• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimafika, 2012, 3,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bimafika, 2012, 3,"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI

BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VII MTS AL-KHAIRAAT KOTA JAWA

AMBON

La Suha Ishabu

Tenaga Pengajar pada FKIP Unpatti

Diterima 20-2-2012 Diterbitkan 25-3-2012

ABSTRACT

Study of Co-Operative of type of Two Stay Two Stray is Co-Operative Study influence designed to pattern the interaction, racing student in course of learning to teach so that can create the condition learn to teach more kondusif and please. This research to know aim the applying of to study co-operative of type of two stay two stray can improve the activity and result of mathematics learning. final result Tes kognitif of at cycle III experience of the improvement of equal to 12,5%, that is from 75% becoming 87,5%. percentage of previous Klasikal aspect afektif at cycle II reach 81,25% mounting to become 100%, so even also with the aspect psikomotor mount from 75% becoming 100%. Inferential thereby that applying of study of co-operative of type of Two Stay Two Stray can improve the activity and result of learning student of items of integer of MTs Al-Khairaat of class of VII of Town of Java Ambon.

Keyword : Cooperative learning, study of cooperative of type of Two Stay Two Stray, learning activity,

learning outcomes, Result of Integer

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh banyak informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di belahan dunia ini. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan untuk memperoleh, memilih, dan mengelola informasi agar dapat bertahan pada suatu keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan kerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika sebab matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan seseorang terampil berpikir rasional.

Sejalan dengan pemikiran di atas, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar secara aktif, mengembangkan prefesi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Gambaran siswa MTs Al-Khairaat Kota Jawa Ambon dalam mengikuti pelajaran matematika memiliki kecenderungan diantaranya: (1) di ruang kelas siswa tegang mengikuti penjelasan guru, (2) dalam kegiatan belajar mengajar siswa sibuk sendiri menyalin apa yang diucapkan dan dituliskan oleh guru, (3) keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat sangat rendah, (4) inisiatif siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sangat rendah.

Salah satu faktor yang menyebabkan kurang aktifnya siswa MTs Al-Khairaat Kota Jawa Ambon dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang terpusat pada guru. Dalam hal ini guru dianggap sebagai sumber belajar dan pemberi ilmu yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar, akibatnya proses belajar mengajar menjadikan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.

(2)

Untuk mengantisipasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu dicarikan suatu metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat membantu guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru adalah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray. Pembelajaran kooperatife ini dapat

memacuh siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan kondisi belajar mengajar lebih kondusif dan menyenangkan.

METODE PENELITIAN Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan tipe Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktek pembelajaran (Arikunto,dkk, 2006: 57). Secara umum analisis data analisis data dari setiap siklus dilakukan melalui tahap-tahap berikut : 1. Tahap perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini dirancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat skenario pembelajaran, jawabususnan LKS dan soal tes.

2. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Yakni melaksanakan apa yang dirancang dalam RPP.

3. Tahap observasi (observing)

Mengamati pelaksanaan proses pembelajaran serta menganalisa hasil yang diperoleh dalam setiap siklus.

4. Mengkaji kelemahan atau hal-hal yang belum dicapai setiap siklus dan merencanakan proses pembelajaran berikutnya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan pada MTs Al-Khairaat Kota Jawa Ambon.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2010 sampai dengan tanggal 2 Januari 2011.

Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif berupa: Hasil tes siswa pada setiap akhir siklus

b. Data Kualitatif berupa:Lembar angket dan lembar observasi

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Al-Khairaat Kota Jawa Ambon yang berjumlah 16 orang siswa dan guru.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1). Soal tes setiap akhir siklus untuk mengukur ketuntasan pembelajaran dan (2 ). Kusioner untuk menilai sikap dan psikomotor.

Prosedur Penelitian

Langkah awal sebelum melakukan penelitian ini adalah peneliti berkomunikasi dengan guru mata pelajaran dan kepala sekolah dengan harapan bahwa pihak-pihak bersangkutan dapat membantu dalam memberikan dukungan guna melancarkan proses penelitian.

Peneliti kemudian berdiskusi dengan guru mata pelajaran tentang langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran tipe Two Stay

Two Stray, setelah itu sersama-sama menentukan pembagian kelompok siswa kelas VII. Pembagian kelompok ditetapkan berdasarkan faktor kemampuan siswa sesuai informasi dari guru mata pelajaran selama mengajar di kelas tersebut.siswa dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa yang memiliki kemampuan bervariasi, dengan jumlah keseluruhan siswa di kelas ini adalah 16 orang.

Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua hasil tes dan observasi diperoleh dari pengamatan yang sebelumnya telah dilakukan pengecekan data terlebih dahulu kepada guru dan siswa. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ℎ = ℎ × 100% (Usman, 1993: 136)

Hasil tingkat penguasaan siswa dibandingkan dengan Kriteria Kemampuan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah yang menjadi tempat penelitian, yaitu:

(3)

Tabel 3.1: Kualifikasi Tingkat kemampuan Siswa

Kriteria Kemampuan

Minimal Siswa Keterangan ≥70

<70

Tuntas Belum Tuntas

Hasil belajar aspek afektif dan psikomotor dianalisis pedoman penskorannya sebagai berikut : 5 = Sangat Baik; 4 = Baik;3=Cukup; 2 = Kurang; 1 = Sangat Kurang

Untuk menentukan nilai akhir apek afektif digunakan rumus sebagai berikut :

ℎ = ℎ15 × 100% Sedangkan untuk menentukan nilai akhir aspek psikomotor digunakan rumus sebagai berikut :

ℎ = ℎ20 × 100 Persentase Keaktifan siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

= ℎ 24 ℎ× 100%

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut : <60% : aktivitas siswa kurang 60% - 69% : aktivitas siswa cukup 70% - 84% : aktivitas siswa baik 85% - 100% : aktivitas siswa sangat baik

(skripsi Sutiyono)

Persentase pembelajaran oleh guru dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : = ℎ 64 ℎ × 100% Kriteria Penilaian: <60% : pengelolaan pembelajaran kurang 60% - 69% : pengelolaan pembelajaran cukup 70% - 84% : pengelolaan pembelajaran baik 85% - 100% : pengelolaan pembelajaran sangat baik

Persentase hasil angket siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

= × 100%

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah bila 70% siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Siklus I

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang diakukan dalam tahap ini adalah: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan instrumen pengumpulan data kuantitatif yaitu dengan membuat soal tes, mempersiapkan instrumen pengumpulan data kualitatif yaitu dengan membuat lembar observasi atau pengamatan.

b. Pelaksanaan (acting)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

Tahap Penjelasan dan Motivasi

Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan empat siswa dengan tingkat kepandaian tinggi, sedang dan kurang. Guru memberi penjelasan kepada siswa, diberi informasi dasar tentang standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Guru menginformasikan latar belakang materi. Diberikan motivasi kepada siswa untuk lebih bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembelajaran, ditekankan tentang pentingnya kerjasama dan keberanian berbicara di depan kelas.

(4)

Tahap Sharing dan Gali Informasi

Siswa diberi kesempatan membaca materi sesuai kompetensi dasar dalam bentuk bahan ajar. Kemudian siswa diarahkan untuk bertamu ke kelompok lain, setelah itu siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk sharing dengan anggota kelompoknya. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang kesulitan mengerjakan LKS.

Tahap Unjuk Kemampuan

Guru meminta siswa secara acak untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Evaluasi dilakukan dengan melaksanakan tes siklus I dan dikerjakan secara individu.

d. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi yang dilakukan setelah akhir siklus I didapatkan beberapa temuan antara lain:

1. Ada siswa yang bingung karena belum terbiasa dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS).

2. Ada beberapa siswa yang masih bermain atau bercanda jika tidak diperhatikan guru. 3. Ada beberapa siswa yang malu

mengemukakan pendapatnya dan belum mampu melakukan presentasi.

4. Guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.

5. Guru belum mampu mengelola waktu dengan baik.

Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, maka dilakukanlah

replanning dan diperbaiki pelaksanaannya pada

siklus II.

B. Deskripsi Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II juga terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini.

a. Perencanaan (planning)

Berdasarkan hasil refleksi maka dilakukanlah perencanaan tindakan pada siklus II. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: mempersiapkan RPP, mempersiapkan instrumen pengumpulan data kuantitatif yaitu dengan membuat soal tes, mempersiapkan

instrumen pengumpulan data kualitatif yaitu dengan membuat lembar observasi atau pengamatan.

b. Pelaksanaan (acting)

Kegiatan yang antara lain:

Tahap Penjelasan dan Motivasi

Siswa diingatkan untuk duduk sesuai kelompok masing-masing. Siswa diberi kesempatan membaca materi sesuai kompetensi dasar dalam bentuk bahan ajar. Guru memberi penjelasan kepada siswa, diberi informasi dasar tentang standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Guru mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya. Guru menginformasikan latar belakang materi. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebih bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembelajaran.

Tahap Sharing dan Gali Informasi

Siswa diarahkan untuk bertamu ke kelompok lain, setelah itu siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk sharing dengan anggota kelompoknya. Guru mengarahkan siswa mengerjakan LKS secara kooperatif. Guru mengarahkan siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan.

Tahap Unjuk Kemampuan

Guru meminta siswa untuk melakukan presentasi di depan kelas.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan tes siklus II.

d. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi yang dilakukan setelah akhir siklus II didapatkan beberapa temuan antara lain:

1. Ada beberapa siswa yang masih belum bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

2. Masih ada siswa yang merasa malu untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.

3. Masih ada beberapa siswa yang belum atau tidak mau melakukan presentasi.

Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, maka dilakukanlah

replanning dan diperbaiki pelaksanaannya pada

siklus III.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray merupakan salah satu model

(5)

untuk dapat bekerja sama dengan teman sekelompok dalam mengumpulkan informasi. Tipe pembelajaran ini dalam pelaksanaannya terdiri dari lima langkah yang digunakan untuk mempelajari materi dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Tipe Two Stay Two

Stray membantu siswa mengumpulkan informasi

berkaitan dengan materi pelajaran dan interaksi siswa dengan teman sekelompok maupun kelompok lain. Dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok siswa yang ditunjuk secara acak oleh guru untuk mewakili kelompoknya tidak ditunjuk sebagai penanggung jawab sepenuhnya untuk kelompok tersebut, namun semua siswa yang ada dalam kelompok bertanggung jawab dalam mempresentasikan hasil kerja mereka sehingga semua siswa memiliki kesempatan untuk berbicara/mengemukakan pendapat mereka. Oleh karena itu kerjasama yang baik, dalam hal ini kekompakan setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, peran guru sebagai fasilitator sangat penting dalam memberikan bimbingan terhadap jalannya proses pembelajaran serta sebagai evaluator.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dilakukan bik oleh guru maupun siswa. Kekurangan yang berasal dari siswa diantaranya adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I memperoleh kriteria kurang. Hal ini dikarenakan hanya setengah dari keseluruhan siswa yang sangat aktif bekerja dengan kelompoknya. Ada siswa yang bercerita, saling mengganggu dan membiarkan temannya yang lain mengerjakan lembar kerja siswa. Selain itu, hanya 4 orang siswa yang berani mengajukan pertanyaan/pendapat, sedangkan siswa lainnya masih merasa malu-malu dalam mengajukan pertanyaan/pendapatnya.

Sedangkan kekurangan guru adalah belum terlaksananya semua aspek dalam skenario pembelajaran. Hal ini terlihat dari kealpaan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru juga belum mampu mengontrol pengelolaan waktu dengan baik sebab guru terlalu banyak memberikan waktu kepada siswa untuk bertamu dan mengerjakan LKS sehingga mengakibatkan waktu yang digunakan telah melebihi jam pelajaran yang telah dijadwalkan.

Pada siklus I perolehan siswa berdasarkan ketuntasan belajar pada aspek kognitif adalah 75% siswa dari keseluruhan kelas yang berjumlah 16 orang siswa memperoleh nilai ≥70,

sedangkan 25% siswa (4 orang) memperoleh nilai <70. Penilaian aspek afektif mencapai 62,5% siswa memperoleh nilai akhir ≥70, dari 16 siswa ada 6 orang siswa (37,5%) yang memperoleh nilai akhir <70. Hasil penilaian aspek psikomotor diperoleh 56,25% siswa memperoleh nilai akhir ≥70, sedangkan 43,75% siswa memperoleh nilai <70. Jadi secara keseluruhan indikator keberhasilan pada siklus I belum tercapai.

Berpijak pada kekurangan pada siklus I, maka dilakukan replanning dan penelitian ini dilanjutka pada siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki adalah guru harus menguasai RPP dan mampu mengelola waktu dengan baik seefisien mungkin agar semua kegiatan dalam rencana pembelajaran dapat terlaksana secara keseluruhan sebagaimana yang telah direncanakan. Selain itu, guru harus menegur siswa yang tidak bekerja sama dengan teman kelompoknya.

Pada tindakan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray kembali dilaksanakan. Siswa tetap berada pada kelompoknya masing-masing sesuai pembagian kelompok pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II mencapai 66,67%. Seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik dan ada seorang siswa yang sudah berani mengajukan pertanyaan/pendapatnya pada saat diskusi kelompok dan sebagian besar siswa aktif bekerja sama dalam mengerjakan LKS. Namun masih ada beberapa siswa yang masih melakukan aktivitas di luar tugas kelompok seperti bercerita (membahas hal-hal yang tidak berkitan dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung) dan mengganggu teman lain.

Hasil observasi tindakan guru pada siklus II ini menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran guru mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari terlaksananya semua aspek dalam rencana pembelajaran telah dilakukan dan kekurangan-kekurangan pada siklus I telah diperbaiki. Guru tidak lupa menyampaikan tujuan pembelajaran serta mampu mengelola waktu dengan baik.

Hasil tes pada siklus II mencapai 75% memperoleh nilai ≥70 dan 25% siswa memperoleh nilai <70. Dilihat dari persentase kelas tidak ada peningkatan, namun sebenarnya ada 2 siswa yang pada siklus I memperoleh nilai 34 dan 40, pada siklus II telah memperbaiki dan memperoleh nilai 60. Aspek afektif pada siklus II mencapai 81,25% dari yang sebelumnya pada siklus I 62,5%. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 18,75%, sedangkan aspek psikomotor

(6)

yang pada siklus I mencapai 56,25%, pada siklus II meningkat menjadi 75%. Karena masih ada kekurangan dan hasil tes akhir yang belum menunjukkan peningkatan secara klasikal maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus III.

Pada siklus III, pembelajaran dilanjutkan masih dengan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Berdasarkan hasil observasi terhadap guru pada siklus III,guru telah melakukan pengelolaan pembelajaran sesuai tahapan kegiatan berdasarkan RPP dengan sangat baik. Berdasarkan hasil observasi pada siklus III mencapai 70,83% yang merupakan criteria aktivitas baik. Hal ini dikarenakan seluruh siswa lebih memperhatikan penjelasan guru dan sebagian besar siswa telah bekerja sama mengerjakan LKS.

Hasil tes akhir (kognitif) pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 12,5%, yaitu dari 75% menjadi 87,5%. Persentase klasikal aspek afektif yang sebelumnya pada siklus II mencapai 81,25% meningkat menjadi 100%, begitu pun dengan aspek psikomotor meningkat dari 75% menjadi 100%.

Hasil angket yang diisi oleh siswa menunjukkan bahwa ada tanggapan yang baik dari siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Hal ini dibuktikan oleh hasil data yang menunjukkan persentase 71,37% siswa menjawab sangat setuju dan setuju. Karena keempat indikator telah tercapai, hal ini berarti hipotesis tindakan telah tercapai yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi bilangan bulat siswa kelas VII MTs Al-Khairaat Kota Jawa Ambon.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray sebagaimana model

pembelajaran kooperatif lainnya juga menggunakan struktur berfikir kelompok. Pendekatan struktur kelompok ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini berarti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat membantu mengembangkan siswa berfikir kritis dan bekerja sama dengan teman tanpa membedakan latar belakang pribadi yang berbeda-beda sehingga tercipta keharmonisan hubungan positif antar siswa yang akhirnya berdampak pada hasil belajar. Salah satu kekurangan dalam pembelajaran kooperatif yang kemudian disadari oleh peneliti adalah jumlah siswa yang besar, cukup merepotkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama dalam hal pengontrolan siswa dan pembimbingan oleh guru. Selain itu, karena model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray ini baru pertama kali digunakan

di MTs Al-Khairaat Kota Jawa Ambon menyebabkan siswa awalnya bingung terutama dalam melaksanakan langkah-langkah sesuai skenario pembelajaran tipe Two Stay Two Stray, namun berkat arahan guru, perlahan-lahan siswa mulai memahami dan menikmati serta mampu menyesuaikan diri dengan model tersebut.

Berdsarkan uraian singkat di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray memiliki beberapa kekurangan, namun

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray cukup bagus digunakan dalam pembelajaran matematika materi bilangan bulat dan diharapkan dapat diterapkan pada materi lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, diperoleh bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa materi bilangan bulat MTs Al-Khairaat kelas VII Kota Jawa Ambon.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti, Rahmani. 2005. Panduan Kreatif dan

Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Penerbit PT Grasindo

Kartini,dkk. 2003. Matematika I untuk SLTP. Klaten: PT Intan Pariwara

Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit: Unesa University

Press.

Slavin,Robert. 2002. Cooperative Learning Teori,

Riset dan Praktik. Jakarta: Nusamedia.

Sugiyono, Prof. Dr. 2010. Metode Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Belanja Pembuatan Aplikasi Si-Monev ABDYA dengan ini kami undang Saudara untuk dapat hadir pada

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah e – Business berbasis website yang bertujuan untuk mempermudah proses promosi dan

Maka dari itu, penulis mengusulkan untuk membuat sistem yang dapat memonitoring jalannya proyek konstruksi berdasarkan rencana pekerjaan yang telah dibuat pada

PT.Telkom Divre IV Semarang merupakan perusahaan dibidang telekomunikasi , setiap periode/bulan PT.Telkom melakukan laporan keuangan dan non keuangan untuk dianalisis dari

 Jumlah Stasiun yang dikelola pada Tahun 2017 : 75 Stasiun  Jumlah Rangkaian yang beroperasi (Trainset) : 81 Trainset..  Jumlah Dipo yang dikelola pada Tahun 2017 :

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan