• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNTE KABUPATEN KARO TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNTE KABUPATEN KARO TAHUN 2013"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNTE KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Oleh

ROSIDA Br GINTING 117032236/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

THE INFLUENCE OF CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE, AND ATTITUDE OF MOTHERS WHO BREASTFEED THEIR BABIES

ON THE GIVING OF EXCLUSIVE ASI AT THE WORKING AREA OF MUNTE PUSKESMAS, KARO DISTRICT,

IN 2013

THESIS

BY

ROSIDA Br GINTING 117032236/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(3)

PENGARUH KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNTE KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSIDA Br GINTING 117032236/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK,

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNTE KABUPATEN KARO TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Rosida Br Ginting Nomor Induk Mahasiswa : 117032236

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D)

Ketua Anggota

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 9 Juli 2013

(5)

Telah diuji

pada Tanggal : 9 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

2. Dra. Jumirah Apt, M.Kes

3. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNTE KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2013

Rosida Br Ginting 117032236/IKM

(7)

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi mulai ia lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain dan tambahan makanan lain. Khasiat ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo pada tahun 2011 diketahui cakupan pemberian ASI eksklusif sekitar 59,4%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi), pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey explanatory, dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo. Sampel berjumlah 93 orang dengan tehnik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo hanya 4,3%. Pekerjaan (p=0,025) dan Pengetahuan (p=0,043), mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.

Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pekerjaan dan pengetahuan, bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pemberian ASI ekslusif sebesar 95,7%, sedangkan sisanya sebesar 4,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti dukungan keluarga, dan tenaga kesehatan.

Disarankan kepada petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo melakukan penyuluhan secara berkala tentang manfaat, cara pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Diharapkan ibu di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo yang sedang hamil lebih aktif datang ke fasilitas kesehatan untuk menerima informasi tentang pemberian ASI eksklusif sehingga pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif meningkat

Kata Kunci : Karekteristik, Pengetahuan, Sikap, ASI Eksklusif

(8)

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is the giving of breast milk in to babies without any other liquid or foods supplements since they are born until they are six months old.

The benefit of exclusive breastfeeding is to reduce the risk of illness in babies. The coverage of Exclusive breastfeeding at the working area of Munthe Health Center, Karo District, in 2011 was about 59.4%. The aim of the research was to analyze the influence of characteristics (age parity, education, and information sources) and knowledge and attitude of mothers who breastfed their babies on the giving of exclusive breastfeeding at the working area of Munthe Health Center, Karo District in 2013.

The type of the research was an explanatory survey with crossectional design.

The population was all mothers who breastfed their 6 to 12 month old babies at the working area of Munthe Health Center, Karo District, and 93 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using chi-squre and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that the coverage of giving exclusive breastfeeding at the working area of Munthe Health Center, Karo District, was only 43%. Occupation (p=0.025) and knowledge (p=0.043) influenced the giving exclusive breastfeeding the percentage correct value indicated that the variables of occupation and knowledge could explain the influence on giving exclusive breastfeeding of 95.7%, while the rest (4.3%) was influenced by other factors such as family support, and health workers.

It is recommended that health workers at the working area of Munte Health Center, Karo Diskrit, should provide counseling regularly about the benefit and the way of giving exclusive breastfeeding to babies and the pregnant mothers at the working area of Munte Health Center, Karo District, should actively visit health facilities so tht they can get information about the giving exclusive breastfeeding and increase their knowledge in exclusive breastfeeding.

Keywords : Charactristics, Knowledge, Attitude, Exclusive Breastfeeding

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Pengaruh Karekteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Yusniwarti Yusat, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dra. Jumirah Apt., M.Kes dan Ernawati Nasutin, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kepala Puskesmas Munte Kabupaten Karo beserta staf puskesmas yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga tesis ini selesai.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami Lekton Sitepu, M.Pd beserta anak-anakku Desta Pranata Sitepu, Berty Lorenza Sitepu dan Ivan Kristianto Sitepu yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

9. Ucapan terimakasih yang tulus saya tujukan kepada orang tua Ayahanda J. Ginting dan almarhum ibu A. Br. Barus serta keluarga besar yang telah

(11)

memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat Studi Kesehatan Reproduksi.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, September 2013 Penulis

Rosida Br. Ginting 117032236/IKM

(12)

RIWAYAT HIDUP

Rosida Br. Ginting lahir pada tanggal 24 Nopember 1970 di Sukanalu Kabupaten Karo anak dari pasangan Ayahanda J. Ginting dan almarhum Ibunda A. Br. Barus menikah dengan Lekton Sitepu pada tahun 1992.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar RK 2 Kabanjahe tamat Tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama SMP N I Kabanjahe tamat tahun 1986, SPK Pemda Kabanjahe tamat Tahun 1989. D-I Kebidanan Pemda Kabanjahe1991, D-III Kebidanan Arta tahun 2009, D-IV Bidan Pendidik STIKES Helvetia 2010.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011.

Penulis memulai karir sebagai CPNS ( pelaksana kebidanan) di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat tahun 1992. Pada tahun 1993 bekerja sebagai staf Puskesmas Munte Kabupaten Karo sampai sekarang.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengetahuan (Knowledge) ... 9

2.1.1 Tingkat Pengetahuan ... 10

2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 11

2.1.3 Proses Perilaku Tahu ... 12

2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 13

2.2 Sikap (Attitude) ... 15

2.3 Air Susu Ibu (ASI) ... 16

2.3.1 Pengertian ASI ... 16

2.3.2 Pengertian ASI Ekslusif ... 17

2.3.3 Komposisi ASI ... 18

2.3.4 Kandungan ASI ... 18

2.3.5 Manfaat ASI ... 19

2.3.6 Keuntungan Menyusui ... 20

2.3.7 Nilai Nutrisi Air Susu Ibu ... 24

2.3.8 Volume Produksi ASI ... 26

2.3.9 Lama dan Frekuensi Menyusui ... 26

2.3.10 Masalah-Masalah dalam Menyusui Menurut PERINASIA .. 26

2.3.11 Alasan Pemberian ASI Ekslusif ... 29

2.4 Landasan Teori ... 30

2.6 Kerangka Konsep ... 37

(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 38

3.3.1. Populasi Penelitian ... 38

3.3.2. Sampel Penelitian ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1. Data Primer ... 40

3.4.2. Data Sekunder ... 40

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas... 41

3.5.1. Uji Validitas... 41

3.5.2. Uji Reliabilitas ... 41

3.6 Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.7 Metode Pengukuran ... 44

3.8 Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1 Data Geografi ... 49

4.1.2 Data Demografi ... 49

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 50

4.1.4 Fasilitas Sumber Daya Manusia (SDM) ... 50

4.2 Karekteristik,Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui ... 50

4.2.1 Karakteristik Responden ... 50

4.2.2 Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif ... 52

4.2.3 Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif ... 54

4.2.4 Pemberian ASI Eksklusif ... 57

4.3 Hubungan Variabel Dependen dengan Independen ... 58

4.3.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 58

4.3.2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif . 59 4.3.3 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 59

4.3.4 Hubungan Jumlah Anak dengan Pemberian ASI Eksklusif .... 60

4.3.5 Hubungan Sumber Informasi dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 61

4.3.6 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 61

4.3.7 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 62

4.4 Pengaruh Pekerjaan dan Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 62

BAB 5. PEMBAHASAN ... 65

5.1 Pemberian ASI Eksklusif ... 65

5.2 Pengaruh Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 66

5.3 Pengaruh Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 67

(15)

5.4 Pengaruh Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 69

5.5 Pengaruh Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 71

5.6 Pengaruh Informasi tentang ASI Eksklusif Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 72

5.7 Pengaruh Pengetahuan tentang ASI Eksklusif Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 73

5.8 Pengaruh Sikap tentang ASI Eksklusif Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 76

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Pengetahuan) ... 42

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Sikap) ... 43

4.1 Distribusi Karakteristik Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Munte Tahun 2013 ... 50

4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui Berdasarkan Pengetahuan tentang ASI Eksklusif ... 52

4.3. Distribusi Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif ... 53

4.4. Distribusi Frekuensi Ibu menyusui Berdasarkan Sikap tentang ASI Eksklusif ... 54

4.5. Distribusi Sikap Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif ... 56

4.6. Distribusi Ibu Menyusui Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 58

4.7. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 59

4.8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 59

4.9. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 60

4.10. Hubungan Jumlah Anak dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 60

4.11. Hubungan Sumber Informasi dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 61

4.12. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 62

4.13. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 62

4.14 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda ... 63

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 37

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 85 2. Hasil Pengolahan Data ... 90 3. Master Tabel ... 106

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan cara pemberian makanan yang sangat tepat dan kesempatan terbaik bagi kelangsungan hidup bayi di usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun (Harnowo, 2012).

Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang di tetapkan oleh WHO, Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan.

Selain itu pentingnya ASI juga terlihat pada acara dunia yaitu Pekan ASI sedunia Agustus 2008, The World Alliance For Breast Feeding Action (WABA)

(20)

memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut adalah suatu gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI yang diberikan eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih (Depkes, 2010).

ASI Ekskusif merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009). Khasiat ASI begitu besar seperti ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak – anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah 7 – 8 poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif. Karena didalam ASI terdapat nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain: Taurin, Laktosa, DHA, AA, Omega-3, dan Omega-6 (Nurheti, 2010).

Meskipun menyusui dan ASI sangat bermanfaat, namun belum terlaksana sepenuhnya, diperkirakan 85% ibu-ibu di dunia tidak memberikan ASI secara optimal. Data mengenai pemberian ASI pada bayi di beberapa Negara pada tahun 2005-2006 diperoleh bahwa bayi di Amerika mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat 60-70%. Pada Tahun 2010 cakupan ASI Eksklusif di India saja sudah

(21)

mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24% (Yuliarti 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Briawan pada tahun 2004 diperoleh data bahwa faktor penghambat pemberian ASI Eksklusif adalah sebagian besar (51,6%) ibu merasa khawatir bahwa ASI saja tidak mencukupi untuk bayi sehingga bayi kurang kenyang, bayi menjadi rewel dan pertumbuhan bayi terhambat. Faktor penghambat lainnya adalah dukungan suami dimana suami kurang setuju ibu untuk memberikan ASI selama 6 bulan tanpa pemberian makanan lainnya.

Dari hasil penelitian United Nation Child’s Fund (UNICEF) dari tahun 2005 hingga 2011 didapati bayi Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama ialah sebanyak 32% dan didapati 50% anak diberikan ASI Eksklusif sehingga usia 23 bulan. Tetapi persentase ini masih rendah bila dibandingakan dengan negara berkembang lain seperti Bangladesh didapati 43% anak diberikan asi eksklusif selama 6 bulan dan 91% anak mendapat ASI sehingga usia 23 bulan (UNICEF, 2011).

Begitu pula yang terjadi di Indonesia, data dari Sentra laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia 2007-2010, hanya 48% ibu yang memberikan ASI eksklusif. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan, sementara pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Dan berdasarkan data dari Bappenas tahun 2010 menyatakan bahwa hanya 31% bayi di Indonesia mendapatkan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan.

Terdapat beberapa penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif yaitu belum semua

(22)

Rumah Sakit menerapkan 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui), belum semua bayi lahir mendapatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), JUmlah penyuluh ASI masih sedikit 2.921 penyuluh dari target 9.323 pemyuluh, dan promosi susu Formula yang tergolong gencar (Bappenas, 2011).

Menurut data profil Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2008 dari total jumlah bayi sebesar 6029, yang mendapat ASI eksklusif hanya 2167 bayi (36%). Pada tahun 2009 ditemukan penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif yaitu dari jumlah bayi sebesar 8453, yang mendapat ASI eksklusif sebesar 883 bayi (10,45%).

Berdasarkan Riskesdas 2010, persentase bayi yang menyusui Eksklusif sampai dengan 6 bulan 15,3%. Di Kabupaten Karo pada Tahun 2010, cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 15,6% dari 1.100 bayi, dan pada Tahun 2011 jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 17,8% dari 1.294 bayi (Profil Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2011).

Pencapaian ASI Eksklusif di Kabupaten Karo masih rendah dan menurun sedangkan target Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia sebesar 80%. Harusnya penurunan ini tidak terjadi mengingat pentingnya ASI bagi bayi dan sangat bermanfaat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan bayi serta program pemerintah yang ingin menggalakkan pemberian ASI kepada bayi. Dengan demikian, dari data diatas pencapaian pemberian ASI Eksklusif masih jauh dari target pemerintah Indonesia yang menetapkan sekurangnya 80%.

(23)

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo pada tahun 2011 diketahui cakupan pemberian ASI Eksklusif sekitar 59,4% dari 421 orang bayi diwilayah kerja puskesmas Munte. Cakupan tersebut masih jauh lebih rendah dari yang ditargetkan yakni sebesar 80%. Demikian juga menurut hasil profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2012 menurun cakupannya menjadi 0,2%, sementara target nasional sebesar 80%. Berdasarkan hasil survei awal yang peneliti lakukan pada 10 orang ibu nifas, di wilayah kerja Puskesmas Munte, diperoleh gambaran pengetahuan ibu bahwa semua responden menyadari dan tahu akan pentingnya ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Ibu juga beranggapan bahwa bayi yang diberikan ASI akan lebih kuat dan tidak mudah terserang penyakit dari bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif.

Sedangkan sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif hanya 3 orang saja ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif dengan alasan ASI aman di berikan pada bayi dan dapat mengkuatkan daya tahan tubuh bayi sehingga ibu mengusahakan agar terus dapat memberikan ASI kepada bayinya. Sedangkan 2 orang ibu menyusui hanya memberikan ASI selama 3 bulan karena alasan sudah habis masa cuti dan ketika kembali bekerja produksi ASI berkurang karena kesibukan kerja yang lama kelamaan bayi menjadi menolak ASI dan lebih memilih susu formula. Sedangkan 5 orang ibu tidak memberikan ASI pada bayinya dengan alasan ASI tidak keluar dan tidak cukup untuk kebutuhan bayi bahkan 2 ibu diantaranya sudah memberikan makanan pendamping ASI karena menurut ibu tersebut kebutuhan makan bayinya besar

(24)

sehingga sering menangis karena lapar maka diberikan makan bubur sebagai pendampingnya.

Hasil survei dan persentase penurunan cakupan ASI Eksklusif tersebut merupakan bentuk rendahnya pengetahuan ibu menyusui akan manfaat dan pentingnya ASI. Pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007) adalah hasil tahu individu yang diperoleh melalui panca indra. Rendahnya pengetahuan ini dapat disebabkan karena ibu belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang manfaat ASI dan kandungan yang terdapat dalam ASI serta tentang manfaat perawatan payudara ketika hamil sebagai upaya untuk memperlancar ASI.

Pengetahuan para ibu yang diteliti tersebut dapat dipengaruhi sumber informasi yang didapat ibu dari lingkungan luar terutama peran media massa dalam memberikan informasi. Informasi yang disampaikan media massa yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu informasi atau iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh produsen susu. Iklan tentang susu yang sering tampil di televisi yang menjadi faktor utama memperkenalkan ibu pada produk susu sehingga ibu terpengaruh dan memiliki sikap bahwa susu formula juga baik untuk bayi.

Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berdampak terhadap sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Status kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sikap seseorang untuk merespon suatu penyakit. Sikap ibu dari hasil survei awal yaitu alasan keterbatasan waktu

(25)

karena bekerja, adanya masalah saat menyusui (air susu tidak langsung keluar dan sedikit) dan masih banyak ibu yang kurang setuju jika hanya memberikan ASI saja pada bayi berumur 0–6 bulan tanpa makanan tambahan lain atau tanpa didampingi susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa sikap yang dimiliki tersebut akan menjadi salah satu hambatan dalam pencapaian target keberhasilan pemberian ASI eksklusif secara maksimal. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh karekteristik,pengetahuan dan sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Munte Kabupaten Karo tahun 2013.

1.2 Permasalahan

Semakin menurunnya cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo dari 59,4% (profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2011) menjadi 0,2% pada tahun 2012 (profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2012) sehingga ingin diteliti tentang “Pengaruh karakterisitik, pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi), pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013.

(26)

1.4 Hipotesis

Ada Pengaruh karakteristik (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi), pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu hamil dan ibu nifas, perlunya sosialisasi/KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang perawatan payudara agar dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi

2. Bagi kepala puskesmas, sebagai informasi/ masukan bagi puskesmas sesuai dengan target dalam upaya peningkatan pencapaian ASI Eksklusif dengan sosialisasi dan advokasi pemberian ASI eksklusif terhadap ibu hamil dan ibu menyusui

3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi peneliti sejenis dan berkelanjutan yang dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pengetahuan dan tindakan dalam cakupan ASI eksklusif.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoadmojo, 2010).

Menurut Wawan & Dewi (2010) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

(28)

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 (enam) tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(29)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu komponen atau meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berk2aitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2007).

2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo (2007) adalah sebagai berikut :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

(30)

tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Notoadmojo, 2007)

2.1.3 Proses Perilaku Tahu

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak apat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.

(31)

3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru 5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus

Pada penelitian selanjutnya, menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan 1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

(32)

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2007), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa

(33)

2. Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

c. Informasi

Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dan melihat dan mendengar sendiri. Seseorang yang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

2.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2007).

Dalam bagian lain Notoadmodjo (2007) mengutip pendapat Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderung untuk bertindak (trend to behave).

(34)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3 Air Susu Ibu (ASI) 2.3.1 Pengertian ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana mneyusui

(35)

yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulandan ketika diberikan amakanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 2007)

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam- garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011).

2.3.2 Pengertian ASI Eksklusif

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004, ASI Eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi mulai ia lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2005).

Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak – anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient).

(36)

2.3.3 Komposisi ASI

Menurut Kristiyanasari (2011) komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

1. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.

Kolostrum merupakan cairan agak kental bewarna kekuning kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat kolostrum sebagai berikut :

a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.

2. ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

3. ASI mature

ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

2.3.4 Kandungan ASI

Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI. Kandungan yang terdapat di dalam ASI antara lain :

(37)

1. ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi.

Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum) tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat.

2. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari 3,8%

lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahan-bahan lain. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni.

Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi tidak membutuhkan banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa (Yuliarti, 2010).

2.3.5 Manfaat ASI

Menurut Yuliarti (2010) ASI memberikan manfaat tak terhingga pada anak antara lain :

1. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan

2. Bayi mendapat zat-zat imun, serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunnya.

3. Meningkatkan sensitivitas ibu dan kebutuhan bayinya

(38)

4. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein dan zat lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang terbuang.

5. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.

6. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas pada anak.

7. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak 2.3.6 Keuntungan Menyusui

Menurut Ramaiah (2006) keuntungan menyusui yaitu : 1. Bagi Bayi

a. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, karena ASI mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi.

b. ASI mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat.

c. ASI selalu berada pada suhu yang paling cocok bagi bayi, karena tidak membutuhkan persiapan apapun.

d. Bayi bisa mencerna dan menggunakan nutrien dalam ASI secara lebih efisien daripada yang terdapat dalam jenis susu lainnya.

e. ASI itu steril, artinya artinya tidak terkontaminasi oleh bakteri atau kuman penyakit lainnya.

(39)

f. Menyusui mencegah terjadinya anemia pada bayi, karena zat besi yang terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik daripada sumber zat besi lainnya.

g. Kekurangan nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui karena ASI memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan yang pertama

h. Kolostrum kaya akan antibodi dan substansi anti infeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Karenanya antibodi sangat penting untuk menghancurkan penyebab penyakit.

i. Kolostrum juga mengandung pertumbuhan seperti faktor pematang epidermal.

Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernafasan dan mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernafasan

j. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, eksem dan lain-lain.

k. Kolostrum kaya akan vitamin A, yang mencegah infeksi dan vitamin K, yang mencegah perdarahan pada bayi baru lahir.

l. ASI mengandung faktor pematang usus yang melapisi bagian dalam saluran pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke dalam tubuh.

m. ASI mendorong pertumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan mencegah diare.

(40)

n. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin, yang dikombinasikan dengan zat besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit.

2. Bagi Ibu

a. Menyusui menolong rahim mengerut lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam waktu singkat, mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu mencegah anemia.

b. Menyusui mengurangi risiko kehamilan sampai enam bulan setelah persalinan c. Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur

d. Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama kehamilan, dan menurunkan risiko obesitas.

3. Bagi Keluarga

Menurut (Wulandari & Handayani, 2011) manfaat ASI bagi keluarga di tinjau dari

a. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

b. Aspek Psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik, dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

(41)

c. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja, kapan saja.

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus diberikan serta minta pertolongan orang lain.

4. Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak daripenyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

b. Menghemat devisa negara

ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi subsidi rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta menggurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang di rawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.

(42)

d. Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.3.7 Nilai Nutrisi Air Susu Ibu

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula.

Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI.

Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI juga mengandung asam

(43)

lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina

mata.

d. Karnitin

Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

e. Vitamin

Vitamin terdiri dari : (1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah terjadinya perdarahan. (2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi. Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. (3) Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan

f. Mineral

Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yan terdapat di dalam susu formula (IDAI, 2008).

(44)

2.3.8 Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningkat pada hari 10-14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa enam bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun (Prasetyono, 2009)

2.3.9 Lama dan Frekuensi Menyusui

Pada hari pertama setelah persalinan, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan selama 4-6 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu di isap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh disusukan selama 10 menit, setelah produksi ASI cukup. Bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan sampai lebih dari 20 menit).

Menyusukan selama 15 menit bisa dilakukan jika prosuksi ASI cukup dan ASI keluarnya lancar. Jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 64 ml dan 5 menit terakhir kurang lebih 16 ml (Soetjiningaih, 1997).

2.3.10 Masalah-Masalah dalam Menyusui Menurut PERINASIA (2003)

a. Masa Antenatal

Pada masa antenatal masalah yang sering timbul adalah kurang atau salah informasi dan puting susu datar atau terbenam.

(45)

1). Kurang atau Salah Informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan juga masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh banyak ibu atau petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa: (a) bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer, sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.

Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat laksans. (b) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yan dapat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. (c) Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau tidak.

2).Puting Susu Datar atau Terbenam

Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hisapan langsung bayi yang kuat

b. Masa Pasca Persalinan Dini

Pada masa ini kelainan yang sering terjadi adalah: Puting susu datar atau terbenam, puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses

(46)

1). Puting Susu Lecet

Pada keadaan ini sering kali ibu menghentikan menyusui karena puting susu sakit.

Yang perlu dilakukan adalah: (a) Olesi puting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali memberikan obat lain seperti krim, salep dan lain-lain. (b) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam. (c) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan alat pompa karena nyeri. (d) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun

2). Payudara Bengkak

Pada payudara bengkak tampak payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa atau diisap ASI tidak akan keluar.

Untuk mencegah hal itu terjadi maka diperlukan (a) Menyusui dini. (b) Perlekatan yang baik. (c) Menyusui bayi harus lebih sering

3). Mastitis atau Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak yang diikuti nyeri dan panas serta suhu tubuh meningkat. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap atau dikeluarkan atau penghisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju atau BH.

(47)

c. Masa Pasca Persalinan Lanjut

Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang dan ibu bekerja.

1). Sindrom ASI Kurang

Ibu merasa ASI-nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya saja ibu yang kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup.

2). Ibu Bekerja

Seringkali alasan pekerjaan membuat ibu berhenti menyusui. Ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja: (a) Susui bayi sebelum bekerja. (b) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja. (c) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu bekerja. (d) Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui diganti sehingga banyak menyusui di malam hari. (e) Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah dimulai sejak satu bulan sebelum kembali bekerja. (f) Minum dan makan makanan yang bergizi selam bekerja dan menyusui

2.3.11 Alasan Pemberian ASI Eksklusif

Bayi normal sudah dapat disusui segera sesudah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua menit pada setiap ibu yang melahirkan karena : (a) Air yang pertama atau kolostrum mengandung beberapa benda penangkis yang dapat mencegah infeksi pada bayi. (b) Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis . (c) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap

(48)

dalam saluran pencernaan. ASI tidak menyebabkan bayi menjadi gemuk berlebihan.

(d) ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik dari pada susu buatan manapun oleh karena mengandung benda penangkis, suci hama, segar, dan tersedia setiap waktu (Wiknjosastro, 2005)

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan, diantaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga.

Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh ASI Eksklusif.

ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat di dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa serta 0,2 % zat gizi lainnya yang berupa DHA, DAA dan shypnogelin (Prasetyono,2009).

2.4 Landasan Teori

Ibu menyusui bayinya secara eksklusif, yaitu ASI tanpa makanan ataupun minuman lainnya sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan.

Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia (Prasetyawati, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice). Kurangnya

(49)

pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih akan menyebabkan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka rendah pengetahuan tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan terhadap pemberian ASI sehingga pemberian ASI tidak dapat dilakukan (Welford, 2008).

Menurut Notoadmodjo (2010) sikap ibu mengenai ASI eksklusif merupakan sikap terhadap faktor-faktor yang berkaitan tentang peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Dalam Pemberian ASI Eksklusif : 1. Umur

Menurut Wawan & Dewi (2010) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

Menurut Rahayu (2007) bahwa umur dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayinya. Pada dasarnya ibu yang berumur muda tidak mau memberikan ASI disebabkan karena takut merasa sakit pada saat menyusui dan takut payudaranya akan rusak. Ibu yang berumur antara 26-30 tahun lebih mengerti tentang pentingnya memberikan ASI pada bayinya. Wanita dewasa berumur antara 36-40 tahun yang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya bukan berarti mereka tidak mengerti akan manfaat pemberian ASI pada bayinya, tapi hal ini lebih dihadapkan pada kurangnya produksi ASI.

(50)

2. Paritas

Pengalaman menyusui bagi ibu merupakan suatu riwayat menyusui yang akan mempengaruhi proses menyusui selanjutnya. Menurut Nelson (2000) pengalaman menyusui yang baik akan mendorong keinginan ibu untuk menyusui kembali pada kelahiran bayi berikutnya. Sebaliknya pengalaman yang buruk akan membuat ibu menjadi trauma untuk mulai menyusui kembali. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengalaman ibu sehubungan dengan pemberian makanan bayi. Hal ini berkaitan dengan jumlah anak yang pernah disusui ibunya, di mana menurut Sajogyo et al.

(1994) perlu ada jarak antara kelahiran anak yang satu dengan kehamilan berikutnya setidaknya 18 bulan sampai 2 tahun agar ibu memiliki kesempatan untuk menyusui.

Keadaan fisik ibu akan terlalu berat jika harus menyusui dan hamil lagi. Di samping itu kehamilan juga akan mengurangi jumlah ASI yang dikeluarkan bahkan mungkin berhenti sama sekali.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat, 2005). Menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

Menurut Firmansyah dan Mahmudah (2012) yang mengutip pendapat Salfina Tahun 2003 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus

(51)

sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02%

masih membuang kolostrumnya.

4. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu bekerja menghabiskan waktu ditempat kerja sehingga kecil kemungkinan untuk menyusukan atau mempengaruhi terhadap intensitas menyusui, sedangkan ibu yang tidak bekerja dapat dengan mudah meyusukan anak apabila anak membutuhkan

5. Informasi

Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dan melihat dan mendengar sendiri. Seseorang yang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

6. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh dari pihak luar diri subyek yang disertai pemahaman pada informasi yang diterima. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara bertanya kepada orang lain, pengalaman sendiri, mendengarkan cerita orang atau melalui media massa. Pengetahuan tentang manfaat

(52)

breastfeeding (menyusui) berpengaruh kuat terhadap awal dan periode menyusui. Ibu

yang mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui sebelum melahirkan bayi merupakan langkah mencapai keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif.

Suradi (2004) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu mau menyusui karena ibu mengetahui cara menyusui yang benar, manfaat, dan keunggulan ASI. Faktor tersebut merupakan pendorong yang mampu memberikan dukungan kepada ibu untuk berhasil menyusui. Hal ini sama dengan pendapat Widjaya (2002) bahwa faktor yang mengakibatkan seorang ibu tidak termotivasi untuk menyusui bayi di antaranya karena kurangnya informasi yang diperoleh ibu tentang manfaat dan keunggulan ASI serta ketidaktahuan ibu untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI pada masa menyusui. Kendala dalam meningkatkan penggunaan ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan tentang menyusui di mana banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka kurang pengetahuannya tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan (Welford, 2008).

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan baik, diperlukan manajemen yang baik dalam menyusui, meliputi: perawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya (Mansjoer et al. 2000). Dengan demikian ibu yang ingin berhasil dalam menyusui sebaiknya mempersiapkan diri dengan mempelajari sebanyak mungkin pengetahuan dasar ASI eksklusif dan manajemen laktasi (Riordan dan Auerbach 1998). Pengetahuan tentang manfaat dan keunggulan ASI eksklusif dari

(53)

berbagai penelitian sebenarnya sudah dikenal luas oleh masyarakat namun dari penelitian tersebut terungkap bahwa hanya sedikit ibu yang mengetahui bahwa ASI dapat mencegah penyakit tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa wanita dari semua tingkat ekonomi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan mempunyai sikap positif terhadap upaya pemberian ASI, akan tetapi dalam prakteknya tidak selalu konsisten dengan pengetahuan mereka, sehingga walaupun pengetahuan dan sikap masyarakat positif, belum menunjukkan perilaku menyusui yang positif (Kasnodihardjo dan Budiarso 1996).

Pengetahuan tentang perawatan payudara perlu diperhatikan oleh ibu menyusui, hal ini diperlukan supaya ibu menyusui tidak mengalami kesulitan selama masa penyusuan pada bayinya. Adapun cara melakukan perawatan payudara dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi darah dan cairan limfe di daerah payudara, untuk merawat dan melatih puting susu, agar selalu bersih dan tahan terhadap mekanisme gesekan waktu bayi menyusu, dan untuk memperlancar pengeluaran kolostrum dan ASI. Untuk itu perawatan payudara sebaiknya sudah dilakukan sejak ibu hamil pada trimester akhir masa kehamilan. Mengurut payudara juga sangat diperlukan pada minggu-minggu pertama masa menyusui dan sepanjang masa menyusui. Pengetahuan ini seharusnya dimiliki oleh para ibu hamil supaya nantinya dapat memberikan ASI secara eksklusif.

(54)

7. Sikap

Sikap dapat memprediksi tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas (Azwar, 2000).

Sikap baik yang dimiliki oleh seseorang khususnya ibu post partum dalam pemberian ASI yang berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi hendaknya diterapkan dalam perilaku sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

(55)

2.5 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan pada bagan berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif.

Variabel indepanden dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan tersedianya sumber nformasi), pengetahuan mengenai ASI eksklusif, dan sikap mengenai ASI eksklusif.

Karakteristik Ibu 1. Umur

2. Paritas 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

5. Tersedia Sumber informasi

Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif

Sikap mengenai ASI Eksklusif

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey explanatory, dengan desain cross sectional yaitu untuk menjelaskan pengaruh karakteristik (umur, paritas,

pendidikan, pekerjaan dan sumber infomasi), pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo. Alasan pemilihan lokASI pemelitian ini karena berdasarkan hasill survei awal diperoleh gambaran bahwa pengetahuan dan sikap ibu menyusui mASIh rendah mengenai ASI eksklusif, cakupan ASI eksklusif tahun 2009-2010 tidak ada (0%) juga di Puskesmas Munte Kabupaten Karo belum pernah dilakukan penelitian ASI eksklusif. Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Arikunto 2007). PopulasiI dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

(57)

menyusui yang ada di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo, dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Februari Tahun 2013 sebanyak 126 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Arikunto 2007).

maka peneliti menggunakan rumus Lemeshow, dkk (1997), Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2

2 )

1 ) (

1 2 (

) (

) 1 ( )

1 (

o a

a a o

o

P P

P p

Z P P Z

n



 

 − + −

α β

Keterangan :

n : Besar sampel

Z(1 ) : Nilai DeviASI normal pada tingkat kemaknaan = 0,05 Z

=1,96

Z(1- ) : Kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila 10% Maka Z1- = 1,282 Po : Proporsi di populasi (ASI eklusif) : 0,594

Pa : Proporsi ASI eksklusif yang diharapkan yaitu : 0,75

Pa – Po : Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,156

( )

2

2

) 594 , 0 75 , 0 (

75 , 0 1 ( 75 , 0 282 , 1 ) 594 , 0 1 ( 594 , 0 96 , 1

− +

≥ − n

( )

2

2

) 156 , 0 (

19 , 0 282 , 1 241 , 0 96 ,

1 +

n

93 n

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian