• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Kholidah Azhar dan Zainal Arifin pada Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar dan Menengah Kabupaten/Kota di Jawa Timur” merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk data panel dengan menggunakan alat analisis OLS (Ordinary Least Square) . Menggunakan variabel dependen yaitu total upah industri, bahan baku industri, jumlah perusahaan industri nanufaktur dan produksi industri manufaktur, dan variabel dependen yaitu penyerapan tenaga kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai semua variabel mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur di Jawa Timur dengan pengaruh masing – masing variabel adalah variabel total upah industri adalah 0,383, bahan baku industri 0,150, jumlah perusahaan industri manufaktur 0,156 dan produksi industri manufaktur 1,118, dengan koefisien determinasi R2 sebesar 94,8% pada tingkat kesalahan 5%.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aditya SaktiYoga (Yoga, 2014) yang berjudul “Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur di Jawa Timur Tahun 2010 - 2012”. Variabel dependen dan lokasi penelitian yang digunakan sama dengan penelitian yang dilakukan Kholidah Azhar dan Zainal Arifin, namun dengan menggunakan tahun yang berbeda. Metode penelitian dengan alat analisis yang menggunakan analisis regresi dengan uji parsial dan simultan.

(2)

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa upah dan peningkatan produksi berpengaruh negatif dengan nilai masing masing adalah 0,200587 dan -0,021542 (peningkatan produksi tidak berpengaruh signifikan), serta jumlah industri manufaktur berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja dengan nilai 0,611681.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Melati Rizkianing Handoyo (Handoyo, 2016) dengan judul “Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Pasuruan 1999 - 2011” menggunakan data kuantitatif yang diukur dengan skala numerik dengan metode penelitian dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Menggunakan variabel independen yang berbeda dengan penelitian Kholidah Azhar dan Zainal Arifin, yaitu menggunakan variabel independen yaitu PDRB, tingkat upah minimum dan jumlah industri besar sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB, tingkat upah minimum dan jumlah industri besar sedang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di kabupaten Pasuruan dengan nilai masing – masing -2,36 untuk PDRB, 2,36 untuk upah minimum, dan -2,22 untuk jumlah industri.

Sedangkan penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian untuk membandingkan hasil pengaruh variabel – variabel seperti pada penelitian Kholidah Azhar dan Zainal Arifin, serta Aditya Sakti Yoga yaitu variabel jumlah perusahaan, nilai produksi, dan upah minimum terhadap permintaan/ penyerapan tenaga kerja. Namun menggunakan sektor dan tahun yang berbeda. Dimana pada

(3)

penelitian ini digunakan industri pengolahan hasil perikanan dengan tahun penelitian yaitu 2014 – 2015.

B. Tinjauan Pustaka 1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Badan Pusat Statistik, 2016).

a. Angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

b. Bukan angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

2. Pasar Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (Simanjuntak, 1998), pasar kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Secara umum pasar tenaga kerja terdiri atas permintaan dan penawaran tenaga kerja yang dipengaruhi oleh faktor upah, sebagaimana kurva berikut:

(4)

DL SL W1

W0 W2

L1 L0 L2 L3

Gambar 2.1: Kurva Pasar Tenaga Kerja

Pada kurva tersebut dapat kita lihat bahwa keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi pada tingkat upah W0 dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja sebanyak L0. Sedangkan saat upah mengalami kenaikan menjadi W1 maka penawaran tenaga kerja akan meningkat sebesar L3 namun permintaan tenaga kerja menurun menjadi L1 sehingga terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja (excess supply of labour) sehingga tercipta pengangguran sebanyak L1L3.

Sedangkan ketika upah turun menjadi W2, maka permintaan tenaga kerja mengalami peningkatan menjadi L2 namun penawaran tenaga kerja mengalami penurunan menjadi L1, hal tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan tenaga kerja (excess demand of labour).

3. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada setiapkemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu

Keterangan: W : wages / upah

L : labour / tenaga kerja DL : demand for labour /

permintaan tenaga kerja

SL : supply for labour / penawaran tenaga kerja

(5)

(Sudarsono, 1990, hal. 9). Sedangkan permintaan tenaga kerja adalah permintaan turunan dari permintaan barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja (Suroto, 1983, hal. 21). Permintaan tenaga kerja secara umum adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayar upah tertentu sebagai imbalannya (Suroto, 1983, hal. 187).

Dalam memperkirakan berapa tenaga kerja yang perlu ditambah, perusahaan akan melihat tambahan hasil marginal atau marginal physical product dari penambahan seorang karyawan tersebut. Selain itu, perusahaan akan menghitung jumlah uang yang akan diperoleh dengan adanya tambahan hasil marginal (Simanjuntak, 1998, hal. 89). Sehingga fungsi permintaan tenaga kerja pada pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pada :

a. Tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marjinal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL),

b. Penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR).

Sehingga permintaan tenaga kerja pada pasar persaingan tidak sempurna dapat dirumuskan dalam suatu fungsi persamaan:

𝐷𝐿 = 𝑀𝑅 × 𝑀𝑃𝑃𝐿

Dimana :

𝑀𝑅 = 𝑃𝑄(1 − 1 𝜀𝑑)

(6)

𝑀𝑃𝑃𝐿 = 𝑦′...dimana y’ adalah turunan dari fungsi produksi dimana 𝑌 = 𝐾𝛼𝐿𝛽, sehingga 𝑦= 𝛽𝐾𝛼𝐿𝛽−1

𝑀𝑃𝑃𝐿 = 𝛽𝑌

𝐿

Permintaan tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja digambarkan melalui kurva:

Gambar 2.2: Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja W, upah

𝑆𝐿 W*

𝐷𝐿

L* L, jumlah tenaga kerja

Berdasarkan kurva tersebut dapat kita ketahui bahwa permintaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh tingkat upah, sehingga:

𝑊 = 𝑀𝑅 × 𝑀𝑃𝑃𝐿

𝑊 = 𝑃𝑄(1 − 1

𝜀𝑑) × 𝛽 𝑌 𝐿

Sehingga fungsi permintaan tenaga kerja untuk mengetahui berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja adalah:

𝐿 = 𝑃𝑄(1 − 1 𝜀𝑑) × 𝛽 𝑌 𝑊 𝐿 =𝑉𝑄 𝑊(1 − 1 𝜀𝑑) × 𝛽 𝐿 = 𝑓(𝑉𝑄, 𝜀𝑑, 𝑊) Keterangan: W : wages / upah

L : labour / tenaga kerja DL : demand for labour /

permintaan tenaga kerja

SL : supply for labour / penawaran tenaga kerja

(7)

Dimana dapat diketahui bahwa L (banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja) dipengaruhi oleh:

a. 𝑉𝑄, yaitu nilai produksi b. 𝑊, yaitu tingkat upah

c. 𝜀𝑑, yaitu mencerminkan banyaknya perusahaan 4. Industri Pengolahan Hasil Perikanan

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan (assembling). (Badan Pusat Statistik, 2016)

Klasifikasi industri yang digunakan dalam survei industri pengolahan adalah klasifikasi yang berdasar kepada International Standard Industrial Classification of all Economic Activities (ISIC) revisi 4 , yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan nama Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009. Kode baku lapangan usaha suatu perusahaan industri ditentukan berdasarkan produksi utamanya, yaitu jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling besar.

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009, Industri Pengolahan Hasil Perikanan masuk kedalam kategori Industri

(8)

Makanan, dengan kode 102 untuk Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air. Ini dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel 2.1: Kategori Industri Pengolahan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009

Kode Jenis Industri

C Industri Pengolahan 10 Industri Makanan

101 Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging

102 Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan Dan Biota Air

103 Industri Pengolahan dan Pengawetan Buah-Buahan dan Sayuran 104 Industri Minyak Makan dan Lemak Nabati Dan Hewani

105 Industri Pengolahan Susu, Produk Dari Susu dan Es Krim 106 Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung dan Pati 107 Industri Makanan Lainnya

108 Industri Makanan Hewan Sumber: KBLI 2009

Industri Pengolahan Hasil Perikanan adalah kegiatan ekonomi yang mengubah bahan mentah berupa hasil perikanan menjadi produk olahan ikan dan biota air lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Bahan baku dalam industri pengolahan hasil perikanan ini berasal dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Kegiatan pengolahan hasil perikanan sendiri dibagi atas beberapa kegiatan antara lain:

a. Pembekuan b. Penggaraman/Pengeringan c. Pemindangan d. Pengasapan/Pemanggangan e. Fermentasi f. Pereduksian/Ekstraksi g. Pelumatan Daging Ikan

(9)

h. Penanganan Produk Segar i. Pengolahan Lainnya 5. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Jumlah Perusahaan dengan Permintaan Tenaga Kerja Industrialisasi merupakan salah satu cara yang diambil banyak negara dalam meningkatkan perekonomiannya. Dengan menciptakan industrialisasi, diharapkan akan meningkatkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja yang membantu proses produksi dalam industri. Hunbungan jumlah dengan penyerapan tenaga kerja sangat erat sekali, karena semakin baik pertumbuhan sektor industri akan semakin meningkat pula penyerapan tenaga kerja. (Handoyo, 2016).

Semakin banyaknya jumlah perusahaan secara otomatis akan menyebabkan peningkatan permintaan akan tenaga kerja. Dimana tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang akan digunakan dalam operasional perusahaan. Maka dengan meningkatkan jumlah perusahaan akan meningkatkan permintaan tenaga kerja.

b. Hubungan Nilai Produksi dengan Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan dari permintaan akan barang yang diproduksi (derived demand), dengan artian bahwa permintaan tenaga kerja oleh pengusaha sangat tergantung oleh permintaan masyarakat terhadap hasil produksinya. (Sumarsono, 2003). Pengusaha mempekerjakan seseorang karena

(10)

orang tersebut akan membantu memproduksi barang dan jasa yang akan dijual pada konsumen.

Jika permintaan konsumen akan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan meningkat, maka untuk memenuhi permintaan tersebut perusahaan akan meningatkan produksinya. Peningkatan produksi ini menyebabkan perusahaan melakukan permintaan tenaga kerja untuk membantu proses produksi.

c. Hubungan Upah Minimum terhadap Permintaan Tenaga Kerja Upah menurut teori Neoklasik merupakan imbalan atas usaha kerja yang diberikan karyawan kepada perusahaan, dimana imbalan yang diperoleh adalah sebesar nilai pertambahan hasil marginal yang dihasilkannya. Sedangkan menurut teori Marx, upah yang diperleh oleh seseorang sesuai dengan tingkat kebutuhan seseorang. (Simanjuntak, 1998).

Permintaan tenaga kerja merupakan fungsi dari upah. Upah memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan tenaga kerja. Upah dipndang sebagai biaya produksi dan beban bagi perusahaan. Sehingga semakin tingginya tingkat upah yang berlaku, maka tenaga kerja akan mengurangi permintaannya akan tenaga kerja sebagai upaya menjaga keuntungan perusahaan agar tidak terjadi kerugian dengan membengkaknya biaya produksi, sebaliknya jika upah turun, maka permintaan tenaga kerja semakin meningkat. Ini dijelaskan dalam kurva berikut:

(11)

Gambar 2.3. : Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara upah dan permintaan tenaga kerja adalah negatif. Ini berarti setiap terjadi kenaikan upah, maka permintaan tenaga kerja akan menurun. Sedangkan saat upah mengalami penurunan, maka terjadi kenaikan permintaan tenaga kerja.

DL N2 N1 W2 W1 W, Upah

(12)

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4: Kerangka Pemikiran

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan penelitian terdahulu, serta tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Diduga jumlah perusahaan, nilai produksi, dan tingkat upah berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja pada industri pengolahan hasil perikanan di provinsi Jawa Timur.”

Pasar Tenaga Kerja

Penawaran Tenaga Kerja Permintaan Tenaga Kerja

Jumlah

Perusahaan Produksi Nilai Minimum Upah

Pengaruh Jumlah Perusahaan, Nilai Produksi, dan Upah Minimum terhadap Jumlah Tenaga Kerja

yang Bekerja pada Industri Pengolahan Hasil Perikanan

Uji Statistik t, F, R2

Gambar

Gambar 2.1: Kurva Pasar Tenaga Kerja
Gambar 2.2: Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja                      W, upah
Tabel 2.1: Kategori Industri Pengolahan menurut Klasifikasi Baku  Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009
Gambar 2.3. : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah adalah variabel modal tetap, modal operasional, jam kerja, lama usaha, dan lokasi dalam penelitian ini modal sangat

Menurut Sudana (2011), struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka.. panjang dengan modal

Data laporan keuangan dalam bentuk Laporan Target dan Realisasi Penarimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Laporan Target dan Realisasi penerimaan pajak Kota

Kualitas batu bata merah konvensional yang tertinggi ada di Kecamatan Rumbai karena batu bata merahnya memiliki nilai kuat tekan rata-rata dan nilai konduktivitas

Berdasarkan Gambar 2.2 tersebut menunjukkan bagaimana nantinya pengaruh Country of Origin (X1) atau negara asal terhadap keputusan pembelian selain itu, mencari pengaruh

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang ditujukan kepada karyawan agar pelaksanaan pekerjaan memuaskan (Fajar, 2013:100). Dengan memberikan pelatihan yang tepat kepada

H2 : Celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli.Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa brand image berpengaruh terhadap

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari induvidu atau perseorangan, Data primer yang digunakan dalam penilitan ini yaitu hasil penyebaran