• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (4). docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN TINDAKAN KELAS (4). docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

: Rimayah

NIM

: 1121100277

Kelas

: G

Mata Kuliah

: Metode Penelitian 1

Instansi

: Institut Agama Islam Negeri Pontianak

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi atau memecahkan permasalahan di kelas. Salah satu cara yang dipandang efektif adalah guru melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Dikatakan demikian karena selama melaksanakan PTK guru tidak meninggalkan tugas utamanya (mengajar) dan bahkan dengan PTK itulah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan makin berhasil gun. Sebagaimana dikemukakan sarwiji suwandi (2013b, 2003c, 2004), jika ada guru yang memiliki komitmen untuk senantiasa memperbaiki sistem serta meningkatkan kinerja dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran guru tersebut dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas. Maka dari itulah kami selaku penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penelitian tindakan kelas? 2. Apa karakteristik penelitian tindakan kelas 3. Apa prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas? 4. Apa objek penelitian tindakan kelas?

5. Bagaimana teknik pengumpulan data penelitian tindakal kelas? 6. Apa tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian penelitian tindakan.

(2)

3. Menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas. 4. Menjelaskan objek penelitian tindakan kelas.

5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengumpulkan data penelitian tindakan kelas.

6. Menjelaskan tujuan dan manfaat peenelitian tindakan kelas.

D. Manfaat

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research yang artinya penelitian dengan tindakan. Menurut Suharsimi Arikunto, PTK terdiri dari tiga kata; pertama, penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Kedua, tindakan merupakan gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Ketiga, kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaam menerima pelajaran dari guru sama. Dari ketiga unsur pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelassecara bersamaan (Suyadi: 2012).

(4)

dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek pembelajaran. Dengan kata lain, PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat.

Menurut E. Mulyasa (2012:) menyebutkan penelitian tindakan merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau masyarakat agar lebih efektif dan efisien, termasuk untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan.

Kemudia menurut beberapa ahli dari Barat John Eliot (Hopkins dalam Sarwiji Suwandi 2011:10) memaparkan bahwa penelitian tindakan adalah suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut. Sedangkan menurut Stephen Carey (Esti Isnawati 2011:50) menjelaskan bahwa penelitian kaji tindak/penelitian tindakan kelas adalah merupakan sebuah cara di mana guru mencoba untuk meneliti permasalahan mereka sendiri secara alamiah dalam rangka melakukan evaluasi, mengarahkan, dan memperbaiki prosedur.

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan pengertian diatas, PTK mempunyai karakter tersendiri jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Menurut Suyadi (2012) beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru merasa bahwa ada permasalah yang mendesak untuk segera

diselesaikan di dalam kelas. Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada sesuatu dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi dan ia terpanggil untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan tersebut. Dengan demikian, PTK menjadi khas hanya dilakukan dan diprakarsai oleh guru kelas, bukan pihak lain. 2. Refleksi diri merupakan ciri khas PTK yang paling esensial.hal ini

(5)

menggunakan responden atau populasi secara objektif dalam mengumpulkan data, sedangkan dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. Refleksi yang dimaksud di sini adalah refleksi dalam pengertian introspeksi diri, seperti guru mengingatkembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan lain sebagainya. Sebagaimana disebutkan oleh Schmuck (Suyadi: 2012) kita seperti melihat diri kita di dalam cermin tentang berbagai tindakan yang telah kita lakukan dan harapkan kita atas tindakan tersebut.

3. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam “kelas” sehingga fokus perhatian adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui interaksi. Sekali lagi “kelas” yang dimaksud di sini tidak sebatas ruang tertutup yang dibatasi dinding dan pintu, tetapi “tempat” di mana terjadi proses pembelajaran antara guru dan siswa. Jadi boleh saja PTK dilakukan diruang terbuka seperti pelajaran olahraga di lapangan, atau di taman ketika siswa sedang diskusi agar tidak penat di dalam kelas.

4. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pelajaran tiada henti. Esensi PTK adalah untuk memperbaiki pola pembelajaran secara terus menerus tiada henti. didalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai. siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya.

Menurut Kemmis dan McTggar (Esti Ismawati 2011:51) menjelaskan bahwa PTK memiliki karakteristik umum yaitu:

1. Kolektif dan reflektif

Kolektif di sini dimaksudkan bahwa dalam PTK dilakukan oleh peserta-peserta penelitian dalam situasi sosial dalam rangka memperbaiki praktik-praktik sosial pendidikan.

(6)

C. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Suyadi (2012) menjabarkan beberapa prinsip untuk pedoman Dalam PTK, terdapat sejumlah prinsip atau pedoman yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip PTK tersebut adalah:

1. PTK dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang alamiah.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang alamiah. Artinya, PTK harus dilakukan tanpa mengubah situasi dan jadwal pelajaran dengan kata lain, PTK tidak perlu dilakukan dalam situasi yang khusus, apalagi sampai mengubah kebiasaan pembelajaran.

2. Adanya inisiatif guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Guru harus peka terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam pembelajaran. Bahkan, guru dituntut untuk lebih sensitif terhadap prestasi belajar siswa. Kepekaan dan sensitivitas inilah yang akan mendorong naluri guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Nah PTK merupakan salah satu jalan bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.

3. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar bertindak.

Menurut Suharsimi Arikunto, PTK harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT yaitu: Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), Threat (ancaman). Sebelum mengidentifikasi yang lain, guru harus mengidentifikasi dirinya sendiri, khususnya dari sudut pandang dua unsur yakni, Strenght (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan). Identifikasi dari sudut pandang yang sama juga harus dilakukan kepada pesetra didik.

(7)

berkaitan dengan prinsip pertama, yakni PTK harus berjalan secara alamiah dan tidak boleh menimbulkan resiko yang tidak diinginkan. 4. Adanya upaya secara konkret.

Inisiatif untuk memperbaiki pembelajaran yang didasarkan pada analisa SWOT sebagaimana disebutkan diatas berupa “tindakan” secara konkret. Tidak cukup hanya dengan harapan maupun angan-angan. Harus benar-benar konkret berupa tindakan praktis. Inilah salah satu ciri khas PTK, yakni adanya “tindakan” secara praktis dan konkret. Tindakan secara konkret sebagai manifestasi inisiatif dan analisis SWOT tersebut menyatu ke dalam sistem pembelajaran yang lebih baik. Tentu sebuah inisiatif baru yang diaktualisasikan dalam proses pembelajaran perlu mendapat bantuan dari berbagai unsur dan terlibat secara sistematis, mulai dari sarana-prasarana pendudkung, mengubah jadwal pelajaran, gaya mengajar yang berbeda, dan unsur-unsur terkait.

5. Merencanakan dengan SMART

Suharsini Arikunto (Suyadi:2012) berpendapat bahwa PTK harus direncanakan dengan SMART, yaitu:

S : Spesific, khusus (khusus, tidak terlalu umum/luas). Misalnya, melakukan penelitian untuk pelajaran bahasa Indonesia, tetapi hanya satu aspek seperti bicara, menulis atau mendengar. Dengan demikian hasiknya spesifik.

M : Managable, dapat dikelola, dilaksanakan. Artinya lokasi mudah dijangkau, data dapat dikumpulkan dengan mudah, hasilnya dapat dikoreksi dan tidak menyulitkan.

A : Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achivable, dapat dijangkau, dicapai. Artinya, mudah dilakukan, tidak berbelit, dan hal-hal lain yang membuat siswa berkeluh kesah atas tindakan yang dilakukan guru dalam penelitian.

R : Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan. Artinya, tidak menyimpang dari tujuan, serta hasilnya bermanfaat baik bagi guru maupun siswa.

(8)

dilaksanakan 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan seterusnya. Sehingga, jika PTK ini akan dilanjutkan ada batasnya yang jelas.

Dari kelima unsur SMART di atas, terdapat satu unsur yang mempunyai keterkaitan langsung antara peneliti (guru) dengan subjek yang diteliti atau yang akan dikenai tindakan (siswa). Unsur tersebut adalah Accaptable/Achievable atau dapat diterima lingkungan/dapat dijangkau. Berdasarkan prinsip SMART, khususnya Accaptable, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, guru harus mengkomunikasikan dengan siswa. Apa inisiatif guru? Apa yang akan dilakukan? Dan apa perangkat yang akan digunakan? Hal ini dimaksudkan untuk mencari kesepakatan apakah siswa mampu melakukan inisiatif guru atau tidak. Dengan demikian tidak ada tindakan sewenang-wenang dari guru terhadap siswanya, meskipun tujuan guru baik, yakni ingin memperbaiki hasil belajar siswa.kemampuan siswa juga dipertimbangkan, apakah penelitian yang akan dilakukan memberatkan siswa atau tidak. Berikut adalah kaidah yang dapat digunakan untuk mencari kesepakatan antara guru dengan siswa dalam PTK:

1. Inisiatif harus kreatif dan tindakan harus cemerlang

Peneliti (guru) harus menunjukkan kepada anak didiknya bahwa ia mempunyai inisiatif yang benar-benar sangat kreatif dan dituangkan dalam pola pembelajaran melalui sejumlah tindakan. Guru juga harus meyakinkan siswa bahwa inisiatif dan tindakan tersebut benar-benar dapat meningkatkan proses belajar aktif siswa, sehingga hasilnya dapat ditingkatkan.

2. Terpusat pada proses

(9)

mengajar, apakah telah sesuai dengan dengan kemampuan anak atau belum, lancar atau tidak, memberatkan atau tidak, memotivasi belajar atau tidak, apa hambatan yang muncul, dan aspek-aspek lain yang muncul berkaitan dengan proses pembelajaran.

D. Objek Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata karena ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu didasarkan pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan itulah diperlukan sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Sesuai dengan prinsip bahwa tindakan dirancang sebelumnya, objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan obkej yang sedang diam dan tanpa gerak. Menurut Suharsimi Arikunto (2006), objek penelitian tindakan kelas meliputi hal berikut:

1. Unsur siswa bermaksud dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/ lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

2. Unsur guru

Dapat dicermati ketika guru sedang mengajar di kelas khususnya cara guru memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa.

3. Unsur materi pelajaran

Dapat dilihat dari RPP dan khususnya ketika materi sedang disajikan kepada siswa, meliputi ururtannya, pengorganisasian cara penyajiannya dan pengaturan.

4. Unsur peralatan atau sarana pendidikan 5. Unsur hasil pembelajaran

6. Unsur lingkungan 7. Unsur pengelolaan.

E. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

(10)

peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik, dikenal dalam pelaksanaanya dengan beberapa model diantaranya:

1. Model Kemmis & Mc Taggart

Model pelaksanaan PTK mencakup empat langkah, yaitu: a. Merumuskan masalah dan merancang tindakan.

b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring. c. Refleksi hasil pengamatan

d. Perubahan / revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait.

2. Model Mc Kernan

Menurut MC Kernan yang menjabarkan lebih rinci proses penelitian tindakan, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatas masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah didalam setiap tingkatan atau daur. Model Mc Kernan ini juga perlu diperhatikan bahwa pada setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. Jika tenyata tindakan yang diberikan sudah dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah maka penelitian tersebut dapat diakhiri. Apabila penelitiaan tersebut belum dapat memecahkan permasalahannya maka penelitian dapat masuk pada tingkatan berikutnya. Selanjutnya ada tujuh langkah yang harus dicermati, yaitu:

a. Analisis situasi (roconnaisance) atau dikenal medan. b. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.

c. Hipotesis tindakan d. Perencanaan tindakan.

e. Implementasi tindakan dengan monitoringnya f. Evaluasi hasil tindakan.

g. Refkelsi dengan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.

3. Model Ebbut

(11)

secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua. Pada tingkatan kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, dilaksanakan, monitoring efek tindakan yang terjadi pada subjek yang teliti, dokumentasi efek tindakan tersebut secara detai dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkat ketiga. Pada tingkat ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasi efek tindakan kelas untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapt dipecahkan.

4. Model Elliot

Model ini dikembangkan oleh dua orang sahabat, yaitu Elliot dan Edelman. Mereka mengembangkan dari model Kemmis yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya, gunanya tak lain agar guru/dosen sebagai penelitian agar lebih mudah dalam tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan oleh guru/dosen dalam melakukan tindakan dalam semua tingkatan tersebut tak lain adalah memudahkan baik dalam memahami perubahan yang telah terjadi maupun dalam aktivitas guru/dosen yang telah dilakukan yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun laporan penelitian tersebut.

5. Model Kurt Lewin

Model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan kelas (PTK) yang ada. Sebab dialah yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan kelas tersebut. Konsep pokok penelitian tindakan dari Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: a. Perencanaan (planning)

b. Tindakan (acting)

c. Pengamatan (observasion) d. Refleksi (refleksion)

F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas

Kinayati Djojosuroto dan M.L.A Sumaryati (2000:152) menyebutkan beberapa teknik dalam mengumpulkan data, yaitu:

1. Pengamatan

(12)

Pengamat mengamati tapi tidak ikut ambil bagian. Contoh: mengamati sidang umum dari TV.

b. Pengamatan berperan serta secara pasif.

Pengamat mengamati kejadian secara langsung ditenpat kejadian tetapi tidak ikut andil.

c. Pengamatan berperan serta secara aktif

Pengamat mengamati kejadia secara langsung dan ikut andil, walaupun bukan pelaku utama.

d. Pengamatan berperan serta secara penuh

Pengamat berperan penuh, dalam konteks PTK maka guru masuk dalam kriteria ini.

2. Wawancara

a. Wawancara standar terstruktur b. Wawancara standar tak terstruktur c. Wawancara non standar

3. Analisis dokumen 4. Tes

a. Dari segi pelaksanaan: 1) Tes tulis. 2) Tes lisan. 3) Tes perbuatan b. Dari segi pengoreksian: 1) Tes subjektif (essay). 2) Tes objektif c. Dari segi perbuatan: 1) tes baku (standar). 2) tes perbuatan guru.

Kemudian Esti Ismawati (2011:59-64) menjelaskan beberapa metode-metode monitoring dan koleksi data yang dapat dipakai, yaitu sebagai berikut:

1. Pencatatan anaktodal yaitu, deskripsi tertulis yang dicatat berdasarkan runtutan kejadian (misalnya, perkembangan seorang anak) dalam satu priode. Pencatatan dilakukan secara akurat untuk kemudian dilakukan interpretasi dan penjelasan. Deskripsi biasanya meliputi konteks dan kejadian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode ini dapat diaplikasikan baik ke suatu kelompok maupun ke individu.

(13)

3. Deskripsi perilalu ekologis, deskripsi ini mencoba merekam obsrevasi dan pemahaman dari runrutan perilaku secara keseluruhan. Deskripsi ini dapaat dilakukan dengan beberapa level :

a. Semua murid tenang dan serius didalam kelas, tetapi kemudia semua tertawa terbahak-bahak...

b. John menceritakan hobinya di depan kelas.

c. Kakinya gemetar dan kedua tangannya diremas-remas di belakang punggungnya...

Deskripsi dilakukan dengnmenghindari istilah dan interpretasi psikologis.

4. Analisis dokumen, yaitu merupakan sebuah gambaran dari isu atau masalah di sekolah, dapat dikontruksikan melalui dokumen-dokumen seperti surat-surat memo sekolah, pengumuman-pengumuman, hasil kerja murid, arsip sekolah, laporan-laporan sekolah, tabel waktu, kebijakan dan peraturan sekolah. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna.

5. Catatan harian, catatan harian individual (tidak harus selalu bersifat pribadi) yang dibuat secara rutin dapat menjadi informasi bagi peneliti sebuah masalah. Catatan harian meliputi observasi, perasaan, reaksi, interpretasi, refleksi perkiraan-perkiraan, dan penjelasan. Isu dapat berkisar dari kerja murid secara individual sampai dengan evaluasi diri untuk memperbaiki metode mengajar. Murid dapat didorong untuk menulis catatan harian mengenai topik yang sama untuk memberikan gambaran dari perspektik lain.

6. Logs, mirip dengan catatan harian tetapi diatur sesuai dengan alokasi waktu untuk aktivitas tertentu, pengelompokan kelas, dan lain-lain. Kegunaan, seperti catatan harian, juga mengomentari kejadian-kejadian tetapi diatur dalam urutan waktu.

(14)

ini dapat memberikan gambaran untuk refleksi tanpa resiko penekanan yang berlebihan pada satu topik dan menghindari rasa bosan.

8. Portofolio, materi-materi dikumpulkan untuk sebuah tujuan. Sebuah portofolio dapat terdiri atas hal-hal seperti catatan rapat, korespondensi, kliping, pengumuman, atau dokumen apapun yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

9. Angket a. Terbuka

Minta pada responden sesuai dengan pendapatnya sendiri dan diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. Berguna untuk tahap eksplorasi tetapi kadang-kadang dapat mengundang respon yang sulit untuk dianalisis.

b. Tertutup atau pilihan ganda

Meminta responden untuk memilih pernyataan atau deskripsi yang sudah tersedia dalam angket sehingga menutup kemungkinan bagi responden untuk mengungkapkan pendapat perasaan, penilaian dan lain-lain. Pertanyaan harus ditulis secara hati-hati dan maksudnya juga harus jelas dan tidak ambigu. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat diuji cobakan (pada rekan kerja atau kelompok responden yang menjadi sampel) sehingga peneliti dapat melakukan perbaikan-perbaikan sebelum digunakan. Pada angket jenis ini, topikyang diteliti dibatasi secara ketat untuk meningkatkan rating respon dan kualitas informasi yang ingin diperoleh..

c. Wawancara

1) Wawancara tidak terencana, seperti obrolan informal antara murid dan guru.

2) Wawancara terencana tetapi tidak terstruktur, satu atau dua pertanyaan pembuka dari pewawancara tetapi kemudian dapat berkembang sesuai dengan respon atau jawaban para responden. 3) Wawancara terstruktur, pewawancara telah menyiapkan satu set

petanyaan untuk diajukan kepada responden dan mengendalikan percakapan sesuai pedoman.

(15)

tidak disukai, atau saling tidak menyukai. Pertanyaan duajukan berdasarkan sebuah pandangan untuk melihat murid yang dapat diajak bekerjasama atau aktif dalam sebuah kegiatan dan murid yang tidak dapat bekerjsama.

11. Intergrasi jadwal dan daftar cek, dapat digunakan oleh guru atau seorang observer yaitu berupa pencatatan berdasarkan waktu, dilakukan di dalam interval rutin atau berdasarkan kejadian. Perilaku yang bervariasi dicatat dalam (check list) dapat dibuat dengan mengacu pada: perilaku verbal guru, perilaku verbal murid, perilaku verbal guru dan perilaku non-verbal murid. Jadwal atau daftar cek dapat digunakan langsung atau dengan bantuan alat perekam pada saat pelajaran (atau rapat dan kejadian-kejadian penting lainnya)

12. Perekam tape 13. Perekam video 14. Foto dan slide

15. Hasil tes atau ulangan murid

G. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti (2009:233) langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu:

1. Menurut Lewis

a. Mengidentifikasi gagasan / permasalahan umum. b. Melakukan pengecekan di lapangan.

c. Membuat perencanaan umum d. Mengembangkan tindakan pertama. e. Mengimplementasikan tindakan pertama f. Mengevaluasi

g. Merevisi perencanaan untuk tindakan kedua.

Namun dalam melaksanakan langkah para guru bisa juga menerapkan langkah seperti yang dijelaskan dalam model-model penelitiantindakan kelas seperti yang dijelaskan di atas.

H. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

(16)

antara teori dengan praktek pendidikan, bahkan para guru didorong untuk mengembangkan sendiri konsep-konsep dan teorinya, kemudian mempraktekkannya dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.

Lebih lanjut E. Mulyasa (2014: 89-90) menerangkan tentang tujuan PTK sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajran.

2. Meningkatkan layanan profesinal dalam kontaks pembelajran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.

3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajran yang dirancang secara tepat waktu dan sasaranya. 4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara

bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta peerbaikan yang berkesinambungan.

5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah terbuka dan jujur dalam pembelajaaran penilaian praktis dalam situasi konkret.

6. John Eliot (Sarwiji Suwandi 2011:10) menambahkan bahwa tujuan PTK adalah untuk memperoleh

Tujuan ini juga dikemukakan oleh Djunaidi Ghony (2008:28-29) bahwa PTK dilaksanakan demi perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misis profesional yang diemban oleh guru.

Dengan kata lain tujuan PTK adalah mengembangkan keterampilan proses pembelajaran, bukan untuk mencepai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan. Sedangkan manfaat TPK antara lain:

1. Mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru di kalangan peserta didik.

2. Merupakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi kelas. 3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang

(17)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas panjang tetang penelitian tindakan kelas penulis dapat menyimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan guru dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga dapat terjadi di luar kelas seperti laboratorium, lapang, serta alam terbuka yang didalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar.

(18)

meneliti suatu pemasalahan dalam kelas yang ia anggap pantas untuk diteliti maka guru tersebut harus memperhatikan objek yang akan diteliti. Dalam prakteknya guru juga bisa memilih model-model dalam penelitian tindakan kelas serta disesuaikan dengan teknik dalam mengumpulkan data, sehingga guru ketika terjun kelapangan untuk observasi tidak akan menemui kesulitan sehinnga tujuan dan manfaaat ia peroleh dari penelitian tersebut.

B. Saran

Maka hanya inilah yang dapat kami sampaikan semoga dapat memberi manfaat bagi penulis serta pembaca yang budiman dalam menambah wawasan tetang penelitian tindakan kelas.

DAFTAR ISI

H.E Mulyasa. 2012. Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Suyadi. 2012.

Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) Dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Esti Isnawati. 2011.

Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan

Sastra.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Sarwiji Suwandi. 2011.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan

Penulisan Karya Ilmiah.

Surakarta: Yuma Pustaka.

(19)

Kinanti Djojosubroto dan M.L.A. Sumaryati. 2000.

Prinsip-Prinsip

Dasar Penelitian Bahasa Dan Sastra.

Bandung: Yayasan

Nuansa Cendekia.

Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2006.

Penelitian

Tindakan Kelas.

Jakarta : Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Koleksi grey literature di Perpustakaan MPR RI selain majalah memang hanya kadang-kadang saja dimanfaatkan oleh pemustaka dan pemustaka yang datang untuk mencari koleksi

A review on the key issues for lithium-ion battery management in electric vehicles.. Nonaqueous liquid electrolytes for lithium based

Di bawah ini disajikan kunci jawaban dan petunjuk penyelesaian soal latihan Anda. 1) Untuk membedakan suatu bangun datar itu segibanyak atau bukan, Anda lihat apakah

Diambil dengan pipet 5 ml cairan dekstruksi encer dari ekstraksi dekstruksi basah atau cairan dari ekstraksi pengabuan kering dimasukkan kedalam tabung reaksi.Kemudian ditambahkan

Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lift sebagai sarana hubungan vertikal dalam bangunan gedung harus mampu melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada

Hipotesis awal yang mengatakan LIBOR tidak memengaruhi FD, G, T, dan GDP tidak ditolak pada tingkat signifikan 10 persen, sehingga dapat disimpulkan suku bunga internasional tidak

No KOMPONEN RUMAH YANG DINILAI KRITERIA NILAI BOBOT PENILAIAN HASIL.. I KOMPONEN RUMAH

Sebagaimana diutarakan di atas dalam latar belakang penulisan Kertas Karya Perorangan ini maka dirumuskan sebagai identifikasi masalah dalam Taskap ini adalah,