• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Brand Awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Brand Awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA BRAND AWARENESS DENGAN LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN KEDAI KOPI PREMIUM. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Gesa Pamungkas Cinantakupa 149114172. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. HI]BI,NGAIY ANTARA BRAND AWARENESS DENGAN LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN KEDAI KOPI PREMIUM. Disusun Oleh:. 'u'*. 5i ir. Telah Disetujui Oleh h::. *"-i 4*. -+! -l. ' \i' ai. Dr. Minta Istono, S.Psi., M.Si.. "r. i:'. Tanggal:. ii. lg SEP iltg.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI HUBTINGAN ANITARA BRAND AWARENESS DENGAN LOYALITAS MEREK PADA KONSI}MEN KEDAI KOPI PREMIT]M. Dipersiapkanan ditulis oleh. :. Gesa Pamungkas Cinantakupa. NIM: l49ll4l72 Panitia Penguji. Penguji Penguji Penguji. Yogvakarta,. J-l. JAN. iiifi. Fakultas Psikologi. Universitas Sanata Dharma. M.Psi., Psi..

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS. Al-Baqarah : 153. Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. QS. Al Insyirah : 5. Bukan mimpiku yang terlalu tinggi, tetapi mimpimu yang terlalu rendah. Monkey D Luffy. Semua pasti ada jalan keluar, berusahalah dan tunggu semesta bekerja padamu. Yok Bisa Yok. Anonymus. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini untuk: Diriku sendiri yang sudah berjuang untuk menuntaskan kewajiban sebagai Mahasiswa. Kemudian untuk kedua orangtua saya, kedua saudara saya, dan kepada teman-teman saya. Dan tidak lupa kepada Allah SWT yang saya dedikasikan karya ini sebagai amalan ibadah. Terimakasih untuk semesta atas dukungannya.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERI{YATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis. ini. tidak mernuatkarya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagai mana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta,. 2l. J. arruai 2020. Penulis,. Gesa Pamungkas Cinantakupa. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA BRAND AWARENESS DENGAN LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN KEDAI KOPI PREMIUM. Gesa Pamungkas Cinantakupa. ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 212 konsumen kedai kopi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah 5 item skala brand awareness (α = 0.700) dan 6 item skala loyalitas merek (α = 0.870). Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho karena sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini tidak normal. Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara brand awareness dengan loyalitas merek (r = 0.165 dan p = 0.008). Kata Kunci : Brand Awareness, Loyalitas Merek, Konsumen Kedai Kopi Premium.. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. CORRELATION BETWEEN BRAND AWARENESS WITH BRAND LOYALTY IN CONSUMERS OF PREMIUM COFFEE SHOPS. Gesa Pamungkas Cinantakupa. ABSTRACT. This study aims to investigate the correlation between brand awareness with brand loyalty in consumers of premium coffee shops. The subject in this research are 212 consumers of coffee shops. The data collection instruments were 5 items of brand awareness scale (α = 0.700) and 6 items of brand loyalty scale (α = 0.870). Data analysis technique used in this study was Rank Spearman’s Rho correlation test because the data distribution used im this research is not normal. Spearman’s rho correlation test results indicate that there is a positive correlation and significat correlation between brand awareness and brand loyalty (r = 0.165 and p = 0.008). Keywords : Brand Awareness, Brand Loyalty, Consumers of Premium Coffee Shops.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma. Nama. : Gesa Pamungkas Cinantakupa. NIM. :149114172. :. Derni pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakartakarya ilmiah saya yang berjudul :. "HUBUNGAN ANTARA BRAND AWARENESS DENGA}I LOYALITAS. MEREK PADA KONSUMEN KEDAI KOPI PREMIUM * Dengan demikian saya manberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, serta mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu. meminta. ijin dari. saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap. meTcantumkan nama saya sebagai penulis.. Dernikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal. 2l. J. anuan 2020. Yans menvatakan-. w (Gesa Pamungkas Cinantakupa). ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT dan junjungan saya Nabi Muhammad SAW sehingga saya dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Loyalitas Merek Pada Konsumen Kedai Kopi Premium” dengan baik dan lancar. Kelancaran dan kesuksesan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan, bantuan, dukungan dan peran dari banyak pihak yang membantu saya dalam menghadapi setiap tantangan yang saya temui. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya yang terdalam kepada : 1. Ibu Dr. Titik Kristiyani M.Psi., Psi. Selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M.App., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Tjipto Susana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya dari semester awal dan yang telah memberikan yang terbaik dalam perkuliahan saya di Fakultas Psikologi. 4. Bapak Dr. Minta Istono, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih telah membimbing saya sejak mata kuliah Seminar hingga saya mengambil skripsi. Terima kasih karena bapak selalu berusaha untuk meluangkan waktu dan membimbing saya di tengah kesibukan bapak. Terima kasih karena bapak selalu memberi masukan yang baik kepada saya serta memotivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi dengan. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. baik dan tepat waktu. Terima kasih banyak ya pak atas segala kebaikan bapak. 5. Ibu Ani dan Bapak Widagdo, selaku kedua orang tua saya yang amat sangat saya cintai dan sayangi. Terima kasih atas segala doa yang tidak pernah putus, bantuan, kesabaran, dukungan dan kasih sayang yang telah saya terima selama ini. Saya mohon maaf apabila saya belum dapat membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah Bunda dan Ayah berikan kepada saya. Semoga Allah SWT selalu melimpahi Bunda dan Ayah dengan segala Rahmat-Nya. 6. Galih Baren Suryo Putro dan Gilang Iriandika Wirayakti, kedua kakakku. Terima kasih atas segala dukungan, semangat, tawa, ejekan dan perhatian kalian yang telah mewarnai hidup dan hari-hari adik kalian. Maafkan atas segala hal-hal buruk dan perilaku saya selama ini kepada kalian. Semoga kalian selalu bahagia dan sukses meraih cita-cita dan impian kalian. 7. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk ilmu, waktu, nasihat dan segala kesabaran dalam membimbing saya selama saya menimba ilmu di Fakultas Psikologi. Terima kasih karena telah membantu saya untuk lebih menerima diri saya apa adanya. 8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Psikologi USD yang dengan ramah dan profesional memberikan pelayanan yang baik selama saya berkuliah di Fakultas Psikologi USD ini. 9. Zaky dan Handi. Teman terbaikku dalam bermain, belajar tentang kehidupan, makan, minum, ketawa dan segala macam kegiatan selama aku. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. membutuhkan kalian. Terima kasih banyak atas segala dukungan yang telah kalian berikan kepada ku selama ini. Tanpa dukungan dan kehadiran kalian aku tidak mungkin bisa dengan baik sampai pada proses ini. Aku semakin mengenal diriku dengan baik karena adanya kalian. 10. Patricia Nadia, selaku satu-satunya sahabat perempuan yang saya miliki. Terimikasih sudah mendukungku selama ini. Canda dan tangisan yang kita alami sangat berarti. Termikasih sudah hadir dalam kehidupanku. 11. Luki, Agung, Hegar, Fuad, Apip, Hesta, Tusta, Bima, Aci, Dea, Giska, dan Risa. Teman sewaktu SMA. Tanpa kalian kehidupan masa SMA ku tidak akan asik. Terimakasih kalian. Aku sangat beruntung. 12. Tejo dan Ocha, yang selalu membantu ketika mengerjakan skripsi. Maaf jika selama ini banyak salah kepada kalian. Selalu sukses bersama ya. 13. Teman-teman kelas C angkatan 2014 yang tidak mungkin dapat aku sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dinamika yang telah kita lalui. Semoga kalian sukses menggapai segala hal yang diinginkan. Semangat! 14. Seluruh teman-teman dan sahabat saya di angkatan 2014. Terima kasih atas segala pengalaman dan cerita yang telah kita lalui selama kurang lebih 5 tahun ini. Terima kasih.. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.................................................................................. i. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN.................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii. HALAMAN MOTTO................................................................................ iv. HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................. vi. ABSTRAK................................................................................................ vii. ABSTRACT................................................................................................ viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN......................................... ix. KATA PENGANTAR.............................................................................. x. DAFTAR ISI............................................................................................ xiii. DAFTAR TABEL.................................................................................... xviii. DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xx. BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1. A. Latar Belakang....................................................................... 1. B. Rumusan Masalah................................................................. 9. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Tujuan Penelitian.................................................................. 9. D. Manfaat Penelitian................................................................ 10. 1. Manfaat Teoritis........................................................ 10. 2. Manfaat Praktis.......................................................... 10. BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 11. A. Brand Awareness................................................................... 11. 1. Definisi Brand Awareness............................................... 11. 2. Aspek Brand Awareness.................................................. 12. a. Brand Recognition............................................... 13. b. Brand Recall........................................................ 14. 3. Dampak Brand Awareness............................................... 14. B. Loyalitas Merek.................................................................... 15. 1. Definisi Loyalitas Merek................................................. 15. 2. Tahapan Loyalitas Merek............................................... 17. a. Loyalitas kognitif............................................... 18. b. Loyalitas Afektif................................................ 19. c. Loyalitas Konotatif............................................ 20. d. Loyalitas Tindakan............................................. 20. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek...... 22. a. Kualitas Layanan.............................................. 23. b. Nilai Keuntungan ............................................. 24. c. Kepuasan .......................................................... 25. d. Kepercayaan...................................................... 25. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Kedai Kopi Premium............................................................... 26. D. Dinamika Psikologis................................................................ 27. E. Skema Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Loyalitas Pada Konsumen Kedai Kopi Premium............................................ 30. F. Hipotesis Penelitian................................................................. 31. BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................ 32. A. Jenis Penelitian...................................................................... 32. B. Variabel Penelitian................................................................ 33. 1. Variabel Bebas................................................................. 33. 2. Variabel Tergantung........................................................ 34. C. Definisi Operasional............................................................. 34. 1. Brand Awareness........................................................... 34. 2. Loyalitas Merek............................................................. 34. D. Subjek Penelitian................................................................... 35. E. Metode dan Alat Pengumpulan Data..................................... 36. 1. Metode Pengumpulan Data.............................................. 36. 2. Alat Pengumpulan Data................................................... 37. a. Skala Brand Awareness......................................... 37. b. Skala Loyalitas Merek........................................... 39. F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur....................................... 39. 1. Validitas Alat Ukur........................................................... 39. 2. Kesahihan Aitem Skala..................................................... 41. 3. Reliabilitas Alat Ukur....................................................... 42. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Skala Brand Awareness......................................... 43. b. Skala Loyalitas Merek........................................... 44. G. Teknik Analisis Data.............................................................. 44. 1. Uji Asumsi........................................................................ 44. a. Uji Normalitas............................................................ 44. b. Uji Linearitas.............................................................. 45. c. Uji Hipotesis............................................................... 45. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 47. A. Pelaksanaan Penelitian............................................................ 47. B. Deskripsi Subjek Penelitian.................................................... 48. 1. Deskripsi Subjek Penelitian........................................ 48. 2. Deskripsi Data Penelitian............................................ 50. C. Analisis Data Penelitian.......................................................... 53. 1. Uji Asumsi................................................................. 53. a. Uji Normalitas....................................................... 53. b. Uji Linearitas......................................................... 54. c. Uji Hipotesis........................................................... 55. D. Pembahasan........................................................................... 57. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 68. A. Kesimpulan........................................................................... 68. B. Keterbatasan Penelitian........................................................ 68. C. Saran..................................................................................... 69. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Bagi Kedai Kopi Premium........................................ 69. 2. Bagi Peneliti Selanjutn.............................................. 69. DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 71. LAMPIRAN........................................................................................... 90. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Penskoran Skala............................................................... 37. Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Brand Awareness............................ 38. Tabel 3.3 Kategori interpretasi koefisien korelasi............................... 46. Tabel 4.1 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia.............................. 48. Tabel 4.2 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin............. 49. Tabel 4.3 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Pendapatan / Uang Saku (per bulan)................................................................................ 50. Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Data Penelitian......................................... 52. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian............................... 54. Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas Variabel Penelitian................................. 55. Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Brand Awaraness dengan Loyalitas Merek ............................................................................................. xviii. 56.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Skala Penelitian........................................................... 91. Lampiran 2. Reliabilitas Skala......................................................... 96. Lampiran 3. Korelasi Item Total...................................................... 97. Lampiran 4. Data Empiris................................................................. 98. Lampiran 5. Uji Normalitas.............................................................. 99. Lampiran 6. Uji Linearitas................................................................ 101. Lampiran 7. Uji Korelasi Spearman’s Rho....................................... 102. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya minum kopi di Indonesia saat ini sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini membuat pecinta kopi semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan bisnis kedai kopi di Indonesia. Tidak heran bahwa setiap tahunnya banyak bermunculan kedai kopi baru yang berlomba-lomba menyajikan kopi dengan kualitas premium yang mereka miliki (Amadea, 2016). Data International Coffee Organization (2017) menunjukkan bahwa konsumsi kopi di Indonesia pada periode 2000-2016 mengalami kenaikan. Pada tahun 2000, konsumsi kopi di Indonesia baru mencapai 1,68 juta bags (bungkus) per 60 kg, kemudian pada tahun 2016 telah mencapai 4,6 juta bags per 60 kg, atau melonjak lebih dari 174 persen. Bahkan sejak tahun 2011, konsumsi kopi selalu mengalami pertumbuhan hingga tahun 2016. Konsumsi kopi mengalami kenaikan yang sejalan dengan semakin berkembangnya kedai kopi premium. Kedai kopi premium adalah kedai kopi berantai multiunit termasuk internasional yang bermutu dalam hal bahan yang digunakan seperti biji kopi terbaik, kemudian tempat yang nyaman, serta layanan kepada konsumen yang diberikan oleh karyawan kedai kopi premium yang sudah. 1.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. teruji. Sehingga produk premium dapat diartikan sebagai produk yang berkualitas. Sektor industri kedai kopi bermerek atau kedai kopi premium berada pada tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya saat ini (Kang,Tang, & Lee 2015). Industri kedai kopi premium berkembang dengan baik dan terus menjadi kompetitif secara intensif bagi pelaku bisnis. Kedai kopi premium dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kedai kopi berantai multiunit termasuk internasional seperti Starbucks, Coffee Bean & Tea Leaf, Excelso, J.CO Donuts & Coffee ataupun Caribou Coffee. Kedai. kopi. di. Indonesia. semakin. bertambah,. hal. yang. menyebabkan bertambahnya kedai kopi tidak terlepas dari beberapa faktor yang mendasarinya. Pertama, kebutuhan internet yang semakin tinggi. Kebutuhan internet digunakan sebagai sarana pendidikan maupun sekadar hiburan. Berbagai macam kebutuhan dan informasi sangat mudah untuk didapatkan melalui internet. Maka dari itu, dengan tersedianya jaringan internet unlimited yang ada di kedai kopi, sangat mempengaruhi masyarakat untuk berkunjung ke kedai kopi. Hal kedua adalah faktor kenyamanan. Dengan suasana yang nyaman sebuah kedai kopi menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga membuat konsumen betah dan berulang kali mengunjungi kedai kopi. Hal terakhir adalah pengaruh dari luar. Pengaruh dari luar berasal dari media sosial seperti instagram, youtube atau bahkan dari film mancanegara seperti Amerika dan Korea yang menampilkan adegan di sebuah kedai kopi. Hal tersebut menjadi inspirasi tersendiri untuk mengikuti gaya hidup mereka. Itulah beberapa.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. hal yang mempengaruhi menjamurnya kedai-kedai kopi di Indonesia yang kesemuanya merupakan pengaruh dari perkembangan zaman (Utami, 2018). Banyaknya kedai kopi tidak terlepas dari peran konsumen kedai kopi. Konsumen memiliki tiga karakteristik diantaranya adalah usia, jenis kelamin, dan pendapatan (Melnyk, van Osselaer, & Bijmolt 2009; Mittal & Kamakura 2001; Mittal, Kamakura, & Govind 2004). Sehingga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara kelompok usia atau jenis kelamin dalam niat mereka untuk tetap loyal. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita terkait tingkat loyalitas (Melnyk, van Osselaer, & Bijmolt 2009). Tingkat loyalitas merek yang dimiliki oleh konsumen kedai kopi premium di Indonesia seharusnya menunjukkan angka yang tinggi. Hal ini, karena menurut data yang diperoleh International Coffee Organization (2018), Indonesia menduduki peringkat keenam dari sepuluh negara dengan konsumsi kopi terbesar dunia pada tahun 2016 hingga 2017 yang mencapai 4,6 juta kemasan kopi. Kementrian Pertanian (2018) juga menyebutkan bahwa konsumsi kopi di Indonesia pada tahun 2016 mencapai sekitar 250 ribu ton dan tumbuh 10,54 persen menjadi 276 ribu ton. Konsumsi kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi akan tumbuh rata-rata menjadi 8,22 persen per tahun. Sehingga, peningkatan konsumsi. kopi. di. Indonesia. menyebabkan semakin. bertambahnya pula konsumi kopi yang terdapat di kedai kopi premium dan.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. kedai kopi lokal di Indonesia. Bertambahnya konsumsi kopi di kedai kopi premium maupun kedai lokal di Indonesia dapat terjadi karena konsumen melakukan pembelian kopi secara berulang. Pembelian terhadap suatu merek secara berulang merupakan konstruksi perilaku konsumen yang berkaitan dengan loyalitas merek (Nam, Ekinci, dan Whyatt 2011). Namun menurut synforce research (2019), terjadi penurunan peringkat starbucks sebagai salah satu kedai kopi premium yang paling diminati oleh konsumen di Indonesia. Berdasarkan laporan kinerja yang dipublikasikan, pertumbuhan penjualan starbucks hanya dua persen per kuartal terakhir 2017. Penjualan starbucks terasa melambat pada siang hingga sore hari. Kondisi itu dipandang sebagai dampak menurunnya pengunjung di pusat perbelanjaan, karena kedai kopi premium lebih banyak bertempat di pusat perbelanjaan (Prahara, 2018). Penurunan loyalitas merek pada konsumen disebabkan oleh kurang suksesnya penjualan suvenir akhir tahun dan penawaran spesial yang tak mampu menarik minat pelanggan, serta ketidakmampuan kedai kopi premium, seperti starbucks untuk menarik pelanggan baru (Prahara, 2018). Loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium rendah disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah fenomena kehadiran kedai-kedai kopi lokal di Indonesia. Di kota-kota besar di Indonesia kini justru banyak bermunculan kedai kopi lokal yang menawarkan beragam kopi Nusantara. Kemunculan kedai-kedai kopi mampu menciptakan pasar tersendiri yang imbasnya memberikan.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. multiplier effect cukup luas. Wakil Ketua Umum Specialty Coffee Association Indonesia Karya Elly mengakui potensi konsumsi kopi di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Potensi yang besar ini berdampak besar terhadap banyak kedai kopi yang dibuka tidak hanya di kota-kota besar,. namun. juga. di. kabupaten. dan. kecamatan.. Diperkirakan. pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia dapat mencapai 10% - 12% pertahun. Fakta itu terlihat dari menjamurnya kedai kopi lokal di berbagai kota di Indonesia (okezone, 2018). Loyalitas merek pada konsumen didefinisikan sebagai komitmen yang sangat kuat untuk membeli kembali atau mengganti ulang produk atau layanan pilihan secara konsisten di masa depan, walaupun ada pengaruh situasional dan upaya pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku beralih (Oliver, 1997). Selain itu terdapat perilaku loyalitas yang didefinisikan sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli kembali barang atau jasa yang dapat diungkap melalui perilaku yang diukur dan secara langsung mempengaruhi penjualan merek (Hammond, East, & Ehrenberg, 1996). Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi banyak manfaat dalam menciptakan dan mempertahankan loyalitas pada konsumen termasuk positive word-of-mouth atau rekomendasi dari mulut ke mulut (Boulding, Kalra, Staelin, & Zeithaml, 1993; Tepeci, 1999), kemauan membayar harga premium (Bowen & Shoemaker, 1998), dan loyalitas konsumen pada sebuah merek telah menjadi konsep pemasaran yang.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. semakin penting karena perusahaan mulai memandang konsumen sebagai bagian dari aset perusahaan (Shugan 2005). Loyalitas merek memainkan peran penting dalam bisnis kedai kopi, karena hambatan untuk memasuki bisnis kedai kopi rendah dan penggantinya mudah ditemukan. Hal ini memacu persaingan yang semakin kuat. Oleh karena itu, loyalitas merek yang kuat membantu konsumen membedakan merek tertentu dari merek yang lain (Susanty & Kenny, 2015). Loyalitas merek mengacu pada komitmen konsumen untuk membeli kembali atau merendahkan kembali produk atau layanan yang disukai untuk mengurangi perilaku switching mereka (Oliver, 1999). Loyalitas merek dapat dijelaskan dalam tiga perspektif berbeda yaitu, loyalitas perilaku, sikap, dan komposit. Loyalitas perilaku mengacu pada pembelian berulang suatu merek oleh konsumen yang dibuktikan melalui perilaku pembelian dan pengeluaran yang berkelanjutan (Russell-Bennett et al., 2007). Loyalitas sikap adalah kecenderungan sikap yang terkait dengan komitmen terhadap suatu merek, yang menjelaskan unsur psikologis loyalitas merek. Pendekatan komposit menangkap perspektif sikap dan perilaku untuk menjelaskan loyalitas konsumen (Li & Petrick, 2008). Perspektif sikap didahuli dengan kesadaran konsumen akan sebuah merek. Menurut Assael dan Day (1968), tingkat ketika konsumen menyadari merek sebagai bagian dalam memilih sebuah produk yang ingin dibeli atau didapatkan, terlebih dahulu ditandai dengan hubungan antara.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. merek dan isyarat dalam memilih suatu merek yang dinamakan dengan brand awareness. Aaker (1996) mendefinisikan brand awareness sebagai kekuatan kehadiran merek di benak konsumen. Keller (1993) telah mendalilkan bahwa brand awareness memainkan tiga peran penting dalam pemasaran. Pertama, seiring meningkatnya brand awareness, konsumen cenderung merasa akrab dengan merek. Kedua, seiring meningkatnya brand awareness, konsumen cenderung menyadari akan kehadiran suatu merek saat mereka membeli produk atau layanan. Ketiga, konsumen cenderung mempercayai produk atau layanan merek dengan kesadaran tinggi lebih daripada merek dengan kesadaran rendah. Oleh karena itu, brand awareness diakui sebagai prasyarat untuk loyalitas merek (Aaker 1991). Sehingga brand awareness memiliki peran penting bagi konsumen dalam hal mengingat, membentuk pengambilan keputusan, dan berulang kali membeli produk merek yang terkenal. Hal tersebut akan menciptakan sebuah proses yang mengembangkan loyalitas konsumen pada merek (Tepeci 1999). Brand awareness mencerminkan kekuatan kehadiran merek di benak konsumen (Pappu, Quester, & Cooksey, 2005) dan terkait dengan kekuatan simpul atau jejak merek di memori (Rossiter & Percy, 1987). Brand awareness dapat ditunjukkan dalam bentuk brand recall dan brand recognition (Keller, 1993). Brand recall terjadi saat nama merek ditimbulkan oleh memori yang diberi isyarat seperti nama kategori produk.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. (contohnya, saat anda memikirkan kedai kopi, merek apa yang muncul di dalam pikiran anda?; Hutchinson & Raman, 1994). Brand recognition mengacu pada kemampuan konsumen untuk memverifikasi keterpaparan sebelumnya terhadap merek tersebut saat merek tersebut diberikan sebagai isyarat. (Hutchinson. &. Raman,. 1994;. Keller,. 1993).. Dengan. memperhatikan ingatan konsumen individual dan pengenalan merek, para peneliti telah mempertimbangkan mengingat sebagai tingkat kinerja memori yang lebih tinggi daripada pengakuan (Aaker, 1991; Washburn & Plank, 2002). Dengan kata lain, jika konsumen bisa mengingat merek di luar toko saat diberi kategori produk sebagai isyarat, konsumen pasti bisa mengenali merek saat terpapar di toko (Keller, 1993). Selain itu, brand awareness memainkan peran penting dalam membangun merek di benak konsumen dengan alasan bahwa konsumen membuat keputusan pembelian berdasarkan pengetahuan, kesadaran, atau pengalaman terhadap merek tertentu. Akibatnya, konsumen dapat membeli berulang kali karena kualitasnya terjamin. Dengan demikian, brand awareness terkait dengan loyalitas merek dalam membuat keputusan karena berkaitan dengan pikiran konsumen. Tingkat loyalitas merek menjadi lebih kuat ketika konsumen memiliki brand awareness yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kedai kopi dapat menciptakan brand awareness di antara konsumen melalui publisitas berulang dan iklan untuk membangun loyalitas merek dalam jangka panjang (Keller, 2003)..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Namun hubungan brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen tidak signifikan dalam beberapa penelitian. Hyun dan Kim (2011) menemukan bahwa satu kemungkinan yang dapat diinterpretasi adalah keputusan konsumen restoran untuk memilih atau kembali ke restoran tidak didasarkan pada brand awareness saja. Namun, sebaliknya persepsi kualitas yang baik harus dikombinasikan dengan kesadaran. Jadi, bagi sebuah restotan untuk membangun loyalitas, kualitas minuman atau makanan dan pelayanan sangat penting, serta upaya membangun kesadaran harus bergantung pada kualitas tersebut. Dari paparan di atas terdapat perbedaan bahwa antara teori dengan hasil dari penelitian sebelumnya. Oleh karena itu penting untuk diteliti hubungan antara loyalitas dengan brand awareness pada konsumen kedai kopi premium karena restoran dan kedai kopi premium merupakan dua hal yang berbeda B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Mengetahui hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pengetahuan tentang hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium dan dapat menjadi salah satu referensi bagi para akademisi dan bagi penelitian lebih lanjut yang memiliki topik yang sama. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai hubungan brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk membantu perusahaan kedai kopi premium untuk mengerti pentingnya brand awareness dalam menciptakan keputusan pembelian berdasarkan pengetahuan atau menciptakan pengalaman positif bagi konsumen terhadap kedai kopi premium yang mengakibatkan konsumen melakukan pembelian secara berulang karena kualitas yang terjamin, sehingga dapat meningkatkan loyalitas merek pada konsumen dan meningkatkan penjualan di kedai kopi premium..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Brand Awareness 1. Definisi Brand Awareness Aaker (1996) telah mendefinisikan brand awareness sebagai kekuatan kehadiran merek di benak konsumen. Brand awareness harus diciptakan di antara calon konsumen untuk menjadikan merek sebagai salah satu pilihan selama pembelian. Hal ini menjadi penting karena merek perlu dicantumkan dalam rangkaian kesadaran konsumen sebelum menjadi bagian dari rangkaian pertimbangan. Jika terjadi peningkatan brand awareness, kemungkinan merek yang masuk dalam penetapan pertimbangan juga meningkat (Nedungadi, 1990). Brand awareness sangat diperlukan agar proses komunikasi dan kesadaran top-of-the-mind muncul (Macdonald & Sharp, 2003; Netemeyer et al., 2004). Konsumen menerima brand awareness melalui saluran komunikasi pemasaran yang efektif seperti televisi, telepon genggam dan iklan online, karena memberikan jaminan kualitas produk dan kredibilitasnya yang membantu mengurangi resiko dalam evaluasi dan pemilihan ketika membeli suatu produk (Aaker, 1996; Buil et al, 2013; Keller & Lehmann, 2003; Rubio et al., 2014). Brand awareness secara signifikan mempengaruhi pengambilan. 11.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. keputusan konsumen dimana konsumen umumnya menggunakannya sebagai keputusan heuristik yang menguntungkan pengelolaan ekuitas merek berbasis konsumen (Chung et al., 2013; Huang & Sarigollu, 2011; Norazah, 2013a). Alasan yang mendasari pentingnya brand awareness telah ditunjukkan bahwa brand awareness dapat memfasilitasi pilihan (Keller, 1993). Hoyer dan Brown (1990) menunjukkan bagaimana konsumen yang mengetahui nama merek dalam suatu kategori tanpa pembelian sebelumnya akan lebih mudah dalam mencari informasi tentang suatu merek dan memilih merek yang lebih dikenal dengan kualitas yang lebih tinggi, tanpa adanya pertimbangan harga (Celedon et al., 2013). Hal ini memiliki implikasi khusus untuk kategori produk dimana sangat sulit menilai kualitas karena kurangnya pengalaman dan keterlibatan yang rendah terhadap suatu merek, hal tersebut menyebabkan konsumen tidak termotivasi untuk mencari banyak informasi (Huang & Sarigöllü, 2011).. 2. Aspek Brand Awareness Brand awareness mengacu pada brand recall atau brand recognition konsumen (Aaker, 1991) dan memberikan efek positif pada pengambilan keputusan konsumen (Hoyer & Brown, 1990; Macdonald & Sharp, 2000), brand image (Esch et al., 2006; Jara &.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. Cliquet, 2012) dan hasil pasar merek seperti penjualan dan pangsa pasar (Huang & Sarigöllü, 2011). Aaker (1996) menyampaikan klasifikasi komprehensif tentang brand awareness, diantaranya adalah brand awareness diukur sesuai dengan cara yang berbeda dimana konsumen mengingat merek. Brand recognition. adalah. ketika. konsumen. memiliki. keterpaparan. sebelumnya terhadap merek. Kemudian brand recall adalah ketika konsumen mengingat merek yang memenuhi kategori kebutuhan. Selanjutnya, top of mind atau hal yang paling diingat adalah ketika konsumen mengingat merek pertama yang ada di pikiran. Terakhir, dominan adalah ketika konsumen mengingat satu-satunya merek yang terdapat di pikiran. a. Brand Recognition Aaker (1996) menyatakan brand recognition hanya berhubungan dengan keterpaparan konsumen pada masa lalu terhadap merek dan bukan rincian tentang tempat atau alasan pemaparan. Aaker (1996) menekankan bahwa satu-satunya isu penting dalam hal ini adalah mengingat keterpaparan sebelumnya. Aaker (1996) menyebutkan bahwa penelitian telah membuktikan bahwa ada kecenderungan di antara orang-orang tentang apa saja yang mereka punya terhadap pengalaman sebelumnya..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. b. Brand Recall Aaker. (2011). ketika. mendefinisikan. brand. recall. menyatakan bahwa sebuah merek tertentu memainkan peran stimulus dan kebutuhan tersebut berdiri sebagai respon. Aaker (2011) mengatakan bahwa merek tidak harus menentukan beberapa kebutuhan spesifik konsumen, karena konsumen tidak dapat mengasosiasikan kebutuhan mereka dengan beberapa kebutuhan kategori tetapi satu.. 3. Dampak Brand Awareness Howard dan Sheth (1969) menyebutkan peran penting brand awareness dalam pengambilan keputusan. Demikian pula, MacDonald dan Sharp (2000) menyimpulkan bahwa brand awareness memainkan peran kunci bagi konsumen yang menghadapi keputusan baru. Melakukan pembelian secara berulang harus dianggap sebagai keputusan baru dalam hal ini, karena individu menghadapi masalah atau kebutuhan dan mencoba untuk menyelesaikannya (Loudon & Bitta, 1993; Blackwell et al., 2001; Solomon et al., 2006). Huang dan Sarigollu (2012) berkesimpulan bahwa brand awareness memiliki hubungan positif dengan brand performance di pangsa pasar. Hal ini menunjukkan bahwa brand awareness dapat mempengaruhi reaksi konsumen di pasar yang menghasilkan kinerja merek yang lebih baik..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. Hal tersebut juga menunjukkan bagaimana brand awareness dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan mendorong pembelian. Menurut Aaker (1996) individu lebih cenderung terhadap eksposur atau objek yang rentan terhadap resiko dan berdampak pada kinerja perusahaan apabila resiko yang diprediksikan benar-benar terjadi sebelumnya. Menurut Aaker, eksposur sebelumnya adalah brand recognition. Hal ini menunjukkan bahwa brand awareness dapat memiliki. peran. memfasilitasi. dalam. pengambilan. keputusan.. Henderson (2003) menyatakan bahwa di bawah pengaruh brand awareness, banyak pilihan merek yang dibuat dengan sedikit pengolahan informasi. Dengan demikian, brand awareness dalam hal ini adalah isyarat untuk membentuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hal tersebut, sangat penting untuk mempertimbangkan karya Wang (2012), yang menyimpulkan bahwa dengan tidak adanya citra produk maupun citra kognitif dapat mendorong niat membeli. Hal ini menunjukkan pentingnya kognisi dalam membentuk niat membeli pada konsumen.. B. Loyalitas Merek 1. Definisi Loyalitas Merek Loyalitas merek telah mendapat perhatian yang signifikan dari para ilmuwan pemasaran selama tiga dekade terakhir (Backman & Crompton, 1991; Chaudhuri & Holbrook 2001; Westbrook, 1987). Jacoby dan.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Chestnut (1978) mendefinisikan loyalitas merek sebagai hasil proses pengambilan keputusan. Sedangkan Oliver (1997) menggambarkan loyalitas merek sebagai komitmen yang sangat kuat untuk membeli kembali atau mengganti kembali produk atau layanan pilihan secara konsisten di masa depan, walaupun ada pengaruh situasional dan upaya pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku switching. Berdasarkan proses pengembangan loyalitas Oliver (1997), beberapa studi telah memperluas konsep proses pengembangan loyalitas dan menantang proses pengembangan loyalitas Oliver, yaitu dengan rangkaian loyalitas kognitifafektif-konatif, dengan mengajukan proses pengembangan loyalitas yang berbeda (Back, 2001; T. Jones & Taylor, 2007; Li & Petrick, 2008; Rundle-Thiele, 2005). Tidak ada konsensus mengenai proses pengembangan loyalitas, walaupun studi terbaru telah memperluas konsep tersebut. Banyak penelitian yang menemukan bahwa loyalitas kognitif, afektif, dan konatif terjadi atau berkembang secara berurutan (Blut, Evanschitzky, Vogel, & Ahlert, 2007; Roy, Butaney, & Bhutaney, 2009). Sebagai contoh, Oliver (1997, 1999) menunjukkan bahwa loyalitas konsumen dimulai dengan akal kognitif, diikuti oleh rasa afektif, dan akhirnya rasa konatif (Back & Lee, 2009; Harris & Goode, 2004). Loyalitas. kognitif. dikaitkan. dengan. elemen. informasi. yang. mempengaruhi persepsi konsumen terhadap atribut produk seperti biaya, kualitas, manfaat, dan sebagainya (McMullan & Gilmore, 2003)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Selanjutnya terdapat loyalitas afektif yang menggambarkan preferensi emosional merek contohnya apakah suatu merek dapat diterima, menguntungkan, atau menyenangkan konsumen. Preferensi emosional didasarkan pada hubungan yang mapan antara konsumen dan merek, serta sikap yang baik pada umumnya merupakan hasil dari pengalaman yang memuaskan (Harris & Goode, 2004). Kemudian yang terakhir adalah loyalitas konatif yang menggambarkan kemungkinan pembelian merek yang konsisten (Back, 2005). Sifat sekuensial dari tiga komponen loyalitas ini dijelaskan oleh teori pengolahan informasi. Pengolahan informasi adalah salah satu topik utama dalam penelitian kognisi sosial (Barrett, 1999; Gallivan, 2001). 2. Tahapan Loyalitas Merek Terdapat dua dimensi pendekatan dalam loyalitas merek yaitu, loyalitas perilaku dan loyalitas sikap (Dekimpe, Steenkamp, Mellens, & Vanden, 1997; Dick & Basu, 1994; Jacoby & Chestnut, 1978; Yi & La, 2004). Loyalitas perilaku didefinisikan sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli kembali suatu produk yang terungkap melalui perilaku yang diukur dan secara langsung mempengaruhi penjualan merek (Hammond, East, & Ehrenberg, 1996). Sedangkan loyalitas sikap adalah kecenderungan konsumen terhadap merek yang merupakan fungsi proses psikologis (Jacoby & Chestnut, 1978). Sebagian besar penelitian loyalitas sebelumnya telah berfokus pada dimensi sikap loyalitas (Li & Petrick, 2008; Morais, Dorsch, &.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. Backman, 2004; Yi & La, 2004) karena keterbatasan pengukuran loyalitas perilaku yang hanya mengukur variabel perilaku untuk memprediksi perilaku pembelian konsumen di masa depan (Back & Parks, 2003). Loyalitas sikap diukur berdasarkan tingkat niat konsumen untuk meninjau kembali tujuan dan rekomendasi mereka kepada orang lain (Li & Petrick, 2008; Oppermann, 2000; Yi & La, 2004; Yoon & Uysal, 2005) dan dimensi sikap juga telah ditekankan dalam penelitian loyalitas (Li & Petrick, 2008; Yi & La, 2004). Terdapat empat tahap proses pengembangan loyalitas berdasarkan dimensi loyalitas perilaku dan loyalitas sikap, yaitu loyalitas kognitif, loyalitas afektif, loyalitas konatif, dan loyalitas tindakan (Oliver, 1997 dalam Oliver, 1999). a. Loyalitas Kognitif Loyalitas kognitif didasarkan pada karakteristik fungsional saja, seperti biaya dan manfaat yang difokuskan pada kinerja produk. Kognitif adalah istilah loyalitas terlemah karena jenis komitmen ini adalah hanya pada biaya dan manfaat suatu produk dan bukan pada merek itu sendiri (Oliver, 1997; Oliver 1999). Loyalitas kognitif dikaitkan dengan elemen informasi yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap atribut produk seperti biaya, kualitas, manfaat, dan sebagainya (McMullan & Gilmore, 2003). Fitur ini menunjukkan preferensi konsumen terhadap merek pesaing (Pedersen &.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. Nysveen, 2001). Konsumen cenderung beralih ketika mereka menganggap penawaran alternatif lebih unggul sehubungan dengan rasio biaya-manfaat (Kalyanaram & Little, 1994; Sivakumar & Raj, 1997). Oliver (1999) menjelaskan loyalitas kognitif berdasarkan analisis biaya-manfaat. Bila manfaat produk melebihi biayanya, konsumen kurang rentan terhadap pilihan alternatif, yang menghasilkan loyalitas kognitif (Serkan & Gokhan, 2006). b. Loyalitas Afektif Loyalitas afektif merupakan sikap baik terhadap merek atau produk tertentu. Loyalitas afektif adalah kecintaan yang disempurnakan untuk merek kompetitif yang disampaikan melalui citra dan asosiasi yang digunakan dalam komunikasi kompetitif (Oliver, 1999). Loyalitas afektif menggambarkan preferensi. emosional. merek,. seperti. dapat. diterima,. menguntungkan, menyenangkan, dan lain-lain. Preferensi emosional didasarkan pada hubungan yang mapan antara konsumen dengan merek, dan sikap yang baik umumnya merupakan hasil dari pengalaman yang memuaskan (Harris & Goode, 2004). Pike dan Ryan (2004) menggambarkan komponen emosional yang terkait dengan loyalitas afektif sebagai kepuasan, preferensi, serta konsistensi kognitif..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. c. Loyalitas Konatif Loyalitas konatif adalah niat perilaku untuk membeli kembali dan melibatkan komitmen spesifik pada merek (Harris & Goode, 2004; Oliver, 1999). Komitmen ini lebih mirip motif (Oliver, 1999). Loyalitas konatif lebih kuat daripada loyalitas kognitif dan loyalitas afektif, namun memiliki kerentanan (Blut, Evanschitzky, Vogel, & Ahlert, 2007; Evanschitzky & Wunderlich, 2006). Selain itu, loyalitas konatif menunjukkan tingkat. komitmen. konsumen. dan. tingkat. kepercayaan. konsumen pada merek (McMullan & Gilmore, 2003; Pedersen & Nysveen, 2001). Secara khusus, kegagalan pemberian layanan yang berulang merupakan faktor utama yang dapat melemahkan loyalitas konatif, sehingga konsumen cenderung mencoba. penawaran. alternatif. jika. mereka. mengalami. kegagalan layanan yang sering terjadi (Blut et al., 2007; Evanschitzky, Vogel, & Ahlert, 2007; Oliver, 1999). Meskipun konsumen. tersebut. mengembangkan. loyal,. tekad. namun untuk. konsumen. belum. menghindari. dalam. mempertimbangkan penawaran alternatif (Oliver 1999). d. Loyalitas Tindakan Loyalitas tindakan adalah saat sikap diubah menjadi tindakan (Kuhl & Beckmann 1985; Oliver, 1999). Ketiga jenis loyalitas sebelumnya dapat menghasilkan kesiapan untuk.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. bertindak atau untuk membeli, dan kesiapan ini disertai oleh kesediaan. konsumen. walaupun. ada. untuk. banyak. mencari penawaran. upaya. yang. diperlukan. favorit untuk. melakukannya (Blut et al., 2007; Oliver, 1999). Banyak penelitian yang menemukan bahwa loyalitas kognitif, afektif, dan konatif terjadi atau berkembang secara berurutan (Blut, Evanschitzky, Vogel, & Ahlert, 2007; Roy, Butaney, & Bhutaney, 2009). Namun, Back (2001), Li dan Petrick (2008) mengemukakan bahwa loyalitas kognitif, afektif, dan konatif tidak terkait secara berurutan namun merupakan. faktor. independen. loyalitas. sikap,. yang. menyebabkan loyalitas tindakan berdasarkan model tripartit struktur sikap (Breckler, 1984). Selain itu, T. Jones dan Taylor (2007) mengemukakan loyalitas dua dimensi yang dibangun dengan menggabungkan loyalitas sikap dan kognitif sebagai satu dimensi dan loyalitas perilaku sebagai dimensi lainnya. Kemudian J. Lee (2003) secara parsial mendukung proses pengembangan loyalitas Oliver karena berpendapat bahwa tahap kognitif adalah anteseden loyalitas dan mengukur loyalitas sikap, konatif, dan perilaku..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Merek Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan memperkuat loyalitas merek, diantaranya adalah kualitas layanan (e.g., Bloemer, de Ruyter, & Wetzels 1999; Hsu, Oh, & Assaf 2012; Nam, Ekinci, & Whyatt 2011), nilai keuntungan (e.g., Sirdeshmukh, Singh, & Sabol 2002; Ryu, Han, & Kim 2008; Petrick 2004), kepuasan konsumen (e.g., Back & Parks 2003; Li & Petrick 2008; Back & Lee 2009), dan kepercayaan (e.g., Chaudhuri & Holbrook 2001; Han & Jeong 2013) sebagai anteseden loyalitas. Faktor penentu seperti ini sering digambarkan sebagai variabel penilaian evaluatif (Butcher, Sparks, & O'Callaghan 2001) atau faktor evaluasi layanan (Lai, Griffin, & Babin 2009) yang ditentukan terutama melalui evaluasi konsumen terhadap pengalaman layanan aktual. Sementara kepercayaan dianggap sebagai variabel relasional (Sirdeshmukh, Singh, & Sabol 2002), citra kepercayaan merek didasarkan terutama pada pengalaman masa lalu dengan merek tersebut (Delgado-Ballester & Munuera-Alemán 2001; Ravald & Gronroos 1996; Rempel, Holmes, & Zanna 1985). Jadi, dari perspektif konsumen, loyalitas merek sangat bergantung pada penilaian konsumen terhadap pengalaman konsumsi dengan merek tertentu. Selain itu, Konsumen menilai faktor-faktor ini terutama dengan. mengevaluasi. pertemuan. layanan. konsumsi layanan mereka (So et al 2013).. selama. pengalaman.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. a. Kualitas Layanan Parasuraman,. Zeithaml. dan. Berry. (1985,. 1988). mengembangkan model SERVQUAL, yang mengevaluasi kualitas layanan berdasarkan lima dimensi yaitu, tangibles, reliabilitas, responsif, jaminan, dan empati. Banyak penelitian telah menggunakan skala SERVQUAL, walaupun Cronin dan Taylor (1992) berpendapat bahwa kualitas layanan adalah konsep sikap berdasarkan hasil akumulasi dari semua pertemuan. layanan. dengan. penyedia. tertentu.. Dalam. pandangan tersebut, metode pengukuran kualitas layanan dapat berbasis insiden atau berbasis atribut (Stauss & Weinlich 1997).. Penelitian. peringkat. selanjutnya. kualitas. layanan. telah. mengetahui. merupakan. hasil. bahwa. keputusan. subyektif konsumen (Bitner, Booms, & Mohr 1994). Zeithaml dan Bitner (2003) mendefinisikan kualitas layanan sebagai penilaian atau sikap global yang berkaitan dengan keunggulan layanan. Peneliti kesepakatan. lain. menentukan. dengan. kualitas. serangkaian. layanan. pernyataan. melalui mengenai. responsif staf, kecepatan layanan, kurangnya kesalahan, dan sikap (Hyun & Kim, 2011). Dalam beberapa penelitian, kualitas layanan didefinisikan secara luas sebagai layanan unggulan atau terbaik (J. Lee & Back, 2010). Kualitas layanan.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. merupakan anteseden langsung dari ukuran komposit loyalitas yang mencakup rekomendasi dari mulut ke mulut, meninjau kembali niat, dan kemauan membayar (Gracia et al., 2011; Hyun & Kim, 2011; Ladhari, 2009). Beberapa peneliti menggunakan. istilah. "loyalitas. merek. kognitif". untuk. menggambarkan persepsi tentang layanan superior (Back, 2005; Back & Parks, 2003). b. Nilai Keuntungan Nilai dapat digambarkan sebagai penilaian keseluruhan konsumen. atas. kekayaan. bersih. layanan. atau. produk. berdasarkan penilaian mereka terhadap apa yang diterima (manfaat yang diberikan oleh layanan), terhadap apa yang ditawarkan. (mengorbankan. waktu,. tenaga,. dan. biaya),. kesempatan konsumen memperoleh dan memanfaatkan layanan tersebut (Cronin et al 1997; Cronin, Brady, & Hult 2000; Hellier et al., 2003; Keeney 1999; Zeithaml 1988). Meskipun banyak penyelidikan empiris hanya mempertimbangkan nilai moneter (Gallarza & Saurab 2006), nilai yang dirasakan untuk tujuan penelitian ini dapat digambarkan sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap kekayaan bersih layanan ini, mengikuti definisi yang diberikan oleh Hellier. (2003)..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. c. Kepuasan Teori harapan-disconfirmation Lewin (1938) mengusulkan agar konsumen membandingkan pengalaman mereka dengan mengkonsumsi produk atau layanan sesuai harapan mereka. Jika pengalaman mereka melebihi harapan mereka, konsumen lebih cenderung mengalami kepuasan. Oleh karena itu, kepuasan konsumen dapat didefinisikan sebagai evaluasi bahwa produk atau pengalaman setidaknya sama baiknya dengan yang seharusnya dilakukan (Hunt 1977). Namun, kepuasan konsumen juga dapat mencerminkan dampak kinerja pada keadaan emosional konsumen (Rosenberg 1960) d. Kepercayaan Kepercayaan. berkontribusi. pada. hubungan. antara. perusahaan dengan konsumen karena hal ini mencerminkan sejauh mana perusahaan dianggap jujur, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan. Kepercayaan didefinisikan berdasarkan kesepakatan. dengan. pernyataan. yang. mengungkapkan. kepercayaan secara langsung misalnya, "Saya mempercayai manajemen XYZ" (Hsu, Oh, & Assaf, 2012) atau terdiri dari beberapa peringkat seperti keyakinan bahwa pendirian tersebut dapat diandalkan dan memiliki integritas (Jani & Han, 2011). Kepercayaan juga mencerminkan keyakinan bahwa karyawan dan manajemen akan menindaklanjuti janji mereka dan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. memberikan pengalaman yang konsisten kepada konsumen (Tanford,. 2013). Kepercayaan telah ditunjukkan. untuk. berhubungan langsung dengan indikator loyalitas serta memiliki dampak yang dimediasi melalui komitmen emosional (Baloglu et al., 2014; Jani & Han, 2011). Hal ini juga dapat berfungsi sebagai mediator konstruksi termasuk kualitas dan kepuasan layanan (Hyun, 2010; Wilkins, Merrilees, & Herington, 2010) dan tanggung jawab sosial perusahaan (Martinez & Rodriguez del Bosque, 2013). Kepercayaan dikaitkan dengan niat loyalitas termasuk loyalitas sikap (Hsu et al., 2012), kunjungan masa depan (TT Kim, Kim, & Kim, 2009), dan rekomendasi dari mulut ke mulut (Baloglu et al., 2014; TT Kim et al., 2009).. C. Kedai Kopi Premium Industri kedai kopi populer di seluruh dunia karena kedai kopi melayani berbagai keperluan, seperti mengobrol, bertemu, makan, atau belajar (Fisher et al., 2007; Hattox, 2014; Waxman, 2006). Mengingat perannya sebagai "penyedia tempat," industri kedai kopi berlanjut menjadi kedai kopi premium, (W.S.Lee, Kim, & Sundar 2015) mengembangkan (Starbucks, 2016; Statista, 2017). Misalnya, pada 2015, bisnis yang terkait dengan kedai kopi menghasilkan pendapatan 225,2 miliar dolar secara global dan menciptakan sekitar 1,7 juta.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. pekerjaan (Ibis report, 2011; National coffee association, 2016; Starbucks, 2016). Selain itu, Kedai kopi, dianggap sebagai tempat terpenting ketiga setelah rumah dan tempat kerja bagi orang Amerika, adalah domain representatif dari industri perhotelan. Individu menghabiskan sebagian besar anggaran mereka untuk konsumsi kopi karena kedai kopi dapat digunakan untuk beragam tujuan (mis., belajar, bekerja, dan bermain) (Fisher, Landry, & Naumer, 2007; Hattox, 2014; Waxman, 2006). Sebuah kedai kopi menghadapi persaingan ketat dari berbagai merek waralaba, kedai kopi independen, rantai non-waralaba, restoran cepat saji dan / atau toko serba ada (Cha, Yi, & Bagozzi 2015). Kedai kopi dapat terdiri dari beberapa jenis seperti, kedai kopi bermerek, termasuk internasional (Starbucks), merek kopi Korea (Caffebene), kedai kopi non-merek, kafe unik, restoran cepat saji atau pom bensin (Cha et al., 2015). Pasar hampir mencapai titik jenuh (Lee & Kim, 2016a). Tidak mengherankan menemukan kedai kopi di hampir satu dari setiap dua bangunan di Korea Selatan (Lee & Kim, 2016a).. D. Dinamika Psikologis Merek adalah aset paling berharga bagi perusahaan dimanapun dan telah dikenal luas sebagai alasan penting untuk pilihan konsumen yang menjadi alat bagi konsumen untuk memeriksa diferensiasi produk dan keunikannya sehingga memperkaya kepercayaan konsumen dalam.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. memfasilitasi keputusan mereka (Aaker, 1991; Chung et al., 2013; Emari, Jafari, & Mogaddam, 2012; Huang & Sarigollu, 2011; Kremer & Viot, 2012). Penelitian terdahulu oleh Chan et al. (2013), Fleck. (2012), Luijten dan Reijnders (2009), Tantiseneepong. (2012), dan Thwaites. (2012) menemukan bahwa konsumen yang memiliki persepsi positif terhadap merek akan cenderung mengembangkan kemauan yang lebih besar untuk membeli produk dan kemudian secara aktif mencari produk di toko. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap positif mempengaruhi niat konsumen untuk menyebarkan ucapan kata dari mulut ke mulut yang positif dan dengan sukarela membayar lebih untuk produk tersebut (Choi et al., 2009; Han et al., 2009; 2011; Han & Kim, 2010). Menurut Lin (2013) melalui penyelidikan tentang peran "ekuitas merek" dalam pariwisata dan perhotelan Taiwan, brand awareness merupakan atribut penting yang berkontribusi terhadap loyalitas, citra, dan niat konsumen dalam membeli atau menggunakan barang atau jasa kembali. Di industri pariwisata, brand awareness menarik lebih banyak konsumen karena asosiasi yang berkembang dengan baik dan pengalaman mengkonsumsi yang lalu (Tam, 2008). Menurut Aaker (1996), konsumen dengan brand awareness yang tinggi akan cenderung memiliki keterpaparan sebelumnya terhadap merek dan mengingat merek yang memenuhi kategori kebutuhan. Kemudian konsumen dengan brand awareness dapat membentuk pengambilan.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. keputusan (Henderson, 2003) dan melakukan pembelian secara berulang (MacDonald & Sharp 2000). Jadi, jika konsumen memiliki brand awareness dan hubungan yang kuat dengan merek, konsumen akan memiliki loyalitas positif terhadap merek tersebut. Sebagai contoh, Lockshin dan Spawton (2001) meneliti sebuah merek anggur dan menemukan bahwa brand awareness terhadap merek anggur membuat konsumen sangat mungkin untuk mengunjungi dan mempengaruhi pilihan tujuan mereka selanjutnya, serta meninjau kembali niatnya yang membuat konsumen memiliki loyalitas merek pada merek anggur tersebut. Hsu (2014) menggunakan model ekuitas merek hotel berbasis konsumen dan mengkonfirmasi hubungan positif antara brand awareness dan loyalitas merek konsumen. Selain itu, penelitian. sebelumnya. menunjukkan. bahwa. brand. awareness. sehubungan dengan produk atau layanan tertentu dapat secara signifikan mempengaruhi evaluasi nilai merek dan memiliki hubungan positif dengan loyalitas merek (Oh, 2000). Brand awareness tidak hanya meningkatkan evaluasi nilai pengunjung terhadap produk dan layanan merek secara langsung namun juga memberi pengaruh pada loyalitas merek pada konsumen..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. E. Skema Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Loyalitas Pada Konsumen Kedai Kopi Premium. Skema hubungan antara brand awareness dengan loyalitas pada konsumen kedai kopi premium adalah sebagai berikut :. Brand Awareness. .   . Konsumen memiliki keterpaparan sebelumnya terhadap merek. Konsumen mengingat merek yang memenuhi kategori kebutuhan. Konsumen membentuk pengambilan keputusan. Konsumen melakukan pembelian secara berulang.. Loyalitas Merek. Gambar 2.1. Hubungan antara loyalitas dengan brand awarenesss pada konsumen kedai kopi premium.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada masalah dan teori yang telah dipaparkan, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho: Tidak adanya hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Hi: Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Apabila Ho ditolak, maka Hi diterima, artinya terdapat hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Semakin tinggi loyalitas merek, maka semakin tinggi pula brand awareness konsumen kedai kopi premium..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan desain penelitian survei. Metode kuantitatif bertujuan untuk menguji teori dengan cara meneliti hubungan antar dua atau lebih varibel secara objektif (Supratiknya, 2015). Dalam penelitian kuantitatif, data yang diperoleh berupa angka yang bersifat statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013). Variabel-variabel brand awareness dan loyalitas merek perlu diukur agar data numerik bisa dianalisis secara statistik (Creswell dalam Supratiknya, 2015). Penelitian kuantitatif ini sesuai dengan jenis penelitian ini yang menguji hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Peneliti menguji atau memverifikasi sebuah teori dengan memeriksa hipotesis yang berasal dari penelitian. Hipotesis ini mengandung variabel atau konstruk yang peneliti perlu didefinisikan. Sebagai alternatif, definisi yang dapat diterima dapat ditemukan dalam literatur. Dari sini, peneliti menempatkan instrumen untuk digunakan dalam mengukur atau mengamati sikap atau perilaku subjek dalam sebuah. 32.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. penelitian. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan skor pada instrumen ini untuk mengkonfirmasi teori yang diajukan (Creswell, 2014). Penelitian ini menggunakan desain survei sehingga memberikan deskripsi kuantitatif atau numerik tentang tren, sikap, atau pendapat suatu populasi dengan mempelajari sampel populasi tersebut. Dari hasil sampel, peneliti menggeneralisasikan atau menarik kesimpulan pada populasi. Identifikasi tujuan penelitian survei ini adalah untuk menggeneralisasi dari sampel ke populasi sehingga kesimpulan dapat dibuat mengenai beberapa karakteristik, sikap, atau perilaku terhadap populasi yang akan diteliti. (Creswell, 2014). Selain itu dalam Supratiknya (2014), penelitian kuantitatif memiliki tujuan untuk menguji teori secara objektif dengan cara menguji hubungan antara variabel.. B. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel bebas dan satu variabel tergantung. Masing-masing variabel tersebut adalah: 1. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang diduga menyebabkan, mempengaruhi, atau berdampak pada sebuah hasil. Variabel bebas diasumsikan sebagai variabel yang menjelaskan sebagian atau keseluruhan variasi pada variabel tergantung (Supratiknya, 2015). Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan brand awaraness..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung merupakan variabel yang diasumsikan sebagai pengaruh, hasil, atau akibat dari variabel bebas (Supraktiknya, 2015). Variabel tergantung dalam penelitian ini merupakan loyalitas merek.. C. Definisi Operasional 1. Brand Awareness Brand awareness adalah kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat merek dalam kategorinya (Aaker, 1991; Pappu et al., 2005). Oleh karena itu, definisi operasional brand awareness adalah kemampuan konsumen untuk mengingat atau mengenali bahwa suatu merek adalah anggota dari kategori produk tertentu dalam kondisi yang berbeda. Brand awareness diukur dari dua aspek, yaitu brand recognition dan brand recall. Maka, masing-masing dari dua aspek akan diukur dengan menggunakan skala brand awareness (lima item masing-masing) yang didasarkan pada penelitian sebelumnya dari Yoo et al. (2000). Semakin tinggi skor pada skala brand awareness yang direspon oleh subjek pada setiap aitem, menandakan semakin tinggi pula brand awareness pada konsumen kedai kopi premium.. 2. Loyalitas Merek Loyalitas merek merupakan komitmen konsumen yang sangat kuat untuk membeli kembali atau mengganti kembali produk atau layanan.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. pilihan secara konsisten di masa depan, walaupun ada pengaruh situasional dan upaya pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku switching (Oliver 1997 dalam Oliver 1999). Loyalitas merek dinilai dari empat tahapan yang berututan, yaitu kognitif, afektif, konatif, dan loyalitas tindakan. Maka, masing-masing dari empat tahapan loyalitas merek akan diukur dengan menggunakan skala loyalitas merek (enam item masing-masing) yang didasarkan pada penelitian sebelumnya dari Yoo et al. (2000), Villarejo-Ramos dan Sánchez-Franco (2005), dan Hananto (2006). Semakin tinggi skor pada skala loyalitas merek yang direspon oleh subjek pada setiap aitem, menandakan semakin tinggi pula loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. . D. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah konsumen kedai kopi premium di Indonesia. Terdapat tiga karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu, usia, jenis kelamin, dan pendapatan (Melnyk, van Osselaer, & Bijmolt 2009; Mittal & Kamakura 2001; Mittal, Kamakura, & Govind 2004). Ada perbedaan antara kelompok usia atau jenis kelamin dalam niat subjek untuk tetap loyal. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita terkait loyalitas (Melnyk, van Osselaer, & Bijmolt 2009). Selain itu, memperhitungkan pendapatan dapat digunakan untuk mengukur. kemampuan. membeli. (Katona. 1968).. Pendapatan.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. mempengaruhi konsumsi, hal itu juga mempengaruhi loyalitas. Selain itu, ketika sulit untuk beralih ke merek lain, konsumen mungkin tetap loyal bukan karena mereka menyukai suatu merek, tetapi hanya karena terlalu sulit atau terlalu banyak usaha untuk beralih (Bolton 1998). Dalam penelitian ini subjek memiliki rentan umur antara 17 tahun hingga 33 tahun. Jenis kelamin subjek dibagi menjadi pria dan wanita. Selanjutnya pendapatan subjek dalam penelitian ini berkisar antara kurang dari Rp. 1.000.000,00 hingga lebih dari Rp. 2.000.000,00.. E. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan meminta subjek untuk mengisi skala pada kuesioner penelitian hubungan antara brand awareness dengan loyalitas merek pada konsumen kedai kopi premium. Skala yang digunakan dalam mengumpulkan. data. berbentuk. skala. likert.. Subjek. diminta. menyatakan kesetujuan-ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum (Supratiknya, 2014) yang terdiri atas empat respon : “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Dalam metode penskalaan Likert ini, isi pernyataan dibedakan menjadi. dua kategori, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan. unfavorable. Pernyataan favorable merupakan pernyataan-pernyataan.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. yang bila disetujui menunjukkan sikap positif atau objek yang menjadi sasaran perhatian. Pernyataan unfavorable merupakan pernyataanpernyataan yang bila disetujui menunjukkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi pusat perhatian (Supratiknya, 2014). Tabel 3.1 Penskoran Skala Item Favorable. Skor. Item Unfavorable. Skor. Sangat Setuju (SS). 4. Sangat Setuju (SS). 1. Setuju (S). 3. Setuju (S). 2. Tidak Setuju (TS). 2. Tidak Setuju (TS). 3. Sangat Tidak Setuju (STS). 1. Sangat. Tidak. Setuju. 4. (STS) Penggunaan jumlah genap opsi jawaban, untuk memaksa subjek memilih anatara jawaban favorable atau unfavorable. Artinya, tidak memberi kesempatan kepada subjek memberikan jawaban netral (Supratiknya, 2014). 2. Alat Pengumpulan Data a. Skala Brand Awareness Variabel brand awareness diukur dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Yoo et al. (2000). Brand awareness diukur sebagai kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat suatu merek. Brand awareness (lima.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. item) didasarkan pada penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh Yoo et al. (2000). Peneliti memilih skala yang telah disusun oleh Yoo et al (2000), skala ini telah mencakup seluruh dimensi yang terdapat dalam brand awareness. Dalam jurnal “An Examination of Selected Marketing Mix Elements and Brand Equity”, Yoo merancang item 10 brand awareness / associations untuk mengukur asosiasi merek yang sederhana dan menggabungkan brand recognition atau pengenalan merek (Rossiter & Percy 1987; Srull 1984). Asosiasi merek adalah konsep yang jauh lebih kaya daripada hanya kesadaran karena jumlah eksposur tidak menjamin lebih banyak asosiasi merek. Yoo mengukur brand awareness dengan skala multi-item dalam bentuk gabungan dari brand awareness dan asosiasi merek. Misalnya, mengingat karakteristik merek tertentu, simbol, logo, dan gambar yang diukur dengan item melampaui kesadaran belaka, meskipun mungkin tidak mencapai konsep asosiasi merek yang lebih kaya (Aaker 1991). Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Brand Awareness Variabel Brand Awareness. Nomor Item. Jumlah. 1,2,3 (favorable). 3. 4,5 (Unfavorable). 2.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. Jumlah. 5. b. Skala Loyalitas Merek Pada penelitian ini, variabel loyalitas diukur dengan mengadaptasi skala loyalitas dari Sharma (2017). Item-item loyalitas yang dipilih menggunakan enam item loyalitas merek untuk mengukur komitmen keseluruhan pelanggan yang loyal pada merek tertentu dengan mengadaptasi item dari karyakarya sebelumnya dari Yoo et al. (2000), Villarejo-Ramos dan Sánchez-Franco (2005), dan Hananto (2006). Peneliti memilih skala yang telah disusun karena item dalam Yoo et al. (2000) terdapat enam item loyalitas merek untuk mengukur kognitif, rasa afektif, dan konatif konsumen pada merek tertentu berdasarkan karya Beatty dan Kahle (1988).. F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur Tujuan analisis validitas adalah untuk menentukan sejauh mana skor murni ditentukan oleh sifat atau kemampuan atau atribut yang relevan dengan tujuan tes. Uji validitas merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk memastikan bahwa alat tes yang.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. digunakan memiliki kesesuaian dengan variabel psikologis yang akan diukur (Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini, kedua skala yang digunakan untuk mengukur kedua variabel diadaptasi dari skala penelitian dengan menggunakan Bahasa Inggris. Peneliti harus melakukan adaptasi skala ke dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu dengan menggunakan metode back translation. Peneliti meminta bantuan untuk menerjemahkan skala dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia kepada para ahli. Proses back translation atau menerjemahkan kembali hasil dalam Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Inggris untuk melihat konsistensi makna yang ada dalam skala tersebut yang dibantu oleh Dosen Pembimbing Skripsi dan beberapa mahasiswa Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memperoleh gelar sarjana untuk menyesuaikan tata bahasa dan budaya yang ada di Indonesia. Hasil dari terjemahan tersebut kemudian peneliti diskusikan dengan Dosen Pembimbing Skripsi untuk memperoleh kesan (sense) yang sama dari setiap item. Setelah skala diterjemahkan, peneliti melakukan pengujian validitas isi. Validitas isi digunakan untuk melihat kesesuaian isi dan konstruk yang diukur oleh suatu tes yang dapat diperoleh melalui analisis logis atau empiris terhadap seberapa memadai isi tes yang mewakili ranah isi serta seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksudkan (Supratiknya, 2014). Evidensi terkait isi tes, diperoleh melalui penilaian pakar atau ahli.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 41. terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Dalam hal ini, peneliti menggunakan analisis dari expert judgment atau panel yang berkompeten di bidangnya. Peneliti meminta bantuan dari Dosen Pembimbing Skripsi sebagai expert judgement yang melakukan validasi skala penelitian.. 2. Kesahihan Aitem Skala Peneliti terlebih dahulu melakukan try out sebelum pengambilan data untuk mengetahui apakah setiap item dari alat ukur yang akan digunakan memiliki kolerasi yang kuat sehingga skala yang terbentuk bersifat homogeny dengan daya diskriminasi yang baik (Supratiknya, 2014). Aitem yang baik ialah aitem yang memiliki nilai rit diatas 0.3 (Azwar, 2012). Pada penelitian pelaksanaan uji coba skala dilakukan pada tanggal pada tanggal 20 November 2018 hingga 27 November 2018. Subjek yang digunakan dalam pelaksanaan uji coba skala berjumlah 57 orang dan merupakan masyrakat umum dengan berbagai kalangan. Setelah respon terkumpul, tahap pertama yang dilakukan untuk menguji daya dikriminasi item adalah menghitung korelasi item total. Teknik yang digunakan untuk menghitung korelasi item total adalah pearson product moment correlation (Supratiknya, 2014). Item yang memiliki daya diskriminasi yang memuaskan dan memiliki korelasi yang bagus adalah item yang memiliki nilai rit yang lebih besar dari.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 42. 0,3. Sedangkan, item yang memiliki rit di bawah 0,3 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi yang rendah, sehingga lebih baik tidak digunakan atau diperbaiki setelah itu diuji cobakan kembali (Supratiknya, 2014). Semua item-item pada skala brand awareness terdapat 3 item yang memiliki skor di bawah 0.3, yaitu item ke- 9 yang memiliki skor sebesar 0.192. Kemudian item ke- 10 yang memiliki skor 0.291 dan item ke- 11 yang memiliki skor 0.017. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan perbaikan pada item-item tersebut. Item ke- 9 dengan pertanyaan “Saya paham akan keberadaan kedai kopi premium”, diperbaiki menjadi “Saya tahu akan adanya kedai kopi premium”. Kemudian Item ke- 10 dengan pertanyaan “Saya tidak memahami akan adanya kedai kopi premium”, diperbaiki menjadi “Saya tidak mengetahui menu, harga, ataupun dimana letak kedai kopi premium”. Item ke- 10 dengan pertanyaan” Saya tidak paham akan keberadaan kedai kopi premium”, diperbaiki menjadi “Saya tidak tahu akan adanya kedai kopi premium”. Setelah 3 item yang memiliki skor diperbaiki yaitu item ke- 9 memiliki skor sebesar 0.362. Kemudian item ke- 10 yang memiliki skor 0.303 dan item ke- 11 yang memiliki skor 0.340. Sedangkan item-item pada skala loyalitas dalam penelitian ini memiliki skor lebih besar daripada 0.3, sehingga dapat dikatakan item-item pada variabel loyalitas ini memiliki daya diskriminasi yang baik..

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 43. 3. Reliabilitas Alat Ukur Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel. Alat ukur yang reliabel mengacu pada kemapuan alat tes menghasilkan skor yang cermat dengan error yang kecil. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran yang prosedur pengetesannya dilakukan secara berungkali terhadap suatu. populasi. individu. atau. kelompok. (AERA,APA,. dalam. Supratiknya 2014). Selain itu, reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran sebuah skala (Azwar, 2012, dalam Supratiknya, 2014). Dalam penelitian ini, reliabilitas diukur dengan cara menghitung koefisien reliabilitas alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai 1,00, dimana semakin koefisien mendekati angka 1,00 maka alat tes dapat dikatakan semakin reliabel. Alat tes dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki koefisien reliabilitas ≥ 0,70. Dalam artian lain, alat tes yang memiliki koefisien reliabilitas < 0,70 merupakan alat tes yang kurang baik karena menunjukkan adanya error dan mengindikasikan bahwa hasil tes kurang memadahi untuk digunakan (Guilford dalam Supratiknya, 2014). a. Skala Brand Awareness.

(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 44. Pada skala brand awareness diketahui memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.700. Hal ini menunjukkan bahwa skala brand awareness yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi.. b. Skala Loyalitas Merek Pada skala loyalitas merek diketahui memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.870. Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi.. G. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya persebaran data yang diperoleh dari hasil penelitian (Siregar, 2013). Apabila data terdistribusi normal, maka data dapat diuji menggunakan statistika parametrik (statistika inferensial), akan tetapi jika distribusi data tidak normal maka perlu dilakukan pengujian menggunakan statistika non parametrik. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada PASW Statistics 18. Data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 atau (p) > 0.05 (Santoso,.

Gambar

Gambar  2.1.  Hubungan  antara  loyalitas  dengan  brand  awarenesss  pada konsumen kedai kopi premium

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perkembangan Selisih Hasil Usaha (SHU) Pada PRIMKOP Dharma Putra Balawara Kabupaten Jember tahun 2010-2012, Fransiska Desi Marianingtyas, 080210391014, 2014,

Penyebab berkurangnya produksi cabai di Jawa Timur selain karena semakin sedikitnya petani yang menanam cabai karena beralih menanam komoditas lain yang

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini, yakni (1) guru dalam melaksanakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran cerpen

Dengan program yang baik, maka guru dan kepala sekolah dapat mengetahui masalah-masalah proses pembelajaran apa saja yang dihadapi, cara- cara apa saja yang dapat

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah- Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Analisis Sistem Informasi Akuntansi dan

Jenis kelamin adalah perbedaan fisik dan karakter antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Secara tegas jenis kelamin manusia dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki

Data Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Lahan Gambut terhadap Niat Berwirausaha Olahan Ikan Tuakang (Studi Kasus Di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan