BAB III
KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana mekanisme koping lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.Kerangka konseptual penelitian ini menjelaskan bagaimana mekanisme koping lansia yang muncul karena stres yang dialami dengan berbagai stresor.Variabel yang diteliti yaitu koping lansia, yang terdiri dari koping yang adaptif dan maladaptif.
Adapun kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 1: Mekanisme Koping Lansia Stresor pada lansia:
- Individu
(penurunan fungsi fisik)
- Keluarga
(kehilangan atau dtinggal anggota keluarga/ pasangan hidup)
- Komunitas/lingkun gan (kehilangan pekerjaan)
Stres
Mekanisme Koping Lansia: -Berfokus pada masalah: active coping, planning, using instrumental support, self distraction, behavioral disengagement
- Berfokus pada emosi: religion, positive refarming, acceptance, humor,using emotional support, denial, venting, substance use, self blame
Negatif Positif Keterangan :
36
3.2. Definisi Operasional
Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel yang akan diteliti, maka dapat diperhatikan pada tabel definisi operasional berikut ini: Tabel 3.2. Definisi Operasional
Variabel dilakukan lansia untuk merespon stres yang dialami akibat perubahan situasi yang mengancam atau menekan, serta menyelesaikan
masalah. Meliputi : - Berfokus pada masalah:
active coping, planning, using instrumental
support, self distraction,
behavioral disengagement
- Berfokus pada emosi:
religion, positive refarming,
acceptance, humor,using
emotional support, denial, venting, substance use, self blame
KuesionerBrief Cope yang terdiri dari 28
pertanyaan yang sebelumnya sudah digunakan oleh Apriska (2016) kemudian dimodifikasi oleh peneliti.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme koping lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang berjumlah 78 orang.Jumlah tersebut diperoleh pada saat penelitian dan berkurang sebanyak 2 orang dari data yang diperoleh pada saat melakukan survei awal.
4.2.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknikpurposive sampling, yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009 dalam Arikunto, 2010).Selanjutnya menurut Arikunto (2010), pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi.Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah:
a. Tidak sedang dalam kondisi sakit b. Dapat berkomunikasi dengan baik
39
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi di Graha Resident Senior Karya Karya Kasih Medan yaitu 31 orang.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.Lokasi ini dipilih karena belum pernah dilakukan penelitian tentang mekanisme koping lansia wilayah tersebut serta dekat dengan tempat tinggal peneliti.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakandari tanggal 8 Mei sampai dengan 30 Mei 2017.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direksi Graha Resident Senior Kaya Kasih Medan.Penelitian ini memiliki beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik.
(anomity).Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian (non-maleficence) serta bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir dan bagi responden untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang digunakan (benefience).
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: inisialnama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan danstatus perkawinan.
41
Tabel 4.5.a Kuesioner Brief Cope Nomor
Pertanyaan
Klasifikasi
1 dan 19 Self distraction koping dengan cara mengalihkan masalah
2 dan 7 Active coping koping dengan cara mengambil keputusan
dengan melakukan tindakan untuk mengurangi stres
3 dan 8 Denial koping dengan cara menolak stresnya
4 dan 11 Substance use cara menghilangkan stres dengan menggunakan
alkohol/obat
5 dan 15 Using emotional
support
koping dengan cara memperoleh dukungan emosional atau moral dari orang lain
6 dan 16 Behavioral
disengangement
koping dengan cara menyerah pada masalah yang dihadapi
9 dan 21 Venting koping dengan cara mengungkapkan ekspresi
perasaan
10 dan 23 Using
instrumental support
koping dengan cara mencari bantuan dan saran dari orang lain untuk mengurangi stres
12 dan 17 Positive reframing koping dengan cara mengambil sisi positif dari
masalah yang dihadapi
14 dan 25 Planning koping dengan cara memikirkan masalahnya
18 dan 28 Humor koping dengan cara membuat lelucon
20 dan 24 Acceptance koping dengan cara menerima keadaan yang
sedang dialaminya
22 dan 27 Religion koping dengan cara mendekatkan diri kepada
Tuhan
Tabel 4.5.b Pembagian mekanisme koping Brief Cope berdasarkan klasifikasi
Pernyataan Positif Negatif
Problem Focused Coping - Active coping
- Planning
- Using instrumental
support
- Self distraction
- Behavioral
disengangement
Emotion Focused Coping - Religion
- Positive reframing
- Acceptance
- Humor
- Using emotional
support
- Denial
- Venting
- Substance use
- Self blame
Kuesioner disusunmenggunakan skala Linkert, dimana untuk pilihan jawaban selalu (SL) = skor 4, sering (SR) = skor 3, kadang-kadang (KK) = skor 2, tidak pernah (TP) = skor 1. Untuk mekanisme koping positif ada 8 item, masing-masing item ada 2 pernyataan, skor tertinggi untuk 1 pernyataan adalah 4, jadi skor tertinggi untuk 1 item adalah 8. Jika skor yang diperoleh responden untuk 1 item adalah 7 sampai 8 (misalnya untuk item active coping skornya 7 sampai 8), maka responden tersebut menggunakan active coping sebagai mekanisme koping dan digolongkan ke mekanisme koping positif.Begitu juga penilaian untuk mekanisme koping negatif.
4.6. Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Validitas
43
yang diinginkan, sehingga dapat dijadikan alat untuk mengukur secara tepat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi (content validity),yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2013).Polit & Beck (2012) menyebutkan nilai validitas untuk CVI adalah 0,8.
Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh dosenDepartemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yaitu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp.,MNS.,Ph.D. Dan oleh beliau kuesioner dalam penelitian ini telah dinyatakan valid, dengan nilai CVI 0,928.
Validasi ini dilakukan untuk memperbaiki kata-kata instrumen agar menjadi efektif dan sesuai dengan sasaran serta mudah untuk dimengerti oleh responden. Bagian yang diperbaiki terdapat pada pernyataan planning nomor 14 dan 25, yakni “hal ini” menjadi “masalah” dan “berpikir keras” menjadi “berpikir serius”. Kemudian pernyataan humor nomor 18 yaitu kata “enteng/mudah” diganti menjadi “mudah” dan 28 dengan kalimat “gurauan-gurauan tentang masalah yang membuat saya tertekan” menjadi “guraan/candaan tentang masalah saya”.
4.6.2. Reliabilitas
saat dipakai ulang. Suatu instrumen dikatakan realibel apabila koefisiennya bernilai lebih besar dari 0,6 (Riduwan, 2005). Instrumen telah diujikan kepada 10 orang responden di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan, dengan karakteristik responden yang sama dan dilakukan pada tanggal 26 sampai dengan 28 April 2017. Penghitungan uji realibilitas dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan menggunakan analisa Cronbach’s Alpha, dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,797.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan prosedur yakni, pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Komisi Etik dan Dekan di Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan kepada pihak Graha Resident Senior Karya Kasih Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian,maka peneliti mengumpulkan data di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
45
Setelah itu,peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta menanyakan kesediaan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.Bagi responden yang bersedia, peneliti memberikan informed consentuntuk ditandatangani. Setelah itu, peneliti membacakan isi kuesioner kepada masing-masing responden untuk memperoleh data yang lebih akurat, kemudian responden menjawab sesuai dengan keadaan yang dialaminya saat itu denganmemberi tanda checklist pada jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Dalam penelitian ini terdapat2 orang sampel yang tidak bersedia menjadi responden. Maka peneliti membatalkan responden tersebut dan menggantidengan responden lain yang bersedia.
Langkah selanjutnya, peneliti memeriksa kelengkapan data.Sehingga data yang kurang lengkap, dapat langsung dilengkapi.Kemudian data yang terkumpul dianalisa.
4.8. Analisa Data
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 8 Mei sampai dengan 30 Mei 2017 di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dengan jumlah responden sebanyak 31 orang lansia.
5.1. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu hasil mengenai karakteristik responden dan mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
5.1.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap responden sebanyak 31 orang dengan karakteristik sebagai berikut: usia, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan sebelumnya, dan status perkawinan.
Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentasi (%)
Usia
60-74 tahun 75-90 tahun >90 tahun Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Agama
Islam
Budha Tingkat Pendidikan
SD SMP SMA
Perguruan Tinggi Lain-lain
Pekerjaan Sebelumnya PNS
Wiraswasta IRT Lain-lain Status Perkawinan
Belum Menikah Menikah
Pada Tabel 5.1.1. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah usia lanjut berusia 60-74 tahun sebanyak 19 orang (61,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (54,8%), agama Kristen Protestan sebanyak 11 orang (35,5%), suku bangsa lain-lain yang terdiri dari Tionghoa dan Jerman sebanyak 16 orang (51,6%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 15 orang (48,4%), pekerjaan sebelumnya wiraswasta sebanyak 13 orang (41,9%). Status perkawinan Duda/Janda sebanyak 11 orang (35,5%), menikah sebanyak 11 orang (35,5%). 5.1.2. Mekanisme Koping Lansia
47
Tabel 5.1.2.a Distribusi Frekuensi dan Persentasi Uraian Jawaban Responden Terkait Mekanisme Koping Lansia
No. Pernyataan
Frekuensi (Persentasi)
SL
1. Saya sedang mencoba untuk bekerja atau
melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan pikiran
2. Saya berusaha berkonsentrasi untuk
melakukan sesuatu hal sesuai dengan keadaan saya yang sekarang
3
3. Saya berkata pada diri saya sendiri bahwa
“masalah ini tidak nyata”
3
4. Saya menggunakan alkohol atau obat lain
untuk membuat diri saya merasa lebih baik
0 0 6
(19,4) 25 (80,6)
5. Saya memperoleh dukungan emosional/ moral dari orang lain
6
6. Saya menyerah untuk menerima semua
kenyataan ini
0 5
7. Saya mengambil tindakan untuk berusaha
membuat keadaan ini menjadi lebih baik
4
8. Saya menolak untuk meyakini bahwa hal ini telah terjadi
2
9. Saya mengatakan hal-hal untuk
menghilangkan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan
10. Saya memperoleh pertolongan dan nasihat
dari orang lain
2
11. Saya menggunakan alkohol atau obat lain
untuk menolong saya melewati masa sulit ini
0 0 6
(19,4) 25 (80,6)
12. Saya mencoba melihat sesuatu dengan
pandangan yang berbeda agar dapat terlihat lebih positif
5
13. Saya mengkritik diri saya sendiri 1
(3,2)
14. Saya mencoba untuk menyelesaikan masalah
dengan suatu strategi mengenai apa yang sebaiknya saya lakukan
15. Saya memperoleh hiburan dan pengertian dari
16. Saya telah menyerah untuk berusaha
menghadapi masalah ini
0 2
17. Saya mencari sesuatu hal yang baik (hikmah) dari apa yang telah terjadi
2
18. Saya menganggap mudah dan
bersenang-senang terhadap masalah saya
2
19. Saya melakukan sesuatu untuk mengurangi
beban memikirkan hal tersebut, seperti menonton TV, membaca, melamun atau tidur
11
20. Saya menerima kenyataan dan fakta bahwa
hal ini telah terjadi
6
21. Saya mengungkapkan perasaan-perasaan
negatif saya kepada orang lain
1
22. Saya berusaha menemukan kenyamanan
dalam agama saya atau keyakinan spiritual saat saya merasa tertekan
17
23. Saya berusaha untuk mendapatkan saran atau bantuan orang lain tentang apa yang harus saya lakukan saat saya merasa tertekan
7
24. Saya belajar menerima hidup saya saat saya mendapatkan masalah
4
25. Saya berpikir dengan serius mengenai
langkah-langkah yang sebaiknya saya ambil saat saya mendapat masalah
6
26. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas
masalah-masalah yang telah terjadi
1
27. Saya berdoa atau bermeditasi saat saya merasa tertekan
22
28. Saya membuat gurauan/candaan tentang
masalah saya
6
49
Setelah pernyataan diatas dianalisa dan diolah maka didapatkan data mengenai mekanisme koping lansia berdasarkan klasifikasinya yang didistribusikan pada tabel berikut.
Tabel 5.1.2.b Distribusi Frekuensi dan Persentasi Klasifikasi Mekanisme Koping Lansia
Pernyataan Frekuensi (f) Persentasi (%)
Problem Focused Coping
- Active coping
- Planning
- Using instrumental support
- Self distraction
- Behavioral disengangement
Emotion Focused Coping
- Religion
- Positive reframing
- Acceptance
- Humor
- Using emotional support
- Denial
Hasil analisa data, diperoleh bahwa lansia mayoritas lansia menggunakan koping yang positif, dimana keseluruhan lansia menggunakan koping religion.Koping religion merupakan koping dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan ketika menghadapi stres.
Tabel 5.1.2.c Distribusi Frekuensi dan Persentasi Mekanisme Koping Lansia Pernyataan Frekuensi (f) Persentasi (%) Mekanisme Koping Lansia
Positif Negatif
27 4
87,1 12,9
Hasil pengumpulan data dari 31 responden, didapatkan data bahwa lansia yang menggunakan koping positif sebanyak 27 orang (87,1%), dan negatif sebanyak 4 orang (12,9%).
5.2. Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan membahas tujuan dari penelitian yaitu bagaimana mekanisme koping lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
5.2.1. Mekanisme Koping Lansia
Mekanisme koping adalah cara dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku. Berdasarkan hasil penelitian yang pada 31 responden diperoleh bahwa secara umum lansia di panti tersebut menggunakan mekanisme koping yang positif (87,1%). Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing item koping baik itu koping positif maupun negatif.
Koping yang positif terdiri 12 sub, yaitu active coping, planning, using instrumental support, self distraction, religion, positive reframing, acceptance,
51
5 sub, yaitu behavioral disengangement, denial, venting, substance use, self blame.
Mayoritas responden (67,7%) menggunakan koping positif religion, yang merupakan koping dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan ketika menghadapi masalah. Hasil analisa data dari uraian jawaban responden juga menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih jawaban ‘selalu’ dan ‘sering’ pada koping yang terkait dengan religion, pada pernyataan kuesioner nomor 22 dan 27. Hal tersebut lansia memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan yang baik sehingga koping yang digunakan menjadi positif. Seseorang yang rutin beribadah dengan yang tidak rutin beribadah akan memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi suatu permasalahan.
Dharma Bhakti Surakarta, bahwa dengan spritualitas, termasuk hubungan dengan Tuhan, yang baik akan memiliki mekanisme koping yang adaptif dan sebaliknya.
Selain koping religion, secara umum responden juga menggunakan koping self distraction (32,3%). Self distraction merupakan koping dengan cara mengalihkan masalah. Hasil analisa data diperoleh bahwa mayoritas responden menjawab ‘sering’ pada pernyataan nomor 1 dan 19. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden cukup sering untuk mengalihkan pikiran dengan melakukan aktivitas lain seperti membaca dan menonton televisi sehingga beban pikiran menjadi berkurang.
Selanjutnya koping yang cukup sering digunakan responden sebanyak 22,6% adalah koping using instrumental support dan using emotional support . Untuk koping using instrumental support, mayoritas responden menjawab ‘kadang-kadang’ pada pernyataan nomor 10 dan 23, dan untuk using emotional support, mayoritas responden menjawab ‘sering’ pada pernyataan nomor 5 dan 15. Hal tersebut menunjukkan bahwa lansia membutuhkan orang lain untuk memperoleh bantuan, saran dan dukungan baik moral maupun emosional dari orang lain untuk mengurangi stres.
53
kuesioner nomor 13 dan 26. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak menyalahkan diri sendiri atas masalah yang telah terjadi. Hasil analisa data, untuk pernyataan koping venting, diperoleh bahwa terdapat 2 responden (6.5%) yang menggunakan koping tersebut, dengan mayoritas responden menjawab ‘kadang-kadang’ pernyataan nomor 9 dan ‘tidak pernah’ pada pernyataan nomor 21. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden kadang-kadang mengatakan hal-hal untuk menghilangkan perasaan tidak menyenangkan namun tidak mengungkapkan perasaan-perasaan negatifnya kepada orang lain.
Koping yang positif dapat dipengaruhi oleh penerimaan diri terhadap kenyataaan dan kondisi dirinya yang sekarang. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa uraian jawaban responden, bahwa dari 20 orang (64,5%) menjawab ‘tidak pernah’ pada masing-masing pernyataan denial (negatif) nomor 3 dan 8, serta pernyataan behavioral disengangement (negatif) nomor 6 sebanyak 21 orang (67,7%) dan nomor 16 sebanyak 23 orang (74,2%). Begitu juga dengan pernyataan acceptance (positif) pada nomor 20 dan 24, sedikit yang menjawab ‘tidak pernah’, dimana pada masing-masing nomor sebanyak 4 orang (12,9%) dan 2 orang (6,5%).
mengalami penyakit kronis, bahwa penerimaan diri merupakan aspek penting yang berkenaan dengan pencapaian kebahagiaan bagi lansia.Dimana subjek penelitian menyebutkan penyakit yang dialami menjadi faktor penghalang bagi upaya pencapaian kebahagiaan.Hal tersebut terlihat dari respon kesedihan dan keputusasaan yang diungkapkan.
Hasil analisa data distribusi frekuensi dan persentasi dari uraian jawaban responden, diperoleh bahwa persentasi tertinggi yaitu 25 responden (80,6%) menjawab ‘tidak pernah’ pada masing-masing pernyataan negatif nomor 4 dan 11 terkait penggunaan alkohol atau pun obat-obatan untuk membantu melewati masa sulit dan membuat diri merasa lebih baik (substance use). Data ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia tidak mengonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk menghilangkan stres yang dialami.Hal ini juga yang mendukung hasil penelitian dimana koping yang digunakan lansia di panti tersebut mayoritas positif.
Sementara itu sebagian besar responden tidak menganggap mudah masalahnya sekalipun memiliki koping yang positif.Hal tersebut dapat diidentifikasi dari uraian jawaban responden tentang koping dengan klasifikasi humor pada pernyataan nomor 18 dan 28. Frekuensi responden yang paling banyak menjawab ‘tidak pernah’ terdapat pada pernyataan 18 sebanyak 10 orang (32,3%) dan 28 sebanyak 11 orang (35,5%).
55
pensiun (87,1%), menyatakan akan menyendiri mendapat atau menghadapi masalah.
Selain hal tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi mekanisme koping, yakni karakteristik responden, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan sebelumnya dan status perkawinan. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme koping seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima tantangan. Cox (1984 dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009) menyebutkan tentang teori aktivitas, yang menyatakan bahwa dari usia pertengahan menuju usia tua memiliki kestabilan kepribadian sebagai individu dalam sistem sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 67-74 tahun yaitu sebanyak 19 responden (61,3%) dan yang lainnya terdapat 9 responden (29,0%) usia 75-90 tahun, serta 3 orang (9,7%) usia >90 tahun, dimana mayoritas koping yang digunakan yaitu positif. Sementara dari 4 responden yang menggunakan koping negatif berada pada usia 60-74 tahun. Dan keseluruhan responden yang berusia diatas 74 tahun menggunakan koping yang positif.
Selain usia, jenis kelamin juga dapat mempengaruhi mekanisme koping seseorang. Darmojo, dkk (1999Tamher dan Noorkasiani, 2009) mengatakan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi masalah dibandingkan lai-laki yang cenderung lebih emosional. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mayoritas responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 17 orang (54,8%), sementara responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 14 orang (45,2%). Hasil analisa diperoleh bahwa dari 4 responden yang menggunakan koping negatif, terdapat 3 responden laki-laki dan 1 responden perempuan.
Bongsoe (2007 dalam Agustin dan Ulliya, 2008), menyatakan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan mengalami depresi yang lebih besar dibandingkan perempuan.Ini dapat dilihat dari kejadian bunuh diri yang merupakan salah satu akibat langsung depresi berkepanjangan lebih banyak terjadi pada lansia yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2010) bahwa mayoritas responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 75,5% dan dari hasil penelitian koping yang digunakan oleh lansia menunjukkan mayoritas responden sangat setuju atau setuju pada semua jenis koping yang positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan hasil penelitian di atas bahwa wanita memiliki koping yang lebih baik dibandingkan dengan pria.
57
stresor lebih baik, dimana seseorang akan semakin makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Hamka, 2009). Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (48,4%), sementara dari 4 responden yang menggunakan koping negatif 2 diantaranya berpendidikan SMA, dan 2 responden berpendidikan SMP. Jadi, teori tersebut kurang sesuai dengan hasil penelitian ini. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sahara (2010), bahwa mayoritas responden hanya berpendidikan SD yaitu sebanyak 50,9%, namun dari hasil penelitian menunjukkan responden sangat setuju dan setuju pada semua jenis koping, yang berarti koping lansia tersebut dapat dikatakan baik.
Pekerjaan sebelumnya pada lansia juga dapat mempengaruhi tingkat stres yang akhirnya juga mempengaruhi mekanisme koping.Fase penyesuaian diri ketika lansia pensiun dari pekerjaan serta rutinitas sebelumnya, dapat menimbulkan konflik akibat adanya perubahan peran, dimana ada lansia yang sebenarnya masih ingin bekerja.Jenis pekerjaan juga membawa dampak yang berat, seseorang dengan penghasilan besar adalah yang paling sedikit ingin dipensiunkan (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Data penelitian menunjukkan lansia dengan pekerjaan sebelumnya PNS berjumlah 1 orang (3,2%), wiraswasta 13 orang (41,9%), IRT 6 orang (19,4) dan lain-lain 11 orang (35,5%).
oleh penelitian Surbakti (2008) tentang stres dan koping lansia di masa pensiun, bahwa sebanyak 30 orang (77%) menyatakan merasa tidak pantas dan berhak untuk bekerja lagi dan 29 orang (74,4%) merasa khawatir jika tidak dapat berinteraksi lagi dengan teman sejawat seperti sebelum pensiun.
Status perkawinan memiliki konflik tersendiri bagi setiap individu. Kehilangan pasangan hidup merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stres, termasuk lansia (Indriana dkk., 2010). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data responden dengan status perkawinan belum menikah sebanyak 9 orang (29,0%), menikah 11 orang (35,5%), dan dengan status kehilangan pasangan hidup baik duda maupun janda sebanyak 11 orang (35,5%).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 31 responden terdapat 15 orang (48,4%) laki-laki dan 16 orang (51,6%) perempuan. Responden didominasi oleh usia lanjut berumur antara 60-74 tahun (61,3%), memiliki agama Kristen Protestan (35,5 %), suku lain-lain yang didominasi Tionghoa (51,6%), tingkat pendidikan terakhir SMA (48,4%), pekerjaan sebelumnya wiraswasta (41,9%), serta dengan status perkawinan menikah (35,5 %) dan kehilangan pasangan hidup baik duda maupun janda (35,5%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping yang digunakan lansia dalam menghadapi stres di Graha Resident Senior Kasih Medan adalah positif (87,1%), dimana lansia yang berada Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dapat beradaptasi dalam mengatasi masalah ataupun stres yang dialami. Hal tersebut dapat dikarenakan lansia memiliki hubungan dengan Tuhan yang baik, dimana jika dianalisa dari uraian jawaban responden, mayoritaslansia menggunakan koping religion(67,7%), yaitu koping dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Selain itu, lansia juga terlihat mampu menerima kenyataan dan kondisi dirinya yang sekarang.
6.2. Saran
1. Penelitian Selanjutnya
sampel yang sedikit juga dapat membuat data menjadi kurang representatif, sehingga peneliti menyarankan supaya jumlah sampel lebih diperbanyak untuk mendukung data yang representatif. Instrumen penelitian yaitu Brief Cope dalam bahasa Indonesia masih menggunakan bahasa yang sulit dimengerti oleh lansia sehingga instrumen perlu dikembangkan kembali dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang khususnya lansia.
2. Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan baik mahasiswa keperawatan maupun institusi supaya lebih banyak mencari informasi atau literatur terbaru terkait mekanisme koping, khususnya lansia.Sehingga nantinya dalam dunia kesehatan dapat memberikanpelayanan keperawatan yang optimal.
3. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Keluarga yangsebagai orang terdekat bagi lansia hendaknya memberikan perhatian kepada lansia.Selama penelitian terdapat lansia yang mengungkapkan kerinduannya ketika berkumpul bersama dengan keluarga, sehingga diharapkan keluarga untuk tetap memberi dukungan dengan mengunjungi lansia dan berusaha untuk ikut serta dalam setiap kegiatan lansia selama di panti.
4. Institusi Kesehatan Setempat
61