ANALISIS STRATEGI PEMASARAN RAHAT CAFE 1 DI BOGOR
SKRIPSI
MAYANG DEWI APRIATNI H34086054
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
RINGKASAN
MAYANG DEWI APRIATNI. Analisis Strategi Pemasaran Rahat Cafe 1 di Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang banyak dikunjungi wisatawan dikarenakan memiliki ciri khas yaitu banyaknya makanan yang bervariasi, udara yang sejuk, memiliki tempat pariwisata yang cukup terkenal sehingga menjadikan kota Bogor sebagai alternatif liburan bagi keluarga. Selain sebagai tempat wisata alam, kota Bogor juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Cafe merupakan suatu industri makanan yang cukup menarik untuk dijadikan salah satu objek wisata kuliner di Bogor, karena cafe mempunyai keunggulan yaitu suatu tempat makan yang bernuansa modern dan dapat dijadikan tempat santai atau kumpul bersama keluarga dan kerabat.
Industri makanan merupakan industri yang berkembang mengikuti perkembangan zaman dan selera serta kebutuhan konsumen dalam memenuhi kebutuhan di Indonesia, salah satunya cafe. Rahat Cafe 1 menyediakan menu dengan konsep “Indonesian foods, healthy & diet foods”, yaitu sebagai makanan Indonesia yang memiliki standar kesehatan dan makanan diet bagi konsumen yang tidak mengkonsumsi makanan yang berlemak. Berkembangnya jenis cafe di kota Bogor merupakan reaksi dari beragamnya jenis makanan. Untuk menghadapi persaingan tersebut, Rahat Cafe 1 memerlukan strategi pemasaran terbaik agar tetap bertahan di pasar yang kompetitif. Walaupun pada kenyataannya total omset penjualan Rahat Cafe 1 sudah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Strategi pemasaran baru atau up date nya, justru diperlukan untuk menjaga kinerja usaha dan tetap up to date dengan tuntutan pasar. Strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan bauran pemasaran Rahat Cafe 1. (2) Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran Rahat Cafe 1. (3) Menentukan alternatif startegi pemasaran terbaik Rahat Cafe 1.
Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE, (External Factor Evaluation), analisis IE (Internal-Eksternal), analisis SWOT serta QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks).
Hasil analisis lingkungan internal dengan matriks IFE dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki posisi internal yang kuat maka diperoleh total bobot skor sebesar 3.053. Hal ini menunjukkan bahwa Rahat Cafe 1 telah mampu menggunakan kekuatan (sebagai makanan ”Indonesian Foods, Healty & Diet Foods”, inovasi produk, mutu/kualitas produk terjaga, lokasi cafe yang cukup strategis, adanya potongan harga untuk pelajar dengan layanan kartu b’smartcard, promosi cukup dilakukan, pelayanan yang baik, ramah dan sopan terhadap konsumen, memiliki pelayanan khusus seperti lunch box, catering box, dan
analisis lingkungan eksternal dengan matriks EFE dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki posisi eksternal yang kuat dengan diperoleh total bobot skor sebesar 3.083. Hal ini menunjukan bahwa Rahat Cafe 1 telah mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang (perubahan gaya hidup masyarakat, pertumbuhan jumlah penduduk Bogor, peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat, perkembangan kemajuan teknologi, dan cukup tersedia angkatan kerja) untuk mengatasi ancaman (tingkat persaingan cafe cukup tinggi, kenaikan harga bahan baku, kekuatan tawar-menawar konsumen tinggi, kekuatan tawar- menawar pemasok tinggi, dan hambatan masuk industri cukup tinggi). Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi Growth and Build (tumbuh dan berkembang). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.
Berdasarkan hasil analisis QSPM, yang memetakan strategi SO (Strength- Opportunity), strategi ST (Strength-Threat), strategi WO (Weakness- Opportunity), dan strategi WT (Weakness-Threat) dapat dilihat bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah salah satu strategi SO yaitu meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi (seperti membuka cabang di sekitar Bogor) dan pemasaran. Strategi ini dilakukan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan internal perusahaan. Hal ini dilakukan agar jangkauan untuk menyampaikan produk ke masyarakat luas dapat tersampaikan, baik kualitas produk dan pelayanan yang menjadi kekuatan bagi Rahat Cafe 1 untuk memperluas pangsa pasarnya. Selain itu, pemasaran yang dilakukan Rahat Cafe 1 seperti strategi harga khusus untuk pelajar, menu serba Rp 10.000 dan promosi agar konsumen mengetahui informasi produk, harga maupun jasa yang ada di Rahat Cafe 1. Keseluruhan strategi ini didukung oleh pesatnya perubahan pola dan gaya hidup masyarakat, pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat serta perkembangan kemajuan teknologi.
Strategi terbaik tersebut sesuai dengan salah satu misi Rahat Cafe 1 yaitu membuka cabang di sekitar Bogor.
Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan perusahaan dimasa yang akan datang, sebagai berikut: (1) Meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi (seperti membuka cabang di sekitar Bogor) dan pemasaran. (2) Meningkatkan loyalitas konsumen dan menjaga hubungan baik dengan pemasok. (3) Mengadakan pelatihan kepada SDM muda untuk meningkatkan kualitas manajerial dan melalui penetapan job description yang jelas dan terarah. (4) Meningkatkan fasilitas berupa penyediaan area parkir yang memadai, tempat yang lebih menarik dan pembuatan sertifikasi dari BPOM.
(5) Meningkatkan kualitas produk melalui kepastian bahan baku, proses pemasakan dan pengolahan, serta peningkatan cara penyajian. Karena jumlahnya, pelaksanaan prioritas strategi di atas disarankan mengikuti urutan waktu. Urutan pertama dilaksanakan lebih dahulu.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN RAHAT CAFE 1 DI BOGOR
MAYANG DEWI APRIATNI H34086054
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Proposal : Analisis Strategi Pemasaran Rahat Cafe 1 di Bogor
Nama : Mayang Dewi Apriatni
NIM : H34086054
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Suharno, M.Adev NIP. 19610610198611 1 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Rahat Cafe 1 di Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2010
Mayang Dewi Apriatni H34086054
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 28 April 1987. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Warsinta Sunaryo, S.Pd dan Ibunda Yeti Mujizati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1993 dari TK Artha Kencana Serang, kemudian penulis melanjutkan pendidikan dasar di SDN 03 Serang, lulus pada tahun 1999, dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Serang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Serang diselesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur tes (REGULER) pada Program Diploma III Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan selesai pada tahun 2008, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliahnya pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis pernah bekerja sebagai Asisten Dosen Akuabisnis di Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Rahat Cafe 1 di Bogor”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Program Sarjana Agribisnis di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan wawasan para pembaca, khususnya mahasiswa dan masyarakat umumnya.
Bogor, Desember 2010 Mayang Dewi Apriatni
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen evaluator dalam kolokium yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama yang telah memberi masukan demi perbaikan skripsi.
4. Rahmat Yanuar, SP., MSi selaku dosen penguji wakil Departemen. Terima kasih telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
5. Papah dan mamahku tersayang atas segala dukungan, kasih sayang dan doa yang selalu diberikan kepada penulis dengan tulus serta penuh kesabaran.
Kakak-kakakku tersayang yaitu Teh Dewi dan Teh Tari yang selalu memberikan dukungan, doa, dan canda tawanya.
6. Bapak Dedi Suwardi, selaku Manajer Operasional Rahat Cafe 1 yang telah banyak membantu penulis pada saat turun lapang penelitian. Terimakasih atas kerjasama, semangat, dan doa yang diberikan kepada penulis.
7. Bapak Firmanandi Sugriat, selaku Supervisor Rahat Cafe 1 yang telah memberi bantuan kepada penulis berupa bantuan data dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas kerjasama kepada penulis.
8. Bapak Deni Kurniawan, selaku bagian pemasaran PT. Al-Fattah sebagai pemasaok bahan baku ayam Rahat Cafe 1 yang telah mengijinkan penulis untuk wawancara dan pengisian kuesioner.
9. Bapak Andri Surya, selaku Manajer Operasional Kebun Kita yang telah memberikan bantuan data dalam penyusunan skripsi ini.
10. Alfera Yusiana selaku pembahas seminar. Terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan kepada penulis.
11. Teman-temanku tercinta: Ranty, Lila, Teh Icha, dan Haji yang memberi semangat, keceriaan dan kebersamaan.
12. Anak-anak kost-an Taman Malabar I (TM I) yang selalu membawa kenyamanan disaat belajar.
13. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan V atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Desember 2010 Mayang Dewi Apriatni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... .. xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan ... 6
1.4 Manfaat ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 14
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 14
3.1.1 Konsep Strategi ... 14
3.1.2 Manajemen Strategis ... 14
3.1.3 Definisi Pemasaran ... 15
3.1.4 Strategi Pemsaran ... 15
3.1.5 Analisis Lingkungan Perusahaan ... 16
3.1.5.1 Lingkungan Internal ... 16
3.1.5.1.1 Pasar dan Pemasaran ... 17
3.1.5.1.2 Keuangan dan Akuntansi ... 21
3.1.5.1.3 Sistem Informasi Manajemen ... 21
3.1.5.2 Lingkungan Eksternal ... 22
3.1.6 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 26
3.1.7 Matriks IE (Internal-Eksternal) ... 27
3.1.8 Analisis SWOT ... 27
3.1.9 Matriks QSPM ... 28
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28
IV. METODE PENELITIAN ... 30
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30
4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31
4.4 Teknik Pengambilan Sempel ... 32
4.5 Metode Pengolahan Data ... 33
4.5.1 Analisis Deskriptif ... 33
4.5.2 Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi ... 33
4.5.2.1 Tahap Pemasukan (Input) ... 33
4.5.2.3 Tahap Keputusan ... 39
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 42
5.1 Sejarah, Visi dan Misi Rahat Cafe 1 ... 42
5.2 Lokasi Rahat Cafe 1 ... 42
5.3 Struktur Organisasi Rahat Cafe 1 ... 43
5.4 Kegiatan Operasional dan Budaya Kerja Rahat Cafe 1 ... 45
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
6.1 Analisis Lingkungan Internal Rahat Cafe 1 di Bogor ... 46
6.1.1 Pasar dan Pemasaran ... 51
6.1.2 Keuangan dan Akuntansi ... 52
6.1.3 Kegiatan Produksi dan Operasi ... 52
6.1.4 Sumberdaya Manusia ... 56
6.1.5 Sistem Informasi Manajemen ... 58
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Rahat Cafe 1 di Bogor ... 59
6.2.1 Lingkungan Jauh ... 60
6.2.2 Lingkungan Industri ... 63
6.3 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran ... 63
6.3.1 Tahap Masukan ... 66
6.3.2 Tahap Pencocokan ... 69
6.1.3 Tahap Keputusan ... 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
7.1 Kesimpulan ... 77
7.2 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 83
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Perkembangan Restoran, Cafe dan Rumah Makan di Kota Bogor
Berdasarkan Jenis Hidangan yang disajikan pada Tahun 2005-2009 ... 2
2. Data Cafe di Kota Bogor Tahun 2009 ... 3
3. Data Total Omset Penjualan Rahat Cafe 1 pada Tahun 2007-2009 ... 4
4. Jenis dan Sumber Data ... 31
5. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan ... 35
6. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan ... 35
7. Matriks IFE ... 36
8. Matriks EFE ... 36
9. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) ... 41
10. Jumlah Karyawan Rahat Cafe 1 Berdasarkan Jabatan Fungsional Tahun 2010 ... 57
11. Analisis Faktor Internal Rahat Cafe 1 ... 59
12. Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun (2003-2006) ... 60
13. Analisis Faktor Eksternal Rahat Cafe 1 ... 66
14. Hasil Analisis Matriks IFE Rahat Cafe 1 ... 67
15. Hasil Analisis Matriks EFE Rahat Café 1 ... 68
16. Hasil Analisis Matriks SWOT Rahat Cafe 1 ... 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Kekuatan dari Kompetitif ... 26
2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29
3. Model Matriks IE ... 37
4. Matriks SWOT ... 39
5. Struktur Organisasi Rahat Cafe 1 ... 43
6. Hasil Analisis Matriks IE Rahat Cafe 1 ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Daftar Pertanyaan Wawancara... 84 2. Kuesioner Penelitian di Rahat Cafe 1, Bogor ... 91 3. Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Rahat Cafe 1 di Bogor .. 95 4. Penilaian Responden Terhadap Faktor Eksternal Rahat Cafe 1 di Bogor 97 5. Nilai Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal pada Rahat Cafe 1
di Bogor ... 99 6. Nilai Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal pada Rahat Cafe 1
di Bogor ... 100 7. Hasil Matriks QSPM Rahat Cafe 1 ... 101 8. Kuesioner Penelitian untuk Penilaian Penentuan Bobot dan Rating
Faktor Strategis Internal dan Eksternal Rahat Cafe 1, Bogor ... 102 9. Kuesioner Penelitian untuk Penilaian Attractiveness Score (AS)
Alternatif Strategi Pemasaran Rahat Cafe 1 ... 110 10. Daftar Menu Makanan Indonesia (Indonesian Foods) Rahat Cafe 1
di Bogor ... 114 11. Daftar Menu, Bahan Baku, dan Kandungan Gizi pada Makanan Sehat
Dan Makanan Diet (Healthy and Diet Foods) Rahat Cafe 1 di Bogor ... 116 12. Kondisi Rahat Cafe 1 di Bogor... 121 13. Gambar Menu Indonesian Foods Rahat Cafe 1... 123 14. Gambar Menu Healthy and Diet Foods Rahat Cafe 1 ... 124
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang banyak dikunjungi wisatawan dikarenakan memiliki ciri khas yaitu banyaknya makanan yang bervariasi, udara yang sejuk, memiliki tempat pariwisata yang cukup terkenal sehingga menjadikan kota Bogor sebagai alternatif liburan bagi keluarga. Tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan salah satunya adalah Kebun Raya Bogor. Selain sebagai tempat wisata alam, kota Bogor juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner.
Cafe merupakan suatu industri makanan yang cukup menarik untuk dijadikan salah satu objek wisata kuliner di Bogor, karena cafe mempunyai keunggulan yaitu suatu tempat makan yang bernuansa modern dan dapat dijadikan tempat santai atau kumpul bersama keluarga dan kerabat. Diantara daya tarik lain
“menu makanan daerah” atau “menu makanan khas”, merupakan andalan wisata kuliner yang ada di satu kota di Indonesia yang menjadi objek wisata yaitu kota Bogor. Industri makanan yaitu industri yang berkembang mengikuti perkembangan zaman dan tingkat gaya hidup serta kebutuhan konsumen dalam memenuhi kebutuhan di Indonesia, yang menyebabkan terjadinya perubahan selera dalam masyarakat.
Tuntutan selera masyarakat akan bentuk-bentuk industri kuliner baru dipercaya menjadi salah satu pemicu bagi perkembangan keragaman jenis makanan di kota Bogor. Tuntutan keanekaragaman produk makanan tersebut menjadi salah satu peluang pasar yang potensial bagi berkembangnya industri makanan. Adapun perkembangan restoran, cafe dan rumah makan berdasarkan jenis-jenis makanan yang beragam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Restoran, Cafe dan Rumah Makan di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Hidangan yang disajikan pada Tahun 2005-2009
Jenis Hidangan Jumlah (Unit)
2005 2006 2007 2008 2009
Indonesia 45 48 51 54 55
Daerah 38 39 41 43 43
Internasional 37 38 40 41 41
Oriental 35 36 40 47 47
Kontinental 40 43 45 50 50
Sumber: Dinas Kepariwisataan dan kebudayaan Kota Bogor (2010)
Di kota Bogor telah tersedia berbagai jenis restoran, cafe, dan rumah makan yang menyediakan makanan jenis Indonesia. Sesuai dengan Tabel 1, pada tahun 2009 perkembangan restoran, cafe, dan rumah makan dengan jenis hidangan Indonesia mengalami peningkatan. Berarti industri makanan yang menyediakan jenis hidangan menu Indonesia paling digemari oleh masyarakat di kota Bogor. Namun cafe yang berkonsep “Indonesian food, healthy, & diet foods”
di kota Bogor hanya Rahat Cafe 1. Konsep “Indonesian food, healthy, & diet foods” Rahat Cafe 1 merupakan menu Indonesia dengan pencampuran hidangan sehat dan memiliki standar kesehatan dan makanan diet bagi konsumen yang tidak mengkonsumsi makanan yang berlemak. Hal tersebut dapat dilihat dari komposisi dan kandungan gizi bahan baku yang digunakan (Lampiran 11). Sedangkan cafe lainnya (berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2) hanya menyediakan makanan Indonesia tanpa adanya campuran hidangan sehat/diet dan tidak dijadikan suatu konsep utama.
Selain memiliki pesaing sejenis di sekitar Rahat Cafe 1 yaitu Kebun Kita, Rahat Cafe 1 juga harus bersaing dengan cafe-cafe lain di Bogor yang menawarkan keanekaragaman makanan lain, yang menyebabkan konsumen mempunyai banyak pilihan tempat kuliner. Adapun data industri cafe di kota Bogor dengan keanekaragaman jenis hidangan yang disajikan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Cafe di Kota Bogor Tahun 2009
No. Nama dan Alamat Jenis Hidangan yang disajikan Indo Daerah Intern Orient Cont 1. GUMATI
Jl. Paledang No. 20 √ √ √ √ √
2. KEBUN KITA
Jl. Malabar Ujung No. 1
√ √
3. GINZIE CAFÉ Jl. Siliwangi No. 1A
√ √
4. CAFÉ DEDAUNAN Komplek Kebun Raya Bogor
√ √
5. CAFÉ PININI GRILL Jl. Baru Kd. Badak
√ √
6. MANGIARE CAFÉ Jl. Pakuan No. 21
√ √ √ √
7. INSTRUMENT CAFÉ Jambu Dua Lt. IV
√ 8. DAILY CAFÉ
Pangrango Plaza GD. 03
√ √
9. LC POOL & CAFÉ
Pangrango Plaza, Jl. Raya Pajajaran No. 27
√
10. JAKARTA CAFÉ
Bogor Plaza Lt. IV Blok B
√ 11. STARBUCKS COFFE
Botani Square, Jl. Raya Pajajaran
√ 12. PT. JCO DANUT & CAFÉ
Botani Square, Jl. Raya Pajajaran
√ 13. DINASTI CAFÉ
Jambu 2
√ 14. SALAK SUNSET CAFÉ
Jl. Paledang No. 28
√ √
15. TERAS CAFÉ
Jl. Ahmad Yani No. 78
√ √
16. CAFÉ GUE
Jl. Raya Pajajaran 14 No. 6
√ √
17. JESSLYN CAFÉ Bogor Trede Mall
√ √
18. CAFÉ STATION
Pangrango Plaza, Jl. Pajajaran
√ √
Sumber: Dinas Kepariwisataan dan kebudayaan Kota Bogor (2010)
Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah cafe yang ada di kota Bogor pada tahun 2009 yaitu sebanyak 18 cafe, berarti hal tersebut menunjukkan adanya tingkat persaingan antar cafe. Untuk menghadapi persaingan tersebut, Rahat Cafe 1 memerlukan strategi pemasaran terbaik agar tetap bertahan di pasar yang
kompetitif. Walaupun pada kenyataannya total omset penjualan Rahat Cafe 1 sudah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Strategi pemasaran baru atau up date nya, justru diperlukan untuk menjaga kinerja usaha dan tetap up to date dengan tuntutan pasar. Data total omset penjualan Rahat Cafe 1 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Total Omset Penjualan Rahat Cafe 1 pada Tahun 2007-2009
Tahun Total Omset Penjualan 2007 40 juta/ bulan 2008 45 juta/ bulan 2009 50 juta/ bulan
Sumber: Rahat Cafe 1 (2010)
Tabel 3 menunjukkan bahwa Rahat Cafe 1 sebelumnya sudah menjalankan strategi pemasaran dilihat dari pertumbuhan omset penjualannya. Meskipun demikian Rahat Cafe 1 masih memerlukan strategi pemasaran baru atau up date atasnya, dan strategi ini harus tepat, sesuai dengan kondisi permintaan (konsumennya). Untuk itulah diperlukan kajian untuk menghasilkan rumusan stratrgi pemasaran yang baru.
Dalam hal ini, Marketing strategy adalah rumusan tentang bagaimana perencanaan dan pelaksanaan Rahat Cafe 1, bauran harga, promosi, dan distribusi ide-ide, barang dan jasa penjualan makanannya untuk memastikan adanya penjualan yang terus-menerus yang menguntungkannya dan memusakan konsumen dan pelanggannya, serta menarik calon konsumen maupun pelanggannya.
1.2 Perumusan Masalah
Rahat Cafe 1 berdiri pada 12 Januari 2007. Cafe yang berdiri selama hampir 4 tahun ini merupakan bisnis pribadi yang dimiliki oleh Soleh Brik Zubaidi. Cafe ini terletak di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza).
Rahat Cafe 1 menyediakan menu “Indonesian foods, healthy & diet foods”, sebagai makanan Indonesia yang memiliki standar kesehatan dan
makanan diet bagi konsumen yang tidak mengkonsumsi makanan yang berlemak.
Adanya inovasi produk yang dikembangkan merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki Rahat Cafe 1 dalam menarik minat konsumen, inovasi produk berupa campuran makanan khas Indonesia dan kontinental seperti bistik iga bakar hot plate, omelet mix (sosis daging keju), dan omelet seafood, serta menu unik pada makanan sehat dan makanan diet seperti ayam jumbo protein, sate ayam diet, Soy belle yogurt, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar pelanggan mempunyai banyak pilihan menu bagi yang tidak memiliki selera makan yang sama dan dapat menaikkan omset penjualan (Tabel 3).
Produk yang ditawarkan Rahat Cafe 1 sangat mengutamakan kualitas karena bahan baku dijaga agar tetap memuaskan konsumen. Harga yang diterapkan untuk produk Rahat Cafe 1 antara Rp. 6000 - Rp. 30.000. Harga diterapkan pada produk Rahat Cafe 1 menunjukan bahwa pasar sasaran yang dipilih adalah semua kalangan ekonomi.
Segmen pasar dari Rahat Cafe 1 sendiri adalah keluarga dan remaja.
Dalam memenuhi kepuasan konsumen, Rahat Cafe 1 menyediakan fasilitas hotspot, makan gratis bagi yang berulang tahun,dan keramah-tamahan pelayanan semakin menambah keramaian pengunjung yang datang terutama pada saat akhir pekan. Omset penjualan yang meningkat tiap tahunnya menunjukkan keberhasilan dari Rahat Cafe 1 meskipun terdapat permasalahan pada tingkat persaingan bisnis cafe/makanan yang cukup tinggi (jika dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2). Hal tersebut menjadikan Rahat Cafe 1 tetap bertahan di pasar kompetitif karena Rahat cafe sudah merumuskan dan menjalankan suatu strategi yang berkaitan dengan aspek pemasaran, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh Rahat Cafe 1 tersebut tidak dijadikan suatu masalah terbesar.
Strategi yang sebaiknya terus digunakan Rahat Cafe 1 dalam kaitannya dengan usaha pemasaran adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Tantangan utama yang dihadapi Rahat Cafe 1 saat ini adalah bagaimana membangun dan mempertahankan usaha yang sehat dalam pasar dan lingkungan usaha yang cepat berubah sehingga mempengaruhi organisasi dan manajemen. Dengan menggunakan analisis terhadap lingkungan,
diharapkan Rahat Cafe 1 dapat melakukan strategi pemasaran tepat yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan industri makanan.
Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi bauran pemasaran apa saja yang dapat diterapkan oleh Rahat Cafe 1?
2. Apa saja faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran yang dihadapi oleh Rahat Cafe 1?
3. Apa saja alternatif strategi pemasaran Rahat Cafe 1?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Merumuskan bauran pemasaran Rahat Cafe 1.
2. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran Rahat Cafe 1.
3. Menentukan alternatif startegi pemasaran terbaik Rahat Cafe 1.
1.3 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang akan didapat sebagai berikut:
1. Bagi pihak manajemen Rahat Cafe 1, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan pertimbangan alternatif terbaik dalam meningkatkan kinerja perusahaan: perumusan strategi pemasaran perusahaan
2. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang telah diterima selama perkuliahan dan diharapkan dapat dijadikan bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pembaca, hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai strategi pemasaran cafe.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berikut disajikan beberapa kajian dengan tema sejenis dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Anggraini (2006) dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran, Bogor. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia termasuk di kota Bogor yaitu di jalan pajajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik pedagang warung pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele dan mengformulasikan strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha warung tenda pecel lele. Metode maupun alat analisis yang digunakan untuk mengetahui strategi pemasaran pada usaha warung tenda pecel lele adalah matriks IFE, EFE, IE dan SWOT. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan EFE serta dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada pada sel V (hold and maintain). Sedangkan berdasarkan matriks SWOT, strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang oleh usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu strategi WO yaitu melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, dan membenahi kondisi internal usaha seperti meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha khususnya pada kegiatan produksi.
Hutabarat (2006) dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Bauran Pemasaran Restoran Pizza (Studi Kasus di Pizza Hut, Padjajaran 29, Bogor)”, bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bauran pemasaran perusahaan, menentukan prioritas bauran pemasaran perusahaan, dan merekomendasikan bauran pemasaran untuk diterapkan oleh perusahaan. Proses Hierarki Analitik (PHA) dengan bantuan program Expert Choice 2000 Trial Vercion serta program Microsoft Excel. Penilaian bobot dan prioritas bauran pemasaran menunjukan bahwa prioritas pertama adalah bauran produk dengan bobot 0,41188, prioritas kedua adalah bauran SDM (bobot 0,3202), prioritas
ketiga adalah bauran distribusi (bobot 0,1267), prioritas keempat adalah bauran promosi (bobot 0,0774), dan prioritas kelima adalah bauran harga (bobot 0,0640).
Prioritas utama pengembangan bauran produk adalah perentangan lini produk (bobot 0,7215) dengan cara menganekaragaman produk dalam hal ukuran, harga, serta variasi jenis dan jasa.
Pratiwi (2008) dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Strategi Pemasaran pada Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor”, Bakmi japos merupakan salah satu restoran yang muncul untuk memanfaatkan peluang pasar. Bakmi japos telah memberikan alternatif sajian makanan yang sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia serta turut memacu pertumbuhan restoran di Indonesia, khususnya di Kota Bogor untuk dijadikan objek wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bauran pemasaran jasa dan penilaian bauran pemasaran jasa yang selama ini diterapkan oleh Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor, mengetahui faktor-faktor dari lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran, dan mengetahui alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor agar dapat bersaing dengan para pesaing.
Peningkatan jumlah restoran di Kota Bogor menjadi permasalahan dalam penelitian ini, sehingga membutuhkan strategi persaingan yang sesuai dengan tujuan perusahaan, dan dilakukannya bauran pemasaran jasa. Metode maupun alat analisis menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan QSPM. Nilai rata-rata IFE dan EFE yang menempati posisi Restoran Bakmi Japos Cabang Bogor pada kuadran V, yaitu hold and maintain (dipertahankan dan pelihara). Berdasarkan matriks QSPM diperoleh hasil urutan strategi dari yang terbaik yaitu melakukan kegiatan promosi untuk menarik minat konsumen, menyediakan menu paket makanan dengan harga hemat dan pemberian diskon, dan peningkatan kualitas manajemen.
Rahmadhoni (2006) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Restoran Sunda Pajajaran Bogor”, bertujuan untuk mengetahui bauran pemasaran yang telah diterapkan Restoran Sunda Pajajaran dalam menghadapi restoran di Kota Bogor, Mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap unsur-unsur bauran pemasaran yang diterapkan Restoran Sunda Pajajaran, dan Mengetahui faktor
dalam menghadapi persaingan bisnis dengan restoran lainnya. Metode maupun alat analisis menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT. Berdasarkan pada nilai total skor pada matriks IFE dan EFE dapat diketahui bahwa perusahaan berada pada kuadran V yang didesain perusahaan untuk mencapai tahap pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, profit atau kombinasi dari ketiganya.
Berdasarkan matriks SWOT, strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang oleh Restoran Sunda Pajajaran Bogor adalah salah satu startegi WO yaitu meningkatkan efektivitas promosi dan memberi bonus bagi karyawan yang mampu menarik pelanggan baru.
Ratnasari (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran (Studi Kasus Ali Baba Restaurant, Bogor)”, Ali Baba Restaurant merupakan salah satu restoran etnik di Bogor yang menawarkan keunikan jenis makanan yang berasal dari negara Timur Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan, mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat dijalankan dimasa yang akan datang. Metode maupun alat analisis menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE menempati posisi dalam sel II. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan berada pada posisi Growth and Build (tumbuh dan berkembang). Berdasarkan hasil analisis QSPM, dapat dilihat bahwa startegi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah salah satu startegi WO yaitu perusahaan harus lebih berupaya dalam mempromosikan produknya untuk menarik perhatian konsumen dan tetap menjadi pelanggan dari Ali Baba Restaurant agar dapat meningkatkan penjualannya.
Siahaan (2008) dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Rice Bowl (Studi Kasus Restoran Rice Bowl Botani Square, Bogor), bertujuan untuk mengkaji strategi usaha yang telah dilakukan oleh Restoran Rice Bowl Botani Square, menganalisis faktor eksternal dan internal Restoran Rice Bowl Botani Square, dan mengkaji alternatif srategi yang paling sesuai bagi Restoran untuk mengembangkan usahanya. Metode maupun alat
EFE yang menempati posisi Restoran Rice Bowl Botani Square pada kuadran V, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produknya. Urutan prioritas strategi yang dilaksanakan adalah menjaga kualitas makanan dan layanan konsumen, evaluasi dan kajian kemampuan restoran dalam menghadapi persaingan, mengoptimalkan promosi, membuka outlet baru dan mrnjaga hubungan baik dengan pemasok.
Sitorus (2010) dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Strategi Bauran Pemasaran (Studi Kasus: Liefde Cafe & Restaurant, Bogor). Satu-satunya restoran yang menyediakan makanan jenis Internasional di Kota Bogor yang dapat dijadikan objek wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh Liefde Cafe & Restaurant, menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi oleh Liefde Cafe & Restaurant, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran terbaik dengan memperhatikan kondisi lingkungan perusahaan di Liefde Cafe & Restaurant.
Metode maupun alat analisis menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE menempati posisi dalam sel V. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan berada pada posisi Hold and maintain (pertahankan dan pelihara). Berdasarkan hasil analisis QSPM, dapat dilihat bahwa startegi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah salah satu strategi WO yaitu membuat papan nama untuk memudahkan konsumen mengetahui restoran tersebut dan meningkatkan promosi.
Suparyanto (2010) dalam kajian yang berjudul “Konsep makanan Sehat”. Kajian ini menjelaskan mengenai makanan sehat, keunggulan makanan sehat, syarat makanan sehat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan makanan sehat. Makanan sehat adalah dengan meramu berbagai jenis makanan yang seimbang, sehingga terpenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi tubuh dan mampu dirasakan secara fisik dan mental. Keunggulan makanan sehat yaitu mengandung zat-zat bergizi seperti protein, mineral, vitamin, dan lemak. Masing-masing zat tersebut mempunyai fungsi positif, misalkan protein yang berfungsi sebagai sumber energi dan dapat menggantikan sel-sel yang rusak. Syarat makanan sehat
susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat kebiasaan, dan selera terhadap makanan, memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan, makanan yang tidak mengandung lemak, makanan yang berkalori tinggi, makanan tidak mengandung gula, makanan yang penuh protein, dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan makanan sehat yaitu: umur, faktor status ekonomi, faktor ekonomi, status pekerjaan, sosial budaya, dan pengetahuan.1
Vembry (2009) dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Strategi Bauran Pemasaran Zoe Library, Shop, and Cafe, Depok, Jawa Barat”. Zoe Library, Shop, and Cafe merupakan salah satu tempat hiburan yang lokasinya berada tengah- tengah lingkungan yang kompetitif. ZOE (Zone of Education and Entertainment) menggabungkan konsep usaha cafe, taman bacaan, toko buku dan penyewaan film. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik umum pelanggan, menganalisis penilaian pelanggan terhadap preferensi Zoe dan kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan, serta menyusun rekomendasi alternatif strategi pemasaran (produck, price, place, promotion, people, physivall evidence, dan procces) yang tepat untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Metode maupun alat analisis menggunakan Importance and Performance (IPA), dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil IPA, atribut yang memiliki tingkat kepuasan tertinggi adalah atribut kebersihan dan kerapihan cafe. Sedangkan dalam kriteria nilai CSI yaitu berada pada kriteria puas. Rekomendasi alternatif strategi pemasaran pada penelitian ini adalah perbaiki atribut kecepatan pelayanan, cita rasa makanan dan minuman, harga makanan dan sewa buku/film, serta sarana toilet. Selain itu tingkatkan atribut cara promosi dan areal parkir.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan, jika dilihat dari kesembilan kajian (kesembilan paragraf) di atas, tampak bahwa
1Suparyanto. 2010. Konsep Makanan Sehat. http://dr-
keenam kajian (kecuali kajian pada paragraf kedua, kedelapan, dan kesembilan), startegi yang diambil berada pada kondisi rata-rata (kuadran V) atau artinya tidak ada satu kajian pun yang dapat menyatakan secara ekstrim, misalkan kajian yang menyatakan kondisi strategi pada suatu perusahaan tertentu berada pada kondisi yang lemah atau skor yang rendah. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh ketidaksediaan responden dan pihak manajemen perusahaan untuk menginformasikan kelemahan yang mereka miliki, sebaliknya terjadi pada kasus yang menyatakan kondisi suatu perusahaan sangat kuat atau di atas rata-rata.
Posisi perusahaan yang dimaksud yaitu yang berada pada kuadran I atau IX (Umar 2008).
Pertimbangan penggunaan metode tersebut adalah untuk memperoleh berbagai alternatif strategi khususnya dibidang pemasaran. Tampak pada kajian di paragraf pertama, keempat, kelima, dan ketujuh diperoleh strategi WO sebagai output olahan metode SWOT, kemudian pada kajian di paragraf ketiga, kelima, keenam dan ketujuh penggunaan metode matriks QSPM dengan hasil strategi yang paling tinggi atau strategi yang dapat dilakukan terlebih dahulu oleh perusahaan adalah meningkatkan loyalitas konsumen dan melakukan kegiatan promosi untuk menarik konsumen. Artinya sifat strategi yang umum, yang ditawarkan oleh metode SWOT dapat disederhanakan atau disimpulkan melalui metode penentuan keputusan oleh QSPM.
Pada kajian paragraf kedua, tampak bahwa metode PHA juga layak untuk dipertimbangkan, yaitu untuk melihat tingkatan prioritas strategi yang digunakan, dimana pada penggunaan metode QSPM hanya menghasilkan satu prioritas strategi tanpa ada pertimbangan prioritas lainnya. Selain itu ternyata dengan menggunakan metode IPA dan CSI (pada kajian paragraf kesembilan), dapat merekomendasikan alternatif strategi pemasaran. Data dianalisis secara deskriptif untuk karakteristik pelanggan. Untuk menganalisis atribut yang dianggap penting dan menganalisis kinerja dalam mencapai kepuasan pelanggan perusahaan digunakan analisis IPA, sedangkan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan produk dan jasa terhadap seluruh atribut digunakan analisis CSI.
Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya penulis menjadikan beberapa kajian sebelumnya tersebut sebagai referensi dalam penelitian yang dilakukan,
Hal ini karena secara umum ternyata terdapat persamaan yang mendasar dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya pada metode analisis dalam penelitian ini, yaitu menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM. Selain itu mempunyai kesamaan pada topik penelitian yaitu membahas tentang industri makanan yang dapat dijadikan wisata kuliner yaitu cafe (pada kajian paragraf ketujuh dan kesembilan).
Beberapa penelitian yang relevan dengan topik strategi pemasaran terdapat perbedaan dengan penelitian yang sekarang dilakukan, misalnya dalam penentuan lokasi dan objek yang diteliti. Penulis mengambil topik mengenai analisis strategi pemasaran Rahat Cafe 1 di Bogor, cafe yang berkonsep “Indonesian foods, healthy & diet foods” yaitu menyediakan menu Indonesia dengan pencampuran hidangan sehat. Penulis memilih konsep menu makanan yang berbeda karena sesuai kajian pada paragraf kedelapan menunjukkan adanya keunggulan pada makanan sehat, sehingga penulis memilih tema tersebut. Selain itu penelitian yang membahas mengenai Analisis Strategi Pemasaran Rahat Cafe 1 di Bogor belum pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di Institut Pertanian Bogor.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Adapun kerangka pemikiran teoritis yang melandasi penelitian ini dibangun dari Konsep Strategi, Manajemen Strategis, Definisi Pemasaran, Strategi Pemasaran, Analisis Lingkungan Perusahaan, Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation), Matriks IE (Internal-Eksternal), Analisis SWOT, dan Matriks QSPM.
3.1.1 Konsep Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos” yang berasal dari kata “stratus” yang berarti militer dan “ag” yang artinya memimpin. Strategi didefinisikan sebagai semua keputusan pada sasaran bisnis dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Menurut Saladin (2001), untuk memilih suatu strategi yang handal, maka terlebih dahulu menganalisis kekuatan dan kelemahan dari lawan bisnis dan selanjutnya mengukur dimana kekuatan dan kelemahan bisnis sendiri.
Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai (David 2009). Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
3.1.2 Manajemen Strategis
Pengertian manajemen strategis menurut David (2004) didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya.
Dari beberapa model manajemen strategis, menurut Wheelen & Hunger (2003), proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar: (1) pengamatan lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, (4) evaluasi dan
pengendalian. Manajemen strategis membantu suatu perusahaan atau organisasi untuk memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematik, logis, dan rasional untuk pilihan strategis.
3.1.3 Definisi Pemasaran
Menurut Kotler (1993), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu dalam kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Menurut Tjiptono (2008). Dalam peranan strategisnya, pemasaran mencangkup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah tentang bisnis yang digeluti dengan bagaimana bisnis tersebut dijalankan.
Lingkungan pemasaran dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro merupakan pelaku dan kekuatan di sekitar perusahaan, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan bisnis dan kinerja pemasaran perusahaan, meliputi: pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, dan pasar/masyarakat. Sedangkan lingkungan makro merupakan kekuatan yang melingkupi dan berpengaruh secara langsung/tidak langsung terhadap perusahaan serta lingkungan mikro secara keseluruhan,meliputi: demografi, budaya, ekonomi, hukum, politik , teknologi, sosial, dan alam.
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi ide-ide, barang-barang dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan tujuan-tujuan organisasi (Kotler 1993). Tujuan pemasaran yang lebih penting adalah mengetahui dan memahami pelanggan (costumer) dengan baik sehingga produk dan jasa tersebut cocok dan dapat terjual. Pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap membeli dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan.
3.1.4 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran menjabarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan atau sasaran produk. Menurut Cahyono (1995), Strategi
pemasaran adalah logika pemasaran, dan berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran.
Strategi pemasaran mengartikulasikan sebuah rencana dalam penggunaan terbaik sumberdaya dan keunggulan perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Strategi pemasaran terdiri dari segmentation (strategi pemetaan), targeting (strategi ketepatan) dan positioning (penentuan posisi) ini adalah cara untuk memenangkan pangsa ingatan.
3.1.5 Analisis Lingkungan Perusahaan
Keunggulan yang dicapai suatu perusahaan tergantung bagaimana perusahaan tersebut menganalisis bisnis mereka. Perusahaan menyadari bahwa lingkungan selalu mengalami perubahan. Untuk itu, perusahaan harus mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Lingkungan bisnis dibagi menjadi dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dibagi dalam dua kategori yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, serta lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan.
3.1.5.1 Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan (Strenght) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Kelemahan (Weakness) adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan dan harus terus diperbaiki agar mampu bersaing di pasar. Secara pendekatan fungsional lingkungan internal perusahaan terdiri dari: pasar dan pemasaran, keuangan dan akuntansi, kegiatan produksi operasi, sumber daya manusia dan sumber daya informasi.
3.1.5.1.1 Pasar dan Pemasaran
Pasar dan pemasaran adalah aspek yang terkait dengan konsumen yang dilayani dan upaya untuk mengkomunikasikan produk kita kepada mereka, agar dicapai hasil yang saling menguntungkan yaitu perusahaan mendapat keuntungan yang berkelanjutan, pasar (konsumen) mendapat kepuasan yang berkelanjutan atas produk yang mereka beli dari perushaan.
Agar posisi produk di pasar (di mata para konsumen) sesuai dengan yang diharapkan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, promosi, harga produk, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.
1) Segmentation, Targeting, Positioning (STP) a) Segmentation
Segmentasi pasar adalah upaya untuk mengelompokkan pasar dalam karakteristik yang homogen. Pasar terdiri dari banyak pembeli yang berbeda dalam beberapa hal, misalnya keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap pembelian dan praktek-praktek pembeliannya. Berdasarkan perbedaan ini dapat dilakukan segmentasi pasar. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan pasar yaitu aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
b) Targeting
Dalam target pasar, perusahaan melakukan segmenasi pasar, kemudian memilih satu atau lebih segmen yang yang dianggap paling potensial dan menguntungkan, serta mengembangkan produk dan program pemasaran yang dirancang khusus segmen-segmen yang dipilih tersebut (Tjiptono 2008).
c) Positioning
Penetapan posisi pasar adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (diantara para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Setelah perusahaan memutuskan segmen mana yang akan dimasuki, selanjutnya diputuskan pula posisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut.
2) Bauran Pemasaran
Setelah menentukan pasar sasaran (STP), langkah selanjutnya yaitu mengembangkan bauran pemasaran bagi setiap segmen yang dipilih sebagai sasaran. Bauran pemasaran adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan, yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran (Cahyono 1995). Bauran pemasaran yang terdiri dari 7P yaitu bauran produk (Product Mix), bauran harga (Price Mix), bauran tempat (Place or Distributution Mix), bauran orang (People Mix), bauran fisik (Physical Mix), bauran proses (Process Mix) dan bauran promosi (Promotion Mix) digunakan oleh perusahaan untuk membangun sebuah strategi fungsional pemasaran yang efektif.
a) Bauran Produk (Product Mix)
Bauran produk merupakan wujud penawaran perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merk, dan kemasan produk. Tujuan produk diturunkan dari tujuan pemasaran, maka tujuan produk akan mudah jika tujuan pemasaran pun jelas (Goh S & Hor K 2003).
b) Bauran Harga (Price Mix)
Bauran harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Harga diartikan sebagai pengeluaran uang, waktu, dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.
Penentuan harga dapat dilakukan dengan melihat daya beli konsumen dan jumlah yang cukup dalam menutupi ongkos produksi. Oleh karena itu dalam menetapkan strategi bauran harga, suatu perusahaan harus memperhatikan strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga, potongan harga, dan syarat-syarat pembayaran.
Menurut Goh S dan Hor K (2003), tujuan penentuan harga lainnya dapat dilakukan seperti (memaksimalkan pertumbuhan penjualan, diferensiasi produk, dan memaksimalkan keuntungan), tetapi semua itu tumbuh dari tujuan pemasaran.
c) Bauran Promosi (Promotion Mix)
Bauran promosi merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
Menurut Goh S dan Hor K (2003), tujuan promosi secara sederhana dapat dipersempit menjadi tiga jenis tujuan, yaitu: memberikan informasi, mempengaruhi dan mengingkatkan pelanggan. Untuk mengkomunikasikan produk perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan bauran promosi (Promotion-Mix) yang terdiri atas 4 komponen utama, yaitu:
i) Periklanan: tiap-tiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar, mengenai gagasan atau barang oleh sponsor yang teridentifikasi.
ii) Promosi penjualan: insentif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian atau penjualan suatu produk dimana pembelian diharapkan dilakukan sekarang. Kegiatan promosi yang termasuk kedalam promosi penjualan misalnya pemberian kupon, obral, kontes, pameran, dan lain-lain.
iii) Hubungan masyarakat: bertujuan membangun hubungan yang baik dengan publik perusahaan dengan menghasilkan publisitas yang menyenangkan, menumbuhkan suatu citra perusahaan yang baik, menangani atau menghilangkan isu-isu, cerita dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Humas atau Public Relation merupakan suatu konsep yang menggunakan banyak sarana seperti siaran pers, publikasi produk, komunikasi perusahaan, penyuluhan, dan lain-lain.
iv) Penjualan perorangan: interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan atau menerima pesanan. Penjualan perorangan merupakan alat yang paling efektif dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.
v) Pemasaran langsung: penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat-alat penghubung non personal lainnya untuk berkominikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu atau calon pelanggan.
d) Bauran Tempat (Place or Distributution Mix)
Keputusan manajemen tentang kapan, dimana, dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. Pengiriman elemen produk kepelanggan
melibatkan tentang tempat dan waktu pengiriman dan mungkin melibatkan saluran distribusi fisik atau elektronik, tergantung pada sifat jasa yang diberikan.
Perusahaan dapat mengirimkan jasa kepada pelanggan baik secara langsung atau melalui perantara. Menurut Kotler (1993), bauran tempat adalah alat bauran pemasaran yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan serta membawa sebagian produk ke pasar agar produsen bekerjasama dengan perantara. Tiga jenis saluran pemasaran, antara lain:
i) Saluran komunikasi (communication channels) digunakan untuk menyerahkan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi dapat melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, iklan, poster, telepon, internet, dan lain-lain.
ii) Saluran distribusi digunakan untuk menyerahkan produk fisik atau jasa kepada pembeli atau pengguna yaitu pergudangan, sarana transportasi dan berbagai saluran dagang seperti distributor, grosir, dan pengecer.
iii) Saluran penjualan digunakan untuk mempengaruhi transaksi dengan pembeli potensial. Saluran ini tidak hanya mencakup distributor dan pengecer melainkan bank-bank dan perusahaan asuransi yang memudahkan transaksi.
e) Bauran Orang (People Mix)
Orang diartikan sebagai karyawan dan kadang-kadang pelanggan lain yang terlibat dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan jasa tersebut (Boone LN & Bloom PN 2006).
f) Bauran Proses (Process Mix)
Menurut Boone LN & Bloom PN (2006), Metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan. Proses yang desainnya buruk akan menggangu pelanggan karena keterlambatan, birokrasi, dan penyampaian jasa yang tidak efektif.
g) Bauran Fisik (Physical Mix)
Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa. Beberapa contoh dari bukti fisik antara lain gedung, tanah, kendaraan, perabotan interior, perlengkapan, anggota staf, tanda-tanda, barang cetakan, dan petunjuk yang terlihat lainnya.
3.1.5.1.2 Keuangan dan Akuntansi
Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktor- faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan perusahan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanaman modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal.
3.1.5.1.3 Kegiatan Produksi-Operasi
Kegiatan produksi-operasi perusahaan paling tidak dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karenanya, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah hubungan baik dengan pemasok, sistem logistik yang andal, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan sistem yang bulat, pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses produksi, dan pengendalian mutu.
3.1.5.1.4 Sumberdaya Manusia
Manusia merupakan sumberdaya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah langkah- langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.
3.1.5.1.5 Sistem Informasi Manajemen
Penelitian strategi perlu menganalisis berbagai segi dari sistem informasi manajemen, antara lain yaitu aspek-aspek software, hardware, dan brainware,
selain input, process, dan output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan pada tiap jenjang manajemen.
3.1.5.2 Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal perusahaan merupakan faktor-faktor di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur organisasi dan proses internal perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari komponen/variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar perusahaan. Komponen tersebut berada di luar jangkauan organisasi dan kendali perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat melakukan intervensi serta diperlukan tingkat adaptasi yang tinggi terhadapnya.
1) Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan adalah faktor politik, teknologi, ekonomi, dan sosial. Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju.
a) Faktor Politik
Situasi politik sangat bergantung pada hukum, kebijakan pemerintah, dan sejumlah tekanan yang dapat mempengaruhi bisnis yang dijalankan (Boone LN &
Bloom PN 2006). Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik, adalah:
i) Undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan ii) Peraturan tentang perdagangan luar negeri
iii) Stabilitas pemerintahan
iv) Peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja v) Sistem perpajakan
Namun pada usaha kecil atau menengah belum sepenuhnya mampu menjalankan kelima variabel tersebut, melainkan usaha besar yang sudah
menerapkan variabel-variabel tersebut dalam bisnisnya. Rahat Cafe 1 merupakan usaha menengah yang belum mampu menjalankan faktor politik atau variabel- variabel tersebut. Pemilihan faktor-faktor politik di atas perlu disesuaikan dengan lingkungan lokal, dimana entitas (usaha) yang dikaji berada. Pemilihan faktor- faktor politik di atas perlu disesuaikan dengan lingkungan lokal, dimana entitas (usaha) yang dikaji berada.
b) Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbasis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahanya. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah: siklus bisnis, inflasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas, serta tenaga kerja. Faktor kunci tersebut diterapkan oleh Rahat Cafe 1.
c) Faktor Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya masyarakat memang berubah-ubah. Hendaknya perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi yang mempengaruhi perusahaan dapat diantisipasi oleh perusahaan. Kondisi sosial budaya ini banyak aspeknya, misalnya faktor sikap, faktor gaya hidup, faktor adat-istiadat, dan faktor kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Hal yang dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan, dan etnis. Dari faktor sosial di atas, Rahat Cafe 1 cenderung pada aspek gaya hidup dan kebiasaan. Hal tersebut cenderung berubah seiring dengan perkembangan zaman, pola perubahan gaya hidup masyarakat dimana produktivitas kerja yang tinggi, menyebabkan semakin sedikitnya waktu untuk menyediakan makanan sehingga masyarakat semakin menginginkan kepraktisan dan kecendrungan untuk menikmati makan di luar rumah. Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya masalah dalam pemilihan bahan makanan diberbagai kalangan masyarakat.
d) Faktor Teknologi
Faktor teknologi sebagaimana faktor-faktor lain dalam lingkungan umum merefleksikan kesempatan dan ancaman bagi perusahaan. Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Sebenarnya, teknologi itu tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan, artinya bahwa ia memberikan suatu gambaran yang luas, yang meliputi:
mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus-menerus harus selalu mengikuti perkembangan- perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.
2) Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah tingkatan lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan.
Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis.
Michael E. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing. R.E. Freeman yang dikutip Wheelen merekomendasikan aspek yang keenam untuk melengkapinya. Secara lengkap keenam aspek atau variabel yang membentuk model untuk strategi bersaing tersebut serta penjelasannya dapat dipaparkan beserta gambar model kekuatan dari kompetitif (Gambar 1), sebagai berikut:
a) Ancaman Masuk Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumberdaya
produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada.
b) Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Sedangkan pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam hal harga produk.
c) Ancaman dari Produk Pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang subsitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk subsitusi kuat bilamana konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk subsitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
d) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Para pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki mampu mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya. Kekuatan tawar-menawar pembeli meningkat jika terjadi situasi berikut:
i) Pembeli membeli dalam jumlah besar.
ii) Produk yang dibeli adalah produk standar dan tidak terdiferensiasi.
iii) Produk industri tidak terlalu penting untuk produk atau jasa pembeli.
iv) Pembeli mengancam akan melakukan integrasi ke hulu untuk membuat produk industri.
e) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau jasa. Pemasok menjadi kuat apabila beberapa kondisi berikut terpenuhi:
i) Jumlah pemasok sedikit.
ii) Produk/jasa yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost yang besar.
iii) Tidak tersedia produk subsitusi.
iv) Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
f) Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya
Kekuatan keenam yang ditambahkan oleh Freeman yang dikutip Wheelen- Hunger adalah berupa kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai pengaruh dan kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholder yang dimaksud antara lain adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi datang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemegang saham. Pengaruh dari masing-masing stakeholder adalah bervariasi diantara industri yang satu dengan yang lain.
Gambar 1. Model Kekuatan dari Kompetitif Sumber: David (2009)
3.1.6 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Matriks IFE dan EFE terdiri dari kolom bobot, rating, dan total nilai yang merupakan hasil kali dari bobot dan rating. Untuk kolom bobot dan rating diisi sesuai dengan nilainya yang merupakan hasil dari pengelompokan faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan tingkat kepentingannya. Menurut Umar (2008), Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) adalah sebuah alat dalam manajemen strategi yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan terdiri dari
Potensi pengembangan produk-produkpengganti
Persaingan antarperusahaan
saingan Daya tawar konsumen
Daya tawar pemasok
Potensi masuknya pesaing baru