TANGGUNG JAWAB HUKUM BIDAN DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009 DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA
KESEHATAN
ABSTRAK
Standard Procedure Operational merupakan suatu prangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan untuk menentukan kebutuhan tertentu klien yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan asuhan kebidanan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. Kelalaian bidan serta kurangnya pengetahuan dan sikap dalam penerapan standard procedure operational dalam penerapan pertolongan persalinan dapat membahayakan bidan dan pasien. Tindakan pertolongan seperti ekstraksi vacuum apabila dilakukan oleh seorang bidan yang tidak mempunyai kompetensi dan dilakukan tidak berdasarkan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya hal tersebut telah menyimpang dari kewenangan sebagai seorang bidan. pertolongan persalinan dengan Ektraksi vacuum yang memerlukan tindakan harus dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan atau oleh bidan yang telah memiliki kompetensi. Seorang bidan tidak boleh melakukan pertolongan persalinan tersebut apabila merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan menguji dan mengkaji data sekunder yang berkaitan dengan kelalaian dalam pelaksanaan pertolongan persalinan dan penerapan perlindungan terhadap pasien yang mengalami kerugian dari proses persalinan oleh bidan yang tidak sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP).
Hasil penelitian menunjukan bahwa bidan yang melakukan kelalaian dalam pelaksanaan pertolongan persalinan dalam prakteknya, Hal yang dilematis terjadi ketika kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehaan meningkat terutama pelayanan kebidanan yang tidak dibarengi pengetahuan dan keterampilan bidan untuk membentuk suatu mekanisme kerja pelayanan yang baik hal ini dapat menimbulkan pelanggaran etik dan profesi. Perlindungan terhadap pasien yang mengalami kerugian dari proses persalinan dalam prakteknya suatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian terhadap seseorang, maka sudah tentu merupakan kewajiban dari pihak yang melakukan kesalahan mengganti kerugian,kerugian baik materil maupun immateriil. Mereka yang dirugikan tersebut berhak mendapat imbalan berupa ganti rugi dari pihak yang merugikan dalam hal ini bidan.