• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH

PENGUMUMAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM

DIEGO MAULANA YUSUF

[email protected]

Prijati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the difference of stock return before and after the announcement of ESOP. The samples are the companies in LQ 45 Stock group which have carried out ESOP from 2011 to 2013. The paired sample t-test is used as analysis technique. The result of the research shows that the difference of abnormal return before and after the announcement of ESOP implementation shows a decrease of abnormal return after the announcement of ESOP implementation during 1 day period of observation, but there is no significant difference before and after the announcement of ESOP implementation during 1 day period of observation. There is an enhancement of abnormal return after the announcement of ESOP implementation in 3 days period of observation, but there is no significant difference before and after the announcement of ESOP implementation. There is an enhancement of abnormal return after the announcement of ESOP implementation in 9 days period of observation, but there is no significant difference before and after the announcement of ESOP implementation. The abnormal return after the announcement of ESOP implementation is not difference with before the announcement of ESOP implementation.

Keywords: employee stock option program, return stock

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan return saham antara sebelum dan sesudah pengumuman ESOP. Sampel penelitian ini adalah perusahaan dalam kelompok saham LQ45 yang melakukan ESOP antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Teknik analisis menggunakan uji t sampel berpasangan. Hasil penelitian mengenai perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan ESOP adalah terdapat penurunan abnormal return sesudah pengumuman penerapan ESOP pada periode pengamatan 1 hari, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan ESOP pada periode pengamatan 1 hari. Terdapat peningkatan abnormal return sesudah pengumuman penerapan ESOP pada periode pengamatan 3 hari, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan ESOP pada periode pengamatan 3 hari. Terdapat peningkatan abnormal return sesudah pengumuman penerapan ESOP pada periode pengamatan 9 hari, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan ESOP pada periode pengamatan 9 hari. Abnormal return sesudah pengumuman penerapan ESOP tidak berbeda dengan sebelum pengumuman penerapan ESOP.

(2)

PENDAHULUAN

Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran serta dan kerjasama yang terjalin diantara pemilik perusahaan (prinsipal) dengan para karyawan pengelola perusahaan (agen). Namun, keanekaragaman karakter, tingkat intelektual, dan kepentingan yang berbeda dari masing-masing individu memungkinkan timbulnya berbagai konflik di lingkungan internal perusahaan. Salah satu diantaranya adalah terjadinya fenomena asimetri informasi, dimana kepemilikan informasi yang tidak seimbang dan cenderung didominasi oleh agen, selaku pengelola memberikan kesempatan kepada agen tersebut untuk melakukan hal-hal tertentu yang dapat merugikan dan mengganggu stabilitas perusahaan.

Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan hanya menguntungkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Masalah agensi terjadi ketika manajemen terpisah dari pemilik perusahaan. Manajemen mungkin membuat keputusan yang memaksimumkan kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan pemegang saham. Penggunaan insentif berbasis ekuitas, seperti opsi saham, untuk mengkompensasi manajer merupakan satu cara yang umum mengurangi masalah agensi tersebut. (Asyik, 2006).

Agency theory memaparkan bahwa adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan seperti itu, dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict atau agency problem, disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu principal (yang memberi kontrak atau pemegang saham) dan agent (yang menerima kontrak dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Jika agent dan principal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agent (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan principal (Jensen dan Meckling dalam Herdinata, 2012). Pada satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak dibanding principal di sisi lain, karena manajemen yang mengelola perusahaan secara langsung, hal ini menimbulkan adanya ketidak seimbangan informasi (information asymmetry).

Konflik kepentingan di antara pemilik dan manajemen dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk meminimalisasi konflik tersebut pihak pemilik harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah hazard dari manajemen. Selain itu pemilik dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada mereka. Dan salah satu dari banyak contoh pemberian insentif yang layak sebagai pencegahan terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan manajemen adalah dengan diterapkannya Employee Stock Option Program.

Employee Stock Ownership Programs adalah rencana penangguhan keuntungan karyawan dengan mendapatkan saham perusahaan (Klein dalam Setyaningrum, 2013). Dengan adanya pengadopsian ESOP dalam sebuah perusahaan, dan ESOP sendiri memiliki berbagai tujuan dimana salah satu tujuan terpenting adalah meningkatkan sense of belonging pada karyawan, sehingga mendorong produktivitas karyawan dalam bekerja dan program ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Pengumuman ESOP memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki karyawan dengan motivasi yang tinggi dalam bekerja karena adanya penghargaan (reward) berupa kepemilikan saham perusahaan, selain itu kepemilikan saham tersebut akan meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga mendorong produktivitas karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, pengumuman ESOP memiliki kandungan informasi yang positif dan diterima sebagai berita baik (good news) oleh investor.

(3)

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitin ini adalah apakah terdapat perbedaan return saham antara sebelum dan sesudah pengumuman Employee Stock Option Program (ESOP) di Bursa Efek Indonesia?.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan return saham antara sebelum dan sesudah pengumuman Employee Stock Option Program (ESOP) di Bursa Efek Indonesia.

TINJAUAN TEORETIS

Agency Theory dan Agency Problems

Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (lebih-lebih untuk perusahaan yang terdaftar di pasar modal), seringkali terjadi pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen, disebut juga sebagai agent) dengan pemilik perusahaan (atau pemegang saham disebut juga principal). Disamping itu, untuk perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, tanggung jawab pemilik hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Artinya apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka modal sendiri (ekuitas) yang telah disetorkan oleh para pemiik perusahaan mungkin sekali akan hilang, tetapi kekayaan pribadi pemilik tidak akan diikutsertakan untuk menutup kerugian tersebut. Dengan demikian memungkinkan munculnya masalah yang disebut dengan masalah-masalah keagenan/agency problems (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:10).

Menurut Widyaningdyah (2011) teori agensi memiliki asumsi bahwa setiap individu pada dasarnya semata-mata hanya meningkatkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Prinsipal mempunyai motivasi untuk memaksimalkan kepentingannya dengan terus meningkatkan profitabilitas perusahaan, sementara agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.

Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana dengan memperjual belikan sekuritas. Pasar modal secara nyata disebut bursa efek. Pengertian bursa adalah gedung atau ruang yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek. Di pasar modal inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan emiten. Emiten adalah pihak yang menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat melalui pasar modal. Efek merupakan istilah baku yang digunakan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 untuk menyatakan surat berharga atau sekuritas. Dalam praktik sehari-hari, penyebutan surat berharga dapat berupa efek atau sering juga disebut sekuritas.

Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2010:12) adalah sebagai berikut: 1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut dipasarkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.

2. Pasar Sekunder (Secondary market)

Pasar sekunder adalah perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antar pembeli dan penjual. Hasil dari penjualan saham masuk kedalam kas para pemegang saham yang bersangkutan.

(4)

3. Pasar Ketiga (third market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market-OTC) atau disebut juga bursa paralel. Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh BAPEPAM. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah transaksi dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan. 4. Pasar Keempat (fourth market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.

Options dan Stock Options

Pengertian opsi menurut Sartono (2010:337) adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk menjual atau membeli suatu asset dengan harga tertentu selama jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Tandelilin (2010:46) opsi adalah suatu perjanjian yang memberi pemiliknya hak, tetapi bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada harga tertentu selama waktu tertentu. Opsi di Indonesia yang paling dikenal adalah opsi saham (stock option) yaitu opsi untuk membeli dan menjual saham.

Menurut Tandelilin (2010:46) pengertian call dan put adalah penting bagi opsi. Pemilik call option mempunyai hak bukan kewajiban untuk membeli aset induk atau aset acuan (underlying asset) pada harga tetap selama waktu tertentu. Sedangkan pemilik put option mempunyai hak bukan kewajiban untuk menjual aset induk pada harga tetap selama waktu tertentu.

Pihak-pihak yang terdapat dalam transaksi opsi menurut Sartono (2010:338) adalah: 1. Pembeli opsi-beli yaitu memiliki hak untuk membeli barang tertentu, dengan harga dan

jangka waktu tertentu.

2. Penjual opsi-beli yaitu menerima pembayaran dan berjanji akan menyerahkan barang tertentu, dengan harga dan jangka waktu yang telah ditentukan.

3. Pembeli opsi-jual yaitu memiliki hak untuk menjual barang tertentu, dengan harga dan jangka waktu yang telah ditentukan.

4. Penjual opsi-jual yaitu menerima pembayaran dan berjanji untuk membeli barang tertentu, dengan harga dan jangka waktu yang telah ditentukan.

Pada prisnsipnya harga opsi ditentukan oleh saham yang diperjualbelikan dan persyaratan transaksi. Adapun faktor-faktor yang menentukan harga opsi menurut Sartono (2010:342) adalah:

1. Harga saham yang diperjualbelikan

2. Harga penyerahan atau striking price atas opsi yang bersangkutan 3. Waktu yang tersisa hingga jatuh tempo

4. Volatilitas harga saham yang bersangkutan 5. Tingkat bunga bebas risiko saat ini

6. Tingkat dividen atas saham yang bersangkutan

Empat faktor pertama sangat besar peranannya terhadap penentuan harga opsi. Harga saham merupakan penentu harga opsi yang paling penting, karena jika harga saham jauh di atas atau jauh di bawah harga penyerahan maka faktor lain tidak begitu penting. Pengaruh ini akan tampak semakin jelas pada saat opsi itu berakhir atau pada saat tanggal jatuh tempo. Pada saat itu hanya harga saham dan harga penyerahan saja yang menentukan nilai

(5)

opsi sedangkan faktor lainnya tidak begitu penting. Pada saat jatuh tempo suatu opsi bernilai sebesar nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik opsi adalah selisih positif antara harga saham dan harga penyerahan atau striking price.

Employee Stock Option Program (ESOP)

Employee Stock Option Program (ESOP) menurut Telaumbauna dalam Herdinata (2012) adalah pemberian hak (opsi) kepada karyawan untuk membeli sebagian saham perusahaan dalam suatu periode tertentu pada tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi diberikan. Sedangkan Employee Stock Ownwership Plans (ESOP) menurut Klein dalam Setyaningrum (2013) adalah rencana penangguhan keuntungan karyawan dengan mendapatkan saham perusahaan. Secara lengkap menurut Bapepam (2002), Employee Stock Ownwership Plans (ESOP) merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana (fund) yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan karyawan.

Terdapat tiga keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan ESOP menurut Oyer (2005), yaitu :

1. Dana opsi dapat memberikan insentif kepada karyawan, dihubungkan dengan kemakmuran karyawan kepada nilai perusahaan maka akan dapat mengatasi masalah agensi dan memotivasi karyawan untuk melakukan aksi yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

2. Perusahaan dapat mengurangi biaya kompensasi yang dibayar secara kontan dengan memberikan opsi.

3. Pemberian opsi ini akan dapat membantu menahan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.

Program kompensasi karyawan berbasis ekuitas seperti ESOP dimunculkan sebagai sarana terbaik yang mendorong manajer untuk membuat keputusan yang memaksimalkan nilai perusahaan. Karyawan melalui program ini menjadi pemilik pengelola sebuah perusahaan, dan pihak agent atau karyawan melalui program ini akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dengan melakukan kegiatan operasional yang efektif dan efisien. Konflik kepentingan antara agent dalam prinsipal dapat diminimalkan melalui beberapa cara antara lain pemberian insentif kepada agent atas tindakannya sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satu bentuk insentif yang dapat diterapkan adalah memberikan pihak agent kesempatan untuk menjadi principal atau pemegang saham, hal ini dikarenakan apabila pihak agent diberikan kesempatan menjadi pemegang saham maka kepentingan pihak agent akan sejalan dengan kepentingan principal. Scott (dalam Astika, 2012) menggambarkan program eksekutif yang merupakan salah satu bentuk kontrak keagenan antara perusahaan dengan para agent-nya sebagai usaha penyejajaran kepentingan yang dimiliki masing-masing.

Studi Peristiwa (Event Study)

Tandelilin (2010:239) menyatakan bahwa studi peristiwa (event study) merupakan penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman. Jika suatu pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang memberikan kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya jika tidak mengandung informasi maka tidak memberikan abnormal return kepada pasar.

(6)

Peristiwa yang menjadi fokus penelitian menurut Tandelilin (2010:566) dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) jenis yaitu:

1. Studi peristiwa konvensional mempelajari respon pasar terhadap peristiwa yang seringkali terjadi dan diumumkan secara terbuka oleh emiten di pasar modal.

2. Studi peristiwa kluster atau kelompok mempelajari respons pasar terhadap peristiwa yang diumumkan secara terbuka yang terjadi pada waktu yang sama dan berdampak pada sekelompok perusahaan.

3. Studi peristiwa tak terduga, studi ini mempelajari respons pasar terhadap suatu peristiwa yang tidak terduga (unanticipated event).

4. Studi peristiwa berurutan, studi ini mempelajari respons pasar terhadap serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam situasi ketidakpastian yang tinggi.

Metodologi penelitian studi peristiwa konvensional menurut Tandelilin (2010:572) mengikuti 8 (delapan) prosedur sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi bentuk, efek, dan waktu peristiwa 2. Menentukan rentang waktu studi peristiwa:

a. Periode estimasi (T-n-e hingga T-n) adalah periode yang digunakan untuk meramalkan return harapan pada periode peristiwa.

b. Periode peristiwa (T-n hingga T+n) adalah periode di seputar peristiwa (T0) yang digunakan untuk menguji perubahan return tak normal.

3. Menentukan metode penyesuaian return yang digunakan untuk menghitung return tak normal. Terdapat tiga metode yang secara luas digunakan dalam penelitian studi peristiwa:

a. Model-model statistika, yaitu: model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) dan model pasar (market model).

b. Model disesuaikan dengan pasar (market adjusted model).

c. Model-model ekonomika, yaitu: capital asset pricing model (CAPM) dan arbitrage pricing theory (APT).

4. Menghitung return tak normal disekitar periode peristiwa (beberapa waktu sebelum dan sesudah pengumuman peristiwa terjadi) menurut Tandelilin (2010:573) rumusnya adalah sebagai berikut:

RTNit = Rit – E(Rit)

Dalam hal ini:

RTNit = return tak normal saham i pada periode t Rit = return aktual saham i pada periode t E(Rit) = return harapan atau return prediksian

Return harapan menurut Tandelilin (2010:573) dapat diestimasi dengan beberapa cara antara lain:

a. Model statistika:

1) Model disesuaikan rata-rata. Model ini memprediksi E(Rit) berdasarkan rata-rata return selama periode estimasi:

E (Rit) = μi + eit

Model tersebut dapat diproksi dengan cara sebagai berikut (rata-rata aritmatik):

2) Model pasar. Model ini memprediksi E(Rit) berdasarkan hasil estimasi model pasar selama periode estimasi dengan cara:

E(Rit) = i + iRMt + it

T

R

R

E

n t e n t it it

    

)

(

(7)

b. Model disesuaikan pasar.

Model ini memprediksi E(Rit) berdasarkan return indeks pasar pada hari pengumuman peristiwa. Dengan demikian perhitungan model ini tidak memerlukan waktu estimasi.

c. Model-model ekonomika: 1) Capital asset pricing model:

E(Rit) = RFt + (RMt – RFt) iRMt 2) Arbitrage pricing model:

E(Rit) = d0 + di1F1t + di2F2t + ... + dinFnt + eit

5. Menghitung rata-rata return tak normal dan return tak normal kumulatif dalam periode peristiwa.

a. Return tak normal rata-rata aritmatik (mean abnormal return)

= return tak normal rata-rata pada waktu ke t. k = jumlah sekuritas

b. Return tak normal kumulatif (cumulative abnormal return)

6. Merumuskan hipotesis statistis a. Untuk rata-rata return tak normal:

Ho: = 0

Ha: # 0

b. Untuk rata-rata return tak normal kumulatif:

Ho: = 0

Ha: # 0

7. Menguji apakah return tak normal rata-rata atau return tak normal kumulatif berbeda dari 0.

Untuk pengujian hipotesis, nilai t hitung dapat diperoleh sebagai berikut : t hitung =

8. Interpretasi dan simpulan.

Simpulan hasil studi didasarkan pada probabilitas signifikansi kurang dari probabilitas yang disyaratkan (misalnya 0,01, 0,05, atau 0,10). Dalam metode studi peristiwa membutuhkan pemilihan alat analisis statistik untuk menguji hipotesis. Alat analisis yang dapat digunakan adalah uji t, uji Z, dan uji non-parametris.

Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah merupakan dugaan sementara, yang kebenarannya harus dibuktikan berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan, bila dugaan tersebut dapat dibuktikan, maka dugaan tersebut ditolak. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan landasan teori yang diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Diduga terdapat perbedaan return saham antara sebelum dan sesudah pengumuman Employee Stock Option Program (ESOP) di Bursa Efek Indonesia.

   

n t n t it i

RTN

RTNK

k

RTN

RTN

n i it t

1 t

RTN

RTN

RTN

RTNK

RTNK

k S RTN

(8)

METODA PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi, berupa data yang dikumpulkan, dipelajari, diolah, kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas, dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011:80). Pada penelitian ini peneliti menetapkan objek penelitian adalah perusahaan-perusahaan dalam kelompok saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel didasarkan pada sampel bertujuan (purposive sampling) dengan pertimbangan, yaitu mendapatkan sampel yang representatif dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang digunakan sebagai dasar pertimbangan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan termasuk dalam kelompok saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan melakukan ESOP antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2013. 3. Perusahaan memiliki data harga saham yang lengkap selama periode observasi. 4. Periode observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Periode peristiwa : tanggal pengumuman ESOP

Periode jendela : 1 hari, 3 hari, dan 9 hari sebelum periode peristiwa. 1 hari, 3 hari, dan 9 hari setelah periode peristiwa. Periode estimasi : 30 hari sebelum periode jendela.

Perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut adalah sebanyak 6 perusahaan yaitu: 1. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)

2. PT Global Mediacom Tbk (BMTR) 3. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 4. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 5. PT United Tractors Tbk (UNTR)

6. PT Wika Realty Persero Tbk (WIKA) Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Operasi variabel dimaksudkan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati atau yang menjadi obyek pengamatan dalam penelitian. Dalam hal ini variabel yang akan diamati dan diteliti adalah:

1. Pengumuman penerapan Employee Stock Ownership Programs (ESOP) adalah salah satu jenis informasi yang ada di masyarakat yang juga beredar di Bursa Efek Indonesia sebagai faktor fundamental eksternal.

2. Abnormal return adalah kelebihan dari return sesungguhnya (actual return) terhadap return yang diharapkan (expected return). Ukurannya adalah menggunakan prosentase atau angka desimal.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan periode observasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

Periode peristiwa : tanggal pengumuman ESOP

Periode jendela : 1 hari, 3 hari, dan 9 hari sebelum periode peristiwa. 1 hari, 3 hari, dan 9 hari setelah periode peristiwa. Periode estimasi : 30 hari sebelum periode jendela.

(9)

2. Menghitung return tak normal disekitar periode peristiwa (beberapa waktu sebelum dan sesudah pengumuman penerapan ESOP).

a. Periode estimasi (T-n-e hingga T-n) adalah periode yang digunakan untuk meramalkan return harapan pada periode peristiwa.

b. Periode jendela (T-n hingga T+n) adalah periode di seputar peristiwa (T0) yang digunakan untuk menguji perubahan return tak normal.

3. Menghitung return tak normal disekitar periode jendela (beberapa waktu sebelum dan sesudah pengumuman peristiwa terjadi) berdasarkan rumus menurut Tandelilin (2010:573):

ARit = Rit – Rit Dalam hal ini:

ARit = abnormal return atau return tak normal saham i pada periode t Rit = return aktual saham i pada periode t

Rit = rata-rata return pada periode normal

4. Pengujian hipotesis dengan uji t sampel berpasangan dengan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1) Ho: µ1=µ2, tidak ada perbedaan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman penerapan ESOP.

2) Hi: µ1≠µ2, ada perbedaan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah

pengumuman penerapan ESOP. b. Menggunakan level of significant (α) 5% c. Ketentuan Pengujian sebagai berikut:

1) Jika nilai sig < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan.

2) Jika nilai sig > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan.

d. Menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Objek Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Pengamatan dilakukan di seputar tanggal pengumuman yaitu 1 (satu) hari, 3 (tiga) hari, dan 9 (sembilan) hari sebelum dan sesudah pengumuman. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dari perusahaan yang listing dalam daftar saham LQ-45 pada di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian sebanyak 6 (enam) perusahaan sebagai berikut:

1. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) 2. PT Global Mediacom Tbk (BMTR)

3. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 4. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 5. PT United Tractors Tbk (UNTR)

6. PT Wika Realty Persero Tbk (WIKA) Deskriptif Variabel

Dalam sub bab ini akan dilakukan analisis terhadap data-data penelitian yang dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui perkembangan harga saham dan abnormal return yang terjadi di sekitar tanggal pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Abnormal Return dapat terjadi bila ada perbedaan besarnya nilai return aktual dan

(10)

return rata-rata pada keadaan normal (30 hari). Return aktual adalah return yang terjadi pada hari tersebut, sedangkan rata-rata return adalah rata-rata return pada waktu normal yang dalam penelitian ini dihitung selama periode estimasi selama 30 hari sebelum adanya peristiwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) dan di luar periode pengamatan (periode jendela). Periode pengamatan adalah periode di seputar periode peristiwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Periode pengamatan dalam penelitian ini diukur 1 (satu) hari sebelum dan sesudah periode peristiwa, 3 (tiga) hari sebelum dan sesudah periode peristiwa, dan 9 (sembilan) hari sebelum dan sesudah periode peristiwa.

Perhitungan Return Aktual

Return aktual adalah tingkat keuntungan aktual yang akan diperoleh investor dari selisih harga saham yang dimilikinya. Return aktual dihitung dengan menggunakan rumus (Tandelilin, 2010:654):

Ri = (Pt - Pt-1) + D (Pt-1)

Rj = Return saham periode ke j Pt = Harga saham periode ke t Pt-1 = Harga saham periode ke t-1 D = Dividen

Misalnya harga saham BDMN pada tanggal 25 Maret 2009 sebesar Rp.2202 per lembar saham dan hari sebelumnya tanggal 24 Maret 2009 sebesar Rp.2220 per lembar saham, tanpa dividen, maka dapat dihitung return BDMN (Ri) pada tanggal 25 Maret 2009 sebagai berikut:

Ri = (Pt - Pt-1) + D (Pt-1)

Rj = (2202- 2220) + 0

(2220) = -0,008

Langkah yang sama digunakan untuk menghitung return saham yang lain. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa rata-rata return saham antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) cenderung stabil. Return tampak tidak menunjukkan fluktuasi yang berarti baik penurunan maupun peningkatannya di sekitar tanggal pengumuman.

Perhitungan Abnormal Return

Abnormal return merupakan selisih antara return aktual yang terjadi pada periode pengamatan di sekitar tanggal pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) dengan rata-rata return aktual pada periode normal sebelum pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Abnormal return lebih menggambarkan reaksi sebenarnya dari investor atas informasi yang dikandung oleh suatu peristiwa, atau dalam hal ini pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Selanjutnya abnormal return dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Tandelilin, 2010:225):

ARit = Rit – Rit Dalam hal ini:

ARit = abnormal return atau return tak normal saham i pada periode t Rit = return aktual saham i pada periode t

(11)

Misalnya rata-rata return BDMN pada periode estimasi sebesar 0,017 dan return aktual BDMN pada 9 hari sebelum tanggal pengumuman ESOP sebesar 0,007, maka dapat dihitung abnormal return yaitu:

ARpj-9 = 0,007 – 0,017 = -0,010

Langkah yang sama digunakan untuk menghitung abnormal return yang lain.

Perhitungan Cumulative Abnormal Return

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan abnormal return yang terjadi antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) secara spesifik pada hari keberapa, dapat dihitung cumulative abnormal return yaitu abnormal return secara kumulatif yang dihitung berdasarkan periode pengamatan.

Cumulative Abnormal Return (CAR) dapat dihitung dengan menjumlahkan Abnormal Return selama periode jendela pengamatan. Contoh perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) saham BDMN selama 3 (tiga) hari sebelum pengumuman ESOP:

CAR 3 hari sebelum ESOP = 0,105 + (-0,120) + (-0,017) = -0,011

Langkah yang sama digunakan untuk menghitung Cumulative Abnormal Return (CAR) yang lain. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan cumulative abnormal return masing-masing periode pengamatan dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 1

Cumulative Abnormal Return Periode Pengamatan 1 Hari

Keterangan Sebelum Pengumuman Sesudah Pengumuman

Rata-Rata -0,014 -0,049

Tertinggi 0,121 0,057

Terendah -0,126 -0,155

Sumber: Data penelitian diolah

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata cumulative abnormal return mengalami penurunan antara 1 (satu) hari sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP), yaitu -0,014 pada 1 (satu) hari sebelum pengumuman menjadi -0,049 pada 1 (satu) hari sesudah pengumuman. Cumulative abnormal return tertinggi pada 1 (satu) hari sebelum pengumuman dicapai oleh saham WIKA sebesar 0,121 dan cumulative abnormal return tertinggi pada 1 (satu) hari sesudah pengumuman dicapai oleh saham WIKA sebesar 0,057. Sedangkan cumulative abnormal return terendah pada 1 (satu) hari sebelum pengumuman dialami oleh saham MNCN sebesar -0,126 dan cumulative abnormal return terendah pada 1 (satu) hari sesudah pengumuman dialami saham MNCN sebesar -0,155.

Tabel 2

Cumulative Abnormal Return Periode Pengamatan 3 Hari

Keterangan Sebelum Pengumuman Sesudah Pengumuman

Rata-Rata -0,007 0,025

Tertinggi 0,016 0,057

Terendah -0,041 -0,027

Sumber: Data penelitian diolah

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata cumulative abnormal return mengalami peningkatan antara 3 (tiga) hari sebelum dan sesudah pengumuman, yaitu -0,007 pada 3 (tiga) hari sebelum pengumuman menjadi 0,025 pada 3 (tiga) hari sesudah pengumuman. Cumulative abnormal return tertinggi pada 3 (tiga) hari sebelum pengumuman dicapai oleh saham PGAS sebesar 0,016 dan cumulative abnormal return tertinggi pada 3 (tiga) hari sesudah pengumuman dicapai oleh saham BMTR sebesar 0,057. Sedangkan cumulative abnormal return terendah pada 3 (tiga) hari sebelum pengumuman dialami oleh saham WIKA sebesar -0,041 dan cumulative abnormal return terendah pada 3 (tiga) hari sesudah pengumuman dialami oleh saham MNCN sebesar -0,027.

(12)

Tabel 3

Cumulative Abnormal Return Periode Pengamatan 9 Hari

Keterangan Sebelum Pengumuman Sesudah Pengumuman

Rata-Rata -0,052 0,011

Tertinggi 0,017 0,048

Terendah -0,147 -0,008

Sumber: Data penelitian diolah

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata cumulative abnormal return mengalami peningkatan antara 9 (sembilan) hari sebelum dan sesudah pengumuman, yaitu -0,052 pada 9 (sembilan) hari sebelum pengumuman menjadi 0,011 pada 9 (sembilan) hari sesudah pengumuman. Cumulative abnormal return tertinggi pada 9 (sembilan) hari sebelum pengumuman dicapai oleh saham BDMN sebesar 0,017 dan cumulative abnormal return tertinggi pada 9 (sembilan) hari sesudah pengumuman dicapai oleh saham MNCN sebesar 0,048. Sedangkan cumulative abnormal return terendah pada 9 (sembilan) hari sebelum pengumuman dialami oleh saham WIKA sebesar -0,147 dan cumulative abnormal return terendah pada 9 (sembilan) hari sesudah pengumuman dialami oleh saham PGAS sebesar -0,008.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada periode pengamatan 1 (satu) hari terjadi penurunan abnormal return, sedangkan pada periode pengamatan 3 (tiga) hari dan 9 (sembilan) hari terjadi peningkatan abnormal return. Adanya penurunan abnormal return pada periode pengamatan 1 (satu) hari menunjukkan bahwa pasar bereaksi negatif pada saat sebelum peristiwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP), para investor mengurangi transaksinya karena kondisi ketidakpastian informasi yang terkandung dalam pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Sedangkan pada periode pengamatan 3 (tiga) hari dan 9 (sembilan) hari terjadi peningkatan abnormal return, hal ini menunjukkan bahwa pasar mulai merespon pengumuman pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) tersebut dengan positif. Artinya penurunan harga yang terjadi pada hari pertama pengumuman akibat reaksi negatif para investor merupakan peluang bagi investor lain untuk mendapatkan capital gain yang tinggi dari penawaran harga saham yang rendah.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji secara statistik adanya perbedaan abnormal return yang terjadi, apakah signifikan atau tidak. Ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah suatu peristiwa akan menggambarkan bentuk pasar modal serta bagaimana pasar bereaksi terhadap suatu informasi.

Tabel 4

Uji Statistik Perbedaan Abnormal Return Periode Pengamatan 1 (Satu) Hari

Sumber: Data penelitian diolah

Paired Samples Test

,0343 ,04587 ,01873 -,0138 ,0825 1,833 5 ,126 CAR 1 hr sblm -CAR 1 hr ssdh Pair 1 Mean Std. Deviation Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

(13)

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji t adalah sebesar 0,126 > 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Artinya bahwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) tidak memberi sinyal yang berarti pada investor di pasar modal untuk bereaksi pada periode 1 (satu) hari sebelum dan sesudah pengumuman.

Tabel 5

Uji Statistik Perbedaan Abnormal Return Periode Pengamatan 3 (Tiga) Hari

Sumber: Data penelitian diolah

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji t adalah sebesar 0,121 > 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Artinya bahwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) tidak memberi sinyal yang berarti pada investor di pasar modal untuk bereaksi pada periode 3 (tiga) hari sebelum dan sesudah pengumuman.

Tabel 6

Uji Statistik Perbedaan Abnormal Return Periode Pengamatan 9 (Sembilan) Hari

Sumber: Data penelitian diolah

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji t adalah sebesar 0,100 > 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP). Artinya bahwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) tidak memberi sinyal yang berarti pada investor di pasar modal untuk bereaksi pada periode 9 (sembilan) hari sebelum dan sesudah pengumuman.

Interpretasi

Berdasarkan analisis deskriptif dapat diketahui bahwa pada periode pengamatan 1 (satu) hari terjadi penurunan abnormal return, sedangkan pada periode pengamatan 3 (tiga) hari dan 9 (sembilan) hari terjadi peningkatan abnormal return.

Dari hasil uji t yang dilakukan terhadap abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) pada periode jendela 1 hari, 3 hari, dan 9 hari, menunjukkan hasil yang tidak signifikan, di mana probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0,05, yang artinya abnormal return sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) tidak berbeda dengan sebelum pengumuman.

Paired Samples Test

-,0628 ,07649 ,03123 -,1431 ,0174 -2,012 5 ,100 CAR 9 hr sblm -CAR 9 hr ssdh Pair 1 Mean Std. Deviation Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

-,0325 ,02410 ,00984 -,0578 -,0072 -1,904 5 ,121 CAR 3 hr sblm -CAR 3 hr ssdh Pair 1 Mean Std. Deviation Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

(14)

Tidak adanya perbedaan abnormal return pada periode pengamatan 1 (satu) hari, 3 hari, dan 9 (sembilan) hari ini tidak mendukung hipotesis yang diajukan bahwa “Diduga terdapat perbedaan return saham antara sebelum dan sesudah pengumuman Employee Stock Option Program (ESOP) di Bursa Efek Indonesia.”

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadinata (2012) yang menyimpulkan bahwa pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) bukan merupakan sinyal informasi yang baik bagi investor untuk memperoleh laba. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) yang meneliti tentang pengaruh Employee Stock Ownership Program (ESOP) terhadap kualitas implementasi Corporate Governance dan kinerja perusahaan, di mana Untuk ROE, ROA, PBV, dan dividen tidak mengalami perbedaan baik antara periode sebelum ESOP dan sesudah ESOP maupun antara perusahaan yang mengadopsi ESOP dan yang tidak mengadopsi ESOP.

Hasil analisis menunjukkan pasar tidak bereaksi secara signifikan di seputar pengumuman ESOP. Hal ini disebabkan karena ESOP merupakan fenomena yang masih relatif baru bagi para investor sehingga dianggap memiliki risiko dan belum ada kepastian tentang tingkat keuntungan yang diperoleh. Selain itu, investor juga memprediksi akan terjadi dilution effect di mana terjadi pengurangan laba untuk setiap lembar saham setelah dilaksanakannya hak opsi (option right) karena jumlah saham yang semakin bertambah dan program ESOP yang dilakukan dalam bentuk stock option plan di mana mengaitkan imbalan di masa mendatang memiliki risiko. Selain itu adanya faktor di luar kontrol perusahaan yang dapat memengaruhi harga saham seperti kondisi politik, ekonomi, sosial, dan keamanan di Indonesia, serta harga saham yang ditentukan oleh pasar yang sering kurang rasional di mana cenderung bereaksi berlebihan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP), maka dapat diambil kesimpulan bahwa abnormal return sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) tidak berbeda dengan sebelum pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP), hal ini disebabkan karena ESOP merupakan fenomena yang masih relatif baru bagi para investor sehingga dianggap tidak memiliki kandungan informasi yang kuat untuk kepentingan investasi di pasar modal.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diambil maka saran-saran yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil jumlah sampel perusahaan yang lebih banyak, menambah jumlah variabel penelitian, dan menambah periode penelitian yang lebih lama, agar menghasilkan informasi yang lengkap kepada investor maupun calon investor.

2. Dari tidak adanya perbedaan yang signifikan abnormal return pada perusahaan-perusahaan LQ45 antara sebelum dan sesudah pengumuman penerapan Employee Stock Option Program (ESOP) dapat menjadi pertimbangan bagi investor untuk kepentingan investasinya dalam menghadapi risiko ketidakpastian di pasar modal.

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat pengganggu penelitian ini, seperti kondisi perekonomian secara makro, situasi politik, serta tingkat kesejahteraan masyarakat.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Asyik, N.F. 2006. Dampak Pernyataan dan Nilai Wajar Opsi pada Pengaruh Magnituda Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan Terhadap Pengelolaan Laba. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

Astika, I.B.P. 2012. Harga Referensi Dan Return Expectatio Dalam Employee Stock Of Option Plan. Finance and Banking Journal. Vol. 14 No. 1 (Juni 2012).

Bapepam. 2002. Studi tentang Penerapan ESOP Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia. Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Herdinata, C. 2012. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee Stock Ownership Program. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16 No 1. Januari 2012. Hal. 77-85.

Husnan, S dan E. Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Oyer, P.S.S. 2005. Why Do some Firm give Stock Option to All Employee: An Empirical Examination of Alternative Theories. Journal of Alternative theories 76:99-133.

Sartono, A. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasinya. Edisi ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Setyaningrum, A.N. 2013. Pengaruh Employee Stock Ownership Program Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke-13. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Cetakan

Kelima. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Widyaningdyah, A. U.2011. Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Earning Manajement pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3, No.2 (November):89-101.

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada trading cost , volume perdagangan saham, dan abnormal return saham pada saat sebelum dan sesudah pengumuman stock split.

Hasil pengujiannya adalah mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan cumulative abnormal return signifikan secara statistik sebelum maupun sesudah pengumuman peringkat

penelitian yang mengambil judul Analisis Perbedaan Abnormal return dan Trading Volume Activity Sebelum dan sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.. Universitas Pendidikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan volume perdagangan saham yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah terjadinya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham (stock splits) terhadap perusahaan

Pengujian hipotesis pertama menggunakan Uji Paired t-test, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah stock

Adanya perbedaan rata-rata likuiditas saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split yang menunjukkan bahwa tujuan perusahaan melakukan stock split yaitu untuk