IMPLEMENTASI QS AS-SAJADAH AYAT 15 PADA SUJUD TILAWAH DI MASJID ASMAUL HUSNA LINGKUNGAN SEGANTENG KARANG MONJOK (STUDI LIVING THE QUR’AN)
Oleh : Reni Alviana NIM 190601054
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
IMPLEMENTASI QS AS-SAJADAH AYAT 15 PADA SUJUD TILAWAH DI MASJID ASMAUL HUSNA LINGKUNGAN SEGANTENG KARANG MONJOK (STUDI LIVING THE QUR’AN)
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Agama
Oleh : Reni Alviana NIM 190601054
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
i
ii
iv
v MOTTO
ا ْﻮُﻨ َﻣ ٰ ا َﻦْﻳ ِﺬ ﱠ
ﻟا ا ﱡن َﻤ ْ
ﻄ َ ﺗ ِ ﱣ
ِﺮ ْ ﻛ ِﺬِﺑ َ َ
ۗ ِ ﱣ ِﺮ ْ
ﻛ ِﺬِﺑ ْﻢُ ُ ْﻮُﻠُﻗ ﱡن َﻤْﻄَﺗَو ُب ْﻮ ُ
ﻠ ُﻘ ْ ﻟ
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS Ar-Ra’d [13] : 28)1
1Dapartemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro 2006), hlm. 201.
vi
PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Firdaus dan Bapakku Mas’ud.
Adikku Muhammad Sudi Harji dan Kakakku Dewi Santika dan semua keluargaku. Guru-guruku, termasuk dosen-dosenku, Semua sahabat- sahabatku, dan teman-teman seperjuanganku Mahasiswa Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir Tahun 2019.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN
أ a/’ د D ض dh ك K
ب b ذ Dz ط th ل L
ت t ر R ظ zh م M
ث ts ز Z ع ‘ ن N
ج j س S غ gh و W
ح h ش Sy ف f ھ H
خ kh ص Sh ق q ي Y
ﺎ َ ـ ـ
ـ ـ
ā (a panjang) Contoh :َ ُﻚ ِﻟﺎ َ ْ ا
ﳌ
: al-Mālikـ ـ ـ
ْﻲِـ
ī (i panjang) Contoh :َ
ﱠ ا
ُﻢْﻴ ِﺣَﺮ ﻟ :
ar-Rahīmـ ـ ـ
ْﻮ ُ
ـ
ū (u panjang) Contoh :َ ا ُر ْﻮ ُﻔ ﻐ َ ْ
ﻟ :
al-Ghafūrviii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Tuhan semesta alam. Karena berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi QS As-Sajadah Ayat 15 pada Sujud Tilawah di Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok (Studi Living The Qur’a>n)”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Yang mana Rasulullah Saw. telah membawa umatnya dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang yakni Addi>nul Isla>m (agama islam).
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya penulisan skripsi ini bisa diselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari oranglain. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dengan memberikan bimbingan, saran-saran, dukungan, serta do’a sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan kepada ibu Zuhrupatul Jannah, M.Ag., selaku dosen pembimbing II, yang telah berusaha meluangkan waktunya dengan memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. H. Zulyadain, M.A., sebagai ketua prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Mataram.
3. Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd., selaku dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Mataram yang telah berkenan menerima dan menyetujui skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag., selaku rektor Universitas Islam Negeri Mataram.
5. Kepada kedua orang tua, ibu Firdaus bapak Mas’ud yang telah mendidik, membimbing, serta memberikan semangat dan do’a yang begitu besar dan tak terhingga kepada penulis. Karena
ix
selesainya penulisan skripsi ini, juga tak luput dari do’a-do’a mereka.
6. Kepada adik dan kakak tercinta, Muhammad Sudi Harji, Dewi Santika yang juga menjadi motivasi terbesar bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.
7. Sahabat seperjuangan Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 2019, yang telah memberikan support dan membantu terselesainya penyusunan skripsi ini.
8. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semua. Terimakasih penulis ucapkan karena telah membantu dengan dukungan, bimbingan, ataupun do’a. Semoga segala kebaikan dari semua pihak dilipatgandakan oleh Allah dan dibalas dengan balasan yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan, kejanggalan, ataupun kekeliruan. Oleh sebab itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya dan bisa menjadi referensi untuk mengamalkan sujud tilawah.
Mataram, 08 November 2022 Penulis,
Reni Alviana
x DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...
Halaman Judul ...
Halaman Logo ...
Persetujuan Bimbingan ... i
Nota Dinas Pembimbing ... ii
Pernyataan Keaslian Skripsi ... iii
Pengesahan Dewan Penguji ... iv
Halaman Motto ... v
Halaman Pesembahan ... vi
Pedoman Transliterasi ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftas Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
Abstrak ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat ... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 6
E. Telaah Pustaka ... 7
F. Kerangka Teori ... 13
G. Kerangka Berfikir ... 15
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 25
J. Rencana Jadwal Kegiatan Studi ... 26
BAB II PROFIL LEMBAGA ... 27
A. Profil Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok ... 27
1. Letak Geografis ... 27
2. Sejarah Berdirinya ... 27
xi
3. Struktur Kepengurusan ... 29
4. Kegiatan-kegiatan Keagamaan pada Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok ... 30
BAB III ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN ... 32
A. Metode Living Qur’an ... 32
1. Pengertian Living Qur’an ... 32
2. Sejarah Living Qur’an ... 33
3. Urgensi Living Qur’an ... 34
4. Berbagai Interaksi Dengan Al-Qur’an ... 36
B. Sujud Tilawah ... 37
1. Pengertian Sujud Tilawah ... 38
2. Syarat-Syarat Sujud Tilawah ... 40
3. Bacaan-bacaan Sujud Tilawah... 42
4. Hukum Sujud Tilawah ... 43
5. Faktor-Faktor Penyebab Sujud Tilawah ... 44
C. Ayat-Ayat Sajadah ... 46
B. Penafsiran QS As-Sajadah Ayat 15 ... 51
D. Implementasi QS As-Sajadah Dalam Pelaksanaan Sujud Tilawah Pada Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok ... 55
E. Hikmah Dari Pelaksanaan Sujud Tilawah Pada Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok ... 58
BAB IV PENUTUP ... 66
A. Kesimpuan ... 66
B. Saran-Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN 1 ... 73
LAMPIRAN 2 ... 77
LAMPIRAN 3 ... 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Peneliti Tulis Dengan Penelitian Terdahulu.
Tabel 2.1 Daftar Ayat-Ayat Sajadah di Dalam Al-Qur’an, Nama Surah, Beserta Terjemahannya.
Tabel 3.1 Daftar Temuan Penelitian.
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Bagan Kerangka Berfikir Gambar 2.1. Bagan Alur Penelitian
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Wawancara Dengan Jama’ah Masjid Asmaul Hunsa Lingkungan Seganteng Karang Monjok, Imam Shalat, Pemilik Masjid Asmaul Husna, Beserta Para Ustadz yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Sujud Tilawah Tersebut.
Lampiran 2 Kegiatan-kegiatan Keagamaan Pada Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
Lampiran 3 Kartu Konsultasi Skripsi, Surat Izin Penelitian, dan Surat Keterangan Plagiasi.
xv
IMPLEMENTASI QS AS-SAJADAH AYAT 15 PADA SUJUD TILAWAH DI MASJID ASMAUL HUSNA LINGKUNGAN SEGANTENG KARANG MONJOK (STUDI LIVING THE QUR’AN)
Oleh : Reni Alviana NIM 190601054
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang respon masyarakat terhadap A-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Respon tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai standar perilaku. Hal ini tentunya sejalan dengan makna Al-Qur’an yang tidak hanya dimaknai dari segi teksnya saja, akan tetapi di luar teksnya juga. Seperti pengamalan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok. Sujud tilawah merupakan sujud yang dilakukan ketika mendengar atau membaca ayat-ayat sajadah di dalam Al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an kurang lebih ada 14 ayat yang dikategorikan sebagai ayat-ayat sajadah. Dan ada beberapa perbedaan pendapat mengenai hukum pelaksanaannya. Ada yang mengatakan wajib dan ada juga yang mengatakan sunnah. Dalam madzhab Syafi’i hukum sujud tilawah adalah sunnah. Pendapat inilah yang disepakati dan banyak digunakan oleh mayoritas ulama’. Kemudian fokus penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana implementasi QS As-Sajadah Ayat 15 dalam pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok? (2) Bagaimana respon jama’ah masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok terkait pelaksanaan sujud tilawah tersebut? (3) Bagaimana hikmah dari pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok?
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif, dan jenis pendekatan etnografi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyaringan data, dan penarikan kesimpulan.
xvi
Hasil penelitian yang di dapatkan yaitu (1) Implementasi sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok dilakukan secara berjama’ah pada shalat subuh jum’at di raka’at pertama dengan membaca ayat sajadah ayat 15 yang di ikuti dengan sujud tilawah. (2) Respon jama’ah masjid Asmaul Husna terkait pelaksaan sujud tialwah tersebut yaitu, semakin sempurna dalam mengamalkan sunnah, terbiasa dengan ayat-ayat panjang, semakin dalam mengenal sunnah, dan sebagai washilah menyembuhkan penyakit. (3) Hikmah dari pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna yaitu, mempererat silaturrahmi, bersyukur kepada Allah Swt, lebih dekat dengan Allah Swt, dan terbiasa shalat berjama’ah di masjid. Hikmah-hikmah ini tentunya masih berkaitan erat dengan dalil-dalil yang peneliti gunakan untuk memperkuat hasil penelitian.
Kata Kunci : Al-Qur’an, Sujud Tilawah, Ayat-Ayat Sajadah
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Setiap orang pasti mimiliki cara tersendiri dalam mengamalkan al-Qur’an. Kehadiran al-Qur’an di masyarakat dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai standar perilaku.
Termasuk dalam bentuk praktik yang bersifat universal di waktu- waktu tertentu. Hal ini merupakan suatu pujian dan penghormatan terhadap al-Qur’an sebagai kalam Ilahi. Al-Qur’an pasti memiliki warna tersendiri bagi setiap pembaca ataupun pendengarnya. Hal ini bisa dilihat dari pengalaman fisik yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui realita bahwa sangat banyak kegiatan-kegiatan pembacaan al-Qur’an yakni sebagai wujud apresiasi bagi umat islam atau muslim untuk mengagungkan al- Qur’an.2
Dalam ajaran islam dijelaskan bahwa tidak hanya membaca al- Qur’an, berbagai bentuk interaksi lainnya dengan al-Qur’an akan bernilai ibadah disisi Allah swt dan akan mendapat balasan pahala darinya. Dari sinilah banyak bentuk kajian terhadap al-Qur’an yang berkembang ditengah masyarakat seiring bagaimana masyarakat itu berinteraksi dengan al-Qur’an. Salah satu bentuknya ialah Living Qur’an, dimana sebagai bentuk interaksi masyarakat muslim terhadap al-Qur’an dalam tatanan kehidupan sosialnya baik dalam bentuk lisan, tulisan, tindakan, pemikiran maupun spiritual. Dengan demikian akan menumbuhkan nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan ajaran al- Qur’an melalui berbagai ekspresi dan posisi al-Qur’an dalam kehidupan umat muslim sehari-hari.3 Seiring berjalannya waktu, hal- hal demikian berpengaruh terhadap perkembangan pengkajian al- Qur’an, hingga kini al-Qur’an dan tafsir diperluas tidak hanya
2Aghna Rosi Saputri, dkk, Membumikan Al-Qur’an ditanah Melayu (Living Qur’an), (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia 2019), hlm. 2
3Ibid., hlm. 82-83
2
berfokus pada makna tekstual, tapi juga dalam konteks respon atau praktik masyarakat dengan al-Qur’an.4
Berinteraksi dengan al-Qur’an merupakan salah satu pengalaman beragama yang paling berharga bagi setiap muslim.
Pengamalan berinteraksi dengan al-Qur’an dapat diungkapkan melalui tulisan, lisan, ataupun perbuatan, baik berupa pemikiran, pengalaman emosional maupun spiritual. Setiap muslim berkeyakinan bahwa al- Qur’an merupakan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Al-Qur’an mengandung berbagai tingkat pengertian bagi semua jenis pembacanya. Untuk mendapatkan petunjuk al-Qur’an, maka kita dianjurkan untuk membaca, memahami, dan mengamalkannya.
Pemahaman dan penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasikan secara verbal maupun dalam bentuk tindakan tersebut dapat mempengaruhi individu lain sehingga membentuk kesadaran bersama. Pengalaman bergaul dengan al-Qur’an meliputi bermacam-macam kegiatan, antara lain; membaca al-Qur’an, memahami dan menafsirkan al-Qur’an, menghafal al-Qur’an, menjadikan al-Qur’an sebagai obat, serta menerapkan ayat-ayat al- Qur’an tertentu dalam kehidupan individual maupun dalam kehidupan sosial.5
Al-Qur’an merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah bagi umat manusia. Kandungan ayat suci al-Qur’an akan mengantarkan manusia bahwa tidak ada Maha Agung dan Maha Kuasa selain dari Allah. Pada dasarnya, semua manusia diperintahkan untuk berusaha memahami al-Qur’an dengan cara mempelajari arti kosa-katanya, asbabunnuzulnya, hukmah dan maksud dari suatu ayat al-Qur’an, serta mengamalkan pesan-pesan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari6. Dengan demikian, kita akan bisa menguasai dan memimpin umat manusia.
4Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta:
Idea Press 2015), hlm. 107.
5Muhammad, Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi Dengan Al- Qur’an, (Yogyakarta: Teras 2007), hlm. 11-12.
6Ibrahim Eldeeb, be a Living Qur’an, (Tangerang: PT Lentera Hati 2009), hlm. 158.
3
Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggambarkan ketundukan manusia kepada Allah yang Maha Agung. Ayat tersebut dinamakan ayat sajadah. Ketika kita membaca atau mendengar ayat- ayat sajadah disunahkan untuk melakukan sujud tilawah. Sujud ini dilakukan sebagai bentuk pengagungan kepada Allah.7 Di dalam al- Qur’an, terdapat 14 ayat yang dikategorikan sebagai ayat-ayat sajadah.
Diantara 14 ayat tersebut, ada dua ayat yang berada dalam satu surah, yaitu di dalam surah al-Hajj ayat 18 dan ayat 77. Adapun yang dipraktikkan pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok yaitu QS As-Sajadah ayat 15 yang berbunyi :
ْﻢ ِ ِّ َر ِﺪ ْﻤ َﺤِﺑ اْﻮ ُﺤﱠﺒ َﺳﱠو ا ًﺪﱠ ُ اْوﱡﺮَﺧ ﺎَ ِ اْوُﺮِّﻛُذ اَذِا َﻦْﻳ ِﺬ ﱠ ﻟا ﺎَﻨِ ٰﻳ ٰ
ﺎِﺑ ُﻦِﻣْﺆُﻳ ﺎَﻤﱠﻧِا َن ْو ُ ِ ْ
ﻜَﺘ ْﺴَ َ ﻻ ْﻢ ُ َو
“Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri” (QS As-Sajadah [32] : 15).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan mengaku Muhammad adalah Rasul Allah adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dan dibacakan ayat-ayat Allah dihadapan mereka, mereka bersujud dan bertasbih memuji Allah seraya membaca
“Subha>nalla>h wa bihamdihi, subha>nalla>hil ‘azhi>m.” Sujud ini dinamakan sebagai sujud tilawah, dan sunnah dilakukan di luar maupun di di dalam shalat.8 Allah Swt juga menerangkan dalam ayat ini, bahwa ciri-ciri seorang mukmin adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Allah, mereka bersujud dan bertasbih memuji Rabbnya, dan mereka tidak sombong untuk sujud kepada Allah. Sedangkan orang-orang kafir, apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Allah, mereka mengolok-ngolok dan enggan melakukan
7Amirullah Syarbini & Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al- Qur’an, (Bandung: Ruang Kata Impirint Kawan Pustaka 2012), hlm. 57.
8Dapartemen Agama RI, Al-qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi 2010), hlm. 590.
4
sujud, sehingga azab diturunkan kepada mereka. Tentunya terdapat keunikan sendiri dalam ayat ini, karena ada nuansa ketauhidan yang menganjurkan seseorang untuk bersujud dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya dzat yang patut disembah bagi semua makhluk. Ayat sajadah ini mencerminkan perintah yang mendasari dilaksanakannya sujud tilawah.
Banyak hadits-hadits Nabi saw. yang menceritakan tentang sujud tilawah. Salah satunya riwayat Ibnu Umar ra., yang berbunyi :
ُﮫْﻨ َﻋ ُ ّ
َ ِ َر َﺮ َﻤ ُﻋ ُﻦْﺑا ُﺚْﻳ ِﺪ َﺣ :
ﻟا ﱠن َ
ُ ا أَﺮ ْﻘَﻳ َنﺎ َ
َﻢ ﱠ
ﻠ َﺳ َو ِﮫْﻴ َ ﻠ َﻋ ُ ّ
ﱠﻞ َﺻ ﱠ ِ ﱠﻨ
ﺎَﻨ ُﻀْﻌَ ُﺪ ِﺠَﻳﺎ َﻣ ﱠ َﺣ ُﮫَﻌَﻣ ُﺪ ُ ْ َ َو ُﺪ ُ ْ َ َﻓ ًة َﺪ َ َ َﺎ ْ ِﻓ ًةَرْﻮ ُﺳ ُ أَﺮ ْﻘَﻴ َ
ﻓ َن َ أْﺮ ُﻘ ْ
ﻟا ِﮫِﺘ َ ْ َﺟ َنﺎَ َ ِﳌ ﺎًﻌ ِﺿْﻮَﻣ .
“Rasulullah saw. pernah membacakan surah al-Qur’an kepada kami. Kemudian ketika membaca surah as-Sajadah beliau sujud dan kami semua ikut sujud, sehingga ada sebagian kami yang tidak mendapatkan tempat sujud.”9
Sekilas proses gambaran pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok. Sujud tilawah ini dilakukan pada shalat jama’ah subuh dirakaa’at pertama.
Ketika imam shalat membaca surah al-Fatihah dan sampai pada ayat sajadah, imam melakukan sujud dan diikuti oleh makmum. Setelah sujud dan membaca do’a sujud tilawah, bangun kembali dengan takbir kedua dan melanjutkan bacaan ke ayat berikutnya. Data ini dihasilkan dari peneliti sendiri karena peneliti merupakan salah satu jama’ah dalam pelaksanaan sujud tilawah tersebut. Pengamalan sujud tilawah di lingkungan Seganteng merupakan fenomena baru di kalangan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa jama’ah, mereka mengatakan bahwa pelaksanaan sujud tilawah ini sangat diapresiasi, karena selain untuk menjalankan ibadah sunnah, mereka juga bisa menjalin silaturrahmi dengan orang-orang baru.
9Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 2, terj. Abdul Hayyie al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema Insani 2010), hlm. 256-257.
5
Masjid Asmaul Husna memilik ciri khas dan keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan masjid-masjid sekitarnya, karena banyak di isi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti pengajian umum, tahsin al-Qur’an, menghafal al-Qur’an khusus ibu-ibu, dan kegiatan sujud tilawah. Kegiatan ini dilakukan satu kali dalam seminggu, dan khusus pelaksanaan sujud tilawah tersebut dilakukan dihari jum’at pada shalat jama’ah subuh dirakaat pertama, kemudian dirangkai dengan pengajian umum ba’da shalat berjama’ah. Kegiatan ini bisa dikatakan sangat jarang dan masih tergolong langka di kalangan masyarakat dan sangat diapresiasi oleh masyarakat seganteng. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikannya sebagai bahan penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi QS. As-Sajadah : 15 dalam pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asma’ul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok?
2. Bagaimana hikmah dari pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan
a. Untuk mengetahui implementasi QS As-Sajadah : 15 dalam pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
b. Untuk mengetahui hikmah dari pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
1) Bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi orang yang memfokuskan kajiannya dalam bidang ilmu al-Qur’an dan tafsir.
2) Bisa dijadikan rujukan dan referensi bagi orang yang menekuni ilmu al-Qur’an dan tafsir.
3) Sebagai kajian pustaka bagi peneliti yang memfokuskan kajiannya tentang living qur’an dalam ranah sosial dan budaya, serta bagaimana mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
6 b. Manfaat Praktis
1) Memberikan pemahaman kepada peneliti sendiri, bahwa al- Qur’an merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan hanya sekedar menghafal dan membacanya saja, tetapi mampu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengalaman fisik dalam bentuk praktik.
2) Bisa melatih diri tentang kehidupan dalam bermasyarakat, khususnya dalam lingkungan tersebut.
3) Agar mengetahui bagaimana implementasi, respon jama’ah, serta hikmah dari pelaksanaan penelitian ini, khususnya terkait praktik sujud tilawah.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ialah uraian atau batasan suatu subjek yang terdapat di dalam suatu permasalahan. Apabila diartikan secara luas, ruang lingkup ialah suatu batasan. Batasan yang diartikan disini bisa berbentuk aspek yang diteliti semacam halnya modul, waktu, tempat, serta lain sebagainya. Sedangkan arti dalam makna yang kecil, ruang lingkup merupakan suatu perihal ataupun modul.
Wiktionary mengartikan ruang lingkup sebagai besaran subjek yang tercakup. Ruang lingkup merupakan batasan masalah dan subjek yang akan diteliti. 10
Dalam hal ini, maka peneliti akan melakukan pembatasan mengenai masalah yang akan dibahas agar penelitian yang dilakukan tidak meluas. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada batasan-batasan masalah yang akan dikaji, mengenai implementasi seperti tata cara dan proses pelaksanaannya, serta hikmahnya, seperti pengalaman dan kesan apa saja yang didapatkan dari pelaksanaan sujud tilawah tersebut.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian merupakan area, tempat ataupun daerah yang direncanakan oleh peneliti untuk dijadikan selaku objek
10https://www.gramedia.com/literasi/ruang-lingkup-penelitian, diakses tanggal 24 September 2022, pukul 20.20.
7
penelitian. Setting penelitian kualitatif memiliki 3 ukuran yaitu, 1) ukuran tempat, 2) ukuran pelakon, 3) ukuran aktivitas.11 Dengan demikian, peneliti akan melakukan penelitian pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
Masjid Asmaul Husna merupakan salah satu masjid baru di lingkungan Seganteng Karang Monjok. Masjid ini lumayan dekat dari rumah peneliti dengan jarak tempuh kurang lebih 10 menit jika menggunakan sepeda motor. Walaupun masjid tersebut baru- baru didirikan, tetapi jama’ahnya sudah lumayan banyak karena banyak diisi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada fokus penelitian terkait pelaksanaan sujud tilawah tersebut.
E. Telaah Pustaka
Untuk menghindari kesamaan penelitian dengan penelitian- penelitian yang sudah ada, maka peneliti melakukan penelusuran. Dari hasil penelusuran tersebut, ada beberapa penelitian yang penulis temukan dan hampir mirip dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu sebagai berikut :
1. Skripsi yang ditulis oleh Erviana Iradah Ulya dengan judul
“Implementasi Sujud Tilawah dalam Pembacaan Surah Sajadah (Studi Living Qur’an pada Shalat Jama’ah Subuh Hari Jum’at di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo).” Skripsi ini membahas tentang bagaimana implementasi sujud tilawah di kawasan pondok pesantren, yaitu Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Jika dilihat dari rumusan masalahnya, skripsi tersebut menjelaskan bagaimana latar belakang pelaksanaan, makna pelakasanaan, dan respon masyarakat terkait pelaksanaan sujud tilawah tersebut. Adapun respon masyarakatnya yaitu, menerapkan sunah rasul, melatih diri agar tetap istiqomah, meningkatkan keimanan, menenangkan hati, membuka fikiran, dan dijauhkan dari godaan setan.12 Penelitian ini bisa dikatakan hampir
11https://amirhamzah010293.blogspot.com/2013/10/rencana-pendekatan- lingkup-dan-setting, diakses tanggal 24 September, pukul 20.31.
12Erviana Iradah Ulya, Implementasi Sujud Tilawah Dalam Pembacaan Surat Sajadah ( Studi Living Qur’an pada Shalat Jama’ah Subuh Jum’at di Pesantren
8
mirip dengan penelitian yang peneliti tulis, sama-sama mengkaji tentang sujud tilawah dan menggunakan metode living qur’an.
Perbedaannya terletak pada lokasi dan objek yang diteliti, penelitian tersebut lebih memfokuskan penelitiannya dikalangan pondok pesantren, sehingga lebih bersifat spesifik. Sedangkan yang peneliti teliti, lebih bersifat universal karena sudah banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat seganteng, sehingga berlaku untuk semua kalangan masyarakat.
2. Skripsi yang ditulis oleh Nurfitria dengan judul “Pengalaman Surah Al-Sajadah Di Shalat Subuh Jum’at pada Masyarakat Kelurahan Sarang Halang Pelaihari (Studi Living Qur’an).” Skripsi yang ditulis oleh Nurfitria ini, membahas mengenai proses atau gambaran pelaksanaan pengalaman ayat sajadah di kalangan masyarakat, beserta motivasi yang mempengaruhi masyarakat tersebut untuk mengamalkannya. Adapun motivasi masyarakat tersebut yaitu, berharap dilipatgandakan pahalanya, agar lebih bersemangat untuk melaksanakan shalat, dan motivasi tersbesar masyarakat Sarang Halang mengamalkan surah sajadah tersebut karena mengikuti sunah dan anjuran Rasullullah SAW.13 Penelitian tersebut juga hampir mirip dengan penelitian yang peneliti tulis, sama-sama membahas mengenai sujud tilawah dan menggunakan metode living qur’an. Perbedaannya, pada fokus dan objek yang teliti.
3. Skripsi yang ditulis oleh Sasmira dengan judul “Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Sujud Tilawah.” Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah tentang sujud tilawah. Abu Hanifah mengatakan hukum sujud tilawah wajib bagi orang yang mendengar ataupun membaca ayat- ayat sajadah di dalam al-Qur’an. Kewajiban tentang sujud tilawah, tertuang dalam beberapa kitab, yaitu; Kitab Al-Mabsuth, Al-Fiqh Zainul Hasan Genggong, Probolinggo), (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021).
13Nurfitria, Pengalaman Surah Al-Sajadah di Shalat Subuh Jum’at pada Masyarakat Kelurahan Sarang Halang Pelaihari (Studi Living Qur’an), (Skripsi, UIN Antasari Banjarmasin, 2019).
9
Islam wa Adillatuhu, Al-Fiqhu ‘Ala Mazahib Al-Arba’ah, Bidayatul Mujtahid. Imam Abu Hanifah menggunakan metode Istinbath (ra’yu) dalam mewajibkan hukum sujud tilawah tersebut.14 Persamaannya dengan penelitian yang peneliti tulis, yaitu sama-sama membahas mengenai sujud tilawah. Perbedaanya, skripsi yang ditulis oleh Sasmira tersebut mengutip pendapat ulama’ yaitu Imam Abu Hanifah, dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan penelitian yang peneliti tulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan metode living Qur’an.
Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu
No Judul
Nama Tahun
Tujuan Hasil Kesimpulan
Persamaan Persamaan Posisi Peneliti 1. Implementas Sujud
Tilawah dalam
Pembacaan Surat Sajadah (Studi Living Qur’an pada Shalat Jama’ah Subuh Hari Jum’at di Pesantren
Zainul Hasan
Genggong, Probolinggo)
Erviana Iradah Ulya.
2021.
Tujuan ; Untuk mengetahui latar belakang, prosesi, makna dan respon masyarakat terkait pelaksanaan sujud tilawah dalam pembacaan ayat sajadah (QS As- Sajadah: 15) di Pesantren Zainul Hasan Genggong
Probolinggo.
Hasil ; Membahas tentang bagaimana implementasi sujud
Persamaannya
; sama-sama membahas tentang sujud tilawah dan menggunakan metode living Qur’an.
Perbedaannya
; penelitian terdahulu lebih spesifik karena
memfokuskan penelitiannya dikalangan
14Sasmira, Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Sujud Tilawah, (Skripsi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2014).
10
tilawah di kawasan pondok pesantren, yaitu Pesantren Zainul Hasan Genggong
Probolinggo. Adapun respon masyarakatnya yaitu, menerapkan sunah rasul, melatih diri agar tetap istiqomah,
meningkatkan keimanan,
menenangkan hati, membuka fikiran, dan dijauhkan dari godaan setan.
Kesimpulan ; Tradisi tersebut dilatar belakangi oleh ajaran para sesepuh, para pendahulu, dan para pendiri pondok pesantren tersebut.
Prosesi pelaksanaannya dilakukan pada shalat jama’ah subuh di hari jum’at di pondok Pesantren Zainul Hasan. Makna dan respon masyarakat yaitu dapat menerapkan sunah Rasulullah,
melatih untuk
istiqomah, menangkan hati, membuka pikiran, meningkatkan
keimanan, dan
dijauhkan dari godaan setan.
pondok pesantren.
Sedangkan penelitian ini lebih
universal karena
berlaku untuk semua
kalangan masyarakat.
Posisi
penelitian ; Penelitian ini meneliti objek baru karena tempat dan lokasinya berbeda dari penelitian sebelumnya.
2. Pengalaman Surah Al- Tujuan ; Untuk Persamaannya
11 Sajadah di Shalat Subuh
Jum’at pada
Masyarakat Kelurahan
Sarang Halang
Pelaihari (Studi Living Qur’an)
Nurfitria 2019
mengetahui bagaimana pengalaman dan motivasi masyarakat Kelurahan Sarang
Halang dalam
mengamalkan surah sajadah pada shalat subuh jum’at
Hasil ; Membahas mengenai proses atau gambaran pelaksanaan pengalaman ayat sajadah di kalangan masyarakat, beserta
motivasi yang
mempengaruhi
masyarakat tersebut untuk
mengamalkannya.
Adapun motivasi masyarakat tersebut yaitu, berharap dilipatgandakan
pahalanya, agar lebih bersemangat untuk melaksanakan shalat.
Kesimpulan ;
Pengamalan surah sajadah ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat
Kalimantan.
Implementasi tersebut sama saja seperti shalat subuh biasa, hanya saja pada rakaat pertama setelah membaca al- Fatihah dan surah sajadah pada ayat ke 15
; sama-sama membahas sujud tilawah dan
menggunakan metode living qur’an.
Perbedaannya
; Pada fokus dan objek yang diteliti Posisi
penelitian ; Penelitian ini juga meneliti objek baru karena tempat dan lokasinya berbeda dari penelitian sebelumnya
12
disunahkan untuk melakukan sujud tilawah.
3. Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Sujud Tilawah.
Sasmira 2014
Tujuan ; Untuk mengetahui pendapat Imam Abu Hanifah tentang sujud tilawah.
Hasil ; Menjelaskan tentang bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah tentang sujud tilawah. Abu Hanifah mengatakan hukum sujud tilawah wajib bagi orang yang mendengar ataupun membaca ayat-ayat sajadah di dalam al- Qur’an. Imam Abu Hanifah menggunakan metode Istinbath
(ra’yu) dalam
mewajibkan hukum sujud tilawah tersebut.
Kesimpulan ; Menurut pemikiran Abu Hanifah
sujud tilawah
hukumnya wajib, ini berdasarkan hadist nabi yang diriwayatkan oleh
imam Muslim.
Istinbath hukum yang digunakan dalam mewajibkannya yaitu al-Qur’an dan hadits dan menggunakan
metode ra’yu.
Sedangkan jumhur ulama’ selain Iman
Persamaannya
; sama-sama membahas mengenai sujud tilawah.
Perbedaannya
; Penelitian terdahulu menggunakan jenis
penelitian kepustakaan dan mengutip pendapat ulama’.
Sedangkan penelitian ini, menggunakan jenis
penelitian lapangan dengan
metode living qur’an.
Posisi peneliti
; Penelitian ini meneliti objek baru karena tempat,
lokasi, dan metode
penelitian yang gunakan juga berbeda.
13
Abu Hanifah,
mengatakan bahwa sujud tilawah itu hukumnya sunah.
F. Kerangka Teori 1. Living Qur’an
Living Qur’an merupakan penelitian ilmiah yang memfokuskan kajiannya dalam studi al-Qur’an . Hal ini berkaitan dengan fenomena-fenomena sosial tentang keberadaan dan kehadiran al-Qur’an di komunitas muslim tertentu. Dengan kata lain, Qur’an in Everyday Life, yang artinya bagaimana al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.15 Penelitian living qur’an juga disebut sebagai penelitian keagamaan (religious research) yang menempatkan agama sebagai sistem keagamaan. Living Qur’an bukan dimaksud sebagai individu atau sekelompok orang yang memahami (menafsirkan) al-Qur’an, tetapi bagaimana al-Qur’an itu di respon dan disikapi oleh masyarakat muslim menurut konteks budaya dan pergaulan sosial dalam realitas kehidupan sehari-hari.16
Menurut Muhammad Yusuf, upaya untuk menghidupkan al-Qur’an oleh masyarakat dalam bentuk respon sosial (realita) terhadap al-Qur’an, dapat dikatakan sebagai Living Qur’an. Baik al-Qur’an tersebut dipandang masyarakat sebagai ilmu ataupun disisi lain sebagai petunjuk yang bernilai sakral. Kedua efek inilah yang menghasilkan sikap dan pengalaman kemanusiaan berharga yang membentuk sistem religi karena adanya dorongan emosi keagamaan (emosi jiwa terhadap al-Qur’an).17
15M. Masyhur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: Teras 2007), hlm. 5
16Ahmad Farhan, “Living Qur’an Sebagai Metode Alternatif Dalam Studi Al-Qur’an”, El-Afkar, Vol.6, Nomor. 2, Desember 2017, hlm. 92.
17Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an,” dalam Muhammad Yusuf (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan hadits, (Yogyakarta: Teras 2007), hlm. 36-37.
14
Teori-teori penelitian tentang bagaimana melihat masyarakat ketika menyikapi dan melakukan interaksi dengan al- Qur’an masih belum bisa dirumuskan secara definitif. Walaupun begitu, teori-teori sosial yang menyangkut sistem sosial dan sistem religi dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melihat realitas masyarakat yang telah dan sedang melakukan proses pemahaman dan pengamalan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari menurut kapasitas masing-masing. Hal ini sebagai bentuk representasi dari keyakinan mendalamnya terhadap al-Qur’an.
2. Sosiologi
Secara umum, sosiologi merupakan suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan terstruktur. Dengan pendekatan ini, suatu fenomena sosial dapat di analisa dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.18 Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori sosiologi pengetahuan yang dikemukakan oleh Karl Mannheim.
Sosiologi pengetahuan merupakan buah pikiran Karl Mannheim yang terkenal sampai saat ini. Menurutnya, sosiologi pengetahuan adalah studi secara sistematis terhadap pengetahuan, gagasan, dan fenomena intelektual umum, yang disatu sisi bertujuan untuk memahami pemikiran dan perilaku. Paradigma sosiologi pengetahuan seyogyanya dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi objektif realitas itu sendiri. Pada intinya, Karl Mannheim mengatakan secara sederhana pengetahuan seseorang berkaitan erat dengan cara hidup dan lingkungan tempat tinggalnya. Atas dasar itulah pengetahuan selalu terkait dengan kepentingan-kepentingan subjektif seseorang.19
Karl Mannheim membagi makna perilaku ke dalam tiga bagian. Pertama makna objektif, yaitu makna yang diketahui
18Yuli Umro’atin, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Jakad Media Publishing 2020), hlm. 72-73.
19Herman Arisandi, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Sosiologi Dari Klasik Sampai Modern, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm. 83-84.
15
secara universal dan ditentukan oleh konteks sosial dimana tindakan atau kegiatan tersebut berlangsung. Kedua makna ekspresif, yaitu makna subjektif yang merupakan makna pelaku tindakan atau aktor tindakan. Ketiga makna dokumenter, yaitu makna tersembunyi yang tidak diketahui sepenuhnya oleh aktor atau pelaku pelaksana, bahwa apa yang mereka lakukan merupakan bagian dari kebudayaan secara menyeluruh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat simpulkan bahwa sosiologi pengetahuan yang dikemukakan oleh Karl Mannheim merupakan studi yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara pemikiran dan perilaku. Oleh karena itu, untuk mengetahui keterkaitan antara hikmah dan implementasi dari sujud tilawah tersebut, peneliti menggunakan teori sosiologi pengetahuan.
G. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan narasi atau pernyataan pemecahana masalah yang telah dirumuskan, tentang kerangka konsep, kerangka berfikir, atau sebuah pemikiran dalam penelitian kualitatif. Kerangka berfikir dalam penelitian kualitatif sangat menentukan validitas penelitian secara keseluruhan. Dari uraian kerangka berfikir, peneliti dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti secara komprehensif, darimana variabel-variabel itu didapatkan, dan mengapa hanya variabel-variabel itu saja yang digunakan.20 Sugiyono menjelasakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori ilmiah sebagai dasar untuk menyusun kerangka berfikir yang menghasilkan hipotesis.21
Pelaksanaan sujud tilawah di masjid Asmaul Husna merupakan salah satu tindakan sosial, karena dalam pelaksanaannya bukan hanya dilakukan oleh satu orang, melainkan dilakukan secara berjama’ah atau bersama-sama dan diperuntukkan untuk oranglain juga. Untuk
20Arif, dkk, “Pengaruh ketersediaan Sumber Belajar di Perpustakaan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 1 Praya Barat”, JISIP, Vol. 1, Nomor 2, November 2017, hlm. 111.
21Lilis Suryani, “Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bangkit Maju Bersama Di Jakarta”, JENIUS, Vol. 2, Nomor 3, Mei 2019, hlm. 422.
16
mengetahui implementasi sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok, maka kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan dari hasil permasalahan diatas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu data-data dan hasil penelitian diperoleh dengan cara turun langsung ke lapangan sesuai dengan objek yang akan diteliti. Field research merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan makna yang diberikan oleh masyarakat terkait perilaku dan kenyataan disekitarnya. Field research lebih mengutamakan interaksi tatap muka dengan masyarakat dalam lingkungan yang natura.22
Adapun metode yang digunakan yaitu, metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, yaitu berupa kata- kata atau gambar, sehingga tidak terfokuskan pada angka.
Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data-data yang
22Salmon Priaji Martama, “Problematika Penerapan Metode Field Research Untuk Penelitian Arsitektur Vernakular Di Indonesia”, Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 34, Nomor.1, Juli 2006, hlm. 59.
Implementasi Sujud Tilawah Pada Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
Implementasi
Hikmah
Jama’ah Masjid;
Imam Shalat
Jama’ah
Ustazd
17
diperoleh dikumpulkan menjadi satu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dan dideskripsikan dengan baik dan benar agar mudah difahami oleh orang lain.23 Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.24
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pendekatan etnografi. Salah satu jenis pendekatan dalam metode kualitatif adalah adalah pendekatan etnografi. Toni Robertson mengemukakan bahwa, etnografi tidak hanya sekedar metodologi tetapi merupakan sebuah gaya hidup. Metode ini merupakan metode yang sifatnya paling mendalam bila dibandingkan dengan action rsearch, grounded theory, maupun case study. Penelitian ini disebut mendalam karena peneliti akan menghabiskan waktu yang cukup lama dalam mengumpulkan data dengan cara mengamati para partisipan dalam berprilaku, perkataan, maupun perbuatan sehari-hari.25
Pendekatan entografi merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif yang mempelajari tentang kehidupan dalam sebuah masyarakat. Dalam pendekatan etnografi, perspektif masyarakat adalah hal yang penting dalam setting penelitian. Apa yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, dan alasan mereka melakukannya adalah hal yang paling utama yang harus ditemukan dalam pendekatan etnografi. Hal inilah yang menjadi alasan penulis menggunakan pendekatan etnografi, karena penulis akan melakukan penelitian alamiah yang melibatkan masyarakat tertentu sebagai objek yang akan diteliti.
23Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta CV 2018), hlm. 9.
24Ismail Nurdin & Sri Hartti, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya:
Media Sahabat Cendekia 2019), hlm. 75.
25Helaludin, Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Sebuah Tinjauan Teori dan Praktik, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), hlm. 36-37.
18 2. Kehadiran Peneliti
Untuk menghasilkan data yang valid, maka kehadiran peneliti dalam sebuah penelitian menjadi hal yang sangat penting.
Seperti yang dikatakan oleh Moleong bahwa kehadiran peneliti merupakan alat pengumpul data yang paling utama dalam penelitian kualitatif.26
Karena itu, dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen sekaligus pencari data. Kehadiran peneliti disini, sebagai partisispan penuh yang mana peneliti sendiri merupakan salah satu jama’ah masjid tersebut, sekaligus sebagai pengamat. Data yang akan dikumpulkan yaitu data-data yang berkaitan tentang proses pelaksanaan sujud tilawah, serta hikmah dari pelaksanaannya.
Untuk memperoleh data tersebut, peneliti akan turun langsung ke lapangan (lokasi penelitian) yaitu masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
3. Lokasi Penelitian
Karena yang menjadi subjeknya adalah imam shalat, jama’ahnya, serta ustadz-ustazd yang bersangkutan, maka peneliti akan mengambil lokasi penelitian di masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
4. Sumber Data
Dalam setiap penelitian, data yang dibutuhkan adalah data yang bersumber dari subjek penelitian dan mencerminkan objek penelitian, yaitu topik dan judul. Di dalam penelitian sosial, secara garis besar metode atau teknik pengumpulan data yang lazim digunakan antara lain metode kuesioner atau angket, metode wawancara, metode observasi (digunakan untuk mencari data primer) dan metode dokumenter (digunakan untuk mencari data sekunder). Data dikumpulkan dengan metode-metode tersebut maka diperlukan alat bantu yang kita sebut sebagai instrumen penelitian. Adapun sumber data yang diambil sebagai subjek penelitian dinamakan dengan responden.
26Moleong J. Lexy, Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008), hlm. 125.
19
Setelah menentukan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan lain sebagainya, langkah selanjutnya adalah menentukan metode pengumpulan data. Data terdiri dari data primer dan data sekunder.27
a. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata- kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya.28 Data primer merupakan data atau keterangan yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data primer maka peneliti akan mewawancarai imam shalat, ustadz-ustadz yang bersangkutan, serta jama’ah masjid Asmaul Husna terkait kegiatan sujud tilawah tersebut.
Selain itu, data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, al-Qur’an dan kitab tafsir yang menjadi sumber rujukan untuk menafsirkan QS As-Sajadah ayat 15 tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen grafis seperti table, catatan, notulen rapat, foto, rekaman, film, video benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.29 Data sekunder merupakan data atau keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan-catatan seperti buku, laporan, arsip-arsip penting, dan majalah yang sifatnya dokumentasi. Dalam hal ini, data sekunder yang peneliti gunakan yaitu buku, jurnal, arsip-arsip penting, dan foto-foto dokumentasi sebagai data pendukung yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (bersumber dari data primer). Adapun
27Bagja Waluya, Sosiologi: Melayani Fenomena Sosial di Masyarakat, (Bandung: PT Grafindo Media Pratama 2007), hlm. 79.
28Sandu Siyoto & Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing 2015), hlm. 28.
29Ibid., hlm. 28.
20
teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah proses dimana peneliti langsung turun ke lapangan untuk merekam, mencatat, dan memahami aktivitas objek yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan dengan baik dan terstruktur agar menghasilkan data yang akurat.30 Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan disaring dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda- benda yang sangat kecil maupun benda yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.31
Dalam hal ini, peneliti tergolong ke dalam observasi partisipan dimana peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan sujud tilawah tersebut. Peneliti merupakan salah satu jama’ah dan pengajar di masjid Asmaul Husna sehingga tidak dianggap asing, melainkan sudah dikenal oleh sebagian besar jama’ah lainnya. Hal ini tentunya sangat membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan observasi.
b. Wawancara
Secara umum, wawancara biasa dikenal sebagai percakapan antara dua orang atau lebih. Disini, peneliti bisa melakukan wawancara secara langsung, yaitu saling berhadap- hadapan (tatap muka) dengan narasumber dan mengajukan beberapa pertanyaan. Dan bisa juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui telepon.
Esterbeg menyatakan bahwa, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide-ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
30Jown W. Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2016), hlm. 254.
31 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta CV 2018), hlm. 109.
21
dalam suatu topik tertentu.32 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam, maka teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.
Dengan demikian, peneliti akan mewawancarai beberapa orang diantaranya; imam shalat, jama’ahnya, pemilik atau pendiri masjid Asmaul Husna, serta sebagian ustadz yang terlibat dalam pelaksanaan sujud tilawah tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya- karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.33
Dokumentasi merupakan proses pengumpulan data melalui dokumen-dokumen tertentu, seperti tulisan, maupun gambar. Dokumentasi ini dilakukan oleh peneliti untuk melengkapi dan memperkuat hasil penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Ada beberapa teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berkut :
a. Pengumpulan data. Kegiatan utama dalam setiap penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya.
32 Ibid., hlm. 144.
33 Ibid., hlm. 124.
22
Pengumpulan data bisa dilakukan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh akan banyak.
b. Reduksi data. Data mentah yang terkumpul yang jumlahnya sangat banyak perlu direduksi. Reduksi berarti mengurangi data, reduksi dilakukan dengan cara merangkum dan memilih data yang dianggap penting.
c. Penyajian data. Semua data mentah yang telah terkumpul selanjutnya ditampung dan dideskripsikan atau didisplaykan.
Data ini masih berserakan, belum punya bentuk, belum punya arti dan makna. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
d. Penarikan Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.34
7. Pengecekan Keablasan Data
Pengecekan keablasan data dalam penelitian kualitatif, adalah hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Karena hal itu dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Adapun jenis keablasan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu :
a. Triangulate, yaitu mentriangulasi sumber data informasi yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren.35
b. Member cheking, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Member cheking ini dapat dilakukan dengan membawa laporan akhir atau deskripsi atau
34Ibid., hlm. 134-142
35Jown W. Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2016), hlm. 269.
23
tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan tersebut sudah akurat atau belum.36
c. Prolonged time, yaitu memanfaatkan waktu yang relatif lama dilapangan atau lokasi penelitian.37 Dalam hal ini, peneliti akan memahami lebih dalam fenomena yang diteliti agar dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dan orang-orang yang turut membangun kredibilitas hasil naratif penelitian.
d. Peer debriefing, yaitu melakukan Tanya jawab dengan sesama rekan peneliti. Proses ini mengharuskan peneliti mencari seorang rekan yang dapat diajak untuk berdiskusi mengenai penelitian kualitatif sehingga penelitiannya dapat dirasakan oleh orang lain, selain oleh peneliti sendiri.38
e. Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara sistematis.39
f. Menggunakan bahan referensi, yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.40
36 Ibid., hlm. 269.
37 Ibid., hlm. 271
38 Ibid., hlm. 271
39 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta CV 2018), hlm. 188.
40 Ibid., hlm. 192.
24
Gambar 2.1. Bagan Alur Penelitian Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Analisis dan Pembahasan
Data Sekunder :
Dokumentasi
Buku
Jurnal
Foto/gambar, dll.
Data Primer :
Observasi
Wawancara
Al-Qur’an
Kitab Tafsir
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Pengolahan Data
Selesai Mulai
Kesimpulan
25 I. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini tersusun dengan sistematis, maka penulis menyusunnya menjadi beberapa bab dan diikuti dengan beberapa sub pembahasan. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang meliputi tujuan teoritis dan praktis, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, kerangka berfikir, metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keablasan data, serta bagian akhir yaitu sistematika pembahasan.
Bab II Profil Lembaga, dalam bab ini peneliti akan memfokuskan pembahasan tentang profil masjid Asmaul Husna seperti, letak geografis, sejarah berdirinya, struktur kepengurusan, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Bab III Anaslisis dan Hasil Penelitian, pembahasan pada bab ini merupakan analisis dan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu kajian seputar living qur’an, sujud tilawah, ayat-ayat sajadah, penafsiran QS As-Sajadah ayat 15, analisis pembahasan mengenai implementasi QS As-Sajadah ayat 15 dalam pelaksanaan sujud tilawah di masjid Asmaul Husna, dan hikmah dari pelaksanaan sujud tilawah pada masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok.
Bab IV Penutup, bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian, yaitu penutup yang memuat tentang kesimpulan mengenai permasalahan dan jawaban dari hasil penelitian, serta saran dan masukan.
26 J. Rencana Jadwal Kegiatan Studi
No
Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 5
1 Menyusun Proposal
√
2 Ujian Proposal √
3 Pengumpulan Data
√
4 Analisis Data √
5 Penyusunan Laporan Penelitian
√
6 Ujian Skripsi √
27 BAB II
PROFIL LEMBAGA
A. Profil Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok
1. Letak Geografis
Masjid Asmaul Husna terletak di Desa Seganteng Lingkungan Seganteng Karang Monjok Jl. Brawijaya, Kelurahan Cakra Selatan Baru, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis lokasi ini berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kelurahan cakra selatan b. Sebelah Selatan Kelurahan Babakan c. Sebelah Barat : Kelurahan Karang seraya d. Sebelah Timur Kelurahan Sweta
2. Sejarah Berdirinya Masjid Asmaul Husna Lingkungan Seganteng Karang Monjok
Sejarah berdirinya masjid Asmaul Husna di Lingkungan Seganteng Karang Monjok berawal dari mimpi pemilik masjid yaitu Bapak H. Katon yang di arahkan atau diberikan petunjuk untuk membangun masjid di Lingkungan Seganteng Karang Monjok tepatnya di tanah bekas gudang dekat rumahnya.41 Berdasarkan dari hasil wawancara istirnya juga yaitu Ibu Widi Astuti atau yang biasa dikenal dengan nama Ibu Hj. Dewi, masjid Asmaul Husna ini dibangun karena belum adanya masjid besar di Lingkungan Seganteng Karang Monjok yang bisa menampung banyak jama’ah dengan vasilitas-vasilitas yang cukup memadai.
Akhirnya seiring berjalannya waktu, dengan mengucap bismillah dan atas izin Allah masjid Asmaul Husna bisa di didirikan di Lingkungan Seganteng Karang Monjok walaupun sebelumya banyak sekali hambatan-hambatan yang dilalui. Selain itu, salah satu hal yang memotivasi Bapak H. Katon dan Ibu Hj. Dewi untuk membangun masjid tersebut yaitu, pemikiran mereka yang
41Katon Aji Susono, Wawancara, Seganteng Karang Monjok, 8 Desember 2022
28
mengatakan bahwa, bagaimana cara menyalurkan hartanya di jalan Allah agar pahalanya tetap mengalir. Akhirnya Allah memberi petunjuk untuk membangun masjid. Pembangunan masjid tersebut tentunya bisa terselesaikan karena kehendak dari Allah Swt.
Karena segala sesuatu juga tidak bisa terjadi jika Allah Swt tidak menghendaki.42
Masjid Asmaul Husna awalnya akan di bangun di BIL (Bandara Internasional Lombok) di Desa Ungge Kabupaten Lombok Tengah. Pembangunan masjid ini bertujuan untuk memberi ruang atau wadah kepada musafir-musafir yang melakukan perjalanan jauh agar mudah dan tetap melakukan ibadah. Pada waktu itu pemilik atau yang membangun masjid tersebut sudah melakukan peletakkan batu pertama yang dihadiri oleh masyarakat sekitar. Tetapi, Qadarullah pembangunan masjid tersebut tidak bisa diselesaikan karena ada beberapa kendala.
Masjid Asmaul Husna di Lingkungan Seganteng Karang Monjok dibangun pada awal tahun 2020 bulan Januari tepat di masa Covid-19, dan selesai pembangunan pada awal tahun 2021 di bulan Januari juga, dengan jarak pembangunan kurang lebih satu tahun. Jika di hitung di tahun 2022 ini, maka masjid Asmaul Husna sudah berusia 2 tahun dan akan memasuki usia 3 tahun di tahun 2023 mendatang. Pada tanggal 10 Januari 2020, masjid Asmaul Husna sudah digunakan untuk shalat berjama’ah. Di tahun itu juga pendiri dan pengurus membuat program program dan belajar cara- cara bagaimana memakmurkan masjid. Program-program yang dibuat seperti, kegiatan TPQ, tahsin dan tahfizh al-Qur’an untuk ibu-ibu, pengajian umum khusus ibu-ibu, dan salah satunya kegiatan sujud tilawah ini.43 Masjid Asmaul Husna masih tergolong sangat baru jika dibandingkan dengan masjid-masjid sekitarnya. Walaupun demikian, biidznillah kegiatan-kegiatan di atas masih berjalan sampai sekarang bahkan jama’ahnya semakin bertambah.
42Widi Astuti, Wawancara, Seganteng Karang Monjok, 12 Desember 2022.
43Katon Aji Susono, Wawancara, Seganteng, 8 Desember 2022