1 SKRIPSI
Oleh
NURUL FADILAH 10539 112
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA DESEMBER 2016
i SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
NURUL FADILAH 10539 112
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA DESEMBER 2016
iv
NIM : 10539 1081 12
Jurusan : Pendidikan Fisika
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA Melalui Metode Inquiry Role Apparoach
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Desember 2016 Yang Membuat Pernyataan
v
NIM : 10539 1081 12
Jurusan : Pendidikan Fisika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Desember 2016 Yang Membuat Pernyataan
vi
berasal dari pada awan yang gelap
Calon manusia sukses tidak akan pernah mengeluh,
tapi akan sibuk memperbaiki diri
dari kesalahan yang pernah dibuatnya
Ingatlah...!!!
Jika tidak ada pundak untuk bersandar,
Masih ada lantai untuk bersujud...
Kupersembahkan karya sederhana ini tuk kedua orang tuaku
Ayahanda Amiruddin Musa dan Ibunda Hardianayang tercinta dan terkasih
Atas segala keringat, desah nafas, linangan air mata, untaian doa, serta
jutaan pengorbanan tak ternilai tuk mengais rezeki
Demi kesuksesan pendidikanku
viii
Alhamdulillah Rabbil Alamin, Untaian Zikir lewat kata yang indah terucap rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan kerendahan hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan manusia apa yang tidak diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada kekuatan, dan tiada kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan shalawat tercurah kepada Kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta umat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Skripsi ini berjudul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 8 Makassar Melalui Metode Inquiry Role Approach ” yang diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, senantiasa penulis harapkan dari semua pihak sebagai bahan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada bapak dan ibu kandung saya yang rela membiayai kuliah penulis dan juga kepercayaan diberikan
ix
Ma’ruf , S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II, yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya memberikan petunjuk, arahan dan motivasi kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada, Dr. H. Abd. Rahman Rahim,SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Nurlina S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, Ma’ruf, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar dan sekaligus sebagai penasehat akademik penulis, Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bimbingan yang diberikan kepada penulis selama di bangku kuliah.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Drs. H. Muh. Asrar, M.Pd.I selaku Kepala Sekolah SMAN 8 Makassar, Dra. Nurmawati selaku guru mata pelajaran fisika serta adik-adik peserta didik kelas XI IPA SMAN 8 Makassar atas segala pengertian dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
x
Fisika angkatan 2012 dalam suka dan duka serta teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya.
Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga tidak akan muat bila dicantumkan semuanya dalam ruang yang terbatas ini, kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih yang teramat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.
Makassar, Desember 2016 Penulis
xi
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Masalah Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Belajar Konsep ... 8
2. Pemahaman Konsep ... 9
3. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12
4. Konsep dan Karakteristik PBM... 16
5. Peran Guru Dalam PBM ... 19
6. Desain Masalah Dalam PBM ... 19
B. Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah ... 21
C. Kerangka Pikir... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28
xii
G. Teknik Analisis Data Penelitian ... 46 H. Indikator Keberhasilan ... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 50 1. Siklus I ... 50 2.Siklus II ... 64 3.Rekapitulasi Hasil Analisis Kuantitatif pada
Siklus I dan Siklus II ... 72 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 78 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 78
xiii
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada Siklus 1 ... 31 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada Siklus 2 ... 35
xiv
2.1 Alur Kerangka Pikir ... 24 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman konsep Fisika Setelah Proses
Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II ... 50 4.2 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan Siklus II ... 51
1
Metode Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat prosedural yaitu berisi tahapan tertentu. Suatu yang yang terpenting bagi seorang guru bukan hanya menyampaikan informasi dan bahan ajar kepada siswa, melainkan guru harus berusaha menciptakan agar siswa dapat memahami secara keseluruhan isi dari materi pelajaran yang disampaikan, agar proses belajar-mengajar menjadi berhasil, untuk itu seorang guru harus mampu mempersiapkan bahan-bahan untuk kegiatan belajar- mengajar di kelas serta merancang model-model pembelajaran yang sesuai agar siswa tidak bosan dan akan lebih menyenanginya. Banyak kejadian di lapangan siswa yang merasa bosan terhadap salah satu mata pelajaran dikarenakan metode yang digunakan oleh guru tidak mampu membuat siswa mengerti materi bahkan akan timbul persepsi yang negatif.
Dalam Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014, menjelaskan tentang kurikulum 2013 yang menuntut perubahan pola pikir guru dalam merancang dan mengelola proses pembelajaran berdasarkan pada pembelajaran saintifik di tingkat SMA. Siswa difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah data, menyajikan data, menyimpul-kan, dan mencipta. Proses ini sesuai dengan langkah-langkah dalam inkuiri.
Berdasarkan hasil observasi di SMAN 8 Makassar,terdiri dari 28 kelas yakni kelas X terbagi menjadi 10 kelas,kelas XI terdiri dari 9 kelas,dari 9 kelas
tersebut terdiri dari jurusan IPA dan IPS.Jurusan IPA terdiri dari 6 kelas,dan jurusan IPS terdiri dari 3 kelas. Begitupun dengan kelas XII Jurusan IPA terdiri dari 6 kelas,dan jurusan IPS terdiri dari 3 kelas,masing-masing kelas tersebut terdiri 36 dan 37 siswa setiap kelasnya.
Adapun nilai Ujian Nasional di SMAN 8 Makassar ini sudah 3 tahun berturut-turut meningkat setiap tahun, namun pada tahun-tahun sebelumnya nilai Ujian Nasionalnya kurang. Sementara itu hasil belajar Fisika siswa kelas X dan XI juga kadang meningkat kadang menurun namun lebih signifikan untuk meningkat terlebih pada hasil belajar Fisika siswa kelas XI IPA. Namun untuk lebih meningkatkan lagi hasil belajar Fisika siswa kelas X dan XI ada baiknya untuk mengubah metode belajar guru kepada siswanya.
Peneliti meneliti di kelas XI IPA 4, adapun jumlah siswanya yaitu 30 siswa. Nilai siswa pada kelas ini kadang naik kadang juga turun. Adapun persentase nilai siswa sebelum peneliti meneliti adalah 68,03 %. Karena nilai itulah peneliti akan meneliti di kelas ini.
Pada pelajaran Fisika, siswa merasa jenuh dengan cara guru menerangkan materi karena pada umumnya guru: 1) menerangkan lebih mendasar ke rumus saja,2) bagaimana menyelesaikan soal, 3) guru cenderung menjajalkan fakta,konsep dan teori,dan 4) guru kurang memberikan motivasi kepada siswanya,padahal siswa juga membutuhkan contoh dalam kehidupan sehari-hari dan demonstrasi dari guru agar siswa lebih mengerti dan paham. Dengan bekal kemampuan dan keterampilan dalam merancang metode-metode pembelajaran tentunya guru memahami dan menguasai materi serta mampu menentukan jenis
metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan digunakan dalam kegiatan belajar- mengajar di kelas. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar- mengajar Fisika adalah Metode Pembelajaran Inqiury Role Apparoach. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk belajar sendiri dan menemukan sendiri pengetahuan dengan cara pendekatan kepada siswa. Proses pembelajarannya lebih berpusat kepada siswa.
Pembelajaran fisika di beberapa sekolah kebanyakan hanya mengandalkan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru dengan menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah disertai berbagai alasan klasik seperti waktu yang sangat sempit, kurikulum yang terlalu padat masih sangat mendominasi pembelajaran fisika di SMP. Guru menganggap siswa datang dan duduk di kelas tanpa membawa pengalaman-pengalaman namun kenyataanya siswa sering menemukan hal-hal yang berkaitan dengan konsep fisika dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini dibuktikan dengan begitu masuk kelas guru tanpa mempertimbangkan pengetahuan awal siswa langsung menjelaskan begitu saja materi-materi fisika yang akan diajarkan. Kegiatan belajar siswa hanya berdasarkan pada perintah atau tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Model seperti ini akan mengakibatkan siswa tidak mampu melaksanakan keterampilan proses fisika, akibatnya kegiatan pembelajaran menjadi kurang efektif.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan metode pembelajaran inquiry role approach. Menurut Sagala,[2] model inkuiri merupakan metode mengajar yang berusaha meletakkan dan mengembangkan cara berpikir ilmiah sehingga siswa dituntut lebih banyak
belajar sendiri serta mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah dan Piaget dalam Mulyasa[3] juga mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi.
Metode Pembelajaran Inquiry Role Apparoach merupakan suatu pendekatan kepada siswa agar siswa dapat mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran atau sesuatu yang diberikan oleh guru. Implementasi metode Inquiry Role Apparoach ini dalam pembelajaran Fisika melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.
Pembelajaran Fisika merupakan pengembangan pikiran yang rasional bagaimana kita dapat mereflesikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA Melalui Metode Inquiry Role Apparoach”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahannya adalah bagaimana metode pembelajaran Inquiry Role Apparoach dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa kelas XI SMAN 8 Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuannya yaituuntuk menganalisis metode pembelajaran Inquiry Role Apparoach dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa kelas XI SMAN 8 Makassar.
D. Manfaat Penelitian yang Dapat Diperoleh
Berdasarkan tujuan penelitian maka adapun manaat penelitiannya yaitu : 1. Bagi siswa,diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar, kemampuan
siswa,dan dapat memotivasi siswa dalam belajar dan memahami pelajaran Fisika.
2. Bagi guru sebagai bahan informasi dan masukan tentang langkah-langkah penggunaan metode pembelajaran Inquiry Role Apparoach untuk meningkatkan hasil belajar Fisika dan pemahaman siswa.
3. Bagi peneliti,sebagai wadah belajar dan latihan untuk menggali pengalaman dan wawasan khususnya di bidang Pendidikan Fisika.
6 A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori-teori Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif. Sejalan dengan itu, belajar dapat difahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Para ahli psikologi dan guru-guru pada umumnya memandang belajar sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.
Mempelajari dalam arti memahami fakta-fakta sama sekali berlainan dengan menghafalkan fakta-fakta. Suatu program pengajaran seharusnya memungkinkan terciptanya suatu lingkungan memberi peluang untuk berlangsungnya proses belajar yang efektif. Oleh karena itu, menurut Staton (1979:9) dalam Syaiful Sagala (2012), seharusnya keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan tingkatan perbedaan cara befikir, merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan sesudah memperoleh
pengalaman-pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Dengan kata lain, bila suatu kegiatan belajar telah berhasil, maka seharusnya berubah pulalah cara-cara pendekatan pelajar yang bersangkutan dalam mengahadapi tugas-tugas selanjutnya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) dalam Syaiful Sagala (2012), mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Sedangkan menurut Gagne (1975) dalam Syaiful Sagala (2012) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku seseorang. Karena dari sebagian besar perkembangan seseorang berlangsung melalui kegiatan belajar. Dalam belajar seseorang mengalami suatu proses untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara menyeluruh yang merupakan hasil dari pengalaman sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:
a. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori
penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
c. Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas.
Sedangkan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah: Ranah Kognitif, Ranah Afektif, Ranah Psikomotor.
Belajar fisika adalah suatu kegiatan yang memerlukan pemahaman konsep serta mampu mengaplikasikannya ke kehidupan nyata. Salah satu karakteristik fisika adalah keseluruhan objek kajiannya abstrak dan non abstrak, oleh karena itu untuk mempelajari fisika tertentu diperlukan cara khusus yang tidak sama dengan mempelajari mata pelajaran lain.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Suprijono (2009:4-5) dalam Thobroni (2011), prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip-prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.
c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. d. Positif atau berakumulasi.
e. Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig dalam Thobroni(2011), belajar sebagai “any relatively permanent change in an aorganism`s behavioral repertoire that accurs as a result of experience”. g. Bertujuan dan terarah.
h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya.
3. Metode Pembelajaran Inquiry Role Approach a. Pengertian Metode Pembelajaran
Milis berpendapat bahwa metode adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan metode itu”. Metode merupakan interpretasi tehadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Metode pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Metode pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Metode adalah deskripsi atau representasi fisik yang meningkatkan pemahaman tentang sesuatu yang tidak dapat secara langsung diamati atau penyederhanaan dari sejumlah aspek dunia nyata. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai orang mengajar siswa mengenai bahan pelajaran. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, meliputi mengatur dan mengorganisasi lingkungan ada disekitar siswa yang dapat mendorong siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan pengertian metode dan mengajar, maka metode mengajar diartikan sebagai suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
b. Pengertian Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dari
Schimidt dalam Amri (2010). Secara umum, inkuiri merupakan proses bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 199:NRC 2000) dalam Amri (2010).
Inkuiri adalah sebuah metode pembelajaran yang diambil dari konsep teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Selain dari teori konstruktivisme, inkuiri juga dipengaruhi oleh teori belajar kognitif. Dimana teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seorang memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Menurut teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bias diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu system instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks. 3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan
hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.
Menurut Suprijono (2009:22) dalam Muhammad Thobroni (2011), belajar dilihat dari perspektif kognitif merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioristik tampak lebih nyata hamper dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respon terhadap yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak.
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik, belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun di dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungannya.
Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran inkuiri:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk
mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur-unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
c. Metode Pembelajaran Inquiry Role Approach
Metode pembelajaran Inquiry Role Approach adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari empat orang untuk memecahkan masalah.keempat orang itu mempunyai peranan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang berperan sebagai koordinator tim, penasehat teknis, pencatat data serta evaluator proses. Anggota tim mengerjakan peranannya sesuai posisi dan bekerja sama antara satu dengan yang lainnya untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Peran yang dimaksudkan disini adalah tugas yang lebih spesifik yang harus dilakukan siswa sesuai dengan peran siswa tersebut dalam kelompok itu. Dimana, koordinator tim bertugas merumuskan masalah, penasehat teknis bertugas merumuskan hipotesis, pencatat data bertugas mengumpukan data, dan evaluator proses bertugas menguji hipotesis dan memberikan kesimpulan. Jadi diharapkan nantinya melalui proses ini
diperolehnya kesesuaian model pembelajaran dengan gaya belajar siswa tersebut.
d. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Inquiry Role Approach
Langkah-langkah pembelajaran metode pembelajaran Inquiry Role Approach sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru bertanggung jawab untuk membina suasana pembelajaran yang responsif. Berikut ini adalah beberapa tahapan langkah orientasi ini:
a) Menjelaskan tujuan dari topik yang akan dibahas dan capaian-capaian yang bisa didapat siswa dari proses belajar itu.
b) Menerangkan poin-poin kegiatan yang mesti dilakukan siswa untuk mencapai tujuan itu.
c) Menjelaskan tentang pentingnya topik yang akan menjadi pokok pembahasan.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah tahapan dimana siswa akan diajak untuk memecahkan dengan proses berpikir. Berikut ini beberapa poin penting dalam merumuskan masalah:
a) Siswa terlibat aktif dalam merumuskan masalah. Guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari dan rumusan masalah yang akan menjadi bahan untuk dikaji.
c) Guru mesti menjelaskan konsep-kosep masalah. 3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji.Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi yang dapat mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas mengambil informasi dalamrangka menguji kebenaran hipotesis.Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan informasi didapat dari upaya siswa untuk mengumpulkan data.Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Bahwa terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data diperoleh, menyebabkan kesimpulan dirumuskan tidak fokus terhadap masalah hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelebihan seperti yang diungkapkan oleh (M. Sutarno:2012) sebagai berikut:
1. Strategi pengajaran menjadi berubah dari bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi menjadi pengajaran menekankan kepada proses pengolahan informasi dimana siswa aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.
2. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
3. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dalam rangka transfer kepada situasi-situasi proses belajar baru.
4. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. 5. Memungkinkan siswa untuk belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
6. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Adapun kekurangan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.
2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
3. Harapan ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan pembelajaran secara tradisional. 4. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk
mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
B. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inquiry Role Apparoach 1. Pembuka
a) Usaha
Guru : Kata “usaha” atau “kerja” memiliki berbagai arti dalam percakapan sehari-hari. Namun dalam fisika, usaha memiliki arti khusus, untuk memaparkan bagaimana dikerahkannya gaya pada benda, hingga benda berpindah. Usaha adalah sesuatu yang dilakukan oleh gaya terhadap benda sehingga benda tersebut bergerak (mengalami perpindahan). Usaha dalam fisika adalah perkalian skala Gaya (F) dengan perpindahan benda.
Guru : Perhatikan Ilustrasi berikut, jika kalian mendorong meja dengan usaha W maka gaya yang timbul adalah sebesar F. Apabila kalian mendorong meja dengan usaha sebesar 2W maka berapakah gaya yang timbul ?
Siswa : 2F bu.
Guru : Berarti bagaimana hubungan W dan F ? Siswa : Sebanding bu.
dengan usaha sebesar W maka meja tersebut akan berpindah sejauh s. Apabila kalian mendorong meja dengan 2W maka berapakah perpindahannya ?
Siswa : 2S bu.
Guru : Jadi, bagaimana hubungannya W dan S ? Siswa : Sebanding bu.
Guru : Bagus, Jadi dan sehingga rumus untuk usaha adalah , yaitu dengan W = usaha (joule), F= gaya yang bekerja pada benda (newton), S= perpindahan (m)
b) Energi
Guru : Sekarang kita pindah ke energi, Energi dapat diubah daru suatu bentuk ke bentuk lainnya. Sebuah buku yang anda pegang tinggi di udara memiliki energi potensial. Pada saat buku anda dijatuhkan,energi potensialnya hilang karena ketinggian di atas tanah berkurang. Pada saat yang sama,buku itu mempunyai energi kinetik,karena kecepatannya bertambah. Jadi peristiwa tersebut terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik. Seringkali perubahan energi melibatkan perpindahan energi dari satu benda ke benda lainnya. Pada busur panah yang melengkung tersimpan energi potensial yang kemudian di ubah menjadi energi kinetik ketika anak panah dilepaskan pada tarikannya.
Guru : Jadi hubungan antara usaha dan energi itu sangat erat karena pengertian energi adalah kemampuan dalam melakukan usaha (W). Saat kita melakukan usaha maka energi yang kita keluarkan akan berubah menjadi bentuk energi yang lain. Dan dalam perubahan energi tersebut kita telah melakukan suatu usaha. Ini berarti usaha adalah sama besar dengan energi yang digunakan.
Guru : Pembuktian rumus usaha dengan energi bukti berhubungan yaitu , yaitu dengan EK= Energi Kinetik (Joule), m=massa (kg) , dan v= kecepatan (m/s). Juga berhubungan dengan hukum II Newton yaitu F=m.a. Usaha yang dilakukan oleh suatu benda terkait dengan perpindahan benda, yaitu perubahan posisi benda. Usaha ini akan memberikan tambahan energi pada suatu benda yang disebut dengan energi kinetik, yaitu energi yang dimiliki oleh suatu benda karena geraknya. Untuk menghitung besar energi kinetik dengan menggabungkan rumus usaha W=F.s, rumus GLBB untuk kecepatan awal V2= 2as, dan hukum II newton F=m.a. Yaitu dengan W= Usaha (Joule) , F= Gaya (Newton), s= perpindahan (m), a=percepatan (m/s2), dan v=kecepatan (m/s). Jadi apakah kalian dapat menyimpulkan rumus dari hubungan antara usaha dengan energi, berhubungan dengan penjelasan yang ibu berikan tadi ?
Siswa : Mengerti bu karena berhubungan juga dengan rumus hukum II newton dan GLBB , jadi dapat dirumuskan dengan :
( ) ( ) Dengan : W = Usaha (J) a = percepatan (m/s2) F = Gaya (N) v = percepatan (m/s) S = Perpindahan (m) m = Massa (kg) 2. Inti
Guru : Sekarang kita akan melaksanakan kegiatan praktikum tentang usaha dan energi. Perhatikan alat dan bahan yang diperlukan yaitu :
stopwatch, balok kayu, katrol, beban gantung, penggaris, benang, dan spidol. Adapun formatnya praktikumnya yaitu :
1. Susunlah alat percobaan seperti gambar di bawah ini :
F= m.a
2. Sepanjang lintasan balok M, tandai garis start (1) dan garis finish (2) dengan menggunakan kertas yang disesuaikan, kemudian ukurlah jarak kedua garis ini, catat sebagai s ke dalam tabel pengamatan (Tabel 1)
3. Catat massa balok kayu M dan beban gantung m yang tertulis dalam tabel pengamatan (Tabel 1)
4. Hitung nilai percepatan sistem a melalui hukum II newton, catat ke dalam tabel pengamatan (Tabel 2) Hitung pada tempat yang telah disediakan pada bagian ”C”
5. Lepaskan balok kayu dari posisi start dan catatlah waktu yang diperlukan untuk mencapai garis finish atau dari posisi 1 ke posisi 2 sebagai t.
6. Hitunglah kelajuan balok kayu untuk sampai di garis finish kemudian catatlah dalam tabel pengamatan dengan menggunakan persamaan GLBB v = vo + a.t dan v2 = vo2 + 2.a.s
7. Lakukan langkah 3-6 secara berulang dengan menambahkan beban gantung satu per satu.
8. Hitunglah besarnya perubahan energi kinetik balok kayu dengan menggunakan persamaan :
∆Ek = ½ m.v2 – ½ m.v o2
M
Keterangan :
v = kecepatan akhir vo = kecepatan awal
m = massa total (massa balok kayu M + massa beban gantung) Data hasil percobaan dan analisis hasil eksperimen
Berdasarkan data hasil pengamatan pada percobaan yang telah dilakukan catat hasil pengukuran ke dalam tabel berikut :
Tabel 1
Jarak (s) = ... cm = ... m Massa balok kayu (M) = ... gram = ... kg Massa balok (m) = ...gram = ... kg
No. m (kg) t (s) vo (m/s) v (m/s)
1 2 3
Tabel 2
No. W (joule) ∆Ek (joule)
1 2 3
3. Penutup
Guru : Baiklah, setelah kalian mempelajari tentang usaha dan energi dan melakukan praktikum, apakah kalian sudah mengerti ?
Siswa : Mengerti bu.
Guru : Sekarang apakah ada yang bisa memberikan kesimpulan dari materi pembelajaran hari ini ?
Siswa : Usaha terjadi ketika energi dipindahkan dari satu sistem ke sistem lainnya . Diartikan sebagai gaya (F) yang dilakukan untuk memindahkan benda sejauh perpindahanya (s). Adapun rumus dari usaha yaitu W= F.s yaitu W= Usaha (J) , F= Gaya (N), dan s= Perpindahan (m). Enegi merupakan kemampuan melakukan usaha. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari suatu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Energi ada dua yaitu energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik (EK) adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda yang bergerak, sedangkan energi potensial (EP) adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena posisi atau kedudukan benda tersebut. Usaha dan energi sangat erat hubungannya yaitu usaha dan energi kinetik karena masih berhubungan dengan materi hukum II Newton yang dapat dipakai dengan rumus F= m.a yaitu F= Gaya (N), m= Massa (kg) ,dan a= Percepatan (m/s2).
Guru : Bagus sekali. Oleh karena itu ibu akan memberikan tugas rumah untuk dikerjakan di rumah agar kalian lebih mengerti apa itu usaha dan energi.
Siswa : Baik bu.
Guru : Sekian pertemuan kita pada pembelajaran hari ini, dan tugasnya akan dikumpul pada pertemuan berikutnya.
C. KERANGKA PIKIR
Proses pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa yang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Hasil belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang di atur oleh guru. Jadi dalam proses pembelajaran guru diharapkan tidak sekedar menyuapi siswa dengan materi pelajaran, tetapi guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri. Guru memberikan bimbingan bagaimana siswa dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan memiliki motivasi sehingga terlibat secara aktif agar memperoleh kebermaknaan belajar.
Keberhasilan metode pengajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dipandang efektif jika dapat meningkatkan hasil belajar dan memperkecil kesulitan siswa untuk memahami pelajaran yang telah diajarkan.
Pembelajaran fisika dengan menggunakan Metode Pembeljaran Inquiry Role Approach dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran fisika dengan menemukan sendiri pembelajaran sesuai apa yang ia temukan dalam kehidupan sehari-hari dengan berbantuan guru sebagai fasilitator. Pemberian pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry Role Approach dapat membuat siswa belajar secara bermakna, dimana siswa tidak lagi seluruhnya mendapatkan pelajaran dari guru melainkan mereka menemukan sendiri pembelajaran sesuai apa yang mereka lihat dilingkungan sekitar mereka. Inquiry Role Approach merupakan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Metode ini dianggap paling efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal berdasarkan kemampuan berpikir kritis dan gaya belajar siswa karena dalam model ini siswa tidak hanya dituntut aktif dalam memecahkan masalah ilmiah, tetapi juga siswa dapat berperan sesuai dengan karakteristik kemampuan berpikir kritisdan gaya belajar tersebut.Kemampuan berpikir kritismerupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis juga dapat diartikan keharusan dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan keilmuan. Selain itu,
berpikir kritis juga digunakan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam memecahkan masalah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi akan mampu berhasil dalam hasil belajar. Sebaliknya siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah akan gagal dalam hasil belajar. Selanjutnya diberikan metode pembelajaran yang menyenangkan, metode yang penulis gunakan adalah metode Inkuiri, di mana metode ini menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertayangkan. Jadi, tidak hanya waktu akan diadakan ulangan saja belajar. Siswa yang memiliki gaya belajarnya sendiri bisa terlihat dari bagaimana ia membuat dan melaksanakan jadwal belajar, bagaimana membaca dan membuat catatan, caranya mengurangi dan mempersiapkan bahan pelajaran, serta dari cara menyelesaikan tugas rumah yang diberikan guru. Setelah melakukan pembelajaran mengabstrasikan tek laporan hasil observasi mereka akan mampu melakukan pembelajaran tersebut menggunakan metode Inquiry.
Berdasarkan hal diatas, pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Inquiry Role Approach dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Proses Belajar
Mengajar di Kelas
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
- Guru membuat RPP dan Silabus
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
- Guru hanya bertindak sebagai fasilitator
- Siswa memperhatikan guru. - Siswa membentuk kelompok
dalam rangka menemukan jawaban dari hipotesis yang diajukan.
Metode Pembelajaran Inquiry Role Apparoach
Tindakan Melalui Penelitian, guru menggunakan metode Inquiry role approach dalam pembelajaran Fisika materi mengabstraksikan teks laporan hasil observasi.
Pembelajaran menyenangkan dan siswa menjadi aktif
Siswa menjadi aktif dan termotivasi belajar sehingga hasil belajar fisika siswa akan meningkat
30
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research,)yakni salah satu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipasif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya (Kunandar, 2011: 46). Pada mata pelajaran Fisika tingkat SMA.
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Makassar, di Jalan A.Mangarangi No.24 Tamalate, Kec.Makassar, Sulawesi Selatan. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan tahun ajaran baru 2016-2017 , yaitu bulan Agustus sampai bulan Oktober. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK membutuhka nbeberapa siklus yang memerlukan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
31 dari 30 siswa.
C. Prosedur Penelitian
Adapun implementasi metode pembelajaran inquiry role apparoach terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam penelitian tindakan kelas ini, dilakukan dengan beberapa siklus hingga memperoleh peningkatan variabel yang diukur. Dalam setiap siklus, akan dimulai denganmemberikan pre test diawal pembelajaran dan melakukan pendekatan kepada siswa,dan diakhiri dengan memberikan post test atau evalusi setelah dilakukan pemberian metode pembelajaran Inquiry Role Approach pada kelas.
1. Siklus 1
a.) Perencanaan (Planning)
Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini yaitu merefleksikan dan menganalisis masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran serta mencari alternatif pemecahan masalahnya. Pada tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan instrumen pembelajaran dan instumen penelitian yang meliputi: silabus, RPP,lembar observasi yang terdiri dari lembar kegiatan gurudan lembar kegiatan siswa,materi ajar,dan tes hasil belajar Fisika siswa.
1. Silabus adalah salah satu instrument pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
2. RPP yang digunakan pada penelitian ini adalah sesuai dengan format RPP Permendikbud No.103 Tahun 2014. Pada penelitian ini peneliti menyelesaikan Unit II dengan materi Gerak Harmonik Sederhana dengan beberapa kompetensi dasar yakni :
a. Kompetensi Dasar : 1.2 Menerapkan konsep tegangan dan regangan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kompetensi Dasar :2.2 Menerapkan konsep dan prinsip energi hukum hooke.
c. Kompetensi Dasar : 3.2 Mengidentifikasi susunan paralel dan susunan seri.
d. Kompetensi Dasar : 3.3 Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran.
3. Menyusun instrument tes hasil belajar fisika siswa dalam bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah butir soal 40 nomor untuk siklus 1.
4. Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan metode inquiry role approach.
5. Bahan bacaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan bacaan yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada inquiry role approach. Adapun jumlah bahan bacaan yang digunakan pada siklus 1 adalah sebanyak 3 bahan bacaan yaitu pada materi tegangan dan regangan, hukum hooke ,dan periode dan frekuensi.
6. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan pada siklus 1 dalam penelitian ini adalah hasil rancangan dari peneliti dengan mengacu pada metode inquiry role approach. Jumlah LKPD yang digunakan pada siklus 1 ini adalah sebanyak 4 LKPD.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan kegiatan penelitian dengan menerapkan Inquiry Role Apparoach (pendekatanperan).Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama direncanakanakan dilaksanakans elama enam
kali pertemuan.Untuk lima pertemuan pada siklus pertama akan dilakukan proses pembelajaran dengan menerapkan inquiry role apparoach sedangkan untuk satu pertemuan terakhir akan dilaksanakan dengan memberikan tes untuk menilai hasil belajar fisika siswa.
Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan perencaaan awal sebelum melakukan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang diberikan adalah menggunakan metode inquiry role approach. Tahap pelaksanaan tindakan siklus 1 ini dilakukan selama 4 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 27 September 2016. Pada pertemuan ini, setelah guru melakukan kegiatan apersepsi, seperti: menyiapkan peserta didik, memberi salam, berdoa, Mengecek kehadiran peserta didik, serta menyampaiakn tujuan pembelajaran. Guru memperkenalkan peneliti kepada peserta didik serta menyampaiakn tujuan penelitian dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan nantinya. Setelah itu peneliti menjelaskan materi taegangan dan regangan.
Setelah peserta didik mendengarkan penjelasan guru kemudian memandu peserta didik untuk membentuk kelompok dengan dibatasi 4-5 orang perkelompoknya. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk agar siswa lebih mudah menemukan sendiri dan melakukan praktikum,kemudian guru mempertegas maksud dan tujuan peneliti, kemudian guru memberikan eksperimen tentang tegangan dan regangan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 30 September 2016. Pada pertemuan ini guru terlebih dahulu melakukan kegiatan apersepsi, seperti: menyiapkan peserta didik, memberi salam, berdoa, mengecek kehadiran peserta didik, serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran guru kemudian memberikan motivasi kepada peserta didik agar semangat belajarnya dapat meningkat.
Kemudian guru menjelaskan materi Hukum Hooke. Peneliti kemudian membagi kelompok yang terdiri dari 4 orang per kelompok untuk melakukan praktikum Hukum Hooke. Setelah itu peneliti menyuruh perwakilan per kelompok mempresentasikan hasil praktikumnya di depan kelas.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Oktober 2016. Pada pertemuan ini, guru memulai pembelajaran dengan melakukan kegiatan apersepsi seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan peserta didik terkait materi yang telah diajarkan sebelumya serta meminta tanggapan dan komentar peserta didik terkait materi tersebut. Penerapan metode ini membuat para peserta didik lebih aktif dalam dalam proses pembelajaran.Setelah itu, guru memberikan materi susunan pegas.
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jumat, 07 Oktober 2016. Pada pertemuan ini guru melakukan kegiatan apersepsi seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai pada pertemuan ini, Setelah itu, guru menambahkan kegiatan
pembukaan pembelajarannya dengan tanya jawab, memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan tanggapan dan komentar terkait materi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Setelah mendengarkan tanggapan dan komentar dari peserta didik guru kemudian menyampaikan materi pelajaran yaitu periode dan frekuensi, guru menjelaskan teori periode dan frekuensi kemudian cara mensimulasikan periode dan frekuensiserta memperlihatkan simulasi rangkaian yang akan digunakan pada pertemuan kali ini. Setelah itu guru membagi kelompok dan menyuruh siswa melakukan praktikum.
Setelah semua kelompok berhasil melakukan praktikum tentang periode dan frekuensi, guru kemudian memberikan kesimpulan mengenai materi yang sudah dibahas serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan tanggapan terhadap materi yang belum dipahami. Pada pertemuan ini peserta didik terlihat lebih aktif dibandingkan pada pertemuan sebelumnya, Peserta didik mulai terbiasa mengemukakan ide dan pertanyaannya di depan kelas.
Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada Siklus 1
No. Hari/Tanggal Pertemuan
ke Kegiatan/Materi Metode
1.
Senin/ 26 September
2016
1 Perkenalan dan observasi keadaan peserta didik
Metode Inquiry Role Approach 2. Selasa/ 27 September 2016 2 Mengajar, menjelaskan dan mendidik peserta didik untuk melakukan eksperimen tentang Tegangan dan regangan.
Metode Inquiry Role
c) Observasi (Observing)
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yaitu lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa. Kedua lembar observasi ini diisi oleh observer pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Jumat/30 September 2016 3 Mengecek pemahaman siswa tentang tegangan dan regangan kemudian menjelaskan materi Hukum Hooke setelah itu mengarahkan peserta didik untuk melakukan praktikum tentang Hukum Hooke. Metode Inquiry Role Approach 4. Selasa, 04 Oktober 2016 4 Melakukan pendalaman materi tentang Hukum Hooke kemudian melanjutkan dengan materi Susunan Pegas sebagai materi baru, selanjutnya peserta didik diarahkan ke
Laboratorium IPA untuk melakukan praktikum tentang susunan pegas seri dan paralel.
Metode
Inquiry Role Approach
5. Jumat/07
Oktober 2016 5
Pada pertemuan ini siswa melakukan praktikum tentang Periode dan Frekuensi.
Metode Inquiry Role
Approach 6. Selasa / 11
d) Refleksi (Reflecting)
Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus pertama, baik dari segi keterlaksanaan pembelajaran dengan kegiatan guru maupun kegiatan siswa melalui metode pembelajaran inquiry role apparoach. Jika pada siklus pertama belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar fisika siswa, maka perlu adanya suatu tindakan lagi sehingga peneliti akan melanjutkan pada siklus selanjutnya.
Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus I didapatkan hasil refleksi sebagai berikut:
a. Guru telah mampu mengelolah dan melaksanakan kegiatan peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry role approach. Hal ini berdasarkan data hasil pengamatan dalam lembar observasi bahwa hanya sebagian kecil peserta didik yang tidak memeperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
b. Dalam melakukan percobaan terdapat beberapa anggota kelompok yang kurang efektif. Setelah pembelajaran siklus I selesai, guru menanyakan pendapat peserta didik yang bersangkutan tentang kelompoknya. Ternyata peserta didik yang kurang efektif dalam kerja kelompok selama siklus I berlangsung penyebabnya adalah diganggu sama temanya.
c. Dari hasil tes evaluasi pertama pada siklus I ini, peserta didik yang tuntas belajar 16 peserta didik, sedangkan yang belum tuntas belajar 14 peserta
didik. Ketuntasan belajar individual belum tercapai dengan melihat nilai rata-rata kelasnya 28,83 yang seharusnya mencapai kriteria ketuntasan minimalnya yaitu 40,00.
d. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok yang heterogen, yaitu berdasarkan nilai fisika sebelum dilakukan penelitian ini, setiap kelompok terdapat anggota yang memiliki nilai yang tinggi dengan tujuan peserta didik yang memiliki nilai yang tinggi bisa membimbing teman kelompoknya.
e. Pada saat Kuis Tim berlangsung, banyak peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari kelompok lain, karena banyak siswa merasa sulit dimengerti bahasa soal yang diberikan oleh kelompok lain. Tetapi banyak siswa yang menanggapi benar salahnya jawaban dari kelompok lain disebabkan satu kelompok rata-rata mengetahui jawaban dari pertanyaan yang mereka buat
f. Banyaknya peserta didik meminta hadiah sebagai penghargaan ketika dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar dan pada saat setelah mempersentasekan hasil diskusinya.
g. Setelah melakukan diskusi antara guru dengan peserta didik mengenai soal tugas rumah yang diberikan terdapat beberapa hal yang membuat nilai tugas menurun pada beberapa pertemuan yaitu, terlalu sulit soal, bahasa soal yang kurang dimengerti. Sedangkan pada nilai kelompok dari hasil kerja LKPD yang membuat nilai menurun dibeberapa pertemuan karena prosedur kerja pada LKPD yang masih kurang dimengerti sehingga peserta
didik membutuhkan bimbingan guru yang lebih banyak.
Secara garis besar, pelaksanaan siklus pertama berlangsung cukup baik, maka perlu beberapa perbaikan dan dilanjutkan ke siklus berikutnya, karena berdasarkan hasil evaluasi, skor rata-rata kelas belum terpenuhi dan ketuntatasan klasikal belum tercapai. Agar kemampuan peserta didik lebih mudah dalam menemukan jawaban, bekerjasama dengan kelompok dapat ditumbuh kembangkan dan hasil belajar peserta didik dapat lebih ditingkatkan, maka upaya perbaikan pada siklus berikutnya seperti hal di bawah ini:
a. Lebih memperketat pengawasan kepada peserta didik yang sering melakukan kegiatan yang kurang positif di dalam kelas dan memberikan sanksi kepada peserta didik yang masih melakukan hal yang kurang positif di dalam kelas, seperti disuruh berdiri atau biasa ditulis namanya,
b. Guru lebih memotivasi peserta didik untuk berani menjawab pertanyaan dari kelompok lain, berani memberikan tanggapan, serta berani tampil ke depan pada saat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru menginformasikan bahwa keberanian peserta didik merupakan salah satu aspek yang akan dinilai oleh guru.
c. Memberikan motivasi kepada semua kelompok dengan memberitahukan bahwa kelompok yang semua anggota kelompoknya aktif atau saling kerjasama dalam menyelesaikan LKPD, kelompok yang paling cepat menyelesaikan LKPD, kelompok yang mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompoknya, serta aktif dalam menjawab pertanyaan dari
kelompok lain akan mendapat penghargaan berupa nilai.
d. Memperbaiki bahasa soal yang mudah dimengerti oleh peserta didik dan memperbaiki bahasa pada prosedur kerja yang terdapat didalam LKPD untuk mempermudah jalannya percobaan.
e. Melatih peserta didik dalam membuat soal yang tepat.
2. Siklus 2
a.) Perencanaan (Planning)
Dari refleksi siklus pertama, maka akan dilanjutkan perbaikan pada siklus kedua. Pada tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan instrumen pembelajaran dan instumen penelitian yang meliputi: RPP,lembar observasi yang terdiri dari lembar kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa,materi ajar, dan tes hasil belajar Fisika siswa.
1. RPP yang digunakan pada penelitian ini adalah sesuai dengan format RPP Permendikbud No.103 Tahun 2014. Pada penelitian ini peneliti menyelesaikan Unit II dengan materi Gerak Harmonik Sederhana dengan beberapa kompetensi dasar yakni :
a. Kompetensi Dasar: 3.1Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran.
b. Kompetensi Dasar :3.2 Menerapkan konsep dan prinsip energi dalam gerak harmonik sederhana.
c. Kompetensi Dasar : 3.3 Menganalisiskonsepenergi, usaha, hubungan usaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyelesaikan permasalahan gerak dalam kejadian sehari-hari.
2. Menyusun instrument tas hasil belajar fisika siswa dalam bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah butir soal 40 nomor untuk siklus II.
3. Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan metode inquiry role approach.
4. Bahan bacaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan bacaan yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada inquiry role approach. Adapun jumlah bahan bacaan yang digunakan pada siklus II adalah sebanyak 2 bahan bacaan yaitu pada materi Gerak Harmonik Sederhana dan Usaha dan Energi.
5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan pada siklus 1 dalam penelitian ini adalah hasil rancangan dari peneliti dengan mengacu pada metode inquiry role approach. Jumlah LKPD yang digunakan pada siklus II ini adalah sebanyak 2 LKPD.
b.) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan kegiatan penelitian dengan menerapkan Inquiry Role Apparoach (pendekatanperan).Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama direncanakanakan dilaksanakan selama lima kali pertemuan.Untuk empat pertemuan pada siklus pertama akan dilakukan proses pembelajaran dengan menerapkan inquiry role apparoach sedangkan untuk satu pertemuan terakhir akan dilaksanakan dengan memberikan tes untuk menilai hasil belajar fisika siswa.
Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada Siklus 2
No. Hari/Tanggal Pertemuan
ke Kegiatan/Materi Metode 1. Jumat/ 14Oktober 2016 7 Mengajar dan menjelaskan materi Simpangan,kecepatan dan percepatan kemudian mengarahkan peserta Metode Inquiry Role Approach
didik untuk melakukan eksperimen tentang Simpangan,kecepatan dan percepatan. 2. Selasa/ 18Oktober 2016 8 Menjelaskan tentang materi gerak harmonik sederhana secara umum dan mengecek pemahaman siswa tentang materi sebelumnya yaitu Simpangan,kecepatan dan percepatan. Metode Inquiry Role Approach 3. Jumat/ 21Oktober 2016 9
Pada pertemuan ini siswa menuju pada materi baru atau pada bab baru yaitu Usaha dan Energi. Peserta didik langsung saya arahkan ke
Laboratorium IPA untuk melakukan praktikum tentang materi Usaha dan Energi. Metode Inquiry Role Approach 4. Selasa/ 25Oktober 2016 10 Siswa melakukan pendalaman materi tentang usaha dan energi dan mengecek pemahaman siswa.
Metode Inquiry Role Approach
5. Jumat/
28Oktober2016 11 TES SIKLUS DUA
c.) Observasi (Observing)
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yaitu lembar observasi
kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa. Kedua lembar observasi ini diisi oleh observerpadasaat proses belajarmengajarberlangsung.
d.) Refleksi (Reflecting)
Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus pertama, baik dari segi keterlaksanaan pembelajaran dengan kegiatan guru maupun kegiatan siswa melalui metode pembelajaran inquiry role apparoach. Pada siklus kedua ini, peneliti berhasil meningkatkan hasil belajar fisika siswa, walaupun masih bisa dilanjutkan ke siklus berikutnya, namun peneliti sudah berhasil pada siklus kedua.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002: 136). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memantau kegiatan guru dan kegiatan siswa, dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta pada saat diterapkannya metode pembelajaran Inquiry Role Apparoach pada siswa. Lemba robservasi ini terdiri dari lembar observasi kegiatan siswa dan lemba robservasi kegiatan guru. Lembar observasi ini digunakan pada saat memulai siklus pertama hingga selesai.