• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner

199-KEMAMPUAN PENINGKATAN BERAT BADAN SAPY PEDET JANTAN FH SAMPAI DENGAN UMUR SAPIH DI TANJUNGSARI - KABUPATEN

SUMEDANG

TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS Balai Penelitian Ternak, P.O . Box 221. Bogor 16002

RINGKASAN

Sapi perah pedet jantan yang dipelihara peternak cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai produsen daging yang baik, karena pada umumnya pedet jantan sudah tidak diperuntukkan sebagai calon pejantan lagi. Pola pemeliharaan pedet sampai disapih biasanya hampir sama yaitu dengan pemberian susu induk. Akan tetapi jumlah pemberiannya biasanya dibatasi karena faktor ekonomis dan akibatnya laju pertumbuhan pun jadi rendah. Sebagai konsekuensinya, kualitas daging yang dihasilkan menjadi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan peningkatan berat badan sapi pedet FH yang dipelihara petenak rakyat dari lahir sampai dengan umur sapih. Pengamatan dilakukan pada 10 ekor sapi pedet jantan umur sehari dan penimbangan setiap dua minggu sampai umur sapih (112 hari). Dari hasil pendamatan ternyata bahwa rataan berat badan awal adalah 34 ± 2,8 kg. Rataan kenaikan berat badan adalah 0,48 ± 0,1328 kg per ekor per hari. Rataan berat badan akhir penelitian (umur 112 hari) sebanyak 30 % mencapai berat badan lebih dari 100 kg (100 kg - 105 kg) dan 70 % lainnya mencapai rataan 83 ± 15,06 kg (63 - 87 kg). Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa usalia pemeliharaan pedet jantan dengan skala satu ekor per peternak selama 100 hari merugi Rp 17.426,5, jika seluruh komponen biaya pakan hijauan, konsentrat dan tenaga kerja diperhitungkan dalam bentuk rupiah.

Kata kunci : Pedet jantan, berat badan, peningkatan PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi Indonesia yang meningkat ditandai dengan peningkatan pendapatan dan peningkatan kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang berupa daging dengan kualitas yang baik . Akan tetapi perkembangan produksi daging menunrt jenis ternak sejak Pelita I sampai dengan Pelita V terlillat bahwa produksi daging ternak ruminansia khususnya sapi menunjukkan peningkatan relatif lambat . Hal ini menampakkan kecendenmgan bahwa strategi pendekatan untuk peningkatan hasil ternak belum mapan benar (AMINAzts, 1988). Sapi perah pedet jantan yang tersedia di peternakan rakyat rnerupakan salah satu sumber penghasil daging yang cukup potensial yang pada umumnya sapi pedet jantan tersebut kebanyakan sudah tidak dipenmtukkan sebagai calon pejantan lagi karena teknik inseminasi buatan sudah memasyarakat baik di peternakan rakyat .

Pola pemeliharaan sapi pedet jantan pada umumnya hampir sama dengan yang diberikan pada sapi pedet betina. Akan tetapi perkembangannya pada pedet jantan lebih ,baik sehingga sapi jantan dengan berat badan yang lebill besar akan lebih cepat masuk ke pasaran konsumsi . Akan tetapi pola pemberian susu untuk pedet jantan tersebut biasanya diberikan terbatas dengan alasan

(2)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997

ekonomis, sehingga menyebabkan laju pertumbuhan pun jadi terbatas yang diikuti hasil kualitas daging yang rendah.

Apabila anak jantan tersebut sudah tidak akan dijadikan lagi sebagai calon pejantan dan diberikan susu sesuai dengan kebutuhannya, maka diharapkan jadi sumber penyedia daging berkualitas tinggi (veal) dengan harga yang cukup baik pula, sehingga secara ekonomis memberikan keuntungan yang cukup menjanjikan pada peternak pemeliharanya . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kernampuan berat badan dari sapi pedet jantan FH yang dipelihara oleh peternak rakyat dari lahir sampai dengan umur sapih (112 hari) di daerah Tanjungsari - Kabupaten Sumedang. Sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan perkembangan berat badan anak sapi jantan tersebut agar dapat diharapkan sebagai salah satu sumber penghasil sapi bermutu dalam memenuhi kebutuhan daging sapi berkualitas yang akan selalu meningkat setiap tahun .

MATERI DAN METODE

Ternak sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak sapi jantan umur satu hari yang dipelihara peternak rakyat di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

Sebanyak sepuluh ekor anak sapi jantan umur satu hari dengan berat badan berkisar 30-38 kg digunakan sebagai materi percobaan. Penimbangan dilalntkan setiap ekor setiap dua minggu sekali sampai umur sapih 112 hari.

Parameter yang diukur meliputi kenaikan berat badan setiap dua minggu. Dari wawancara dengan petenak dicatat mengenai banyaknya susu yang dikonsumsi per ekor per hari, banyaknya konsentrat yang diberikan dan kapan pemberian dilakukan, hijauan yang dikonsumsi dan kapan diberikannya serta pemberian vitamin dan obat racing yang diberikan selama pengamatan berlangsung .

Dari keseluruhan data yang diperoleh dibuat grafik pertumbuhan dan analisa biaya pemeliharaan untuk mengetahui untung rugi pemeliharaan sapi pedet jantan pada tingkat skala usaha satu ekor pedet per peternak.

Pola pemeliharaan pedet jantan

710

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan dan wawancara diperoleh hasil bahwa pola pemeliharaan anak pedet jantan FH yang dibesarkan oleh peternak liampir sama yaitu pedet tersebut dikandangkan secara terpisah dari induk. kemudian pada umur situ hari sampai seminggu pertama diberikan susu induk + dua kali situ liter per ekor per hari. Kentudian minggu lee dua sampai umur minggu kedelapan secara bertahap diberikan susu 4-6 liter per ekor per hari . Selanjutnya menjelang umur 12 minggu pemberian susu dikurangi lagi sampai dua liter per ekor per hari. Sampai akhirnya disapih setelah umur lebih dari 12 minggu dan selanjutnya sapi tersebut diperkenalkan untuk dapat sedikit demi sedikit mendapatkan konsentrat dengan hijauan sesuai kebutuhannya.

Kandang pedet selalu diberi alas jerami baru dan selalu diupayakan agar tetap leering dengan mengganti alas jerami 3 - 4 hari situ kali. Sapi pedet jantan tidak diikat, tapi dibiarkan lepas dalam kandang khusus agar tidak dapat mendekati induknya.

(3)

Menjelang sapili, anak sapi mendapat obat cacing dan vitamin sesuai dosis yang dianjurkan, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh Dokter Hewan dari Pos Keselkatan Hewan Tanjungsari. Pertambahan berat badan sapi pedet jantan

Dari hasil pengamatan rataan pertambahan berat badan sapi pedet jantan sampai dengan umur sapih disajikan pada Tabel 1 berikut .

Tabel 1. Rataan berat badan sapi pedet jantan sampai umur sapili di Tanjungsari-Sumedang

Rataan Berat Badan (kg) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Seminar Nos7onalPeternakan dan Vetertner 199?

1-14 15- 30- 44- 58- 72- 86-

100-112 Umur (hari)

Gambar 1. Rataan perkembangan berat badan anak sapi jantan Umur Pengukuran (Hari) Rataan Berat Badan (kg) J111111,111

(n) SD 1 34,00 1 U 3,05 14 36,00 10 2,69 28 41,70 10 5,55 42 50,20 10 8,29 56 57,80 10 11,03 70 64,00 10 10,47 84 69,60 10 12,07 98 76,20 10 14,41 112 83,00 10 15,88

(4)

Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997

Dari hasil tersebut diperoleh rataan kenaikan berat badan per ekor per hari 0,489 ± 0,1328 kg. Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada awal penimbangan awal rataan berat badan anak sapi jantan umur satu hari hampir sama yaitu 34,00 ±,3,05 kg terdiri dari 70% anak sapi dengan berat awal 30-35 kg dan 30% anak sapi dengan berat awal 36 - 38 kg. Pada hasil penimbangan akhir diperoleh rataan berat badan 83 . kg sampai 15,06 kg yang terdiri dari 30 % sapi dengan rataan berat badan 100-105 kg dan 70% sapi dengan rataan berat badan 63-87 kg.

Dari hasil peningkatan berat badan ini- nampak bahwa sapi yang rataan berat lahir tinggi (>35 kg) memperlihatkan rataan berat sapih yang lebilt berat'dibandingkan dengan sipi yang mempunyai berat awal lebih kecil.

Dari Gambar 1 dapat dilihat rataan perkembangan berat badan anak sapijantan yang diamati. Dari Gambar perkembangan berat badan sapi pedet jantan nampak bahwa kelompok anak sapi yang memiliki berat lahir tinggi (>35 kg) menunjukkan perkembangan lebih cepat daripada kelompok lebilt ringan. Jika keadaan ini diperhitungkan dengan; harga jual per kilogram berat hidup maka kondisinya sangat menggairahkan untuk memelihara, terutama bila ada pasar yang bisa menerima sapi lepas sapih untuk digunakan sebagai sumber "veal" yang harganya lebih tinggi daripada harga daging sapi dewasa. Pada umumnya pembesaran pedet yang selama ini dilaksakan di daerah Tanjungsari hanya bertujuan untuk dibesarkan sampai dewasa dan dijual di pasar ternak umum.

Analisis ekonomi

Dari Tabel 3 nampak bahwa untuk pemeliharaan satu ekor sapi pedet per peternak jika dilihat dari Net Cash Benefits atau keuntungan tunai pemeliharaan pedet jantan ini memberikan keuntungan yang cukup besar yaitu Rp 228.287,00 per ekor. Begitu pula jika dililiat dari angka return to capital Rp 2,329 yang artinya dengan pengeluan Rp 1,00 peternak akan memperoleh pengembalian tunai Rp 2,329 dalarn jangka waktu pemeliharaan 1110 hari . Namun jika dilihat dari perhitungan cost and return yang berdasarkan hasil penerimaan total pengeluaran tunai + non tunai sebenarnya peternak merugi Rp 17426,50 per ekor sapi pedet jantan yang dipeliharanya. Perhitungan ini digunakan untuk mengukur kelayakan usaha jika seluruhnya diperhitungkan secara komersial. Akan tetapi karena biaya'variabel tidak tunai yang cukup besar yaitu Rp 235713,50 yang meliputi biaya tenaga kerja, penyediaan hijauan dan susu untuk pedet maka usaha pemeliharaan pedet jantan ini banyak yang melakukannya karena dirasakan memberikan manfaat usaha dan bisa dilaksanakan secara sambilan.

Analisis usaha pemeliharaan pedet- jantan di daerah Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang pads talum 1995 yang diperoleh disajikan pads Tabel 2.

Pada penelitian ini para peternak masing-masing memelihara satu ekor pedet jantan, sehingga biaya tenaga keda dalam satuan waktu hanya tercurah untuk satu ekor pedet sehingga nampak tidak ekonomis. Selain daripada itu tingkat harga jual anak sapi lepas sapih yang cukup murah karma tidak dinilai tingkat kualitas dagingnya menyebabkan hasil penerimaan peternak yang rendah.

Hasil penelitian MORAN (1978), memperlihatkan bahwa potensi sapi perch dalam mengltasilkan daging lebih besar daripada sapi Bali, Ongole, Madura dan kerbau karena sapi perah dewasa mampu tumbuh 0,911 kg per hari sedangkan sapi Madura, Bali, Ongole, kerbau hanya 71 2

(5)

Senunor Nusionol Peternakan dun t'etermer 199'

mampu mencapai 0,611; 0,66: 0,75 : 0,73 kg per hari. Hasil analisis karkasiwa memperlihatkan pula bahwa sapi perah tidak banvak menimbun lemak dalam dagingnya, sehingga peluangnya cukup baik sebagai penghasil "veal" yang berkualitas.

Tabel 2. Analisis biaya pemeliharaan pedet jantan di Kecannatan Tanjungsari Kab. Sumedang

KESIMPULAN DAN SARAN

1 . Pedet jantan FH dengan berat lahir 36-38 kg mengliasilkan berat rataan berat sapih yang lebih tinggi daripada pedetjantan FH dengan berat lahir 30-35 kg.

2. Pemelihaman pedet jantan dengan skala satu ekor per petertuak sampan umur disapih (100 hari) merugi Rp 17426,50 per ekor apabila seluruh komponen biaya diperhitungkan secara tunai. 3. Perlu ada standar harga yang baik untuk pedet jantan sapih agar usaha pembesaran pedet

dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan yang cukup menjanjikan keuntungan terutama untuk penjualan ke rutnah makan dan hotel-hotel yang memerlukan daging "veal" yang bermutu.

DAFTAR PUSTAKA

AmtN Aziz. 1988. Kebijakan Peternakan dalarn Pelita V Proceeding Seminar. Pulang Kandang IPB. lnal 1-02. PERvAIz Amm and H.C. KNIPSHEER. 1989. Conducting On Farm Animal Research. Procedur and Economis

Analysis. Winrock International Institute For Agriculture Development Research Centre.

MoRAN, J.B. 1978. Perbandingan "Performance" Jenis Sapi Daging Indonesia. Proceding Seminar Ruminansia. Rnsat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Fakultas Petennakan IPB Bogor, 24-25 Juli .

Parameter Biava

1. Biaya tetap untuk kandang dan alat kandang 11. Biaya variabel tunai

- Konsentrat 90,3 kg x Rp 210

Rupiah/Ekor/112 hari pemeliharaan

10000,00 18963,00

- Obat ternak dan vitamin 2750,00

- Harga pedet umur seltari 150000,00

Biaya variabel tidak tunai

- Hijauan 686;3 kg x Rp 15 10294,50

- Tenaga kerja 100 hari x Rp 1000 100000,00

- Susu untuk pedet 272,65 It x Rp 460 125419,00

111 . Penerimaan

- Tunai (hasil jual ternak lepas sapih) 400000,00

- Keuntungan tunai 228287.00

- Return to capital 2,329

- Cost and return analysis

(6)

Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1997

TANYA JAWAB

M. -Bashori : Didalam usaha beternak sapi perah dikaji dari segi ekonomis pembesaran pedet jantan tidak menguntungkan, disini kalau kita mau mengkaji satu misal pellet usia 1 hari saat sekarang harganya Rp. 200.000 sedang biaya yang dibutuhkan untuk pedet umur 0-2 bulan adalah 4-5 liter susu induk yang harga per-liter Rp. 500-600. Sedang untuk pedet umur 2 bulan ke atas diberikan susu segar 7 liter per hari dan perlu biaya lain (rumput, TK, kandang, dsb.). Yang saya tanyakan kalau ada asumsi yang demikian apakah tidak mungkin harga pedet di pasaran ditinjau lagi dan manajemen apa yang dipakai untuk pemeliharaan dan perlu ditampilkan data tambahan bobot badan pedet mulai umur 0-3 bulan tsb. ?

Tatit Sugiarti : Dalam penelitian ini data dari harga pedet jantan yang dianalisa adalah rataan harga pasar yang umum pada saat pengamatan berlangsung yaitu pads tahun 1995. Data harga pedet ini juga sama dengan harga di pasar hewan yang ada di daerah studi, jadi tidak bisa ditunmkan lagi dari harga tersebut dengan asumsi hasil demikian maka manajemen yang diusahakan adalah dengan cars introduksi (pengenalan) penggunaan "milk replacer" sebagai pengganti susu segar yang harus diberikan pada pedet jantan sampai umur sapih, tetapi dengan harapan tetap memberikan kenaikan berat badan yang sama dan kualitas dagingnya juga tetap baik, sehingga secara ekonomis dapat lebih menguntungkan.

Gatot Santoso : Apabila hasil penelitian tahun 1995 hasilnya secara ekonomis rugi (minus) f Rp.17.426, dimana dampak dan pengaruh yang dapat mendorong peternak untuk membesarkan/ menggemukan pedet ?, padahal yang dipelihara sendiri dalam penggemukan lebih berkualitas. Mohon dalam penelitian tahun yang disajikan adalah tahun 1996/1997 sebab selama tahun tersebut di atas sudah berkembang lebih jauh tentang analisa ekonomi dan APBN menganggarkan dalam setiap tahun dalam penelitian.

Tatit Sugiarti : Dari hasil penelitian ini nampak bahwa usaha membesarkan pedet jantan dengan skala 1 ekor adalah merugikan, hal ini karena biaya tenaga kerja dan pakan (susu) yang cukup besar sehingga hasil penelitian menipakan dasar untuk melanjutkan penelitian selanjutnya yang a'kan memberikan "milk replacer" sebagai pengganti susu induk yang harganya mahal, selain itu usaha penggemukan pellet jantan sebaiknya dilakukan dengan skala yang lebilt besar, sehingga biaya tenaga kerja dan penggunaan fasilitas kandang bisa ditekan lebili murah. Karena penelitian dilaksanakan pada tahun 1995-1996 maka analisa usalia dihitung berdasarkan harga-harga yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Apabila diperhitungkan dengan keadaan harga tahun sesudahnya tentu memerlukan pengamatan ulang.

Gambar

Gambar 1. Rataan perkembangan berat badan anak sapi jantanUmur Pengukuran (Hari)Rataan Berat Badan (kg)J111111,111
Tabel 2. Analisis biaya pemeliharaan pedet jantan di Kecannatan Tanjungsari Kab. Sumedang

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang

Alhamdulillah, puji dan syukur tiada henti senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga

Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak

a) Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota.. masyarakat, sebab

melintasi batas negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku.. hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang

Hasil asuhan pada kasus Ny.I setelah dilakukan pengkajian sampai pelaksanaan dari kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB sejak tanggal 24 November 2015 sampai dengan

Peran dan tanggungjawab personil perusahaan lainnya yg harus memberi informasi untuk struktur pengendalian intern dan yg akan menggunakan informasi yg dihasilkan oleh SPI

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari