• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Teori Motivasi

(Rusliana,2013) Teori yang mendasari untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini adalah teori motivasi. Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Terdapat beberapa teori yang membahas tentang motivasi diantaranya adalah :

1) Teori pengharapan (Expectancy Theory)- Vroom

Menyatakan bahwa dorongan atau kekuatan saja tidaklah cukup untuk mendorong seseorang akan melakukan suatu tindakan. Keyakinan bahwa usaha yang dilakukan seseorang akan menghasilkan prestasi yang diharapkan, justru merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Semakin besar sebuah prestasi memberikan hasil yang diharapkan, semakin besar kemungkinan seseorang mencoba berperilaku untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Ada dua jenis penghargaan dalam teori ini, yakni effort performance expectancy dan performance outcome expectation. Effort performance expectancy adalah persepsi seseorang terhadap usaha untuk mencapai prerstasi tertentu berikut kemungkinan konsekuensinya. Performance outcome expectation adalah persepsi seseorang bahwa setiap prestasi akan dihubungkan dengan kosekuensi tertentu baik positif maupun negatif (imbalan dan hukuman).

(2)

2) Teori Keadilan (Equity Theory)- Adam Smith

Adam Smith, yang bekerja sebagai peneliti di bidang psikologi bekerjasama dengan General electic Co di Ccontinville, New York mengembangkan dan melakukan pengujian terhadap equity theory. Equity Theory menyatakan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan perhitungan upaya dan penghargaan (effort and reward) yang diperoleh, selanjutnya pada saat yang sama membandikannya dengan apa yang terjadi pada orang lain. Teori ini menganggap bahwa motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas didorong oleh perlakuan yang adil dibandingkan dengan yang diperoleh orang lain.

B. Definisi Pajak Berdasarkan Undang-Undang Pajak

Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1983 sttdd UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (UU KUP) adalah :

Ketentuan formal perpajakan yang mengatur tatacara melaksanakan penyetoran dan pelaporan pajak, hak dan kewajiban wajib pajak dan wewenang Direktorat Jendral Pajak. Sedangkan penghitungan pajak yang terutama diatur dalam ketentuan material undang-undang perpajakan, antara lain UU pajak penghasilan, UU Pajak Pertambahan Nilai, UU Pajak Bumi dan Bangunan.

Pengertian pajak berdasarkan pasal 1 UU KUP adalah :

Kontribusi wajib pajak negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(3)

C. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Fungsi Penerima (Budgetair)

Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas Negara, yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan tugas – tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya.Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan di tengah masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku ekonomi. Fungsi mengatur ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial.Sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan, terutama banyak ditujukan terhadap sektor swasta.Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

(4)

D. Wajib Pajak

Definisi wajib Pajak sesuai dengan Pasal 1 angka 2 UU N0. 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

1. Kewajiban Wajib Pajak

a. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Sesuai dengan self assesment system maka wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KPPPP)/ Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KPPKP) yang wilayah nya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Disamping melalui KPP atau KP4/KPPKP, pendaftaran NPWP juga dapat melalui media elektronik on-line (internet)

b. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan,/Pemungutan.

Dan Pelaporan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan self assesment system wajib melakukan sendiri perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutang. c. Kewajiban Dalam Pemeriksaan

Kewajiban wajib pajak yang diperiksa adalah :

1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis pemeriksaan kantor.

2) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termaksud data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk pemeriksaan lapangan, wajib pajak memberikan kesempatan untuk mengakses atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.

(5)

3) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan.

4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.

5) Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik khususnya untuk jenis pemeriksaan kantor.

6) Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.

d. Kewajiban Memberi Data

Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lain wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jendral Pajak yang ketentuannya diatur UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga UU Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Hak Wajib Pajak

a. Kerahasiaan Wajib Pajak

Wajib pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada DJP dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yang melakukan tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak, termasuk tenaga ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, pengecara yang ditunjuk oleh DJP untuk membantu pelaksanaaan undang-undang perpajakan. Kerahasiaan wajib pajak antara lain :

1) Surat pemberitahuan, laporang keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan oleh wajib pajak ;

2) Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia;

3) Dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Namun demikian dalam rangka penyidikan, penuntutan atau dalam rangka kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentang wajib pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang ditetapkan oleh Mentri Keuangan.

(6)

b. Penundaan Pembayaran

Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.

c. Pengangsuran Pembayaran

Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak.

d. Penundaan Pelaporan SPT Tahunan

Dengan alasan-alasan tertentu, wajib pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan baik PPh Badan maupun PPh Pasal 21.

e. Dengan alasan-alasan tertentu, wajib pajak dapat mengajukan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25.

f. Pengurangan PBB

Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya serta dalam hal obje pajak yang terkena bencana alam dan juga bagi wajib pajak anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan, dapat mengajukan permohonan pengurangan atas pajak terutang.

g. Pembebasan Pajak

Dengan alasan-alasan tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan atas pemotongan/pemungutan pajak penghasilan.

h. Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak

Wajib pajak yang yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai wajib pajak patuh dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan untuk PPh sejak tanggal permohonan. i. Penetapan, Keberatan, Bandingdan Peninjauan Kembali

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh DJP, maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika wajib pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas sengan keputusan keberatan tersebut maka wajib pajak dapat mengajukan banding. Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

(7)

E. Perlawanan Terhadap Pajak

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara, maka dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraan. Terlepas dari kesadaran sebagai warga negara, pada sebagian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak. Dalam hal demikian timbul perlawanan terhadap pajak.

Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif.

1) Perlawanan Pasif

Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi. Contoh : wajib pajak dituntut untuk menghitung sendiri pendapatan nettonya. Untuk itu diperlukan adanya pembukuan. Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit dilakukan oleh masyarakat agraris. Selain karena pencatatan pendapatan yang akurat sulit dilakukan, mereka juga tidak mampu melakukan pembukuan, sehingga pembayaran pajaknya lebih kecil daripada yang seharusnya.

2) Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Ada tiga cara perlawanan aktif terhadap pajak, yaitu : Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Pengelakan Pajak (Tax Evasion), Melalaikan Pajak.

a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini, wajib pajak tidak secara jelas melanggar

(8)

undang sekalipun kadang-kadang dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang-undang-undang-undang. Penghindaran pajak dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

1. Menahan Diri

Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak. Contoh : tidak menggunakan mobil mewah, untuk menghindari pengenaan Pajak Penjualan Barang Mewah ; tidak konsumsi minuman keras (alkohol) untuk menghindari pengenaan cukai alkohol.

2. Lokasi Terpencil

Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang terif pajaknya tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.

Contoh :

Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia bagian Timur. Oleh karena itu, pengusaha yang baru membuka usaha, atau perusahaan yang akan membuka cabang baru. Mereka membuka cabang baru ditempat yang tarif pajaknya lebih rendah.

b. Pengelakan Pajak (Tax Evasion)

Hal ini merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak/ mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian dari penghasilannya.

Contoh : Konsultan/profesional bebas menyembunyikan sebahagian pendapatannya, kecil kemungkinan diketahui oleh fiskus karena dia sendiri yang mencatat penghasilannya.

Akibat-Akibat Pengelakan Pajak : 1. Dalam bidang keuangan

Pengelakan pajak merupakan pos kerugian bagi kas negara karena sumber dana menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi lain yang berhungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak dan lain-lain.

2. Dalam bidang ekonomi

a. Pengelakan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat diantara para pengusaha. Maksudnya, pengusaha yang melakukan pengelakan pajak dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga, perusahaan yang mengelakan pajak memperoleh keuntungan yang lebih besar

(9)

dibandingkan pengusaha yang jujur. Walaupun dengan usaha dan produktivitas yang sama, si pengelak pajak mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang jujur.

b. Pengelakan pajak menyebabkan stagnasi pertumbuhan ekonomi atau perputaran roda ekonomi.

Jika mereka terbiasa melakukan pengelakan pajak, mereka tidak akan meningkatkan produktifitas mereka. Untuk memperoleh laba yang lebih besar mereka akan melakukan pengelakan pajak.

c. Langkanya modal karena wajib pajak berusaha menyembunyikan penghasilannya agar tidak diketahui fiskus. Sehingga mereka tidak berani menawarkan uang hasil penggelapan pajak tersebut ke pasar modal.

3. Dalam bidang psikologi

Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Jika perbuatannya melanggar undang-undang tidak diketahui oleh fiskus, perbuatannya lagi pada masa yang akan datang dan diperluas lagi tidak hanya pada pelanggaran undang-undang pajak, tetapi juga undang-undang lainnya. c. Melalaikan Pajak

Melalaikan pajak adalah tidak melakukan kewajiban perpajakan yang seharusnya dilakukan. Contoh : menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.

Pengusaha yang telah memotong pajak karywannya tetapi pajak tersebut tidak disetorkan dan dilaporkan ke Kantor Pajak.

F. Kepatuhan Pajak

Pengertian kepatuhan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat patuh; ketaatan. Menurut Simon James et al yang dikutip oleh Gunadi (2009), pengertian kepatuhan pajak ( tax compliance) adalah

Wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum administrasi.

(10)

Wajib pajak patuh Berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Pajak dengan nomor KEP-550/PJ./2000 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak yang Memenuhi Kriteria Tertentu dan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak dan Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, Pasal 1 Angka 1,

Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang telah ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Mentri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan 544/KMK.04/2000, Wajib Pajak dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam hal memenuhi persyaratan/kriteria sebagai berikut :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir;

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

c. Tidak pernah di jatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang peprpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; d. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Kepatuhan wajib pajak merupakan bentuk kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan yang berlaku. Kesadaran wajib pajak merupakan penentu yang mempengaruhi penerimaan negara terutama dalam self assesment system. Dalam system tersebut

(11)

mengharuskan adanya kepercayaan dari fiskus kepada wajib pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya yaitu menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya.

G. Penelitian Terdahulu

No Nama Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Indar Yulias 2012 Pengaruh penghindaran

pajak dan penggelapan

pajak terhadap

penerimaan pajak

(study pada kantor pelayanan pajak di kanwil jawa barat 1)

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa

penghindaran pajak

berpengaruh terhadap

penerimaan pajak dan

penggelapan pajak

berpengaruh terhadap

penerimaan pajak, Selain itu secara parsial maupun simultan penghindaran pajak dan penggelapan pajak

berpengaruh terhadap

penerimaan pajak. 2 Firmanto

Rahmad Putra. 2011 Dampak penggelapan pajak di kasus Indonesia terhadap kepatuhan wajib pajak di kota padang.

Hasil penelitian dari uji hipotesis diperoleh t hitung (12,033) > t table (1,660). Maka Ho ditolak, dan Ha diterima hasil dari analisis korelasi yang menunjukkan

sebesar 59,6% yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, sisanya 40,4% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

(12)

3 Feby Risyandi 2009 Pengaruh Pemeriksaan

Pajak Dan

Penyelundupan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil penelitian ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,528. Hal ini menunjukkan aroma yang kuat dari

hubungan pajak dan

kepatuhan seperti pajak terhadap wajib pajak.

Hipotesis menunjukkan

bahwa pemeriksaan pajak dan kepatuhan pajak tersebut mempengaruhi pembayaran pajak. Penelitian lain juga memberikan bukti empiris bahwa pajak inspeksi dan penggelapan kepatuhan pajak memiliki pengaruh yang signifikan pada kantor pajak wajib pajak di wilayah Pratama Bandung.

4 Sigit Prasetyo 2010 Persepsi Etis

Penggelapan Pajak Bagi Wajib Pajak Di Wialayah Surakarta

Hasil penelitian persepsi etis penggelapan pajak bagi Wajib Pajak di wilayah surakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa 85,74% pegawai swasta tidak setuju dengan adanya berbagai bentuk praktik penggelapan pajak; 82,13% wiraswasta tidak setuju dengan adanya berbagai bentuk praktik penggelapan pajak; dan 95,56% pegawai negri sipil tidak setu dengan adanya berbagai bentuk praktik penggelapan pajak.

(13)

H. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengembangan hipotesis ini sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu Indar Yulias tahun 2012. Hubungan penghindaran pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Menurut Siti Kurnia Rahayu Tingginya tarif pajak pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam hal pembayaran pajak. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin berkelit dari pajak, mereka tidak akan terlalu membangkang terhadap peraturan perpajakan karena yang berkurang hanyalah sebagian kecilnya. Dengan pembebanan tarif yang tinggi, masyarakat semakin serius berusaha untuk terlepas dari jeratan pajak yang menghantuinya. Wajib pajak ingin mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan berbagai cara karena mereka tengah berusaha untuk mencukupi berabagai kebutuhan hidupnya. Masyarakat tidak ingin apa yang telah diperoleh dengan kerja keras harus hilang begitu saja hanya karena pajak yang tinggi, oleh karena itu masyarakat lebih, menghindari pajak karena tarif pajak yang terlalu tinggi. Sehingga penghindaran pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

H1 : Penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Pengembangan hipotesis ini sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu Indar Yulias tahun 2012. Hubungan penggelapan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

(14)

Menurut Siti Kurnia Rahayu kondisi lingkungan-lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain.

Hampir tidak ditemukan manusia di dunia ini yang hidupnya hanya bergantung pada diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain, begitu juga dalam dunia perpajakan, manusia akan melihat lingkungan sekitar yang seharusnya mematuhi peraturan perpajakan. Mereka saling mengamati terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Jika kondisi lingkungan nya baik ( taat aturan), masing-masing individu akan termotivasi untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jika lingkungan sekitar kerap melanggar peraturan dengan melakukan penggelapan pajak. Maka masyarakat menjadi saling meniru untuk tidak mematuhi peraturan karena dengan membayar pajak, mereka merasa rugi telah membayarnya sementara yang lain tidak membayarnya, sehingga penggelapan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. H2 : Penggelapan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

(15)

I. Kerangka Pemikiran Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nazir, 1999:182)

H1 : Penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

H2 : Penggelapan pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

H3: Penghindaran pajak dan Penggelapan pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Penghidaran Pajak (X1)

Penggelapan Pajak (X2)

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penggolongan menunjukkan bahwa dari 32 ekor domba Garut ditemukan satu ekor domba yang digolongkan ke dalam kelompok domba Ekor Gemuk dengan persentase koreksi

Selain itu pada bagian ini akan membahas mengenai metodologi pengembangan sistem dan kakas pemodelan yang akan digunakan dalam membangun E-learning Dengan

Pada garis besarnya sama dengan rahang atas hanya operator berdiri dimuka kanan pasien. Rahang bawah harus sejajar dengan lantai , dengan jalan mensejajarkan garis dari mulut ke

Aaisyah (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Makna Puisi 'Risālatun min al-Manfā” dalam antologi Aurāqu az-Zaitūn karya Maḥmūd Darwīsy: Analisis Semiotik”

Warna merah juga sering dihubungkan dengan energi, sehingga kita dapat memakai warna ini untuk mempromosikan minuman berenergi, permainan, mobil, hal-hal yang berhubungan

Perangkapan kepemimpinan dapat dengan mudah digunakan pemimpin untuk mengakumulasi kekuasaan dengan alasan demi kepentingan masyarakat, sehingga munculnya

Untuk memperoleh nilai Power Issues, maka dalam penelitian ini fokus pada keamanan penggunaan sistem, dengan menggunakan variabel Perceived Power Security.. Kajian ini berfokus