• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

102 BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa berdasarkan hasil pembahasan tentang konsep pembuktian dalam

hukum persaingan usaha dan apakah circumstantial evidence atau pembuktian tidak langsung dapat digunakan dalam membuktikan kasus kartel adalah sebagai berikut :

1. Bahwa konsep pembuktian kasus kartel pada hukum persaingan usaha dilakukan dengan cara melihat :

a. Hubungan anatara para terlapor merupakan pelaku usaha yang bersaing atau tidak.

b. Perjanjian dilakukan baik secara lisan maupun tulisan dan isi dari

perjanjian tersebut adalah untuk mempengaruhi harga dengan cara mengatur produksi dan atau pemasaran.

c. Akibat dari perjanjian tersebut dapat merugikan konsumen ataupun pelaku

usaha pesaing yang tidak masuk dalam anggota kartel.

Bahwa kartel merupakan salah satu perjanjian yang dilarang oleh UU

Antimonopoli. Bahwa dalam membuktikan adanya kartel harus dilihat pemenuhan aspek subyek, aspek perjanjian (baik bentuk maupun isi) dan aspek mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Perjanjian

yang diatur dalam UU Antimonopoli mempunyai maksud untuk membatasi perilaku usaha yaitu berupa larangan untuk membuat perjanjian yang

(2)

103

dalam KUHPerdata bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum kepada para pihak untuk mendapatkan hak atau melakukan suatu kewajiban. Sehingga secara otomatis perjanjian yang diatur dalam UU Antimonopoli merupakan

perjanjian yang tidak sah atau ilegal, sedangkan dalam KUHPerdata ditujukan untuk mensahkan suatu perjanjian. Perjanjian dalam hukum persaingan usaha

mempunyai makna “contract”, “combination” atau “conspiracy” yang mengharuskan adanya tindakan bersama-sama dari dua orang atau lebih untuk membentuknya, sedangkan tindakan bersama (concerted action) hanya bisa

dibenarkan apabila mereka mempunyai unity of purpose atau understanding atau telah terjadi meeting of minds diantara mereka.

2. Dengan semakin sulitnya menemukan bukti tertulis tentang kartel, maka circumstantial evidence dapat digunakan untuk membuktikan kartel tersebut pembuktian dengan menggunakan circumstantial evidence dilakukan dengan

mengkombinasikan bukti komunikasi dengan bukti analisis ekonomi. Bukti komunikasi dapat berupa tulisan ataupun lisan antar pesaing dimana dalam komunikasi tersebut terdapat pembicaraan mengenai harga, strategi masing –

masing pelaku usaha (secara langsung maupun tidak langsung) ataupun menunjukan dokumen internal perusahaan. Bukti komunikasi dapat diperoleh

dari kesaksian, keterangan terlapor, notulen rapat ataupun dalam bentuk rekaman percakapan elektronik. Bukti analisis ekonomi merupakan bukti tambahan. Bukti ekonomi bukti yang terdiri dari dua tahapan berupa analisis

(3)

104

dimungkin terjadi di pasar bersangkutan (relevant market), dan analisis perilaku atau perubahan yang ditujukan untuk membuktikan apakah perilaku di pasar bersangkutan konsisten dengan perilaku kartel dan bukan perilaku

bersaing. Analisis ekonomi pada circumstantial evidence mempunyai manfaat untuk membuktikan akibat dari kartel apakah merugikan konsumen atau tidak.

Hal ini tentu saja sangat berguna dalam menyelesaikan kasus persaingan usaha yang menggunakan pendekatan rule of reason, yang tidak dapat ditemukan apabila menggunakan ketentuan alat bukti yang termuat dalam pasal 42 UU

ANtimonopoli. Oleh karena itu pembuktian dengan menggunakan konsep circumstantial evidence dapat digunakan untuk membuktikan adanya kartel.

B. Saran

Berikut ini saran dari penulis tentang penggunaa circumstantial evidence dalam

membuktikan kartel di Indonesia.

1. Sekiranya para penegak hukum khususnya hakim diberbagai tingkat dalam pertimbangannya untuk menjatuhkan putusan agar dapat menyesuaikan dengan

tuntutan perkembangan jaman. Sebagai contoh makna perjanjian pada kasus kartel. Apabila para pemegang palu keadilan tidak dapat menyesuaikan dengan

perkembangan jaman dan masih memegang konsep lama tentang perjajian, maka para pelaku usaha yang melakukan kartel dengan model kesepakatan kehendak yang tidak biasa tidak dapat dikenai hukuman.

(4)

105

dituntut untuk tidak saja memiliki kemampuan di bidang hukum saja melainkan memiliki kemampuan lintas bidang keilmuan khususnya bidang pada ekonomi supaya dalam memberikan putusan bukan hanya didasarkan keyakinan dan

minimal alat bukti saja, melainkan juga keyakinan berdasarkan alasan yang rasional. Hal ini dapat bermafaat untuk mengadili dan memutus perkara

persaingan usaha yang memiliki sifat khas dan karakteristik yang jauh berbeda dengan perkara di bidang hukum privat dan hukum publik pada umumnya 2. Dengan terpenuhinya saran yang disebutkan diatas maka secara otomatis

pembuktian circumstantial evidence seyogyanya dapat diterima dalam hukum persaingan usaha di Indonesia terkait pengungkapan perjanjian katel era

Referensi

Dokumen terkait

Aturan yang di dalamnya berisikan norma yang berpangkal pada asas hukumlah yang kemudian memiliki predikat sebagai hukum sehingga di dalamnya dimuat adanya sanksi,

Bentuk hukum, bidang usaha, batasan, permodalan, kegiatan sewa guna. usaha, lampiran ijin menteri merger, konsolidasi, akuisisi dan

Dalam penelitian ini penulis mendukung pendapat bahwa penggunaan doktrin sebagai sumber hukum yang digunakan hakim dalam memutus kasus/perkara adalah sah menurut hukum.. Makna

Doktrin dalam posisinya yang otoritatif tidak memiliki kekuatan mengikat ( binding ) seperti halnya sumber hukum yang dikatakan. must-sources atau misalnya secara

Adapun kesimpulan dimaksud adalah dalam hukum positif di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai kontrak bisnis dengan orang asing, walaupun tidak diatur ke

Jika ditinjau dari segi budaya hukum, kasus illegal crossing terjadi karena budaya hukum penduduk perbatasan masih sangat rendah dan dipengaruhi oleh budaya

Entrepreneurship perlu untuk menciptakan sebuah kegiatan dan yang memiliki pemahaman tentang kebutuhan lingkungan Entrepreneurship harus menciptakan cara-cara baru dan

Kartel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan