• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PADAT TANAM RUMPUT LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PADAT TANAM RUMPUT LAUT"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PADAT TANAM

RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa PADA SISTEM POLIKULTUR DENGAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN AKUAKULTUR

AGUSTINA RISKA INDRIYANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENINGKATAN PADAT TANAM RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa PADA SISTEM POLIKULTUR DENGAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN AKUAKULTUR

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

Agustina Riska Indriyani C14080008

(3)

ABSTRAK

AGUSTINA RISKA INDRIYANI. Peningkatan padat tanam rumput laut Gracilaria verrucosa pada sistem polikultur dengan ikan nila Oreochromis niloticus dalam rangka peningkatan produksi dan perbaikan lingkungan akuakultur. Dibimbing oleh IRZAL EFFENDI dan ERINA SULISTIANI.

Rumput laut mampu menyerap limbah nitrogen dan fosfat yang dihasilkan oleh ikan, dan menggunakan kualitas air ini untuk pertumbuhan, serta memperbaiki media hidup ikan nila hingga diperoleh kondisi optimal untuk pertumbuhan dan peningkatan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tanam terbaik rumput laut yang dipelihara bersama ikan nila sebagai upaya peningkatan produksi dan efisiensi lingkungan budidaya. Ikan nila (ukuran 1,8-2,0 gram) ditebar dengan kepadatan tanam 100 ekor/m3 di akuarium berukuran 90x30x40 cm (81 L) pada media bersalinitas 20 ppt dan dipolikultur bersama rumput laut dengan berbagai kepadatan, yaitu 0, 200, 400, dan 600 gram/m3. Hasil penelitian menujukkan bahwa peningkatan padat tanam rumput laut (x) mengakibatkan peningkatan laju pertumbuhan harian ikan nila (y), sesuai persamaan y = 2,030 + 0,00686x – 0,0000016x2 + 0,0000001x3, dengan R2=76,7%. Perlakuan 0, 200, 400, dan 600 gram/m3 (x) menghasilkan laju pertumbuhan harian ikan nila (y) 2,03, 2,91, 3,05, dan 3,12 % per hari secara berurutan masing-masing padat tanam (p<0,05), dan memiliki tingkat kelangsungan hidup 72,84, 85,19, 90,12, dan 91,36% secara berurutan (p<0,05).

Hasil pengukuran kimia air menunjukkan bahwa peningkatan padat tanam rumput laut akan mengurangi konsentrasi amonium, nitrit, nitrat dan fosfat. Pengurangan unsur hara perlakuan 0, 200, 400, dan 600 gram/m3 terbesar pada nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-) yaitu 0%, 77,67±0,17, 86,36±0,78, 94,95±2,02. Jadi, padat tanam 600 gram/m3 rumput laut meningkatkan produksi ikan nila dengan laju pertumbuhan harian 3,12 % per hari dan menghilangkan unsur hara paling besar.

(4)

ABSTRACT

AGUSTINA RISKA INDRIYANI. Increasing of planting density of seaweed (Gracilaria verrucosa) at polyculture system with tilapia (Oreochromis niloticus) for production enhancement and environmental improvement. Supervized by IRZAL EFFENDI and ERINA SULISTIANI.

Seaweed can absorb nitrogen and phospat waste generated by fish, and use this nutrient for growth, and also to improve the rearing media of tilapia to optimum condition for growth and enhance production. The objective of this research is to determine the best stocking density of seaweeds which polycultures with tilapia as an effort for increasing the productivity and efficiency of aquaculture. Tilapia (1.8-2.0 gram) were reared with stocking density at 100 individual/m3 in aquarium 90x30x40 cm (81 L) at 20 ppt salinity medium and polycultured with seaweed in different stocking densities are 0, 200, 400, and 600 gram/m3. The result research showed that the increasing of planting density of seaweed (y) caused increasing the growth rate (x) of tilapia following equation y

= 2.030 + 0.00686x – 0.0000016x2 + 0.0000001x3, with R2=76.7%, growth rate of tilapia at different planting density (x) of 0, 200, 400, and 600 gram/m3 are 2.03, 2.91, 3.05, dan 3.12% per day, respectively and result survival rate 72.84, 85.19, 90.12, dan 91.36% respectively (p<0.05). Result of chemical water showed that increasing stocking density of seaweed can decreasing ammonium, nitrite, nitrate, and phosphate. Nutrient removal at 0, 200, 400, dan 600 gram/m3 of seaweed, highest at nitrogen when nitrate (NO3-

) type are 0, 77.67±0.17, 86.36±0.78, 94.95±2.02% respectively (P<0.05). The conclusion this research is at stocking density 600 gram/m3 of seaweed can enhance production of tilapia with growth rate 3.12 % per day and can remove the nutrient in nitrate (NO3-

) as highest.

(5)

PENINGKATAN PADAT TANAM

RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa PADA SISTEM POLIKULTUR DENGAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN

AKUAKULTUR

AGUSTINA RISKA INDRIYANI C14080008

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(6)

Judul : Peningkatan padat tanam rumput laut Gracilaria verrucosa pada sistem polikultur dengan ikan nila Oreochromis niloticus dalam rangka peningkatan produksi dan perbaikan lingkungan akuakultur

Nama Mahasiswa : Agustina Riska Indriyani Nomor Pokok : C14080008

Progam Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Departemen : Budidaya Perairan

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Irzal Effendi, M.Si Ir. Erina Sulistiani, M.Si NIP.19640330 198903 1 003 NIP. 19680308 200701 2 002

Diketahui,

Kepala Departemen Budidaya Perairan

Dr. Odang Carman, M.Sc NIP.19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus:

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian yang berjudul “Peningkatan padat tanam rumput laut Gracilaria verrucosa pada sistem polikultur dengan ikan nila Oreochromis niloticus dalam rangka peningkatan produksi dan perbaikan lingkungan akuakultur” dilaksanakan dengan dasar keinginan penulis untuk mengetahui penyerapan limbah budidaya ikan nila oleh rumput laut dengan sistem polikultur. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuatik, SEAMEO BIOTROP.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ir. Irzal Effendi, M.Si dan Ir. Erina Sulistiani, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi penelitian ini. Dr.

Dedi Jusadi selaku Pembimbing Akademik, Dr. Eddy Supriyono, M. Sc dan Dr. Mia Setiawati, M.Si selaku dosen penguji tamu.

2. Ayahanda Immanuel Buyung Suwandi, Ibunda Th Umi Prasetyowati serta Adek Oktavianus Wisnu Pramudya yang selalu memberikan doa, dukungan moral maupun material. Keluarga besar Tjokro Aminoto dan Ahmad.

3. SEAMEO BIOTROP yang menyediakan fasilitas penelitian. Staff dan karyawan Laboratorium Kultur Jaringan Services Laboratory SEAMEO BIOTROP (Pak Syamsul, S.Si, Pak Dede, Pak Iwan, Pak Iyus, Mbak Rina) serta laboratorium Air dan Udara (Mbak Gita, Pak Dika, Pak Uus).

4. Kakak kelas Matius Aditya Permana Samosir, S.P atas bantuan, dukungan, dan semangat selama menjalani perkuliahan dan penelitian.

5. Anastasia Novi, Sri Bonasi, dan Rosa Bintang teman terdekat di BDP selalu ada saat senang dan duka. BDP PATMO yang memberikan dukungan dan bantuan.

6. Teman-teman di pendamping, KeMaKI yang telah memberikan bekal pengetahuan, dan pendamping 2009.

Semoga skipsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Juli 2012 Agustina Riska Indriyani

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Semarang pada 21 Agustus 1990, merupakan putri pertama dari pasangan Immanuel Buyung Suwandi dan Theodora Umi Prasetyowati.

Tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pojoksari dan melanjutkan pada tingkat sekolah dasar SD Negeri Pojoksari hingga 2002. Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Pangudi Luhur Ambarawa selama tiga tahun dan berakhir pada 2005. Pada tahun yang sama melanjutkan di SMA Negeri 1 Salatiga selama 3 tahun dan pada tahun 2008 penulis masuk masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun 2009 penulis resmi diterima di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi dan kepanitiaan di kampus. Beberapa kepanitian yang pernah diikuti adalah Natal CIVA IPB sebagai bagian acara, BDP Cup sebagai bagian medis, OMBAK sebagai bagian dekorasi dan masih ada yang lainnya. Organisasi yang pernah diikuti adalah KeMaKI yaitu komunitas Keluarga Mahasiswa Katolik IPB.

Penulis juga memperoleh beasiswa PPA dari semester tiga hingga delapan.

(9)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.4 Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Ikan Nila Oreochromis niloticus ... 5

2.2 Rumput Laut Gracilaria verrucosa... 5

2.3 Sistem Budidaya Polikultur ... 7

III. BAHAN DAN METODE ... 8

3.1 Waktu dan Tempat ... 8

3.2 Rancangan Percobaan ... 8

3.3 Analisis Data ... 11

3.4 Parameter yang Diukur dan Pengumpulan Data ... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.2 Pembahasan ... 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan... 57

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN

(10)

ii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Feeding Convertion Ratio (FCR) dan Efisiensi Pemberian Pakan (EPP) ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan ... 25 2. Nitrogen dalam air yang dikeluarkan oleh ikan nila Oreochromis niloticus

pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan

(mg/L). ... 26 3. Perubahan kualitas air pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35

hari pemeliharaan. ... 37 4. Konsentrasi protein rumput laut (Gracilaria verrucosa) sebelum dan

sesudah perlakuan pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 37 5. Perbandingan analisis usaha kegiatan budidaya monokultur dan polikultur

rumput laut dan ikan nila. ... 56

(11)

iii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rumah kaca tempat sistem budidaya polikultur ikan nila dan rumput laut ... 9 2. Sistem Top Filter pemeliharaan ikan nila dan rumput laut ... 9 3. Penambahan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai

padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 17 4. Persamaan penambahan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) pada

berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 17 5. Panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam

rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 18 6. Persamaan panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai

padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 19 7. Laju pertumbuhan harian ikan nila (Oreochromis niloticus) pada

berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 20 8. Pertumbuhan bobot relatif ikan nila (Oreochromis niloticus) pada

berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 21 9. Pertumbuhan biomasa rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada

berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 22 10. Persamaan laju pertumbuhan harian Rumput Laut (Gracilaria

verrucosa) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 23 11. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) pada

berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 24 12. Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) pada berbagai padat tanam

rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 27 13. Persamaan konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) pada berbagai padat

tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 28 14. Konsentrasi nitrit (NO2-

) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 29 15. Persamaan konsentrasi nitrit (NO2-) pada berbagai padat tanam rumput

laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 30

(12)

iv 16. Konsentrasi nitrat (NO3-

) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 31 17. Persamaan konsentrasi nitrat (NO3-

) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 32 18. Konsentrasi fosfat (PO43-) pada berbagai padat tanam rumput laut

selama 35 hari pemeliharaan. ... 33 19. Persamaan konsentrasi fosfat (PO43-

) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan. ... 34 20. Daya serap nitrogen (N uptake) pada berbagai padat tanam rumput laut,

selama 35 hari pemeliharaan. ... 35 21. Daya serap fosfat (P uptake) pada berbagai padat tanam rumput laut,

selama 35 hari pemeliharaan. ... 36 22. Tingkat konsumsi oksigen ikan nila (Oreochromis niloticus) pada bobot

ikan 1.8 gram, 1.9 gram, dan 2.0 gram dengan kepadatan 100 ekor/m3 selama 180 menit dalam wadah tertutup. ... 38 23. Persamaan tingkat konsumsi oksigen ikan nila (Oreochromis niloticus)

pada bobot ikan 1.8 gram, 1.9 gram, dan 2.0 gram dengan kepadatan 100 ekor/m3 selama 180 menit dalam wadah tertutup. ... 39 24. Tingkat konsumsi oksigen rumput laut (Gracilaria verucosa) pada

berbagai padat tanam rumput laut, saat terpapar cahaya matahari (6000- 14000 lux) dan hubungannya dengan waktu selama 180 menit dalam wadah tertutup. ... 40 25. Persamaan tingkat konsumsi oksigen rumput laut (Gracilaria verucosa)

pada berbagai padat tanam rumput laut, saat terpapar cahaya matahari (6000-14000 lux) dan hubungannya dengan waktu selama 180 menit dalam wadah tertutup. ... 41 26. Tingkat konsumsi oksigen rumput laut (Gracilaria verucosa) pada

berbagai padat tanam rumput laut, saat tanpa terpapar cahaya matahari dan hubungannya dengan waktu selama 180 menit dalam wadah tertutup. ... 42 27. Persamaan tingkat konsumsi oksigen rumput laut (Gracilaria verucosa)

pada berbagai padat tanam rumput laut, saat tanpa terpapar cahaya matahari dan hubungannya dengan waktu selama 180 menit dalam wadah tertutup. ... 43 28. Tampak fisik kematian ikan nila (Oreochromis niloticus) di wadah

pemeliharaan monokultur (a) dan polikultur (b) ... 52

(13)

v DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Standar pengukuran nitrogen pada rumput laut (Kjeldahl Method) (Aoac,1980) ... 62 2. Prosedur pengukuran fosfat pada rumput laut (Wet Ashing) L.L.Reitz,

W. H. Smith, and M. P. Plumlee, Animal Science Department, Purdue University, West Lafayette,Ind ... 63 3. Penetapan kadar TAN, nitrat (NO3--N), nitrit (NO2--N), dan total fosfat

(PO43-

-P) ... 65 4. Bobot (gram) dan laju pertumbuhan harian (%) Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) pada minggu ke- 0, 1, 2, 3, 4, 5. ... 66 5. Bobot (gram) dan laju pertumbuhan harian (%) Rumput Laut

(Gracilaria verrucosa) pada minggu ke- 0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 67 6. Nilai kelangsungan hidup dan bobot mati ikan nila pada minggu ke-0,

1, 2, 3, 4, 5. ... 68 7. Nilai bobot, produksi N ikan nila, retensi N rumput laut, dan N di air

dengan perlakuan padat tanam yang berbeda. ... 69 8. Kualitas air (suhu, DO, pH, cahaya) pada media pemeliharaan ikan nila

dan rumput laut. ... 70 9. Analisis ragam bobot total ikan nila (Oreochromis niloticus) pada

minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 71 10. Analisis ragam laju pertumbuhan harian ikan nila (Oreochromis

niloticus) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 72 11. Analisis ragam kelangsungan hidup (SR) harian ikan nila (Oreochromis

niloticus) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 73 12. Analisis ragam pertumbuhan bobot relatif ikan nila (Oreochromis

niloticus) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 74 13. Analisis ragam FCR ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 75 14. Analisis ragam Efisiensi pemberian pakan ikan nila (Oreochromis

niloticus) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 76 15. Analisis ragam laju pertumbuhan rumput laut (Gracilaria verrucosa)

pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 77

(14)

vi 16. Penyerapan nitrogen rumput laut (Gracilaria verrucosa) terhadap

limbah buangan ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 78

17. Penyerapan fosfat oleh rumput laut (Gracilaria verrucosa) terhadap limbah buangan ikan nila (Oreochromis niloticus) ... 79

18. Analisis ragam konsentrasi protein rumput laut (Gracilaria verrucosa) ... 80

19. Analisis ragam jumlah nitrogen yang dikelurakan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 81

20. Analisis ragam konsentrasi TAN (NH4+) ikan nila (Oreochromis niloticus) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ... 82

21. Analisis ragam konsentrasi nitrit (NO2- ) pada pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 83

22. Analisis ragam konsentrasi nitrat (NO3- ) pada pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 84

23. Analisis ragam konsentrasi fosfat (PO43- ) pada pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-0, 1, 2, 3, 4, 5 ... 85

24. Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Nila (Oreochromis niloticus) selama 180 menit perlakuan pada wadah tertutup dan bobot berbeda ... 86

25. Tingkat Konsumsi Oksigen Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) selama 180 menit perlakuan pada wadah tertutup dan terpapar cahaya matahari. ... 87

26. Tingkat Konsumsi Oksigen Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) selama 180 menit perlakuan pada wadah tertutup dan tanpa terpapar cahaya matahari... 88

27. Peralatan pengukuran harian dan kualitas rumput laut ... 89

28. Perhitungan prospek usaha polikultur ... 90

29. Perhitungan prospek usaha monokultur ... 92

(15)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila adalah salah satu komoditas unggulan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dan termasuk dalam ikan ekonomis tinggi. Tahun 2010 produksinya mencapai 464.191 ton, lebih tinggi 43,54% dibandingkan produksi pada 2009 yang hanya 323.389 ton (Ferdiansyah 2011). Selain itu, ikan nila mampu dipelihara dalam kisaran salinitas yang lebar, dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang layak untuk kehidupan ikan nila antara 0–35 permil (Mege 1993).

Ikan nila yang bersifat euryhaline, menjadi keuntungan tersendiri bagi pembudidaya. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Proses adaptasi ikan nila terhadap lingkungan bersalinitas dikenal dengan ikan nila salin.

Program adaptasi ikan nila ke wadah pemeliharaan bersalinitas, merupakan pengembangan wilayah budidaya, sehingga tidak hanya dapat dipelihara di kolam air tawar tetapi dapat dilakukan di tambak air payau. Hal ini menjadi strategi peningkatan produktifitas ikan nila melalui teknologi perluasan wilayah budidaya intensif khususnya pada lahan darat terbatas sehingga dapat secara kontinyu memenuhi permintaan konsumen yang terus mengalami peningkatan.

Ikan membutuhkan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan, sumber energi tersebut diperoleh dari makanan. Makanan dicerna dalam tubuh ikan dan digunakan sebagai sumber protein, karbohidrat, lemak maupun mineral lain yang berguna bagi pertumbuhan ikan. Namun, akan terdapat sisa metabolisme yang dikeluarkan ikan berupa feses dan urin mengandung nitrogen dalam bentuk NH3

yang berbahaya dan mineral fosfat dalam bentuk PO43-

yang berbahaya bagi tubuh ikan jika terakumulasi di perairan dalam jumlah yang berlebih. Ikan mengalami penurunan pertumbuhan dan peningkatan kematian saat kondisi perairan dalam keadaan kualitas air berlebih. Oleh karena itu dibutuhkan agen pembersih atau bioremediator seperti alga dan tanaman air di lingkungan budidaya ikan nila yang mampu mengurangi konsentrasi nitrogen dan mineral fosfat di lingkungan budidaya, salah satunya adalah rumput laut.

(16)

2 Ikan nila dapat dibudidaya bersama rumput laut jenis Gracilaria verrucosa di tambak secara polikultur, karena rumput laut jenis ini mampu hidup di kisaran salinitas lebar 5-25 ppt (Novia 2011) sehingga mampu dibudidaya di tambak payau. Selain itu, G. verrucosa lebih efektif dalam menyerap limbah budidaya dalam bentuk amoniak dan nitrat, berbeda dengan Kappaphycus alvarezzi yang lebih efektif dalam menyerap ortofosfat.

Polikultur dilakukan bertujuan untuk saling menguntungkan antara organisme satu dengan yang lainnya dalam satu wadah budidaya yang sering disebut dengan simbiosis mutualisme (integrated multi-trophyc aquaculture) (Zhou et al. 2006), sebagai contoh sistem polikultur rumput laut dan ikan maupun udang. Rumput laut mempunyai peran ekologis dalam wadah pemeliharaan budidaya, yaitu mampu berfotosintesis dan menghasilkan oksigen, serta mampu menyerap nitrogen dalam bentuk NH4+, NO3- dan fosfat dalam bentuk ortofosfat melalui thallus. Rumput laut bersifat seperti tanaman darat, mampu menyerap nitrogen untuk pertumbuhan, penyerapan nitrogen dan fosfat oleh rumput laut dapat mengurangi konsentrasi nitrogen sisa hasil metabolisme ikan maupun udang yang dikeluarkan melalui ginjal atau insang yang dapat membahayakan kehidupan jika terakumulasi dalam jumlah yang besar. Kondisi kualitas air yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan biota secara maksimal.

Selain ikan nila, produk akhir yang dihasilkan dalam sistem budidaya polikultur adalah rumput laut. Rumput laut menghasilkan produk bernilai jual tinggi berupa agar yang terkandung di dalam badan talus dan sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar-agar. Total produksi pada tahun 2010 sebesar 3.915.017 ton berat basah, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan targetnya yang sebesar 2.672.800 ton sehingga capaian target produksi rumput laut secara nasional sebesar 146,48% (Ferdiansyah 2011). Selain itu, sistem polikutur mampu mengatasi permasalahan keterbatasan lahan perikanan dan pemanfaatan tambak udang iddle.

Hasil identifikasi lapang di Pantai Utara (Pantura) Jawa terdapat 180.844 hektar (ha) tambak udang yang kondisinya makin rusak karena degradasi lingkungan dan 93.455 ha tambak bandeng perlu direvitalisasi. Sepanjang 2012, KKP berupaya merevitalisasi 82.870 ha tambak udang tidak produktif di Pantura

(17)

3 Jawa, terutama Jabar dan Banten. Targetnya, 62.650 ton udang bisa dihasilkan dari program itu. Tambak bandeng yang akan direvitalisasi seluas 93.455 ha untuk memperoleh tambahan produksi 207.466 ton. Produksi yang diharapkan sebesar 530.850 ton rumput laut kering (Utama 2012).

Pengembangan sistem akuakultur yang mampu menghasilkan produktifitas tinggi dalam kondisi wilayah terbatas. Sistem ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan wilayah laut dan payau, serta memanfaatkan tambak produktif yang tidak terpakai. Oleh karena itu perlu pengembangan lebih lanjut tentang sistem budidaya polikultur ikan nila Oreochromis niloticus dan rumput laut Gracilaria verrucosa dalam peningkatan produksi dan perbaikan lingkungan akuakultur, sehingga dapat diketahui padat tanam rumput laut yang diperlukan agar menciptakan lingkungan budidaya secara optimal dan meningkatkan laju pertumbuhan ikan nila.

1.2 Perumusan Masalah

Suatu sistem teknologi dan manajemen budidaya ikan tidak terlepas dari manajemen pemberian pakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Suplai energi utama pada pemeliharaan ikan nila berasal dari pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan masuk ke dalam tubuh dan sebagian terbuang (uneaten feed), pakan yang masuk ke dalam tubuh sebagian akan terserap dan tercerna, sedangkan selebihnya diekskresikan melalui insang dan lubang pengeluaran dalam bentuk amoniak, karbondioksida, mineral, urea, dan H2S. Oleh karena itu wadah pemeliharaan akan banyak mengandung nitrogen (N) dalam bentuk amoniak, nitrit maupun nitrat dan mineral fosfat yang dapat merusak kualitas air dan menyebabkan kematian pada ikan nila dalam kondisi berlebih. Konsentrasi nitrogen dalam bentuk TAN yang dapat ditoleransi ikan nila adalah sebesar 2 mg/L dan fosfat pada konsentrasi kisaran 1-5 mg/L pada kondisi perairan air laut (Effendi 1997). Salah satu pengembangan lain dari budidaya ikan nila di air payau adalah kegiatan budidaya bersama dengan rumput laut sebagai bioremediator atau agen penyerap nitrogen dan fosfat pada lingkungan budidaya ikan.

(18)

4 Rumput laut dapat berfungsi sebagai bioremediator lingkungan, karena memiliki kemampuan menyerap nitrogen dalam bentuk ammonium (NH4+

) dan nitrat (NO3-

) mineral fosfat dalam bentuk ortofosfat dari lingkungan untuk pertumbuhan yaitu sebagai sumber energi berbentuk protein dan mineral, dan melakukan fotosintesis pada siang hari sehingga meningkatkan oksigen di wadah pemeliharaan. Budidaya ikan nila dapat dilakukan bersama dengan rumput laut G.

verrucosa pada media bersalinitas 20 ppt dalam sistem polikultur. Ikan nila BEST mampu dibudidaya pada media bersalinitas 20 ppt (Mege 1993) dan pertumbuhan optimal rumput laut jenis ini terdapat pada kisaran salinitas 15-25 ppt (Novia 2011).

Dengan demikian, dalam sistem polikultur terjadi interaksi antara ikan nila dan rumput laut, yaitu limbah nitrogen dan fosfat yang dikeluarkan ikan nila diserap oleh rumput laut sebagai hara yang mendukung pertumbuhannya, sehingga kualitas air budidaya ikan nila tetap optimal. Hal ini menimbulkan suatu permasalahan yaitu jumlah padat tanam rumput laut yang dapat ditanam sehingga optimal dalam menyerap limbah nitrogen dan fosfat buangan budidaya ikan nila.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah padat tanam rumput laut sehingga diketahui kemampuan rumput laut dalam menyerap limbah (amonium dan nitrat) budidaya ikan nila dan menghasilkan laju pertumbuhan maksimal ikan nila. Penelitian ini dapat diaplikasikan kepada pembudidaya ikan nila O. niloticus dan rumput laut G.verrucosa dalam sistem budidaya polikultur.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah rumput laut dengan kepadatan tinggi mampu menyerap limbah budidaya ikan nila lebih banyak. Pada kepadatan rumput laut yang tinggi, menghasilkan laju pertumbuhan ikan nila yang tinggi.

Semakin tinggi padat tanam rumput laut akan semakin memperbaiki lingkungan akuakultur.

(19)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila, Oreochromis niloticus

Dari segi pertumbuhan, ikan nila tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan yang betina. Kondisi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ikan nila adalah suhu 24-30 oC, pH 7-8, dan salinitas 0-20 ‰. Bahkan beberapa jenis ikan nila dapat hidup dan toleran sampai dengan salinitas 40 ‰ walaupun tidak dapat bereproduksi (Mege, 1993).

Beberapa jenis ikan tilapia mempunyai potensi yang dianggap layak untuk dipelihara di lingkungan kondisi kadar garam yang sangat luas, dan toleransi terhadap kadar garam merupakan suatu karakteristik biologi utama spesies tilapia yang dapat dipertimbangkan untuk menilai kelayakan pengembangannya.

Lingkungan wadah pemeliharaan ikan nila memiliki siklus yang diawali dengan ikan diberi pakan, kemudian pakan yang tidak termakan, feses, dan hasil metabolisme ikan akan masuk ke wadah pemeliharaan, mikroorganisme akan mendekomposisi bahan organik sehingga mengakibatkan peningkatan total TAN nitrogen (TAN) dan nitrit, keduanya sangat berbahaya bagi ikan pada konsentrasi rendah, selanjutnya TAN diubah menjadi nitrit, nitrat, dan gas nitrogen (Putra 2010).

Kebutuhan nutrisi ikan terpenuhi dengan adanya pakan. Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi tumbuh adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Kebutuhan ikan terhadap protein dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya ukuran ikan, temperatur air, kadar pemberian pakan, konsentrasi energi dalam pakan yang dapat dicerna dan kualitas protein (Diamahesa 2010).

2.2 Rumput Laut, Gracilaria verrucosa

Gracilaria verrucosa memerlukan kualitas air seperti nitrogen dalam bentuk amonia dan nitrat dan fosfat dalam bentuk ortofosfat dalam wadah pemeliharaan untuk menunjang pertumbuhannya. Kualitas air masuk ke dalam jaringan tubuh rumput laut melalui proses difusi yang terjadi pada seluruh bagian

(20)

6 permukaan tubuhnya. Semakin sering proses difusi terjadi semakin cepat pula proses metabolisme sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama oleh adanya gerakan air (Doty 1971).

Isi dari sel hidup adalah protoplasma yang merupakan suatu larutan. Tubuh tumbuhan dibangun oleh sel-sel tumbuhan yang setiap intinya memiliki dinding sel selulosa. Dinding tersebut umumnya bersifat permeabel sehingga dapat dilewati air dan zat-zat terlarut di dalamnya. Dinding sel alga terdiri dari selulosa dan agar atau karagenan (Novia 2010).

Penyerapan nitrat dan nitrit oleh alga dipengaruhi oleh konsentrasi TAN dalam medium. Pada konsentrasi lebih besar dari satu mikrogram N-NH4-1 amonium hampir secara sempurna menekan penyerapan nitrat dan nitrit (Paasche dan Kristiansen, 1982). Sebagian besar alga uniselular lebih suka memanfaatkan amonium daripada nitrat. Penelitian Doty (1987) terhadap aliran air yang melewati lokasi Eucheuma menunjukkan bahwa ratio pemanfaatan N/P adalah 8,5 dalam bentuk nitrat, sedangkan penyerapan amonium oleh Eucheuma tidak terdeteksi.

Konsentrasi hara pada tanaman lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi hara pada lingkungan. Peristiwa pergerakan kualitas air terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi kualitas air tersebut. Peristiwa tersebut dikenal dengan mekanisme penyediaan hara secara difusi. Proses difusi ini dapat berlangsung karena konsentrasi beberapa ion dalam sitosol dipertahankan tetap rendah. Pengambilan nitrat oleh alga sangat bergantung pada cahaya dibandingkan dengan amonium. Pemanfaatan amonium oleh alga pada daerah kurang cahaya lebih efektif daripada nitrit dan nitrat.

Masuknya nitrogen ke dalam jaringan tubuh rumput laut melalui proses difusi yang terjadi pada seluruh bagian thalli rumput laut. Nitrogen yang diserap diproses melalui tahapan fiksasi nitrogen, nitrifikasi, asimilasi, dan denitrifikasi serta amonifikasi ini umumnya dilakukan oleh bakteri sedangkan proses asimilasi dilakukan oleh tumbuhan termasuk alga (Barsanti 2006).

Rumput laut membutuhkan nitrogen untuk menunjang pertumbuhan dan reproduksinya. Sebagian besar penyerapan nitrogen oleh rumput laut dilakukan melalui asimilasi nitrogen dalam bentuk TAN. Semakin tinggi padat tanam ikan

(21)

7 nila semakin banyak pula pakan yang diberikan dan total TAN nitrogen yang dihasilkan juga semakin bertambah. Nitrogen dalam bentuk terlarut ini dapat digunakan sebagai nutrien untuk rumput laut (Sakdiah 2009).

2.3 Sistem Budidaya Polikultur

Perkembangan teknologi akuakultur menunjukkan bahwa rumput laut dapat dibudidayakan dengan udang, bandeng, dan ikan nila di tambak.

Pengembangan budidaya polikultur dimaksudkan untuk meningkatkan produksi ikan dan rumput laut serta mengefektifkan penggunaan tambak dengan harapan dapat memperbaiki kualitas lingkungan budidaya.

Budidaya secara monokultur adalah dengan hanya memelihara rumput laut saja, sedangkan secara polikultur dilakukan bersama ikan, bandeng dan udang.

Budidaya ini didasari atas prinsip keseimbangan alam. Rumput laut berfungsi sebagai penghasil oksigen dan tempat berlindung bagi ikan-ikan dan udang dari predator dan sebagai biological filter. Ikan dan udang membuang kotoran yang dapat dipakai sebagai nutrien oleh rumput laut. Rumput laut menyerap CO2 terlarut hasil respirasi ikan dan udang. Secara umum, kehadiran rumput laut dalam tambak udang atau bandeng berdampak positif. (Sakdiah 2009)

(22)

8 III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan Febuari hingga April 2012 di Rumah Kaca, Laboratorium Kultur Jaringan, Services Laboratory, SEAMEO BIOTROP.

3.2 Rancangan Penelitian 3.2.1 Pengolahan Data

Rancangan penelitian yang digunakan berupa rancangan acak lengkap (RAL) dilihat dari keadaan tempat penelitian yang homogen, normal, dan adaptif.

3.2.2 Pelaksanaan Penelitian 3.2.2.1 Persiapan Wadah dan Air

Percobaan dilaksanakan di Rumah kaca laboratorium kultur jaringan Services laboratory SEAMEO BIOTROP, dengan menggunakan 12 akuarium dan sistem top filter. Pertama, wadah akuarium berukuran 90x30x40 cm dicuci dengan sabun dan dibilas bersih kemudian dikeringkan sebagai desinfektan wadah, instalasi aerasi dan resirkulasi dipasang sesuai dengan rancangan wadah.

Resirkulasi yang digunakan menggunakan sistem top filter dengan kasa sebagai filter fisik. Pompa filter yang digunakan berjenis AMARA. Besar masukan air (inlet) diatur hingga memiliki debit air 0,25 liter per detik sehingga mampu menimbulkan arus optimal 33-67 cm per detik (Zhou et al. 2006).

Air yang digunakan adalah air laut salinitas 35 ppt dicampur dengan air tawar 0 ppt sehingga media bersalinitas 20 ppt, fluktuasi salinitas terjadi karena penguapan dan penyerapan oleh filter, oleh karena itu stabilitas salinitas dilakukan dengan panambahan akuades hingga mencapai volume 81 L. Air bersalinitas 20 ppt yang digunakan didesinfektan terlebih dahulu dengan klorin 15 ppm selama 24 jam dan dinetralkan dengan Na-thiosulfat 7,5 ppm kemudian diaerasi kuat.

Berikut ini Gambar 1 dan 2 tempat pemeliharaan ikan nila dan rumput laut serta sistem resirkulasi top filter yang digunakan.

(23)

9 Gambar 1. Rumah kaca tempat

budidaya ikan nila dan rumput laut

Gambar 2. Sistem Top Filter pemeliharaan ikan nila dan rumput laut

3.2.2.2 Pengadaptasian Ikan Nila

Ikan nila berasal dari Balai Layanan Usaha Karawang berjenis ikan nila BEST berukuran 2-3 cm yang telah dibudidayakan pada media bersalinitas 3-5 ppt, dan ditransportasikan dengan media bersalinitas 0 ppt, sehingga saat di wadah pemeliharaan diadaptasikan ke media 0 ppt selama 14 hari kemudian dilakukan aklimatisasi terhadap salinitas secara bertahap yaitu setiap tiga hari salinitas dinaikkan 5 ppt kemudian dilihat respon adaptasinya. Ikan nila dipelihara dalam media terkontrol pada salinitas 20 ppt dan suhu dipertahankan 26-28 oC.

3.2.2.3 Pengadaptasian Rumput Laut

Rumput laut yang digunakan jenis Gracilaria verrucosa berumur satu bulan yang diperoleh dari Desa Langensari, Kecamatan Belanakan, Subang dengan salinitas awal 15 ppt dan dipelihara di tambak ukuran 1 ha dengan metode sebar , kemudian diadaptasikan ke media bersalinitas 20 ppt selama 7 hari. Setelah itu, ditimbang sesuai perlakuan dan dimasukkan ke media pemeliharaan sebelum ikan nila.

3.2.2.4 Pemeliharaan Polikultur Ikan Nila dan Rumput Laut

Wadah pemeliharaan disinari dengan sinar matahari langsung, sehingga intensitas cahaya sangat bervariatif, intensitas cahaya diukur dengen menggunakan lux-meter. Kegiatan berikutnya adalah pemeliharaan ikan nila bersama rumput laut secara polikultur, untuk mengetahui padat tanam rumput laut yang sesuai, ikan nila yang digunakan pada perlakuan berukuran 1,8-2,0 gram dengan panjang 3-5 cm. Padat tanam ikan nila adalah kepadatan 100 ekor/m3, setara dengan 27 ekor per 81 L air. Kepadatan rumput laut yang digunakan secara umum adalah 400 gram/m3 (Zhou et al. 2006) setara dengan 32,4 gram per 81 L

(24)

10 air. Penelitian utama terdiri dari empat perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali, yaitu:

Perlakuan 1) Padat tanam rumput laut 0 gram/m3 + 100 ekor/m3 ikan nila Perlakuan 2) Padat tanam rumput laut 200 gram/m3 + 100 ekor/m3 ikan nila Perlakuan 3) Padat tanam rumput laut 400 gram/m3 + 100 ekor/m3 ikan nila Perlakuan 4) Padat tanam rumput laut 600 gram/m3 + 100 ekor/m3 ikan nila

Feeding management yang dilakukan untuk pemeliharaan ikan nila yaitu ikan diberikan pelet udang bintang 581 dengan kandungan protein 38% dan FR 5%. Feeding time diberikan empat kali sehari pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, dan 16.00 WIB. Akuarium diisi air dengan ketinggian ¾ ketinggian akuarium. Media pemeliharaan diambil untuk dianalisis total amonia nitrogen (TAN), nitrit, dan nitrat sebelum biota penelitian dimasukkan. Penanaman bibit dilakukan saat cuaca teduh yaitu pagi hari, bibit yang digunakan sesuai kepadatan masing-masing wadah. Ikan nila dimasukkan setelah rumput laut. Rumput laut ditebar dengan metode sebar kemudian, pompa dari sistem resirkulasi top filter akan mendorong rumpun rumput laut ke arah bagian depan akuarium sehingga suplai cahaya matahari tercukupi dan terdapat aliran air yang mampu menggerakkan rumput laut dengan tanpa mengganggu pemanfaatan ruang pemeliharaan ikan nila.

3.2.2.5 Pengamatan

Penelitian ini dilaksanakan selama 35 hari. Rumput laut dan ikan nila dipelihara dalam media budidaya bersalinitas 20 ppt (Novia 2011) tanpa aplikasi pupuk. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dan rumput laut. Pengamatan kualitas air harian adalah suhu dengan menggunakan termometer, cahaya dengan menggunakan lux-meter, DO dengan menggunakan DO-meter Luxtron, dan salinitas dengan menggunakan refraktometer (Lampiran 27), sedangkan pengamatan mingguan meliputi TAN, nitrit, nitrat, dan total fosfat. Analisis proksimat dilakukan pada ikan nila dan rumput laut sebelum perlakuan, dan setelah perlakuan untuk mengetahui nitrogen dan fosfat yang terserap di thallus (Lampiran 1 dan 2).

(25)

11 3.3 Analisis Data

Parameter yang diuji secara ststistik adalah bobot ikan nila dan rumput laut sebelum dan setelah penelitian, laju pertumbuhan ikan nila dan rumput laut, kelangsungan hidup (SR) ikan nila, penyerapan nitrogen dan fosfat rumput laut, penghilangan nutrien atau unsur hara, serta parameter kualitas air TAN, nitrit, nitrat, dan total fosfat, dan kualitas air dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh diolah pada Microsoft Excel 2007 dan dianalisis ragam ANOVA (P<0,05) program SAS 9.1.3 dan korelasi regresi dengan menggunakan Minitab.

3.4 Parameter yang Diukur dan Pengumpulan Data 3.4.1 Parameter yang Diukur

3.4.1.1 Laju Pertumbuhan Harian

Pertumbuhan harian merupakan pertumbuhan ikan tiap harinya saat pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian (LPH) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 1997) :

[√

]

Keterangan : LPH : Laju pertumbuhan harian (% per hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (gram) Wo : Bobot rata-rata ikan pada saat hari ke-o (gram) t : Lama pemeliharaan (hari)

3.4.1.2 Penyerapan Nitrogen dan Fosfat

Menghitung penyerapan nitrogen dan fosfat dalam thallus rumput laut maka dilakukan langkah perhitungan sebagai berikut: sejumlah rumput laut melalui analisis proksimat kadar protein dan mineral fosfat akan diketahui jumlah nitrogen dan fosfat yang terkandung didalamnya (Lampiran 1). Nitrogen yang terkadung dalam thallus (N tissue) sama dengan seper enambelas dari nilai protein yang tertera. Setelah itu maka dilakukan perhitungan (Zhou et al. 2006) :

Penyerapan nitrogen = Laju pertumbuhan harian x N tissue 100

Penyerapan fosfat = Laju pertumbuhan harian x P tissue 100

(26)

12 3.4.1.3 Rasio Konversi Pakan (Feeding Convertion Ratio (FCR))

Rasio konversi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan (Effendi 1997). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui konversi pakan adalah:

( ) Keterangan : FCR : Feeding convertion ratio

Pa : Jumlah pakan yang diberikan (gram) Wi : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-i (gram) Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-o (gram) Wm : Bobot rata-rata ikan yang mati (gram) 3.4.1.4 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

Kelangsungan hidup (Survival Rate) adalah perbandingan antara jumlah total ikan yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah total ikan yang ditanam pada awal percobaan. Persamaan yang digunakan menurut Effendi (1997) adalah:

Keterangan: SR : Kelangsungan hidup

Ni : Jumlah ikan pada akhir pemanenan No : Jumlah ikan pada awal penebaran 3.4.1.5 Pertumbuhan Bobot Relatif (PBR)

Pertumbuhan bobot relatif adalah presentase biomasa ikan akhir dengan awal per biomasa awal. Rumus perumbuhan bobot relatif menurut Effendi (1997):

PBR = × 100%

Keterangan: PBR = Pertumbuhan Bobot Relatif (%)

Wo = Bobot ikan yang hidup di awal pengamatan (gram) Wt = Bobot ikan yang hidup di akhir pengamatan (gram) 3.4.1.6 Nutrient Removal (NR) atau penghilangan unsur hara

Sejumlah nutrien seperti nitrogen dan fosfat untuk rumput laut yang hilang di wadah pemeliharaan. Hal ini diperoleh dari rumus (Zhou et al. 2006) :

NR = 100 x (Ckontrol – Cpoli) Ckontrol

Keterangan : C = Konsentrasi nutrien (di kontrol maupun polikultur) Wo

Wo Wt

(27)

13 3.4.1.7 Jumlah Nitrogen dalam Air

Jumlah nitrogen yang dikeluarkan ikan nila dengan bobot biomassa tertentu dan dengan pemberian pakan sesuai FR. Hal ini dapat dihitung dengan memiliki data bobot ikan, feeding rate, dan kadar protein dalam pakan.

Perhitungan yang diambil berdasarkan Schryver et al. (2008) adalah :

N dalam air = Bobot Ikan x FR x Kadar Protein x N dalam Protein x 75%

Keterangan : N dalam protein = Seperenambelas dari kadar protein

75% = Nitrogen berasal dari pakan yang terbuang ke air (25% terserap tubuh ikan)

3.4.1.8 Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Nila dan Rumput Laut

Tingkat konsumsi oksigen pada ikan nila dan rumput laut diukur dengan merancang sebuah metode atau alat respirometer sederhana. Pengukuran ikan nila dilakukan pada bobot 1,8 gram, 1,9 gram, dan 2,0 gram sebanyak masing-masing 1 ekor pada 6 L media. Wadah berukuran 6 L dipersiapkan dan diisi dengan media bersalinitas 20 ppt, kemudian diaerasi selama 24 jam kemudian aerasi dihentikan dan diukur konsentrasi oksigen awal (jam ke-0), kemudian ikan nila dimasukkan dan konsentrasi oksigen terlarut diukur setiap 30 menit sampai jam ke-3. Hal ini juga berlaku untuk rumput laut dengan bobot pengukuran 200 gram/m3, 400 gram/m3, dan 600 gram/m3, tetapi wadah yang digunakan ada yang ditutup dengan plastik hitam dan ada yang dibiarkan terbuka, bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari sinar matahari terhadap proses fotosintesis dan nilai oksigen terlarut.

Penelitian tingkat konsumsi oksigen dilakukan dengan tiga kali ulangan pada setiap percobaan dan masing-masing wadah terdapat satu DO-meter. Wadah yang digunakan berukuran 6 L dengan sistem tertutup untuk menghindari difusi oksigen dari udara. Setiap 30 menit diamati perubahan nilai DO yang terlihat pada layar DO-meter sampai jam ke-3, metode ini menggunakan metode yang, setelah itu dimasukkan ke dalam rumus Pavlovskii (1964), yaitu :

  

2 11 2 1

0

n n n n

t t x W

V O TKO O

(28)

14 Keterangan :

TKO = Tingkat Konsumsi Oksigen (mg O2/gram/jam) O2 n

= Konsentrasi oksigen pada saat tn (mg O2/L) Vn = Volume air pada tn (L)

Vn-1 = Volume air pada tn-1 (L)

W1 = Bobot hewan uji pada saat awal (gram) tn = Waktu pengukuran ke-n (jam)

3.4.2 Pengumpulan Data

3.4.2.1 Data Bobot dan Panjang Ikan Nila dan Rumput Laut

Data bobot ikan nila dan rumput laut diperoleh dengan mengambil semua ikan nila dan rumput laut percobaan pada setiap perlakuan kemudian biota ditimbang. Penimbangan rumput laut dilakukan dengan meniriskan rumput laut dari air hingga air berhenti menetes. Penimbangan dan pengukuran dilakukan di tempat teduh, tidak terkena sinar matahari langsung yang dapat mengakibatkan kekeringan dan kerusakan pada thallus. Penimbangan bobot ikan nila dan rumput laut dilakukan dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram (merk ACIS) dan pengukuran panjang dilakukan dengan penggaris dengan ketelitian 0,1 cm pada masing-masing sampel ikan nila. Sampling bobot dan panjang dilakukan pada awal perlakuan dan seminggu sekali selama pemeliharaan.

3.4.2.2 Data Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Nila

Data kelangsungan hidup (SR) ikan nila diperoleh dengan menghitung jumlah ikan nila pada awal dan akhir pemeliharaan serta mengamati jumlah ikan nila yang mati selama pemeliharaan dan dilakukan penimbangan bobot ikan mati.

3.4.2.3 Data Analisis Proksimat

Data analisis proksimat dilakukan untuk rumput laut dan pakan pada awal sebelum perlakuan, dan setelah perlakuan hanya dilakukan proksimat untuk rumput laut. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar protein dan total fosfat untuk mengetahui jumlah nitrogen serta fosfat limbah budidaya ikan nila yang dapat diserap oleh rumput laut. Analisis kadar protein dengan metode oksidasi, titrasi, dan destilasi dilakukan dengan menggunakan labu kjeldahl dan total fosfat dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer (Lampiran 1 dan 2).

Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(29)

15 3.4.2.4 Pengukuran Fisika-Kimia Air

Data kualitas air diperoleh dengan melakukan pengukuran harian pada suhu menggunakan termometer, salinitas dengan menggunakan refraktometer, cahaya dengan menggunakan lux-meter, dan DO dengan menggunakan DO- meter, sedangkan untuk, TAN menggunakan metode indofenol dan spektrofotometer (λ=660 nm), nitrit metode asam sulfanilat (λ=543 nm), nitrat metode brucin sulfat (λ=410 nm) , dan total fosfat dala air (λ=880 nm), (Lampiran 3) dilakukan pengukuran satu kali dalam satu minggu di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO BIOTROP.

(30)

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pertumbuhan Ikan Nila

Kegiatan budidaya polikultur ikan nila dan rumput laut memiliki tujuan peningkatan produksi. Gambar 3 dan 4 menunjukkan penambahan bobot total ikan nila yang dipelihara bersama rumput laut maupun tanpa rumput laut. Ikan nila yang dipelihara bersama rumput laut memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari monokultur selama 35 hari pemeliharaan.

Gambar 3 menunjukkan grafik pertumbuhan bobot ikan nila yang setiap minggu bertambah pada semua perlakuan. Penambahan bobot pada perlakuan ikan nila 100 ekor/m3 tanpa rumput laut memiliki pertumbuhan bobot paling rendah setiap minggu selama 35 hari pemeliharaan yaitu sebesar 106,90±3,98 gram. Pemeliharaan minggu kedua sampai ketiga menggambarkan penambahan bobot yang relatif kecil dari minggu sebelumnya.

Grafik pertumbuhan perlakuan penambahan rumput laut (polikultur) selalu memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan tanpa rumput laut.

Perlakuan dengan kepadatan rumput laut tertinggi 600 gram/m3 + ikan nila 100 ekor/m3, selalu memiliki pertumbuhan paling baik diantara perlakuan yang lain yaitu dengan bobot akhir 154,02±1,49 gram, disusul dengan kepadatan 400 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 dengan bobot akhir 145,32±1,11 gram, kemudian perlakuan kepadatan 200 gram/m3 rumput laut + ikan nila 100 ekor/m3 memiliki bobot akhir 142,13±1,99 gram. Perlakuan polikultur pada minggu kedua hingga ketiga memiliki pertumbuhan yang relatif kecil dibandingkan dengan minggu sebelumnya maupun setelahnya, sedangkan pada minggu awal hingga minggu kedua memiliki grafik pertumbuhan yang besar pada setiap perlakuan (Lampiran 4).

Grafik hubungan antara waktu pemeliharaan terhadap penambahan bobot total ikan nila selama 35 hari pemeliharaan yang diukur setiap minggu, terdapat pada Gambar 3.

(31)

17 Gambar 3. Biomasa ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam

rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.

Gambar 4 menunjukkan peningkatan padat tanam rumput laut dari 0, 200, 400, dan 600 gram/m3 menyebabkan peningkatan bobot ikan nila sejalan dengan persamaan yang terbentuk dari kurva kubik pertumbuhan ikan nila selama 35 hari pemeliharaan adalah bobot nila = 106,9 + 0,3188x – 0,000870x2 + 0,000001x3 dengan R2 = 79,7% (Gambar 4) padat tanam rumput laut (x) dan bobot akhir ikan nila (y) dan R2 menyatakan koefisien determinasi. Berdasarkan persamaan kubik tersebut, maka setiap 1 gram rumput laut akan meningkatkan bobot ikan nila menjadi 107,2 gram selama 35 hari pemeliharaan, dengan nilai korelasi 0,803 dan signifikan (P<0,05). Kecenderungan grafik garis yang terbentuk terjadi peningkatan biomasa ikan yang disebabkan peningkatan padat tanam rumput laut.

Gambar 4. Persamaan biomasa ikan nila (Oreochromis niloticus) pada berbagai padat tanam rumput laut selama 35 hari pemeliharaan.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

0 1 2 3 4 5

Bobot (gram)

Minggu ke-

0 gram/m3 200 gram/m3 400 gram/m3 600 gram/m3

106,90

142,13 145,32

154,02

80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

0 200 400 600

Bobot (gram)

Padat tanam rumput laut (gram/m3)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkap likat kuning dan pestisida nabati LASEKI dalam mengendalikan L.chinensis pada pertanaman bawang

Indonesia yang dikenal sebagai mayoritas muslim terbesarpun tidak menutup kemungkinan adanya ketakutan dan kebencian pada sebagian atau seluruh umat muslim sebagai

Tujuan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan dan mengetahui: (1) Sejarah berdirinya Komplek Makam Sunan Kudus, (2) Struktur Bangunan dan Fungsi Komplek Makam

Setelah melewati keseluruhan proses pembuatan film, hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah (a) sebuah film pendek yang berjudul “Rock N’ Roll Komik” yang dikemas

Dari hasil penelitian di dapatkan fase gerak yang paling sesuai untuk pemeriksaan tanin dengan KLT pada ekstrak herba krokot yaitu n-butanol, asam asetat, air (4:1:5)v/v (BAW),

Pada metode Cross Section arah Barat-Timur memiliki persen kesalahan sebesar 0,90% pada variasi jarak 30-40 meter yang artinya memiliki tingkat keakurasian dalam

Asfiksia neonaturum dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan jenis persalinan. apapun, khususnya pada persalinan pervaginam.Pada persalinan

Praktikan memilih Pusbindiklatren Bappenas sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan alasan Pusbindiklatren Bappenas adalah suatu lembaga pemerintah yang