• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK NELAYAN DI SD NEGERI KARANGASEM 08 BATANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK NELAYAN DI SD NEGERI KARANGASEM 08 BATANG"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

47

DI SD NEGERI KARANGASEM 08 BATANG

A. Profil SD Negeri Karangasem 08 Batang

1. Sejarah Berdirinya

Desa Karangasem sebuah desa yang ada di Dukuh Karangasem Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Pada tahun 1985 Desa Karangasem kekurangan adanya sekolah dasar, maka masyarakat Desa Karangasem mengadakan rembug desa yang dihadiri oleh pamong desa, pengurus L.K.M.D, anggota PKK dan tokoh masyarakat yang memutuskan untuk membuat dan membangun SD atas dasar kebutuhan masyarakat Desa Karangasem. 1

Dalam perjalanan selanjutnya masyarakat mengajukan permohonan ke pemerintah untuk dapat merealisasi pembangunan SD melalui proyek dana inpres dan hasilnya pada tahun 1985 berdirilah SD Negeri Karangasem 08 Batang sebanyak 6 (enam) kelas yang dibangun di atas tanah bengkok seluas 840 m2 dengan status milik pemerintah daerah. Kemudian pada bulan Juli 1985 SD Negeri Karangasem 08 Batang membuka pendaftaran murid baru tahun pelajaran 1985/1986 yang terdiri dari 6 (enam) kelas akan tetapi yang baru dibuka pendaftaran hanya satu

▸ Baca selengkapnya: kesan tidak mementingkan pendidikan

(2)

kelas yaitu kelas I terdiri dari 20 peserta didik, jadi jumlah total peserta didik keseluruhan saat itu adalah 20 peserta didik.

Pada awal berdirinya SD Negeri Karangasem 08 Batang yang menjadi kepala sekolah adalah Ibu Kusmirati yang diangkat langsung oleh pemerintah dan dibantu dua orang tenaga pengajar yaitu Sukimin dan Rusdiono, pada waktu itu mengalami perkembangan yang pesat yaitu SD Negeri Karangasem 08 Batang selain dijadikan tempat untuk belajar juga dijadikan sebagai tempat pertemuan atau musyawarah masyarakat sekitar yang menjadi perhatian tersendiri dari masyarakat.

Dalam perjalanan waktu, kini SD Negeri Karangasem 08 Batang telah memiliki 6 ruang kelas, satu kantor dan kelengkapan sarana prasarana lainnya. Pada tanggal 16 Januari 2007 Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah memutuskan Sekolah Dasar yang tercantum dalam daftar lampiran Surat Keputusan ditetapkan sebagai Sekolah Dasar Negeri dengan Surat Keputusan 19/BAS KAB/TU/2007 Nomor Urut Statistik Sekolah yaitu 101032711010 dengan akreditasi B tahun 2006. 2

2. Letak Sekolah

SD Negeri Karangasem 08 Batang terletak di jalan RE Martadinata Ngaraan Kidul Karangasem Utara Batang yang mempunyai letak strategis karena berada di lingkungan persekolahan. Sehingga mendukung ketenangan belajar dan juga mudah dijangkau. Adapun mengenai batas-batas sekolah tersebut antara lain sebagai berikut:

(3)

Sebelah utara : SD Negeri Karangasem 02 Batang Sebelah Selatan : rumah penduduk

Sebelah Barat : rumah penduduk

Sebelah Timur : SD Negeri Karangasem 09 Batang 3. Visi dan Misi SD Negeri Karangasem 08 Batang

a. Visi SD Negeri Karangasem 08 Batang

“Mewujudkan peserta didik berprestasi, terampil, berbudaya dan bertaqwa.”

Indikator Visi Sekolah:

1) Meningkatkan nilai raport pada bidang akademis dan non akademis.

2) Meningkatkan nilai Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.

3) Meningkatkan proporsi lulusan yang dapat diterima di SMP Negeri atau Sekolah Tsanawiyah favorit.

4) Meningkatkan dalam berbagai lomba baik tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten.

5) Meningkatkan prestasi pekan olahraga, seni dan budaya. 6) Meningkatkan dalam perilaku sopan dan berbudi luhur. 3 b. Misi SD Negeri Karangasem 08 Batang

1) Menyelenggarakan pembelajaran aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan minat, bakat dan potensi siswa serta secara aktif

(4)

berkesinambungan sehingga siswa dapat meraih prestasi yang optimal.

2) Menyiapkan generasi yang unggul dalam imtaq dan iptek.

3) Mendorong dan membimbing siswa untuk berlomba dan meraih prestasi.

4) Membudayakan budaya disiplin, santun dan berbudi pekerti. 5) Melaksanakan pembinaan, bimbingan dalam ketaqwaan. 4 4. Keadaan Guru dan Pegawai SD Negeri Karangasem 08 Batang

Adapun susunan personal struktur organisasi SD Negeri Karangasem 08 adalah sebagai berikut: 5

Kepala Sekolah : Sri Sujoko, S.Pd. Bendahara : Farilla Mirfantin, S.Pd.I Tata Usaha : Setyana Laspar V, S.Pd.

: Nadiman, S.Pd. Seksi-seksi

a. Kurikulum dan Wali Kelas

1) Kelas I : Sri Lestiyarini, S.Pd.SD

2) Kelas II : Iriani Dyah S, S.Pd.

3) Kelas III : Hj. Susilaningrum, S.Pd.SD

4) Kelas IV : Tina Mardiani, SE

5) Kelas V : Nadiman, S.Pd.

6) Kelas VI : Sri Irianingsih, S.Pd.

4 Dokumentasi SD Negeri Karangasem 08 Batang diambil pada tanggal 5 Januari 2014. 5 Dokumentasi SD Negeri Karangasem 08 Batang diambil pada tanggal 5 Januari 2014.

(5)

b. Sarana dan Prasarana : Iriani Dyah S, S.Pd. c. Kegiatan Ekstra : Nadiman, S. Pd.

d. Kebersihan : All Akim

5. Keadaan Siswa SD Negeri Karangasem 08 Batang

Jumlah siswa SD Negeri Karangasem 08 Batang pada tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 106 anak yang terdiri dari kelas I sampai kelas VI. Adapun jumlah siswa di masing-masing kelas dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1

Keadaan Siswa SD Negeri Karangasem 08 Batang6

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan I 12 7 19 II 11 10 21 III 16 4 20 IV 18 4 22 V 5 4 9 VI 7 8 15

6. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri Karangasem 08 Batang

Sarana dan prasarana sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, agar proses belajar

(6)

mengajar di SD Negeri Karangasem 08 Batang berjalan lancar dan baik, maka diperlukan sarana dan prasarana yang cukup memadai.

Tabel 2

Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri Karangasem 08 Batang7

No Nama Ruang Jumlah Kondisi

1. Ruang Kepala 1 Baik

2. Ruang Guru 1 Baik

3. Ruang Tamu 1 Baik

4. Ruang Kelas 6 Baik

6. Musholla 1 Baik

7. Kamar Mandi / WC Guru 1 Baik

8. Kamar Mandi / WC Siswa 2 Baik

9. Ruang UKS 1 Baik

Sedangkan fasilitas yang tersedia di SD Negeri Karangasem 08 Batang meliputi:

a. Perlengkapan Kegiatan Belajar Mengajar meliputi: 1) Meja guru : 10 buah

2) Meja kepala sekolah : 1 buah 3) Meja tamu : 1 set 4) Papan tulis : 8 buah

(7)

b. Perlengkapan administrasi, diantaranya: 1) Komputer : 3 buah

2) Laptop : 1 buah

3) Printer : 3 buah

c. Buku-buku paket untuk menunjang kegiatan belajar mengajar diantaranya:

Tabel 3

Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri Karangasem 08 Batang8 Jumlah buku paket Kelas Jumlah I II III IV V VI PAI 19 21 20 22 9 15 106 PKn 19 21 20 15 9 15 99 Bahasa Indonesia 18 21 14 20 9 15 97 Matematika 15 20 17 22 9 15 98 IPA 19 21 20 22 9 15 106 SBK 19 21 20 22 9 15 106 Penjas 19 20 20 20 9 12 100 Mulok 19 21 20 22 9 14 105

Melihat sarana dan prasarana yang telah tersedia di SD Negeri Karangasem 08 Batang, sudah dapat dikatakan cukup memadai untuk

(8)

anak-anak di sekolah dasar, tetapi akan lebih baik kalau ada penambahan beberapa komputer untuk laboratorium komputer, agar peserta didik dapat belajar komputer.

B. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang

Masyarakat nelayan sendiri secara geografis adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut.9 Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Sri Sujoko selaku kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Mayoritas orang tua siswa di SD Negeri 08 Karangasem bekerja sebagai nelayan, bu. Hal ini dikarenakan letak geografis desa Karangsem yang dekat dengan pesisir pantai, sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan atau buruh kapal. Namun ada juga sebagian masyarakat yang bekerja sebagai buruh kasar seperti tukang becak, tukang batu, kuli panggul di TPI, buruh bangunan”. 10

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orang tuanya. Sebagian besar anak nelayan masih ingin bekerja di bidang kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga

9

Kusnadi, Keberadaan Nelayan dan Dinamika Ekonomin Pesisir (Yogyakarta: Ar-RuzzMedia, 2009), hlm. 27.

10 Sri Sujoko, kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang,

(9)

daripada bersekolah.11 Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rahmat selaku orang tua siswa kelas VI SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Orang tua siswa di SD sini banyak yang bekerja sebagai nelayan bu, tak jarang anak dan istrinya pun ikut membantu mencari nafkah dengan menjadi penjual ikan keliling, dapat saya katakan bahwa rata-rata orang tua siswa hidup dengan kemiskinan kalopun ada yang kaya dapat dihitung dengan jari saja”. 12

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa keterbatasan penghasilan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir khususnya orang tua siswa SD Negeri Karangasem 08 Batang tidak jarang membuat istri maupun anak-anak mereka ikut terlibat mencari nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sebagaimana dikatakan Casdi selaku orang tua siswa kelas V SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Mayoritas orang tua siswa di sini tidak mementingkan pendidikan formal, bu, mereka banyak yang bekerja daripada bersekolah dengan alasan membantu ekonomi keluarga mereka, karena rata-rata mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu, banyak anak di desa Karangasem yang bekerja sebagai nelayan atau buruh kapal bagi anak laki-laki dan sebagai penjual ikan bagi anak perempuan, sehingga untuk pendidikan kurang diperhatikan”. 13

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa tidak hanya seorang ayah yang bekerja melaut untuk mencari ikan dilaut para ibu yang harusnya mengurus dan membimbing anaknya juga harus ikut bekerja

11 Mulyadi, Ekonomi Kelautan (Jakarta:Rajawali Press, 2005), hlm. 27. 12

Rahmat, orang tua siswa kelas VI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang, 6 Januari 2014.

13 Casdi, orang tua siswa kelas V SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi,

(10)

guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Melihat apa yang terjadi pada Pendidikan Agama Islam anak nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang, maka kepala dan segenap guru di SD Negeri Karangasem 08 Batang melakukan beberapa upaya guru PAI dalam meningkatkan pendidikan agama Islam bagi anak nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang, antara lain: 1. Menggiatkan ekstrakurikuler di sekolah

Sri Sujoko selaku kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Di sekolah kami terdapat macam-macam kegiatan ekstrakurikuler, antara lain: pramuka, tilawah qur’an, dan olahraga. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk mendidik dan mengarahkan para siswa kepada hal-hal yang bersifat positif, melakukan tindakan-tindakan yang lebih bermanfaat, serta menjauhkan siswa dari kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Tilawatil Qur’an dilaksanakan setiap hari Rabu. Olah raga dilaksanakan setiap hari Kamis. Pramuka dilaksanakan setiap hari Jum’at. Kegiatan ekstrakurikuler ini diampu oleh guru setempat. Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini pulalah diharapkan bakat dan minat siswa dalam bidang olah raga, olah vokal, dan olah pikir dapat diasah dengan baik”. 14

Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa untuk mengadakan pendekatan guru kepada siswa guna menanggulangi siswa melakukan hal-hal yang negatif maka diadakan kegiatan ekstrakurikuler sebagai bentuk kegiatan positif yang berguna bagi ketajaman olah raga, olah vokal dan olah pikir siswa. Dengan kegiatan ekstrakurikuler ini pula waktu luang dan kelebihan energi yang dimiliki oleh siswa dapat disalurkan kepada hal-hal yang positif.

14 Sri Sujoko, kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang,

(11)

2. Guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan Ibadah seperti shalat dhuhur berjama’ah, mengadakan PHBI, menjaga kebersihan dan lain sebagainya.

Farilla Mirfantin selaku guru PAI SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Kami selalu berupaya melakukan kegiatan-kegiatan ibadah, seperti mengajak siswa untuk shalat dhuhur berjama’ah, melaksanakan PHBI seperti maulud, isra’ miraj, menjaga kebersihan, dan lain sebagainya. Semua kegiatan ini kami lakukan dalam rangka membina sikap dan perilaku siswa untuk melakukan hal-hal yang positif”. 15

Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa guru di SD Negeri Karangasem 08 Batang mengadakan kegiatan-kegiatan ibadah. Semua kegiatan ini dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kualitas ibadah, serta membina sikap dan perilaku siswa Dengan kegiatan-kegiatan ibadah itu pula, maka tindakan-tindakan siswa yang nakal dapat diawasi dan dicegah.

3. Guru melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan siswa

Sri Sujoko selaku kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Kami setiap dua bulan rutin mengadakan pemeriksaan terhadap barang bawaan siswa. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui isi barang bawaan siswa dan meminimalisir pembawaan barang-barang yang berbaya oleh siswa, seperti senjata api, buku porno, narkoba, dan lain sebagainya. Pemeriksaan barang bawaan ini dilakukan secara spontan atau mendadak sehingga para

15 Farilla Mirfantin, Guru PAI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi,

(12)

siswa tidak bisa berkelit atau mendapat kesempatan untuk menyembunyikan barang bawaannya di dalam tas”. 16

Dari hasil wawancara di atas, terlihat bahwa selain beberapa langkah di atas yang lakukan oleh guru di SD Negeri Karangasem 08 Batang untuk membina sikap dan perilaku siswanya juga melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan siswa. Hal ini bertujuan supaya guru dapat mengontrol dan mengetahui apa yang dilakukan dan apa yang hendak dilakukan siswanya, sehingga kenakalan siswa dapat dicegah sejak dini.

4. Mengundang ustadz dari luar daerah dalam acara PHBI guna memotivasi siswa untuk melakukan ibadah

Selain keempat hal di atas, SD Negeri Karangasem 08 Batang dalam membina sikap dan perilaku siswanya juga mengundang ustadz dari luar daerah dalam acara PHBI guna memotivasi siswa untuk melakukan ibadah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Farilla Mirfantin selaku guru PAI SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Dalam setiap kesempatan PBHI kami selalu mengundang ustadz dari luar untuk melakukan motivasi kepada siswa kami agar selalu meningkatkan kualitas ibadahnya, serta menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti contohnya kami pernah mengundang ustadz dari daerah Pekalongan dan sekitarnya”. 17

16

Sri Sujoko, kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang, 6 Januari 2014.

17 Farilla Mirfantin, Guru PAI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi,

(13)

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa SD Negeri Karangasem 08 Batang juga mendatangkan ustadz sebagai pembicara dari luar daerah. Itulah beberapa cara penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam pembentukan sikap dan perilaku siswa SD Negeri Karangasem 08 Batang. Kelima hal ini saat ini dirasa sudah cukup efektif dalam membentuk sikap dan perilaku siswa untuk menjadi insan yang berakhlak mulia.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang

Setiap orang atau keluarga memiliki sejarah sendiri-sendiri dan latar belakang yang sering kali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi upaya guru PAI dalam meningkatkan pendidikan agama Islam bagi anak nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang, yaitu:

1. Faktor sosial ekonomi orang tua

Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh

(14)

status ekonomi. Faktor ekonomi atau pendapatan keluarga sangatlah penting guna menunjang pendidikan anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah. Kurangnya biaya dan keterbatasan pengetahuan orang tua akan berdampak negatif bagi anak-anaknya yang ingin melanjutkan sekolah ke sekolah lanjutan tingkat atas.

Sebagaimana dikatakan oleh Abdul Rozak selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari M. Yusuf (siswa kelas IV di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Kulo pun dangu nyambut damel dados nelayan bu, nanging intuke pas-pasan tok, mung cukup kanggo maem, lan nyekolahke anak kulo sampun alhamdulillah sanget, nopo malih bojone kulo kerjone yo podo bae buruh, bu, dodolan iwak, saget mbantu ekonomi keluarga, milo yen kulo mboten nyambut damel dados nelayan kulo mboten saged nguripi keluarga kulo, nopo malih kangge ngajarake lare kulo soal Pendidikan Agama Islam kulo mboten wonten waktune dadi kulo pasrahaken kaliyan guru-gurune ten sekolahan mawon kangge ngajaraken Pendidikan Agama Islam kangge lare kulo”.

Artinya:

“Saya sudah lama bekerja jadi nelayan bu, namun pendapatannya pas-pasan saja, hanya cukup untuk makan dan menyekolahkan anak saya meskipun begitu saya sudah patut merasa alhamdulilah, apalagi istri saya juga bekerja sebagai buruh, bu, jualan ikan, sudah bisa membantu ekonomi keluarga, untuk itu jika saya tidak bekerja sebagai nelayan saya tidak bisa menghidupi keluarga saya, apalagi untuk mengajarkan anaknya saya soal Pendidikan Agama Islam saya tidak ada waktunya jadi saya menyerahkannya kepada guru-guru di sekolahan untuk mengajarkan anak saya tentnag Pendidikan Agama Islam bagi anak saya”. 18

18 Abdur Rozak, orang tua siswa kelas IV SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara

(15)

Senada yang dikatakan dengan Wahidi selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari Nur Huda (siswa kelas V di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Kulo pun kalih doso tahun kerjo dados nelayan bu, kulo, estri kulo, anak kulo yo kerjo dados nelayan, Alhamdulillah ekonomi keluarga kulo pun mapan. Kulo saged tumbas barang-barang kados rencange, nanging kulo jarang ten ndalem, akeh ten laute bu dados kulo mboten saged ngajarake Pendidikan Agama Islam kaliyan lare kulo sebabe kulo dewe mboten pinter sholat lan ngaji”.

Artinya:

“Saya sudah dua puluh tahun kerja jadi nelayan bu, saya, istri saya, anak saya juga bekerja sebagai nelayan, Alhamdulillah ekonomi keluarga saya sudah berkecukupan. Saya bisa membeli barang-barang seperti teman-teman, namun saya jarang berada di rumah lebih banyak berada di laut, bu jadi saya tidak bisa mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada anak saya sebab saya sendiri tidak pandai mengerjakan shalat dan mengaji”. 19

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kehidupan ekonomi keluarga nelayan siswa di SD Negeri Karangasem 08 Batang dapat dikatakan memiliki pendapatan yang pas-pasan, mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari dan menyekolahkan anak mereka hingga jenjang Sekolah Menengah Atas. Untuk itu mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bekerja mencari nafkah sebagai nelayan daripada berada di rumah, sehingga untuk kebutuhan pendidikan Agama Islam anak-anak mereka kurang diperhatikan.

19 Wahidi, orang tua siswa kelas V SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara

(16)

2. Faktor pendidikan orang tua

Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun nonformal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya.

Faktor kedua yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam anak nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang adalah faktor pendidikan dari orang tua itu sendiri. Berdasarkan dokumentasi didapatkan data bahwa rata-rata pendidikan orang tua pada keluarga nelayan di Desa Karangasem Batang adalah tamatan SD (sekolah dasar). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kartubi selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari Amelia (siswa kelas VI di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Kulo lulusan SD tok bu, maklum mbiyen tiyang sepah kulo putra-putrine katah, milo sagede wongtuo kulo nyekolahke dene SD tok, nanging senadyan kulo lulusan SD tok kulo mboten gelo, kerono kulo saged kerjo mbantu tiyang sepah kulo dan nguripi keluarga kulo nopo malih kangge ngajarke tentang Pendidikan Agama Islam kangge lare kulo, kulo mboten sempet lan mboten saged bu”.

Artinya:

“Saya hanya lulusan SD saja bu, maklum dulu orang tua saya punya banyak anak, sehingga orang tua saya hanya sanggup menyekolahkan saya sampai SD saja, meskipun saya hanya lulusan SD saja tetapi saya tidak kecewa, karena saya bisa bekerja membantu orang tua saya dan menghidupi keluarga saya, apalagi

(17)

untuk mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada anak saya, saya tidak sempat dan tidak bisa bu”. 20

Senada yang dikatakan dengan Samsuri selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari Rizkiyah (siswa kelas VI di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Kulo sekolah ngatos SD tok bu, mbiyen bade neruske ten SMP nanging kulo mboten purun kulo luwih milih kerjo ketimbang sekolah, amargi tiyang sepah kulo tiyang mboten gadah bu, milo kulo mileh kerjo supoyo intuk duwet kanggo nyukupi kebutuhan keluarga. Mulo niku kulo sibuk kerjo bu, dadi soal Pendidikan Agama Islam kulo pasrahaken kaliyan estri kulo kangge ngajarake lan mbimbing agama anak-anak kulo”.

Artinya:

“Saya sekolah hanya sampai SD saja bu, dulu mau meneruskan ke SMP tetapi saya tidak mau, saya lebih memilih kerja daripada sekolah, karena orang tua saya orang tidak punya bu, sebab itu saya memilih kerja agar dapat uang guna mencukupi kebutuhan keluarga. Oleh sebab itu saya sibu bekerja bu, jadi soal Pendidikan Agama Islam saya memasrahkannya kepada istri saya untuk mengajarkannya dan membimbing agama anak-anak saya”. 21

Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa pendidikan keluarga nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang rata-rata hanya memiliki tingkat pendidikan lulusan SD (sekolah dasar) saja, hal ini dikarenakan faktor keturunan dimana orang tua mereka memiliki banyak anak, sehingga hanya sanggup menyekolahkan anak-anak mereka hingga tamat SD saja. Semakin rendah pendidikan seseorang maka

20

Kartubi, orang tua siswa kelas VI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang, 10 Januari 2014.

21 Samsuri, orang tua siswa kelas VI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara

(18)

semakin rendah pula kesadaran mereka akan arti pentingnya pendidikan sehingga mereka akan memiliki pola asuh dalam keluarga yang kurang baik.

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan berupa nilai-nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya. Banyak dari pemuda di Desa Karangasem Batang baik laki-laki dan perempuan yang putus sekolah saat SMP dan banyak juga yang tidak lanjut ke SMA. Selain itu kepedulian masyarakat akan bertetangga juga rendah akibat terbentur dengan budaya perkotaan yang individualis. Seperti yang telah dituturkan oleh Sri Sujoko selaku kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Perkembangan kesadaran pendidikan pada masyarakat Desa Karangasem Batang pada hari ini mengalami penurunan, karena masyarakat Desa Karangasem sudah sibuk dengan pekerjaannya yang pada akhirnya kepedulian masyarakat akan pendidikan sudah menurun. Tidak sedikit dari orang tua yang berprofesi sebagai nelayan luput dan tidak memperhatikan Pendidikan Agama Islam bagi anak-anak mereka, padahal Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pendidikan yang penting untuk diberikan kepada anak-anak selain pendidikan formal yang ada di sekolah“.22

Dari segi budaya masyarakat Desa Karangasem Batang merupakan masyarakat yang heterogen. Yang datangnya dari banyak daerah di sekitar Batang, sehingga berbicara budaya tidak ada sesuatu yang khas. Dulu

22 Sri Sujoko, kepala SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang,

(19)

pernah ada paguyuban yang menaungi masyarakat kampung nelayan. Namanya paguyuban HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) yang bergerak pada kegiatan nelayan, sosial dan kemasyarakatan sekitar dari tahun 1995-2000. Tapi pada akhirnya karena kesibukan masyarakat dengan pekerjaannya paguyuban itu tinggal nama saja.

Desa Karangasem Batang sebagai salah satu desa yang menyediakan tenaga nelayan cukup melimpah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh M. Darsono selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari Taufik Yahya (siswa kelas III di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Tiyang mriki niku mboten terlalu ngamboti masalah agama, bu, sing penting wes islam, ngelakoni shalat, biso ngaji, ora neko-neko, cukup. Tiyang deso mriki niku katahe podo nyambut damel dados nelayan, buruh, buruh pabrik, buruh tani, buruh kebun, tukang batu, lan sak liya-liyane. Jumlah kyai ning deso mriki saged diitung ngganggo jari, ora katah. Soale wong mriki seko milih kerjo daripada mikiri masalah agomo”.

Artinya:

“Orang tua di desa sini tidak terlalu memikirkan masalah agama, bu, yang penting sudah beragama Islam, mengerjakan shalat, bisa mengaji, tidak macam-macam, cukup. Orang desa sini kebanyakan bekerja sebagai nelayan, buruh, buruh pabrik, buruh tani, buruh kebun, tukang batu dan semacamnya. Jumlah kyai di desa ini bisa dihitung dengan jari, tidak banyak. Hal ini karena masyarakat di desa ini lebih memilih bekerja daripada memikirkan masalah agama”. 23

23 M. Darsono, orang tua siswa kelas III SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara

(20)

Senada yang dikatakan dengan Wardjo selaku keluarga Nelayan sekaligus orang tua dari Yuanita Lestari (siswa kelas II di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Wah, bocah-bocah Desa Karangasem ki do nakal-nakal bu, ora gelem sekolah, do geleme kerjo, opo maneh soal agomo, wah, yo nomor keri, sing penting kerjo intuk duwet, seneng-seneng, wes bar. Mulane nek jum’atan neng masjid deso kan sepi, cobo bae bu delok dewe”.

Artinya:

“Wah, anak-anak di Desa Karangasem pada nakal-nakal, bu, tidak mau sekolah, maunya kerja, apalagi soal agama, wah, ya nomor belakangan, yang penting bekerja dapat uang, bersenang-senang, udah selesai. Makanya kalo jum’atan di masjid desa sepi, coba saja bu lihat sendiri”. 24

Berdasarkan wawancara di atas, didapatkan informasi bahwa kondisi lingkungan keluarga nelayan siswa di SD Negeri Karangasem 08 Batang adalah sebuah desa dimana masyarakatnya tidak terlalu memikirkan pendidikan, mereka hanya berpikir tentang bekerja untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarga mereka. Hal inilah yang menyebabkan pola asuh mereka lebih cenderung mengarah kepada pola asuh permisif, yakni membiarkan anak hidup dengan kondisi lingkungan apa adanya tanpa adanya kendali dari orang tua, hal ini dikarenakan orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan dan rutinitasnya sehari-hari dalam mencari nafkah sebagai nelayan.

24 Wardjo, orang tua siswa kelas II SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara

(21)

4. Rendaknya motivasi orang tua dan anak

Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak. Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitik beratkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapatperhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

Anak keluarga nelayan di Desa Karangasem Batang memiliki motivasi bahwa mereka lebih suka memiliki bekerja membantu orang tua mereka dari pada belajar atau mengerjakan ibadah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Anas selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari M. Fatah (siswa kelas II di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Kulo pernah tekon karo putro kulo ingkang pun lulus SMP, leh kowe milih tak pondoke opo milih kerja mbantu bapak dadi nelayan?, putro kulo njawab: aku milih kerjo mbantu bapak wae dadi nelayan, aku seneng intuk duwet, tur aku bisa mbantu ekonomi keluarga ben ora susah maneh. Aku ora seneng sholat, aku luwih seneng kerjo nggolek duwit. Yen kados niku kulo mboten saged mekso lare kulo bu, akhire masalah Pendidikan Agama Islam kangge lare kulo nggih terpaksa kulo mboten fokuske”.

Artinya:

“Saya pernah tanya kepada anak saya yang sudah lulus SMP, Nak, kamu memilih saya sekolahkan di pondok pesantren atau memilih kerja membantu bapak jadi nelayan?, anak saya menjawab: saya lebih memilih kerja membantu bapak jadi nelayanh, saya senang

(22)

dapat uang dan saya bisa membantu ekonomi keluarga agar tidak susah lagi, saya tidak suka sholat saya lebih sudah bekerja untuk mencari uang, Kalo sudah begitu saya tidak bisa memaksa anak saya bu, akhirnya masalah Pendidikan Agama Islam untuk anak saya ya terpaksa saya tidak fokuskan”. 25

Berdasarkan wawancara di atas, didapatkan informasi bahwa anak keluarga nelayan di Desa Karangasem Batang banyak yang memilih bekerja membantu orang tua daripada untuk belajar atau menuntut pendidikan. Mereka beralasan bahwa bekerja lebih menyenangkan daripada harus belajar, karena bekerja bisa mendapatkan uang yang bisa digunakan untuk membantu ekonomi keluarga. Selain itu banyak teman-teman mereka yang hanya lulusan masih lulusan sekolah dasar (SD) atau lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang sudah bekerja dan mendapatkan uang, sehingga timbul rasa iri untuk meniru teman-teman mereka yang sudah bekerja dan mendapat uang sendiri sehingga orang tua tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa melarang keinginan anak tersebut.

5. Faktor jumlah anak

Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya

25 Anas, orang tua siswa kelas II SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi,

(23)

Keluarga nelayan siswa di SD Negeri Karangasem 08 Batang memiliki jumlah anak yang relatif banyak ada yang memiliki anak empat, lima bahkan ada yang sampai tujuh. Hal ini menyebabkan orang tua keluarga nelayan siswa di SD Negeri Karangasem 08 Batang kesusahan untuk membesarkan anak-anak mereka. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari-hari saja terkadang mereka mengalami kesusahan, apalagi untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, sehingga orang tua lebih condok untuk menelantarkan anak mereka dengan hidup seadanya saja. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kartubi selaku keluarga nelayan sekaligus orang tua dari Amelia (siswa kelas VI di SD Negeri Karangasem 08 Batang) mengatakan:

“Kulo gadah lare sekawan bu, roto-roto tamat SD sedoyo, niku mawon kulo keteteran kanggene nguripi bu, lare kulo jarang ten ndalem mas dadine kulo jarang ndidik, wes lah paling tak jarke mawon, nopo malih merhateke tentang pendidikan agamane kulo pasarahaken kaliyan estri kulo mawon pun, lare kulo arep shalat, arep ora sholat, arep ngaji, arep mboten ngaji nggih terserah bocahe pun, sing penting lare kulo tetep mangkat sekolah mawon pun cukup”.

Artinya:

“Saya punya anak empat bu, rata-rata tamat SD, itu saja saya sudah keberatan untuk menghidupinya bu, anak saya jarang di rumah jadi saya jarang mendidik, jadi saya biarkan saja, apa lagi untuk memperhatikan pendidikan agamanya saya pasrahkan saja saja istri saya, anak saya mau shalat, atau tidak shalat, mau mengaji atau tidak mengaji terserah anaknya, yang penting anak saya tetap berangka sekolah itu sudah cukup”. 26

26 Kartubi, orang tua siswa kelas VI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara

(24)

Faktor yang mempengaruhi upaya guru PAI dalam meningkatkan pendidikan agama Islam bagi anak nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua mereka yang kurang memperhatikan keinginan atau pun kehidupannya karena terlalu sibuk dengan kegiatan mereka mencari nafkah untuk keluarga. Sehingga mereka menganggap orang tua mereka tidak menyayanginya, mereka merasa tidak mempunyai teman untuk berbicara tentang masalah yang dihadapi dalam beradaptasi baik dengan teman ataupun lingkungan sekitar. Hal ini diungkapkan oleh Saeful Huda selaku anak keluarga nelayan sekaligus siswa kelas VI di SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Wong tuaku anake akeh bu, tur mboh bu ra tau ngurusi aku cok’e sibuk karo kerjaane dadi nelayan terus ibu juga sibuk ngurusi adekku sing cilik aku ra tau di urusi sarapan yo tuku dewe, sekolah yo ra tau di gugah pokoke sekarepe aku ape bali yo keno, ora bali yo ra masalah, arep sholat karepku, ora sholat yo karepku”.

Artinya:

“Orang tua saya itu anaknya banyak bu, lagi pula tidak pernah peduli sama saya bu mungkin sibuk dengan kerjaaan dadi nelayan, ibuku sibuk ngurusi adikku yang masih kecil, saya nggak pernah diperhatikan sarapan beli sendiri, mau sekolah tidak dibangunin pokoknya terserah saya mau pulang kerumah nggak apa-apa mau nggak pulang juga nggak masalah, mau shalat terserah saya, tidak shalat ya terserah saya”. 27

27 Saeful Huda, siswa kelas VI SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi,

(25)

Usia remaja merupakan usia yang rentan karena mereka masih labil dalam menghadapi segala persoalan yang akan dihadapi, sehingga apabila mereka mempunyai persoalan terus mereka tidak bisa berbicara atau meminta nasehat orang tuanya ataupun orang tua karena malu, maka secara otomatis mereka akan lari kepada teman karena mereka menganggap teman yang dapat mengerti keadaan serta selalu ada saat mereka membutuhkan pertolongan. Remaja merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan teman satu genk baik yang ada di rumah ataupun yang ada di sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Andika selaku anak keluarga nelayan sekaligus siswa kelas V di SD Negeri Karangasem 08 Batang mengatakan:

“Konco ki yo akeh bu tapi ono sing apik ono sing ora, sing apik misale belajar kelompok, ngaji utowo sholat neng masjid tapi angger sing elek yo ngajake sing ora-ora koyo rokok, bolos, ngetem neng pinggir dalan. Opo maneh wong tuoku jarang ngurusi aku soale anake akeh, dadi aku ora kurusan”.

Artinya:

“Teman itu banyak bu ada yang baik dan ada juga yang tidak, kalau yang baik misalnya belajar kelompok, ngaji atau sholat di masjid, tapi kalau yang jelek mesti ngajak yang melanggar seperti merokok, membolos atau nongkrong di pinggir jalan. Apalagi orang tuaku jarang mengurusi saya karena anaknya banyak, jadi saya tidak terurus”.28

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa keluarga nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang memiliki banyak anak, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja orang tua

28 Andika, siswa kelas V SD Negeri Karangasem 08 Batang, wawancara pribadi, Batang,

(26)

harus bekerja keras membanting tulang. Hal ini menjadikan orang tua pada keluarga nelayan di SD Negeri Karangasem 08 Batang kurang memperharikan pola asuh terhadap anaknya. Mereka lebih cenderung menelantarkan atau membiarkan anak mereka dan sibuk dengan kegiatan mencari nafkah sebagai nelayan.

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang diharapkan pada Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli ini adalah arsitektur kontekstual harmoni dengan mengambil langgam Art Deco pada bangunannya

maupun saham LQ45 yang tidak termasuk dalam Sri-Kehati mempunyai kinerja. saham yang sama-sama baik namun dengan risiko

[r]

Dalam   masalah   ini   yang   lebih   kuat   menurut   saya adalah pendapat bahwa penghasilan yang mencapai nisab wajib diambil zakatnya,   sebagaimana yang dikatakan

flowchart ) untuk  menyelesaikan  permasalahan  menggunakan logika 

Dalam Klarifikasi harus dihadiri oleh penanggung jawab penawaran atau yang menerima kuasa tercantum dalam akte pendirian dan perubahan perusahan, sebagai bahan klarifikasi

Artinya modeling partisipan juga dapat dipergunakan untuk mengurangi perasaan dan perilaku menghindar pada diri seseorang yang dikaitkan dengan aktivitas atau

Berdasarkan hasil pada tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa nilai residual untuk data kesempatan kerja, upah minimum, inflasi, sebesar 0,899 yang berarti > 0,05