• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika di SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika di SMA."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN PRIBADI, KELUARGA, SEKOLAH,

MATA PELAJARAN FISIKA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Catria Yuliani NIM: 081424034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

Bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa

kemenangan. (Yesaya, 41;10)

Jangan pernah menyerah dengan kegagalan dan jadikanlah kegagalan

sebagai suatu pengalaman untuk memulai hidup yang lebih baik

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapa, Putera dan Roh Kudus Bunda Maria sebagai perantaraku kepada Tuhan Yesus

Orang tuaku dan kakek nenekku tercinta yang selalu mendoakanku

Kakakku Ika Fitriana yang selalu mendukungku

My Lovely...

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN PRIBADI, KELUARGA, SEKOLAH, MATA PELAJARAN FISIKA, DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SISWA

Studi Kasus pada Siswa Kelas XII Tahun Ajaran 2012/2013 SMA Negeri 11 Yogyakarta

Catria Yuliani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) apakah ada hubungan antara keadaan pribadi siswa dengan prestasi belajar fisika siswa; (2) apakah ada hubungan antara keadaan keluarga siswa dengan prestasi belajar fisika siswa; (3) apakah ada hubungan antara keadaan sekolah siswa dengan prestasi belajar fisika siswa; (4) apakah ada hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa; (5) apakah ada hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta, pada bulan November 2013. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 6 di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jumlah siswa kelas XII IPA 2 ada 32 siswa dan kelas XII IPA 6 berjumlah 29 siswa. Sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi subyek penelitian berjumlah 61 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dokumentasi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Korelasi Product Moment Pearson dengan taraf signifikansi 5%.

(7)

vii

ABSTRACT

The Correlation of Personal Condition, Family, School, Physics Subject and

Student’s Environment to Senior High Student’s Achievement in Physics

Case Studies on Class XII students in Academic Year 2012/2013 SMA 11 Yogyakarta

Catria Yuliani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The purpose of this research to find out: (1) whether personal condition of students has relationship with physics learning achievement (2) whether family circumstances of students has relationship with physics learning achievement (3) whether state school students has relationship with physics learning achievement (4) whether physics subjects has relationship with physics learning achievement (5) whether state of the environment students has relationship with physics learning achievement. The research was conducted in SMA N 11 Yogyakarta on November 2012. The subjects of this research were the students of grade XII IPA 2 and the students of grade XII IPA 6 of SMA N 11 Yogyakarta. They were 32 student from XII IPA 2 and 29 students from XII IPA 6. Data was collected using questionnaire and documentation. Research data was analyzed using Product Moment Pearson correlation analysis with significance level 5%.

The research result show that: (1) there is a weak relationship, no significant, and direct, personal of students with physics learning achievement , with r = -0,089sig (0,497>α); (2) there is a weak relationship, no significant, and direct, family of students with physics learning achievement, with r = 0,081 sig

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Catria Yuliani

Nomor Mahasiswa : 081424034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN PRIBADI, KELUARGA, SEKOLAH, MATA PELAJARAN FISIKA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 Agustus 2013 Yang menyatakan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih dan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Antara Keadaan Pribadi, Keluarga, Sekolah, Mata Pelajaran Fisika dan Lingkungan Masyarakat Siswa Dengan Prestasi Belajar Fisika”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Univrsitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang mendukung penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi, oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkatnya sehingga terselesaikan skripsi ini.

2. Bunda Maria yang telah mencurahkan berkat dan kasihnya sehingga terselesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(10)

x

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk masa depan yang akan datang. 7. Ibu Drs. Baniyah selaku Kepala Sekolah SMA N 11 Yogyakarta yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Drs. Harjendro, ESJ. M.Pd. selaku guru di SMA N 11 Yogyakarta yang sudah rela meluangkan waktunya untuk membimbing selama penulis melakukan penelitian.

9. Para Staf Karyawan serta siswa-siswi kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 6 di SMA Negeri 11 Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

10.Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendoakan, memberikan semangat, cinta dan kasihnya kepada penulis.

11.Kakak tersayang Mbak Ika yang telah dukungan dan semangat kepada penulis yang senantiasa mendambakan keberhasilanku.

12.Teman baikku Rusmi Togatorop yang selalu menemaniku dalam melakukan penelitian dan teman yang selalu menemaniku dalam suka dan duka.

(11)

xi

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas segala bantuan dan dukungan serta doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis berusaha dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 12 Juni 2013

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Prestasi Belajar ... 8

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 8

(13)

xiii

1) Faktor Jasmaniah ... 9

2) Faktor Psikologis ... 10

b). Faktor dari Luar Diri Siswa (Eksternal) ... 13

1) Faktor Keluarga ... 14

2) Faktor Sekolah ... 17

3) Mata pelajaran Fisika ... 25

4) Faktor Lingkungan Masyarakat ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subyek Penelitian ... 31

D. Design Penelitian ... 31

E. Variabel Penelitian dan Variabel Pengukuran ... 33

Variabel Penelitian ... 33

F. Instrumen ... 34

1. Kuesioner ... 34

2. Dokumentasi ... 41

G. Validitas ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Kegiatan ... 46

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Analisis Data ... 49

(14)

xiv

2. Hubungan Antara Keadaan Keluarga dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 51 3. Hubungan Anatara Keadaan Sekolah dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 52 4. Hubungan Antara Mata Pelajaran Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 53 5. Hubungan Antara Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 54 D. Pembahasan ... 56 E. Keterbatasan Penelitian ………. 57 BAB V PENUTUP

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi – kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan

masyarakat ... 34 Tabel 1.2 Penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif ... 43 Tabel 2.1 Hasil skor keadaan pribadi, keadaan keluarga,

keadaan sekolah, mata pelajaran fisika,

keadaan masyarakat dan nilai prestasi fisika siswa ... 46 Tabel 2.2 Korelasi Keadaan Pribadi Siswa Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 49 Tabel 2.3 Korelasi Keadaan Keluarga Siswa Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 50 Tabel 2.4 Korelasi Keadaan Sekolah Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 51 Tabel 2.5 Korelasi Mata Pelajaran Fisika Dengan Prestasi

Belajar Fisika Siswa ... 53 Tabel 2.6 Korelasi Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa Dengan

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema paradigma hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

LAMPIRAN 1 Surat Ijin penelitian dari dinas. ... 64

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian. ... 65

LAMPIRAN 3 Surat Permohonan Validasi ... 66

LAMPIRAN 4 Instrumen Validasi Desain Kuesioner ... 68

LAMPIRAN 5 Kuesioner Keadaan Pribadi, Keluarga, Sekolah, Mata Pelajaran Fisika, dan Keadaan Lingkungan Masyarakat 78 LAMPIRAN 6 Data Hasil belajar Siswa ... 84

LAMPIRAN 7 Tabel Penyekoran Keadaan pribadi ... 86

LAMPIRAN 8 Tabel penyekoran Keadaan Keluarga. ... 89

LAMPIRAN 9 Tabel penyekoran Keadaan Sekolah. ... 92

LAMPIRAN 10 Tabel penyekoran Mata pelajaran Fisika. ... 94

LAMPIRAN 11 Tabel penyekoran Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa ... 98

LAMPIRAN 12 Data Hasil Penelitian ... 101

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka (Muhibbin Syah, 1999: 1). Menurut Sudarwan Danim (2010: 3) pemerintah Republik Indonesia telah bertekad untuk memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara Indonesia menikmati pendidikan yang bermutu, tetapi sayangnya di Indonesia kualitas pendidikan masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain.Kenyataan itu menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi belajar siswa di Indonesia.

Menurut Slameto (2010: 54) untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan dipengaruhi faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1) faktor dari dalam diri siswa (seperti jasmaniah, psikologis); 2) faktor dari luar siswa (seperti keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan lingkungan masyarakat).

(19)

tengah jalan dan tidak berminat menekuninya. Hal itu mengakibatkan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika relatif rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Dalam mempelajari mata pelajaran fisika dibutuhkan jasmani yang sehat. Karena orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan (Mubiar Agustin, 2011: 12). Selain jasmani yang sehat, faktor psikologis seperti minat juga

berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Untuk itu adanya dorongan dari dalam diri individu juga sangat diperlukan, dorongan dari dalam inilah yang disebut motivasi. Dengan demikian, pelajaran fisika akan berhasil mencapai sasarannya jika siswanya mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar fisika, ia akan selalu terdorong untuk berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

(20)

yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan, tenang, tenteram dan penuh kasih sayang selain anak betah tinggal di rumah, juga akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 pasal 25 ayat 1 menyatakan, „pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah yang berlaku juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan.”(Ichsan,1996: 45).Status sosial ekonomi orang tua juga berpengaruh besar terhadap prestasi belajar anak. Dengan adanya perekonomian yang cukup, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya (Gerungan,1983: 182). Penelitian mengenai status ekonomi keluarga juga pernah di teliti oleh Matius Heru Wijayatno (2004) salah satu mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Kemampuan Berhitung Siswa Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX Semester I SMP Negeri 2 Belitang Hilir Kalimantan Barat, dengan sampel yang berjumlah 62 siswa dan hasil yang didapat yaitu tidak ada pengaruh antara tingkat penghasilan orang tua dengan prestasi belajar siswa.

(21)

belajar yang optimal. Tentunya bagi siswa yang kurang mampu dan mempunyai minat yang tinggi dalam belajar haruslah kreatif dalam memanfaatkan keterbatasan yang dimilikinya dengan memanfaatkan fasilitas belajar yang ada di sekolah. Proses belajar mengajar akan berjalan lancar kalau ditunjang dengan sarana yang lengkap. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan, maka siswa-siswanya kurang bersemangat untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Tidak kalah penting juga peran guru, karena guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses penilaian belajar, untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar, guru diharapkan memiliki keterampilan dalam mengajar, karena keterampilan mengajar dianggap keterampilan yang amat penting untuk dikuasai oleh seorang guru (Raflis Kosasi,1984: 3-4).

(22)

lingkungan tempat tinggal siswa juga pernah dilakukan oleh salah satu mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma yaitu Wida Nurtiani (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Korelasi Lingkungan Tempat Tinggal

Dengan Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas II di SMU N 1 Tirtonirmolo Kasihan Bantul” dan hasil yang diperoleh terdapat korelasi

yang positif dan signifikan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial tempat tinggal dengan prestasi belajar fisika di SMA.

Berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan bahwa keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa akan berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi berkenaan dengan hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika siswa di SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang diatas, penulis menuliskan rumusan masalah: 1. Apakah ada hubungan antara keadaan pribadi dengan prestasi

belajar fisika siswa?

2. Apakah ada hubungan antara keadaan keluarga dengan prestasi belajar fisika siswa?

(23)

4. Apakah ada hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa?

5. Apakah ada hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang disebutkan diatas. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara keadaan pribadi dengan prestasi belajar fisika siswa

2. Hubungan antara keadaan keluarga dengan prestasi belajar fisika siswa

3. Hubungan antara keadaan sekolah dengan prestasi belajar fisika siswa

4. Hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa

5. Hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

(24)

Sedangkan untuk prestasinya, peneliti mengambil nilai fisika yaitu pada nilai kenaikan kelas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan ada manfaat, antara lain bagi: 1. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna bagi sekolah dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar fisika.

2. Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar fisika. Guru dapat mengubah atau merancang suatu pembelajaran yang baru bagi siswa yang menarik dan tidak membosankan. Sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam belajar fisika.

3. Orang tua siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi para orang tua untuk menentukan langkah-langkah dalam membimbing anaknya agar dapat meningkatkan prestasi belajar. 4. Peneliti

(25)

8

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu dilakukan suatu evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Menurut Winkel (1996) prestasi belajar seseorang merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

(26)

a) Faktor dari dalam diri siswa (internal)

Faktor internal ini meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis.

Faktor dari dalam diri siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

1) Faktor jasmaniah

Menurut Mubiar Agustin (2011: 17) kondisi jasmaniah pada

umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang

yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan

orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi

ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan

gizi, mereka lekas lelah, mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran. Gizi

ini dapat dilihat apakah tiap hari anak selalu makan makanan empat sehat

lima sempurna atau tidak, apakah setiap pagi anak selalu sarapan atau tidak,

apakah anak selalu makan tiga kali sehari atau tidak. Menurut Ridwan Idris,

seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara

fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak

sempurna selain itu adanya cacat tubuh seperti kurang pendengaran, kurang

penglihatan dan lain sebagainya. Cacat tubuh adalah sesuatu yang

menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan,

proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu.

(27)

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis ini terdiri dari faktor-faktor antara lain: faktor minat, motivasi dan kesiapan.

a) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus dan disertai rasa senang (Slameto, 2010: 57). Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya, siswa malas - malasan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah intensitas kegiatan belajar siswa. Menurut Nurhidayati (2006: 329) ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah. Diantaranya:

a. Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran fisika, maka ia akan mempelajari fisika dengan rasa yang sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajarinya. b. Perhatian dalam belajar

(28)

seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran fisika, maka ia akan berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari guru.

c. Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik, guru yang pandai, baik, ramah, disipilin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid.

Jadi dapat disimpulkan untuk mengetahui minat: siswa tersebut selalu merasa senang selama pelajaran fisika, siswa selalu mengulang sendiri pelajaran fisika dirumah, siswa selalu memperhatikan penjelasan guru selama guru mengajar, siswa menyukai cara mengajar guru sehingga dapat menumbuhkan minat dalam diri siswa untuk belajar fisika.

b) Motivasi

(29)

berhubungan/menunjang belajar (Slameto, 2010: 58). Menurut Sardiman (1996: 83) mengemukakan motivasi yang ada disetiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas yaitu dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan tidak berhenti sebelum selesai;

b. Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa, tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai;

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah soal;

d. Lebih senang bekerja mandiri;

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (berulang-ulang sehingga kurang kreatif);

f. Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin dengan sesuatu;

g. Senang mencari dan memecahkan soal-soal

(30)

Berdasarkan uraian ciri-ciri individu yang memiliki motivasi diatas dapat diambil kesimpulan aspek-aspek motivasi yang dipakai dalam penelitian antara lain adalah menyukai tugas dan latihan-latihan soal, pantang menyerah dan tidak cepat puas dengan hasil yang didapat.

c) Kesiapan

Kesiapan menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respon

or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kegiatan (Slameto, 2010: 59).

Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Misalnya: siswa dirumah sebelumnya telah mempelajari materi yang akan diajarkan esok harinya disekolah, siswa sudah menyiapkan perlengkapan seperti buku atau peralatan belajar sebelum berangkat kesekolah dll

b) Faktor dari luar diri siswa (eksternal)

(31)

1. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar ini mencakup cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

a. Cara orang tua mendidik

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 177) dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, anak selalu dipantau kegiatan belajarnya, orang tua selalu memeriksa hasil belajar anak. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan semaksimal mungkin guna membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Menurut Charles Schaefer (1979: 154) dorongan dari orang tua berfungsi sebagai suatu penyokong, di kala anak-anak dihadapkan dengan tugas-tugas yang sukar atau kejadian-kejadian yang menekan. Sokongan seperti itu menolong seorang anak untuk mengembangkan kepercayaan terhadap dirinya sendiri, sifat inisiatif, dan ketekunan serta kekerasan hati. Orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut, tidak supel dalam bergaul, dan mengisolasi diri.

(32)

menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya (Slameto, 2010: 61).

b. Relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah.

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan kakak/adiknya turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu, apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya, demikian pula jika relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik (Slameto, 2010: 62). Relasi antar anggota keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mubiar Agustin (2011: 30-31) misalnya; keretakan hubungan orang tua (ayah dan ibu) sering menimbulkan percekcokan dalam rumah tangga yang pada akhirnya menjurus ke perceraian, selain itu orang tua yang sering membanding-bandingkan anaknya yang satu dengan anaknya yang lain.

(33)

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Menurut Slameto (2010: 63) Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak untuk belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antaranggota keluarga menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan, tenang, tenteram dan penuh kasih sayang selain anak betah tinggal di rumah, juga akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

c. Keadaan Ekonomi Keluarga

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 178) hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, bahkan buku bacaan yang menyangkut pelajaran.

(34)

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak terganggu (Slameto, 2010: 63).

Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, tentu

tidak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan anaknya itu secara memuaskan.

Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang

besangkutan akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.

2. Faktor sekolah

a. Sarana dan Prasarana

1) Pengertian sarana dan prasarana

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup sarana dan prasarana sekolah, karena keberadaan sarana dan prasarana secara langsung dan tidak langsung di gunakan dalam proses belajar mengajar dan sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, sehingga siswa termotivasi dalam pencapaian keberhasilan belajar secara maksimal. Agar seorang guru dapat melakukan proses pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat dan efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, diharapkan seorang guru agar benar-benar memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan sarana dan prasarana sebaik mungkin.

(35)

memadai, sebaliknya dapat menjadi faktor penghambat apabila kelengkapan fasilitas belajar di sekolah kurang memadai.

2) Jenis - jenis sarana pendidikan

Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

Jenis – Jenis Sarana Pendidikan:

(36)

3) Jenis – jenis prasarana pendidikan:

Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori/kelas, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium.

2. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 180) dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, sedangkan keadaan gedung masih sangat kurang. Maka mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa di sekolah.

(37)

gedung apakah masih layak atau tidak layak, jumlah gedung apakah mencukupi seluruh siswa atau tidak.

b. Tata tertib Sekolah dan Kedisiplinan

Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Soelaeman (1985: 82) berpendapat bahwa peraturan tata tertib itu merupakan alat guna mencapai ketertiban. Dengan adanya tata tertib itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang.

Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 85), yaitu:

a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan. Misalnya anak atau siswa yang menyerahkan tugasnya, yang merupakan cara yang dapat diterima sekolah untuk menilai prestasinya.

b. Peraturan dapat membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

(38)

larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya.

Contoh tata tertib disekolah, misalnya tata tertib di kelas : siswa datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan, tidak makan di kelas ketika jam pelajaran berlangsung, dll. Contoh tata tertib di perpustakaan: berbuat sopan, menjaga ketenangan, dan kebersihan ruang perpustakaan, dilarang membawa barang-barang yang mengganggu ketenangan, tidak membawa makanan dan minuman ke ruang perpustakaan dll. Contoh tata tertib di laboratorium : berpakaian rapi dan sopan, menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati, membereskan peralatan setelah selesai digunakan dll.

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa di sekolah dan juga dalam belajar. Menurut Slameto (2010: 67) kedisiplinan sekolah mencakup kediplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kediplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengolah seluruh staff beserta siswa-siswinya, dan kediplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

(39)

mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya.

Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Dilingkungan internal sekolah pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan, dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus membolos, perkelahian, menyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk – bentuk penyimpangan perilaku lainnya.

Dari keterangan diatas maka dapat diambil kesimpulan yang termasuk faktor dari tata tertib sekolah dan kedisiplinan adalah; siswa yang selalu mentaati peraturan di kelas, perpustakaan dan peraturan di laboratorium, tidak pernah membolos, tidak berkelahi, tidak menyontek, tidak mencuri dll, ada sanksi bagi siswa kalau tidak mentaati peraturan, guru selalu mengajar dengan disiplin, pegawai atau karyawan selalu melaksanakan tugasnya dengan baik dan disiplin.

c. Kurikulum

(40)

pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. (Slameto, 2010: 65)

Menurut S. Nasution (2003: 10) kurikulum dapat digolongkan sebagai

berikut:

a. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil

karya para pengembang kurikulum. Hasilnya dituangkan dalam

bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya sejumlah mata

pelajaran yang harus diajarkan.

b. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat

yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat

berupa mengajarkan berbagai kegiatan yang dianggap dapat

mempengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan

sekolah, pertandingan pramuka, dan lain-lain

c. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan

akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan

tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama

dengan apa yang benar-benar dipelajari.

d. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Pandangan ini mengenai

apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada

kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak

berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.

Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi segala

(41)

lain kurikulum haruslah menunjukkan apa yang sebenarnya harus dipelajari

oleh peserta didik.

Dari pengertian diatas maka yang akan peneliti teliti yaitu mengenai

tugas keluar sekolah, apakah siswa mengikuti program seperti study tour antar

sekolah, apakah waktu yang dibutuhkan guru untuk mengajar khususnya

fisika itu cukup dan materi habis tepat waktu, dan apakah materi yang

diajarkan dengan silabus itu sesuai.

d. Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa

Menurut Winarno Narmoatmojo secara sederhana istilah kegiatan

ekstrakurikuler mengandung pengertian yang menunjukkan segala macam

aktivitas disekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan diluar jam

pelajaran.

Menurut Winarno Narmoatmojo ektrakurikuler sebagai salah satu

jalur pembinaan kesiswaan mempunyai peranan utama sebagai berikut:

1) Memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa, dalam

arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan

para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan

program kurikulum yang ada.

2) Melengkapi upaya pembinaan, pemantapan, dan pembentukkan

nila-nilai kepribadian siswa.

3) Membina serta meningkatkan bakat, minat, dan keterampilan, dan

hasil yang diharapkan ialah untuk memacu anak kearah

(42)

Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.

Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler akan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian diatas yang akan diteliti yaitu; apakah siswa mengikuti ekstrakurikuler yang ada disekolah, siswa sering masuk/mengikuti ekstrakurikuler yang mereka ikuti, apakah waktu ekstrakurikuler menghambat atau mengurangi waktu belajar dll.

3. Mata Pelajaran Fisika

(43)

1. Guru

Strategi atau cara guru dalam mengajar menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 178) yaitu:

a. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar, dan menyebabkan anak didik merasa ada jarak dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi seharusnya guru sering melakukan interaksi atau berkomunikasi dengan siswa. Guru harus menerima murid menurut pribadi masing-masing, dan dapat menghargai sifat-sifat mereka walaupun menyimpang dari apa yang umumnya dianggap baik. Guru menerima murid dalam keadaan ia menjengkelkan atau menyenangkan, dalam keadaan ia marah atau bersifat ramah terhadap temannya ( S. Nasution 2003: 87) b. Hubungan antar murid

(44)

berkelompok dan anggotanya dipilihkan oleh guru, sehingga siswa mau tidak mau harus bekerja dalam kelompok tersebut. c. Cara penyajian bahan pelajaran

Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Jadi menjadi guru itu harus yang progresif artinya guru yang berani mencoba metode-metode lain yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kondisi belajar siswa. Menurut Mubiar Agustin (2011: 17) cara guru mengajar harus bisa membuat siswanya tertarik agar mereka semangat untuk belajar. Misalnya, dengan mengadakan permainan di tengah-tengah pelajaran agar siswa tidak merasa jenuh.

Jadi dapat berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan yang akan diteliti yaitu; apakah guru sering berkomunikasi dengan siswa, apakah guru sering memberikan tugas kelompok dengan anggota kelompok yang acak, apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar menyenangkan dan guru sering menggunakan metode yang menarik.

2. Media

(45)

menggunakan aspek auditif (pendengaran) dan aspek visual (penglihatan) tetapi peserta didik juga perlu dilibatkan. Menurut Faktor instrumen atau peralatan pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, apalagi di laboratorium, misalnya alat-alat yang digunakan untuk praktikum fisika tersedia di laboratorium.

(46)

Jadi faktor media sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolah seperti, apakah sekolah memiliki alat-alat seperti audio dan visual yang lengkap, apakah alat-alat-alat-alat untuk praktikum di laboratorium lengkap, dan apakah buku-buku diperpustakaan lengkap.

4. Faktor Lingkungan Masyarakat

Menurut Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 179) hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat yaitu:

a. Teman bergaul. Pergaulan dan teman-teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak yang lain.

(47)

c. Kegiatan dalam masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.

d. Mass media. Mass media adalah sebagai salah satu faktor yang

(48)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan model korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata Sumadi, 1983: 26). Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika, dan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2012.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 2 yang berjumlah 32 siswa dan kelas XII IPA 6 yang berjumlah 29 siswa di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

D. Design Penelitian

(49)

fisika, dan lingkungan masyarakat siswa sedangkan variabel terikatnya adalah variabel prestasi belajar fisika. Sesuai dengan kerangka berfikir dan pengajuan hipotesa tentang hubungan antara kelima variabel dalam penelitian, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gb.1. Skema paradigma hubungan antara keadaan pribadi, keluarga,

sekolah, mata pelajaran fisika, dan keadaan lingkungan masyarakat siswa

dengan prestasi belajar fisika.

Keterangan:

= keadaan pribadi = keluarga

= sekolah

= mata pelajaran fisika = lingkungan masyarakat Y = prestasi belajar fisika

= hubungan antara keadaan pribadi siswa dengan prestasi belajar fisika

Y

(50)

= hubungan antara keluarga dengan prestasi belajar fisika = hubungan antara sekolah dengan prestasi belajar fisika

= hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika = hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat dengan prestasi

belajar fisika

E. Variabel Penelitian dan Variabel Pengukuran

1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2007: 4).

Variabel bebas dalam penelitian ini menyangkut faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang terdiri dari: faktor keadaan pribadi siswa, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor mata pelajaran fisika dan faktor keadaan lingkungan masyarakat siswa. b. Variabel terikat

(51)

anak menguasai dan memahami materi pelajaran. Prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai yang berhasil dicapai sisswa.

F. Instrumen

1. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membagikan suatu bendel yang didalamnya berisi sejumlah daftar pertanyaan kepada seluruh sampel. Jawaban dari kuesioner tersebut digunakan sebagai data mentah. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan sebagai alat untuk mencari data mengenai masalah belajar, baik dalam keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaran fisika dan faktor lingkungan masyarakat. Berikut kisi-kisi mengenai keadaan pribadi, keluarga, sekolah, mata pelajaranfisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa:

Tabel 1.1 kisi-kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah, masyarakat, mata

pelajaran fisika dan keadaan lingkungan masyarakat siswa.

Variabel Dimensi Indikator No item Jumlah item

Keadaan pribadi

Faktor jasmani Makan makanan empat sehat lima sempurna

1 1

Sarapan setiap pagi 2 1 Makan teratur tiga

kali sehari

3 1

(52)

di kelas

- Motivasi Kerajinan siswa mengerjakan tugas

16 1

(53)

asa

Kerajinan siswa mengerjakan soal fisika di kelas

18, 19 2

(54)
(55)
(56)

Kedisiplinan guru 58 1

Kurikulum Kunjungan atau study tour ke

(57)

pelajaran fisika

tentang fisika

Guru Sikap guru terhadap siswa

(58)

dalam kegiatan di masyarakat

Keterkaiatan siswa dengan mass media

91, 92 2

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 158) dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda tertulis, seperti daftar nilai siswa ketika siswa berada di kelas XI. Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa. Dari prestasi belajar diambil dari dokumentasi hasil ujian kenaikkan kelas.

G. Validitas

(59)

setelah penguji memberikan penilaian dan saran terhadap lembar validitas dan sudah dirasa cukup memenuhi konsep yang tercantum didasar teori kemudian peneliti baru melakukan penelitian terhadap siswa SMA. Menurut Sukardi (2003: 123) pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan faktor-faktor atau isi di dasar teori dan dibantu oleh pakar ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti.Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes validasi dengan menggunakan validasi isi, pertimbangan ahli tersebut dilakukan dengan cara seperti berikut: para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa berupa kuesioner. Kuesioner dikembangkan dari indikator-indikator seperti tampak pada tabel 1.1 item pernyataan pada kuesioner disesuaikan dengan indikator setiap bagian yang akan diukur. Selain menggunakan kuesioner, penelitian ini juga menggunakan instrumen dokumentasi untuk mengetahui prestasi belajar fisika.

H. Teknik Analisis Data

(60)

skor-skor yang telah ditentukan dan secara kuantitatif akan dihubungkan dengan prestasi belajar fisika siswa, yaitu nilai dari akhir tahun.

Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis dengan tahap-tahap, kuesioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan kedalam pernyataan positif dan negatif, kemudian masing-masing kategori diberi skor.

Tabel 1. 2 penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif

Skor nilai Item positif Item negatif

Sangat sesuai 3 0

Sesuai 2 1

Tidak sesuai 1 2

Sangat tidak sesuai 0 3

Untuk menganalisis data sekaligus uji hipotesis menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson, dengan rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

rxy = koefisien validitas item Σx = jumlah skor dalam sebaran x Σy = jumlah skor dalam sebaran y

Σxy = jumlah hasil skor x dan y yang berpasangan Σx2

(61)

Dalam penelitian ini untuk mencari korelasi antara dua variabel digunakan program SPSS 16.

Nilai r dapat bernilai positif atau negatif. Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik. Korelasi sama dengan -1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun (dan sebaliknya).Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel maka menurut Sarwono (2006) kriterianya sebagai berikut ;

o 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel o >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah

o >0,25 – 0,5: Korelasi cukup o >0,5 – 0,75: Korelasi kuat

o >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat o 1: Korelasi sempurna

Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis: H0 : tidak ada hubungan antara dua variabel

H1 : ada hubungan antara dua variabel

(62)
(63)

46

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian ini mengambil data kelas XII IPA 2 dan kelas XII IPA 6 di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jumlah siswa kelas XII IPA 2 ada 32 siswa dan kelas XII IPA 6 berjumlah 29 siswa. Sehingga jumlah keseluruhan yang menjadi subyek penelitian berjumlah 61 siswa.

Penelitian ini dilakukan selama satu hari, pada pertemuan itu yang pertama kali dilakukan oleh peneliti adalah berkenalan dengan siswa terlebih dahulu, kemudian memberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan.Peneliti membagikan angket, kemudian para siswa mengisi angket dengan suasana yangtenang selama satu jam pelajaran untuk masing-masing kelas, peneliti beberapa kali mengingatkan kalau para siswa harus mengisi angket sesuai dengan keadaan mereka, selain itu peneliti juga mengingatkan supaya tidak ada pertanyaan yang terlewatkan atau tidak diisi. Setelah angket selesai diisi oleh para siswa, kemudian peneliti mengambil kembali angket tersebut.

B. Hasil Penelitian

(64)

Hasil skor keadaan pribadi, keadaan keluarga, keadaan sekolah, mata pelajaran fisika, keadaan masyarakat dan nilai prestasi seperti pada tabel 2.1 dibawah.

(65)
(66)

45 37 33 79 21 18 75

46 33 22 54 15 14 78

47 37 26 58 15 19 82

48 40 26 67 23 18 78

49 47 30 78 24 18 77

50 36 26 64 20 19 78

51 34 27 69 24 20 77

52 28 16 68 12 14 76

53 36 31 62 22 15 76

54 39 30 64 21 17 80

55 40 31 76 24 19 79

56 51 37 73 26 22 76

57 38 26 66 22 13 78

58 47 32 73 24 21 79

59 36 28 62 25 13 77

60 44 32 63 23 19 80

61 35 35 64 20 16 85

Skor

tertinggi 63 42 102 36 30

Keterangan : No. 1 – 32 : Kelas XII IPA 2 No. 33 – 61 : Kelas XII IPA 6

C. Analisis Data

1. Hubungan keadaan pribadi dengan prestasi belajar siswa

(67)

teknik korelasi. Dalam hal ini untuk perhitungan korelasi dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.

Berikut ini hasil analisis korelasi tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah

Tabel 2.2 Korelasi Keadaan Pribadi Siswa Dengan Prestasi Belajar Fisika

Siswa

Correlations

x1 Y

x1 Pearson Correlation 1 -.089

Sig. (2-tailed) .497

N 61 61

Y Pearson Correlation -.089 1

Sig. (2-tailed) .497

N 61 61

Keterangan : X1 = Keadaan pribadi

Y = prestasi belajar siswa

(68)

berartitidak signifikan. Sehingga dapat diketahui hubungan antara keadaan pribadi siswa dengan prestasi belajar fisika siswa adalah sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah.

2. Hubungan antara keadaan keluarga dengan prestasi belajar siswa

Untuk mengetahui apakah variabel keadaan keluarga signifikan atau tidak dengan prestasi belajar fisika siswa dapat dicari dengan menggunakan teknik korelasi. Dalam hal ini untuk perhitungan korelasi dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.

Berikut ini hasil analisis korelasi tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel2.3 dibawah.

Tabel 2.3 Korelasi Keadaan Keluarga Siswa Dengan Prestasi Belajar

Fisika Siswa

Keterangan : X2 = keadaan keluarga Correlations

x2 Y

x2 Pearson Correlation 1 .081

Sig. (2-tailed) .535

N 61 61

Y Pearson Correlation .081 1

Sig. (2-tailed) .535

(69)

Y = prestasi belajar siswa

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,081, dan nilai r adalah positif artinya korelasi tersebut searah, dan nilai 0,081 menunjukkan bahwa korelasi sangat lemah atau behubungan tetapi sangat lemah. Dalam penelitian ini digunakan signifikansi α = 0,05 dan dari hasil analisis diperoleh nilai p = 0,535 maka H0 diterima. Karena nilai p > α berarti tidak signifikan. Sehingga dapat diketahui hubungan antara keadaan keluargasiswa dengan prestasi belajar fisika siswaadalah sangat lemah, tidak sigifikan dan searah.

3. Hubungan Antara Keadaan Sekolah Dengan Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui apakah variabel keadaan sekolahsignifikan atau tidak dengan prestasi belajar fisika siswa dapat dicari dengan menggunakan teknik korelasi. Dalam hal ini untuk perhitungan korelasi dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.

Berikut ini hasil analisis korelasi tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah.

Tabel 2.4 Korelasi Keadaan Sekolah Dengan Prestasi Belajar Fisika

Siswa

Correlations

x3 Y

x3 Pearson Correlation 1 -.256*

(70)

N 61 61

Y Pearson Correlation -.256* 1

Sig. (2-tailed) .046

N 61 61

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Keterangan : X3 = keadaan sekolah Y = prestasi belajar siswa

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = -0,256 dan nilai r adalah negatif artinya korelasi tersebut tidak searah, dan nilai 0,256 menunjukkan bahwa korelasi cukup kuat. Dalam penelitian ini digunakan signifikansi α = 0,05 dan dari hasil analisis diperoleh nilai p = 0,046 maka H0 ditolak. Karena nilai p < α berarti signifikan. Sehingga dapat diketahui hubungan antara keadaan sekolah dengan prestasi belajar fisika siswa adalah cukup kuat, signifikan dan tidak searah.

4. Hubungan Antara Mata Pelajaran Fisika Dengan Prestasi Belajar

Siswa

Untuk mengetahui apakah variabel mata pelajaran fisika signifikan atau tidak dengan prestasi belajar fisika siswa dapat dicari dengan menggunakan teknik korelasi. Dalam hal ini untuk perhitungan korelasi dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.

(71)

Tabel 2.5 Korelasi Mata Pelajaran Fisika Dengan Prestasi Belajar Fisika

Siswa

Keterangan : X4 = mata pelajaran fisika Y = prestasi belajar siswa

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = -0,255 dan nilai r adalah negatif artinya korelasi tersebut tidak searah, dan nilai 0,255 menunjukkan bahwa korelasi cukup kuat. Dalam penelitian ini digunakan signifikansi α = 0,05 dan dari hasil analisis diperoleh nilai p = 0,047 maka H0 di tolak. Karena nilai p < α berarti signifikan. Sehingga dapat diketahui hubungan antara mata pelajaran fisika dengan prestasi belajar fisika siswa adalah cukup kuat, signifikan dan tidak searah.

5. Hubungan Antara Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa

Dengan Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui apakah variabel keadaan lingkungan masyarakat siswa siginfikan atau tidak dengan prestasi belajar fisika siswa dapat dicari

Correlations

x4 Y

x4 Pearson Correlation 1 -.255*

Sig. (2-tailed) .047

N 61 61

Y Pearson Correlation -.255* 1

Sig. (2-tailed) .047

N 61 61

(72)

dengan menggunakan teknik korelasi. Dalam hal ini untuk perhitungan korelasi dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.

Berikut ini hasil analisis korelasi tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.6dibawah.

Tabel 2.6 Korelasi Keadaan Lingkungan Masyarakat Siswa Dengan

Prestasi Belajar Fisika Siswa

Keterangan : X5 = keadaan lingkungan masyarakat siswa Y = prestasi belajar siswa

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,012 dan nilai r adalah positif artinya korelasi tersebut searah, dan nilai 0,012 menunjukkan bahwa korelasi sangat lemah atau berhubungan sangat lemah. Dalam penelitian ini digunakan signifikansi α = 0,05 dan dari hasil analisis diperoleh nilai p = 0,927 maka H0 diterima. Karena nilai p > α berartitidak signifikan. Sehingga dapat diketahui hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika siswa adalah sangat lemah, tidak sigifikan dan searah.

Correlations

x5 Y

x5 Pearson Correlation 1 .012

Sig. (2-tailed) .927

N 61 61

Y Pearson Correlation .012 1

Sig. (2-tailed) .927

(73)

D. Pembahasan

Dari penelitian telah diketahui bahwa yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah dari faktor eksternal (sekolah dan mata pelajaran fisika), sedangkan dari faktor internal seperti keadaan jasmani, minat, motivasi dan kesiapan kurang berpengaruh. Hubungan antara keadaan sekolah dengan prestasi belajar fisika siswa adalah cukup kuat, signifikan dan tidak searah. Sedangkan hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika siswa adalah sangat lemah, tidak signifikan dan searah. Dari kedua faktor yang berpengaruh didapatkan nilai r yang negatif artinya tidak searah, semakin besar X maka Y akan semakin turun demikian sebaliknya, hal tersebut mungkin disebabkan karena peneliti hanya menggunakan nilai Y atau nilai prestasi belajar siswa dengan raport akhir semester saja, yang mungkin sudah diolah oleh pihak sekolah sehingga nilainya bukan nilai murni dari siswa yang menyebabkan hasil dalam penelitian kurang maksimal.

(74)

Untuk memperbaiki prestasi dapat dilakukan dengan memperbaiki sarana dan prasarana/infrastruktur sekolah, khususnya yang berhubungan dengan mata pelajaran fisika. Selain itu seperti tata tertib, kedisiplinan sekolah, kurikulum sekolah dan ekstrakurikuer sekolah juga lebih diperbaiki guna untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping itu tidak kalah penting yaitu memperbaiki prestasi belajar dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran baru dan metode yang bervariasi, untuk itu peran guru disini sangat penting, guru harus lebih perhatian terhadap siswa dan memberikan metode pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan agar siswa selalu senang dan tertarik untuk belajar. Tidak ada salahnya bila pelajaran dapat dilakukan dengan suasana gembira, namun ini tidak berarti bahwa anak harus dijauhkan dari kesukaran. Setiap pelajaran mengandung unsur kesukaran. Mungkin makin berharga pelajaran itu, makin banyak kesulitan yang harus dilalui untuk menguasainya sepertinya halnya pelajaran fisika (S. Nasution, 2003)

E. Keterbatasan Penelitian

(75)

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada BAB IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari faktor yang pertama didapat nilai r = -0,089 dan nilai p = 0,497, dimana p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara keadaan pribadi siswa dengan prestasi belajar fisika siswa sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah.

2. Dari faktor yang kedua didapat nilai r = 0,081 dan nilai p = 0,535, dimana p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara keadaan keluarga dengan prestasi belajar fisika siswa sangat lemah, tidak signifikan dan searah.

3. Dari faktor ketiga didapat nilai r = -0,256 dan nilai p = 0,046, dimana p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara keadaan sekolah dengan prestasi belajar fisika siswa cukup kuat, signifikan dan tidak searah.

(76)

5. Dari faktor kelima didapat nilai r = 0,012 dan nilai p = 0,927, dimana p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara keadaan lingkungan masyarakat siswa dengan prestasi belajar fisika siswa sangat lemah, tidak sigifikan dan searah.

B. Saran

Berdasar kesimpulan diatas, maka peneliti mencoba mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru:

a. Hendaknya guru selalu menggunakan media dalam mengajar dan metode yang bervariasi serta menarik dalam mengajar, agar pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.

b. Hendaknya guru selalu berinteraksi yang baik dengan siswa, bersikap terbuka, ramah dan peduli terhadap siswa, agar siswa merasa nyaman sehingga siswa akan senang belajar pelajaran yang dibawakan oleh guru yang bersangkutan.

(77)

2. Bagi siswa:

a. Siswa hendaknya mentaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah agar tercipta suasana aman dan tenteram yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap belajar siswa.

b. Siswa yang memiliki banyak waktu luang hendaknya mengikuti ektrakurikuler yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar.

3. Bagi sekolah

a. Sekolah agar terus memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang baik kepada siswa agar siswa selalu semangat dalam belajar dikelas.

b. Sekolah hendaknya memberikan aturan tata tertib dan disiplin yang wajar, agar siswa tidak merasa takut dan ngeri untuk pergi ke sekolah.

4. Bagi peneliti

(78)

61

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta

Danim, Sudarwan. 2010. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Fauzi, Herman. 2010. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Dalam belajar.

http://husamah.staff.umm.ac.id/files/2010/03/MAKALAH2.pdf

Gerungan, 1983. Psikologi Sosial. Bandung: PT Eresco

Heru, Matius. 2010.Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang tua dan

Kemampuan Berhitung Siswa Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa

Kelas IX Semester I SMP Negeri 2 Belitang Hilir Kalimantan Barat.

(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Hurlock, Elizabeth B. 1978.Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga

Ichsan.1996. Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Kosasi, raflis. 1984. Keterampilan Menjelaskan (Panduan Pengajaran Mikro

no.4). Jakarta: Dekdikbud Dikjen Pendidikan Tinggi Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Narmoatmojo, Winarno. Ekstrakurikuler di Sekolah: Dasar Kebijakan dan Aktualisasinya.http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/10/Makal

Gambar

Tabel 1.2 Penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif  .......... 43
Gambar 1.1 Skema paradigma hubungan antara keadaan pribadi,
Tabel 1.1 kisi-kisi keadaan pribadi, keluarga, sekolah, masyarakat, mata
Tabel 1. 2 penyekoran untuk setiap pernyataan positif dan negatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, juga 50 kilogram benih padi asal China, 8 dus makanan, obat-obatan, serta lampu yang juga berasal dari China.Dalam waktu dekat, barang- barang impor

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau

Penerapan Model CICR ( Cooperative Integrated Reading Composition) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas II. Universitas Pendidikan Indonesia

Widjaja Martokusumo yang sedang menjabat Ketua Prodi Magister dan Doktor Arsitektur dan Ketua Prodi Magister Rancang Kota telah diangkat sebagai Waki' Dekan

Penelitian ini dirancang untuk dilaksanakan dalam beberapa siklus. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang.. dikembangkan oleh Kemmis

Tidak perlu diminta pernyataan batal (nietig verklaring). Risiko kerugian dibagi dua antara pihak yang menyewakan dengan pihak si penyewa. Segera setelah musnahnya seluruh

[r]

Saiful Anwar Malang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk bisa belajar serta memperoleh pengalaman selama menjalankan Praktek Kerja Profesi