HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK
DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA
MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Disusun Oleh : Dwi Oktatia Ayudhiaputri
NIM : 069114075
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
▸ Baca selengkapnya: contoh komunikasi data dengan ponsel
(2)(3)(4)(5)..MOTTO..
Berpikirlah dulu sebelum bertindak terhadap orang lain, jika kamutidak ingin orang lain berlaku seperti itu terhadapmu (b.r).
Senantiasa ucapkan syukur kepada Tuhan, karena tidak semua orangmendapatkan “anugerah” dan “kesempatan” seperti yang aku dapatkan saat ini. Karenanya akan selalu ku jaga “bahagia” ini.
Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagian dikala kita merasaDengan penuh kasih, kupersembahkan karya ini untuk :
My beloved God.. skripsi ini sebagai salah satu bukti cinta kasih Allah
untuk ku.. thank you God
Kedua orang tua ku.. You are to do all the things that I have.. Love u
both :*
Cece ku tersayang yang sangat sayang pada memeinya ini,, hihii
Semua orang yang mengasihiku dan yang aku kasihi.. Terima kasih
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Februari 2012
Penulis
HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA MAHASISWA
Dwi Oktatia Ayudhiaputri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara citra produk ponsel numerik dengan niat membeli ulang terhadap produk pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara citra produk ponsel numerik dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada mahasiswa. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18-25 tahun yang bejumlah 100 orang dan yang menggunakan ponsel numerik di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala citra produk ponsel numerik yang terdiri dari 18 item dengan reliabilitas sebesar 0,877, dan skala niat membeli ulang ponsel numerik yang terdiri dari 30 item dengan reliabilitas sebesar 0,953. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi person product moment. Hasilnya menunjukkan adanya korelasi signifikan (r) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,499 (p<0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara citra produk ponsel numerik yang ditinjau dari niat membeli ulang terhadap produk.
CORELATION BETWEEN NUMERIC CELL PHONE PRODUCT IMAGE WITH REPURCHASE INTENTION TO UNIVERSITY STUDENT
Dwi Oktatia Ayudhiaputri
ABSTRACT
This research aim is to identity the corelation between numeric cell phone product image with repurchase intention to university student. The hypothesis which raise in this research is there is a positive correlation between numeric cell phone product image with repurchase intention to university student. The subject of this research is university student which have age 18 till 22 years old amounting to 100 people and they used numeric cell phone in Yogyakarta. For data gathering, we used numeric cell phone product image that consist from 18 items with 0,877 reliability point, and numeric cell phone repurchase intention that consist from 30 items with 0,953 reliability point. We used product moment corelation for data analysis method. The result indicated that there is a significant corelation (r) with 0,499 corelation coefisien point (p<0,01). According to this results the hypothesis is accepted. It means there was a significant positif relation between numeric cell phone product image and repurchase intention.
Keywords : product image, repurchase intention.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Dwi Oktatia Ayudhiaputri
Nomor Mahasiswa : 069114075
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK
DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK PADA MAHASISWA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan saya
sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 Februari 2012
Yang menyatakan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah atas segala penyertaan dan kasih setiaNya yang tidak
pernah berubah sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan indah
pada waktunya. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Niat Membeli Ulang Ponsel
Numerik dengan Citra terhadap Produk” ini merupakan salah satu prasyarat dalam
mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses pengerjaan skripsi ini melibatkan bantuan dan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dr. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan kesabaran
bapak selama ini.
3. Bapak Minto Istono, S. Psi. selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi diawal. Terima kasih atas masukan yang Bapak berikan
selama ini.
4. Segenap dosen Fakultas Pikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis
selama menempuh bangku perkuliahan.
5. Para staff Fakultas Psikologi. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang setia
melayani urusan adminstrasi mahasiswa, Duet Mas Doni dan Mas Muji yang
Lab, dan terlebih khusus untuk Pak Gie, yang menginspirasi penulis untuk
mencontoh kerendahan hati dan keramahannya, makasih ya Pak.
6. Seluruh karyawan yang telah memperlancar proses belajar-mengajar di
Fakultas Psikologi.
7. Mahasiswa dan mahasiswi yang mengisi angket, terimakasih atas kesediaan
kalian dalam membantu proses pengambilan data.
8. My sweetest family. Ayah dan Ibu terkasih terima kasih buat doa dan kasih
sayang yang sudah diberikan. I Love u both, akhirnya anak bungsu kalian ini
udah jadi sarjana lowh, hahaha.. Thanks to my Cece, Ce Phu yang selalu
memberikan semangat dan nanyain kapan aku pendadaran dan wisuda, ini
harinya udah tiba loch Ce, hoho.. thanks for your support Ce.
9. Special thanks to mbak Cho-choo, makasih yah Cho udah dengan ber-baik
hati mau mambantu saudara terkecilmu ini dalam pembuatan skripsi.. ^o^
10. Untuk Amoi and cik Anik, makasih buad dukungannya yah. Akhirnya sodara
terkecil kalian ini lulus juga.. :D
11. Keluarga besar Roekajat dan keluarga besar ku di Samarinda, terimakasih
untuk dukungan dan semangat yang selama ini diberikan kepada penulis.
12. Spice girls alias kepompong. Guys, you are my best friend. Keluarga kita ini
emang bener-bener seru. Ada banyak sekali hal yang udah kita lewati
bersama dari awal perkuliahan hingga saat ini walaupun kalian udah pada
lulus, hihi. Makasih untuk pengalaman indah dan menakjubkan yang ada
diantara kita. Senang, ceria, sedih, marah, perselisihan semua tumbuh jadi
makasih sudah menjadi partner yang baik selama ini. Nak kuw Nita and
Bundo Theoo, KenTir Andin makasih atas masukan dan dukungannya kepada
penulis. Meskipun kalian sudah pada lulus tapi kalian tetep memberikan
perhatian kepada penulis. Ce” Die and Inem makasih untuk hubungan baik
yang selama ini ada diantara kita semua. Walau kita udah jarang bertemu tapi
kalian akan selalu ada dihati. Sedih saat kita harus berpisah, tapi inilah
kehidupan. Kita harus berpisah untuk berkembang, tapi apapun yang terjadi
kalian akan selalu menjadi teman-teman terbaikku. Terimakasih untuk
kehangatan dan kebersamaan selama ini teman. Keluarga ini akan menjadi
cerita yang hebat dimasa yang akan datang. “That every moment we share
together, is even better than the moment before. If every day was as good as
today was, then I can’t wait until tomorrow comes.”
13. Untuk seseorang yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat
kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini melalui proses
yang panjang. Terimakasih untuk dukungannya selama ini. Akhirnyaaaa.. :D
14. Teman-teman angkatan 2006 dan lainnya, yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu, terimakasih atas dukungannya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Yogyakarta, 21 Februari 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN MOTTO ………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….... vi
ABSTRAK ………... vii
ABSTRACT ………..……… viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………. ix
KATA PENGANTAR ……….. x
DAFTAR ISI ……….... xiii
DAFTAR TABEL ………...……….…… xvi
BAB I. PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masalah ……….. 8
C. Tujuan Penelitian ……… 9
D. Manfaat Penelitian ………. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 10
A. Citra Produk ……… 10
1. Pengertian Citra Produk ………... 10
3. Dimensi Citra Produk ……….. 14
4. Pengaruh Citra Produk ………. 15
B. Niat Membeli Ulang ……….. 17
1. Pengertian Niat Membeli Ulang ..………. 17
2. Indikator Niat Membeli Ulang ….……… 19
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Membeli Ulang .………. 22
C. Hubungan antara Citra Produk Ponsel Numerik dengan Niat Membeli Ulang Produk ………... 28
D. Hipotesis Penelitian ……… 33
BAB III. METODE PENELITIAN ………. 34
A. Jenis Penelitian ……….. 34
B. Identifikasi Variabel Penelitian ..……… 35
C. Definisi Operasional ……….. 35
1. Citra Produk Ponsel Numerik..……….. 35
2. Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik ……….. 36
D. Subjek Penelitian ……… 37
E. Metode Pengambilan Sampel ………. 37
F. Metode Pengumpulan Data Penelitian ……….. 38
G. Skala Penelitian ………. 39
1. Skala Citra Produk Ponsel Numerik ..……….. 39
2. Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik ……… 40
H. Uji Coba Alat Ukur ……….………... 42
1. Validitas Isi ………...………… 43
2. Seleksi Item ……….. 44
3. Reliabilitas ……… 50
J. Metode Analisis Data ………. 51
BAB IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ….………. 53
A. Pelaksanaan Penelitian ………...………. 53
B. Deskripsi Subjek Penelitian ………. 54
C. Hasil Penelitian ………...………… 55
1. Deskripsi Data Penelitian ………. 55
D. Analisis Data Penelitian ……….………. 56
1. Uji Asumsi ……… 56
a. Uji Normalitias ……… 56
b. Uji Linearitas ………..……. 57
2. Uji Hipotesis ………. 58
E. Pembahasan ………. 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 63
A. Kesimpulan ……….………. 63
B. Saran ………..……. 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba .. 40
Tabel 2 : Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba ... 42
Tabel 3 : Distribusi Item Sahih dan Gugur Pada Skala Citra Produk Ponsel Numerik ………....………... 46
Tabel 4 : Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik Setelah Uji Coba ... 47
Tabel 5 : Distribusi Item Sahih dan Gugur Pada Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik .………... 48
Tabel 6 : Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Setelah Uji Coba ………..…………... 49
Tabel 7 : Distribusi Subjek Penelitian ……….. 54
Tabel 8 : Deskripsi Data Penelitian ………. 55
Tabel 9 : Hasil Uji Normalitas Sebaran ……….. 57
Tabel 10 : Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel ……… 58
Tabel 11 : Hasil Uji Hipotesis ………... 59
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
InMobi, perusahaan mobile advertising global mengungkapkan Indonesia
menjadi pengguna ponsel terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Pada
tahun 2009 pengguna ponsel di Indonesia mencapai angka lebih dari 100 juta,
maka untuk periode 2010 ini InMobi memprediksi angka pengguna seluler di
Indonesia akan naik menjadi 146 juta. Ledakan yang hampir mencapai 50% ini
dikarenakan akan beredarnya ponsel dengan harga yang relatif murah, dengan
fasilitas jejaring sosial yang menggiurkan para pembelinya. Berdasarkan data
terakhir yang dirilis oleh Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), 180
juta nomer seluler tercatat aktif digunakan oleh penduduk Indonesia. Sedangkan
InMobi mencatat dari populasi 234 juta jiwa penduduk di Indonesia, 56.8%
diantaranya memiliki satu atau lebih ponsel seluler (Ikhsan, 2010).
Ponsel memiliki fungsi untuk melakukan panggilan telepon, selain itu ponsel
juga dapat digunakan untuk pengiriman pesan singkat. Pengiriman pesan singkat
menuntut berbagai inovasi dalam kemudahan pengiriman pesan. Metode
memasukkan tulisan yang paling populer pada telepon genggam adalah
menggunakan keypad numerik yang memiliki 12 buah tombol, masing-masing
masih dianggap cukup baik untuk pengiriman pesan pendek SMS (Wahono,
2010).
Jika seseorang harus mengetik pesan yang cukup panjang, maka keypad
numerik tidak akan memadai lagi. Berbagai cara dikembangkan untuk
memudahkan cara mengetik menggunakan alat genggam kecil ini. Kebanyakan
manusia di dunia sudah terlanjur akrab dengan sistem pengetikan menggunakan
keyboard qwerty. Qwerty sendiri adalah nama dari bentuk keypad. Dinamakan
demikian karena tombol-tombol huruf q, w, e, r, t, dan y berada secara berurutan
seperti terlihat dalam baris keyboard komputer (McGovern, 1992).
Jika ditelusuri, ponsel qwerty tersebut mulai banyak digandrungi berawal
dari kehadiran smartphone blackberry yang sudah terkenal pamornya di dunia
teknologi. Karena harganya yang cukup mahal, maka para produsen ponsel
qwerty mulai mencoba untuk menciptakan ponsel yang hampir mirip dengan
smartphone tersebut dengan harga yang jauh lebih terjangkau dan dilengkapi
dengan fitur yang lebih maximal seperti yang ditemukan di pasaran. Hal ini
membuat ponsel qwerty semakin digemari (Lee, 2011).
Medan Talk
(2010) memprediksikan sepanjang 2010 ini, ponsel qwerty
pasarnya akan terus naik akibat semakin tingginya permintaan. Bahkan ponsel
qwerty diperkirakan akan mampu menggeser produk-produk ponsel yang
ponsel Qwerty menyasar segmen menengah ke bawah. Kejelian Cina melihat
pasar ponsel terutama di Indonesia, membuat masyarakat dilanda demam qwerty.
Meskipun demikian ponsel dengan keypad numerik masih amat populer di
berbagai belahan dunia. Gempuran desain qwerty di pasar ponsel rupanya tidak
membuat ponsel numerik menjadi redup. Hal ini dikarenakan ponsel numerik
memiliki citra yang baik. Mengandalkan kemudahan mengetik pesan dengan satu
jari, serta cenderung memiliki berat yang lebih ringan dan bentuk yang lebih
simple membuat ponsel numerik masih tetap diburu. Di tengah ganasnya
gempuran ponsel berbasis keyboard qwerty, ternyata ponsel numerik masih laku
keras. Hal ini yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Ponsel keypad numerik, yang dianggap kuno itu bahkan masih mendominasi
penjualan ponsel. Menurut Hero Tjokro,
Head of Mobile Phones Devision
PT.
Samsung Indonesia, 80 % pasar ponsel di Indonesia diisi ponsel seharga di
bawah Rp. 2 juta. Ponsel-ponsel jenis ini didominasi ponsel dengan keypad
numerik. Ternyata masyarakat Indonesia masih enggan menyesuaikan diri
dengan ponsel keypad qwerty, terutama dari segi harga (Khafi, 2009).
Kenyataan di atas, menunjukkan ponsel numerik masih memiliki pangsa
pasar yang cukup besar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar
menyebabkan keinginan untuk menggunakan ponsel numerik tetap tinggi,
terutama disebabkan oleh harganya yang lebih terjangkau. Konsumen yang
ponsel numerik. Pembelian konsumen selalu diawali oleh perasaan. Konsumen
sering melakukan pembelian bukan karena kebutuhan namun karena emosi.
Manusia tidak hanya membeli pada apa yang mereka butuhkan melainkan juga
pada apa yang mereka inginkan. Keinginan merupakan satu bentuk perasaaan
atau harapan manusia akan kondisi tertentu. Keputusan dalam memilih suatu
produk memang keputusan yang dilematis. Ada berbagai aspek yang harus
dipertimbangkan dalam memutuskan hal tersebut. Mulai dari biaya, target yang
akan dituju, proses mengikatkan ekuitas sebuah brand pada ekuitas model, dan
yang tidak kalah penting adalah adanya niat dari konsumen (Setiadi, 2005). Niat
adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap obyek, niat terkait
dengan sikap dan perilaku.
Niat beli dapat timbul karena adanya perasaan senang yang diperkuat oleh
sikap positif. Hal ini berarti bila seseorang yang senang dengan suatu produk,
maka niat membeli konsumen akan meningkat. Niat pembelian ulang merupakan
pernyataan sikap konsumen atas perilaku pembelian yang telah dilakukan
sebelumnya. Setelah melakukan proses pembelian, konsumen akan mengevaluasi
atas keputusan dan tindakannya dalam membeli.
Niat membeli ulang konsumen terhadap ponsel numerik merupakan
cerminan kebutuhan konsumen akan ponsel numerik. Konsumen akan membeli
ponsel numerik jika ponsel tersebut dirasakan konsumen dapat memenuhi
tertentu. Konsumen yang memiliki niat membeli ulang ponsel numerik akan
mengarahkan segala perilaku dan tindakannya untuk mendapatkan ponsel
tersebut. Hal ini berarti bahwa para produsen ponsel numerik harus dapat
menumbuhkan niat membeli ponsel numerik pada konsumen. Niat membeli
ulang sangat penting dalam menarik konsumen untuk menggunakan produk yang
ditawarkan (Margaretha, 2008). Ketika konsumen merasa ponsel numerik sesuai
dengan apa yang diinginkan dan merasa puas, maka konsumen akan
memperilhatkan sikap dan perilaku positif yang dapat mempengaruhi niat
konsumen untuk mengambil keputusan yaitu niat melakukan pembelian ulang.
Niat membeli ulang konsumen terhadap ponsel numerik dipengaruhi oleh
banyak hal, salah satunya adalah persepsi konsumen terhadap produk ponsel
numerik. Persepsi berkaitan dengan penilaian konsumen terhadap produk yang
pada akhirnya akan membentuk citra produk pada diri konsumen. Setiap
konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sebuah produk yang
sama dan konsumen membeli produk cenderung karena citranya, bukan semata
karena manfaatnya.
Citra dipilih sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi niat membeli
ulang karena citra merupakan hasil dari persepsi yang merupakan hasil
pengolahan informasi yang didapatkan individu dari berbagai sumber dan
persepsi sendiri merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
hasil pengolahan informasi yang mendalam terhadap stimlus yang diterima
individu sehingga citra merupakan persepsi total individu terhadap objek yang
akan mempengaruhi niat individu terhadap objek tersebut. Niat individu
terbentuk karena diawali oleh persepsinya terhadap suatu objek yang kemudian
akan membentuk citra objek tersebut.
Rima (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek
terhadap Niat Membeli” yang bertujuan menjelaskan pengaruh variabel citra
merek terhadap niat membeli. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
positif antara citra merek terhadap niat membeli. Sumbangan efektif variabel
citra merek terhadap niat membeli adalah 15,7%. Citra merek memberikan
pengaruh sebesar 15,7% terhadap niat membeli. sedangkan 84,3% lainnya
disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Ponsel numerik akan menjadi pilihan konsumen jika konsumen memiliki
kesan atau gambar yang baik mengenai produk ponsel teresbut. Apalagi saat ini,
banyak informasi mengenai produk ponsel yang didapatkan dengan mudah
melalui media cetak maupun elektronik, hal ini menyebabkan konsumen semakin
kritis dalam menentukan produk yang akan dibeli. Dengan berbagai ragam merek
dan model ponsel serta berbagai jaringan seluler operator membuat konsumen
memiliki banyak pilihan produk ponsel yang diinginkan. Informasi ini akan
mempengaruhi persepsi konsumen yang pada akhirnya akan berpengaruh
Informasi yang didapatkan konsumen mengenai ponsel numerik akan
dijadikan pertimbangan dalam memilih produk tersebut. Memilih ponsel numerik
bukanlah menjadi persoalan yang mudah. Setidaknya ada bebrapa hal yang
menjadi pertimbangan sebelum membeli ponsel numerik, yaitu : 1) harga, 2)
desain menawan. 3) fasilitas, 4) kemudahan untuk mengetik (Yusuf, 2010).
Salah satu kalangan masyarakat yang menggunakan ponsel adalah
mahasiswa. Mahasiswa merupakan salah satu konsumen yang peka terhadap
perkembangan teknologi, tidak hanya menjadi pengamat tetapi menjadi
pengguna produk dari perkembangan teknologi tersebut. Ponsel merupakan salah
satu sarana untuk memperlancar komunikasi dan mempermudah aktivitas
mahasiswa. Dari pengamatan penulis, berbagai macam merek dan model ponsel
digunakan oleh mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa memakai ponsel dengan
merek terkenal yang menyajikan fitur yang menarik. Ponsel dengan merek
terkenal umumnya memiliki berbagai macam bentuk dan harga, dengan fasilitas
yang sama yang terdapat pada ponsel qwerty.
Kondisi di atas menggambarkan bahwa pada umumnya ponsel numerik
dijual dengan harga yang sangat terjangkau sehingga menyebabkan timbulnya
persepsi di masyarakat bahwa ponsel numerik adalah ponsel murah. Hal ini
disebabkan karena persaingan antar produsen dalam menawarkan tarif yang lebih
murah. Penawaran harga ponsel numerik yang terjangkau dengan berbagai
para pengguna ponsel seperti mahasiswa untuk menggunakan ponsel numerik.
Iming-iming tersebut tidak secara otomatis langsung menyerap banyak pengguna
untuk memilih ponsel numerik. Hal tersebut dikarenakan konsumen dalam
membeli suatu produk akan dipengaruhi oleh kesan-kesannya terhadap produk.
Kesan-kesan konsumen terhadap ponsel numerik akan positif jika persepsi
konsumen terhadap ponsel numerik positif sehingga menghasilkan citra ponsel
numerik yang positif pula. Sebaliknya, kesan konsumen terhadap ponsel numerik
negatif jika persepsi terhadap ponsel numerik negatif sehingga menghasilkan
citra ponsel numerik yang negatif pula.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, citra yang terdapat
pada sebuah produk dapat mempengaruhi niat membeli ulang konsumen, maka
penulis akan mengangkat topik mengenai citra produk. Peneliti memiliki asumsi
bahwa niat membeli ulang konsumen dipengaruhi oleh citra konsumen terhadap
sebuah produk. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat
hubungan antara citra produk dengan niat membeli ulang ponsel numerik.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada
hubungan antara citra produk dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada
C.
TUJUAN PENELITIAN
Penulisan ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara citra
produk dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada mahasiswa.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu melihat hubungan antara niat membeli
ulang ponsel numerik yang dilihat dari citra produknya. Selanjutnya bukti
empiris dari penelitian ini diharapkan dapat menggugah semangat para peneliti
lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan
dengan ponsel numerik dan citra produk. Bagi ilmu psikologi, diharapkan dapat
menambah wawasan serta bermanfaat untuk bahan pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya psikologi industri dan organisasi dan psikologi
konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. CITRA PRODUK
1. Pengertian Citra Produk
Istilah citra dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti rupa,
gambar, gambaran. Menurut Hasan (2003), citra merupakan rupa,
gambar, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi maupun produk. Dikaitkan dengan citra pada
konsumen Kotler (2003), mendefinisikan citra sebagai jumlah dari
gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Konsumen membentuk
citra suatu produk dari kesimpulan kesan atau kepercayaan yang sudah
terseleksi di antara banyaknya stimulus yang diterima.
Citra merupakan suatu komponen pendukung bagi sebuah produk.
Dimana citra mewakili wajah dan juga mutu sebuah produk. Jika produk
ibarat mengenal manusia dari bentuknya, maka citra bagaikan kesan yang
kita lihat dari manusianya. Seperti yang dikatakan Kotler (dalam Susanto,
2007) bahwa citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan.
Pendapat Kotler ini didukung oleh pernyataan Temporal (2001) yang
menyatakan bahwa citra merupakan apa yang dipikirkan atau bahkan
Menurut Peter dan Olson (2002), Citra adalah persepsi dan sikap
yang didasarkan pada rangsangan yang berkaitan dengan suatu produk
melalui kelima indera. Sedangkan definisi citra produk dipandang
sebagai apa yang dipikirkan konsumen tentang suatu produk. Citra
produk adalah keseluruhan pikiran yang dimiliki konsumen dari objek
produk.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa citra
konsumen pada suatu produk merupakan sekelompok kesan yang
dimiliki konsumen tentang beberpa sifat produk yang dianggap relatif
penting oleh konsumen. Sifat-sifat ini kemudian menjadi kepribadian
yang melekat pada suatu produk dan akan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap suatu produk. Citra bersifat subjektif sehingga dapat
dimungkinkan setiap konsumen menangkap citra yang berbeda-beda dari
suatu produk yang sama.
2. Proses Terbentuknya Citra
Markin (1974), mengatakan bahwa proses pembentukan citra sangat
mirip dengan proses persepsi. Seperti proses pembentukan persepsi,
pembentukan citra bermula dari proses penginderaan, yaitu penerimaan
stimulus oleh individu melalui alat-alat reseptor. Informasi yang diterima
oleh alat-alat reseptor diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, pada
otak inilah terjadi proses psikologis yang menjadikan individu menyadari
terhadap stimulus (Walgito, 2002). Kumpulan dari kesan-kesan tersebut
akan membentuk suatu citra yang melekat pada stimulus.
Citra produk sangat penting untuk menempatkan produk pada
segmen pasar yang sesuai karena konsumen akan lebih
mempertimbangkan citra daripada fakta yang melekat pada produk itu
sendiri (Schiffman & Kanuk, 2008). Bila suatu produk mempunyai citra
yang positif di kalangan konsumen, maka produk itu akan mempunyai
nilai yang lebih dibandingkan dengan produk lain dengan jenis yang
sama yang berdar di pasaran. Dalam pemasaran, produk adalah simbol
penjelasan seluruh informasi yang berkaitan dengan produk atau jasa.
Produk biasanya terdiri dari nama, logo dan seluruh elemen visual
lainnya seprti gambar tipografi, warna dan simbol. Produk juga
merupakan visualisasi dari citra yang ingin ditanamkan dalam pikiran
konsumen.
Melihat betapa pentingnya sebuah citra produk dalam mendukung
kesuksesan pemasaran suatu produk telah membuat para produsen
berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari
sekelompok sosial yang lebih besar, dipandang terhormat oleh orang lain,
atau untuk mendefinisikan diri menurut citra yang diinginkannya. Namun
citra yang harus dibangun dalam jangka panjang tidak akan sempat
terbentuk jika dalam waktu singkat produk itu rusak atau berkinerja
rendah. Menurut Dewi (2005) citra produk dapat dibangun dengan tiga
a. Berbasis fitur, yaitu : menambahkan fitur produk dengan cara
mencocokkan suatu produk dengan hal-hal yang dianggap paling
menarik dan relevan bagi konsumen, sehingga menjadi pembangkit
asosiasi.
b. Gambaran dari pengguna, yaitu : digunakan jika sebuah produk
menciptakan citra dengan memfokuskan pada siapa yang
menggunakan produk tersebut.
c. Iklan, yaitu bagaimana citra produk dan makna asosiatif produk
tersebut dikomunikasikan oleh iklan dan media promosi lainnya.
Setelah konsumen terpapar oleh tiga hal di atas lalu konsumen akan
melakukan penilaian terhadap sebuah produk. Para produsen untuk
memahami penilaian konsumen perlu mempertimbangkan dua hal yang
akan mempengaruhi citra, yaitu : bagaimana konsumen ingin dilihat dan
bagaimana konsumen terlihat (Griffin, 2006). Seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa citra dari sudut pandang konsumen merupakan
persepsi mereka mengenai sesuatu dalam hal ini adalah produk.
Sedangkan dari sudut pandang produsen, citra merupakan proyeksi dari
sekumpulan identitas produk. Oleh karena itu, yang menjadi tolak ukur
baik tidaknya citra suatu produk dapat diukur melalui idetitas produk
3. Dimensi Citra Produk
Konsumen akan lebih memilih produk yang memiliki kemudahan
operasional yang sesuai dengan kebutuhannya meskipun dengan harga
yang lebih mahal, pilihan ini didasarkan pada reputasi produk atau
pemilih produk. Walters dan Paul (dalam Rahmani, 1989)
mengemukakan bahwa produk yang dibeli konsumen adalah benda
beserta sekumpulan pelayanan yang menyertainya dan merupakan
keistimewaannya. Sekelompok keistimewaan inilah yang nantinya akan
membentuk citra yang baik di mata konsumen. Lebih lanjut Walters dan
Paul mengemukakan bahwa citra produk terbentuk dari empat dimensi,
yaitu :
a. Desain produk
Merupakan kombinasi dari faktor atribut produk, karakteristik dan
penampilan dari produk tersebut. Desain produk adalah apa yang
tampak dari produk tersebut.
b. Pengembangan produk
Meliputi ide, penelitian dan teknologi yang digunakan untuk
menemukan dan menguji produk. Pengembangan produk
memungkinkan konsumen mendapatkan produk baru yang berbeda.
c. Kemasan
Merupakan pembungkus atau wadah dari produk. Kemasan selain
berfungsi sebagai pelindung produk juga dapat memiliki peranan
d. Harga
Harga merupakan sejumlah uang yang dikerluarkan oleh konsumen
untuk memperolah barang atau jasa yang diinginkan.
Selain empat dimensi di atas dapat ditambahkan dimensi garansi atau
jaminan seperti yang disebutkan oleh Tjiptono (2005). Garansi atau
jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas
produknya pada konsumen. Jaminan dapat berupa kualitas produk,
pelayanan, reparasi dan lain sebagainya. Jaminan ada yang bersifat
tertulis dan ada juga yang bersifat tidak tertulis.
Dalam penelitian ini peneliti cenderung akan memakai dimensi yang
diungkapkan oleh Walters & Paul ditambahkan Tjiptono. Sehingga
aspek-aspek citra akan mencakup : (1) Desain, (2) Pengembangan
produk, (3) Kemasan, (4) Harga, (5) Garansi. Pemilihan ini didasarkan
pada alasan citra yang melekat pada sebuah produk akan membuat
konsumen memilih produk tersebut.
4. Pengaruh Citra Produk
Citra produk sangat penting untuk menempatkan produk pada
segmen pasar yang sesuai karena konsumen akan lebih
mempertimbangkan citra produk daripada fakta yang melekat pada
produk itu sendiri (Schiffman dan Kanuk, 2008). Bila suatu produk
mempunyai citra yang positif maka konsumen akan mempersepsikan
pelayanan, maupun harga yang diberikan. Persepsi yang positif ini akan
semakin kuat ketika konsumen memperoleh informasi-informasi yang
bagus-bagus tentang produk yang ingin mereka beli. Informasi-informasi
tersebut kemudian dievaluasi. Evaluasi yang positif akan mendorong
konsumen untuk berniat membeli produk tersebut hingga akhirnya
konsumen memutuskan untuk membeli lagi produk yang sama dan tetap
menggunakannya serta tidak terpengaruh dengan produk lain walaupun
produk lain memiliki feature yang lebih bagus yang berarti produk itu
akan mempunyai nilai yang lebih dibandingkan dengan produk lain
dengan jenis yang sama yang beredar di pasaran. Dengan kata lain citra
atau gambaran konsumen yang melekat akan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap suatu produk.
Sebaliknya, apabila suatu produk mempunyai citra yang negatif di
kalangan konsumen, maka konsumen akan mempersepsikan negatif
produk yang mereka gunakan baik dari sisi feature, pelayanan maupun
harga yang diberikan. Persepsi yang negatif ini akan semakin kuat ketika
konsumen meperoleh informasi-informasi negatif tentang produk yang
ingin mereka beli. Informasi-informasi tersebut kemudian dievaluasi.
Evaluasi yang negatif ini membuat konsumen tidak berniat untuk
membeli kembali dan akan mendorong konsumen dalam mengambil
keputusan untuk tidak membeli produk tersebut sehingga lebih memilih
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peredaran suatu
produk dengan model yang beraneka ragam menyebabkan tingginya
tingkat persaingan sehingga masing-masing model produk gencar
meningkatkan citra produknya. Apabila citra yang terbentuk dalam benak
konsumen positif maka konsumen akan mempersepsikan produk yang
digunakan sebagai produk yang mengerti kebutuhannya sehingga
konsumen tersebut akan semakin memiliki niat untuk membeli ulang.
Sebaliknya konsumen yang mencitrakan negatif produk yang digunakan
akan mempersepsikan produk yang digunakannya sebagai produk yang
tidak bernilai dan menganggap perusahaan tidak mengerti kebutuhan
konsumen sehingga niat membeli ulang konsumen terhadap produk
tersebut akan menurun.
B. NIAT MEMBELI ULANG
1. Pengertian Niat Membeli Ulang
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi pembelian ulang
terdiri dari dua kata, yaitu pembelian dan ulang. Pembelian adalah
proses, cara atau perbuatan membeli. Sedangkan definisi ulang adalah
dilakukan lebih dari satu kali. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembelian ulang adalah kegiatan pembelian yang dilakukan lebih
dari satu kali pada produk yang sejenis.
Niat berkaitan dengan keinginan terhadap suatu hal yang biasanya
Kotler (2003), niat adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan atau
perilaku atau sesuatu yang segera mendahului tingkah laku pembelian
yang sebenarnya.
Dodds, Monroe, dan Grewal (1991) mengemukakan bahwa niat beli
didefinisikan sebagai kemungkinan seorang konsumen untuk berniat
membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya. Jika seseorang
menginginkan produk dan merasa tertarik untuk memiliki produk
tersebut maka mereka berusaha untuk membeli produk tersebut. Selain
itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari pihak lain sangatlah
penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk terjadinya proses
pembelian. Niat membeli merupakan dorongan konsumen untuk
melakukan pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan pembelian ulang.
Horton (1984) mengatakan bahwa niat terkait 2 hal berbeda yang
saling berhubungan, yaitu : keinginan untuk membeli dan rencana dari
keputusan membeli. Jadi pada dasarnya niat membeli dapat diartikan
sebagai kecenderungan untuk membeli produk tertentu, yang di
dalamnya terkait rancangan rencana untuk membeli. Niat beli seseorang
juga dapat timbul karena adanya perasaan senang yang diperkuat oleh
sikap positif. Hal ini berarti bila seseorang senang dengan suatu produk
maka niat beli konsumen dapat meningkat.
Perasaan tertarik, senang dan sikap positif konsumen terhadap suatu
melakukan pembelian ulang. Menurut Bigne, dkk (2001), niat
berperilaku dikaji dari dua elemen yaitu return (keinginan pelanggan
untuk kembali menggunakan layanan yang diberikan provider) dan
recommend (keinginan pelanggan untuk memberikan rekomendasi pada
pihak lain untuk mencoba layanan yang pernah dialaminya). Dalam
konsep pembelian kembali ada dua konsep yang banyak dibahas yaitu
intensitas membeli ulang (repurchase intentions) dan perilaku membeli
ulang yang aktual (actual repurchase behavior).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa niat
membeli ulang merupakan keinginan yang terdapat dalam diri konsumen
untuk membeli kembali produk yang pernah digunakannya, hal ini
merupakan tindakan pasca pembelian yang disebabkan oleh adanya
kepuasan yang dirasakan konsumen atas produk yang telah dibelinya.
2. Indikator Niat Membeli Ulang
Teori perilaku berencana dan tindakan beralasan merupakan suatu
pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan niat. Teori ini
mengatakan bahwa sikap adalah salah satu determinan langsung dari niat
untuk menunjukkan sebuah perilaku (Ajzen & Fishbein, dalam Seock
2003). Selanjutnya mengacu pada teori perilaku beralasan, Peter dan
Olson (2002) menjelaskan bahwa memprediksi perilaku membeli
konsumen sebenarnya diukur dari niat mereka untuk membeli sebelum
memprediksi perilaku memiliki 3 hirarki, yaitu (Mowen & Minor, 2002)
: membentuk kepercayaan terhadap sebuah produk, kemudian
mengembangkan sikap terhadapnya, dan selanjutnya membeli produk
tersebut. Dari tiga hirarki ini dapat dilihat bahwa sebelum seorang
konsumen sampai pada pembelian, ada beberapa proses yang dilaluinya.
Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen pada umumnya lebih
mudah menerima perluasan link produk baru yang ditawarkan oleh
perusahaan tersebut. Kesesuaian antara performa dari produk atau jasa
yang ditawarkan akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan
menghasilkan keinginan konsumen untuk menggunakannya kembali di
waktu yang akan datang. Konsumen yang merasa puas dan menjadi
pelanggan yang berkomitmen juga dapat menjadi sumber rekomendasi
positif bagi konsumen lainnya terhadap produk tersebut (Hawkins, dkk,
1998). Sehingga pelanggan yang berkomitmen sangat berperan dalam
pengembangan suatu produk.
Schiffman dan Kanuk (2008) menjelaskan pembelian ulangan
biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen
dan bahwa konsumen bersedia memakainya lagi. Menurut Ferdinand
(2002), salah satu dimensi dari perilaku pembelian adalah niat membeli
ulang. Berdasarkan teori-teori niat membeli ulang yang ada, indikator
a. Perilaku seseorang yang berkeinginan untuk selalu membeli ulang
produk yang telah dikonsumsi. Indikator dari niat ini adalah
memiliki niat untuk melakukan pembelian ulang.
b. Perilaku seseorang yang cenderung mereferensikan produk yang
sudah dibelinya agar juga dibeli orang lain. Indikatornya adalah
menyarankan kepada orang lain untuk membeli produk tertentu.
c. Perilaku seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada
produk yang telah dikonsumsinya. Preferensi ini hanya dapat diganti
apabila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. Indikator dari
niat ini adalah menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari perbedaan dari suatu produk terhadap produk lainnya.
d. Perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk
yang diingininya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat
positif dari produk yang dilangganinya. Niat ini memiliki indikator
menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi
mengenai suatu produk.
Berdasarkan uraian di atas pengukuran niat membeli ulang produk
dalam penelitian ini akan diungkap menggunakan indikator sebagai
berikut : (1) keinginan untuk membeli ulang, (2) mereferensikan kepada
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Membeli Ulang
Mengacu pada teori terbentuknya niat dari Fishbein & Ajzen (1975),
terdapat dua faktor utama yang membentuk niat seseorang untuk
menampilkan perilaku, yaitu :
a. Faktor personal dan sikap, faktor ini adalah sikap seseorang terhadap
perilaku yang akan ditampilkan yaitu perilaku yang sudah menjadi
niatnya dalam situasi tertentu. Sikap terhadap perilaku ini
dipengaruhi oleh harapan seseorang mengenai konsekuensi yang
mungkin diterima dari perilakunya dan evaluasi individu terhadap
konsekuensi tersebut.
b. Faktor sosial atau normatif, faktor ini berhubungan dengan pengaruh
lingkungan sosial terhadap perilaku. Faktor ini biasa disebut norma
subjektif yaitu persepsi individu bahwa sebagian orang yang
berpengaruh atau penting baginya berpikir bahwa ia seharusnya atau
tidak seharusnya menampilkan perilaku tertentu. Sehingga individu
memikirkan pendapat atau penilaian orang lain sebelum bertindak.
Norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan normatif atau harapan
yang diterima dari kelompok atau individu tertentu yang
berpengaruh atau penting baginya da juga oleh motivasi individu
untuk menyetujui atau memenuhi harapan tersebut.
Menurut Crow and Crow (1976), ada tiga faktor yang mempengaruhi
a. Faktor internal
Faktor internal yaitu kondisi fisik yang mendorong timbulnya niat
untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk
memenuhinya.
b. Faktor motif sosial
Faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar
dapat diakui dan diterima oleh lingkungan. Ini merupakan kompromi
pihak individu dengan lingkungan sosialnya.
c. Faktor emosional
Faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan
dengan objek yang diinginkannya. Kesukaan seseorang pada suatu
aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan
suka dan puas.
Menurut Kotler (1995) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
niat membeli seseorang, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor kebudayaan
1) Kultur, merupakan faktor yang paling fundamental dari
keinginan dan perilaku seseorang yang diperoleh dari
serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui
sosialisasi dalam keluarga dan lembaga inti lainnya. Kultur yang
berbeda dalam suatu masyarakat akan membentuk perilaku
oleh komunitas tertentu kemungkinan dianggap tidak berharga
sama sekali oleh komunitas lainnya.
2) Sub kultur, adalah bagian yang lebih kecil dari kultur yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang lebih
spesifik, mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan
daerah geografis. Sub kultur yang berbeda akan memberikan
preferensi kebutuhan dan perilaku membeli yang berbeda pula.
3) Kelas sosial, merupakan bagian yang relatif homogen dan
permanen dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis
dan anggotanya memiliki tata nilai, minat dan perilaku yang
cenderung mirip. Kelas sosial ditentukan oleh sejumlah variabel
yang merupakan kombinasi dari pekerjaan, penghasilan,
pendidikan dan orientasi nilai. Kelas sosial akan menunjukkan
preferensi produk dan merek yang berbeda.
b. Faktor sosial
1) Kelompok acuan, merupakan kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan
perilaku seseorang. Kelompok acuan mempengaruhi seseorang
melalui tiga cara : pertama, menghubungkan individu dengan
perilaku dan gaya hidup baru, kedua, mempengaruhi sikap dan
konsep diri seseorang, ketiga, mempengaruhi pilihan seseorang
2) Keluarga, merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh
dalam perilaku membeli karena adanya interaksi yang
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari meskipun mereka
memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam keluarganya.
3) Peran dan status, peran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang
dilakukan seseorang sesuai posisinya dalam berhubungan
dengan orang lain di sekitarnya. Setiap peran membawa suatu
status yang mencerminkan penghargaan dari masyarakat
berkenaan dengan peran tersebut. Peran dan status
mempengaruhi perilaku membeli karena seseorang akan
cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan peran dan
statusnya dalam masyarakat.
c. Faktor pribadi
1) Usia dan tahap siklus hidup, seseorang membeli barang dan jasa
yang berbeda sepanjang hidupnya. Usia dan tahap-tahap siklus
hidup mempengaruhi selera dalam pemilihan produk dan
perilaku membelinya.
2) Pekerjaan, pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola
konsumsi dan perilaku membelinya.
3) Keadaan ekonomi, meliputi pendapat yang dapat dibelanjakan
tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan untuk meminjam, dan
mempengaruhi seseorang dalam pemilihan produk dan perilaku
membelinya.
4) Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang yang diungkapkan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam berinteraksi
dengan masyarakat sehingga mempengaruhi seseorang dalam
perilaku membelinya.
5) Kepribadian dan konsep diri, kepribadian merupakan
karakteistik psikologis yang berbeda dari seseorang yang
menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten terhadap
lingkungannya. Kepribadian terutama terbentuk dari konsep diri.
Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi
perilaku membelinya.
d. Faktor psikologis
1) Motivasi, merupakan keinginan yang mendorong seseorang
untuk bertindak. Seseorang yang memiliki motivasi yang
berbeda tentunya akan memilih produk yang berbeda pula
sehingga mempengaruhi perilaku membelinya.
2) Persepsi, proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur,
dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan
gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi seseorang terhadap
suatu produk akan mempengaruhi perilaku membelinya.
3) Pembelajaran, merupakan perubahan perilaku yang timbul dari
akan mendorong pengulangan pembelian produk tersebut,
sebaliknya pengalaman yang negatif akan membentuk individu
menghentikan pemakaian produk tersebut.
4) Pengetahuan, pengetahuan menjelaskan perubahan dalam
perilaku seseorang yang berasal dari pengalaman. Jika seseorang
mengetahui hasil yang didapatkannya atau kerugian yang
didapatkannya dari suatu produk maka ia akan terus
memakainya atau menghentikannya.
5) Kepercayaan dan sikap pendirian, seseorang memperoleh
kepercayaan dan sikap melalui bertindak dan belajar yang akan
mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepercayaan adalah
suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang akan sesuatu,
misalnya mutu dan manfaat tertentu. Sikap pendirian merupakan
evaluasi, perasaan emosional dan kecendreungan tindakan yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan yang relatif konsisten
terhadap obyek atau gagasan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, dapat disimpulakan
bahwa perilaku membeli dipengaruhi oleh banyak hal baik faktor internal
maupun faktor eksternal individu dan merupakan suatu yang khas bagi
setiap individu. Terjadinya perilaku membeli didahului dengan adanya
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan membeli dan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada variabel niat ini adalah :
1. Niat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor
motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
2. Niat menunjukkan seberapa kuat seseorang berani mencoba.
3. Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan
seseorang untuk dilakukan.
4. Niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya.
C. HUBUNGAN ANTARA CITRA PRODUK PONSEL NUMERIK DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK
Tingginya tingkat persaingan yang terjadi saat ini di berbagai bidang
usaha membawa setiap pihak untuk berpikir bagaimana cara untuk
memberikan sesuatu yang lebih baik kepada konsumen melebihi yang
diberikan oleh para pesaing lainnya. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
sekarang ini dunia ponsel merupakan dunia yang penuh dengan kesamaan
dimana banyak sekali perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang
serupa dengan produk yang berbeda-beda. Keadaan yang seperti ini membuat
konsumen memiliki banyak sekali pilihan barang atau jasa yang mereka
gunakan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Dari tingginya tingkat persaingan ini memungkinkan konsumen berpindah ke
produk lain yang lebih baik, bagus, praktis dan muktahir. Dari sebab itu,
maka citra produk merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan.
pandang konsumen terhadap suatu produk dan segala sesuatu yang bekaitan
dengannya.
Pada awalnya konsumen akan mencari informasi mengenai sebuah
produk tetapi masih sangat terbatas mengenai suatu produk tertentu yang
bersifat baru baginya. Konsumen yang merasa tertarik akan suatu produk
berusaha mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsumen akan mulai
terlibat secara psikologis dengan produk tersebut. Berdasarkan informasi
yang diperoleh pada tahap sebelumnya konsumen akan mengambil keputusan
dengan mengkaji keuntungan dan kerugian yang akan diperolehnya dengan
membeli produk tersebut. Jika hasilnya positif, konsumen akan membelinya.
Sebaliknya, jika dirasa merugikan maka konsumen akan menolak produk
tersebut. Kemudian konsumen akan membeli dan mencoba menggunakan
produk tersebut sesuai dengan konsep yang terbentuk dalam tahap evaluasi.
Pengalaman dari percobaan ini akan menghasilkan tahap selanjutnya yaitu
adopsi atau penolakan. Jika konsumen merasa puas dengan produk tersebut,
ia akan secara tetap menggunakan produk tersebut. Sebaliknya, jika
konsumen merasa tidak puas, ia akan menolak untuk nmenggunakan produk
tersebut lebih lanjut.
Pengalaman konsumen dalam menggunakan suatu produk tertentu
dijelaskan dengan teori yang dikemukakan oleh Allport, yang menjelaskan
pengalaman memiliki pengaruh yang mengarahkan terhadap perilaku.
Pengalaman yang telah lalu maupun yang sedang dialami saat ini memiliki
tertentu. Middlebrook (dalam Azwar, 2009) mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman sama sekali terhadap suatu objek psikologis cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau
tanggapan terhadap objek merupakan proses yang kompleks dalam diri
individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana
tanggapan tersebut terbentuk dan ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus
(Azwar, 2009). Oleh karena itu sebagai dasar pembentukan sikap, maka
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Pelanggan yang berkomitmen memiliki keterikatan emosional terhadap
produk atau perusahaan yang ditujunya. Pada umumnya pelanggan
mengekspresikan komitmen mereka dengan kepercayaan dan kesukaan
terhadap produk tersebut serta kepercayaan terhadap perusahaannya.
Konsumen yang berkomitmen tidak ingin mencari informasi tambahan pada
saat membuat keputusan pembelian. Mereka juga tidak mudah untuk
berpindah ke produk pesaing. Meskipun mereka membeli produk pesaing,
tetapi setelah penawaran promosi berakhir, seperti diskon, mereka akan
kembali ke produk semula. Perpindahan sementara tersebut hanya bersifat
memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh produk lain (Soderlund &
vilgon, 1999). Perpindahan sementara ini terjadi akibat dari adanya faktor
pengalaman yang terdapat dalam diri individu. Pengalaman individu dalam
menggunakan suatu produk akan berpengaruh pada perilaku selanjutnya
terhadap produk tersebut. Pengalaman yang positif akan mendorong
Produsen harus membangun citra produk yang positif. Hal ini akan
membuat konsumen membentuk kepercayaan dan sikap yang positif
terrhadap sebuah produk, kemudian mengembangkan sikap terhadap produk
dan akhinya membelinya. Kepercayaan adalah suatu pemikiran desfriptif
yang dimiliki seseorang akan sesuatu, sedangkan sikap merupakan evaluasi,
perasaan dak kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu
obyek.
Semakin positif sikap seorang konsumen terhadap suatu produk, semakin
tinggi pula niat membeli konsumen terjadi (Seock, 2003). Jadi jelaslah bahwa
salah satu cara yang dapat digunakan oleh produsen dalam meningkatkan niat
membeli produk yang mereka pasarkan adalah dengan membangun citra
produk yang positif.
Niat membeli ulang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap seseorang
terhadap obyek, situasi ataupun ide-ide tertentu yang mampu membangkitkan
perasaan senang, memuaskan atau menggairahkan pada diri seseorang.
Jelasnya, niat membeli ulang banyak dipengaruhi oleh persepsi konsumen
terhadap produk, sehingga konsumen memiliki persepsi terhadap produk
tersebut.
Seseorang yang memiliki niat untuk membeli suatu produk akan
menunjukkan perhatian dan rasa senang terhadap produk tersebut. Keinginan
ini dapat timbul karena konsumen menilai hal-hal yang secara nyata dapat
dilihat atau dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut. Niat dapat
stimulus mampu merebut atau menarik perhatian seseorang atau tidak.
Dengan kata lain, seseorang akan menaruh perhatian pada apa yang sejalan
dengan keinginannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diasumsikan bahwa ada hubungan
yang positif antara citra produk dengan niat membeli ulang pada pengguna
ponsel. Semakin positif citra produk, maka seseorang akan memiliki niat
membeli ulang terhadap produk. Sebaliknya jika citra produk negatif, maka
konsumen akan berpindah ke produk yang lain.
Pengalaman pribadi menggunakan ponsel numerik
Citra Produk
Niat membeli ulang Kepercayaan yang positif terhadap produk dan sikap yang positif terhadap
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat diajukan hipotesis untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut : “Terdapat hubungan yang positif antara
citra produk ponsel numerik dengan niat membeli ulang ponsel numerik pada
mahasiswa”. Semakin tinggi citra terhadap produk, maka akan semakin
membuat mahasiswa memiliki niat membeli ulang. Sebaliknya, semakin
rendah citra terhadap produk, maka akan semakin memperkecil kemungkinan
mahasiswa memiliki niat membeli ulang.
BAB III
METODE PENELITIAN
Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Bab ini ditujukan untuk memberikan penjelasan mengenai metode penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian mencakup identifikasi variabel penelitian, subjek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, dan juga metode analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (Idrus, 2009). Sementara variabel tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas : citra produk ponsel numerik. 2. Variabel tergantung : niat membeli ulang produk.
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Citra Produk Ponsel Numerik
Citra produk dalam penelitian ini diukur dalam skala citra produk ponsel numerik. Dalam penelitian ini citra produk ponsel numerik diungkap dengan melihat dimensi citra yang dikemukan oleh Walters & Paul ditambahkan Tjiptono, yaitu :
a. Desain produk
Merupakan kombinasi dari faktor atribut produk, karakteristik dan penampilan dari produk tersebut. Desain produk adalah apa yang tampak dari produk tersebut.
b. Pengembangan produk
c. Kemasan
Merupakan pembungkus atau wadah dari produk.
d. Harga
Sejumlah uang yang dikerluarkan oleh konsumen untuk memperolah suatu barang.
e. Jaminan / garansi
Merupakan janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya pada konsumen.
Citra produk diungkap menggunakan skala citra produk yang menggunakan kelima aspek di atas. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin positif citra konsumen terhadap ponsel numerik. Sebaliknya, semakin rendak skor yang diperoleh, maka semakin negatif citra konsumen terhadap ponsel numerik.
2. Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik
Niat membeli ulang dalam penelitian ini diukur dalam skala niat membeli ulang. Skala ini diambil berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ferdinand (2002) yang diungkap dalam 4 indikator, yaitu :
a. Memiliki niat untuk melakukan pembelian ulang.
Nilai niat membeli ponsel numerik tampak dari besarnya skor yang diperoleh dari skala niat membeli ponsel numerik. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dari keempat aspek tersebut, semakin tinggi pula niat membeli ponsel numerik. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka akan semakin rendah niat membeli ponsel numerik.
D. SUBJEK PENELITIAN
Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memiliki dan menggunakan ponsel numerik.
2. Berusia 18-25 tahun. Batasan usia tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa pada rentang usia ini merupakan masa individu mempunyai dorongan rasa ingin tahu yang besar atau ingin mencoba hal-hal yang baru.
E. METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000). Metode pengambilan sampel untuk penelitian kuantitatif ini tergolong dalam penarikan sampel non probabilitas (non probability
non probabilitas yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007). Metode ini digunakan atas dasar, tidak semua subjek mendapat kesempatan menjadi responden dan ketiadaan sarana untuk menentukan kemungkinan setiap subjek terlibat. Sementara itu, penggunaan convenience sampling memiliki maksud mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan (Tatang, 2011).
F. METODE PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode skala sebagai alat pengumpulan data. Metode skala adalah suatu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berisiskan aspek-aspek yang harus diukur, yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang-orang yang menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 2000). Model skala yang dipakai adalah model skala yang dijumlahkan dari Likert. Skala model Likert merupakan penskalaan pernyataan yang menggunakan distributif respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 2010).
Skala yang digunakan terdiri dari dua skala, yaitu skala citra produk ponsel numerik dan skala niat membeli ulang ponsel numerik. Alasan digunakannya skala dalam penelitian ini menurut Hadi (2000), adalah :
b. Pernyataan subjek kepada penliti benar dan dapat dipercaya.
c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan adalah sama dengan peneliti.
G. SKALA PENELITIAN
1. Skala Citra Produk Ponsel Numerik
Skala ini terdiri dari satu bagian yang mencakup beberapa karakteristik individu yang memiliki niat membeli ulang ponsel numerik. Karakteristik tersebut antara lain: (1) desain produk, (2) pengembangan produk, (3) kemasan, (4) harga, (5) jaminan / garansi. Berdasarkan 5 karakteristik tersebut, maka item skala citra produk dibuat sebanyak 20
pada item favorable bergerak dari 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), sampai dengan 1 (STS).
Blue print dari skala citra produk ponsel numerik dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1
Blue Print Skala Citra Produk Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba
Aspek-aspek Nomer item Total
1. Desain 2, 7, 13, 20 5
2. Pengembangan Produk 6, 8, 9, 15 5
3. Kemasan 1, 4, 14, 18 5
4. Harga 10, 11, 12, 19 5
5. Garanasi 3, 5, 16, 17 5
Total 20
2. Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik
karakteristik individu yang memiliki niat membeli ulang ponsel numerik. Karakteristik tersebut antara lain: (1) niat tradisional, (2) niat referensial, (3) niat preferensial, (4) niat eksploratif. Berdasarkan 4 karakteristik tersebut, maka item skala niat membeli ulang ponsel numerik dibuat sebanyak 32 item yang terdiri dari 16 item favorable (pernyataan yang mendukung) dan 16 item unfavorable (pernyataan yang tidak mendukung).
Skala niat membeli ulang ponsel numerik ini berbentuk skala Likert dengan 4 tingkat, mulai dari STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju), hingga SS (sangat setuju). Penggunaan 4 tingkat ini dimaksudkan untuk menghindari adanya tendency central dari responden sehingga dapat lebih memilih jawaban yang memihak. Menurut Azwar (2004), tidak diberikannya alternatif jawaban tengah atau netral dengan tujuan untuk menghindari adanya responden yang ragu-ragu dalam menjawab sehingga kemudian memilih jawaban tengah atau netral, serta agar responden dapat lebih tegas dalam memilih dan menentukan jawaban tanpa menggiringnya ke arah jawaban tengah. Perrnyataan dalam skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pemberian skor pada item favorable bergerak dari 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), sampai dengan 1 (STS). Sedangkan pada item unfavorable skor bergerak dari 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), hingga 4 (STS)
Blue print dari skala niat membeli ulang ponsel numerik pada
Tabel 2
Blue Print Skala Niat Membeli Ulang Ponsel Numerik Sebelum Uji Coba
tersebut. Selain itu peneliti juga membagikan alat penelitian ini secara online. Peneliti menyebar 60 eksemplar alat ukur, akan tetapi 9 diantaranya tidak memenuhi syarat karena ada beberapa pernyataan yang terlewatkan. Oleh karena itu, total alat ukur yang kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis adalah sejumlah 51 eksemplar.
I. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Azwar (2010) mengatakan salah satu masalah utama dalam penelitian psikologi adalah masalah cara memperoleh data informasi yang obyektif dan akurat. Perolehan informasi yang akurat dan obyektif tersebut cukup sulit diperoleh karena konsep yang diukur tidak selalu dapat dioperasionalkan sebagaimana yang terjadi dalam penelitian mengenai aspek fisik. Oleh karena itu, dalam setiap alat ukur psikologi haruslah mengandung unsur reliabel dan valid. Berikut penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas :
1. Validitas Isi
tepat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa validitas merupakan suatu kecermatan pengukuran.
Validitas yang terdapat dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validasi isi yang dilihat adalah sampai sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mampu mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas ini ditentukan dengan membandingkan isi item dengan blue print yang telah ditentukan melalui pendapat dosen selaku
professional judgment yang bersifat subjektif dan disebut validitas
non-empirik. Professional judgment dalam penelitian ini didapatkan dari Bapak Minto Istono selaku dosen yang mengajar mata kuliah psikologi konsumen dan psikologi industri.
2. Seleksi Item