terjadi akibat dari adanya faktor

pengalaman yang terdapat dalam diri individu. Pengalaman individu dalam

menggunakan suatu produk akan berpengaruh pada perilaku selanjutnya

terhadap produk tersebut. Pengalaman yang positif akan mendorong

(48)

Produsen harus membangun citra produk yang positif. Hal ini akan

membuat konsumen membentuk kepercayaan dan sikap yang positif

terrhadap sebuah produk, kemudian mengembangkan sikap terhadap produk

dan akhinya membelinya. Kepercayaan adalah suatu pemikiran desfriptif

yang dimiliki seseorang akan sesuatu, sedangkan sikap merupakan evaluasi,

perasaan dak kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu

obyek.

Semakin positif sikap seorang konsumen terhadap suatu produk, semakin

tinggi pula niat membeli konsumen terjadi (Seock, 2003). Jadi jelaslah bahwa

salah satu cara yang dapat digunakan oleh produsen dalam meningkatkan niat

membeli produk yang mereka pasarkan adalah dengan membangun citra

produk yang positif.

Niat membeli ulang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap seseorang

terhadap obyek, situasi ataupun ide-ide tertentu yang mampu membangkitkan

perasaan senang, memuaskan atau menggairahkan pada diri seseorang.

Jelasnya, niat membeli ulang banyak dipengaruhi oleh persepsi konsumen

terhadap produk, sehingga konsumen memiliki persepsi terhadap produk

tersebut.

Seseorang yang memiliki niat untuk membeli suatu produk akan

menunjukkan perhatian dan rasa senang terhadap produk tersebut. Keinginan

ini dapat timbul karena konsumen menilai hal-hal yang secara nyata dapat

dilihat atau dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut. Niat dapat

(49)

stimulus mampu merebut atau menarik perhatian seseorang atau tidak.

Dengan kata lain, seseorang akan menaruh perhatian pada apa yang sejalan

dengan keinginannya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diasumsikan bahwa ada hubungan

yang positif antara citra produk dengan niat membeli ulang pada pengguna

ponsel. Semakin positif citra produk, maka seseorang akan memiliki niat

membeli ulang terhadap produk. Sebaliknya jika citra produk negatif, maka

konsumen akan berpindah ke produk yang lain.

Pengalaman pribadi menggunakan ponsel numerik

Citra Produk

Niat membeli ulang Kepercayaan yang positif terhadap produk dan sikap yang positif terhadap

(50)

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat diajukan hipotesis untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut : “Terdapat hubungan yang positif antara

citra produk ponsel numerik dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada

mahasiswa”. Semakin tinggi citra terhadap produk, maka akan semakin

membuat mahasiswa memiliki niat membeli ulang. Sebaliknya, semakin

rendah citra terhadap produk, maka akan semakin memperkecil kemungkinan

mahasiswa memiliki niat membeli ulang.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Bab ini ditujukan untuk memberikan penjelasan mengenai metode penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian mencakup identifikasi variabel penelitian, subjek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, dan juga metode analisis data.

A. JENIS PENELITIAN

(52)

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Idrus, 2009). Sementara variabel tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas : citra produk ponsel numerik. 2. Variabel tergantung : niat membeli ulang produk.

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Citra Produk Ponsel Numerik

Citra produk dalam penelitian ini diukur dalam skala citra produk ponsel numerik. Dalam penelitian ini citra produk ponsel numerik diungkap dengan melihat dimensi citra yang dikemukan oleh Walters & Paul ditambahkan Tjiptono, yaitu :

a. Desain produk

Merupakan kombinasi dari faktor atribut produk, karakteristik dan penampilan dari produk tersebut. Desain produk adalah apa yang tampak dari produk tersebut.

b. Pengembangan produk

(53)

c. Kemasan

Merupakan pembungkus atau wadah dari produk.

d. Harga

Sejumlah uang yang dikerluarkan oleh konsumen untuk memperolah suatu barang.

e. Jaminan / garansi

Merupakan janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya pada konsumen.

Citra produk diungkap menggunakan skala citra produk yang menggunakan kelima aspek di atas. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin positif citra konsumen terhadap ponsel numerik. Sebaliknya, semakin rendak skor yang diperoleh, maka semakin negatif citra konsumen terhadap ponsel numerik.

2. Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik

Niat membeli ulang dalam penelitian ini diukur dalam skala niat membeli ulang. Skala ini diambil berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ferdinand (2002) yang diungkap dalam 4 indikator, yaitu :

a. Memiliki niat untuk melakukan pembelian ulang.

(54)

Nilai niat membeli ponsel numerik tampak dari besarnya skor yang diperoleh dari skala niat membeli ponsel numerik. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dari keempat aspek tersebut, semakin tinggi pula niat membeli ponsel numerik. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka akan semakin rendah niat membeli ponsel numerik.

D. SUBJEK PENELITIAN

Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memiliki dan menggunakan ponsel numerik.

2. Berusia 18-25 tahun. Batasan usia tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa pada rentang usia ini merupakan masa individu mempunyai dorongan rasa ingin tahu yang besar atau ingin mencoba hal-hal yang baru.

E. METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000). Metode pengambilan sampel untuk penelitian kuantitatif ini tergolong dalam penarikan sampel non probabilitas (non probability

(55)

non probabilitas yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007). Metode ini digunakan atas dasar, tidak semua subjek mendapat kesempatan menjadi responden dan ketiadaan sarana untuk menentukan kemungkinan setiap subjek terlibat. Sementara itu, penggunaan convenience sampling memiliki maksud mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan (Tatang, 2011).

F. METODE PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode skala sebagai alat pengumpulan data. Metode skala adalah suatu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berisiskan aspek-aspek yang harus diukur, yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang-orang yang menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 2000). Model skala yang dipakai adalah model skala yang dijumlahkan dari Likert. Skala model Likert merupakan penskalaan pernyataan yang menggunakan distributif respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 2010).

Skala yang digunakan terdiri dari dua skala, yaitu skala citra produk ponsel numerik dan skala niat membeli ulang ponsel numerik. Alasan digunakannya skala dalam penelitian ini menurut Hadi (2000), adalah :

(56)

b. Pernyataan subjek kepada penliti benar dan dapat dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan adalah sama dengan peneliti.

G. SKALA PENELITIAN

1. Skala Citra Produk Ponsel Numerik

Skala ini terdiri dari satu bagian yang mencakup beberapa karakteristik individu yang memiliki niat membeli ulang ponsel numerik. Karakteristik tersebut antara lain: (1) desain produk, (2) pengembangan produk, (3) kemasan, (4) harga, (5) jaminan / garansi. Berdasarkan 5 karakteristik tersebut, maka item skala citra produk dibuat sebanyak 20

(57)

pada item favorable bergerak dari 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), sampai dengan 1 (STS).

Blue print dari skala citra produk ponsel numerik dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 1

Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba

Aspek-aspek Nomer item Total

1. Desain 2, 7, 13, 20 5

2. Pengembangan Produk 6, 8, 9, 15 5

3. Kemasan 1, 4, 14, 18 5

4. Harga 10, 11, 12, 19 5

5. Garanasi 3, 5, 16, 17 5

Total 20

2. Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik

(58)

karakteristik individu yang memiliki niat membeli ulang ponsel numerik. Karakteristik tersebut antara lain: (1) niat tradisional, (2) niat referensial, (3) niat preferensial, (4) niat eksploratif. Berdasarkan 4 karakteristik tersebut, maka item skala niat membeli ulang ponsel numerik dibuat sebanyak 32 item yang terdiri dari 16 item favorable (pernyataan yang mendukung) dan 16 item unfavorable (pernyataan yang tidak mendukung).

Skala niat membeli ulang ponsel numerik ini berbentuk skala Likert dengan 4 tingkat, mulai dari STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju), hingga SS (sangat setuju). Penggunaan 4 tingkat ini dimaksudkan untuk menghindari adanya tendency central dari responden sehingga dapat lebih memilih jawaban yang memihak. Menurut Azwar (2004), tidak diberikannya alternatif jawaban tengah atau netral dengan tujuan untuk menghindari adanya responden yang ragu-ragu dalam menjawab sehingga kemudian memilih jawaban tengah atau netral, serta agar responden dapat lebih tegas dalam memilih dan menentukan jawaban tanpa menggiringnya ke arah jawaban tengah. Perrnyataan dalam skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pemberian skor pada item favorable bergerak dari 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), sampai dengan 1 (STS). Sedangkan pada item unfavorable skor bergerak dari 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), hingga 4 (STS)

Blue print dari skala niat membeli ulang ponsel numerik pada

(59)

Tabel 2

Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba

(60)

tersebut. Selain itu peneliti juga membagikan alat penelitian ini secara online. Peneliti menyebar 60 eksemplar alat ukur, akan tetapi 9 diantaranya tidak memenuhi syarat karena ada beberapa pernyataan yang terlewatkan. Oleh karena itu, total alat ukur yang kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis adalah sejumlah 51 eksemplar.

I. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Azwar (2010) mengatakan salah satu masalah utama dalam penelitian psikologi adalah masalah cara memperoleh data informasi yang obyektif dan akurat. Perolehan informasi yang akurat dan obyektif tersebut cukup sulit diperoleh karena konsep yang diukur tidak selalu dapat dioperasionalkan sebagaimana yang terjadi dalam penelitian mengenai aspek fisik. Oleh karena itu, dalam setiap alat ukur psikologi haruslah mengandung unsur reliabel dan valid. Berikut penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas :

1. Validitas Isi

(61)

tepat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa validitas merupakan suatu kecermatan pengukuran.

Validitas yang terdapat dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validasi isi yang dilihat adalah sampai sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mampu mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas ini ditentukan dengan membandingkan isi item dengan blue print yang telah ditentukan melalui pendapat dosen selaku

professional judgment yang bersifat subjektif dan disebut validitas

non-empirik. Professional judgment dalam penelitian ini didapatkan dari Bapak Minto Istono selaku dosen yang mengajar mata kuliah psikologi konsumen dan psikologi industri.

2. Seleksi Item

Gambar

Tabel 1 Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik  Sebelum Uji Coba
Tabel 2 Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Sebelum Uji
tabel 5 berikut:
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang, jumlah kredit pajak,

Dari hasil spearman test di dapatkan ρ = 0.001 yang berarti ada hubungan antara senam osteoporosis dengan kejadian osteoporosis, dan hasil crostabulation di

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan pengendalian intern terhadap proses penerimaan dan pengembalian barang jaminan

Tulisan ini juga diharapkan bisa menjadi suatu potret bagi lembaga-lembaga maupun instansi-instansi yang akan melakukan pembinaan dan memberikan pengetahuan bagi remaja

Usahatani budidaya padi sawah di daerah penelitian yaitu Gampong Blang Mee, Pasie Aceh, Aron Tunong dan Gempa Raya terdapat keuntungan yang bervariasi setelah dikurangi

The non-cooperative game approach utilize the Nash Equilibrium method on the payoff matrix (normal form) and the chosen strategy is local government set high limit on number of boat,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjanjian koasuransi kapal laut melibatkan beberapa perusahaan untuk menanggung semua risiko yang dialami oleh kapal laut