• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL TERHADAP PENCAPAIAN

PRESTASI OLAHRAGA SELAM PADA ATLET SELAM PUTERA PERSATUAN OLAHRAGA SELAM SELURUH INDONESIA

DI PROVINSI JAWA TENGAH

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh

Satrio Sakti Rumpoko A.121008025

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

(2)

commit to user ii

(3)

commit to user iii

(4)

commit to user iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ILMIAH

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : “KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI OLAHRAGA SELAM PADA ATLET SELAM PUTERA PERSATUAN OLAHRAGA SELAM SELURUH INDONESIA DI PROVINSI JAWA TENGAH” ini adalah karya penelitian saya sendirian bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 12 Februari 2013 Mahasiswa

Satrio Sakti Rumpoko A.121008025

(5)

commit to user v

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan kepada:

- Bapak, Ibu, Adik dan Keluarga Besarku - Vera Septi Sistiasih

- Pengurus dan Atlet Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Jawa Tengah

- Teman – teman Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNS

- Almamater

(6)

commit to user vi MOTTO

Hari Ini Mengabdi, Esok Kami Berbakti”

(BAKORLAK EMERGENCY SAR UNS)

Masa depan adalah sebuah usaha yang sedang kita kerjakan saat ini”

(Satrio Sakti R)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat

mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

" Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal: namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang diperhatikan "

(Sir Winston Churchill)

(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Sugiyanto, Selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.

4. Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO selaku pembimbing II yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.

5. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd selaku ketua program studi ilmu keolahragan yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian.

(8)

commit to user viii

6. Ketua POSSI Solo Bapak Trisno Sudjarwanto telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.

7. Ketua POSSI Semarang Bapak Nur Hidayat. A.Md yang telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.

8. Ketua POSSI Demak Bapak Ir. Gatot Sampurno yang telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.

9. Ketua POSSI Pekalongan Bapak H. M. Freddy Wijaya, Sm. Hk yang telah memberikan ijin, masukan dan arahan dalam penyelesaian penelitian serta dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.

10. Atlet selam putra POSSI di Jawa tengah yang bersedia menjadi sampel penelitian.

11. Seluruh staf pengajar/dosen Prodi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

12. Teman - teman Program Studi IOR angkatan 2010 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Februari 2013 Penulis

(9)

commit to user ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 9

(10)

commit to user x

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Olahraga Selam ... 10

a. Pengertian Olahraga Selam ... 10

b. Sejarah Olahraga Selam ... 11

c. Jenis Penyelaman ... 14

d. Syarat Menjadi Penyelam ... 16

e. Standar Jenjang Penyelaman Olahraga ... 16

f. Program Pendidikan dan Pelatihan Selam Olahraga .... 19

g. Kelompok Umur dan Nomor Perlombaan Selam ... 56

h. Analisis Mekanik Gerak Olahraga Selam ... 58

i. Prestasi Olahraga Selam ... 62

2. Panjang Tungkai ... 65

a. Definisi Panjang Tungkai ... 65

b. Faktor-faktor yang Menyebabkan Panjang Tungkai .... 66

c. Anatomi Tungkai ... 68

d. Peranan Panjang Tungkai dalam Olahraga Selam ... 71

3. Kekuatan Otot Tungkai ... 73

a. Pengertian Kekuatan Otot Tungkai ... 73

b. Macam-macam Kekuatan ... 74

c. Faktor-faktor yang Penyebab Kekuatan Otot ... 78

d. Latihan Kekuatan ... 82 e. Peranan Kekuatan Otot Tungkai Dalam

(11)

commit to user xi

Olahraga Selam ... 87

4. Volume Oksigen Maksimal ... 89

a. Pengertian Daya tahan Kardiovaskuler ... 89

b. Sistem Energi ... 90

c. Sistem Kardiovaskuler ... 95

d. Pengertian Volume Oksigen Maksimal ... 100

e. Peranan Volume Oksigen Maksimal dalam Olahraga Selam ... 106

B. Penelitian Yang Relevan ... 107

C. Kerangka Pemikiran ... 107

D. Perumusan hipotesis ... 111

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 112

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 112

B. Metode Penelitian ... 113

C. Populasi dan Sampel ... 114

D. Definisi Operasional Variabel ... 115

E. Teknik Pengumpulan Data ... 117

F. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran ... 118

G. Teknik Analisis Data... 122

1. Uji Prasyarat Analisis ... 123

2. Pengujian Hipotesis ... 125

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 130

A. Deskripsi Data ... 130

(12)

commit to user xii

B. Uji Prasyarat Analisis ... 132

C. Pengujian Hipotesis ... 136

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 148

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 152

A. Simpulan ... 152

B. Implikasi ... 154

C. Saran ... 157

DAFTAR PUSTAKA ... 159

LAMPIRAN ... 161

(13)

commit to user xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Persamaan tekanan ... 35 Tabel 2. Jadwal Penelitian... 113 Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes Panjang

Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, Volume Oksigen Maksimal dan

Prestasi Olahraga Selam ... 130 Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 133

(14)

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Masker ... 21

Gambar 2. Snorkel ... 22

Gambar 3. Snorkel ... 22

Gambar 4. Snorkel ... 23

Gambar 5. Fins ... 24

Gambar 6. Fins ... 24

Gambar 7. Boot ... 25

Gambar 8. Wetsuit ... 25

Gambar 9. Buoyancy vest ... 26

Gambar 10. BCD ... 27

Gambar 11. Tabung SCUBA ... 28

Gambar 12. K-Valve ... 30

Gambar 13. J-Valve ... 30

Gambar 14. Regulator ... 32

Gambar 15. Weight Belt ... 32

Gambar 16. Deep Gauge dan Pressure Gauge ... 33

Gambar 17. Perbandingan Tekanan ... 34

Gambar 18. Pengaruh Tekanan ... 37

Gambar 19. Tekanan Parsial Gas ... 39

Gambar 20. Daya Apung... 42

(15)

commit to user xv

Gambar 21. Tabel Selam ... 53

Gambar 22. Prestasi olahraga ... 64

Gambar 23. Panjang Tungkai ... 66

Gambar 24. Muscle of The Knee Joint ... 69

Gambar 25. Muscle of The Ankle and Foot ... 71

Gambar 26. Sistem Pengungkit ... 81

Gambar 27. Glikolisis Aerobik ... 104

Gambar 28. Daur Krebs ... 104

Gambar 29. Sistem Transport Elektron ... 105

Gambar 30. Grafik Uji linieritas ... 134

Gambar 31. Grafik uji Linieritas ... 135

Gambar 32. Grafik Uji Linieritas ... 136

(16)

commit to user xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Atlet POSSI Putra Provinsi Jawa Tengah ... 161

Lampiran 2. Data Panjang Tungkai ... 162

Lampiran 3. Data Kekuatan Otot Tungkai ... 163

Lampiran 4. Data Volume Oksigen Maksimal ... 164

Lampiran 5. Data Prestasi Selam ... 165

Lampiran 6. Rekapitulasi Data ... 166

Lampiran 7. Uji Normalitas ... 167

Lampiran 8. Tabel Kerja Menghitung Korelasi ... 171

Lampiran 9. Uji Linieritas ... 172

Lampiran 10. Analisis Korelasi Tiap Prediktor ... 179

Lampiran 11. Analisis Regresi Tiga Prediktor ... 197

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ... 207

(17)

commit to user xvii

Satrio Sakti Rumpoko. A.121008025. 2013. Kontribusi Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, dan Volume oksigen Maksimal Terhadap Pencapaian Prestasi Olahraga Selam Pada Atlet Selam Putera Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Provinsi Jawa tengah. TESIS. Pembimbing 1: Prof. Dr.

Sugiyanto, II: Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan panjang lengan dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (2) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (3) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (4) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (5) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (6) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut. (7) Untuk mengetahui hubungan panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan bila ada seberapa besar kontribusi tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional.

Populasi penelitian ini adalah atlet selam putera di provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 17 atlet. Dari jumlah populasi tersebut diambil 14 atlet sebagai sampel dengan menggunakan proportional random sampling Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan tes dan pengukuran penelitian dengan menggunakan yang terdiri dari empat variabel yaitu panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal dan prestasi olahraga selam. Untuk mengukur panjang tungkai diukur dari pangkal paha sampai kaki, untuk mengukur kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer, untuk mengukur volume oksigen maksimal dengan Multistage Fitness Tes dan prestasi olahraga selam dengan 15 menit endurance swim. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dan analisis regresi tiga prediktor dengan taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,841 >

rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 18,12%. (2) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam, rhitung

= 0,851 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 7,67 %. (3) Ada hubungan yang signifikan antara volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,928 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 24,45 %. (4) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,878 > rtabel 5%. = 0,497) dan memberikan kontribusi sebesar 41,24%. (5) Ada hubungan yang

(18)

commit to user xviii

signifikan antara panjang tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,863 > rtabel 5%. = 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 7,96%. (6) ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam, rhitung = 0,929 > rtabel 5%.

= 0,497 dan memberikan kontribusi sebesar 5,42%. (7) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal dengan prestasi olahraga selam dan memberikan kontribusi sebesar 50,25%.

Kata kunci: Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai, Volume Oksigen Maksimal, Olahraga Selam

(19)

commit to user xix

Satrio Sakti Rumpoko. A.121008025. 2013. The Contribution of Limb Length, Limb Muscle Strength, and Maximum Oxygen Volume to the Achievement of Diving Sport Feat in the Male Diving Athletes of Indonesian Diving Sport Association in Central Java Province. THESIS. First Advisor: Prof. Dr.

Sugiyanto, Second Advisor: Prof. Dr, Kiyatno, dr, PFK, M.Or., AIFO, Sports Science Study Program, Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

The objectives of research are: (1) to find out whether or not there is a relationship between limb length and diving sport achievement and if there is, how much the contribution is; (2) to find out whether or not there is a relationship between limb muscle strength and diving sport achievement and if there is, how much the contribution is; (3) to find out whether or not there is a relationship between maximum oxygen volume and diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, (4) to find out whether or not there is a relationship of limb length and limb muscle strength to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, (5) to find out whether or not there is a relationship of limb length and maximum oxygen volume to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, and (6) to find out whether or not there is a relationship of limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is, and (7) to find out whether or not there is a relationship of limb length, limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement and if there is, how much the contribution is.

This study employed a descriptive method with correlational study. The population of research was the male diving athletes in Central Java province consisting of 17 athletes. Out of these number, 14 athletes were taken as the sample using proportional random sampling. Techniques of collecting data used were test and research instrument consisting of four variables: limb strength, limb muscle strength, maximum oxygen volume and diving sport achievement. To find out the limb length, it was measured from the thigh base to the foot, while to measure the limb strength, leg dynamometer was used, and to measure the maximum oxygen volume, Multistage Fitness Test and diving sport achievement were used with 15 minutes endurance swim. Technique of analyzing data used was product moment correlation and three predictor regression analysis at significance level of 5%.

Considering the result of research, the following conclusions could be drawn. (1) There was a significant relationship between limb length and diving sport achievement, rstatistic = 0.841 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 18.12%. (2) There was a significant relationship between limb muscle strength and diving

(20)

commit to user xx

sport achievement, rstatistic = 0.851 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 7.67%. (3) There was a significant relationship between maximum oxygen volume and diving sport achievement, rstatistic = 0.928 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 24.45%. (4) There was a significant relationship of limb length and limb muscle strength to diving sport achievement, rstatistic = 0.878 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 41.24%. (5) There was a significant relationship of limb length and maximum oxygen volume to diving sport achievement, rstatistic = 0.863 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 7.96%. (6) There was a significant relationship of limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement, rstatistic

= 0.929 > rtable 5% = 0.497 and it contributed 5.42%. (7) There was a significant relationship of limb length, limb muscle strength and maximum oxygen volume to diving sport achievement, and it contributed 50.25%.

Keywords: Limb Strength, Limb Muscle Strength, Maximum Oxygen Volume, Diving Sport.

(21)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga di air merupakan salah satu jenis olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia.Selam merupakan salah satu jenis olahraga di air yang saat ini telah mulai diminati oleh semua orang baik dari kalangan anak kecil hingga orang dewasa. Salah satu bukti nyata banyaknya peminat pada olahraga selam adalah pada saat pemecahan rekor dunia penyelam terbanyak pada acara upacara bendera merah putih memperingati hari kemerdekaan Indonesia di bawah air pantai Manado tahun 2009.

Olahraga Selam merupakan jenis atau cabang olahraga yang istimewa, karena olahraga ini memiliki muatan yang dapat dikembangkan kearah prestasi, rekreasi maupun profesi. Olahraga selam masuk dalam induk organisasi Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) dimana POSSI menjadi anggota dari Federasi Olahraga Perairan Indonesia (FOPINDO) serta diterima sebagai anggota KONI Pusat dan Federasi Selam Dunia yaitu Confederation Mondiale Des Activities Subaquatiques (CMAS) yang bermarkas di Roma – Italia dan anggota dari Federasi Selam Asia (AUF). Saat ini Pengurus Besar POSSI (PB POSSI) memiliki 27 Pengurus Daerah POSSI (Pengda POSSI) salah satunya adalah di Jawa Tengah. Di provinsi Jawa tengah sendiri terdapat tujuh pengurus kota POSSI, namun dikarenakan 3 PengKot POSSI yang ada sedang vakum melakukan

(22)

commit to user

pembenahan organisasi dan atlet maka PengKot POSSI yang masih aktif ada 4 yaitu POSSI Solo, POSSI Semarang, POSSI Demak, dan POSSI Pekalongan.

Dalam upaya pencapaian prestasi olahraga selam dapat dimulai dari peningkatan pembinaan di daerah-daerah. Salah satu wilayah yang cukup pesat perkembangannya saat ini adalah di Jawa Tengah. Klub-klub selam yang ada di Jawa Tengah belum memberi hasil yang memuaskan dalam berbagai perlombaan.

Oleh sebab itu perlu peningkatan kualitas pembinaan supaya prestasi yang diraih lebih maksimal. Pengurus organisasi dan pelatih perlu mengkaji berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi. Permasalahan yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi pada olahraga selam yang perlu diperhatikan antara lain organisasi yang baik, kualitas pelatih, sarana dan prasarana yang memadai, dukungan dari pemerintah dan masyarakat, dan kualitas dari atlet sendiri.

Pencapaian prestasi dalam olahraga merupakan sesuatu hal yang cukup kompleks, sebab banyak faktor yang berpengaruh. Pembinaan pada olahraga selam merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pencapaian prestasi maksimal melalui pembinaan pada usia muda.

Kondisi fisik merupakan salah satu unsur penting dalam pencapaian prestasi, termasuk pada olahraga selam. Oleh karena itu, setiap atlet selam harus memiliki kondisi fisik yang prima dalam menghadapi suatu perlombaan atau kejuaraan. Dalam olahraga prestasi, seseorang atau atlet memerlukan kondisi fisik yang yang baik selain kemampuan teknik. Sajoto (1988:57) menjelaskan “kondisi fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha

(23)

commit to user

peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”. Dalam upaya untuk mencapai prestasi yang maksimal harus mendapat latihan fisik yang benar dan sistematis. Demikian juga pada POSSI Jateng dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal, perlu meningkatkan kemampuan fisik atlet selamnya.

Latihan fisik yang diberikan harus seuai dengan karakteristik nomor yang dikembangkan dan sesuai dengan kondisi fisik atlet selam itu sendiri. Unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk menunjang pencapaian prestasi selam antara lain adalah panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal. Kemampuan fisik (kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal) serta panjang tungkai dalam olahraga selam sangat diperlukan dalam gerakan mendayung dengan jarak yang cukup jauh dengan menggunakan sebuah alat.

Panjang tungkai yang dimiliki penyelam dapat memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga selam. Tungkai kaki berfungsi untuk mengayuh kaki dan memberikan dorongan kedepan saat menyelam. Tungkai yang panjang dapat memberikan tenaga yang lebih besar dalam kayuhan.

Kekuatan merupakan unsur dasar yang penting dalam menunjang ketrampilan gerak. Kekuatan diperlukan pada semua cabang olahraga untuk semua aktivitas yang bergantung pada kekuatan. Kekuatan sebagai daya aktif maksimal dapat dilakukan oleh sekelompok otot dalam sekali usaha. Kekuatan juga berfungsi sebagai sejumah usaha otot yang melakukan kontraksi untuk mendapatkan kemampuan dengan tegangan maksimal. kekuatan otot tungkai

(24)

commit to user

merupakan komponen dasar untuk memberikan dorongan terhadap gerakan menjadi efektif dan efisien dalam melakukan penyelaman.

Daya dorong pada penyelaman banyak dihasilkan oleh gerakan kaki.

Kemampuan fisik merupakan unsur penting dalam mencapai prestasi pada olahraga selam. Bagaimana sumbangan kondisi fisik terhadap prestasi olahraga selam masih perlu dikaji.

Dalam upaya mencapai prestasi dalam olahraga selam, perlu memperhatikan unsur-unsur kondisi fisik yang berpengaruh terhadap olahraga selam tersebut. Dalam memberi latihan, seorang pelatih harus memperhatikan unsur panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal dengan memberikan program latihan yang tepat.

Volume oksigen maksimal merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang penting dalam pencapaian prestasi. Volume oksigen maksimal sangat penting dalam olahraga selam khususnya dalam pencapaian prestasi. Seorang atlet yang memiliki volume oksigen maksimal yang baik akan mampu melakukan aktivitas yang berat dengan jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan.

Menurut Sajoto (1988:193) bahwa “seorang awam, atlet maupun pelatih yang ingin meningkatan daya tahan atau endurance harus mengetahui benar bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan kerja sistem kardiovaskuler”.

Untuk dapat memberikan latihan fisik secara tepat dan sesuai dengan perkembangan otot dan volume oksigen maksimal atlet selam, dapat disusun sesuai dengan variabel terhadap pencapaian prestasi olahraga selam. Peranan dari panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal terhadap

(25)

commit to user

prestasi olahraga selam dapat dilihat melalui besarnya kontribusi tiap variabel terhadap pencapaian prestasi. Karena kontribusi dari tiap variabel belum diketahui, maka diadakan penelitian terlabih dahulu. Untuk mengetahui besarnya kontribusi panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan volume oksigen maksimal terhadap pencapaian prestasi olahraga selam.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Upaya dalam mengatasi kendala dalam pembinaan cabang olahraga selam.

2. Pembinaan pada olahraga selam kurang berkembang sehingga pencapaian prestasi kurang maksimal.

3. Bentuk atau metode latihan yang belum tepat sehingga pencapaian prestasi yang kurang maksimal.

4. Penyempurnaan pada kondisi fisik dan teknik dapat mencapai prestasi olahraga selam.

5. Besarnya kontribusi panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan Volume oksigen maksimal terhadap pencapaian prestasi olahraga selam belum diketahui.

(26)

commit to user C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang diidentifikasi, perlu adanya pembatasan masalah.

Penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut;

1. Kontribusi panjang tungkai terhadap pencapaian prestasi olahraga selam.

2. Kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap pencapaian prestasi olahraga selam.

3. Kontribusi volume oksigen maksimal terhadap pencapaian prestasi olahraga selam.

4. Pencapaian prestasi olahraga selam pada Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Provinsi Jawa Tengah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

2. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

3. Adakah hubungan antara volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

(27)

commit to user

4. Adakah hubungan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

5. Adakah hubungan antara panjang tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

6. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

7. Adakah hubungan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi pada olahraga selam dan apabila ada hubungan, seberapa besar kontribusinya ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

2. Mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

3. Mengetahui hubungan antara Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

(28)

commit to user

4. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

5. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

6. Mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal secara bersama dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

7. Mengetahui hubungan antara panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan Volume oksigen maksimal dengan pencapaian prestasi olahraga selam dan besarnya kontribusi.

(29)

commit to user F. Manfaat Penelitian

Pentingnya masalah untuk diteliti sangat terkait dengan manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini. Adapun hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

1. Untuk Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia di Provinsi Jawa Tengah dapat sebagai bahan evaluasi dalam usaha mencapai sebuah prestasi yang maksimal.

2. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada para pelatih khususnya pelatih pada cabang olahraga selam sebagai salah satu referensi dan motivasi yang positif dalam upaya mencapai sebuah prestasi.

3. Penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat luas bahwa olahraga selam tidak hanya sebagai rekreasi atau pun profesi tetapi dapat sebagai olahraga prestasi.

(30)

commit to user 10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Olahraga Selam

a. Pengertian Olahraga Selam

Kondisi lingkungan dibawah air berbeda dengan kondisi di darat yang membuat dibutuhkannya peralatan khusus untuk melakukan aktivitas selama menjelajahi perairan. Alat yang digunakan setidaknya menggunakan Fin (sirip kaki), Masker, dan Snorkel yang digunakan dalam aktivitas selam dipermukaan air yang disebut dengan Skin Diving atau disebut Selam Bebas. Menurut Ariadno, Baroeno dkk (2003:1.3) Skin Diving adalah aktivitas yang dilakukan pada kedalaman yang relatif dangkal dan waktu penyelaman yang relatif terbatas tergantung pada kemampuan paru-paru. Sedangkan Scuba Diving dijelaskan Ariadno, Baroeno dkk (2003:1.3) adalah penyelaman yang dilakukan lebih lama dibawah air dengan menggunakan SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) dan peralatan lain sesuai kebutuhan. Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(31)

commit to user b. Sejarah Olahraga Selam

Menyelam merupakan kegiatan yang sudah tua usianya dalam sejarah peradaban umat manusia. disebutkan bahwa pada dunia pewayangan, mengenal Raden Jayakatwang, salah seorang putra dari Aria Bima, kemampuannya adalah menyelam di laut. Dari literatur asing, sejarah penyelaman diterangkan secara ringkas pada 415 SM para penyelam Yunani menghancurkan dermaga bekas di Sirakusa. Tahun. 1837. Augustus Siebe”s menciptakan pakaian selam dengan sistem saluran udara dari permukaan, yang kemudian dikenal sebagai ASK (Alat Selam Klasik). Tahun 1959. J.Y. Cousteau melaksanakan eksplorasi bawah air dengan kapal Calypso.

Menurut dari web POSSI (http://www.possi.or.id, diakses 12 Mei 2012) mengenai sejarah olahraga selam di Indonesia dijelaskan Olahraga Selam adalah jenis atau cabang olahraga yang istimewa, karena olahraga ini memiliki muatan yang dapat dikembangkan kearah prestasi, rekreasi maupun profesi. Olahraga selam telah ada di Indonesia sebelum tahun 1962 tetapi kebanyakan masih dilakukan oleh orang asing yang bekerja di Indonesia. Pada tahun 1962 TNI – AL mendirikan Instalasi Pusat Penyelaman dan Sekolah Penyelaman. Dengan berdirinya kedua lembaga tersebut maka makin bertambah banyak orang Indonesia yang berlatih dan belajar selam, terutama di lingkungan TNI – AL.

Pada tahun 1973 olahraga selam dikembangkan oleh beberapa tokoh masyarakat seperti Adam Malik, Sudomo, Saleh Basarah dan Urip Santoso serta beberapa orang lainnya. Bersama-sama dengan tokoh tersebut, mereka membentuk club selam pertama di Indonesia yaitu: Nusantara Diving Club (NDC)

(32)

commit to user

dan kemudian juga terbentuk Surabaya Diving Club (SDC), kedua club selam ini masuk ke dalam wadah Organisasi Persatuan Olahraga Perairan Indonesia (PEROPI) sebagai cabang olahraga selam, Perkembangan Olahraga di Indonesia sangat banyak didukung oleh TNI – AL baik personil maupun material serta pembinaan di daerah-daerah.

Pada tahun 1973 dengan persetujuan pimpinan PEROPI olahraga selam berdiri sendiri sebagai Induk Organisasi menjadi POSSI. Pada tanggal 5 Agustus 1977 POSSI resmi menjadi Induk Organisasi Selam di Indonesia. Sebagai induk organisasi POSSI menyusun PPDSI sebagai pedoman kegiatan. POSSI menjadi anggota dari Federasi Olahraga Perairan Indonesia (FOPINDO) serta diterima sebagai anggota KONI Pusat dan Federasi Selam Dunia yaitu Confederation Mondiale Des Activities Subaquatiques (CMAS) yang bermarkas di Roma – Italia dan anggota dari Federasi Selam Asia (AUF)

Tahun 1981 olahraga selam pertama kali masuk dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) yaitu pada PON XI dan Pengda yang ikut dalam Pekan Olahraga Nasional tersebut berjumlah 4 Pengda POSSI yaitu: Pengda POSSI DKI, Pengda POSSI Jawa Barat, Pengda POSSI Jawa Timur dan Pengda POSSI Bali.

Tahun 1984 POSSI juga menyusun buku Petunjuk Wisata Tirta untuk DITJENPAR serta mendidik Scuba Diver untuk Personil PHPA. Tahun 1985 POSSI melaksanakan Pendidikan Selam dan Pemotretan / Video Bawah Air untuk kameramen PPFN, pada tahun 1985 cabang selam juga dipertandingkan kembali dalam Pekan Olahraga Nasional XII dan Pengda yang ikut dalam kegiatan tersebut berjumlah 10 Pengda POSSI yaitu : Pengda POSSI DKI, Pengda POSSI

(33)

commit to user

Jawa Barat, Pengda POSSI Jawa Timur, Pengda POSSI Bali, Pengda POSSI Irian Jaya, Pengda POSSI Maluku, Pengda POSSI Sulawesi Utara, Pengda POSSI Sulawesi Selatan, Pengda POSSI Lampung dan Pengda POSSI Kalimantan Selatan.

Tahun 1987 – 1997 dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini telah terjadi pengembangan yang luar biasa, terutama dari jumlah peselam yang meningkat sampai 10 kali lipat. Tahun 1988 Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah pada Kejuaraan Asia Competition of Fin Swimming I di Jakarta. Tahun 1993 Indonesia dipercaya untuk menyelenggarakan Asia Championship of Fin Swimming III di Jakarta.

Tahun 1997 Indonesia mengikuti Kejuaraan Asia Championship of Fin Swimming V di Hobart – Australia dan Indonesia menempati urutan ke IV.

Tahun 1998 PB POSSI melaksanakan Kongres V sebagai wujud nyata dari pelaksanaan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) PB POSSI.

Setelah PB POSSI melaksanakan Kongres, PB POSSI kembali berupaya kembali agar cabang olahraga selam masuk kembali ke dalam PON XV di Surabaya, melalui perjuangan yang tidak kenal lelah dari para Pengurus PB POSSI akhirnya KONI Pusat menyetujui dan memutuskan bahwa cabang olahraga selam dapat dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional XV tahun 2000 di Surabaya dengan catatan bahwa semua biaya penyelenggaraan ditanggung sendiri oleh PB POSSI. Pada tahun 2000 cabang olahraga selam dipertandingkan kembali dalam event PON XV di Surabaya dan PB POSSI berhasil dengan sukses menyelenggarakan event terbesar di Indonesia tersebut untuk cabang selam.

(34)

commit to user

PB POSSI saat ini telah memiliki 27 Pengda POSSI yaitu: Pengda POSSI Jawa Timur, Pengda POSSI Nanggroe Aceh Darussalam, Pengda POSSI Sumatera Selatan, Pengda POSSI Bangka Belitung, Pengda POSSI Lampung, Pengda POSSI Yogyakarta, Pengda POSSI Kalimantan Timur, Pengda POSSI Jawa Tengah, Pengda POSSI Maluku, Pengda POSSI Sumatera Barat, Pengda POSSI Kalimantan Barat, Pengda POSSI Kalimantan Selatan, Pengda POSSI DKI Jaya, Pengda POSSI Jawa Barat, Pengda POSSI Papua, Pengda POSSI Sulawesi Selatan, Pengda POSSI Sulawesi Tenggara, Pengda POSSI Sulawesi Tengah, Pengda POSSI Sulawesi Utara, Pengda POSSI Kalimantan Tengah, Pengda POSSI Bali, Pengda POSSI Sumatera Utara, Pengda POSSI Riau, Pengda POSSI Batam, Pengda POSSI Bengkulu, Pengda POSSI Nusa Tenggara Barat, Pengda POSSI Jambi

.

c. Jenis Penyelaman

Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi 3 macam antara lain:

kedalaman, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan. Pada penyelaman kedalaman, maka penyelaman dapat dibedakan menjadi :

a. Penyelaman dangkal

Yaitu penyelaman yang dilakukan dengan kedalaman maksimum 10 m.

b. Penyelaman sedang

Yaitu penyelaman yang dilakukan dengan kedalaman < 10 m s/d 30 m.

(35)

commit to user c. Penyelaman dalam

Penyelaman yang dilakukan dengan kedalaman > 30 m. Penyelaman didasarkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan, maka penyelaman dibedakan menjadi :

1) Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain :

- Tactical (Combat) Diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur

- Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam - Search & Rescue (SAR)

- Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan) - Ship Salvage

Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para penyelam Angkatan Bersenjata.

2) Penyelaman komersial

Yaitu penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling), salvage, dll.

3) Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving)

Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian biologi, geologi, arkeologi dan kelautan pada umumnya.

4) Penyelaman Olah Raga (Sport Diving)

Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Penyelaman olah

(36)

commit to user

raga (sport diving) ini dapat dibedakan berdasarkan peralatan yang digunakan yaitu :

- Skin Diving : penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dasar selam (masker, snorkel dan fins).

- Scuba Diving : penyelaman menggunakan peralatan Scuba.

Pada umumnya seseorang harus terlebih dahulu mahir dalam skin diving sebelum menjadi penyelam scuba (Scuba Diver).

d. Syarat Menjadi Penyelam

Setiap orang dapat menjadi penyelam jika dapat memenuhi dan melewati beberapa prasyarat dan syarat yang ditentukan sesuai jenjangnya. Menurut Pramono, Djoko (2006:3) prasyarat calon penyelam harus memenuhi:

- Batas usia minimum

- Berbadan sehat dan layak meyelam - Memiliki kemampuan di air yang layak

- Memiliki mental yang sehat dan disiplin pribadi.

Sedangkan syarat usia minimum untuk jenjang pemula adalah usia 14 tahun.

Untuk seorang calon penyelam menurut Pramono, Djoko (2006:3) harus memenuhi prakualifikasi antara lain:

1) Syarat dokumen.

2) Syarat kemampuan air yang layak.

e. Standar Jenjang Penyelaman Olahraga

Pelaksanaan pendidikan selam olahraga dilakukan secara bertahap yang mewajibkan setiap calon penyelam mempelajari tingkat menurut jenjang yang

(37)

commit to user

telah dibakukan dan berlaku di Indonesia. Dengan mengadakan penjejangan, diharapkan setiap penyelam akan menyelam dalam batas kewajaran dan keamanan sesuai dengan tingkat kemahiran yang telah dicapainya. Menurut Pramono, Djoko (2006:3) jenjang olahraga selam di Indonesia terdiri atas:

1) Jenjang Peselam non Bintang a) Junior Snorkel Diver b) Snorkel Diver 2) Jenjang Peselam

a) 1 Star Diver CMAS Indonesia – A1 b) 2 Star diver CMAS Indonesia – A2 c) 3 Star Diver CMAS Indonesia – A3 d) 4 Star diver CMAS Indonesia – A4 3) Instruktur

a) Star Instruktur – B1 b) 2 Star Instruktur – B2 c) 3 Star Instruktur – B3

(38)

commit to user Keterangan:

1. Peselam non Bintang/ Skin Diver

Merupakan jenjang bagi seorang pemula yang mempunyai kemampuan atau kemahiran selam bebas, dasar-dasar P.A.P. dan penggunaan peralatan dasar selam.

2. One Star (A1)

Jenjang bagi seorang penyelam yang telah mampu menyelam dilingkungan terbatas dengan kondisi perairan yang baik, jernih dan tidak terlalu dalam (maks. 18 meter) dan diawasi oleh instruktur atau 3 star diver.

3. Two Star (A2)

Jenjang bagi penyelam Scuba Diver A1 yang sudah melakukan penyelaman minimal 10 kali dan dengan penyelaman kedalaman 18 meter.

Pada jenjang ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada 5 spesialisasi selam.

4. Three Star (A3)

Jenjang ini merupakan kursus bagi penyelam jenjang A2 yang tertarik untuk meningkatkan kompetensi dalam peran tanggung jawab terhadap penyelam lain pada tingkat dasar kepemimpinan selam. Pada jenjang ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada 4 spesialisasi selam.

Penyelaman yang wajib dilakukan minimal 30 kali penyelaman dengan batas kedalaman 30 meter.

5. Master Scuba (A4)

Jenjang ini bagi penyelam dengan jenjang A3 yang tertarik untuk

(39)

commit to user

mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan spesialisasi selam pada 7 area penyelaman khusus, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap peselam.

f. Program Pendidikan dan pelatihan Selam Olahraga

Menyelam merupakan aktivitas yang mempunyai resiko tinggi bagi kesehatan dan keselamatan. Karena itu, pendidikan dan pelatihan selam harus dikelola sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang bersistem dalam arti mempunyai program yang jelas, terukur dan terorganisir penyelenggaraannya,.

Adapun program pendidikan & pelatihan selam menurut Pramono, Djoko (2006:5) disusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Pengetahuan Akademis Penyelaman (PAP)

Kegiatan menyelam jika dilakukan tanpa prosedur yang benar dapat mengandung bahaya yang tinggi, terutama bila dilakukan dengan ceroboh tanpa didukung oleh mental dan fisik yang memadai, serta pendidikan dan latihan yang baik. Pengetahuan Akademis Penyelaman merupakan pengetahuan teoritis yang harus dimiliki oleh setiap penyelam agar memahami baik peralatan yang digunakan, batas kemampuan fisik manusia dalam cara kerja tubuh terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul dari aktivitas selam, penerapan hukum-hukum fisika dalam penyelaman, daerah dan kondisi penyelaman, dan sebagainya, yang akan membantunya menjadi penyelam yang berkompeten dan dapat melakukan penyelaman dengan aman dan selamat. Dalam melakukan penyelaman seorang penyelam memerlukan sebuah alat untuk memasuki dunia di bawah air, antara lain:

(40)

commit to user a) Peralatan Dasar Selam

Penyelaman olah raga pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: Skin Diving dan Scuba Diving. Skin Diving adalah penyelaman olahraga yang hanya menggunakan peralatan dasar selam (Skin Diving Equipment), antara lain: Mask, Snorkel, Fins, WetSuit, Weight belt dan Buoyancy Vest.

(1) Mask (kacamata selam)

Mask dapat memberikan suatu rongga udara antara mata dengan air.

Selain itu mask dapat membuat pandangan menjadi lebih jelas dan melindungi mata terhadap iritasi. Penggunaan mask dapat menyebabkan tejadinya tekanan hidrostatis pada daerah wajah pada saat menyelam. Syarat dari sebuah mask yang baik untuk menyelam adalah :

- Safety glass

Kaca dari mask harus dibuat kuat dari tekanan (tempered) bukan dari plastik yang mudah tergores.

- Volume kecil

Dengan volume kecil dapat memudahkan melakukan equalizing (penyamaan tekanan pada rongga telinga) ataupun mask clearing (pembersihan kaca mata selam).

- Pengelihatan luas

Sebuah mask dibuat supaya dapat melakukan pengelihatan secara luas. Hal ini dapat dilakukan dengan dilakukan dengan cara yaitu memilih kaca yang luas atau dengan cara memilih

(41)

commit to user

kaca yang tidak lerlalu luas tetapi sedekat mungkin dengan mata.

Gambar 1. Masker (Clinchy, Richard. 1992:7)

(2) Snorkel

Snorkel merupakan sebuah pipa untuk bernafas secara sederhana dan berguna pada skin diving atau beristirahat dipemukaan air dan digunakan pada perlombaan finswimming. Dengan menggunakan snorkel, dapat mudah bernafas tanpa harus mengeluarkan kepala dari dalam air untuk mengambil udara. Tipe dari snorkel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Dilihat dari bahan - Neoprene - Silikon

2. Dilihat dari bentuk - J shaped

Tipe dari snorkel ini cukup efisien dan udara lancar melalui pipa tanpa hambatan

(42)

commit to user Gambar 2. Snorkel

mavericksdiving.co.uk. (Diakses 12 Mei 2012) - Tipe Counter

Tipe ini lebih efisien dari tipe J, karena pada bagian ujungnya dibuat melengkung yang memudahkan untuk pergerakan pada tangan.

Gambar 3. Snorkel

scuba-snorkeling-adventures (Diakses 12 Mei 2012)

(43)

commit to user - Fleksible Hose

Pada bagian pipa yang melengkung terbuat dari bahan yang fleksibel dan didalamnya dibuat bergelombang.

Gambar 4. Snorkel

sportdiver.com (Diakses 12 Mei 2012)

(3) Fin

Fin diartikan dengan istilah “sirip selam” atau “kaki katak” diciptakan untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan peralatan penggerak. Fin dibuat tidak untuk menambah kecepatan berenang melainkan untuk menambah daya kayuh. Dengan bantuan fin kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar dibanding tanpa menggunakan fins. Ada dua macam jenis fin :

1. Jenis Full foot

Fin dari tipe full foot mempunyai ukuran yang sama dengan ukuran sepatu. Pada umumnya fin tipe ini lebih nyaman bila dipakai bertelanjang kaki tanpa menggunakan sepatu atau boot.

(44)

commit to user

Gambar 5. Fin

(Ariadno, Baroeno. 2003:2.14)

2. Jenis Open Heel

Fin pada tipe open heel mempunyai strap yang bisa diatur sesuai dengan ukuran kaki selain itu dilengkapi juga dengan buckle yang dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Fins open heel biasanya dibuat dengan ukuran yang berbeda yaitu kecil, medium, besar, dan ekstra besar.

Gambar 6. Fin (Ariadno, Baroeno. 2003:2.15)

(4) Boots

Boot atau pelindung kaki merupakan keharusan, terutama digunakan untuk daerah-daerah berkarang dan bebatuan. Penggunaan boot juga memberi perlindungan akibat kejang kaki disebabkan kedinginan dan kemungkinan kaki

(45)

commit to user

lecet. Boots dari karet busa dengan sol keras adalah jenis perlengkapan pelindung kaki yang umum dipakai penyelam. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pada pemilihan ukuran fins yang cocok dan pas jika menggunakan boot.

Gambar 7. Boot (Ariadno, Baroeno. 2003:2.16)

(5) Wetsuit

Didalam melakukan olahraga selam, para penyelam sering menggunakan pakaian pelindung. Pakaian pelindung yang dipakai oleh penyelam umumnya adalah Foam Neoprene Wetsuit, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung udara. Fungsi dari wetsuit adalah untuk mengurangi panas tubuh yang keluar di dalam air dan melindungi penyelam dari goresan karang. Wetsuit tidak membuat penyelam menjadi hangat, tetapi mencegah penyelam dari kedinginan.

Gambar 8. Wetsuit (Clinchy, Richard A.1992:34)

(46)

commit to user (6) Buoyancy Vest

Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang penyelam.

Fungsi dari peralatan tersebut adalah :

- Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan air, dengan demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak mengeluarkan tenaga.

- Untuk memberikan daya apung agar dapat beristirahat atau menyangga penyelam yang mengalami keadaan darurat.

- Untuk memberi daya apung netral (neutral buoyancy) terkendali di dalam air.

Gambar 9. Buoyancy vest (Ariadno, Baroeno. 2003:2.16)

b) Peralatan SCUBA

Untuk dapat melakukan penyelaman lebih lama dan lebih dalam maka digunakan peralatan yang disebut dengan SCUBA Diving (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Peralatan dasar SCUBA diving terdiri dari bermacam-macam alat antara lain:

(47)

commit to user

(1) Buoyancy Compensator Device (BCD)

Secara umum BCD didesain dalam satu kesatuan dengan back pack untuk digunakan pada tabung SCUBA. Udara dapat ditambahkan kedalam BCD untuk mendapat daya apung netral. Selain itu BCD juga bermanfaat untuk mempertahankan daya apung positif saat beristirahat dipermukaan air dan bermanfaat dalam penyelamatan diri saat keadaan darurat. Syarat kelengkapan standar BCD untuk penyelaman antara lain:

- Low pressure power inflator dan oral inflator

- Over expansion relief valve, dump valve, tombol deflator manual - Buckle dan strap yang mudah disetel

- Back pack yang kuat untuk menyangga tabung SCUBA

- Ring atau tempat untuk mengaitkan perlatan seperti console, octopus dan lain-lain.

- Ada kantung untuk membawa perlengkapan kecil.

Gambar 10. BCD (Ariadno, Baroeno.2003:2.18)

(48)

commit to user

Ada 2 tipe utama BCD yang umum antara lain:

1. Tipe jaket

2. Tipe back mounted

3. Tipe human underwater breathing system

(2) Tabung SCUBA

Suatu tabung udara yang bertekanan tinggi dapat dibawa kemana saja dikenal dengan istilah tabung SCUBA. Tabung SCUBA terbuat dari bahan steel (baja) dan Alluminium Alloy yang kuat terhadap tekanan udara yang tinggi.

Volume dan tekanan dari tabung bermacam-macam ukurannya, antara lain 50, 71.2, 80, 90, dan 100 Cuft. Tabung yang dapat digunakan dan memiliki standar dalam penyelaman memiliki tanda pada tabung seperti :

DOT-3Al-3000 P 353463 LUXFER 7 87 H 7 92

Gambar 11. Tabung SCUBA (Ariadno, Baroeno. 2003:2.22)

(49)

commit to user Dimana:

DOT = Departement of Transportation yaitu badan yang berwenang di Amerika yang mengawasi peredaran tabung gas yang bertekanan.

3 Al = Kode logam aluminium yang dipakai

3000 = Tabung udara yang bisa diisi udara hingga tekanan 3000 Psi

P 353463 = Nomor seri tabung, huruf P untuk tabung ukuran tabung 80 cuft, Y untuk 71.2 cuft, R untuk 50 cuft, dan KK untuk tabung 15 cuft

LUXFER = pabrik yang mengeluarkan tabung.

7 87 = tanggal dan tahun tes hidrostatis yang pertama

H 7 92 = tanggal dan tahun tes hidrostatis yang terakhir dilakukan.

Tabung SCUBA memiliki salah satu bagian di bagian atas yang disebut dengan Tank Valve. Tank valve ini dipasang pada leher tabung yang dilengkapi dengan sebuah karet kecil berbentuk bundar yang disebut dengan O – ring yang berfungsi sebagai kran air yang menutup dan membuka udara.

Bentuk dari tank valve ini terdiri dari 2 macam:

(50)

commit to user 1. Bentuk K – Valve

Bentuk ini merupakan tipe yang paling sederhana, yang mempunyai lubang untuk keluar dan masuk udara dengan sebah kran yang terletak disampingnya.

Gambar 12. K-Valve (Ariadno, Baroeno.2003:2.25)

2. Bentuk J – Valve

Bentuk valve tipe J ini hampir sama dengan valve tipe K, tetapi perbedaannya memiliki sebuah klep cadangan mekanis (reserve). Reserve mekanis akan bekerja menghentikan aliran udara jika tekanan tabung turun dibawah batas tekanan yang ditentukan (300 Psi). Untuk dapat bernafas, penyelam dapat membuka katup cadangan dengan menarik katup tersebut.

Gambar 13. J-Valve

(Ariadno, Baroeno.2003:2.25)

(51)

commit to user (3) Back Pack

Back pack merupakan alat untuk mengikat tabung supaya dapat dipakai pada punggung penyelam. Sekarang ini back pack telah banyak didesain menjadi satu dengan BCD sehingga penyelam dapat mudah memasang BCD pada tabung tanpa mengalami kesulitan.

(4) Regulator

Regulator SCUBA merupakan alat sederhana yang berfungsi merubah tekanan tinggi pada tabung menjadi udara yang bertekanan sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa macam Regulator, yaitu :

1. Single Hose

Pada umumnya, penyelam menggunakan single hose regulator yang terdiri dari 2 tingkatan yaitu tingkat pertama (first stage) yang dipasang pada valve tabung dan tingkat kedua (second stage) yang dipasang pada mulut penyelam.

2. Double Hose

Regulator double hose ini sering dipakai untuk penyelaman di air dingin, penyelam komersional dan ilmiah. Cara kerja regulator ini hampir sama dengan single hose, tetapi sisa udara dari mouth piece dikembalikan ke first stage dan kemudian dikeluarkan.

(52)

commit to user

Gambar 14. Regulator (Ariadno, Baroeno.2003:2.29)

(5) Weight Belt

Weight belt atau sabuk beban diperlukan untuk mengatur daya apung (buoyancy). Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda.. Weight belt harus dilengkapi dengan Quick Release Buckle yaitu suatu gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt dipasang paling terakhir dan paling pertama dilepas, jika dalam keadaan darurat.

Gambar 15. Weight Belt (Clinchy, Richard A. 1992:44)

(53)

commit to user (6) Pressure Gauge

Pressure gauge merupakan alat ukur yang mengukur tekanan dari sebuah tabung dalam ukuran Psi atau bar.

(7) Deep Gauge

Deep gauge merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman. Satuan dalam deep gauge ditunjukkan dalam feet atau meter.

Gambar 16. Deep Gauge dan Pressure Gauge (Ariadno, Baroeno.2003:2.31)

c) Fisika penyelaman (Physics of Diving)

Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan dengan penyelaman merupakan syarat penting bagi teknik penyelaman yang aman.

Banyak masalah kesehatan penyelaman yang secara langsung diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh fisiologis dari hukum-hukum tersebut terhadap manusia.

(1) Satuan tekanan

Tekanan udara di permukaan laut pada suhu 0 C pada dasarnya adalah tekanan yang disebabkan oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mm Hg (14.7 Psi) dan dijadikan dasar ukuran satu atmosfir.

(54)

commit to user Persamaan tekanan

1 Atmosfir = 10.07m (10m) air laut = 33.05feet (33feet) air Laut

= 33.93feet (34feet) air tawar = 1.033 kg/cm2

= 14.696 (14.7) Lbs/inc2

= 1.013 bars

= 101 kilopascals

= 760 mm air raksa ( mm Hg)

Gambar 17. Perbandingan tekanan (Clinchy, Richard A. 1992:135)

Tekanan akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga berat udara berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam dibawah permukaan air. Hal ini disebabkan karena berat dari atmosfir dan berat dari air diatas penyelam. Ukuran-ukuran

(55)

commit to user

tekanan dari berbagai kedalaman mengungkapkan bahwa tekanan 760 mm Hg (yaitu sama dengan standard atmosferik pressure) akan terasa pengaruhnya kira- kira pada kedalaman 10 m dari air laut (33 kaki). Berdasarkan Hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat dibawah permukaan laut, tekanan akan meningkat sebesar 760 mm Hg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 m. Tekanan yang terdapat pada suatu titik menunjukkan tekanan 1 atmosfir (tekanan di permukaan + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut).

Satuan-satuan dari jumlah tekanan adalah Atmosfir Absolut (ATA) yaitu : Tabel 1. Persamaan Tekanan

Kedalaman (depth) Tekanan Absolut (Gauge Pressure) Di permukaan 1 ATA 0 ATG

10 meter 2 ATA 1 ATG 20 meter 3 ATA 2 ATG 30 meter 4 ATA 3 ATG

Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan. Karenanya tekanan ini selalu 1 atmosfer lebih rendah dari pada tekanan absolut.

(2) Hukum-hukum Gas

Udara yang dihirup mengandung komponen-komponen sebagai berikut : - 78 % Nitrogen (N2)

- 21 % Oksigen (O2) - 0,93 % Argon (Ar)

(56)

commit to user - 0,04 % Carbon Dioxide (CO2) - Gas-gas mulia (Ne, He, dsb.)

Gas yang umumnya digunakan untuk penyelaman adalah : - Udara (bebas kotoran)

- Campuran oksigen

- Campuran O2 dan Helium (He), kadang-kadang + N2

Hukum-hukum gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam rongga- rongga tubuh seperti paru-paru, saluran yang menghubungkan hidung dengan sinus serta gas-gas di dalam larutan antara lain adalah :

(a) Hukum Boyle (Hukum Perubahan Tekanan dan Volume) Hukum ini menjelskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan tekanan absolut, yaitu:

V = 1/P Jadi PV = K atau

P1V1 = P2V2 P = Tekanan

V = Volume K = Konstan

Hal ini berarti bila tekanan meningkat, volume dari suatu kumpulan gas akan berkurang atau sebaliknya. Selama tekanan sebanding dengan kedalaman, maka volume akan menjadi setengah volume dari semula.

Hukum Boyle terjadi pada penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air

(57)

commit to user

di sekelilingnya sewaktu ia turun, contoh : Seseorang penyelam Scuba menghirup napas penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter (2 ATA), menahan nafasnya dan naik ke permukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda volumenya menjadi 12 liter, maka harus menghembuskan 6 liter udara pada saat naik kepermukaan untuk menghindari paru-paru tidak meledak.

Gambar 18. Pengaruh tekanan (Ariadno, Baroeno. 2003:2.8)

P1V1 = P2V2 P1 = 2 ATA P2 = 1 ATA

V1 = 6 liter V2 = ?

=(P1.V1)/ P2 =(2x6)/ 1 = 12 liter

(58)

commit to user

Semua gas yang berada di dalam rongga tubuh akan terpengaruh oleh hubungan tekanan volume ini. pada telinga bagian tengah, tekanan air yang berperan di dalam tubuh akan dihantar oleh cairan-cairan tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama tekanan meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di dalam rongga tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan diisi jaringan yang membengkak dan menonjol ke dalam gendang telinga.

Rangkaian kejadian yang menuju pada kerusakan jaringan dapat dicegah dengan menyeimbangkan tekanan (Equalizing). Udara ditiupkan ke dalam saluran Eustachius dari tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang ada di telinga bagian tengah tetap konstan, sehingga tekanannya menyamai tekanan air. Proses serupa dapat terjadi di dalam rongga-rongga sinus, akan tetapi dapat diseimbangkan sendiri (self equalizing) dalam keadaan normal, karena rongga sinus punya hubungan terbuka dengan rongga hidung. Perubahan terbesar volume gas yang mengikuti perubahan air terjadi dekat permukaan.

(b) Hukum Dalton (Tekanan Partial dari Campuran Gas).

Hukum ini berhubungan udara (suatu campuran Nitrogen dan Oksigen) dan dengan pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu campur an gas-gas adalah jumlah dari tekanan secara tersendiri menempati seluruh ruang (volume), selama tekanan secara menyeluruh meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas akan meningkat.

(59)

commit to user

Ariadno, Baroeno (2003:3.12) menjelaskan tekanan partial sebagai berikut: karena udara adalah suatu campuran yang terdiri dari kurang lebih 80%

bagian N2 dan 20% bagian O2, maka udara di permukaan terdiri dari : N2 = 80% dari 1 ATA (760 mm Hg).

= 0,8 ATA (608 mm Hg).

O2 = 20 % dari 1 ATA (760 mm Hg) = 0,2 ATA (152 mm Hg)

Gambar 19. Tekanan parsial gas (Ariadno, Baroeno. 2003:3.13)

Tekanan partial dari suatu gas di dalam campuran diperoleh dengan mengkalikan persentasi gas dengan tekanan total. Dengan kedalaman tertentu, peningkatan tekanan partial yang terjadi adalah sebagai berikut :

Permukaan = 1 ATA = 0,8 ATA N2 + 0,2 ATA 02 (PP O2 = 20% x 1 ATA)

10 meter = 2 ATA = 1,6 ATA N2 + 0,4 ATA O2

(60)

commit to user (PP O2 = 20% x 2 ATA)

30 meter = 4 ATA = 3,2 ATA N2 + 0,8 ATA O2 (PP O2 = 20% x 4 ATA)

40 meter = 5 ATA = 4,0 ATA N2 + 1,0 ATA O2 (PP O2 = 20% x 5 ATA)

Hukum ini penting untuk mengetahui efek Toksik Gas Pernafasan pada kedalaman, Penyakit Dekompresi dan Penggunaan Oksigen maupun Campuran Gas untuk tujuan pengobatan, sebagai contoh : Seorang penyelam yang menghirup suatu campuran 60% / 40% Oksigen dan Nitrogen, resiko menderita keracunan Nitrogen terjadi pada kedalaman sekitar 30 meter (4 ATA).

(c) Hukum Henry (Larutan Gas dan Cairan)

Hukum ini berhubungan dengan penyerapan gas di dalam cairan.

Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan.

Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter larutan Nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai pada kedalaman 10 meter (2 ATA) tekanan partial dari Nitrogen yang dihirup akan menjadi 2 kali lipat dan akhirnya yang telarut dalam jaringan menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan pada kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah. Pengaruh fisiologis dari hukum ini terhadap seorang penyelam berlaku untuk Penyakit dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas Lembam (Inert Gas Narcosis). Bila tekanan yang terdapat dalam larutan terlarut cepat berkurang, gas akan keluar dari larutan

(61)

commit to user

dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Pada penyelam, pelepasan gelembung- gelembung ini dapat menyumbat pembuluh darah atau merusakkan jaringan- jaringan, hal ini menyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit dekompresi.

(d) Hukum Charles (Perubahan Suhu dan Volume)

Hukum ini berhubungan antara suhu, volume dan tekanan. Dinyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu absolut. Hukum ini ada hubungannya dengan kompresi dan dekompresi dari gas-gas dan pengaruhnya terhadap silinder, regulator, chamber dan lain-lain, serta menerangkan bahwa perubahan tekanan dapat dilihat bilamana silinder yang berisi udara tekan terjemur di matahari. Bila volume tetap konstan dan suhu meningkat, tekanan akan meningkat.

(e) Daya Apung/ Buoyancy

Hukum Archimedes menyatakan bahwa setiap benda yang dibenamkan seluruhnya atau sebagian ke dalam cairan mendapat tenaga dorong sebesar berat cairan yang digantikan. Semakin padat cairan itu semakin besar daya apungnya.

Dengan demikian penyelam dan kapal memiliki daya apung lebih tinggi di air laut daripada di air tawar. Dengan paru-paru yang mengembang, orang biasanya akan mengapung di atas permukaan air laut, hal ini karena orang mempunyai daya apung positif.

Gambar

Gambar 3. Snorkel
Gambar 17. Perbandingan tekanan  (Clinchy, Richard A. 1992:135)
Gambar 19. Tekanan parsial gas  (Ariadno, Baroeno. 2003:3.13)
Gambar 22. Prestasi olahraga  (Noseck 1982:18) Unsur-unsur prestasi psikologis Tingkah laku taktis Unsur-unsur prestasi kondisional Unsur prstasi dari luar  Unsur-unsur  prestasi gerakan badan Unsur –unsur prestasi koordinatif Prestasi olahraga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa kelentukan, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, panjang lengan, panjang tungkai memiliki hubungan terhadap hasil belajar kayang pada siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan lingkar paha dengan hasil ketepatan tendangan penalty dalam permainan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah ada atau tidak hubungan kekuatan otot tungkai dengan hasil lompat jauh gaya jongkok, kekuatan otot lengan dengan hasil lompat jauh gaya

Hasil penelitian yang dilakukan pada atlet bola tangan putra kabupaten gresik mengenai kontribusi kekuatan otot peras tangan, kekuatan otot tungkai dan power otot

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang tungkai, kekuatan otot tungkai dan lingkar paha dengan hasil ketepatan tendangan penalty dalam permainan sepakbola pada

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa panjang tungkai dan lingkar paha memiliki kontribusi yang tidak signifikan, power tungkai dan kekuatan

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, OTOT PERUT DAN OTOT TUNGKAI TERHADAP AKURASI DRAGGED SHOOT FLOORBALL PADA ATLET PUTRA FLOORBALL UNESA Muhammad Aswar Latif S1 Ilmu Keolahragaan,

Bentuk sederhana dari penelitian ini adalah hubungan antara tiga variabel, Karena dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji kontribusi power dan kekuatan otot tungkai dengan jauhnya