• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Dan Jaminan Sosial Bagi Karyawan Sales Marketing Pada Perusahaan Toyota Mobil Indonesia (Studi Terhadap PT. Astra International Auto 2000 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Dan Jaminan Sosial Bagi Karyawan Sales Marketing Pada Perusahaan Toyota Mobil Indonesia (Studi Terhadap PT. Astra International Auto 2000 Medan)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja dan kuantitas kerja pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis, baik pada tingkat nasional maupun tingkat internasional. Salah satu bagian penting yang berperan dalam menentukan keberhasilan perusahaan adalah dengan pembinaan tenaga kerja yang potensial. Perusahaan berusaha mencari dan membina karyawan dengan semangat tinggi, menciptakan dan memelihara keunggulan sumber daya manusia yang mampu bersaing. Sumber daya manusia inilah yang pada akhirnya menjadi tulang punggung bagi keberhasilan suatu perusahaan.

(2)

dengan didorong oleh rasa aman dalam melakukan segala aktivitasnya. Tingkat kemampuan tenaga kerja merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dapat diproduksi oleh perusahaan. Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang terdidik dan terampil, semakin tinggi pula volume dan kualitas produksi. Dapatlah dikatakan tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang terpenting dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam aktivitas perusahaan, karena bagaimana pun juga kemajuan dan keberhasilan suatu perusahaan tidak lepas dari peran dan kemampuan sumber daya manusia yang baik. Karyawan adalah orang-orang yang bekerja pada suatu perusahaan atau pada instansi pemerintah/badan usaha dan memperoleh upah atas jasanya tersebut.

Dalam suatu sistem operasional perusahaan, potensi sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan salah satu modal dan memegang suatu peran yang paling penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia sebaik mungkin.

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional.1

Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja

1

(3)

yang bersifat dasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan, dan gotong-royong sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.2

1. Jaminan Hari Tua (JHT)

Tenaga kerja dan perusahaan merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan terjadinya sinergi kedua faktor itu baru perusahaan akan berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, seahli apapun tenaga kerja tanpa adanya perusahaan hanya akan melahirkan produk pengangguran.

Sisi lain, pengusaha sebagai pemilik perusahaan berada pada posisi yang kuat sebab didukung modal yang besar, sedangkan tenaga kerja hanya bermodalkan keahlian, intelektual, menjadikan tenaga kerja berada pada posisi yang lemah. Hal ini sering digunakan oleh pengusaha yang nakal berbuat semena-mena terhadap karyawannya dalam mendapatkan hak-haknya seperti hak mendapatkan Jaminan Sosial Tenaga Kerja berupa:

2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 3. Jaminan Kematian (JKM)

4. Jaminan Pensiun 5. Jaminan Kesehatan

Hubungan buruh yang disebut “tenaga kerja” dengan perusahaan sebagai majikan, tunduk dibawah aturan ketenagakerjaan apabila diantara mereka telah ada hubungan kerja. Hubungan kerja antara tenaga kerja dan majikan terjadi

2

(4)

apabila diantara mereka telah ada perjanjian kerja. Hubungan kerja sebagai bentuk hubungan hukum lahir atau tercipta setelah adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha.3

1. Agar terciptanya kepastian dalam segala hal yang berhubungan dengan masalah hubungan kerja antara kedua belah pihak.

Pada dasarnya hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja. Hubungan kerja yaitu hubungan antara pekerja dengan pengusaha. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pengusaha dengan pekerja dengan menerima upah dan dimana pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Adapun tujuan diadakannya perjanjian kerja adalah sebagai berikut:

2. Agar tercapainya jaminan kepastian pemenuhan kewajiban timbal balik antar pihak yang telah mereka setujui bersama sebelumnya.

3. Untuk menghindarkan berbagai kemungkinan kesewenang-wenangan dan tindakan kerugian dari pihak yang satu terhadap pihak yang lain, dalam hal pelaksanaan kewajiban masing-masing dan penghormatan atas hak pihak lain. 4. Untuk menjernihkan suasana dan semangat kerja para pihak dan

menjauhkannya dari berbagai ketidakjelasan, rasa tanda tanya, berbagai prasangka negatif dan kekurangsemangatan kerja.

5. Untuk menjaga dan memelihara hubungan baik yang selama mungkin antara pihak pengusaha dan pihak pekerja, melalui stabilitas kerja serta stabilitas

3

(5)

situasi dan kondisi perburuhan yang berusaha dicapai oleh perjanjian kerja itu sendiri.

6. Untuk sedapat mungkin menghindarkan terjadinya perselisihan antar pihak dalam hubungan kerja tersebut.4

Perjanjian kerja mempunyai manfaat yang besar bagi para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut. Hal ini hendaknya harus disadari karena perjanjian kerja yang dibuat dan diamati secara baik akan dapat menciptakan suatu ketenangan kerja, jaminan kepastian hak dan kewajiban baik bagi pekerja maupun pengusaha. Akibat lebih jauh nantinya produktivitas akan semakin meningkat, sehingga pengusaha akan dapat mengembangkan perusahannya dan lebih luas lagi dapat membuka lapangan kerja baru.

Banyaknya tenaga kerja berakibat kesempatan kerja menjadi sangat terbatas, maka banyak calon tenaga kerja yang saling berebut dalam mencari pekerjaan. Pengusaha dalam merekrut tenaga kerjanya terkesan kurang memperhatikan hak-hak dan kesejahteraan para pekerjanya, sehingga banyak perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha kurang memenuhi syarat-syarat kerja. Sebab pengusaha beranggapan, bahwa ia berada di posisi yang kuat sehingga apabila ada pekerja yang tidak setuju dengan isi perjanjian kerja maka pengusaha dapat memecat pekerjanya dengan seenaknya.

. Dalam pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Bahwa setiap warga negara mempunyai hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi manusia”.

4

(6)

Ini berarti bahwa salah satu tujuan dari masyarakat Pancasila adalah memberikan kesempatan kerja bagi tiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang memberikan kesejahteraan. Disamping jaminan hidup yang layak, tenaga kerja juga menginginkan kepuasan yang datangnya dari pelaksanaan pekerjaan yang ia sukai dan yang dapat ia lakukan dengan sebaik mungkin, untuk mana ia mendapat penghargaan. Berdasarkan prinsip inilah kepada setiap tenaga kerja diberikan kebebasan memilih pekerjaan yang sesuai. Dalam hubungan ini harus diusahakan untuk membantu tenaga kerja dalam mengadakan penyesuaian pekerjaan.5

5

Ramdlon Naning, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm 18

Perjanjian kerja pada masa sekarang ini masih sangat diperlukan sebagai pendamping dari peraturan perundang-undangan yang berlaku karena secara umum peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan kita belum mengatur secara terperinci tentang syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban masing-masing pihak, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Untuk pengaturan syarat-syarat kerja tersebut agar dapat dipedomani sehari-hari dalam hubungan kerja, maka perlu diatur melalui Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama.

(7)

Dari ketentuan tersebut diketahui bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki para pihak sedangkan perikatan yang timbul karena undang-undang menurut Pasal 1352 KUH Perdata diperinci menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Perikatan yang timbul semata-mata karena undang-undang

2. Perikatan yang timbul dari undang-undang akibat dari perbuatan orang.

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan, “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) jo Pasal 1320 mengandung asas kebebasan berkontrak maksudnya, setiap orang bebas untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian serta bebas untuk menentukan bentuk dan isi dari perjanjian tersebut menurut yang dikehendaki dalam batas-batas tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Asas kebebasan berkontrak ini juga mendorong para pihak untuk saling mengadakan perjanjian yang bebas bentuknya, termasuk dalam perjanjian kerja. Pasal 1601a KUH Perdata memberikan pengertian perjanjian kerja adalah “suatu perjanjian di mana pihak kesatu (pekerja), mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain (majikan) untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.

(8)

syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Sahnya suatu perjanjian kerja diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar, yaitu:

1. Kesepakatan kedua belah pihak

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian perjanjian kerja di atas, dapat ditarik beberapa unsur dari perjanjian kerja, yakni :

a. Adanya unsur work atau pekerjaan

Dalam suatu Perjanjian Kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seijin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUH Perdata Pasal 1603a yang berbunyi: “Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya, hanya dengan seijin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya”.

b. Adanya unsur perintah

(9)

c. Adanya upah

Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (Perjanjian Kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah.6

Jaminan sosial merupakan faktor penting bagi karyawan karena dimaksudkan untuk memberikan balas jasa yang dalam hal ini merupakan pemberian rasa tenang bagi pekerja dan anggota beserta keluarganya yang berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Peran serta tenaga kerja dalam meningkatkan profesionalisme dalam perusahaan semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya, oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan Dalam kemajuan sekarang ini, perusahaan dituntut lebih produktif dan berkualitas sehingga layak jaminan sosial karyawan lebih diperhatikan. Pemberian jaminan sosial akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan, ini disebabkan karena faktor finansial masih merupakan motivator yang berpengaruh dominan bagi karyawan. Maka setiap perusahaan perlu memperhatikan mengenai jaminan sosial yang layak dan sesuai yaitu yang diharapkan oleh para karyawan. Satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan adalah dengan pemberian jaminan sosial yang layak kepada karyawan. Jaminan sosial serta hubungan antara karyawan dan pihak perusahaan akan dapat terjalin dengan baik, sehingga karyawan sendiri akan berusaha untuk meningkatkan prestasi kerja karena merasa dihargai oleh perusahaan.

6

(10)

kesejahteraannya, sehingga pada gilirannya akan mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Dengan adanya jaminan sosial ini para karyawan tidak perlu diliputi rasa khawatir dan cemas apabila ada sesuatu hal yang menimpanya.

Program jaminan sosial bertujuan untuk menanggulangi berbagai peristiwa yang menimbulkan ketidakpastian. Jadi jaminan sosial merupakan jaminan yang diadakan dengan suka rela oleh majikan atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan buruh yang ditujukan terhadap kebutuhan pada umumnya yang tidak dapat dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja.

Dengan uraian diatas tersebut, maka dipilihlah skripsi dengan judul “TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN SALES MARKETING PADA PERUSAHAAN TOYOTA MOBIL INDONESIA (STUDI TERHADAP PT. ASTRA INTERNATIONAL AUTO 2000 MEDAN)”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian sebelumnya, penulisan skripsi ini akan membahas permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerja pada perusahaan Toyota Mobil Indonesia di PT. Astra International Auto 2000 Medan?

(11)

3. Bagaimana pelaksanaan program jaminan sosial bagi karyawan sales marketing pada perusahaan Toyota Mobil Indonesia di PT. Astra International Auto 2000 Medan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui lebih jauh sampai dimana pelaksanaan perjanjian

kerja dilaksanakan dan dipatuhi oleh para pihak khususnya bagi karyawan sales marketing pada perusahaan Toyota Mobil Indonesia di PT. Astra International Auto 2000 Medan.

2. Untuk mengetahui tentang hambatan-hambatan apa yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kerja di PT. Astra International Auto 2000 Medan dan cara penyelesaiannya.

3. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan program jaminan sosial bagi karyawan sales marketing di PT. Astra International Auto 2000 Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni : 1. Manfaat Teoritis

(12)

pengetahuan khususnya di bidang ilmu hukum seperti hukum perjanjian kerja, hukum jaminan sosial, hukum ketenagakerjaan, serta memperdalam mengenai karyawan sales marketing berkaitan dengan perjanjian kerja dan jaminan sosial di dalam suatu perusahaan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan hukum positif dan dapat memberikan sumbangsih pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan dapat dipergunakan untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai hukum ketenagakerjaan dan hal-hal mengenai perjanjian kerja dan jaminan sosial bagi karyawan serta diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat secara umum.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan kenyataan-kenyataan tentang hukum yang berlaku dalam masyarakat.7

1. Sifat/Jenis Penelitian

Sifat atau jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analitis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau diajukan terhadap

7

(13)

peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain dan pelaksanaannya di masyarakat yang dijadikan objek penelitian.

2. Bahan Hukum

Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah data-data berupa informasi dan penjelasan berkenaan dengan sales marketing yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan studi lapangan yang dilakukan oleh penulis dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat dan diterapkan oleh pihak yang berwenang seperti norma atau kaidah dasar yaitu Pancasila dan peraturan perundang-undangan. Dalam penulisan skripsi ini antara lain menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Peraturan Ketenagakerjaan.

b. Bahan Hukum Sekunder

(14)

sosial dan hal lainnya yang ada kaitannya dengan pembahasan pada skripsi ini sebagai bahan acuan di dalam penulisan skripsi ini. c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan dari bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder, seperti kamus bahasa umum, kamus hukum, serta bahan-bahan hukum di luar bidang hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data dalam penulisan skripsi ini. 3. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah melalui studi lapangan yaitu wawancara dengan Bapak Adril Amran SE. MM. Ak. CA selaku Koord Fin & Adm Head Sumatera, Perusahaan

Toyota Mobil Indonesia PT. Astra International Auto 2000, Tbk Cabang Medan

Sisingamangaraja dan studi pustaka (library research) untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

4. Analisis Data

(15)

Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis memaparkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai tinjauan perjanjian kerja dan jaminan sosial bagi karyawan sales marketing dalam bentuk deskripsi naratif yang mudah dimengerti dan dipahami oleh orang lain.

Dalam penulisan skripsi, metode pendekatan yang digunakan yaitu secara deskriptif, dimulai dengan analisis terhadap perjanjian kerja dan jaminan sosial bagi karyawan sales marketing sesuai dengan masalah yang diteliti. Spesifikasi suatu penelitian bisa dicapai sampai tahap deskriptif atau inferensial. Penelitian deskriptif apabila hanya menggambarkan keadaan objek, sebaliknya penelitian inferensial tidak hanya melukiskan, tetapi dengan keyakinan tertentu mengambil kesimpulan-kesimpulan. Selanjutnya, berdasarkan kesimpulan itu nantinya dijadikan dasar deduksi untuk menghadapi persoalan khusus atau tindakan praktis dengan kejadian tertentu.8

Berdasarkan penelusuran perpustakaan dan hasil-hasil pembahasan skripsi yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan ternyata belum pemah dilakukan Dengan spesifikasi demikian, diharapkan penulis dapat melakukan tinjauan pelaksanaan perjanjian kerja dan jaminan sosial berdasarkan permasalahan yang diteliti.

F. Keaslian Penulisan

8

(16)

pembahasan terhadap skripsi yang berjudul: Tinjauan Pelaksanaan Perjanjian Kerja dan Jaminan Sosial bagi Karyawan Sales Marketing pada Perusahaan Toyota Mobil Indonesia (Studi terhadap PT. Astra International Auto 2000 Medan)

Skripsi dengan judul di atas adalah judul yang belum pernah dibahas oleh pihak manapun dan belum pernah dipublikasikan di media manapun dan ini adalah murni hasil penelitian dan pemikiran dalam rangka melengkapi tugas guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan pengerjaan terhadap materi skripsi ini dan agar membuat sistematika secara teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu sama lain, maka penulis membaginya ke dalam beberapa bab dan diantara bab-bab terdiri pula atas sub bab.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(17)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, HUKUM KETENAGAKERJAAN DAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Dalam bab ini akan membahas mengenai perjanjian kerja secara umum yang meliputi pengertian perjanjian kerja, timbulnya perjanjian kerja, syarat perjanjian kerja, bentuk perjanjian kerja, jenis perjanjian kerja, akibat perjanjian kerja, pihak-pihak yang terkait dalam hubungan ketenagakerjaan, wanprestasi dan prestasi, serta mengenai hukum ketenagakerjaan secara umum yang meliputi pengertian hukum ketenagakerjaan, sumber hukum ketenagakerjaan, serta jaminan sosial tenaga kerja secara umum yang meliputi pengertian jaminan sosial, dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja, badan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja, bentuk-bentuk jaminan sosial tenaga kerja.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SALES MARKETING

(18)

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN

JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN SALES

MARKETING PADA PERUSAHAAN TOYOTA MOBIL INDONESIA PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL AUTO 2000 MEDAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai Gambaran Umum Perusahaan Toyota Mobil Indonesia PT. Astra International, Tbk Cabang Medan Sisingamangaraja, Pelaksanaan Perjanjian Kerja di Perusahaan Toyota Mobil Indonesia PT. Astra International, Tbk Cabang Medan Sisingamangaraja, Hambatan-Hambatan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja dan Cara Mengatasinya, Pelaksanaan Program Jaminan Sosial bagi Karyawan Sales Marketing pada Perusahaan Toyota Mobil Indonesia PT. Astra International, Tbk Cabang Medan Sisingamangaraja.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kepemimpinan kreatif, seorang pemimpin dapat memberikan arahan-arahan yang tepat kepada karyawan ataupun organisasinya dengan cara-cara yang unik dan kreatif yang

Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Pasteur Bandung termasuk dalam tingkat hubungan rendah akan tetapi nilai koefesien korelasinya lebih besar dibandingkan pengaruh

Pengalaman kerja adalah suatu ukuran tentang lama waktu atau masa kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas- tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya

Tidak ada kalimat yang dapat menggambarkan rasa syukur dan bahagia terhadap Tuhan Yesus Kristus selain ucapan terima kasih atas segala limpahan kasih karunia

Astra Internasional, Tbk – Toyota Sales Operasion Auto (2000) cabang Medan, tidak luput dari masalah ketidakhadiran karyawan seperti halnya yang sudah di jelaskan dalam Tabel

Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik sesuai dengan taraf

membantu mengurangi kesalahan- kesalahan yang saya lakukan pada saat saya melaksanakan pekerjaan saya. 5 Pengalaman kerja yang

Beberapa strategi yang dilakukan oleh Auto 2000 yang akan dipaparkan dalam penulisan skripsi ini merupakan strategi-strategi manajemen yang dianggap berhasil dan memiliki peran