FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Per syar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pr ogram Studi Sarjana
Diajukan Oleh :
Riris Noviani 0813010154/FE/AK
Kepada
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA
Disusun Oleh :
Riris Noviani
0813010154/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Juli 2012
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
Dra. Ec. Sari Andayani, MAks Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi
Sekretaris
Drs. Ec. Sjaref Hidayat, MSi
Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, MAks
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan
selesai. Skripsi ini berjudul “Faktor -Faktor yang Mempengar uhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Asuransi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jatim.
Skripsi ini telah melalui beberapa diskusi dan mendapatkan masukan serta
koreksi dari para dosen maupun pelaku yang terlibat dalam pekerjaan ini, dengan
harapan skripsi ini dapat mencapai tujuan dan sasaran.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
4. DR. Sri Trisnaningsih, SE. Msi. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
6. Kedua Orang Tua serta Mbak Ewik, yang telah banyak memberikan
dorongan, doa, dan kesabaran yang tidak terkira sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman teman Jurusan Akuntansi Angkatan 2008.
8. Semua karyawan (staf Tata Usaha, Perpustakaan dan Cleaning Service)
yang telah banyak membantu dan melancarkan semua yang berhubungan
dengan kuliah dan skripsi ini.
9. Pihak – pihak lain yang mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu
dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan dapat menambah wawasan bagi kami dan bagi pembaca umumnya. Semoga
Allah SWT senantiasa membimbing kita menuju jalan-Nya dan melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya bagi semua pihak yang telah banyak membantu kami
dalam penyusunan skripsi ini.
Surabaya, Juli 2012
2.2.6.10. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur
Modal ... 33
4.5.3 Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Terdahulu ... 73
4.5.4. Keterbatasan Penelitian ... 75
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
5.1. Kesimpulan ... 76
5.2. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
TABEL
1.1. Data Struktur Modal Sampel Perusahaan Asuransi Tahun 2008-2010 ... 4
2.1. Perbedaan dan Persamaan Peneliti Terdahulu dengan Sekarang ... 14
4.1. Rekapitulasi Data Ukuran Perusahaan (X1) Periode 2008-2010 ... 55
4.2. Rekapitulasi Data Rasio Resiko Bisnis (X2) Periode 2008-2010 ... 56
4.3. Rekapitulasi Data Tingkat Likuiditas (X3) Periode 2008-2010 ... 57
4.4. Rekapitulasi Data Rasio Profitabilitas (X4) Periode 2008-2010 ... 58
4.5. Rekapitulasi Data Struktur Aktiva (X5) Periode 2008-2010 ... 59
4.6. Rekapitulasi Data Struktur Modal (Y) Periode 2008-2010 ... 60
4.7. Hasil Uji Normalitas ... 61
4.8. Hasil Uji Multikolinieritas ... 62
4.9. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63
4.10. Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier ... 64
4.11. Hasil Analisis Hubungan Kesesuain Model ... 67
4.12. Koefisien Determinasi (R square/R2) ... 68
4.13. Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Tabulasi Data : Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Jasa Asuransi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 80
2. Tabulasi Data : Tingkat Risiko Bisnis (X2) Perusahaan Jasa Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 81
3. Tabulasi Data : Tingkat Likuiditas (X3) Perusahaan Jasa Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 82
4. Tabulasi Data : Profitabilitas (X4) Perusahaan Jasa Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 83
5. Tabulasi Data : Struktur Aktiva (X5) Perusahaan Jasa Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 84
6. Tabulasi Data : Struktur Modal (Y) Perusahaan Jasa Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 …. ... 85
7. Uji Normalitas ... 86
8. Uji Asumsi Klasik ... 86
9. Uji Multikolinieritas ... 87
10.Uji Heteroskedatisitas ... 88
11.Uji Regresi Linier Berganda ... 91
12.Uji F ... 91
Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Struktur Modal pada Perusahaan Asuransi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
Oleh :
RIRIS NOVIANI
Abstraksi
Dalam menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan dituntut untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan secara efektif dan efisien sehingga perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan yang dihadapi. Tujuan utama perussahaan yang mencari keuntungan biasanya mengutamakan keuntungan bagi pemiliknya atau pemegang saham, pemegang saham dengan membeli saham berarti mengharapkan return tertentu dengan resiko minimal. Dalam konteks ini pengertian pembelanjaan adalah dalam artian sempit karena hanya menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan dana intern yang berasal dari laba ditahan akan memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam menghadapi kesulitan keuangan di waktu-waktu mendatang. Bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan, dapat digunakan untuk menambah modal kerja ataupun untuk membelanjai ekspansi perusahaan sebagai cadangan untuk menghadapi kerugian-kerugian yang akan timbul diwaktu yang akan datang, akan dapat digunakan untuk melunasi utang perusahaan, dapat digunakan untuk menambah modal kerja ataupun untuk membelanjai ekspansi perusahaan di waktu yang akan datang.
Populasi penelitian ini data laporan keuangan perusahaan jasa asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai 2010, tercatat sebanyak 7 perusahaan, dengan sempelnya berjumlah 7 perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap
perusahaan dituntut untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap
fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan secara efektif dan efisien
sehingga perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan yang dihadapi.
Tujuan utama perusahaan yang mencari keuntungan biasanya
mengutamakan keuntungan bagi pemiliknya atau pemegang saham,
pemegang saham dengan membeli saham berarti mengharapkan return
tertentu dengan resiko minimal. Dengan tingginya return yang diperoleh
pemegang saham, maka para pemegang saham akan tertarik dan harga
saham akan meningkat. Disamping itu juga bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan melakukan
pengembangan usahanya.
Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan
dapat disediakan dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang
berasal dari keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan (retained
earnings). Dalam konteks ini pengertian pembelanjaan adalah dalam artian
yang sempit karena hanya menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan
keuangan perusahaan dalam menghadapi kesulitan keuangan di
waktu-waktu mendatang. Bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada
pemilik perusahaan, dapat digunakan untuk menambah modal kerja
ataupun untuk membelanjai ekspansi perusahaan sebagai cadangan untuk
menghadapi kerugian-kerugian yang akan timbul diwaktu yang akan
datang, akan dapat digunakan untuk melunasi utang perusahaan, dapat
digunakan untuk menambah modal kerja ataupun untuk membelanjai
ekspansi perusahaan di waktu yang akan datang. Di lain pihak pemilik
perusahaan juga menginginkan agar keuntungan yang diperoleh
perusahaan dapat dibagikan sebagian kepada mereka sebagai deviden (bagi
perusahaan yang berbentuk PT). Oleh karena itu satu pihak perusahaan
ingin tumbuh yang berarti harus menahan sebagian keuntungan untuk
investasikan kembali (reinvestasi), dan di lain pihak perusahaan juga ingin
membayarkan sebagai keuntungannya kepada pemilik perusahaan, maka
manajer keuangan pada khususnya dan perusahaan pada umumnya harus
dapat menjaga keseimbangan antara kedua keinginan tersebut.
Di samping sumber intern, dalam memenuhi kebutuhan dana suatu
perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber ekstern, yaitu sumber
dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi
saham baru, penjualan obligasi, kredit dari bank, Riyanto (2010 : 5)
Menurut Weston dan Copeland (1992 : 3) struktur keuangan adalah
cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat
jangka panjang dan modal pemegang saham. Sedangkan struktur modal
adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang dan
modal pemegang saham saja.
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan Asuransi yang go
publik di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena terdapat suatu permasalahan
yang sedang dihadapi oleh perusahaan Asuransi yang go publik di BEI.
Permasalahan tersebut adalah tinggi tingkat hutang yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan Asuransi yang go publik di BEI. Hal ini
mencerminkan bahwa ketergantungan para perusahaan Asuransi di
Indonesia yang go publik di BEI terhadap pihak luar sangatlah besar. Jika
keadaan ini bertahan dan tidak segara dibenahi, maka akan membahayakan
bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Dengan adanya tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh
perusahaan, maka akan menyebabkan struktur modal, sehingga akan
Tabel 1.1 : Data Struktur Modal Sampel Perusahaan Asuransi Tahun
2008-2010 (dinyatakan dalam ribuan rupiah)
No Nama Perusahaan Tahun Hut ang Tot al Akt iva St rukur M odal (%) 1 PT Panin Financial Tbk. 2008 1,556,230,000,000 5,903,045,000 263.63
2009 2,225,185,000,000 7,084,614,000 314.09
2010 2,448,796,000,000 8,144,066,000 300.68 2 PT Panin Insurance Tbk. 2008 1,650,978,000,000 6,790,788,000 243.12
2009 2,225,185,000,000 8,022,860,000 277.36
2010 2,314,048,000,000 9,303,194,000 248.74 3 PT Asuransi Bina Dana Art a Tbk. 2008 135,537,000,000 421,304,206 321.71 7 PT M askapai Reasuransi
Indonesia Tbk.
2008 222,976,000,000 258,600,000 862.24
2009 262,577,000,000 347,909,000 754.73
2010 315,964,000,000 445,082,000 709.90 Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2011
Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa adanya
ketidakstabilan struktur modal pada Perusahaan Asuransi yang Go Publik
di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya
struktur modal dipengaruhi oleh hutang dan modal sendiri. Besarnya
struktur modal yang telah diuraikan pada permasalahan diatas adalah
dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan hutang ketimbang modal
perusahaan cenderung lebih memilih menggunakan modal sendiri untuk
pemenuhan kebutuhan dana ketimbang menggunakan hutang.
Hal ini diharapkan perusahaan dapat menetapkan suatu target
struktur modal yang optimal yang menunjukkan seberapa tingkat hutang
yang tepat bagi perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor
struktur modal tersebut. Masalah struktur modal merupakan masalah yang
sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunya struktur modal
ditandai dengan besarnya hutang dibandingkan dengan besarnya modal
pemilik.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam
menentukan struktur modal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston
(2006 :7 dan 42) faktor-faktor : resiko bisnis, posisi perpajak, fleksibilitas
keuangan dan konservatisme atau keagresifan manajemen merupakan
faktor-faktor yang menentukan keputusan struktur modal; khususnya pada
struktur modal yang ditargetkan (target capital structure). Secara lebih
umum, faktor-faktor yang menentukan keputusan struktur modal adalah :
stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi
pinjaman dan agen pemberi peringkat, kondisi pasar, kondisi internal
perusahaan dan fleksibilitas keuangan.
Menurut Sar tono (2001), terlepas dari pendekatan mana yang akan
diambil untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer
berikut : tingkat penjualan, struktur asset, tingkat pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala
perusahaan, kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro.
Menurut McCue dan Ozcan (1992 : 333)dalam Pr abansari dan
Kusuma(2005), menyatakan struktur modal dipengaruhi oleh struktur
aktiva (asset structure), pertumbuhan aktiva (asset growth),
kemampulabaan (profitability), risiko (risk), ukuran perusahaan (size),
pajak (tax shields), struktur kepemilikan perusahaan (ownership/system
affiliation), system pembayaran dari konsumen (payment system), dan
kondisi pasar (market conditions).
Sedangkan menurut Riyanto (2010 : 296) faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas dari
“earning”, susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah
modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan
besarnya suatu perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1990 : 150), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah risiko bisnis
perusahaan, posisi pajak perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.
Penelitian Pr abansar i dan Kusuma (2005), masalah yang diteliti
yakni menganalisa ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset,
profitabilitas, dan struktur kepemilikan terhadap struktur modal. Hasil
penelitian tersebut adalah bahwa secara simultan ukuran perusahan, risiko
perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
Sedangkan secara parsial hanya dari resiko bisnis dan profitabilitas
terhadap struktur modal yang tidak signifikan.
Penelitian Kartika (2009), hasil pengujian variabel independen
risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modalnya, sedangkan
variabel independen yang lain yaitu struktur aktiva, profitabilitas, dan
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Utami (2009), hasil
peneliatian tersebut adalah bahwa secar simultan ukuran perusahan, risiko
bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva, dan profitabilitas secara
bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan
manufaktur di BEI. Sedangkan secara persial ukuran perusahaan, risiko
bisnis, dan tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur
modal pada perusahaan manufaktur di BEI.
Penelitian Seftianne dan Handayani (2011), hasil penelitaian
tersebut adalah bahwa secara simultan profitabilitas, risiko bisnis, tingkat
likuiditas, ukuran perusahaan, growth opportunity, kepemilikan
managerial, dan struktur aktiva secara bersama-sama berpengaruh terhadap
struktur modal. Sedangkan secara parsial hanya dari growth opportunity,
kepemilikan managerial, dan struktur aktiva terhadap struktur modal yang
Hasil penelitian yang dilakukan satu peneliti kadang tidak
konsisten dengan penelitian serupa yang dilakukan peneliti lainnya. Hal ini
dapat terjadi dimungkinkan karena perbedaan sampel, waktu penelitian,
dan populasi yang diteliti.
Dari beberapa pendapat dan peneliti di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang
berkenaan dengan masalah pendanaan. Dimana faktor-faktor tersebut
antara lain ukuran perusahaan, risiko bisnis, pajak, struktur aktiva,
profitabilitas, kondisi pasar dan sifat manajemen. Dari beberapa faktor
tersebut peneliti mencoba untuk memperluas dan memilih faktor-faktor
yang dianggap dominan dalam mempengaruhi kebijakan penentuan
struktur modal. Faktor-faktor yang akan diangkat dalam penelitian ini
dalam rangka meneliti pengaruh struktur modal terhadap faktor-faktor
tersebut antara lain ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat likuiditas,
profitabilitas, dan struktur aktiva.
Menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor serta hasil dari
penelitian dapat diperoleh informasi yang digunakan sebagai perimbangan
bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan misal kreditor, penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh ukuran perusahan,
risiko bisnis, tingkat likuiditas, profitabilitas dan struktur aktiva terhadap
stuktur modal pada perusahaan Asuransi yang Go Publik di Bursa Efek
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dangan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal pada Perusahaan Asur ansi yang Go Publik di Bur sa Efek
Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Tingkat Likuiditas,
Profitabilitas dan Struktur Aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan
Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan cara yang diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan
dalam menentukan bentuk dan besarnya modal yang akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Secara spesifik penelitian ini
bertujuan membuktikan secara empiris ukuran perusahaan, risiko bisnis,
tingkat likuiditas, profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal pada perusahaan Asuransi yang go publik di Bursa
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan pengetahuan atas struktur modal yang
harus disajikan, agar dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk analisis dan pengambilan keputusan terhadap struktur
modalnya.
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan menambah refrensi bagi
peneliti akan struktur modal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
serta bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan pendanaan.
c. Bagi Universitas
Sebagai tambahan koleksi perpustakaan, bahan refrensi dan
bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian saat ini serta persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian saat ini :
a. Pr abansari dan Kusuma (2005)
Berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian
ini bertujuan melakukan kajian empiris terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go publik di
BEJ. Masalah yang diteliti yakni menganalisa ukuran perusahaan
(X1), risiko bisnis (X2), pertumbuhan aset (X3), profitabilitas (X4),
dan struktur kepemilikan (X5) terhadap struktur modal. Dengan
menggunakan analisis statistik metode regresi linier bergandadengan
tingkat signifikasi 5% hasil penelitian tersebut adalah bahwa secara
simultan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva,
profitabilitas, dan struktur kepemilikan perusahaan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial
hanya dari resiko bisnis dan profitabilitas terhadap struktur modal yang
b. Utami (2009)
Berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur”. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat
pertumbuhan, struktur aktiva, dan profitabilitas berpengaruh pada
struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian tersebut adalah bahwa secara simultan ukuran perusahaan,
risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva, dan profitabilitas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal pada
perusahaan manufaktur di BEI. Sedangkan secara parsial ukuran
perusahaan, risiko bisnis, dan tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di BEI.
c. Kartika (2009)
Berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji kembali variabel-variabel yang telah
dikemukakan oleh peneliti terdahulu tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal, apakah hasil penelitian tersebut
konsisten terhadap penelitian yang dilakukan di Indonesia khususnya
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, serta melanjutkan kembali penelitian yang telah dilakukan
dengan memperluas variabel penelitian dengan periode selama periode
2000-2003 dengan sempel penelitian industri manufaktur. Hasil
pengujian variabel independen risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap
struktur modalnya, sedangkan variabel independen yang lain yaitu
struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
d. Seftianne dan Handayani (2011)
Berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”. Tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis,
growth opportunity, kepemiliki managerial, dan struktur aktiva
terhadap struktur modal. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa secara
simultan profitabilitas, risiko bisnis, tingkat likuiditas, ukuran
perusahaan, growth opportunity, kepemilikan mangerial, dan struktur
aktiva secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
Sedangkan secara parsial hanya dari growth opportunity, kepemilikan
managerial dan struktur aktiva terhadap struktur modal yang tidak
Setelah menelaah penelitian terdahulu, dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini.
Tabel 2.1 : Per bedaan dan Per samaan Peneliti Ter dahulu dengan Sekar ang
Nama
Utami (2009) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kartika (2009) Faktor-Faktor yang
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Modal
Tempat perusahaan mencari dana segar untuk mengingkatkan kegiatan
bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Dana segar yang
ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai
investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam
menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu
perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi
maka semakin tinggi pula investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut.
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan
aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di
sisi kanan suatu neraca, yaitu : hutang, saham biasa, saham preferen, dan
laba ditahan. (Atmaja, 2008 : 115).
Menurut Riyanto (2010 : 17) mengemukakan bahwa pengertian modal
menurut pandangan klasik, dimana artian modal ialah sebagai “hasil
produksi yang digunakan untuk memprodusir lebih lanjut”. Dalam
pengembangan kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat
“non-physical oriented”, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada
nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang
terkandung dalam barang-barang modal.
Sedangkan menurut Munawir (2002 : 19) pengertian modal diartikan
pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan
nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh
hutang-hutangnya.
Dari beberapa pengertian modal diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa modal adalah salah suatu kekayaan yang ditekan pada nilai, daya
beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan, berada di neraca sebelah
kredit dan diinvestasikan dalam barang-barang modal yang berada di
neraca sebelah debet serta digunakan untuk menghasilkan kekayaan
selanjutnya.
2.2.2. J enis-J enis Modal
1. Modal Asing/Utang
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang pada
saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau utang dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Modal Asing/Utang Jangka Pendek (Short-tern Debt) adalah modal
asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Adapun
jenis-jenis daripada modal asing (utang atau kredit) jangka pendek yang
terutama adalah kredit rekening koran, kredit dari penjual
(leverancier credit), kredit dari pembeli (afnemers credit), dan kredit
b. Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate-tern Debt)
adalah modal asing atau utang yang jangka waktu atau umumnya
adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.
Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka panjang menengah adalah tern loan
dan lease financing.
c. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long-tern Debt) adalah modal
asing/utang jangka panjang waktunya adalah panjang, lebih dari 10
tahun. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka
panjang antara lain pinjaman obligasi (bonds-payables) dan
pinjaman hiponik (mortgage).
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu
lamanya. Modal sendiri selain berasal dari “luar” perusahaan dapat juga
berasal dari “dalam” perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan
atau dibentuk sendiri dalam perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), terdiri dari :
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
saham biasa (commond stock), saham preferen (preferred stock),
dan saham kumulatif preferen (cumulative preferred stock).
b. Cadangan
Cadangan yang dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu
yang lampau atau dari tahun yang berjalan (Reserve that are
surplus). Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah antara
lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih
kurs, dan cadangan untuk menampung hal-hal atau
kejadian-kejadian yang tidak terduga sebelumnya (cadangan umum).
c. Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan
tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di atas.
Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai
penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut
merupakan “keuntungan yang ditahan” (retained earning), Riyanto
2.2.3. Sumber-sumber Penawaran Modal
Menurut beberapa ahli, sumber-sember penawaran modal dapat
ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut :
Menurut Riyanto (2010 : 209) berdasarkan asalnya, sumber
penawaran modal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Sumber Intern (Internal Sources)
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern
atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam
perusahaan adalah “keuntungan yang ditahan” atau (retained net profit)
dan penyusutan (depreciations).
2. Sumber Extern (Extern Sources)
Sumber Exten adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Dana
yang dari sumber extern adalah dana yang berasal dari para kreditur dan
pemilik, peserta atau pengambilan bagian di dalam perusahaan.
3. Suplier, Bank, dan Pasar Modal sebagai Sumber Extern Utama
a. Supplier
Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam
bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek
tahun dan kurang dari 10 tahun). Penjualan kredit atau barang
dengan jangka waktu pembayaran kurang dari 1 tahun banyak
terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh
supplier kepada langganan.
b. Bank-bank
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama
memberikan kredit di samping pemberian jasa-jasa lain di bidang
keuangan. Kredit yang diberikan oleh Bank dapat dalam bentuknya
kredit jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
c. Pasar Modal
Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor)
disatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah
atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah
tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan
permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang.
Ditinjau dari sumber penawar modal menurut cara terjadinya, yaitu :
1. Tabungan dari subyek-subyek ekonomi
2. Penciptaan atau kreasi uang/kredit oleh Bank-Bank
2.2.4. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Riyanto (2010 : 22) struktur
modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur
modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur-unsur modal
sendiri.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1997 : 5) dalam Prabansari
dan Kusuma (2005) adalah penentuan kebijakan struktur keuangan akan
berkait erat dengan struktur modal. Struktur modal berkaitan erat dengan
investasi sehingga dalam hal ini akan menyangkut sumber dana yang akan
digunakan untuk membiayai proyek investasi tersebut.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan
struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan
kebijakan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya
perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau
sebaliknya) apakah harga saham akan berubah apabila
keputusan-keputusan keuangan lainnya tidak merubah nilai perusahaan berarti bahwa
tidak ada struktur modal yang terbaik, Husnan dan Pudjiastuti (2004 :
263).
Menurut Sartono (2001 : 225) struktur modal adalah merupakan
perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang
keuangan adalah perimbangan antara total uang dangan modal sendiri.
Dengan kata lain struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Dengan demikian ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan dimana
mencerminkan perimbangan hutang jangka menengah dengan modal
sendiri.
2.2.5. Pengukuran Struktur Modal
Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Riyanto (2010 : 22) struktur modal
adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Sedangkan Weston dan Copeland (1992 : 4) memberikan definisi
struktur modal, yaitu pembelanjaan permanen yang terdiri dari hutang
jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku
dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau
surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki
saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal
pemegang saham.
Menurut Sartono (2001 : 225) struktur modal adalah merupakan
perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang
Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka pengukuran
struktur modal pada penelitian ini dapat dapat dihitung dengan
menggunakan rasio utang terhadap ekuitas atau DER (Debt to Equity
Ratio) yaitu antara total hutang dengan total equity. Sawir (2005 : 13)
2.2.6. Faktor-faktor yang Mempengar uhi Str uktur Modal
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan, dimana beberapa memberikan pendapat yang berbeda.
Menurut Sartono, (2001 : 248) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah :
a. Tingkat penjualan
b. Struktur asset
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan
d. Profitabilitas
e. Variable laba dan perlindungan pajak
f. Skala perusahaan
g. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006 : 42), perusahaan
umumnya mempetimbangkan faktor-faktor berikut ketika membuat
keputusan struktur modal :
a. Stabilitas penjualan
c. Leverage operasi
d. Tingkat pertumbuhan
e. Profitabilitas
f. Pajak
g. Pengendalian
h. Sikap manajemen
i. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat
j. Kondisi pasar
k. Kondisi internal perusahaan
l. Fleksibilitas keuangan
Menurut Riyanto (2010 : 297), struktur modal suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama adalah
tingkat bunga, stabilitas dari “earning”, susunan dari aktiva, kadar resiko
dari aktiva, besarnya jumlah modal yang ditimbulkan, keadaan pasar, sifat
manajemen, dan besarnya suatu perusahaan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang tersebut
di atas, dipilih lima faktor yaitu ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat
2.2.6.1. Ukur an Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki perusahaan, ditunjukan oleh natural logaritma dari total
aktiva.(Utami, 2009).
Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar pula. (Sartono, 2001 : 249).
Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007), besar (ukuran) perusahaan
dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin
besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk
menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar
perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
dikenal masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil
dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam
2.2.6.2. Risiko Bisnis
Risiko bisnis perusahaan, atau tingkat risiko yang terkandung pada
aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang. Makin besar risiko
bisnis perusahaan, makin rendah rasio utangnya yang optimal.
Secara konseptual, perusahaan mempunyai sejumlah risiko tertentu
pada oprasinya, inilah yang disebut risiko bisnis. Jika perusahaan
menggunakan utang, maka risiko ini akan lebih dibebankan pada satu
kelompok investor pemegang saham biasa. Weston dan Brigham (1990 :
150).
2.2.6.3. Tingkat Likuiditas
Tingkat likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka paendeknya dengan aktiva lancar yang
dimilikinya, Setianne dan Handayani (2011).
Menurut Munawir (2002 : 31) mengemukakan definisi likuiditas
sebagai berikut “likuiditas adalah mewujudkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih”.
Sedangkan menurut Riyanto (2010: 25), masalah likuiditas adalah
yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah
suatu saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” dari perusahaan yang
bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan membayar”
belum tentu dapat memnuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus
dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai
“kemempuan membayar”.
“Kemampuan membayar” baru terdapat pada peusahaan apabila
“kekuatan membayar”-nya adalah demikian besarnya sehingga dapat
memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi.
Dengan demikian maka kemampuan membayar itu baru dapat diketahui
setelah kita membandingkan “kekuatan membayar”-nya di satu pihak
dengan kewajiban-kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi di lain
pihak.
2.2.6.4. Profitabilitas
Sebuah analisis profitabilitas akan membantu perusahaan
menentukan daya tahannya dalam jangka panjang. Laba membantu evaluasi
kinerja. Laba juga memberikan tanda bagi pihak lain akan kesempatan
dalam pasar tertentu. Berbagai ukuran terhadap laba telah disajikan.
Pengukuran laba dengan pendekatan biaya serapan diperlukan untuk laporan
keuangan eksternal. Analisis profitabilitas dapat dicapai untuk
segmen-segmen individual. Termasuk dalam segmen-segmen-segmen-segmen ini adalah divisi, jalur
produk, dan kelompok pelanggan setiap analisis menambah pemahaman
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Sedangkan menurut Riyanto (2010 : 331) rasio-rasio profitabilitas
yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan
dan keputusan-keputusan.
2.2.6.5. Struktur Aktiva
Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari
skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber
dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap
dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan (Sartono,
2001 : 248).
Menurut Brigham dan Houston (2006 : 42), perusahaan yang
aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak
menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan
oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik, dan sebaliknya pada
aktiva untuk tujuan khusus. Jadi, perusahaan real estate biasanya sangat
terungkit, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam riset teknologi tidak.
2.2.6.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Menurut Seftianne dan Handayani (2011), ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya
besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total
penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva.
Ukuran perusahaan mendukung Trade-off Theory, yang
mengemukakan bahwa perusahaan besar pada umumnya mempunyai
kemungkinan bangkrut yang relatif kecil dibandingkan perusahaan kecil
sehingga lebih mudah untuk melakukan pinjaman ke bank.
Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap keputusan
penggunaan hutang dalam struktur modal, terutama berkaitan dengan
kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan besar lebih mudah
mengakses hutang di pasar modal dan menerima penilaian kredit yang lebih
tinggi untuk hutang-hutang yang diterbitkannya.
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur
modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan
yang diindikatori oleh total asset, akan menggunakan hutang dalam struktur
modal yang semakin besar pula.
2.2.6.7. Pengaruh Risiko Bisnis Ter hadap Struktur Modal
Menurut Gitman (2009) dalam Seftianne dan Handayani (2011),
risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi
biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya.
Perusahaan dengan resiko bisnisyang tinggi cenderung menghindari
pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan risiko bisnis
Perusahaan memiliki sejumlah risiko yang interndi dalam
oprasinya. Jika perusahaan menggunakan utang, maka secara tidak
langsung, perusahaan akan membagi para investornya menjadi dua
kelompok dan mengosentrasikan sebagian besar risiko bisnisnya pada satu
kelompok investor saja pemegang saham biasa. Akan tetapi, para pemegang
saham biasa akan menuntut adanya kompensasi karena mereka menanggung
risiko yang lebih besar sehingga akan membutuhkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2006 : 8).
Keputusan perusahaan meningkatkan penggunaan sumber internal
sejalan dengan Pecking Order Theory. Perusahaan lebih cenderung memilih
pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal perusahaan.
Sehingga sumber eksternal utang hanya diperlukan bila kebutuhan investasi
lebih besar dari ketersediaan sumber internal, sedangkan ekuitas baru
(penawar saham baru) merupakan alternatif pendanaan terakhir (Myres,
1984) dalam Kartika (2009). Oleh karena itu resiko bisnis mempunyai
pengaruh negatif terhadap struktur modal.
2.2.6.8. Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap Struktur Modal
Menurut Riyanto (2010 : 26), perusahaan harus memperhatikan
apakah perusahaan setipa saat dapat memenuhi pembayaran-pembayaran
yang diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan, misalnya untuk
membeli bahan mentah, membayar upah buruh dan sebagainya. Dengan
sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat
disamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah utang lancar di
lain pihak (likuiditas badan usaha), juga dengan pengeluaran-pengeluaran
untuk menyelenggarakan perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan).
Likuiditas perusahaan dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain
dengan membandingkan jumlah aktiva lancar (current assets) di satu pihak
dengan utang lancar (current liabilities) di lain pihak, hasil perbandingan
tersebut ialah apa yang disebut “current ratio” atau “working capital ratio”.
Current ratio ini merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur
kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi “current obligation”-nya.
Menurut Pecking Order Theory, perusahaan yang mempunyai
likuiditas yang tinggi cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari
hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi
mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan
lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.
Sedangkan menurut Kusumawati (2004) dalam Seftianne dan
Handayani (2011), likuiditas asset perusahaan dapat digunakan untuk
menunjukkan seberapa besar asset tersebut dapat dimanipulasi oleh
shareholders dengan biaya yang ditanggung boundholders. Perusahaan
dengan asset likuid yang besar dapat menggunakan asset ini untuk
Dengan demikian semakin tinggi likuiditas perusahaan maka
semakin tinggi struktur modal. Semakin tinggi kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya maka hal tersebut
akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh kewajiban jangka
panjang yang berasal dari luar perusahaan. Sehingga tingkat likuiditas
mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal.
2.2.6.9. Pengaruh Pr ofitabilitas Ter hadap Str uktur Modal
Menurut Atmaja (2008 : 274), pada umumnya perusahaan yang
memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil
karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk
memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan.
Sedangkan menurut Sartono (2001 : 248), profitabilitas periode
sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang
menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai
dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih
senang menggunakan pembiayaan dari pertama laba ditahan, kemudian
utang, dan yang terakhir penjualan saham baru.
Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah
kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga semakin rendah pula struktur
modalnya. Sehingga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur
2.2.6.10. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Str uktur Modal
Menurut Utami (2009), perubahan struktur aktiva akan
mengakibatkan perubahan struktur modal, karena aktiva tetap pada dasarnya
dibelanjai dari sumber jangka panjang (utang).
Sedangkan menurut Kartika (2009), stuktur aktiva berhubungan
dengan jumlah kekayaan (asset) yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan
yang lebih fleksibel cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada
perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Secara umum
perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah
mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan
terhadap hutang. Hal ini sesuai dengan Trade off Theory, yang
mengemukakan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan
rata-rata total aktiva sangat berpengaruh terhadap keputusan penggunaan
hutang dalam struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan
memperoleh pinjaman. Sehingga perusahaan lebih mudah mengakses
hutang di pasar modal dan menerima penilaian kredit yang lebih tinggi
untuk hutang-hutang yang diterbitkannya.
Semakin tinggi struktur aktiva (yang berarti semakin besar jumlah
aktiva tetap) maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi (yang
berarti penggunaan modal asing semakin sedikit) atau struktur modalnya
semakin rendah. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif struktur
2.2.6.11.Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Tingkat Likuiditas,
Pr ofitabitas dan Struktur Aktiva Terhadap Str uktur Modal
Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti
perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
Menurut Weston dan Brigham (1990 : 150), secara konseptual,
perusahaan mempunyai sejumlah risiko tertentu pada oprasinya, inilah yang
disebut risiko bisnis. Jika perusahaan menggunakan utang, maka risiko ini
akan lebih dibebankan pada satu kelompok investor pemegang saham biasa.
Menurut Riyanto (2010 : 25), masalah likuiditas adalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi.
Menurut Atmaja (2008 : 274), pada umumnya perusahaan yang
memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil
karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk
memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan.
Menurut (Sartono, 2001 : 248), perusahaan yang memiliki asset
tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar
hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah
mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau
Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah dalam mencari
investor yang hendak menanamkan modalnya dalam perusahaan dan juga
dalam rangka perolehan kredit. Investor akan lebih tertarik dengan
perusahaan denganmemiliki risiko yang rendah. Perusahaan dengan kondisi
keuangan yang baik akan meminjam uang lebih sedikit, tetapi akan
menimbulkan ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya. Sehingga
ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat likuiditas, profitabilitas dan
struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal.
2.3. Kerangka Pikir
Ukuran Perusahaan
(X1)
Struktur Aktiva
(X5) Profitabilitas
(X4) Risiko Bisnis
(X2)
Tingkat Likuiditas
(X3)
Struktur Modal
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
landasan teori serta kerangka pikir di atas, maka dapat diduga bahwa
hipotesis sebagai berikut :
“ Diduga bahwa variable ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat
likuiditas, profitabilitas, dan struktur aktiva berpengaruh positif terhadap
struktur modal perusahaan asuransi yang go publik di Bursa Efek
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan
metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, populasi, dan sampel
penelitian, sumber data, dan teknik analisis data.
3.1. Defisi Operasional dan Pengukur an Variabel
Defisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau
hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi.
Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian menggunakan satu ukuran
prosentase dan satu ukuran rupiah.
Adapun devinisi operasional variabel yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.1.1 Variabel Ter kait (dependen variable)
Variable dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal.
Variable ini ditentukan dengan membandingkan hutang jangka panjang
perusahaan dengan total aktiva perusahaan. Variabel ini dapat dihitung
dengan rumus menurut Seftianne dan Handayani (2011) adalah sebagai
Struktur Modal =
3.1.2. Variable Bebas (indepedensi variable)
Variable indepedensi dalam penelitian ini adalah :
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran
perusahaan mengacu pada penelitian Krishnan dan Moyer (1996)
dalam Prabansari dan Kusuma (2005), dimana ukuran perusahaan
diproxy dengan nilai logaritma dari total aktiva, atau dapat dituliskan
sebagai berikut :
Ukuran perusahaan = log(Total Aktiva)
b. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, dengan kata lain resiko yang
timbul akibat perusahaan tidak menggunakan utang. Risiko bisnis
dapat diukur dengan deviasi standar dari return on equity (ROE).
ROE = x 100%
c. Tingkat Likuiditas
Tingkat likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar
yang dimilikinya. Diukur dengan rumus sebagai berikut :
=
(Seftianne dan Handayani, 2011)
d. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio return on asset
(ROA) juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan dinyatakan dalam
prosentase dengan rumus :
Return on Asset = x 100%
(Sutrisno, 2003 : 254)
e. Struktur Aktiva
Menggambarkan sebagian jumlah asset yang dapat dijadikan
Stuktur Aktiva =
(Seftianne dan Handayani, 2011)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi objek
penelitian sebagai sumber data yang dimiliki karakteristik tertentu dalam
penelitian. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan Asuransi yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
berjumlah 7 perusahaan mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dan
telah menerbitkan laporan keuangan yang meliputi Neraca dan laporan
Laba Rugi secara terus menerus.
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi, penelitian ini dalam
menentukan sampel menggunakan teknik sampel jenuh yaitu bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut yang diambil
untuk diteliti.
Perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk.
2. PT. Asuransi Bintang Tbk.
3. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk.
5. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
6. PT. Panin Financial Tbk.
7. PT. Panin Insurance Tbk.
Teknik pengambilan sempel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sensus, dimana teknik sampling ini adalah teknik penentuan sampel
dengan jumlah 100% dari populasi.
Teknik analisis digunakan untuk mencari pemecahan masalah
penelitian secara serempak atau simultan dan secara individu atau persial.
Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian
berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa
variabel bebas dengan variabel terikat, karena secara teoritis keduanya
mempunyai hubungan fungsional.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Data merupakan faktor yang penting dalam menyusun penelitian ini.
Adapun data yang akan digunakan adalah data skunder, yaitu berupa
laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan di Bursa
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
(BEI) terdapat data-data mengenai laporan keuangan perusahaan asuransi
yang telah go publik di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010.
3.3.3. Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan
obyek penelitian.
3.4. Teknik Pengujian Normalisasi
Uji normalisasi digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai
metode diantaranya adalah dengan menggunkan metode
Kolmogorov-Smirnov. Dalam metode ini, distribusi data disebut normal jika nilai
signifikansi lebih besar dari 5% dan distribusi data disebut tidak normal
3.5. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji t dan uji
F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka
harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar
oleh regresi linier, yaitu :
a. Tidak terjadi autokorelasi
b. Tidak terjadi multikolinieritas
c. Tidak terjadi heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan
uji t menjadi bias.
1. Autokorelasi
Uji autokeralasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokerelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Asalah ini timbul karena
residual (kesalahan penggangguan) tidak bebas dari satu observasi ke
Pedoman model regresi untuk mendeteksi autokorelasi menurut
besar DW (Durbin-Waston) :
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negate
2. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independensi). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel-variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2009 : 95).
Untuk mengetahui nilai “Pembenakakan Varians” atau Varians
Inflation Factor (VIF) dapat dihitung dengan rumus :
VIF =
(Santoso, 2000 : 206)
Nilai toleransi (Tolerance) yang diperoleh dengan meregresikan
antara variabel bebas apabila nilai VIF < 10 maka persamaan regresi
linier berganda tersebut tidak terkena multikolinear (Gujarati, 1995 :
3. Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan heteroskedestisitas adalah variabel
independen adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu
variabel independen pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada
hubungan dengan variabel independen.
Rumus Rank Spearman :
r
s = 1-6∑
( )
(Gujarati, 1995 : 188)
Keterangan :
di = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-1
N = banyaknya data
rs = koefisien korelasi
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas
permasalahan yang diangakat pada penelitian ini adalah melakukan
analiasis regresi linier berganda.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah
simultan. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena
penelitian ini.
Berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa
variabel bebas dengan variabel terikatnya, karena secara teoritis keduanya
mempunyai hubungan fungsional atau memiliki pengaruh.
Model hubungan yang diduga atau diperkirakan akan terbentuk pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
= + + + + + +
Dimana :
Y : Struktur modal
β 0 : Konstanta
β 1……5 : Koefisien regresi
X1 : Ukuran perusahaan
X2 : Risiko bisnis
X3 : Tingkat likuiditas
X4 : Profitabilitas
X5 : Struktur aktiva
: Error term
Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah
semua variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga
3.6.2. Uji Hipotesis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis
data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai
berikut :
1. Uji F
Untuk pengujian hipotesis digunakan Uji F. Uji F digunakan untuk
menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan dengan
prosedur sebagai berikut :
a) Ho : β 1 = β 2 = . . . = βj = 0 ( X 1, X2, bersama Xj tidak berpengaruh
terhadap Y)
b) Ha : salah satu dari βj ≠ 0 ( X1, X2 bersama Xj berpengaruh
terhadap Y)
c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
derajat bebas [ − ], dimana n : jumlah pengamatan, dan k :
jumlah variabel.
d) Menentukan nilai F hitung :
F
hit =( )
( ) ( ) (Anonim,2010 : L-22)
e) Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi F.
Ho diterima jika Fhit ≤ F tab
Kriteria uji-F sebagai berikut :
a. Apabila F-hitung<F-tabel, maka H0 diterima berarti variabel ukuran
perusahaan, risiko bisnis, tingkat likuiditas, profitabilitas dan
struktur aktiva secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel struktur modal.
b. Apabila F-hitung>F-tabel, maka H0 ditolak berarti variabel ukuran
perusahaan, risiko bisnis, tingkat likuiditas, profitabilitas dan
struktur aktiva secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
struktur modal.
2. Uji t
Uji t untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
t-hitung adalah :
a) Ho : β j = 0 (tidak terdapat pengaruh X1 atau X2 terhadap
terhadap Y)
Ha : β j ≠ 0 (terdapat pengaruh X 1 atau X2 terhadap Y)
dimana j = 1,2, . . . . ., 4 : variabel ke j sampai dengan ke 4
b) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
Derajat bebas [ − ], dimana n : jumlah pengamatan, dan k :
jumlah variabel.
c) Menentukan nilai t hitung
t
hit =d) Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t student dua sisi
Ho diterima jika – ttab ≤ thit ≤ ttab
Ho ditolak jika thit<− ttab atau thit > ttab
Kriterianya uji-t sebagai berikut :
a. Jika t-tabel<t-hitung<t-tabel, maka H0 diterima berarti variabel
ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat likuiditas, profitabilitas dan
struktur aktiva secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel
struktur modal.
b. Jika t-hitung>t-tabel atau t-hitung<t-tabel, maka H0 ditolak berarti
variabel ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat likuiditas,
profitabilitas dan struktur aktiva secara parsial berpengaruh terhadap
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah Perusahaan
Asuransi yang Go Publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun
gambaran umum mengenai ketujuh perusahaan yang menjadi sempel
tersebut, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. PT. Asur ansi Bina Dana Ar ta Tbk.
PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. didirikan dan berkedudukan di
Jakarta sesuai dengan akta Notaris Mulyadi, S.H. No.78 tertanggal 12
Oktober 1982. Pada awal berdiri, perusahaan bernama PT Asuransi
Bina Dharma Artha dan pada tahun 1994 diganti menjadi PT Dharmala
Insurance Tbk. Sejak 1999, perusahaan berubah nama menjadi PT
Asuransi Bina Dana Arta Tbk., juga dikenal sebagai Asuransi ABDA
atau ABDA Insurance. Perusahaan bergerak dibidang asuransi kerugian
dengan jenis pertanggungan : kebakaran, kendaraan bermotor, rekayasa,
tanggung gugat, pengangkutan, alat berat, kesehatan, aneka dan
lain-lain. Saat ini perusahaan berkedudukan di Plaza ABDA, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 59 Jakarta dan memiliki 32 kantor cabang dan
pemasaran. Selain itu perusahaan juga memperluas jejaring di