• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK - KANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK - KANAK"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh Deo Rizkyandri NIM : 14.IK.383

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

2018

(2)
(3)
(4)

iv

bahwa SKRIPSI yang saya tulis merupakan karya hasil penelitian saya bersama arahan dosen pembimbing dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Acuan pustaka yang tertuang dalam SKRIPSI ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan dan tertuang dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan keaslian tulisan ini dibuat dengan sebenarnya.

Banjarmasin, 25 April 2018 Yang membuat pernyataan,

Deo Rizkyandri (14.IK.383)

(5)

v

Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak - Kanak. Dibimbing oleh DEDE MAHDIYAH dan ABDURAHMAN WAHID

Latar Belakang: Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering di nyatakan dengan istilah gemuk atau berat badan berlebih. Menurut World Health Organization (WHO), definisi obesitas dan overweight adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan resiko bagi kesehatan, Di Kalimantan Selatan kegemukan atau obesitas mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2010 prevalensi obesitas 9,8% sedangkan pravelensi pada tahun 2013 sebesar 9,9%. Prevalensi gizi lebih tersebut di Kota Banjarmasin mencapai 10,3%

Tujuan: Menganalisis hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah di Taman kanak – kanak.

Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 80 anak dan menggunakan rumus slovin didapatkan jumlah sampel 67 anak dengan simple random sampling.

Hasil: Data dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau diperoleh nilai p=

0,008. p < (α = 0,05), hasil penelitian pada riwayat berat badan lahir diantaranya anak yang riwayat berat badan lahir nya normal menjadi obesitas 4 (6,0%), kemudian anak yang riwayat berat badan lahir nya tinggi menjadi obesitas ada 5 (7.5%), dan yang riwayat berat badan lahir nya rendah menjadi obesitas ada 1 (1.5%).

Simpulan: Hasil nilai kolerasi Kendall Tau sebesar 0,317 menunjukan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sedang dapat disimpulkan apabila anak memiliki riwayat berat badan lahir tinggi maka resiko obesitas lebih besar.

Kata kunci: Anak Prasekolah, Kejadian Obesitas, Riwayat Berat Badan Lahir.

(6)

vi

DEO RIZKYANDRI. Relation Of Birth Weight History With The Incidence Of Obesity In Pre-School Age Children In Kindergarten. Guided By DEDE MAHDIYAH and ABDURAHMAN WAHID

Introduction: Obesity is a condition of excess fat in the body that is often expressed in fat or overweight. According to the World Health Organization (WHO), obesity and overweight definition are abnormal of body fat accumulation that can cause risk for health. In South Borneo, overweight or obesity experienced a slight increase, in 2010 obesity prevalence was 9.8% while pravelence in 2013 was 9.9%. The prevalence of over nutrition in Banjarmasin City reached 10.3%.

Objective: Analyzing the relation of birth weight history with the incidence of obesity in pre-school age children in kindergarten.

Methods: Type of analytic observational research with cross sectional approach.

The population of 80 children and using the Slovin formula obtained a sample of 67 children with simple random sampling

Results: The data tested using Kendall Tau Test obtained p = 0.008. p <(α = 0.05), the results of a study of a history of birth weight including children with a history of severe normal obesity 4 (6.0%), children with a history of high birth weight who were obese were 5 (7.5 %), and a history of low birth weight to obesity is 1 (1.5%).

Conclusion: The result of Kendall Tau calculation of 0.317 shows that the direction of correlation is positive with moderate correlation strength it can be concluded that children who have high birth weight so the risk of obesity is greater.

Keywords: Birth Weight History, Obesity Events, Preschoolers.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, karunia dan petunjuk-Nya yang tiada terkira sehingga peneliti dapat merasakan indahnya beriman islam dan menyelesaikan penulisan penyusunan Proposal Skripsi.

Setelah mengalami berbagai rintangan, halangan dan cobaan, serta pasang surutnya semangat yang penulis hadapi, akhirnya telah sampai pada tahap akhir penyusunan Proposal Skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan untuk mencapai S1 Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

Terwujudnya penyusunan dan penyelesaian Proposal Skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Ibu RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG.,M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin

2. Bapak dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

3. Ibu Dini Rahmayani, S.Kep., MPH selaku Ketua Prodi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

4. Ibu Dede Mahdiyah, M.Si pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan.

5. Bapak Abdurahman Wahid, Ns., M. Kep pembimbing II yang telah memberikan saran dan kritik dalam pembuatan Proposal Skipsi ini.

(8)

viii bimbingan dan dukungan.

7. Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Islam Al-Ikhwan yang telah membantu dalam pembutan Skripsi ini.

8. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan pengertian selama penulis menjalani perkuliahan dan akhirnya bisa menyelesaikan Skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan dan rekan kerja yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah bersedia untuk berdiskusi dan saling memberikan motivasi satu sama lain.

10. Responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan memberikan izin kepada anaknya untuk dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-teman diberikan mendapat ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam perbuatan dan penulisan Skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan. Semoga penelitian ini yang di tuangkan dalam bentuk Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Amin

Banjarmasin, 25 April 2018

Penulis

(9)

ix

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT.. ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Berat Badan Lahir ... 9

a. Pengertian Berat Badan Lahir ... 9

b. Klasifikasi Bayi ... 10

c. Macam-macam Berat Badan Lahir ... 10

(10)

x

2. Obesitas ... 15

a. Pengertian Obesitas ... 15

b. Klasifikasi Obesitas ... 16

c. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas ... 17

d. Dampak Obesitas ... 22

e. Cara Pengukuran Obesitas ... 26

3. Anak Prasekolah ... 28

a. Definisi Anak Prasekolah ... 28

b. Konsep Tumbuh Kembang ... 28

1) Perkembangan Fisik ... 28

2) Perkembangan Psikososial ... 29

3) Perkembangan Keterampilan motorik ... 29

a) Keterampilan Motorik Kasar ... 30

b) Keterampilan Motorik Halus ... 30

4) Perkembangan Komunikasi dan Bahasa ... 31

B. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Obesitas ... 32

C. Kerangka Teori ... 34

D. Kerangka Konsep ... 35

E. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian ... 36

1. Lokasi Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

3. Sasaran Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 36

(11)

xi

2. Sampel ... 37

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

E. Jenis dan Sumber Data ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

H. Metode Analisa Data... 42

1. Pengolahan Data ... 42

2. Analisis Data ... 43

a. Analisis Univariat ... 43

b. Analisis Bivariat ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. ... 46

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 52

D. Keterbatasan ... 59

BAB V PENUTUP ... 60

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xii

1.1 Keaslian Penelitian ... 6

2.1 Rata-rata Ukuran Bayi Saat Lahir ... 9

2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ... 28

3.1 Definisi Operasional ... 41

3.2 Kekuatan Hubungan ... 47

(13)

xiii

2.1 Kerangka Teori ... 35 2.2 Kerangka Konsep ... 36

(14)

xiv Lampiran 1 Rencana Judul Penelitian

Lampiran 2 Surat Pengajuan Judul Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Melakukan Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Balasan Permohonan Studi Pendahuluan Lampiran 5 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6 Data Identitas Responden

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 8 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 Lampiran 11 Berita Acara Perbaikan Skripsi Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan sebuah negara dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Waryana (2010), gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbs, transfortasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. (Waryana, 2010).

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang yang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi ini bisa menimbulkan obesitas yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa (Sartika, 2011). Dengan masalah gizi lebih ini, praktisi kesehatan anak diseluruh dunia dinegara maju maupun negara berkembang, mengkhawatirkan terjadinya peningkatan obesitas. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang penting, selain karena merpakan faktor resiko timbulnya penyakit kronis degeneratif dikemudian hari, obesitas juga sudah banyak menimbulkan masalah pada anak usia dan remaja (IDAI, 2014).

Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering di nyatakan dengan istilah gemuk atau berat badan berlebih. Menurut World Health Organization (WHO), definisi obesitas dan overweight adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan resiko bagi kesehatan. Pengertian obesitas dan overweight menurut Center For Disease Control And Prevention (CDC) adalah belebihnya berat badan pada rentang

(16)

skala yang tidak normal untuk kesehatan seseorang dan dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan.

Obesitas anak merupakan faktor utama untuk penyakit kronis pada masa dewasa yang akan meningkatkan resiko penyakit degeneratife misalnya diabetes dan tekanan darah tinggi (Hipertensi) dikemudian hari. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis dibanyak negara maju dan negara berkembang 20 tahun terakhir baik pada pada orang dewasa dan anak-anak.

Ini menjadi perhatian khusus karena studi longitudinal menunjukkan bahwa anak-anak kelebihan berat badan dan obesitas cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas (Harvard, 2015).

Menurut WHO (World Health Organization, 2013), 42 juta anak- anak mengalami obesitas dengan sebagian besar populasi dunia tinggal di negara di mana kelebihan berat badan di bawah usia lima tahun, di perkirakan 31 juta di antaranya hidup di negara-negara berkembang di mana tingkat kenaikan sudah lebih dari 30% lebih tinggi dari Negara-negara maju. Di perkirakan jika kecenderungan ini terus berlanjut, jumlah bayi yang kelebihan berat badan atau obesitas dan anak-anak secara global akan meningkat menjadi 70 juta pada tahun 2025.

Prevalensi obesitas 2011-2012 mengalami penurunan pada anak usia prasekolah di Amerika Serikat, obesitas pada anak masih terlalu tinggi.

Sekitar 17% (atau 12,7 juta) dari anak yang berusia 2-5 tahun menurun secara signifikan dari 13,9% pada tahun 2003-2004 menjadi 8,4% pada tahun 2011-2012 (Journal of American Medical Association, 2015).

Menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013, menunjukan prevalensi balita gizi lebih atau kegemukan di Indonesia mencapat 11,9%. Ini menurun di bandingkan pada tahun 2010 yang mencapai 14,0%, dan pada 2007 mencapai 12,2%. Di Kalimantan Selatan kegemukan atau obesitas ini

(17)

mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2010 prevalensi obesitas 9,8%

sedangkan pravelensi pada tahun 2013 sebesar 9,9%. Prevalensi gizi lebih tersebut di Kota Banjarmasin mencapai 10,3% (Kemenkes RI, 2013)

Menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi berat badan lahir rendah 16,6% dan berat badan lahir tinggi 6,5%, di Kota Banjarmasin berat badan lahir rendah sekitar 8,3% dan berat badan lahir tinggi sekitar 4,2%

(Kemenkes RI, 2013). Sepertiga kasus obesitas pada orang dewasa telah dimulai pada masa anak-anak, obesitass yang berawal dari massa anak- anak lebih berbahaya di bandingkan dengan obesitas di masa dewasa. Anak yang mengalami obesitas berusia 0 - 1 tahun, dan setelah ditelurusi ternyata anak obesitas yang berusia 0 – 1 tahun tersebut memang lahir dengan berat badan lahir tinggi (Yuyun et al, 2011 ).

Ibu hamil yang makan terlalu banyak atau terlalu sedikit beresiko pada bayi yang di kandungnya, bayi dari ibu yang tidak mendapat kenaikan berat badan yang cukup saat hamil akan cenderung mengalami obesitas, seperti juga pada bayi yang ibunya makan terlalu banyak. Menurut situs Daily Mail edisi 2014, para ilmuan Amerika merekam jejak kesehatan lebih dari 4.000 ibu hamil dan anak-anak mereka. Secara keseluruhan, 20,4% anak laki-laki yang dilahirkan dari ibu dengan berat badan melebihi yang di sarankan ternyata mengalami obesitas saat berusia 2-5 tahun (Tempo Co, 2014).

Obesitas yang disebabkan berat badan lahir yang menurut Parson (2009), berat badan lahir merupakan penyebab kegemukan selain faktor lainnya yaitu keturunan, faktor sosial, aktifitas fisik prilaku, dan faktor psikologis. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berhubungan dengan fungsi organ tubuh yang kurang baik dan peningkatan penyerapan lemak di tubuh pada saat dewasa, hal tersebut menunjukan dapat meningkatkan resiko kegemukan.

(18)

Menurut penelitian Li N et al (2014), ada hubungan antara berat lahir dan obesitas pada balita ketika umur 6 bulan – 3 tahun. Rasio odds (OR) dari kelebihan berat badan atau obesitas secara signifikan lebih tinggi pada anak yang lahir beratnya 3 kg – 3,5 kg yaitu 1,5 kali kemungkinan obesitas ketika balita, dan 2,5 kali lebih besar kemungkinan obesitas pada balita yang berat lahirnya 3,5 kg – 4 kg, dan 3,5 – 5 kali lipat kemungkinan obesitas pada kelompok balita yang berat badan lahirnya kebih dari 4,5 kg.

Studi pendahuluan yang di lakukan di Taman Kanak – Kanak Islam Al Ikhwan yang di lakukan pada tanggal 29 – 30 September 2017, dengan pengukuran berat dan tinggi badan terhadap 80 anak lalu di hitung menggunakan rumus IMT/U di dapatkan hasil anak yang mengalami obesitas dengan Z-score kategori >2 SD sebanyak 10 (12.5%). Dari hasil wawancara dan observasi dengan 10 ibu dari anak-anak yang mengalami obesitas mengantarkan anaknya ke Taman Kanak-kanak. Didapatkan 6 orang anak dengan riwayat berat badan lahir normal, kemudian didapatkan ada 4 dengan riwayat berat badan lahirnya bermasalah (tinggi dan rendah) namun anaknya obesitas. Dengan hasil studi pendahuluan tersebut di temukan adanya ketidaksesuaian antara teori dengan fenomena yang terjadi di lapangan, ternyata tidak hanya anak yang berat badan lahir lebih saja mengalami obesitas, berat badan normal juga bisa menyebabkan obesitas.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang riwayat berat badan lahir terhadap kejadian obesitas di Taman Kanak – Kanak Islam Al Ikhwan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: adakah hubungan riwayat berat badan lahir

(19)

dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah di Taman Kanak – Kanak.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah di Taman kanak – kanak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Riwayat Berat Badan Lahir Pada Anak Usia Prasekolah

b. Mengidentifikasi kejadian obesitas pada anak Usia Prasekolah di Taman Kanak – Kanak

c. Menganalisis Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak – Kanak.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan yang ada di lapangan dan dapat menambah ilmu pengetahuan kesehatan khususnya ilmu Keperawatan

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi bahan masukan untuk meningkatkan status kesehatan anak balitanya.

(20)

2. Manfaat Praktis a. Insititusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di institusi pendidikan dan menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obeistas pada anak usia prasekolah.

b. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk meningkatkan status kesehatan anak balitanya.

c. Tempat Penelitian

Memberikan informasi tambahan bagi orang tua anak untuk meningkatkan status kesehatan anak balitanya.

d. Peneliti

Memberikan sumber data yang baru bagi peneliti yang lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah.

(21)

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Desain Hasil

1. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7 12 Tahun Di Sd Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang (Rizky Yulaeni, Mona Suparwati, Umi Aniroh , 2013)

1. Jenis penelitian Kuantitatif

2. Design penelitian deskriptif

korelasional dengan pendekatan cross sectional

Hasil penelitian menunjukkan dari hasil uji statistic menggunakan uji Kolmogorov smirnov diketahui ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di Sd Mardi Rahayu Ungaran dengan nilai p = 0,0001 2. .

Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 4-5 Tahun, (Ermy Liesma Saputri, 2013)

1. Jenis Penelitian Kuantitatif

2. Metode penelitian case control

Analisis bivariate menunjukkan bahwa riwayat pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan yang bermakna dengan obesitas . Asupan energy yang lebih merupakan faktor resiko terjadinya obesitas.

3. Asupan Tinggi Natrium Dan Berat Badan Lahir Sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Obesitas Pada

Remaja Awal

(Lutfiana.A.F 2012)

1. Jenis Penelitian Kuantitatif

2. Metode penelitian case control

Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna antara asupan

tinggi natrium

(p=0,042;OR=3,5) dan berat

badan lahir

(p=0,012;OR=3,7) terhadap kejadian hipertensi obesitas pada remaja awal.

(22)

Perbedaan :

Hasil penelitian saya yang menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel dalam penelitian saya adalah orang tua dan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Islam Al- Ikhwan sebanyak 67 anak. Menggunakan uji Kendall Tau diperoleh nilai p=

0,008. Dengan nilai p < (α = 0,05).

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Berat Badan Lahir

a. Pengertian Berat Badan Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptaasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine kekehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik. Berat badan lahir adalah berat bayi yang di timbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.

Bayi lahir normal adalah berat lahir antara 2500–4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenetal (cacat bawaan) yang berat (Marmi, 2012).

Tabel 2.1 Rata-rata ukuran bayi saat lahir serta usia 6 dan 12 bulan.

Usia Berat Badan Panjang Badan Lingkar Kepala

Lahir 3,4 kg 48 – 53 cm 33 – 35 cm

6 Bulan 7,3 kg 63,5 – 68,5 cm 42 – 44,5 cm 12 Bulan 10,5 kg 71 – 76 cm 45 – 47,5 cm

Sumber: Hagan, J.F., Shaw J.S., & Ducan, P.M. edisi 2008 b. Klasifikasi Bayi

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi menjadi 3 bagian yaitu kehamilan cukup bulan (term atau ater) dengan masa gestasi 37–42 minggu (259–294 hari) lengkap, kehamilan kurang bulan (preterm) dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari), dan

(24)

kehamilan lewat waktu (postterm) dengan masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari) (Marmi, 2012).

c. Macam-macam Berat Badan Lahir

Bayi berat lahir Lebih: bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram.

Bayi berat lahir cukup: bayi dengan berat lahir >2500-4000 gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birthweight Infant: bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500–1500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau Very Low Birthweight Infant: bayi dengan berat badan lahir 1500–1000 gram. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau Extremely Very Low Birthweight Infant: bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Marmi, 2012).

d. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir 1) Usia Kehamilan

Usia kehamilan dapat mempengaruhi berat badan lahir, Usia kehamilan di bagi menjadi 3, yaitu Premature atau Neonatus kurang bulan (NKB) untuk kelahiran yang kurang dari 37 minggu, Neonatus cukup bulan (NCB) untuk kelahiran berusia 37 minggu sampai dengan 41 minggu lebih 6 hari, dan Postmature atau Neonatus lebih bulan (NLB) untuk kelahiran lebih dari 42 minggu (Maryunani, 2011).

2) Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan pendarahan saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangan berdekatan (di bawah 2 tahun) akan mengalami peningkatan resiko terjadinya pendarahan pada trimester III, termasuk karena alasan

(25)

plasentaprevia, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Maryunani, 2011).

3) Penyakit Saat Kehamilan

Adapun penyakit hipertensi dalam kehamilan yang juga merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari preeklamsi, eklamsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah (Maryunani, 2011).

Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera di atasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin) (Maryunani, 2011).

Ibu dengan diabetes gestasional atau diabetes yang sering terjadi pada masa kehamilan yang menyebabkan bayi lahir besar karena kelebihan kadar gula dalam darah bayi, bayi yang terus- menerus menerima kadar gula dalam darah yang berlebih yang bisa mengakibatkan berat badan lahir bayi tinggi atau dalam dunia kedokteran biasa di sebut makrosomnia (Marmi, 2012).

(26)

4) Stres pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan masa stres bagi kebanyakan ibu yang dapat di katakan bahwa ada banyak stresor tambahan untuk ibu selama masa ini. Masalah-masalah yang dianggap “kecil” dalam kehamilan dapat dianggap krisis besar bagi beberapa ibu, pengambilan keputusan tentang pilihan uji skrining kehamilan yang akan di jalani juga membuat beberapa ibu cemas. Menurut Campbell (2002) dalam Mahayuni (2011), bahwa kekerasan dari pasangan terdekat terjadi pada 3-13% kehamilan, sehingga dapat di bayangkan berapa besar stres yang di picu oleh masalah tersebut.

Tingkat stres dan kecemasan yang tinggi di ketahui menyebabkan depresi. Brummelte et al (2006) mengemukakan bahwa perempuan lebih rentan mengalami depresi selama kehamilan karena tingkat hormon yang fluktuatif, termasuk kortikosteron, menciptakan kondisi hiperkortisolisme yang berkaitan dengan depresi (Mahayuni, 2011).

5) Nutrisi Ibu Hamil

Asupan nutrisi ibu sangatlah penting menurut Frye (1995) yang menekankan bahwa nutrisi menjadi landasan di dalam menentukan hasil akhir kehamilan. Selain itu, nutrisi yang baik dapat mengompensasi berbagai masalah dan kekurangan di area yang lain dalam kehidupan ibu (Mahayuni, 2011).Menurut Henrikson (2006) dalam Mahayuni (2011), tampaknya diet yang di lakukan ibu hamil tidak sepenuhnya sesuai dengan rekomendasi kesehatan terbaru. Salah satu contohnya adalah peningkatan angka obesitas yang sering disebut. Obesitas tampaknya berkaitan dengan buruknya hasil akhir kehamilan yang buruk, sehingga pencatatan

(27)

indeks massa tubuh (BMI) menjadi semakin banyak sebagai bagian dalam asuhan antenatal beberapa tahun terakhir.

6) Ibu Hamil yang Merokok

Kerusakan yang ditimbulkan selama kehamilan terhadap janin oleh tindakan merokok tembakau begitu banyak dan sangat konsisten sehingga sebagian besar tidak perlu dipertanyakan lagi, Rokok mengandung campuran lebih dari 68.000 zat kimia beracun yang kompleks dan berpotensi mematikan mencangkup nikoton hidrogen sianida dan timbal dan arsen. Bahan-bahan ini mampu masuk ke dalam sirkulasi ibu, menembus plasenta dan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin (Mahayuni, 2011).

7) Ibu dengan Konsumsi Alkohol

Gambaran yang ada mungkin tidak sepenuhnya suram.

Berdasarkan angka (NHS, 2006) pada tahun 2000, 30% ibu yang giat minum alkohol sebelum kehamilan banyak yang berhenti minum selagi hamil. Ibu yang terus minum alkohol selama kehamilan, di laporkan minum dengan jumlah yang sangat sedikit, 71% ibu dalam kelompok ini rata-rata, mengkonsumsi kurang dari satu unit alkohol tiap minggu.

8) Kelainan dalam Lamanya Kehamilan

American Academy Pediatric mendifinisikan prematuritas adalah kelahiran hidup bayi dengan berat <2.500 gram. Kriteria ini dipakai secara luas, sampai tampak bahwa adanya perbedaan antara usia hamil dan berat badan lahir yang disebabkan adanya hambatan pertumbuhan janin (Fadlun, 2012).

(28)

e. Pengukuran Berat Badan Lahir

Bayi baru lahir biasanya di lakukan pengkuran panjang dan lingkar dada, berat badan, serta lingkar kepala. Badan bayi baru lahir memiliki penampilan yang unik. Normalnya, lingkar kepala lebih besar dari pada lingkar dada, abdomen buncit, dan tonus fleksi. Pengukuran seharusnya dengan cara standar, panjang bayi baru lahir akurat dikaji jika kepala bayi baru lahir terletak pada permukaan rata dan keras.

Kedua tungkai di luruskan dan kertas di meja pemeriksaan di beri tanda. Setelah bayi baru lahir di pindahkan, kemudian dapat di ukur panjang bayi dalam satuan sentimeter (Varney, 2008).

Lingkar kepala bayi baru lahir di ukur dari oksiput dan mengelilingi kepala tepat di atas alis mata. Ukuran ini dapat berubah pada minggu pertama kehidupan setelah pembengkakan pada kepala berkurang.

Lingkar dada di ukur di bawah ketiak dan melewati garis puting. Berat bayi harus di kaji di atas timbangan dengan alas di antara bayi baru lahir dan timbangan. Timbangan tersebut harus di kalibrasi untuk menyertakan berat alas. Tindakan itu dapat mencegah kehilangan panas dan infeksi akibat kontaminasi silang (Varney, 2008).

Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini di gunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan di gunakan sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengatahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Penentuan berat badan di lakukan dengan cara menimbang. Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-

(29)

kurangnya akhir 2 minggu setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih 10%.

Untuk penimbangan bayi baru lahir dengan menggunakan selimut, hasil penimbangan di kurang dengan berat selimut. Berat lahir normal 2,5-4 kg, dalam minggu pertama berat badan bayi mungkin turun (tidak melebihi dari 10% dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian naik kembali.

Serta untuk pengukuran panjang badan dan lingkar kepala bayi, dengan panjang lahir normal 48-52 cm dan lingkar kepala normal 33- 37 cm (Kemenkes RI, 2010).

2. Obesitas

a. Pengertian Obesitas

Obesitas adalah dampak ketidakseimbangan energi berupa asupan yang jauh melampaui keluaran energi dalam jangka waktu tertentu (Arisman, 2014). Kelebihan energi akan disimpan menjadi lemak dalam sel lemak, sehingga dengan bertambahnya simpanan lemak tersebut, semakin bertambah pula berat badan dan menjadi obesitas. Obesitas berupa peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan fisik dan skeletal sebagai akibat akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh, obesitas erat hubungannya dengan risiko sejumlah penyakit degeneratif, tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tapi juga pada kesehatan mental (Hasdianah, 2014).

Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan dengan ambang batas z score Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) >2 Standar Deviasi (Kemenkes RI, 2011). Obesitas sering didefenisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sedemikian

(30)

sehingga mengganggu kesehatan. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Dr. Stephan von Healing dari Imperial College School of Medicine, london, melihat bahwa obesitas saat ini telah menjadi ancaman kesehatan di seluruh dunia (Adriani, 2013).

b. Klasifikasi Obesitas

Menurut Soetjiningsih (2006), gejala klinis obesitas di bagi menjadi:

1) Obesitas sederhana (Simple Obesity)

Terdapat gejala kegemukan saja tanpa di sertai kelainan hormonal/mental/fisik lainnya. Obesitas ini karena faktor nutrisi.

2) Bentuk khusus obesitas

a) Kelainan endokrin, yang tersering adalah sindrom causing yang terjadi pada anak yang sensitif terhadap pengobatan hormonal steroid.

b) Kelainan samatodsimorfik, sindrom Prader-Willi, sindrom Sumit, dan Carpenter. Sindrom Laurence-Moon-Bield, sindrom Cohen.

Obesitas pada kelainan ini hampir selalu di sertai retardasi mental dan kelainan ortopedi.

c) Kelainan hipotalamus, kelainan pada hipotalamus mempengaruhi nafsu makan dan berakibat obesitas kelainan dapat di sebabkan oleh Kraniofaringoma, Lekemia Serebral, trauma kepala dan lain-lain.

c. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas 1) Faktor genetic

Hereditas merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan obesitas. Sebagai contoh, pada kembar identik yang hidup terpisah cenderung untuk menyerupai sifat orang tua kandung

(31)

lebih besar daripada yang mereka adopsi dari orang tua angkat mereka (Wong et al, 2009). Obesitas cendrung di turunkan, sehingga seseorang menderita obesitas di duga memiliki penyebab genetik. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor genetik mempengaruhi sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Hasdianah, 2014).

2) Faktor psikis

Menurut Supariasa (2003) dalam Hasdianah (2014), Ada yang di dalam pikiran seseorang biasa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memeberi reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang–orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak–anak makanan di anggap sebgai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan yang tidak tercapai dalam kehidupannya.

Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis di bandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.

Faktor psikologis juga dapat menjadi dasar pola makan selama masa kanak-kanak. Banyak orang tua menggunakan makanan, seperti permen dan jajanan lainnya sebagai pendorong positif terhadap perilaku yang diharapkan. Praktik ini dapat mengembangkan makna simbolis dan anak dapat menggunakan

(32)

makanan sebagai suatu penghargaan, kenyamanan, dan cara untuk menghadapi perasaan depresi, marah, bosan dan kesepian.

Banyak orang makan sebagai respons terhadap emosi positif, seperti kegembiraan atau emosi negatif seperti kebosanan, kesedihan juga kemarahan (Williams & Wilkins, 2013).

3) Jenis kelamin

Menurut Supariasa (2003) dalam Hasdianah (2014), Obesitas lebih umum di jumpai pada wanita terutama pada saat remaja dan pasca manopause. Hal ini mungkin di sebabkan oleh faktor endokrin dan perubahan hormonal.

4) Faktor penyakit

Beberapa penyakit dapat menyebabkan obesitas atau kecenderungan peningkatan berat badan, seperti hipotiroidisme, sindrom Chushing, depresi dan masalah neurologi lain yang dapat menyebabkan makanan berlebih. Juga obat-obatan steroid, antipsikotik dan beberapa anti depresan dapat membuat berat badan bertambah. Praktisi dapatmenyatakan bilamana penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya merupakan penyebab bertambahnya berat badan atau mempersulit penurunan berat badan (Williams & Wilkins, 2013).

5) Aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik kemungkinan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat makmur. Seseorang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cendrung mengkonsumsi makanan yang kaya lemak dan tak melakukan aktifitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas (Hasdianah, 2014). Pada anak,

(33)

pemakaian energi yang kurang daoat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisik, seperti seharian menonton TV, video, bermain game dan lainnya. Ditambah lagi ketika menonton TV atau bermain game sambil tidak berhenti makan maka kecenderungan menjadi obesitas akan lebih meningkat (Soetjiningsih, 2006).

6) Pola tidur

Sejumlah hormon memediasi interaksi antara durasi tidur yang pendek, metabolisme dan tingginya IMT. Dua hormon kunci yang mengatur nafsu makan yaitu leptin dan ghrelin. Kedua hormon ini memainkan peranan yang signifikan dalam interaksi antara durasi tidur yang pendek dan tingginya IMT. Leptin adalah adipocytederived hormone yang menekan nafsu makan. Ghrelin sebagian besar adalah peptide yang berasal dari abdomen yang menstimulasi nafsu makan. Mediator lain yang memberi kontribusi terhadap metabolisme adalah adiponektin dan insulin. Adiponektin adalah hormon yang baru diketahui disekresi oleh adiposit dan berhu-bungan dengan sensitifitas insulin (Angels, 2013).

7) Pola makan

Pemberian makanan padat tinggi kalori pada usia dini juga menjadi faktor obesitas pada anak. karenanya tubuh mengalami kelebihan kalori/energi sehingga kelebihan ini disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan 50kkal/hari dalam satu tahum kenaikan berat badan mencapai 5kg (Soetjiningsih, 2006).

Bila asupan makanan untuk bayi dan anak-anak melebihi kebutuhannya, jumlah sel-sel jaringan lemak akan meningkat guna menyimpan lemak. Sekali lemak terbentuk dalam jumlah besar, akan terjadi kecenderungan penambahan berat badan dengan

(34)

mudah (Mubarak & Chayatin, 2008). Pada bayi, bayi yang minum susu botol dan selalu dipaksakan oleh ibunya bahwa setiap kali minum harus habis, jenis susu yang diberikan berosmolaritas tinggi, juga menjadi penyebab obesitas pada anak (Soetjiningsih, 2006).

Orang yang kegemukan lebih responsif di banding dengan orang yang berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cendrung makan bila ia merasa ingin makan. Orang yang gemuk cendrung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol dir dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan (Hasdianah, 2014).

8) Berat Badan Lahir

Sebagian obesitas pada bayi umur satu tahun pertama berhubungan dengan berat badan lahirnya dan cara pemberian makan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya berat badan lahir lebih tinggi dari biasanya yaitu faktor keturunan, ibu obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil berlebihan dan ibu diabetes/pradiabetes (Soetjiningsih, 2006). Karena pertumbuhan tinggi badan biasanya diiringi pula oleh pertumuhan berat badan, maka tidak mengherankan bila anak-anak yang tumbuh dengan cepat semasa kecilnya akan cenderung lebih mudah untuk menjadi obesitas saat mereka dewasa. Banyak dari mereka yang obesitas pada saat dewasa juga sudah memiliki berat badan yang lebih saat mereka lahir. Beberapa studi menemukan bahwa pertumbuhan yang cepat pada masa kanak-kanak menyebabkan obesitas pada

(35)

masa dewasa. Parson et al menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara berat badan lahir dengan indeks masa tubuh sang anak di kemudian hari, dan lebih luas lagi di perhitungkan bahwa seorang ibu yang memiliki berat badan lebih akan memiliki bayi dengan berat badan yang juga lebih yang kemudian akan meningkatkan kecenderungan untuk menjadi dewasa dengan berat badan yang lebih juga.

Menurut penelitian Li N et al (2014), ada hubungan antara berat lahir dan obesitas pada balita ketika umur 6 bulan–3 tahun.

Rasio odds (OR) dari kelebihan berat badan atau obesitas secara signifikan lebih tinggi pada anak yang lahir beratnya 3 kg–3,5 kg yaitu 1,5 kali kemungkinan obesitas ketika balita, dan 2,5 kali lebih besar kemungkinan obesitas pada balita yang berat lahirnya 3,5 kg–

4 kg, dan 3,5–5 kali lipat kemungkinan obesitas pada kelompok balita yang berat badan lahirnya lebih dari 4,5 kg.

d. Dampak Obesitas

Obesitas pada anak akan menimbulkan berbagai keluhan dan berbagai keluhan dan gangguan penyakit. Pada umumnya, gangguan kesehatan yang terjadi pada anak obesitas ialah gangguan secara klinis, mental dan sosial (Hasdianah, 2014).

Terdapat banyak gangguan klinis yang di timbulkan akibat obesitas pada anak, di antaranya :

1) Penyakit Kardiovaskuler

2) Obesitas merupakan faktor resiko utama CVD, dan data secara konsisten menunjukkan peningkatan insidensi penyakit seiring dengan meningkatnya IMT. (Barasi, 2009).

(36)

3) Penyakit Hipertensi

Hipertensi dapat di sebabkan oleh beberapa faktor salah satunya obesitas. Anak obesitas akan menderita hipertensi akan mengalami berbagai penyakit komplikasi lainnya, dan kerusakan organ seperti gangguan pada fungsi mata, jantung, dan kelainan fungsi jantung (Hasdianah, 2014).

Ada beberapa mekanisme yang diusulkan untuk menjelaskan eratnya korelasi antara obesitas dan hipertensi, yang meliputi :

a) Bertambahnya volume darah sebagai akibat peningkatan retensi garam; dianggap bahwa hal ini disebabkan oleh efek antinatriuretik dari kaenaikan kadar insulin.

b) Perubahan kadar hormon mempengaruhi regulasi tekanan darah; misalnya produksi kortisol oleh jaringan adiposa meningkat, leptin dan angiostensinogen yang dilepaskan oleh jaringan adiposa menimbulkan efek hipertensif langsung.

c) Tingginya asupan garam dan rendahnya tingkat kebugaran fisik mungkin ikut berperan (Barasi, 2009).

4) Asma Bronkhiale

Asma bronkhiale merupakan kelainan sistem pernapasan yang di tandai dengan penyempitan pada saluran napas yang bersifat sementara serta dapat sembuh secara spontan tanpa pengobatan.

Anak yang menderita obesitas yang memiliki pola aktivitas yang rendah akan berisiko terkena asma bronkhiale (Hasdianah, 2014).

5) Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan pernapasan ketika tidur, pada anak di tandai dengan terhentinya napas sekitar sepuluh detik ketika tidur. Anak yang obesitas mengalami penumpukan lemak

(37)

yang berlebihan di dalam tubuhnya, penumukan lemak yang berlebihan akan mengganggu darah dalam mengedarkan oksigen ketika proses oksidasi dan metabolisme berlangsung (Hasdianah, 2014).

6) Kelainan Bentuk dan Ukuran Tulang

Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan kelainan bentuk dan ukuran tulang, ketidak seimbangan, maupun rasa nyeri yang sangat kuat ketika beridiri, berjalan, maupun berlari. Obesitas anak dapat memberikan tekanan dan renggang yang lebih besar terutama pada tulang kaki daripada anak dengan berat badan normal. Oleh karena itu tulang, kaki anak obesitas biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ketika berjalan ataupun berlari (Hasdianah, 2014).

7) Gangguan Kejiwaan

Anak obesitas terkadang mengalami gangguan jiwa seperti kurang percaya diri dan depresi. Hal ini di sebabkan oleh ejekan dan cemohan dari teman sebayanya karena memiliki badan yang gemuk.

Ejekan yang di terima oleh anak secara terus menerus dapat menimbulkan krisis percaya diri. Apabila hal ini tidak segera di atasi dengan tepat dapat menyebabkan anak menjadi derpresi karena tertekan. Ejekan yang mungkin di terima anak obesitas dari teman sebayanya juga akan mengganggu hubungan sosial dengan temannya. Anak obesitas akan dikucilkan dari lingkungan teman sebayanya. Terdapat beberapa penolakan sosial dari lingkungan sekitar karena kondisi badannya yang obesitas (Hasdianah, 2014).

(38)

8) Penyakit Diabetes Mellitus

Kencing manis yang juga di sebut dengan diabetes mellitus tipe II pada anak obesitas merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan. Anak – anak penderita diabetes mellitus tipe II berisiko tinggi menderita penyakita komplikasi seperti gagal ginjal kronis, penyakit jantung, nahkan stroke dini.

Anak penderita diabetes mellitus tipe II memiliki produksi insulin yang terganggu. Kebiasaan yang buruk pada pola makan anak obesitas dapat meningkatkan terjadinya penyakit penyakit kencing manis pada anak (Hasdianah, 2014).

9) Kanker

Studi berskala besar di Inggris menunjukkan hubungan antara kegemukan dengan kanker. Para peneliti itu mengikuti kesehatan 5 juta orang selama 7 tahun dan melacak apakah para subjek penelitian menderita salah satu dari 22 jenis kanker. Hasil studi dipublikasikan dalam jurnal The Lancet dan menyimpulkan bahwa obesitas terkait dengan 10 dari 22 jenis kanker yang paling umum.

Kanker tersebut adalah rahim, ginjal, serviks, tiroid, leukemia, liver, usus besar, ovarium, kanker payudara, dan kandung kemih (Hasdianah, 2014).

e. Cara Pengukuran Obesitas

Menurut Hidayat (2009), bahwa pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara yaitu pengukuran yang berdasarkan umur dan pengukuran yang tidak berdasarkan umur, seperti contoh pengukuran umur: berat badan berdasarkan umur, tinggi badan atau panjang badan berdasarkan

(39)

umur. Sedangkan pengukuran tidak berdasarkan umur: berat badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan.

Untuk menegakkan diagnosa obesitas, harus di temukan gejala klinis obesitas yang di sokong oleh temuan antropometri yang jauh di atas normal. Pemeriksaan antropometri yang sering di gunakan adalah berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap umut, Indeks Massa Tubuh (IMT/Body Mass Index/BMI), dan tebal lipatan kulit (Soetjiningsih, 2006).

Rumus BMI :

BMI mempunyai keunggulan utama yaitu dapat menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa di gunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya membutuhkan dua hal yaitu berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat di lakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan. Keterbatasanya adalah membutuhkan penilaian lain bila di pergunakan secara individual.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan obesitas anak menggunakan antropometri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011 (Kemenkes RI, 2011) nomor:

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi dan mengacu pada standar WHO, 2007 yaitu dengan menghitung IMT menurut umur (IMT/U) pada anak 0 – 60 bulan, dan untuk obesitas kriteria ambang batas nilai Z-Score adalah > 2 SD.

(40)

Rumus Z-Score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Buku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2.2 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks, Menurut (Kemenkes RI, 2010).

Indeks Massa Tubuh

menurut Umur (IMT/U) Umur 5-18 Tahun

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <- 2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Overweight >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

3. Anak Prasekolah

a. Definisi Anak Prasekolah

Menurut Kyle & Carman (2015), anak prasekolah adalah antara usia 3 - 6 tahun. Ini adalah waktu kelanjutan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan fisik terus menjadi jauh lebih lambat di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan perkembangan kognitif, bahasa, dan psikososial penting selama priode prasekolah.

Menurut Kyle & Carman (2015), mengatakan banyak tugas yang di mulai selama masa todler di kuasai dan sempurna selama usia prasekolah. Anak belajar mentoleransi perpisahan dari orang tua, memiliki rentan perhatian lebih lama dan terus mempelajari keterampilan yang akan memicu keberhasilan nanti dalam priode usia sekolah. Persiapan untuk kesuksesan di sekolah terus berlanjut

(41)

selama priode prasekolah karena sebagian besar anak memasuki sekolah dasar di akhir priode prasekolah.

b. Konsep Tumbuh Kembang 1) Perkembangan Fisik

Menurut Feigelman (2007) dalam Kyle (2015), anak usia prasekolah rata-rata akan tumbuh 6,5 sampai 7,8 cm per tahun.

Rata-rata anak usia 3 tahun memiliki tinggi 96,2 cm, rat-rata anak usia 4 tahun memiliki tinggi 103,7 cm, rata-rata anak usia 5 tahunmemiliki tinggi 118,5 cm. Pertambahan berat rata-rata selama priode ini adalah sekitar 2,3 kg per tahun.

Rata-rata berat badan anak usia 3 tahun adalah 14,5 kg, meningkat menjadi rata-rata 18,6 pada usia 5 tahun. Kehilangan lemak bayi dan pertumbuhan otot selama masa prasekolah memberikan tampilan anak yang lebih kuat dan lebih matang.

Panjang tengkorak juga sedikit meningkat, dengan rahang bawah menjadi lebih menonjol. Rahang atas melebar selama masa prasekolah sebagai persiapan untuk kemunculan gig permanen, biasanya di mulai dari usia sekitar 6 tahun (Kyle & Carman, 2015).

2) Perkembangan Psikososial

Menurut Erik Erikson, tugas psikososial masa prasekolah adalah membina rasa inisiatif versus bersalah (Erikson, 1963). Anak prasekolah adalah seorang pelajar yang ingin tahu/penasaran, sangat antusias untuk mempelajari hal-hal baru (Kyle & Carman, 2015).

Anak prasekolah merasa sensasi pencapaian ketika berhasil melaksanakan aktivitas, dan perasaan bangga dalam pencapaian seseorang membantu anak untuk menggunakan inisiatif. Akan

(42)

tetapi, ketika anak memperluas dirinya lebih lanjut dari kemampuannya saat ini, ia dapat merasakan rasa bersalah.

Perkembangan superego atau kesadaran telah sempurna selama priode prasekolah, dan ini adalah dasar untuk perkembangan moral (memahami benar dan salah) (Kyle & Carman, 2015).

3) Perkembangan Keterampilan Motorik

Saat sistem muskulosletal anak prasekolah terus matang, keterampilan motorik yang sudah ada menjadi halus dan terbentuk ketemrampilan motorik yang baru. Anak prasekolah memiliki kontrol yang lebih volunter atas pergerakannya dan tidak sekikuk ketika todler. Penghalusan keterampilan motorik halus yang signifikan terjadi selama priode prasekolah (Kyle & Carman, 2015).

a) Keterampilan Motorik Kasar

Anak prasekolah tangkas ketika berdiri, berjalan, berlari, dan melompat. Ia dapat naik dan turun tangga serta berjalan kedepan dan kebelakang dengan mudah. Berdiri pada ujung jari atau pada satu kaki memerlukan konsentrasi ekstra. Anak prasekolah tampak berada dalam gerakan konstan. Ia juga mengguankan tububh untuk memahami konsep yang baru (seperti menggunakan lengan dalam gerakan “menenggak”

ketika mendiskripsikan cara roda kereta api bekerja (Kyle &

Carman, 2015).

b) Keterampilan Motorik Halus

Anak usia 3 tahun dapat menggerakkan setiap jari tangannya secara bebas dan mampu memegang sendok-garpu dan krayon dengan cara seperti orang dewasa, dengan ibu jari pada satu sisi dan jari lain di sisi yang lain. Ia juga dapat menulis

(43)

dengan bebas, menyalin sebuah lingkaran, menjiplak sebuah kotak, dan memberi makan dirinya sendiri tanpa banyak menumpahkannya. Keterampilan ini menjadi halus dalam 2 tahun selanjutnya dan pada usia 5 tahun, anak dapat menulis angka, memotong dengan gunting secara lebih akurat, serta menikat tali sepatu (Kyle & Carman, 2015).

4) Perkembangan Komunikasi dan Bahasa

Menurut Taylor (2008) dalam Kyle (2015), anak prasekolah dapat mencapai sebanyak 10 sampai 20 kata baru perhari dan pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata sebanyak 2100 kata. Pada akhir priode prasekolah, anak menggunakan kalimat dalam struktur seperti yang di gunakan oleh orang dewasa.

Menurut Prasse & Kikano (2008) dalam Kyle (2015), anak usia 3 sampai 6 tahun mulai mengembangkan kefasihan (kemampuan untuk menghubungkan suara, suku kata, dan kata-kata secara lancar/halus ketika bicara). Pada awalnya, anak dapat memperlihatkan ketidak fasihan atau bicara gagap. Bicara dapat terdengar naik turun atau anak dapat mengatakan konsonan berulang kali atau “um”. Bicara gagap biasanya di awali pada usia antara 2 dan 4 tahun, dan sekitar 75% anak akan pulih dari kondisi ini tanpa terapi.

Orang tua harus memperlambat bicara mereka dan harus memberikan waktu untuk anak berbicara tanpa tergesa-gesa atau mengganggunya. Beberapa suara tetap sulit di ucapkan secara benar oleh anak prasekolah: “f”, “v”, “s”, dan “z” biasanya di kuasai pada usia 5 tahun, tetapi berapa anak tidak menguasai suara “sh”,

“l”, “th”, “r” sampai mereka berusia 6 tahun, komunikasi untuk anak

(44)

prasekolah bersifat konkret, karena mereka belum mampu berfikir abstrak. Meskipun sifatnya konkret, komunikasi anak prasekolah dapat cukup detail dan rumit, ia dapat berbicara tentang mimpi dan fantasi. Selain mendapatkan kosakata dan mempelajari penggunaak tata bahasa yang benar, keterampilan bahasa reseptif anak prasekolah juga menjadi lebih halus (Kyle & Carman, 2015).

Anak prasekolah sangat memperhatikan nada suara dari alam perasaan orang tua dan dapat dengan mudah mengambil emosi negatif dalam percakapan. Jika anak prasekolah mendengarkan orang tua mendiskusikan hal-hal yang menakutkan bagi anak, imajinasi anak prasekolah dapat memperbesar perkembangan takut dan memicu kesalahan intervensi tentang apa yang di dengar anak (Kyle & Carman, 2015).

Menurut Abell & Ey (2007) dalam Kyle (2015), pada anak yang kemungkinan bicara bilingual, saat usia 4 tahun anak akan berhenti menggunakan campuran bahasa seperti yang di perlihatkan di massa todler dan mereka harus mampu menggunakan setiap bahasa sebagai sistem yang terpisah.

B. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Obesitas

Menurut Sam Wong (2012), 20% dari anak-anak di perkirakan memiliki resiko tertinggi saat lahir membentuk 80% jadi anak-anak obesitas.

perempuan berencana hamil harus berada dalam berat badan ideal sebelum mereka hamil dan kemudian mendapatkan berat badan selama kehamilan sesuai dengan pedoman yang di rekomendasikan. Jika ibu kelebihan berat badan sebelum dan selama kehamilan, ada bukti kuat bahwa bayi yang di

(45)

kandungnya akan memiliki berat badan lahir tinggi dan Body Mass Index yang tinggi selama masa anak-anak dapat menyebabkan obesitas.

Menurut Vasylyeva et al (2013), Di antara bayi prematur, resiko tertinggi berkembang menjadi berat badan yang berlebih selama priode prasekolah yang lahir di usia kehamilan yang lebih awal. Hubunga positif yang kuat di temukan antara berat badan lahir dan berat badan masa anak-anak.

Selain penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi, anak-anak obesitas juga rentan untuk tidur apnea dan masalah sendi dan tulang akibat kelebihan berat badan. Meskipun penyakit ini sering dikaitkan dengan orang dewasa, orang tua dari anak-anak obesitas tidak boleh meremehkan resiko obesitas anak. Menjadi obesitas dimasa anak-anak meningkatkan kemungkinan anak pubertas pada usia lebih dini karena ketidak seimbangan hormon dan memicu untuk masalah pernapasan saat dewasa seperti asma (Mahayuni, 2011).

Masalah psikologis dan harga diri juga lebih memungkinkan mempengaruhi terhadap faktor psiskis anak pada saat dewasa, sehingga anak memiliki harga diri rendah pada saat dewasanya. Sedangkan obesitas pada dewasa untuk mengatasi masalah harga diri cara menghadapi masalah bullying karena obesitas manajemen koping individu untuk orang dewasa terhadap obesitasnya bagus, sehingga mengurangi resiko terganggunya psikis individu tersebut (Mahayuni, 2011).

(46)

C. Kerangka Teori

Faktor Tidak Langsung Faktor Langsung

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber. Misnadiarly (2007), Sri Rahayuningsih (2007), Achmad Djaeni (2000).

Tingkat pengetahuan

Genetik/

keturuna

Tingkat pendapatan keluarga

Pola Makan

Berat saat lahir

Tingkat konsumsi zat

Aktivitas fisik

Penyakit

Kejadian Obesitas

Jenis kelamin

Pola Tidur

(47)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini, yaitu:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti. Hipotesa mempunyai karakteristik sebagai berikut: harus mengespresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, harus dapat uji, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat di evaluasi bedasarkan data.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas.

Variabel Bebas:

Berat Badan Lahir

Variabel Terikat:

Kejadian Obesitas

(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak – Kanak Islam Al Ikhwan 2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 8 - 10 Februari 2018 3. Sasaran

Sasaran penelitian adalah murid siswa – siswi Taman Kanak – Kanak Islam Al Ikhwan

B. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian obeservasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya. Sedangkan pendekatan cross sectional adalah jenis pendekatan penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2003).

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

(49)

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah semua orang tua dan anak usia prasekolah di Taman Kanak – kanak Islam Al ikhwan yang berjumlah 80 anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat di gunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2011). Teknik sampel ini menggunakan jenis Simple Random Sampling yaitu Menurut Sugiyono (2012), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil dan dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Peserta didik yang akan dijadikan sasaran sampel penelitian menggunakan taraf kesalahan 5%. Untuk menghitung penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin. Perhitungan pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

𝑛= 𝑁 𝑁. 𝑑2 +1 Dimana :

𝑛 = ukuran sampel N = Populasi

d = taraf nyata atau batas kesalahan

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%, karena dalam setiap

(50)

penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna 100%, makin besar tingkat kesalahan maka semakin sedikit ukuran sampel. Jumlah populasi yang digunakan adalah 80 orang, dengan perhitungan di atas maka :

𝑛 = 80 80.(0,0025)+1 = 80

1,2

= 66,66 atau 67 anak

Jadi dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 66,66 orang responden. Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan keatas, hal ini lebih aman daripada kurang dibawahnya. Maka sampel yang digunakan berdasarkan populasi diatas yaitu 67 anak, yang mana peneliti memilih terlebih dahulu anak yang mengalami obesitas dari 80 populasi dan didapatkan sebanyak 10 orang yang mengalami obesitas, kemudian sisa nya di ambil sebanyak 57 anak dengan cara random atau cara undian dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti menuliskan nomor urut anak berdasarkan daftar kehadiran siswa pada kertas kecil, menggulung kertas tersebut, lalu memasukkan kedalam botol plastik, kemudian menutup botol tersebut dan memberi sedikit lubang.

2. Mengocok botol plastik tersebut dan mengeluarkan satu gulungan kertas. Setiap nomor yang keluar dicatat dan dijadikan sampel penelitian.

(51)

D. Variable penelitian dan Definisi Oprasional 1. Variabel penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu, misalnya pendidikan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010) dalam Khairunnisa (2014).

2. Definisi oprasional

Mendefinisikan variabel secara oprasional bertujuan untuk membuat variabel menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. Dalam mendefinisikan suatu variabel, peneliti menjelaskan tentang apa yang harus di ukur, bagaimana pengukurannya, apa saja kriteria pengukurannya, instrumen yang digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya (Dharma, 2011).

(52)

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Penelitian Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel independen:

Riwayat Berat badan

lahir

Berat bayi yang di timbang dalam waktu

satu jam sesudah lahir

(Marmi, 2012).

- BBL(Berat Badan Lahir).

 Studi

dokume ntasi:

- KMS - KIA

- Bayi dengan berat lahir tinggi: >4000

gram.

- Bayi berat lahir normal:

bayi dengan berat lahir

>2500-4000 gram.

- Bayi berat lahir rendah:

bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500–

1500 gram (Marmi,

2012)

Ordinal

Variabel dependen:

Kejadian obesitas

kelebihan berat badan

sebagai akibat dari

- BB(berat badan).

- TB(tinggi badan).

- timbanga n digital ketelitian

0,1kg.

 Tidak Obesitas :

- Kurus = -

Ordinal

(53)

penimbunan lemak berlebihan

dengan ambang batas z score

Indeks Massa Tubuh

menurut Umur (IMT/U) >2

Standar Deviasi (Kemenkes

RI, 2011).

- Umur. - mikrotois e

3SD sampai <-

2SD - Normal = -

2SD sampai

1SD - Overweight

= >1 SD sampai

2SD

 Obesitas =

>2SD (Kemenkes

RI, 2010)

E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner terhadap responden berdasarkan pertanyaan yang telah di sediakan. Data sekunder adalah data yang di peroleh bukan dari responden dan sebagai bahan untuk melengkapi penyusunan karya ilmiah ini, seperti data berat badan yang di timbang dengan timbangan

(54)

digital dan tinggi badan di ukur dengan menggunakkan microtoise pada anak usia prasekolah di Taman Kanak – kanak Islam Al Ikhwan.

2. Sumber data.

Sumber Data dalam penelitian ini di dapat dari kuesioner pada seluruh sampe dari total populasi anak usia prasekolah di Taman Kanak – kanak Islam Al Ikhwan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan membagikan lembar persetujuan menjadi responden dan membagikan pertanyaan kepada ibu untuk diisi. Langkah selajutnya melakukan penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg. Sampel di ukur dengan posisi berdiri tegak tepat di tengah timbangan tanpa sabuk dan sepatu maupun kaos kaki, pembacaan angka di lakukan saat angka muncul dan tidak berubah lagi. Hasil berat badan di lakukan setelah di kurangi dengan berat seragam sampel. Kemudian di ukur tinggi badan degan menggunakan microtoise yang berskala 200cm dengan ketelitian 0,1cm, dan di letakan di dinding dari ketinggian 200cm, sampel di ukur dengan berdiri tegak tepat menempel di dinding dengan pandangan lurus kedepan tanpa menggunakan penutup kepala dan sepatu atau alas kaki, lalu di lakukan pengukuran tinggi badan dengan menurunkan alat pengukur hingga batang pengukuran tepat di kepala sampel. Hasil pengukuran tinggi dan berat badan kemudian di hitung berdasarkan rumus IMT. Hasil penghitungan berat badan dan tinggi badan anak di bandingkan dengan kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan IMT menurut umur dari (Kemenkes RI, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika awal adalah kepekaan terhadap cara berpikir ilmiah dan membangun konsep yang ditunjukkan dengan

Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi, sedangkan jika matahari rendah ma- ka radiasi akan disebarkan dalam area yang luas sehingga

membentuk lapisan &gt;e(/2 atau hidrksida yang terus menerus bertambah seiring dengan  berjalannya waktu. Piringan pisau menggunakan bahan dasar durall . Bahan dasar durall 

2,7 Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan

Pejabat Gerakan Perla-wanan Islam Palestina (Hamas) menyatakan, gencatan senjata sepihak yang diumumkan Rezim Zionis Israel menunjukkan keka-lahan rezim ini dalam mengha-dapi

Penerapan state machine diagram berbasis LabView pada sistem kontrol transfer target padat yang baru telah berhasil dilakukan dan pengujian sistem ini menunjukkan hasil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah tepung tapioka dapat digunakan sebagai bahan pengganti tepung terigu, serta mencari tahu tingkat kesukaan

Banyak perusahaan sudah melaksanakan beberapa kegiatan K3LH dan Pembinaan Hubungan Industrial (PHI) serta Pembinaan Produktivitas Kerja, namun untuk membuat dan membina