• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAMPAK LALU – LINTAS AKIBAT ADANYA MAL CIPUTRA WORLD SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA DAMPAK LALU – LINTAS AKIBAT ADANYA MAL CIPUTRA WORLD SURABAYA."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh : MOHAMAD RIKI ANANDA

0653310083

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

(2)

ANALISA DAMPAK LALU-LINTAS AKIBAT ADANYA MAL CIPUTRA WORLD SURABAYA

Dipersiapkan dan disusun Oleh : MOHAMAD RIKI ANANDA

NPM. 0653310083

Telah diuji, dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pembimbing : Tim Penguji :

1. Pembimbing I, 1. Penguji I,

Ibnu Sholichin, ST.,MT. Masliyah, ST., MT. NPT. 3 7109 99 0167 1

2. Pembimbing II, 2. Penguji II,

Nugroho Utomo, ST.,MT. Iwan Wahjudijanto, ST.,MT. NPT. 3 7501 04 0195 1 NPT. 3 7102 99 0168 1

3. Penguji III,

Ir. Hendrata Wibisana, MT. NIP. 19651208 199103 1 00 1

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

serta rahmat – nya sehingga penelitian dan penulisan Tugas Akhir dengan judul

“ANALISA DAMPAK LALU-LINTAS AKIBAT ADANYA MAL CIPUTRA WORLD SURABAYA” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dalam menyelesaikan tugas akhir ini yaitu sebagai

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di dalam program studi

teknik sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN “Veteran” Surabaya Jawa

Timur, Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kepadatan arus lalu lintas di

wilayah tersebut serta sebagai bahan pertimbangan atau saran kepada dinas yang

terkait dalam pengawasan kepadatan kendaraan di jalan tersebut.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang memberikan rahmat yang begitu luar biasa.

2. Keluarga tercinta, khususnya ibu saya Mismiati dan ayah saya

Achmad Djahro, yang telah memberikan banyak dukungan, motivasi

dan kasih sayangnya baik secara moril maupun materil.

3. Ir. Naniek Ratni Juliardi AR., M.Kes , selaku Dekan Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ibnu Sholichin ST., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik

Sipil dan Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur, dan juga selaku

dosen pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu untuk

(4)

dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan yang telah membantu memperlancar penyelesaian tugas

akhir ini.

7. Teman – teman dekat terutama Indra Setiadi dan Indra Badut, dan

juga teman lain yang belum tertulis, yang telah banyak membantu

dalam berbagai hal.

Semoga Allah SWT, dapat memberikan rahmatnya kepada beliau – beliau

yang telah membantu banyak penulis, dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis

sangat menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dalam penulisan maupun

susunan data – datanya, oleh sebab itu penulis membutuhkan saran dan kritik dengan

harapan bisa memberikan tujuan positif demi kesempurnaan penulisan serta laporan

Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan khususnya

Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.

Surabaya

(5)

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... xi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Batasan Penelitian ... 3

1.5. Lokasi Studi ... 4

Bab II Studi Pustaka ... 5

2.1 Dasar Hukum ... 5

2.2 Pengertian Analisa Dampak Lalu-lintas (Andalalin) ... 7

2.3 Fenomena Dampak Lalu-lintas ... 7

2.4 Sasaran Analisa Dampak Lalu-lintas ... 10

2.5 Tinjauan Pelaksanaan Analisa Dampak Lalu-lintas ... 11

(6)

2.9 Jaringan Jalan ... 26

2.10 Manajemen Lalu-lintas ... 27

2.11 Menghitung Laju Pertumbuhan ... 27

2.12 Teknik pengumpulan Sampel ... 28

2.13 Pengambilan Sampel ... 32

Bab III Metudologi Penelitian ... 35

3.1 Tahapan Metodologi Penelitian ... 35

3.1.1 Identifikasi Permasalahan ... 35

3.1.2 Perencanaan dan Pengambilan Data ... 36

3.1.3 Analisa Data ... 38

3.1.4 Kesimpulan Dan Saran ... 38

3.2 Flowchart Metodologi Penelitian ... 39

Bab IV Analisa Data ... 40

4.1 Pengumpulan Data ... 40

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ... 40

(7)

4.2 Analisa Data Volume Lalu Lintas ... 52

4.3 Pengolahan Data Kuisioner ... 62

4.4 Tarikan Lalu Lintas ... 66

4.4.1 Perhitungan Tarikan Pengunjung ... 67

4.4.2 Perhitungan Tarikan Mobil ... 68

4.4.3 Perhitungan Tarikan Sepeda Motor ... 68

4.5 Analisa Ruas Jalan Mayjend Sungkono ... 69

4.5.1 Analisa Lalu Lintas Eksisting Ruas Jalan Mayjend Sungkono Sebelum Akses Masuk Parkir Mobil Mal Ciputra World ... 70

4.4 Perhitungan tarikan Mal Ciputra World Surabaya ... 62

4.6 Perhitungan prediksi 5 tahun rencana ... 74

4.6.1 Laju pertumbuhan penduduk ... 75

4.6.2 Laju pertumbuhan sepeda motor ... 76

4.6.3 Laju pertumbuhan kendaraan ringan ... 77

4.6.4 Laju pertumbuhan kendaraan berat ... 78

(8)

4.7.2 Analisa Ruas Jalan Mayjend Sungkono di Depan Pintu Keluar

Parkir mobil ... 84

4.8 Analisa Kinerja Lalu Lintas Pada Umur Rencana 5 Tahun ... 89

4.8.1 Analisa Ruas Jalan Mayjend Sungkono Di Depan Pintu Masuk Parkir Mobil ... 90

4.8.2 Analisa Ruas Jalan Mayjend Sungkono di Depan Pintu Keluar Parkir mobil ... 94

4.9 Rekomendasi Penanganan Manajemen Lalu Lintas ... 100

Bab V Kesimpulan Dan Saran ... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 104

Daftar Pustaka ... 105

(9)

Tabel 2.2 Faktor Untuk Menentukan Kawasan Yang Berpengaruh ... 12

Tabel 2.3 Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak-Terbagi ... 20

Tabel 2.4 Emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi Dan Satu Arah ... 20

Tabel 2.5. Kapasitas Dasar (CO) ... 22

Tabel 2.6. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan ... 22

Tabel 2.7. Penyesuaian Pemisahan Arah Lalu-Lintas ... 23

Tabel 2.8. Penyesuaian Jalan Dengan Bahu ... 23

Tabel 2.9. Penyesuaian Jalan Dengan Kereb ... 24

Tabel 2.10. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota ... 25

Tabel 2.11. Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi ... 25

Tabel 2.12. Tingkat Pelayanan Jalan ... 26

Tabel 4.1. Data Parkir Mal Ciputra World Surabaya ... 43

Tabel 4.2 Data Parkir Keluar Masuk Ciputra World Surabaya ... 43

Tabel 4.3. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Mayjend Sungkono Titik Survei 1 ... 45

Tabel 4.4. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Mayjend Sungkono Titik Survei 2 ... 47

Tabel 4.5. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Bukit Kencana Sari Barat Titik Survei 3 ... 49

(10)

Survei 1 Sebelum Mal CWS ... 54

Tabel 4.9 Hasil Analisa Data Lalu Lintas Ruas Jalan Mayjend Sungkono Titik Survei 2 (memutar balik arah)... 56

Tabel 4.10 Hasil Analisa Data Lalu Lintas Ruas Jalan Bukit Kencana Sari Barat Titik Survei 3 ... 59

Tabel 4.11 Hasil Analisa Data Lalu Lintas Ruas Jalan Bukit Kencana Sari Barat Titik Survei 4 (Menuju Jalan Mayjend Sungkono) ... 61

Tabel 4.12 Jenis Kelamin Pengunjung ... 64

Tabel 4.13. Penghasilan Responden ... 64

Tabel 4.14. Pergerakan Dari Zona Sekitar Mall Ciputra World ... 65

Tabel 4.15. Moda Yang Dipakai Pengunjung Mall Ciputra World ... 66

Tabel 4.16. Tujuan Pengunjung Mal Ciputra World ... 66

Tabel 4.17 Variabel Regresi Berdasarkan Jumlah Sampel Kuisione ... 67

Tabel 4.18 Variabel Regresi Berdasarkan Jumlah Sampel Keseluruhan ... 67

Tabel 4.19 Input Tarikan Pengunjung ... 67

Tabel 4.20 Input Tarikan Mobil ... 68

(11)

Tabel 4.24 Data Penduduk, Sepeda Motor, Kendaraan Ringan, Kendaraan Berat

pada 5 Tahun Umur Rencana ... 79

Tabel 4.25 Data Parkir Keluar Masuk Ciputra World Surabaya ... 80

Tabel 4.26 Hasil Analisa DS Akibat Akses Masuk Parkir Setelah Pembebanan

Lalu Lintas Tahun 2012 ... 84

Tabel 4.27 Hasil Analisa DS Akibat Akses Keluar Parkir Setelah Pembebanan

Lalu Lintas Tahun 2012 ... 89

Tabel 4.28 Hasil Analisa DS Akibat Akses Masuk Parkir Setelah Pembebanan

Lalu Lintas Tahun 2017 ... 94

Tabel 4.29 Hasil Analisa DS Akibat Akses Keluar Parkir Setelah Pembebanan

(12)

Gambar 2.1 Bangkitan Dan Tarikan Pergerakan ... 15

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian ... 39

Gambar 4.1. Lokasi Titik Survei 1 ... 44

Gambar 4.2. Lokasi Titik Survei 2 ... 46

Gambar 4.3. Lokasi Titik Survei 3 Dan 4 ... 48

(13)

ANALISA DAMPAK LALU – LINTAS AKIBAT ADANYA MAL CIPUTRA WORLD SURABAYA

Oleh :

Mohamad Riki Ananda 0653310083

ABSTRAK

Zona-zona aktivitas berkedudukan sebagai zona penarik perjalanan. Salah satu zona aktifitas tersebut adalah pusat perbelanjaan. Mal Ciputra World Surabaya yang terletak di pusat kota Surabaya memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli di pusat perbelanjaan tersebut akan menghasilkan pergerakan arus lalu lintas di sekitar komplek pusat perbelanjaan yang akan menimbulkan permasalahan, diantaranya terjadi peningkatan volume lalu lintas pada ruas jalan yang berada di sekitar Mal Ciputra World Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar tarikan yang terjadi pada Mal Ciputra World Surabaya, mencari kontribusi pembagian lalu lintas yang terjadi pada ruas jalan disekitar Mal Ciputra World Surabaya serta kapasitas jalan yang terbebani pengunjung Mal Ciputra World Surabaya., Pada penelitian ini dilakukan metode analisa regresi dengan bantuan program komputer SPSS untuk mendapatkan tarikan perjalanan pengunjung mal.

Hasil analisa data menunjukkan besar tarikan pengunjung yang terjadi adalah 6574 orang. Sedangkan tarikan untuk mobil adalah sebesar 3434 kendaraan. Lalu tarikan untuk sepeda motor sebesar 2528. Dan dari hasil analisa lalu lintas menunjukkan nilai derajat kejenuhan yang tertinggi pada kondisi eksisting untuk Jalan Mayjend Sungkono adalah 0,88. Sedangkan prediksi derajat kejenuhan tertinggi yang terjadi pada umur rencana 5 tahun sebesar 1,02.

(14)

1.1 Latar Belakang

Kota Surabaya sebagai sentral ekonomi di daerah Jawa Timur adalah kota

yang mempunyai perkembangan yang tumbuh dengan pesat, oleh karena itu

maka Pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang

kelancaran dari pertumbuhan Kota Surabaya itu sendiri.

Dalam hal ini, perkembangan kota yang paling menonjol dan pesat adalah

pusat perbelanjaan. Di Kota Surabaya sedikitnya terdapat lima belas pusat

perbelanjaan yang kesemuanya masuk dalam kategori pusat perbelanjaan besar.

Salah satu dari pusat perbelanjaan yang ada di pusat Kota Surabaya adalah Mal

Ciputra World Surabaya yang merupakan tempat penjualan barang terbaru di

Kota Surabaya.

Dengan berdirinya Mal Ciputra World Surabaya maka akan menimbulkan

tarikan lalu-lintas pada jalan – jalan sekitar Mal Ciputra World Surabaya dan

akan menambah volume lalu-lintas. Meskipun bukan satu-satunya penyebab

utama penurunan kinerja jalan, terjadinya penambahan volume lalu-lintas jalan

akan mengakibatkan kemacetan lalu-lintas pada ruas jalan di sekitar pusat

perbelanjaan. Hal ini sering diakibatkan oleh perilaku manusia yang kurang

mematuhi rambu-rambu lalu-lintas.

Hal lain yang mempengaruhi kemacetan lalu-lintas disebabkan pula oleh

adanya pergerakan kendaraan keluar masuk pusat perbelanjaan dan kendaraan

yang menyeberang jalan baik yang bertujuan untuk masuk pusat perbelanjaan

(15)

dialami pada pusat perbelanjaan Mal Ciputra World Surabaya. Dari kondisi

tersebut di atas maka sudah seharusnya Pemerintah Kota Surabaya mewajibkan

membuat analisa dampak lalu-lintas untuk setiap pembangunan pusat

perbelanjaan ataupun pusat – pusat kegiatan berskala besar yang mempunyai

andil besar dalam penambahan pembebanan kapasitas jalan harus membuat

analisa dampak lalu-lintas (andalalin).

Diharapkan dengan dibuat analisa dampak lalu-lintas (andalalin) maka

gangguan – gangguan lalu-lintas dapat segera diketahui sedini mungkin untuk

selanjutnya digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja jalan sekitar pusat – pusat

kegiatan dan dapat memberikan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan

lalu-lintas pada daerah tersebut.

1.2 Permasalahan

1. Berapakah besarnya tarikan perjalanan pada kondisi eksisting yang terjadi

akibat adanya Mal Ciputra World Surabaya ?

2. Bagaimanakah kinerja lalu–lintas pada ruas jalan yang diperkirakan

terpengaruh oleh adanya pusat kegiatan Mal Ciputra World Surabaya ?

3. Apakah solusi – solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi masalah –

masalah lalu-lintas yang terjadi di jalan sekitar pusat kegiatan Mal Ciputra

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Dari kondisi di atas maka ada beberapa permasalahan yang menarik yang

ingin dibahas dan diteliti untuk perkembangan lalu-lintas dimasa yang akan

datang dengan tujuan untuk :

1. Memprediksi tarikan perjalanan pada kondisi eksisting yang terjadi akibat

adanya Mal Ciputra World Surabaya.

2. Mengukur kinerja lalu-lintas pada ruas jalan yang diperkirakan terpengaruh

oleh adanya pusat kegiatan Mal Ciputra World Surabaya.

3. Memberikan solusi – solusi penanganan yang mungkin dilakukan untuk

mengatasi masalah – masalah lalu-lintas yang terjadi di jalan sekitar pusat

kegiatan Mal Ciputra World Surabaya.

1.4 Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan – batasan sebagai berikut :

a. Penelitian ini membahas Analisa Dampak Lalu-lintas ditinjau dari tarikan

yang terjadi akibat berdirinya Mal Ciputra World Surabaya.

b. Jalan yang dijadikan obyek penelitian ini adalah Jalan Mayjen Sungkono

yang berlokasi di depan Mal Ciputra World Surabaya

c. Pusat kegiatan yang menjadi objek penelitian Mal Ciputra World Surabaya

yang terletak di pusat Kota Surabaya.

d. Penilitian ini digunakan untuk umur rencana 5 tahun.

e. Dalam umur rencana 5 tahun dianggap tak ada perluasan area mal dan

(17)

1.5 Lokasi Studi Mayjend Sungkono Mayjend Sungkono Ra y a K en c an a S a ri Ra y a K e n ca n a S ari

Area Mal

Ciputra World

Surabaya

Lobi Mal P ar k ir M o to r A k se s P a rk ir M o b il

Kencana Sari Timur Akses parkir mobil

U

(18)

2.1 Dasar Hukum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang

manajemen dan rekayasa, analisa dampak, serta manajemen kebutuhan

lalu-lintas. Bab 1 pasal 1 ayat 7 yang berbunyi analisa dampak lalu-lintas adalah

serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu-lintas dari pembangunan

pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam

bentuk dokumen hasil analisa dampak lalu-lintas.

Menurut PP No. 32 Tahun 2011 bab III tentang analisa dampak

lalu-lintas lebih lanjut dijelaskan :

Dari Pasal 47 : Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan

infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran lalu-lintas dan angkutan jalan wajib dilakukan analisa

dampak lalu-lintas.

Dari Pasal 48 :

1. Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa bangunan

untuk:

a. Kegiatan perdagangan;

b. Kegiatan perkantoran;

c. Kegiatan industri;

d. Fasilitas pendidikan;

(19)

f. Kegiatan lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu-lintas

2. Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa:

a. Perumahan dan permukiman;

b. Rumah susun dan apartemen; dan

c. Permukiman lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan tarikan

lalu-lintas.

3. Infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berupa:

a. Akses ke dan dari jalan tol;

b. Pelabuhan;

c. Bandar udara;

d. Terminal;

e. Stasiun kereta api;

f. Pool kendaraan;

g. Fasilitas parkir untuk umum; dan

h. Infrastruktur lainnya.

4. Kriteria pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang dapat

menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu-lintas angkutan jalan diatur oleh menteri yang bertanggung

jawab di bidang sarana dan prasarana lalu-lintas dan angkutan jalan setelah

mendapat pertimbangan dari:

a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang jalan; dan

b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dari Pasal 49 : Hasil analisa dampak lalu-lintas merupakan salah satu

(20)

a. Izin lokasi;

b. Izin mendirikan bangunan; atau

c. Izin pembangunan bangunan gedung dengan fungsi khusus sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.

2.2 Pengertian Analisa Dampak Lalu-lintas (Andalalin)

Dikun dan Arif (1993) mendefinisikan analisa dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus dari dibangunnya suatu fasilitas gedung dan penggunaan lahan

lainnya terhadap sistem transportasi kota, khususnya jaringan jalan di sekitar

lokasi gedung. Menurut Tamin (2000), analisa dampak lalu-lintas pada dasarnya merupakan analisa pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap sistem

pergerakan arus lintas disekitarnya yang diakibatkan oleh bangkitan

lalu-lintas yang baru, lalu-lalu-lintas yang beralih, dan oleh kendaraan keluar masuk dari

atau ke lahan tersebut.

2.3 Fenomena Dampak Lalu-lintas

Menurut Murwono (2003), fenomena dampak lalu-lintas diakibatkan oleh adanya pembangunan dan pengoperasian pusat kegiatan yang menimbulkan

bangkitan lalu-lintas yang cukup besar, seperti pusat perkantoran pusat

perbelanjaan, terminal, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak

lalu-lintas terjadi pada 2 (dua) tahap, yaitu :

1. Tahap konstruksi atau pembangunan. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan

lalu- lintas akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani

(21)

2. Tahap pasca konstruksi atau saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi

bangkitan lalu-lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi

yang akan membebani ruas-ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan

parkir kendaraan.

Tamin (2000) mengatakan bahwa setiap ruang kegiatan akan "membangkitkan" pergerakan dan "menarik" pergerakan yang intensitasnya

tergantung pada jenis tata guna lahannya. Bila terdapat pembangunan dan

pengembangan kawasan baru seperti pusat perbelanjaan, superblok dan lain-lain

tentu akan menimbulkan tambahan bangkitan dan tarikan lalu-lintas baru akibat

kegiatan tambahan di dalam dan sekitar kawasan tersebut. Karena itulah,

pembangunan kawasan baru dan pengembangannya akan memberikan pengaruh

langsung terhadap sistem jaringan jalan di sekitarnya.

Dikun (1993) menyatakan bahwa analisa dampak lalu-lintas harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses perencanaan,

evaluasi rancang bangun dan pemberian ijin. Untuk itu diperlukan dasar

peraturan formal yang mewajibkan pemilik melakukan analisa dampak lalu-lintas

sebelum pembangunan dimulai. Di dalam analisa dampak lalu-lintas, perkiraan

banyaknya lalu-lintas yang dibangkitkan oleh fasilitas tersebut merupakan hal

yang mutlak penting untuk dilakukan. Termasuk dalam proses analisa dampak

lalu-lintas adalah dilakukannya pendekatan manajemen lalu-lintas yang dirancang

untuk menghadapi dampak dari perjalanan terbangkitkan terhadap jaringan jalan

(22)

Djamal(1993) mengemukakan 5 (lima) faktor atau elemen penting yang akan menimbulkan dampak apabila sistem guna lahan berinteraksi dengan

lalu-lintas. Kelima elemen tersebut adalah :

1. Elemen Bangkitan atau Tarikan Perjalanan, yang dipengaruhi oleh faktor tipe

dan kelas peruntukan, intensitas serta lokasi bangkitan.

2. Elemen Kinerja Jaringan Ruas Jalan, yang mencakup kinerja ruas jalan dan

persimpangan.

3. Elemen Akses, berkenaan dengan jumlah dan lokasi akses.

4. Elemen Ruang Parkir.

5. Elemen Lingkungan, khususnya berkenaan dengan dampak polusi dan

kebisingan.

Lebih lanjut, The Institution of Highways and Transportation (1994)

menyatakan bahwa besar-kecilnya dampak kegiatan terhadap lalu-lintas

dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Bangkitan atau Tarikan perjalanan.

2. Menarik tidaknya suatu pusat kegiatan.

3. Tingkat kelancaran lalu-lintas pada jaringan jalan yang ada.

4. Prasarana jalan di sekitar pusat kegiatan.

6. Jenis tarikan perjalanan oleh pusat kegiatan.

(23)

2.4 Sasaran Analisa Dampak Lalu-lintas

Arief (1993) menyatakan bahwa sasaran andalalin ditekankan pada : 1. Penilaian dan formulasi dampak lalu-lintas yang ditimbulkan oleh daerah

pembangunan baru terhadap jaringan jalan disekitarnya (jaringan jalan

eksternal), khususnya ruas-ruas jalan yang membentuk sistem jaringan utama;

2. Upaya sinkronisasi terhadap kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan

penyediaan prasarana jalan, khususnya rencana peningkatan prasarana jalan

dan persimpangan di sekitar pembangunan utama yang diharapkan dapat

mengurangi konflik, kemacetan dan hambatan lalu-lintas;

3. Penyediaan solusi-solusi yang dapat meminimumkan kemacetan lalu-lintas

yang disebabkan oleh dampak pembangunan baru, serta penyusunan usulan

indikatif terhadap fasilitas tambahan yang diperlukan guna mengurangi

dampak yang diakibatkan oleh lalu-lintas yang dibangkitkan oleh

pembangunan baru tersebut, termasuk di sini upaya untuk mempertahankan

tingkat pelayanan prasarana sistem jaringan jalan yang telah ada;

4. Penyusunan rekomendasi pengaturan sistem jaringan jalan internal, titik-titik

akses ke lahan dan dari lahan yang dibangun, kebutuhan fasilitas ruang parkir

dan penyediaan sebesar mungkin untuk kemudahan akses ke lahan yang akan

dibangun.

The Institution of Highways and Transportation (1994)

merekomendasikan pendekatan teknis dalam melakukan analisa dampak

lalu-lintas, sebagai berikut :

1. Gambaran kondisi lalu-lintas saat ini (eksisting).

(24)

3. Estimasi pilihan moda dan tarikan perjalanan.

4. Analisa penyebaran perjalanan.

5. Identifikasi rute pembebanan perjalanan.

6. Identifikasi tahun pembebanan dan pertumbuhan lalu-lintas.

7. Analisa dampak lalu-lintas.

8. Analisa dampak lingkungan.

9. Pengaturan tata letak internal.

10. Pengaturan parkir.

11. Angkutan umum.

12. Pejalan kaki, pengendara sepeda dan penyandang cacat.

Dari keseluruhan tahapan di atas, penelitian ini tidak melakukan tahapan

analisa dampak lingkungan, pengaturan tata letak internal, analisa angkutan

umum dan analisa pejalan kaki, pengendara sepeda dan penyandang cacat.

Analisa dampak lingkungan tidak dilakukan oleh karena telah dilakukan pada

awal pembangunan. Pengaturan tata letak internal tidak dilakukan mengingat mal

tersebut telah terbangun dan beroperasi.

2.5 Tinjauan Pelaksanaan Analisa Dampak Lalu-lintas

Pelaksanaan analisa dampak lalu-lintas di beberapa negara bervariasi

berdasarkan kriteria atau pendekatan tertentu. Berdasarkan pedoman teknis

penyusunan analisa dampak lalu-lintas Departemen Perhubungan, ukuran

minimal peruntukan lahan yang wajib melakukan andalalin, dapat dilihat pada

(25)

Tabel 2.1 Ukuran Minimal Peruntukan Lahan Yang Wajib Melakukan Andalalin

Peruntukan Lahan Ukuran Minimal Kawasan Yang Wajib Andalalin Pemukiman

Apartemen Perkantoran Pusat Perbelanjaan Hotel atau Penginapan Rumah Sakit

Klinik Bersama

Sekolah atau Universitas Tempat Kursus

Industri atau Pergudangan Restaurant Tempat Pertemuan Terminal Pelabuhan SPBU Bengkel

Drive - Thoungh, Bank

50 Unit 50 Unit

1.000 m2 luas lantai bangunan 500 m2 luas lantai bangunan 50 Kamar

50 Tempat tidur

10 ruang praktek dokter 500 siswa

Bangunan dengan kapasitas 50 siswa atau waktu 2.500 m2 luas lantai bangunan

100 tempat duduk 100 tamu

Wajib Wajib

4 Slang pompa

2.000 luas lantai bangunan Wajib

Sumber : Pedoman Teknis Andalalin Departemen Perhubungan

Melihat dari kriteria tersebut, dimana luas lantai bangunan yang melebihi

500 m2 wajib melakukan andalalin, maka Mal Ciputra World Surabaya sudah

selayaknya melakukan andalalin karena luas lantai bangunannya lebih besar dari

500 m2. Adapun faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan kawasan yang

berpengaruh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Faktor Untuk Menentukan Kawasan Yang Berpengaruh

Peruntukan Lahan Faktor yang dipertimbangkan Data yang

diperlukan

Pusat Perbelanjaan

a. Pengembangan daerah komersial sejenis yang saling bersaing

b. Waktu perjalanan : umumnya maksimal 20 menit

Distribusi Penduduk

Perkantoran dan Industri

Waktu perjalanan; umumnya diasumsikan waktu perjalanan

maksimum 30 menit atau 15 - 20 km

Distribusi Penduduk

Permukiman

Waktu perjalanan; umumnya diasumsikan waktu perjalanan maksimum 30 menit atau 15 km

Distribusi Penduduk

(26)

2.6 Bangkitan Perjalanan atau Pergerakan (Trip Generation)

Bangkitan atau Tarikan perjalanan dapat diartikan sebagai banyaknya

jumlah perjalanan atau pergerakan atau lalu-lintas yang dibangkitkan oleh suatu

zona (kawasan) per satuan waktu (per detik, menit, jam, hari, minggu dan

seterusnya). Dari pengertian tersebut, maka bangkitan perjalanan merupakan

tahapan pemodelan transportasi yang bertugas untuk memperkirakan dan

meramalkan jumlah (banyaknya) perjalanan yang berasal (meninggalkan) dari

suatu zona atau kawasan atau petak lahan (banyaknya) yang datang atau tertarik

(menuju) ke suatu zona atau kawasan petak lahan pada masa yang akan datang

(tahun rencana) per satuan waktu.

Morlok menyebutkan bahwa banyaknya perjalanan pada tahun rencana nanti, sangat ditentukan oleh karateristik tata guna lahan atau petak-petak lahan

(kawasan - kawasan) serta karateristik sosio-ekonomi tiap-tiap kawasan tersebut

yang terdapat dalam ruang lingkup wilayah kajian tertentu, seperti area kota,

regional atau propinsi atau nasional.

Secara sederhana dapat diartikan bahwa jumlah perjalanan adalah fungsi

dari tata guna lahan atau kawasan atau zona yang menghasilkan perjalanan

tersebut dan dapat pula kita bentuk model sederhananya seperti persamaan

fungsional 2.1 berikut:

Jumlah Ttrip ( Qtrip) = f ( TGL ) ( 2.1 )

Dimana :

Qtrip = jumlah perjalanan yang timbul dari suatu tata guna lahan (zona) per

satuan waktu.

(27)

TGL = karaterisrik - kareteristik dan sosio-ekonomi tata guna lahan (zona) dalam

lingkup wilayah kajian.

Bangkitan perjalanan ini dianalisa secara terpisah menjadi dua bagian yaitu :

1. Produksi perjalanan atau Perjalanan yang dihasilkan (Trip Production)

Merupakan banyaknya (jumlah) perjalanan atau pergerakan yang dihasilkan

oleh zona asal (perjalanan yang berasal), dengan lain pengertian merupakan

perjalanan atau pergerakan atau arus lalu-lintas yang meningkatkan suatu

lokasi tata guna lahan atau zona atau kawasan.

2. Penarik perjalanan atau perjalanan yang tertarik (Trip Attraction)

Merupakan banyaknya (jumlah) perjalanan atau pergerakan yang tertarik ke

zona tujuan (perjalanan yang menuju), dengan lain pengertian merupakan

perjalanan atau pergerakan atau arus lalu-lintas yang menuju atau datang ke

suatu lokasi tata guna lahan atau zona atau kawasan.

Bangkitan atau Tarikan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang

memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari satu zona atau tata guna

lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.

Pergerakan lalu-lintas merupakan merupakan fungsi tata guna lahan yang

menghasilkan pergerakan lalu-lintas. Bangkitan ini mencakup :

a. Lalu-lintas yang meninggalkan lokasi.

(28)

Pergerakan yang berasal dari Pergerakan yang menuju

Zona I Zona D

Gambar 2.1 Bangkitan Dan Tarikan Pergerakan Sumber Wells, 1975

Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu-lintas berupa

jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya

kendaraaan atau jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau

kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari

(atau satu jam) untuk mendapatkan tarikan dan bangkitan pergerakan. Bangkitan

dan tarikan tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan:

a. Jenis Tata Guna Lahan.

Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan dan komersial)

mempunyai ciri bangkitan lalu-lintas yang berbeda :

1) Jumlah arus lalu-lintas;

2) Jenis arus lalu-lintas;

3) Lalu-lintas pada waktu tertentu (misalkan pertokoan akan menghasilkan

arus lalu-lintas sepanjang hari);

(29)

b. Intensitas aktivitas tata guna lahan

Bangkitan atau Tarikan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis

tata guna lahan tetapi juga tingkatan aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat

penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu-lintas yang

dihasilkannya.salah satu ukuran intensitas aktifitas sebidang tanah adalah

kepadatannya.

Metode analisa yang dipakai dalam tahap bangkitan perjalanan sangat

tergantung pada basis perjalanan dan pendekatan analisa yang dilakukan. Ada

dua metode analisa yang dapat dipakai dalam tahap bangkitan perjalanan,

kedua metode ini terkait dengan basis perjalanan dan pendekatan yang

dilakukan. Metode tersebut adalah analisa regresi linier.

2.7 Metode Analisa Regresi Linier

Metode analisa ini merupakan salah satu dari model-model yang

tergabung di dalam model statistik matematika. Metode ini merupakan alat

analisa statistik yang menganalisa faktor-faktor penentu yang menimbulkan suatu

kejadian atau kondisi tertentu yang diamati, sekaligus menguji sejauh manakah

kekuatan faktor-faktor penentu yang dimaksudkan berhubungan dengan kondisi

yang ditimbulkan atau diciptakannya.

Peramalan jumlah perjalanan dikawasan perkotaan pada tahap bangkitan

perjalanan, akan menggunakan metoda ini untuk seluruh perjalanan berbasis zona

dan berbasis rumah, serta perjalanan antar kota. Untuk perjalanan berbasis zona

metode analisa regresi linear menganalisa bagaimana hubungan antara

(30)

variabel terikat berupa jumlah arus lalu-lintas (perjalanan) dari zona asal yang

diamati ke zona tujuan yang diamati dan juga menghasilkan berupa angka

perkiraan jumlah.

perjalanan dari asal ke tujuan yang ditimbulkan oleh

karateristik-karateristik sosio-ekonomi zona untuk perjalanan yang berbasis zona dan

karateristik - karateristik sosio-ekonomi rumah tangga untuk perjalanan berbasis

rumah.

Ada 2 (dua) bentuk metode analisa regresi linear ini, yaitu:

1. Analisa Regresi Linear Sederhana (Simple Linear Regresion Analysis).

Analisa ini hanya menghubungkan variable terikat dengan 1 (satu) buah

variabel bebas yang mempengaruhi naik turunnya variabel terikat yang

diamati dengan asumsi studi, variabel - variabel lainnya tidak mempengaruhi

perubahan pada variabel terikat atau tidak kita masukkan ke dalam model.

Bentuk umum dari metode analisa ini adalah, dengan berbasis persamaan

fungsi kebutuhan (2.1) di atas, maka didapat persamaan sebagai berikut :

Y = a + bx + e ( 2.2 )

Atau

Q = a + bTGL + e ( 2.3 )

Di mana :

Y atau Q = Variabel terikat yang akan diramalkan besarannya (dependent

variable) atau dalam studi transportasi berupa jumlah

perjalanan (lalu-lintas) manusia, kendaraan, dan barang dari

(31)

x atau TGL = variabel bebas (independent Variable) berupa factor yang

berpengaruh terhadap timbulnya jumlah perjalanan

(lalu-lintas) seperti karakteristik zona sosio-ekonomi, dengan

asumsi faktor lain yang tidak berpengaruh (disebut juga

explanatory variable)

a = Parameter konstanta (constant parameter) yang artinya, kalau x atau TGL

sama dengan nol dalam arti tidak berubah atau tetap, maka Y atau jumlah

perjalanan sama dengan a.

b = Parameter koefisien (coefficient parameter) berupa nilai yang akan

dipergunakan untuk meramalkan Y atau Q.

e = Nilai kesalahan yang mewakili seluruh factor - faktor yang kita anggap

tidak mempengaruhi (disturbance term)

2. Analisa Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression Analysis).

Merupakan teknik analisa regresi yang menghubungkan satu variabel terikat

dengan dua atau lebih variabel-variabel bebas yang dianggap atau mungkin

mempengaruhi perubahan variabel terikat yang diamati.

Y = a + b1x1 + b2x2 + …… + bnxn + e ( 2.4 )

Y = variabel terikat yang akan diramalkan ( dependent variable ).

X1, …..xn = variabel-variabel bebas ( independent variable ).

b = parameter koefisien (coefficient parameter) berupa nilai yang akan

dipergunakan untuk meramalkan Y.

e = nilai kesalahan yang mewakili seluruh faktor-faktor yang kita anggap

(32)

2.8 Perencanaan Transportasi dan Kinerja Jalan

Menurut Salter (1989), hubungan antara lalu-lintas dengan tata guna lahan dapat dikembangkan melalui suatu proses perencanaan transportasi yang

saling terkait, terdiri dari :

Bangkitan atau Tarikan perjalanan, untuk menentukan hubungan antara

pelaku perjalanan dan faktor guna lahan yang dicatat dalam inventaris

perencanaan. Penyebaran perjalanan, yang menentukan pola perjalanan antar

zona. Pembebanan lalu-lintas, yang menentukan jalur transportasi publik atau

jaringan jalan suatu perjalanan yang akan dibuat. Pemilihan moda, suatu

keputusan yang dibuat untuk memilih moda perjalanan yang akan digunakan oleh

pelaku perjalanan.

Volume lalu-lintas ruas jalan adalah jumlah atau banyaknya kendaraan

yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan dalam suatu satuan waktu

tertentu (MKJI, 1997). Volume lalu-lintas dua arah pada jam paling sibuk dalam sehari dipakai sebagai dasar untuk analisa unjuk kerja ruas jalan dan

persimpangan yang ada.

Untuk kepentingan analisa, kendaraan yang disurvei diklasifikasikan atas :

a. Kendaraan Ringan (Light Vehicle atau LV) yang terdiri dari Jeep, Station

Wagon, Colt, Sedan, Bis mini, Combi, Pick Up, Dll;

b. Kendaraan berat (Heavy Vehicle atau HV), terdiri dari Bus dan Truk;

c. Sepeda motor (Motorcycle atau MC);

Data hasil survei per-jenis kendaraan tersebut selanjutnya dikonversikan

dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) guna menyamakan tingkat penggunaan

(33)

merekomendasikan nilai konversi untuk masing-masing klasifikasi kendaraan

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak-Terbagi

Arus lalu lintas Emp

Tipe jalan total dua arah MC

Jalan tak terbagi (kend/jam) HV Lebar jalur lalu lintas Wc (m)

≤6 >6

Dua-lajur tak

terbagi 0 1,3 0,5 0,40

(2/2 UD) ≥ 1800 1,2 0,35 0,25

Empat-lajur

tak-terbagi 0 1,3 0,4

(4/2 UD) ≥ 3700 1,2 0,25

Sumber : MKJI Tahun 1997

Adapun untuk menentukan koefisien ekuivalen mobil penumpang (emp)

untuk jalan terbagi, sesuai dengan MKJI ditunjukkan pada tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi Dan Satu Arah

Tipe jalan Arus lalu lintas Emp

Jalan satu arah dan per lajur

HV MC

jalan terbagi (kend/jam)

Dua-lajur satu-arah (2/1) 0 1,3 0,40

Dan

Empat-lajur terbagi (4/2 D) ≥ 1050 1,2 0,25

Tiga-lajur satu-arah (3/1) 0 1,3 0,40

Dan

Enam-lajur terbagi (6/2 D) ≥ 1100 1,2 0,25

Sumber : MKJI Tahun 1997

Menurut MKJI (1997), kinerja ruas jalan dapat diukur berdasarkan beberapa parameter, diantaranya :

1. Derajad Kejenuhan (DS), yakni rasio arus lalu-lintas (smp/jam) terhadap

(34)

2. Kecepatan tempuh (V), yakni kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu-lintas

dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata-rata yang melalui

segmen.

Berdasarkan hal tersebut maka karakteristik lalu-lintas dapat dihitung

dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Kecepatan Arus Bebas

Dalam MKJI (1997) kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) dinyatakan

dengan persamaan :

FV = (FVO+ FVW) X FFVSF X FFVCS ( 2.5 )

dimana :

FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)

FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam)

FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping

FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

2. Kapasitas jalan perkotaan

Kapasitas jalan perkotaan dihitung dari kapasitas dasar. Kapasitas

dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu

penampang pada suatu jalur atau jalan selama 1 (satu) jam, dalam keadaan

jalan dan lalu-lintas yang mendekati ideal dapat dicapai. Besarnya kapasitas

jalan dapat dijabarkan sebagai berikut:

C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS ( 2.6 )

dimana : C = kapasitas ruas jalan (Smp/jam)

CO = kapasitas dasar

(35)

FCSP = faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah

FCSF = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping

FCCS = faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota.

A. Kapasitas Dasar

Besarnya kapasitas dasar jalan kota yang dijadikan acuan adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.5. Kapasitas Dasar (CO)

Tipe jalan Kapasitas dasar

Smp/jam Keterangan

4 lajur dipisah atau jalan satu arah 4 lajur tidak dipisah 2 lajur tidak dipisah

1650 1500 2900 per lajur per lajur Kedua arah Sumber :Manual Kapasitas Jalan lndonesia, 1997

B. Faktor penyesuaian lebar jalur (FCw)

Faktor penyesuaian lebar jalan seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.6. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan

Tipe jalan Lebar jalan efektif CW Keterangan

4 lajur dipisah atau jalan satu arah 3.00 3.25 3.50 3.75 4.00 0.92 0.96 1.00 1.04 1.08 per lajur

4 lajur tidak dipisah

3.00 3.25 3.50 3.75 4.00 0.91 0.95 1.00 1.05 1.09 per lajur

2 lajur tidak dipisah

5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 0.56 0.87 1.00 1.14 1.25 1.29 1.34 Kedua arah

(36)

C. Faktor penyesuaian pemisahan arah lalu-lintas ( FCSP )

Besarnya faktor penyesuaian pada jalan tanpa menggunakan pemisah

tergantung kepada besarnya split kedua arah seperti tabel berikut :

Tabel 2.7. Penyesuaian Pemisahan Arah Lalu-Lintas

Split arah % - % 50 -50 55 - 45 60 – 40 65 - 35 70 - 30

FCSP

2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88

4/2 tidak dipisah 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94

Sumber :Manual Kapasitas Jalan lndonesia, 1997

D. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping ( FCSF )

Faktor penyesuaian kapasitas jalan antar kota terhadap lebar jalan dihitung

dengan menggunakan tabel berikut :

Tabel 2.8. Penyesuaian Jalan Dengan Bahu

Tipe jalan Hambatan Samping

Faktor penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu jalan FCSF

Lebar efektif bahu jalan WS

≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0

(37)

Catatan :

- Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dan kanan jalan

sama, bila lebar bahu kiri dan kanan berbeda maka digunakan nilai

rata-ratanya.

- Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala rintangan, bila di

tengah terdapat pohon, maka lebar efektifnya adalah setengahnya.

Tabel 2.9. Penyesuaian Jalan Dengan Kereb

Tipe Jalan

Kelas Hambatan

Samping

Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping dan jarak kereb-penghalang ( FCsf )

Jarak Kereb–penghalang Wg

<0,5 1,0 1,5 >2,0

4/2 D VL L M H VH 0,95 0,94 0,91 0,86 0,81 0,97 0,96 0,93 0,89 0,85 0,99 0,98 0,95 0,92 0,88 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 4/2 UD VL L M H VH 0,95 0,93 0,90 0,84 0,77 0,97 0,95 0,92 0,87 0,81 0,99 0,97 0,95 0,90 0,85 1,01 1,00 0,97 0,93 0,90 2/2 UD atau jalan Stu arah VL L M H VH 0,93 0,90 0,86 0,78 0,68 0,95 0,92 0,88 0,81 0,72 0,97 0,95 0,91 0,84 0,77 0,99 0,97 0,94 0,88 0,82 Sumber :Manual Kapasitas Jalan lndonesia, 1997

Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan 6 lajur dapat ditentukan dengan

menggumakan nilai FCsf untuk jalan empat lajuryang diberikan pada tabel 2.8

atau 2.9, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini :

(38)

Dimana :

FC6, SF = Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan 6 lajur

FC4, SF = Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan 4 lajur

E. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota ( FCCS )

Berdasarkan hasil penelitian ternyata ukuran kota mempengaruhi kapasitas

seperti ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.10. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

Ukuran Kota (Juta Orang) Faktor ukuran kota FCCS

< 0.1 0.1 – 0.5 0.5 – 1.0 1.0 – 3.0

≥ 3.0 0.86 0.90 0.94 1.00 1.04 Sumber :Manual Kapasitas Jalan lndonesia, 1997

F. Ekivalen mobil Penumpang

Tabel 2.11. Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

Tipe jalan : Jalan tak terbagi

Arus lalu-lintas Total dua arah

(kend/jam)

emp

HV

MC

Lebar jalur lalu-lintas <6 >6 Dua lajur tak terbagi ( 2/2 UD ) 0

> 1800 1,3 1,2 0,5 0,35 0,4 0,25 Empat lajur tak terbagi ( 4/2 UD ) 0

>3700

1,3 1,2

0,4 0,25 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997

3. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus lalu-lintas Q

(smp/jam) terhadap kapasitas C (smp/jam) digunakan sebagai faktor utama

dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan. Nilai DS menunjukan apakah

(39)

Derajat kejenuhan dirumuskan sebagai

DS = Q/C ( 2.8 )

Tabel 2.12. Tingkat Pelayanan Jalan

TINGKAT

PELAYANAN KARAKTERISTIK LALU-LINTAS

BATAS LINGKUP

V/C A Kondisi arus lalu-lintas bebas dengan kecepatan

tinggi dan volume lalu-lintas rendah. 0,00 -- 0,20 B Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi

oleh kondisi lalu-lintas. 0,20 - 0,44

C Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan

dikendalikan. 0,45 _ 0,74

D Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dapat

dikendalikan, V/Cmasih dapat ditolerir. 0,75 - 0,84 E Arus tidak stabil kecepatan terkadang terhenti,

permintaan sudah mendekati kapasitas. 0,85 - 1,00 F Arus dipaksakan, kecepatan rendah, volume di atas

kapasitas, antrian panjang (macet) ≥1,00

Sumber: Traffic Planning and Engineering, 2nd Edition Pergamon Press Oxword, 1979

2.9 Jaringan Jalan

Komponen transportasi jalan terdiri dari tiga komponen

1. Jalan adalah meliputi badan jalan, trotoar, drainase dan seluruh perlengkapan

serta rambu, lampu penerangan jalan dan lain-lain.

2. Persimpangan merupakan tempat pertemuan ruas jalan satu dengan ruas jalan

yang lainnya.

3. Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk menaikan dan

menurunkan penumpang dan atau perpindahan antar moda transportasi serta

mengatur kedatangan dan keberangkatan angkutan.

Jaringan jalan dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Ruas jalan atau Link

(40)

2.10 Manajemen Lalu-lintas

Manajemen lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus

lalu-lintas dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada, baik pada saat

sekarang maupun yang akan direncanakan (Abubakar, 1996). Adapun sasaran

diberlakukannya manajemen lalu-lintas adalah :

a. Mengatur dan menyederhanakan lalu-lintas dengan melakukan pemisahan

terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk

meminimumkan gangguan terhadap lalu-lintas.

b. Mengurangi tingkat kemacetan lalu-lintas dengan menaikkan kapasitas atau

mengurangi volume lalu-lintas pada suatu jalan

c. Melakukan optimasi ruas jalan dengan menentukan fungsi dari jalan dan

kontrol terhadap aktivitas-aktivitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan

tersebut.

2.11 Menghitung Laju Pertumbuhan Metode geometrik :

P = P0 ( 1 + r )n (2.9)

Ketrangan :

P = Jumlah pada tahun ke-n

P0 = jumlah pada tahun awal

r = laju pertumbuhan

(41)

Dan untuk menghitung laju pertumbuhan per tahun digunakan rumus

= −1 100 (2.10)

Keterangan :

r = Laju pertumbuhan per tahun

Pt = Jumlah pada tahun ke-t

P0 = Jumlah pada tahun dasar

t = selisih tahun Pt dengan P0

2.12. Teknik pengumpulan Sampel

Dalam pembahasan masalah transportasi khususnya transportasi jalan

raya diperlukan pola pergerakan orang dan barang, dimana hal tersebut dapat

diketahui dari suatu survei yang mendata asal dan tujuan perjalanan. Survei O-D

ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Wawancara di rumah (home interview)

Jenis survei asal tujuan ini merupakan yang terbaik untuk daerah perkotaan.

Cara ini dilakukan dengan mendatangi rumah, kantor, industri atau pabrik

yang sudah dipilih dan diharapkan dapat memenuhi karakteristik hasil dan

elemen dari wilayah studi. Data yang diperlukan untuk daerah residensial

(permukiman) adalah:

a) jumlah anggota keluarga

b) jumlah penghasilan

c) jumlah pemilikan kendaraan

(42)

a) luas lantai kantor

b) luas pabrik

c) jumlah tenaga kerja

d) jumlah keluar masuk barang di gudang

Keuntungan cara home interview:

a) data yang didapat akan akurat

Kerugiannya:

b) memerlukan biaya yang besar

c) memerlukan waktu yang lama

d) memerlukan banyak tenaga survei

2. Wawancara di tepi jalan (roadside interview)

Survei ini biasanya dilakukan pada lokasi inlet dan outlet dari daerah studi

yang mempunyai batas wilayah tertentu. Untuk transportasi barang antarkota

survei ini berguna sekali. Lokasi wawancara harus diatur sedemikian rupa agar

semua lalu-lintas antar zona bisa didapatkan. Cara ini dilakukan dengan

menghentikan kendaraan di tepi jalan kemudian mengadakan wawancara

terhadap pengemudi dengan bantuan pihak kepolisian.

Hal-hal yang diwawancarai:

a) tipe kendaraan

b) O-D trip

c) jumlah orang dalam kendaraan

d) jenis barang yang diangkut

e) beban muatan

(43)

g) tempat berhenti selama perjalanan

h) rute perjalanan

Keuntungan cara roadside interview:

a) data diperoleh secara langsung dan tepat

Kerugiannya:

a) dapat menimbulkan kemacetan lalu-lintas

3. Kartu Pos (post card survei)

Cara ini ada dua macam, yaitu:

a) memberikannya kepada pengemudi di jalan secara langsung

b) mengirimkannya kepada pengemudi lewat pos (controlled post card)

Cara pertama biasanya dilakukan di tempat-tempat pemberhentian,

misalnya pintu tol, dekat traffic light, pada daerah rawan kemacetan.

Sedang cara kedua disertai dengan perangko balasan.

Keuntungan cara ini:

a) murah

b) waktu singkat

c) tenaga lebih sedikit

Kerugiannya:

a) responden yang mengembalikan biasanya sedikit

4. Kuesioner

Survei jenis ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada

responden untuk diisi dan pengambilannya dilakukan oleh petugas survei.

Keuntungan cara ini:

(44)

b) biaya relatif murah

c) waktu singkat

Sedangkan kelemahan cara ini:

a) kuesioner sering terlambat dan tidak terisi semuanya

b) pertanyaan tidak terjawab karena responden tidak mengerti atau enggan

menjawab

5. Plat Kendaraan (license plate recording survei)

Kendaraan yang lewat dicatat plat nomornya, biasanya 3 atau 4 nomor

terakhir dengan mengingat:

a) tipe kendaraan

b) arah perjalanan

c) waktu lewatnya perjalanan

Sebagai origin diambil tempat pertama kali plat nomornya diamati dan

sebagai destination diambil tempat terakhir pencatatan plat nomor

kendaraan.

Keuntungan cara ini:

a) pengaturan surveinya mudah

b) pelacakan rute yang sebenarnya mudah

c) gerakan kendaraan tidak terganggu

d) data yang didapat cukup teliti

Kerugiannya:

a) analisa datanya sulit

b) diperlukan banyak tenaga survei karena pengamatan di beberapa tempat

(45)

c) mudah terjadi kesalahan dalam pencatatan plat nomor kendaraan

6. Pembaharuan SIM (driver license renewal)

Pada saat pengemudi melakukan pembaharuan SIM, maka dilakukan

wawancara seperti halnya home interview.

Kerugiannya:

a) dalam pelaksanaan pembaharuan SIM biasanya pengemudi meminta

bantuan calo sehingga data kurang akurat

7. Telepon (telephone survei)

Wawancara dilakukan melalui telepon seperti halnya home interview.

Kerugiannya:

a) jumlah responden yang terbatas

b) responden kurang merata karena tingkat sosial ekonomi menengah ke atas

yang mempunyai telepon

8. Teknik fotografi

Cara ini sekaligus menggambarkan volume arus lalu-lintas serta

kecepatannya. Fotografi dapat mencatat gerakan kendaraan yang dapat

dilacak lewat beberapa tempat dan dicatat pada tempat keluar masuk

kendaraan.

2.13. Pengambilan Sampel

Untuk penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Krejcie dengan

pengambilan sampel satu hari penuh. Berdasarkan dari data jumlah pengunjung

Mal Ciputra World Surabaya. Menurut Krejcie pengambilan sampel dari N

populasi dengan tingkat kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% dapat

(46)

Tabel 2.13 Jumlah Sampel Yang Ditentukan Atas Jumlah Populasi (Tabel Krejcie)

N S N S N S

10 10 220 140 1200 291

15 14 230 144 1300 297

20 19 240 148 1400 302

25 24 250 152 1500 306

30 28 260 155 1600 310

35 32 270 159 1700 313

N S N S N S

40 36 280 162 1800 317

45 40 290 165 1900 320

50 44 300 169 2000 322

55 48 320 175 2200 327

60 52 340 181 2400 331

65 56 360 186 2600 335

70 59 380 191 2800 338

75 63 400 196 3000 341

80 66 420 201 3500 346

85 70 440 205 4000 351

90 73 460 210 4500 354

95 76 480 214 5000 357

100 80 500 217 6000 361

(47)

N S N S N S

120 92 600 234 8000 367

130 97 650 242 9000 368

140 103 700 248 10000 370

150 108 750 254 15000 375

160 113 800 260 20000 377

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 380

190 127 950 274 50000 381

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 100000 384

Sumber : (Sugiono 2002)

N = jumlah pengunjung

(48)

3.1. Tahapan Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini menggambarkan tahapan proses penelitian yang

dirancang secermat mungkin. Hubungan antar proses satu dengan lainnya

saling terkait. Penulis membagi tahapan penelitian ini secara garis besar

menjadi 3 tahap sebagai berikut:

1) Identifikasi permasalahan

2) Perencanaan dan pengambilan data

3) Analisa data

4) Kesimpulan dan saran

3.1.1 Identifikasi Permasalahan

Tahap ini penulis mempelajari tentang latar belakang penelitian tarikan

pergerakan untuk manusia pada pusat perbelanjaan, bagaimana

mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan merumuskannya menjadi

suatu tujuan yang harus diselesaikan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Untuk itu diperlukan studi terhadap beberapa literatur guna membuka wacana

dan memperdalam teori yang relevan. Tahapan ini ditulis selengkapnya pada

(49)

3.1.2 Perencanaan dan Pengambilan Data Tahap ini terdiri dari:

1. Tinjauan awal lokasi studi

Langkah awal sebelum melakukan studi ini adalah melakukan tinjauan

awal terhadap kondisi di wilayah lokasi studi yang dipilih untuk menghindari

ketidak-sesuaian antara tujuan awal dan pengetahuan penulis terhadap

kondisi obyek penelitian yang sebenarnya di lapangan. Dalam tahap ini

penulis memilih Mal Ciputra World Surabaya. Pemilihan ini berdasarkan

ketentuan:

A. Memiliki fasilitas yang disyaratkan untuk sebuah pusat perbelanjaan

antara lain:

1) Memiliki service trades area (jasa pendukung perdagangan),

misalnya kantor, bank, penata rambut, agen perumahan, agen

perjalanan, gedung pertemuan, dan lain sebagainya.

2) Floor area (lantai penjualan) yang dibedakan berdasarkan koleksi

barang yang ditawarkan antara lain:

a) Convenience goods, yaitu barang-barang yang bersifat purchased

regularly seperti makanan, Koran, rokok, dan lain-lain.

b) Comparison goods, yaitu barang-barang yang bersifat longterm

purchased seperti pakaian, sepatu, aksesoris, furniture, keperluan

rumah tangga jangka lama dan lain-lain.

3) Complementary activities area, yaitu tempat yang digunakan untuk

tempat tinggal, perkantoran, tempat santai, hiburan, ruang pameran,

(50)

4) Accommodating area, yaitu lapangan parkir, lapangan bermain,

tempat istirahat pengemudi, dan lain-lain.

B. Memiliki luas keseluruhan gedung minimal 2.000 m2.

C. Mewakili kawasan tertentu.

Dari ketentuan di atas, pusat perbelanjaan yang dipilih adalah Ciputra

World Surabaya.

2. Pengumpulan Data

Data penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer.

Data-data sekunder didapat dari penelitian-penelitian terdahulu dan dari

instansi-instansi terkait yang meliputi :

A. Data tentang luas bangunan utama dan bangunan parkir yang didapatkan

dari pengelola Mal Ciputra World Surabaya.

Sedangkan data primer didapat dengan melaksanakan survei langsung di

lapangan yang meliputi :

a. Inventarisasi tata guna lahan, inventarisasi ini dilakukan untuk melihat

peruntukan dan potensi penggunaan lahan yang ada disekitar kawasan Jalan

Mayjen Sungkono yang memberikan pengaruh terhadap tarikan perjalanan

yang ada dan akan membebani jalan.

b. Survei jaringan jalan, survei yang dilakukan adalah melakukan identifikasi

terhadap pola jaringan yang ada di sekitar Jalan Mayjen Sungkono, dimensi

ruas jalan, LHR.

c. Survei hambatan samping yang diakibatkan oleh pejalan kaki, parkir pada

(51)

d. Survei manajemen lalu lintas kondisi eksisting, yang terdiri dari :

A. Survei volume lalu lintas ruas jalan, survei yang dilakukan adalah :

menghitung volume lalu lintas kendaraan secara terklasifikasi, yang

lewat pada ruas jalan.

3.1.3 Analisa Data

Tahap ini terdiri dari:

1) Pengolahan data.

Setelah diperoleh data primer dan data skunder serta literatur yang

lengkap, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data untuk diterapkan

dalam proses pemodelan.

analisis

1. Tarikan lalu lintas.

2. Analisis sistem jaringan.

3. Kinerja jaringan jalan eksisting.

2) Langkah selanjutnya adalah memulai analisa dampak lalu lintas Mal

Ciputra World Surabaya.

3) Gambar rencana rekomendasi penanganan lalu lintas.

3.1.4 Kesimpulan Dan Saran

Setelah analisa selesai akan ditentukan apakah kesimpulan dari

(52)

3.2Flowchart Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian MULAI

Identifikasi Masalah

Pengumpulan data

Data Primer

- Survei volume lalu lintas

Data Sekunder - Data lalu intas - Data layout mal - Data parkir mal

Analisa

- Tarikan lalu lintas - Analisa sistem jaringan - Kinerja jaringan jalan eksisting

ANALISA DAMPAK LALU LINTAS Analisa kinerja jaringan dan ruas kondisi pengoperasian mal

Kesimpulan Dan Saran

(53)

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Studi a. Letak dan Batas Kawasan

Mal Ciputra World terlelak di Jalan Mayjend Sungkono yang merupakan

salah satu pusat perekonomian di Kota Surabaya tepatnya berada di Kecamatan

Dukuh Pakis, dengan luas dan batas-batas wilayahnya sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Jalan Mayjend Sungkono

2. Sebelah Timur : Restoran Resto Nine

3. Sebelah Selatan : Jalan Bukit Kencana Sari Timur

4. Sebelah Barat : Jalan Bukit Kencana Sari Barat

Jarak Mal Ciputra World dengan pusat kegiatan lainnya adalah :

1. Pemukiman Penduduk : ± 300 meter

2. Pasar : ± 1.000 meter

3. Pompa Bensin : ± 500 meter

4. Kantor Polisi : ± 1500 meter

5. Perumahan : ± 50 meter

6. Sekolah : ± 1200 meter

(54)

b. Penggunaan Bangunan Mal Ciputra World

Luas tanah Mal Ciputra World sebesar 56.921 m2, sedangkan luas

bangunan Mal Ciputra World sebesar 85.875 m2 dengan rincian :

- LG = 21.750 m2,

- G = 13.125 m2

- Lantai 1 = 12.750 m2

- Lantai 2 = 12.750 m2

- Lantai 3 = 12.750 m2

- Lantai 4 = 12.750 m2

Luas area parkir keseluruhan Mal Ciputra World sebesar ± 66.000 m2.

Terdiri dari ± 35.000 m2 parkir outdoor dan ± 31.000 m2 parkir basement. Dari

luas keseluruhan area parkir, Mal Ciputra World dapat menampung ± 3000 mobil

dan ± 5000 motor. Dari keseluruhan luas bangunan Mal Ciputra World area yang

disewakan sebesar 55.021 m2

c. Fasilitas Parkir Mal Ciputra World

Fasilitas parkir yang disediakan bagi pengunjung swalayan terdiri dari :

1. Parkir mobil pengunjung, berada pada beberapa lokasi yaitu, terdapat pada

basement Mal Ciputra World, dan pada area parkir outdoor gedung Mal

Ciputra World.

2. Parkir kendaraan roda dua hanya terdapat pada dua tempat yaitu pada lantai

(55)

d. Kegiatan Penyerta

Yang dimaksud kegiatan penyerta dalam penelitian ini adalah aktivitas

yang bersifat mengganggu yang timbul sebagai dampak beroperasinya suatu

pusat kegiatan. Dalam pengertiannya yang termasuk aktivitas penyerta adalah :

1. Parkir kendaraan tidak bermotor, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah para

pengemudi becak

2. Parkir kendaraan bermotor di pinggir jalan dalam hal ini yang dimaksud adalah

taksi dan angkutan umun / angkot yang parkir di badan jalan sehingga

menggangu kapasitas jalan dalam menampung kendaraan yang lewat.

3. Pedagang asongan / PKL dalam hal ini yang dimaksud adalah para pedagang

kaki lima yang tidak tertib atau berdagang di trotoar ataupun kawasan sekitar

mal.

Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian diketahui bahwa kegiatan

penyerta yang terjadi pada lokasi penelitian adalah sama sekali tidak ada, karena

merupakan mal yang baru.

e. Data jalan

Dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga didapatkan data sekunder berupa

data geometrik Jalan Mayjend Sungkono yaitu sebagai berikut :

Nama jalan : Jalan Mayjend Sungkono

Tipe daerah : Komersial

Tipe jalan : 6 lajur 2 arah tebagi

lebar efektif : 21 m

Lebar median : 2 m

(56)

4.1.2 Data Parkir Mal

Dari data sekunder yang didapatkan dari manajemen Mal Ciputra

World Surabaya, diketahui jumlah kendaraan yang keluar masuk parkir Mal

Ciputra World seperti pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut :

Tabel 4.1. Data Parkir Mal Ciputra World Surabaya

Bulan Roda 2 Roda 4 Box / Truk Taxi

Januari 52.390 63.978 1.813 3.795

Februari 52.335 56.864 1.781 3.684

Maret 55.174 65.614 1.879 4.474

April 50.748 70.190 1.885 4.789

Mei 50.741 69.635 2.072 5.049

Juni 57.842 71.080 2.014 5.108

Sumber : Manajemen Mal Ciputra World

Tabel 4.2 Data Parkir Keluar Masuk Ciputra World Surabaya

no Jam Jumlah mobil Persentase

Masuk Keluar Akumulasi Masuk Keluar Akumulasi

1 09.30 - 10.30 137 49 88 4,63 1,67 2,96

2 10.31 - 11.30 230 164 154 7,77 4,56 6,17

3 11.31 - 12.30 290 192 252 9,79 ,6,53 9,43

4 12.31 - 13.30 232 191 293 7,84 ,6,50 10,77

5 13.31 - 14.30 238 175 356 8,04 ,5,95 12,86

6 14.31 - 15.30 207 238 325 6,99 8,10 11,75

7 15.31 - 16.30 198 276 247 6,69 9,39 9,05

8 16.31 - 17.30 231 294 184 7,80 10,00 6,85

9 17.31 - 18.30 241 210 215 8,14 7,14 7,85

10 18.31 - 19.30 396 259 352 13,37 8,81 12,41

11 19.31 - 20.30 378 354 376 12,77 12,04 13,14

12 20.31 - 21.30 183 548 11 6,18 19,32 0,00

2961 2940 100 100

(57)

Jalan Mayjend Sungkono Jalan Mayjend Sungkono

4.1.3 Data volume lalu lintas

1. Proses survei volume lalu lintas ruas Jalan Mayjend Sungkono :

Survei volume lalu lintas di ruas Jalan Mayjend Sungkono

dilakukan di dua lokasi titik survei, seperti ditunjukkan pada gambar 4.1

berikut :

Gambar 4.1. Lokasi Titik Survei 1

Titik survei 1 terletak 100 meter ke arah timur sebelum pintu

masuk parkir mobil Mal Ciputra World. Pada titik survei 1 ditempatkan 3

orang dengan pembagian tugas masing-masing. Satu orang bertugas

mencatat jumlah sepeda motor (motor cycle). Satu orang bertugas

mencatat jumlah kendaraan ringan (light vehicle). Sedangkan Satu orang

lagi bertugas mencatat jumlah kendaraan berat (heavy vehicle).

Pencatatan dilakukan tiap 15 menit. Survei dilakukan pada pagi

hari pukul 06.00 sampai pukul 09.00 lalu siang pukul 11.00 sampai pukul

13.00 dan sore pada pukul 16.00 sampai pukul 19.00. Sehingga dari hasil

survei volume lalu lintas tersebut didapatkan data volume lalu lintas

sesuai tabel 4.3 berikut : CWS

U

(58)

Tabel 4.3. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Mayjend Sungkono Titik Survei 1

Waktu

Lurus

MC LV HV

Volume (Satuan Kendaraan) Pagi

06.00 - 06.15 555 466 0

06.15 - 06.30 599 452 0

06.30 - 06.45 565 461 0

06.45 - 07.00 605 503 0

07.00 - 07.15 626 419 0

07.15 - 07.30 613 521 0

07.30 - 07.45 666 541 2

07.45 - 08.00 705 495 0

08.00 - 08.15 712 592 0

08.15 - 08.30 694 598 0

08.30 - 08.45 668 522 1

08.45 - 09.00 722 699 0

Siang

11.00 - 11.15 722 566 1

11.15 - 11.30 733 585 1

11.30 - 11.45 705 562 0

11.45 - 12.00 668 515 1

12.00 - 12.15 788 601 0

12.15 - 12.30 699 522 0

12.30 - 12.45 745 523 0

12.45 - 13.00 733 565 3

Sore

16.00 - 16.15 704 620 1

16.15 - 16.30 769 688 2

16.30 - 16.45 761 621 0

16.45 - 17.00 822 705 0

17.00 - 17.15 805 762 0

17.15 - 17.30 759 701 0

17.30 - 17.45 816 721 0

17.45 - 18.00 826 788 0

18.00 - 18.15 849 666 0

18.15 - 18.30 884 722 0

18.30 - 18.45 826 689 0

18.45 - 19.00 855 747 0

(59)

Jalan Mayjend Sungkono Titik survei 2 terletak tepat di depan Mal Ciputra World, seperti

ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2. Lokasi Titik Survei 2

Pada titik survei 2 ditempatkan 2 orang dengan pembagian tugas

masing-masing. Satu orang bertugas mencatat jumlah sepeda motor

(motor cycle). Satu orang bertugas mencatat jumlah kendaraan ringan

(light vehicle).

Pencatatan dilakukan tiap 15 menit. Survei dilakukan pada pagi

hari pukul 06.00 sampai pukul 09.00 lalu siang pukul 11.00 sampai pukul

13.00 dan sore pada pukul 16.00 sampai pukul 19.00. Sehingga dari hasil

survei perhitungan volume lalu lintas tersebut didapatkan data volume

lalu lintas sesuai tabel 4.4 berikut : Jalan Mayjend Sungkono

CWS

(60)

Tabel 4.4. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Mayjend Sungkono Titik Survei 2

Waktu

Memutar balik arah

MC LV HV

Volume (Satuan Kendaraan) Pagi

06.00 - 06.15 16 10 0

06.15 - 06.30 24 14 0

06.30 - 06.45 15 8 0

06.45 - 07.00 19 16 0

07.00 - 07.15 20 18 0

07.15 - 07.30 35 14 0

07.30 - 07.45 32 18 0

07.45 - 08.00 22 19 0

08.00 - 08.15 33 25 0

08.15 - 08.30 25 14 0

08.30 - 08.45 21 18 0

08.45 - 09.00 25 26 0

Siang

11.00 - 11.15 30 22 0

11.15 - 11.30 35 25 0

11.30 - 11.45 44 30 0

11.45 - 12.00 20 29 0

12.00 - 12.15 33 24 0

12.15 - 12.30 30 30 0

12.30 - 12.45 26 30 0

12.45 - 13.00 28 26 0

Sore

16.00 - 16.15 65 22 0

16.15 - 16.30 49 24 0

16.30 - 16.45 38 27 0

16.45 - 17.00 44 20 0

17.00 - 17.15 45 22 0

17.15 - 17.30 50 29 0

17.30 - 17.45 48 18 0

17.45 - 18.00 40 26 0

18.00 - 18.15 58 25 0

18.15 - 18.30 60 22 0

18.30 - 18.45 39 30 0

18.45 - 19.00 48 24 0

(61)

2. Proses survei perhitungan volume lalu lintas ruas Jalan Bukit Kencana

Sari Barat

Survei perhitungan volume lalu lintas di ruas Jalan Bukit Kencana

Sari Barat dilakukan di dua lokasi titik survei, seperti ditunjukkan pada

gambar 4.3 berikut :

Gambar 4.3. Lokasi Titik Survei 3 Dan 4

Jalan Bukit Kencana Sari Barat terletak pada persimpangan yang

berada tepat di samping Mal Ciputra World.

Pada titik survei 3 di

Gambar

Tabel 2.3  Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak-Terbagi
Tabel 2.6. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan
Tabel 2.7. Penyesuaian Pemisahan Arah Lalu-Lintas
Tabel 2.9. Penyesuaian Jalan Dengan Kereb
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil olah data yang diterima pada analisis faktor variabel kepuasaan konsumen, seluruh indikator layak sebagai pembentuk variabel kepuasan konsumen dengan

Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, maka perlu dirumuskan masalah untuk mengetahui apakah parameter oseanografi yang berbeda di kedua lokasi budidaya

Hasil dari respon sistem PID dengan gangguan dapat kita ketahui bahwa semakin kecil nilai gangguan maka semakin besar error dan semakin besar waktu yang dibutuhkan

Penggunaan alat interseptif ortodontik cukup efektif dan tepat guna dalam menangani masalah multiple impaction , karena dapat menghasilkan ruangan bagi gigi premolar dan

Peternak di daerah ini yang menggunakan satu jenis hijauan saja adalah peternak yang baru memulai usaha ternak sapi potong dan jumlah ternak sapi yang dipelihara sedikit,

pelaksanaanya didalam negara hukum indonesia tidak dapat dituntut secara mutlak karena bila demikian berarti juga akan melanggar hak-hak asasi orang lain, indonesia sebagai

Indikator organizing yang paling baik karena model pembelajaran guided inquiry efektif untuk mengajarkan topik membandingkan yang merupakan salah satu bagian dari

Frekuensi anak mengalami diare sampai usia 3 tahun: (beri tanda