• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT DELAY

(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

NI MADE DWI UMIDYATHI KARANG

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

PADA AUDIT DELAY

(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

NI MADE DWI UMIDYATHI KARANG NIM: 1291661009

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(3)

ii

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI MADE DWI UMIDYATHI KARANG NIM: 1291661009

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(4)

iii

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 30 MARET 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.I Ketut Yadnyana,SE,MSi.,Ak. Prof.Dr.I Wayan Ramantha,SE,MM, Ak.,CPA NIP. 19570911 198610 1 001 NIP. 19590510 199003 1 001

Mengetahui

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof.Dr.dr,A.A Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak

NIP. 19641224 199103 1 002

(5)

iv

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No.: 0923/UN14.4/HK/2015, Tanggal 30 Maret 2015

Ketua : Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, MSi., Ak Anggota :

1. Prof. Dr. Wayan Ramantha, SE, MM, Ak. CPA 2. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi.

3. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak

4. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak

(6)

v Nama : Ni Made Dwi Umidyathi Karang NIM : 1291661009

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Faktor Intesrnal dan Eksternal pada Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas dari plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 30 Maret 2015

Ni Made Dwi Umidyathi Karang

(7)

vi

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya tesis yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal pada Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia)”, dapat terselesaikan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditunjukkan kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., sebagai Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moral, pikiran dan tenaga selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof.Dr.I Ketut

Yadnyana,SE,Msi.,Ak, selaku pembimbing I dan Prof.Dr.I Wayan Ramantha,SE,MM,

Ak.,CPA, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan

untuk penyelesaian tesis ini. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis juga

menyampaikan rasa terimakasih kepada para tim Penguji tesis lainnya yaitu, Dr. Made

Gede Wirakusuma SE., Msi, Dr. Ni Made Dwi Ratnadi ,SE., M.Si., Ak., dan Dr. I Made

Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan

serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.

(8)

vii

proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana Angkatan X, yang tidak berhenti-hentinya saling memberikan motivasi dan memacu semangat serta doa selama menempuh proses pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Keluarga serta kekasih yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Maret 2015

Penulis

(9)

viii

solvabilitas pada audit delay, 4) pengaruh kualitas auditor pada audit delay dan 5) pengaruh opini auditor pada audit delay pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dengan menggunakan rumus slovin, sehingga sampel penelitian sebanyak 115 perusahaan. Teknik analis data yang dipergunakan adalah analisis regresi berganda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas, sedangkan faktor eksternal perusahaan meliputi kualitas auditor dan opini auditor.

Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ukuran perusahaan berpengaruh positif pada audit delay, 2) profitabilitas berpengaruh negatif pada audit delay, 3) solvabilitas berpengaruh positif pada audit delay, 4) kualitas auditor berpengaruh negatif pada audit delay dan 5) opini auditor berpengaruh negatif pada audit delay.

Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor,

Opini Auditor, Audit Delay.

(10)

ix

This research aims to reveal (1) the effect of company size on audit delay, (2) the effect of company’s profitability on audit delay, (3) the effect of solvability on audit delay, (4) the effect of auditor quality on audit delay and (5) the effect of auditor opinion on audit delay of companies listed on Indonesian Stock Exchange.

The data population used in this research are all the companies that are listed in BEI. The sample were takens randomly using Slovin equation, as a result, there were 115 companies choosen from the population. The data were analise using double regresion analysis.

The factors that can affect audit delay are divided into two categories. The first one is internal factor which include company size, profitability, and solvability. The other is external factor which include auditor quality and auditor opinion. The research result indicated that (1) company size has positive and significant effect on audit delay, (2) profitability has negative effect on audit delay, (3) solvability has positive and significant effect on audit delay, (4) ) auditor quality has negative effect on audit delay and (5) ) auditor opinion has negative effect on audit delay.

Keyword: Company Size, Profitability, Solvability, Auditor Quality, Auditor Opinion,

Audit Delay.

(11)

x

LEMBAR PEGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Keagenan ... 10

2.1.2 Stakeholder Theory ... 11

2.1.3 Teori Pengambilan Keputusan ... 12

2.1.4 Standar Auditing ... 14

2.1.5 Laporan Keuangan ... 16

2.1.6 Audit Delay ... 18

2.1.7 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay . 19

(12)

xi

2.1.7.5 Opini Auditor ... 24

2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya ... 27

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 34

3.1 Kerangka Berfikir ... 34

3.2 Konsep Penelitian ... 35

3.3 Pengembangan Hipotesis ... 36

3.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay ... 36

3.3.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan pada Audit Delay ... 37

3.3.3 Pengaruh Solvabilitas pada Audit Delay ... 37

3.3.4 Pengaruh Kualitas Auditor pada Audit Delay ... 39

3.3.5 Pengaruh Opini Auditor pada Audit Delay ... 40

BAB IV METODE PENELITIAN ... 42

4.1 Rancangan Penelitian ... 42

4.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 43

4.3 Identifikasi Variabel Penelitian ... 44

4.4 Definisi Operasional Variabel ... 44

4.5 Jenis dan Sumber Data ... 46

4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 46

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 47

4.8 Teknik Analisis Data ... 48

4.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 48

4.8.2 Analisa Regresi ... 50

4.8.3 Pengujian Hipotesis ... 51

4.8.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi... 54

(13)

xii

5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 61

5.2.2.1 Uji Normalitas ... 61

5.2.2.2 Uji Multikolinieritas ... 62

5.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 63

5.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 64

5.2.3 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 65

5.2.4 Pengujian Hipotesis ... 69

5.2.5 Koefisien Determinasi ... 71

BAB VI PEMBAHASAN ... 72

6.1 Hipotesis 1 ... 72

6.2 Hipotesis 2 ... 73

6.3 Hipotesis 3 ... 74

6.4 Hipotesis 4 ... 75

6.5 Hipotesis 5 ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 85

(14)

xiii

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ... 46

Tabel 4.2 Keterangan Nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW) ... 49

Tabel 5.1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 58

Tabel 5.2 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S) . 62 Tabel 5.3 Ringkasan Hasil Pengujian Multikolinieritas Dengan Menggunakan Varian Inflas Factor (VIF) ... 63

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW Test) ... 64

Tabel 5.5 Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 64

Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 65

Table 5.7 Hasil Analisis Regresi ... 66

Tabel 5.8 Koefisien Determinasi ... 71

(15)

xiv

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 43

(16)

xv

Lampiran II Tabulasi Data Penelitian ... 98

Lampiran III Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 119

Lampiran IV Hasil Uji Asumsi Klasik ... 121

Lampiran V Hasil Analisis Regressi ... 128

Lampiran VI Tabel T dengan Signifikansi 0,05/5% ... 131

(17)

1 1.1 Latar Belakang

Audit laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip-prinsip yang berlaku.

Audit laporan keuangan dilakukan untuk memberikan jaminan atas keandalan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu media komunikasi dan pertanggung-jawaban pihak internal perusahaan terhadap pihak eksternal perusahaan, khususnya bagi perusahaan go public. Laporan keuangan perusahaan mengandung informasi yang menjadi instrumen bagi para pemegang kepentingan dan pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Agar laporan keuangan tersebut bermanfaat bagi pengambilan keputusan, maka selain andal, ketepatan waktu (relevansi) juga menjadi salah satu hal yang sangat penting.

Apabila terjadi penundaan dalam pelaporan laporan keuangan, maka dapat mempengaruhi pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan maupun prediksi.

Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh

perusahaan untuk memberikan informasi dan pengukuran secara ekonomi

mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja perusahaan kepada berbagai

pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Informasi akan

mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya guna

pengambilan keputusan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan

merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut (PSAK

(18)

No.1, IAI, 2009:1.7). Sebaliknya, manfaat dari laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya.

Informasi keuangan memegang peranan penting dalam pasar modal. Oleh sebab itu, BAPEPAM sebagai otoritas pasar modal dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan peraturan yang cukup ketat mengenai kualitas, kuantitas, dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. BAPEPAM melalui peraturannya nomor Kep- 36/Kep/PM/2003 dan peraturan BEI nomor Kep- 307/BEJ/07-2004 mengatur secara ketat waktu penyerahan laporan keuangan ke pasar modal. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting untuk pengambilan keputusan investasi. Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca (PSAK No 1, IAI, 2009:1.7).

Standar Profesional Akuntan Publik dari Ikatan Akuntan Indonesia

khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam

penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya pencatatan atas aktivitas

yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh

auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga

berdampak peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin

sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin

(19)

tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Laporan keuangan tahunan diserahkan paling lambat akhir bulan keempat tahun berikutnya sedangkan laporan keuangan semesteran diserahkan paling lambat akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan.

Fenomena kelambatan proses audit dalam terminologi penelitian pengauditan dikenal dengan audit delay. Audit delay sebenarnya adalah rentang waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit. Dengan kata lain, audit delay adalah lamanya waktu dari tanggal tutup tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor. Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh pada audit delay dan pengaruh audit delay terhadap reaksi pasar modal. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi laba yang dihasilkan oleh perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki investor. Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai pertanda yang buruk bagi perusahaan.

Laporan keuangan dikatakan bermanfaat ketika andal dan relevan, yakni

tersedia saat dibutuhkan. Menurut Pourali, dkk (2013) nilai dari ketepatan waktu

pelaporan laporan keuangan merupakan faktor yang penting dari kemanfaatan

(20)

laporan keuangan tersebut. Semakin lama laporan keuangan disampaikan, semakin berkurang kemanfaatannya. Penyampaian laporan keuangan juga berhubungan dengan reaksi investor (Khalatbari, dkk, 2013). Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akan mengakibatkan reaksi positif dari investor yang mengakibatkan kenaikan harga saham perusahaan. Sebaliknya, keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan mendapatkan reaksi negatif dari investor yang berdampak pada penurunan harga saham perusahaan.

Ketepatan waktu juga merupakan sinyal yang mengindikasikan adanya good news yang menguntungkan bagi para investor dan keterlambatan mengindikasikan adanya bad news atau hal yang ditutup-tutupi dan membuat relevansinya diragukan. Mengingat ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan begitu penting bagi perusahaan dan para pemakai laporan keuangan untuk membentuk opini, kepercayaan dan reaksi yang positif, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengatur tentang batas waktu penyampaian laporan keuangan. Tetapi pada kenyataannya, banyak emiten yang terdaftar di BEI tidak mampu tepat waktu dalam publikasi laporan keuangannya. sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan Periode 2009-2013

Tahun Jumlah Perusahaan yang Terdaftar di BEI yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan (buah)

%

Penurunan/Peningkatan

2009 145 -

2010 100 -31,03

2011 92 -8,00

2012 126 +36,96

2013 162 +28,57

Sumber: BEI, 2014

(21)

Tabel 1.1 menunjukkan jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI yang terlambat menyampaikan laporan keuangan pada tahun 2009 sejumlah 145 buah.

Pada tahun 2010 jumlah ini harus menjadi 100 buah (turun 31,03 persen).

Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2011 menjadi 92 buah (turun persen).

Selanjutnya pada tahun 2012 perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan meningkat kembali menjadi 126 buah (naik 36,9 persen). Pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 162 buah atau meningkat 28,57 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

Banyaknya waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit suatu laporan keuangan akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

`dahulu agar lebih andal dan dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan termasuk para investor. Pekerjaan audit ini membutuhkan waktu yang menyebabkan adakalanya publikasi laporan keuangan tertunda. Lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor dapat dilihat dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dan tanggal dikeluarkannya opini auditor.

Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit

delay, baik dari internal maupun eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal

adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan solvabilitas. Sedangkan faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi audit delay adalah kualitas auditor dan opini

auditor. Variabel-variabel ini dipilih mengingat masih terdapat

ketidakkonsistenan/kontradiksi dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Selain itu

alasan mengangkat judul/topik ini karena 1) secara rata-rata audit delay yang

terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI mengalami peningkatan.

(22)

2) sampai saat ini belum banyak penelitian yang menggunakan variabel kualitas auditor sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi audit delay. Penelitian terkini yang melihat adanya pengaruh kualitas auditor dilakukan oleh Hossain (2001), Taylor (1998) dan Carslaw dan Kaplan (1991). 3) Penelitian ini melingkupi seluruh industri yang ada di BEI, jika dibandingkan dengan contoh- contoh penelitian terdahulu yang hanya menggunakan salah satu jenis industri seperti penelitian Anna Maria (2012) yang terfokus pada perusahaan consumer goods di BEI. 4) Penelitian ini menggunakan data terkini yaitu data laporan keuangan yang terdapat di BEI hingga tahun 2013.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay pernah diteliti oleh Ashton, dkk (1987) dan Pourali, dkk (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Khalatbari, dkk (2013) yang menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Hasil kedua penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Kartika (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian Yendrawati dan Rokhman (2008), serta Lianto dan Kusuma (2010) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap audit delay pernah

dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010) yang menyimpulkan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian Purnamasari (2012) yang menunjukkan profitabilitas berpengaruh

(23)

terhadap audit delay. Hasil kedua penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Yendrawati dan Rokhman (2008), Kartika (2009) dan Susilawati, dkk (2012) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Pengaruh solvabilitas terhadap audit delay pernah diteliti oleh Susilowati (2012) serta Lianto dan Kusuma (2010) yang menyimpulkan bahwa solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Hasil kedua penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Ashton, dkk (1987) dan Kartika (2009) yang menunjukkan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Pengaruh kualitas auditor terhadap audit delay pernah diteliti oleh Hossain (2001) dan Taylor (1998) yang menunjukkan kualitas auditor berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) yang menemukan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Penelitian mengenai pengaruh opini auditor terhadap audit delay pernah dilakukan oleh Purnamasari (2012), Yendrawati dan Rokhman (2008), serta Kartika (2009). Ketiga penelitian ini menyimpulkan bahwa opini auditor berpengaruh terhadap audit delay. Hasil ketiga penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Susilowati, dkk (2012) dan Khalatbari, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian ini yang

berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal pada Audit Delay (Studi

Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia)”.

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay di perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2) Bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan pada audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3) Bagaimana pengaruh solvabilitas pada audit delay di perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4) Bagaimana pengaruh kualitas auditor pada audit delay di perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5) Bagaimana pengaruh opini auditor pada audit delay di perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, menggali, menghubungkan dan memprediksi suatu kejadian. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan pada

audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

(25)

2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas perusahaan pada audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh solvabilitas pada audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas auditor pada audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh opini auditor pada audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terkait, diantaranya:

1.4.1 Manfaaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk penelitian yang akan datang yang membahas tentang audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Membantu profesi auditor dan internal perusahaan dalam upaya

meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit dengan mengantisipasi

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay, dimana informasi

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay dapat

diperoleh ketika karya tulis ilmiah ini dipublikasikan.

(26)

10 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi.

Implementasi Agency Theory dapat berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas, sehingga diharapkan agen bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal. Di sisi lain, principal akan memberikan insentif yang layak pada agen sehingga tercapai kontrak kerja optimal. Menurut Scott dalam Arifin (2005), inti dari Agency Theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.

Dalam penelitian ini, perusahaan bertindak sebagai principal, sedangkan

auditor independen merupakan sebagai agen. Perusahaan yang dalam hal ini

bertindak sebagai pemangku kepentingan akan menugaskan auditor untuk dapat

melakukan tugasnya secara efektif dan efisien agar laporan auditan dapat

(27)

disajikan tepat waktu, sehingga laporan tersebur dapat digunakan oleh pihak- pihak yang memiliki kepentingan.

Konflik kepentingan dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti asimetri informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agen dengan principal. Efek dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja; bisa pula terjadi adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

2.1.2 Stakeholder Theory

Perusahaan dapat dipandang dari dua teori, yaitu Shareholder Theory dan Stakeholder Theory. Arifin (2005) menyebutkan, Shareholder Theory atau Teori Pemegang Saham menyatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Shareholder Theory ini sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith (1776).

Stakeholder Theory diperkenalkan oleh Freeman (1984), menyatakan

bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang

berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi

stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, supplier, dan masyarakat

sekitar di mana perusahaan tersebut beroperasi.

(28)

Penelitian ini lebih mengacu kepada Stakeholder Theory, yang jika diteliti lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa tidak hanya perusahaan yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, namun juga kepada karyawan, masyarakat sekitar, pemerintah dan pihak-pihak lain. Salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat berupa laporan keuangan, yang dalam prakteknya memerlukan pihak ketiga guna menjamin akuntabilitas penyampaiannya.

Pihak ketiga ini diwakili oleh auditor independen yang menjamin agar akuntabilitas, responsibilitas, fairness (kewajaran) dan transparansi laporan keuangan terpenuhi. Auditor tersebut akan mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. Dalam pengauditan ini, penyelesaian proses yang tepat waktu merupakan salah satu cara untuk mengurangi timbulnya asimetri informasi.

2.1.3 Teori Pengambilan Keputusan

Keputusan dijabarkan oleh Davis dalam Hasan (2002) sebagai hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas.Sebuah keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Masih menurut Davis, keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan, dan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

Sementara itu, Stoner dalam Hasan (2002) memaknai keputusan sebagai

pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian,

yaitu: ada pilihan atas dasar logika/pertimbangan, ada beberapa alternatif yang

(29)

harus dipilih mana yang terbaik dan ada tujuan yang hendak dicapai di mana keputusan itu akan makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Berdasar uraian di atas Hasan (2002) memaknai Teori Pengambilan Keputusan sebagai teori-teori atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pengambilan keputusan.

Mengacu pada tujuan laporan keuangan, ialah memberikan informasi yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi, pengambilan keputusan memainkan peran utama dalam teori akuntansi. Pihak manajemen selalu mempertimbangkan apakah suatu laporan keuangan hendak disampaikan tepat waktu atau ditunda.

Adanya good news dalam laporan keuangan, misalnya, akan mendorong pihak manajemen menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu lantaran adanya insentif dari prinsipal. Ketepatwaktuan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh reaksi positif investor yang dapat berakibat terhadap kenaikan harga saham.Demikian sebaliknya, laporan keuangan yang mengandung bad news cenderung ditunda pelaporannya karena pihak manajemen mengkhawatirkan beberapa dampak buruk yang terjadi, umpamanya reaksi penarikan investasi oleh investor.

Penyampaian informasi laporan keuangan untuk pengambilan keputusan

harus mempunyai nilai guna untuk semua pengguna laporan

keuangan.Sebagaimana diungkap oleh Hasan (2002), pengambilan keputusan

banyak dipengaruhi ketersediaan informasi yang diperlukan, di mana informasi

tersebut haruslah lengkap dan memenuhi sifat tertentu sehingga hasilnya

(30)

berkualitas. Adapun sifat yang musti dipenuhi mencakup akurat, artinya informasi harus sesuai dengan keadaan sebenarnya; up to date, berarti informasi harus tepat waktu; komprehensif, yakni informasi harus dapat mewakili dan relevan, dimaknai berhubungan dengan masalah yang harus diselesaikan.

Dalam hal penyampaian laporan keuangan kepada pihak eksternal, opini yang dikeluarkan oleh auditor menjadi pegangan bagi pengguna laporan keuangan dari pihak eksternal untuk mengetahui kelayakan dari informasi yang disajikan oleh perusahaan. Apabila terdapat hal-hal yang mendorong auditor untuk mengambil keputusan memperinci proses audit, semisal adanya resiko audit yang tinggi dalam laporan keuangan perusahaan, bisa jadi waktu audit akan lebih lama.

2.1.4 Standar Auditing

Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut:

1) Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

(31)

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3) Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak

dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama

auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus

(32)

memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.

2.1.5 Laporan Keuangan

Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi dapat dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak- pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh perhatian terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang telah go public.

Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi data

keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Para penanam modal

tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan perlu diawasi dan

dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat

dipercaya dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya. Demikian juga

(33)

pemerintah dalam menentukan pajak sangat didasarkan pada laporan keuangan agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif.

Melihat pentingnya kebutuhan akan laporan keuangan, laporan keuangan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yaitu dapat memberikan informasi secara kualitatif, lengkap, dan dapat dipercaya. Selain itu, laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat dan netral sehingga para pengambilan keputusan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan tidak tersesat.

Laporan keuangan harus disajikan secara wajar. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, dimana pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penyajian laporan keuangan diatur menurut PSAK (KDPPLK No.7).

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Pelaporan keuangan dilakukan atas tujuan seperti yang dikemukakan dalam PSAK No.1 (2002 par 07).

Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan

informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka

membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung

(34)

jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (a) aset; (b) kewajiban; (c) ekuitas; (d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan (e) arus kas.

2.1.6 Audit Delay

Perusahaan yang terdaftar di bursa harus mengikuti peraturan otoritas pasar modal jika ingin tetap memiliki akses pada pendanaan yang ada di pasar modal. Salah satu peraturan yang ditetapkan oleh pengawas pasar modal adalah kualitas laporan keuangan dan ketepatan waktu penyerahannya. Laporan keuangan emiten pasar modal harus diaudit oleh auditor independen dan diserahkan pada saat yang diharuskan.

Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah satunya penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit.

Anggaran waktu apabila digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat.

Anggaran tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal staf, memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi anggaran waktu apabila tidak digunakan tepat dapat merugikan, anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut.Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu.

Auditor tekadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi anggaran waktu

guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan membantu mengevaluasi

(35)

kinerjanya. Akan tetapi begitu saja mengikuti anggaran juga tidak tepat. Tujuan utama dari audit adalah menyatakan pendapat sesuai dengan standar auditing yang diterima umum, bukan untuk memenuhi anggaran waktu (Wasis, 2007: 17).

Perusahaan publik memiliki masalah laten dalam penyajian laporan keuangan auditan yang akan diserahkan pada BAPEPAM dan bursa efek. Masalah tersebut adalah audit delay atau penundaan audit. Sebagian besar penelitian sebelumnya mendefinisikan audit delay sebagai rentang waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit. Persoalan audit delay pada hakikatnya bukan sekedar persoalan waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk mengaudit laporan keuangan meskipun atribut auditor juga sangat mempengaruhi lamanya audit delay seperti ukuran kantor akuntan publik (KAP) dan jangka waktu pengalaman KAP. Atribut auditee juga berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay seperti ukuran perusahaan (diproksikan dengan total aset), jenis perusahaan, kinerja keuangan (laba/rugi), dan klasifikasi industri.

2.1.7 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay

Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dapat datang baik dari

dalam maupun dari luar perusahaan. Dalam penelitian ini faktor-faktor dibagi

menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan meliputi ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan solvabilitas sedangkan faktor eksternal perusahaan meliputi

kualitas auditor dan opini auditor.

(36)

2.1.7.1 Ukuran Perusahaan

Menurut Ashton, dkk (1987) serta Owusu-Ansah (2000), perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya, Boynton dan Kell dalam Halim (2000) menyebutkan audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Namun logika yang mendasari hasil penelitian Ashton dapat dijelaskan oleh Dyer dan McHugh dalam Halim, 2000).

Manajemen perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.

2.1.7.2 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap

auditdelay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar

terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian Naim (1998)

memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu

kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan

(2009) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan

meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang

biasanya.

(37)

Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi.

Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton, dkk (1987) menyebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu: (1) Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan;

(2) Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain; (3) ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan; (4) ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masing-masing divisi dan (5) ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol dan fungsi perencanaan.ROA (Return On Asset) dihitung dari laba bersih dibagi dengan total aset (Purnamasari, 2012: 7).

Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai indikator profitabilitas

perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

dipakai dalam penelitian Dyer dan McHugh (1975) dan Na’im (1998). Dari uraian

(38)

di atas tampak bahwa tingkat profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan pengumuman laporan keuangan tahunan.

2.1.7.3 Solvabilitas

Solvabilitas acapkali disebut leverage ratio.Weston dan Copeland dalam Respati (2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk (Ukago, 2005).

Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas guna menjelaskan rentang waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari oleh penemuan Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders menghendaki syarat-syarat tertentu dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen, yang salah satunya mengharuskan manajemen menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk waktu tertentu.

Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial manajemen.

(39)

Wirakusuma (2004), konsisten dengan penemuan Carslaw dan Kaplan (1991) memperoleh hubungan yang signifikan antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan. Semakin tinggi rasio utang terhadap total aktiva, semakin lama rentang wakktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit laporan keuangan tahunan.

2.1.7.4 Kualitas Auditor

Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit yangmelaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, bersandar pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berafiliasi dengan the big four atau tidak.Carslaw dan Kaplan (2009) menyebutkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara audit delay dan kualitas auditor, sementara Gilling dalam Hossain dan Taylor (1998) menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal tersebut.

Literatur yang ada memaparkan bahwa KAP besar, dalam hal ini the big five, cenderung lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big five dikarenakan reputasi yang harus mereka jaga (Hossain dan Taylor, 1998). Sekiranya tidak, ada kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang kompeten.

Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo dalam Yulianadan

Ardiati (2004) menunjukkan bahwa the big five cenderung menyajikan audit yang

lebih baik dibandingkan dengan non big five, karena mereka memiliki nama baik

yang dipertaruhkan. Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat

(40)

going concern daripada KAP kecil.Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dalam mengeluarkan pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak.

Usai kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen, the big five menjadi the big four. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu:

1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto dan Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja.

3. KAP Ernest dan Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko dan Sanjadja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.

2.1.7.5 Opini Auditor

Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam Standar Pelaporan Akuntansi Perusahaan IAI (2001) memaparkan:

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

(41)

laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.

Secara lebih rinci, berbagai tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion),

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia IAI (2001). Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh Mulyadi (2002), jika memenuhi kondisi berikut:

a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified

Opinion with Explanatory Language), IAI (2001) memuat penjelasan, bahwa

keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu

paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan

auditnya.

(42)

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion),

Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit (Mulyadi, 2002):

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Dengan demikian pendapat wajar dengan pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan IAI (2001).

4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion),

IAI (2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Keterangan lebih lanjut dideskripsikan oleh Mulyadi (2000) yang

menyatakan bahwa laporan keuangan yang diberi pendapat tidak wajar oleh

auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya , sehingga

(43)

tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion),

Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Carslaw dan Kaplan (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Perusahaan yang tidak menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit delay lebih panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian.

Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit (Elliot dalam Halim 2000). Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat (Wirakusuma 2004).

2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya

Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan, baik di dalam

maupun di luar Indonesia. Ashton, dkk (1987) di Amerika Serikat meneliti

hubungan antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 (empat belas),

meliputi ukuran perusahaan, jenis industri, perusahaan publik atau non publik,

bulan penutupan tahun buku, kualitas SPI, kompleksitas operasional,

(44)

kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, kompleksitas EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, pengumuman laba atau rugi, jenis opini, dan profitabilitas.

Ashton menggunakan sampel dari perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh Peat, Marwick, Mitchel dan Co. pada tahun 1982 sebanyak 488 perusahaan.

Hasil analisis univariate pada keseluruhan sampel memperlihatkan bahwa audit delay signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non publik, kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang

dilakukan Ashton dkk (1987) terletak pada variabel penelitian dan objek

penelitian. Jika pada penelitian Ashton dkk (1987) variabel penelitiannya faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari 14 faktor tersebut,

sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan,

profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan

yang lainnya jika objek penelitian Ashton dkk (1987) adalah perusahaan-

(45)

perusahaan di Amerika Serikat, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEI.

Pourali, dkk (2013) meneliti tentang efektif faktor yang berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek di Teheran dalam kurun waktu tahun 2004-2010. Faktor-faktor yang diteliti meliputi ukuran perusahaan, earning per share (EPS), jenis perusahaan, extra ordinary, dan opini audit.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang dilakukan Pourali, dkk (2013) terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian. Jika pada penelitian Pourali, dkk (2013) variabel penelitiannya faktor- faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan, earning per share (EPS), jenis perusahaan, extra ordinary, dan opini audit, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Pourali, dkk (2013) adalah perusahaan- perusahaan yang go public di Teheran, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.

Khalatbari (2013) meneliti tentang hubungan earning quality dengan audit

delay pada perusahaan-perusahaan yang go public di Teheran. Variabel

penelitiannya terdiri dari earning quality sebagai variabel independen, audit delay

sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, financial leverage, reputasi

kantor audit serta rotasi auditor sebagai variabel kontrol.

(46)

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang dilakukan Khalatbari (2013) terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian.

Jika pada penelitian Khalatbari (2013) variabel penelitiannya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan, earning quality, reputasi kantor audit dan rotasi auditor, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Khalatbari (2013) adalah perusahaan-perusahaan yang go public di Teheran, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.

Lianto dan Kusuma (2010) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Penelitian ini termotivasi untuk menguji faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan consumer goods industry dan perusahaan multifinance. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, jenis perusahaan, tingkat profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan terhadap audit delay. Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka dapat ditarik simpulan bahwa profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Ukuran perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang

dilakukan Lianto dan Kusuma (2010) terletak pada variabel penelitian dan objek

penelitian. Jika pada penelitian Lianto dan Kusuma (2010) variabel penelitiannya

(47)

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan, jenis perusahaan, tingkat profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan terhadap audit delay, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Lianto dan Kusuma (2010) adalah perusahaan consumer goods industry dan perusahaan multifinance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEI.

Kartika (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia (studi empiris pada perusahaan- perusahaan LQ 45 yang terdaftardi Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan menguji bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, laba rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas dan reputasi auditor mempengaruhi audit delay. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di indonesia, maka dapat diambil kesimpulan faktor total asset, laba rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari auditor punya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang dilakukan Kartika (2009) terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian.

Jika pada penelitian Kartika (2009) variabel penelitiannya faktor-faktor yang

(48)

berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan, laba rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas dan reputasi auditor mempengaruhiaudit delay, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Kartika (2009) adalah perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2005, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan- perusahaan yang terdaftar di BEI.

Yendarawati dan Rokhman (2008) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di BEJ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis rata-rata audit delay yang terjadi dan faktor-faktor penyebabnya pada perusahaan go public di BEJ. Berdasarkan hasil analisis terhadap data tentang audit delay di Indonesia dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata audit delay yang terjadi pada keseluruhan sampel perusahaan yang diteliti, yaitu sebanyak 50 perusahaan adalah 76,66 hari.

Rata-rata ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur, sedangkan untuk perusahaan non-manufaktur ratarata audit delay yang terjadi adalah 73,55 hari atau lebih cepat 3,11 hari dari rata-rata audit delay keseluruhan sampel dan (2) Secara keseluruhan kelima variabel yang terdiri dari ukuran perusahaan, Rugi/ Laba, tingkat profitabilitas, jenis pendapat akuntan publik, dan jenis industri secara serentak berpengaruh terhadap audit delay.

Namun demikian secara parsial hanya variabel jenis pendapat akuntan publik

yang berpengaruh secara signifikan, sedangkan apabila difokuskan ke perusahaan

(49)

jenis non-manufaktur ada dua variabel yang berpengaruh signifikan yaitu variabel jenis pendapat akuntan publik dan variabel Rugi/Laba.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang dilakukan Yendarawati dan Rokhman (2008) terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian. Jika pada penelitian Yendarawati dan Rokhman (2008) variabel penelitiannya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, pendapat auditor dan rugi laba usaha, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Yendarawati dan Rokhman (2008) adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ dan menerbitkan laporan keuangannya pada tahun 2001-2005. Sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEI.

Hasil penelitian merupakan kajian empiris penelitian. Penelitian ini akan

mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan cara melakukan

perluasan pengamatan dan pengembangan proksi-proksi yang akan digunakan.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Tabel 5.7  Hasil Analisis Regresi  Model     Unstandardized Coefficients  Standardized Coefficients  t  Sig
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perkawinan (pernikahan) menurut ulama fiqih adalah akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah atau kawin atau yang semakna

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep mahasiswa kelas VIB semester 6 jurusan pendidikan

Namun demikian, upaya peningkatan mutu dan daya saing perguruan tinggi harus terus dilakukan, termasuk peningkatan mutu dan relevansi Lembaga Pendidikan dan

Lima genotip ubi jalar memiliki kurva laju pertumbuhan yang berbeda untuk setiap perlakuan kombinasi pupuk KCl dan bokashi jerami.. Respons lima genotip ubi jalar

Telah dilakukan uji penetrasi ekstrak etanol rimpang Cyperus rotundus .L dalam bentuk patch basis lipofil dengan konsentrasi 7 % menggunakan dua membran penetrasi yaitu

Seorang dokter muda bekerja magang di rumah sakit untuk menangani pasien di bawah pengawasan dokter-dokter lain yang sudah senior, sehingga tidak benar apabila dikatakan pasien

Suatu individu dievaluasi berdasarkan suatu fungsi tertentu sebagai ukuran performansinya. Didalam evolusi alam, individu yang bernilai fitness tinggi yang akan bertahan

Pedoman pengembangan silabus ini merupakan penjabaran program pembelajaran/kurikulum dan dikembangkan dengan memperhatikan pengalaman guru, kepala dan para Pembina RA di