BOLA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh
Maryadi
1102292
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Hubunga Tingkat Kecerdasan
Intelektual (IQ) Dengan
Keberhasilan Tendangan Penalti
Pada Permaian Sepak Bola
Oleh
Maryadi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehata
© Maryadi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat / Signifikan Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORITIS ... 9
A. Sepak Bola ... 9
B. Teknik Dasar Sepak Bola ... 10
C. Peraturan Sepak Bola ... 22
D. Tendangan Penalti ... 23
E. Intelegensi ... 25
F. Penalti dan IQ ... 26
G. Penelitian Terdahulu ... 28
H. Posisi Teoretis ... 29
I. Hipotesis Pemikiran ... 30
A. Desain Penelitian ... 31
B. Partisipan ... 31
C. Populasi dan sample ... 31
D. Instumen penelitian ... 32
E. Hasil Uji Coba Instrumen... 36
F. Prosedur Penelitian... 38
G. Analisis Data ... 40
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Temuan Penelitian ... 41
B. Pembahasan Temuan ... 47
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 49
A. Simpulan ... 49
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Sepakbola adalah salah satu olahraga yang sangat digemari oleh semua
lapisan masyarakat dunia. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan yang terjadi
pada olahraga sepakbola bahwa permainan ini tambah maju dan mendapat
partisipan dan pengikut paling banyak didunia. Permainan sepakbola cukup
populer jika dibandingkan dengan olahraga lainnya. Sesuai dengan pendapat yang
dikemukanan oleh Timo Scheunemann (dalam Krisnawati, A. D., 2010, hlm. 17)
bahwa “Sepakbola pada saat ini adalah olahraga yang paling populer di dunia,
jauh lebih populer dibandingkan olahraga populer lainya seperti basket, vollyball,
dan tenis”. Di Indonesia sendiri sepakbola telah mendapatkan tempat dihati
masyarakat dan telah menjadi salah satu permainan rakyat yang sangat digemari,
baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan, mulai dari anak-anak
kecil, remaja, sampai orang tua sangat menggemarinya. Hal ini disebabkan oleh
sifat permainan sepakbola itu sendiri yang sangat mudah dimainkan,
menyenangkan dan tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal, permainan
sepakbola bisa diamainkan dimana saja, baik di lapangan bola, tanah lapang,
pekarangan rumah bahkan di persawahan.
Permainan sepakbola merupakan suatu cabang olahraga yang dimainkan
oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang pemain.
Kesebelasan yang dikatakan baik, kuat, dan tangguh adalah kesebelasan yang
terdiri dari pemain-pemain yang mampu melakukan kerja sama, penguasaan
teknik dasar sepakbola dan kemahiran mengolah bola dilapangan. Adapun tujuan
utama dari permainan sepakbola adalah setiap regu atau kesebelasan berusaha
memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar
tidak kemasukkan bola. Seperti yang dijelaskan oleh Sucipto dkk. (2000, hlm. 7 )
menjelaskan bahwa ”Masing-masing regu berusaha memasukan bola
sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak
Suatu regu dinyatakan sebagai pemenang apabila regu tersebut
memasukkan bola lebih banyak dari kemasukkan, dan apabila hasil akhir sama,
maka permainan dinyatakan seri. Dan pada situasi ini untuk menentukan
pemenang diberikan perpanjangan waktu dua kali 15 menit dan apa bila hasil
masih tetap imbang, permainan ditentukan dengan adu penalti. Semua pemain
harus bisa dan siap dalam menendang penalti tidak terkecuali penjaga gawang.
Tendanag adu penalti sendiri adalah cara yang sekarang sering dipakai
untuk menentukan pemenang dalam pertandingan sepakbola yang harus diakhiri
dengan kemenangan atau kekalahan. Adu penalti diakukan setelah pertandingan
berlangsung 90 menit dan dilanjutkan dengan 2 kali 15 menit perpanjangan waktu
namum keadaan masih seri dan biasanya terjadi ketika permainan menggunakan
sistem gugur. Berbeda halnya dengan tendangan penalti, tendanga ini diputuskan
oleh wasit apabila salah satu pemain tim lakukan pelanggaran di dalam kotak
wilayah penjaga gawang tim sendiri. Sesuai dengan Dekdikbud (dalam Mukti,
2013, hlm. 9) menyatakan bahwa “Penalti adalah tendangan atau tembakan
hukuman karena melanggar peraturan permainan didaerah depan penjaga gawang
pada batas yang ditentukan”. Tendangan diberikan pada pemain lawan dan
dilakukan dengan menendang bola dengan jarak 12 kaki atau 11 meter dari garis
gawang tanpa dijaga oleh pemain lawan (pagar betis).
Menendang penalti bukan hal yang mudah untuk dikerjakan, tetapi
memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam mencapai hasil yang di inginkan
terbukti banyak pemain handal dunia yang gagal dalam melakukan tendangan
penalti. Hal ini pernah dialami oleh pemain berlabel bintang Didier Drogba,
pemain berkebangsaan Pantai Gading ini seperti dibayangi “hantu” setiap kali
membela negaranya di Piala Afrika, dua kali kesempatan di dua final dia gagal
dalam tendangan dan akhirnya Pantai Gading harus gagal pula untuk menjadi
juara (Prasetyo, H., 2012). Hal itu juga pernah dialami oleh pemain real madrid di
semifinal Liga Champions, saat itu Real Madrid kalah 1-3 dalam adu penalti
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
normal serta perpanjangan, dan gagal lolos ke final. Ramos bersama Critiano
Ronaldo dan Kaka gagal melaksanakan tugasnya sebagai algojo Madrid. Real
Madrid pun kalah 1-3 (Merdeka, 2012).
Menurut Scroeter dan Bauersfel (dalam Sidik, D., 2008, hlm.2)
menyatakan bahwa:
Pencapaian prestasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari sarana prasarana dan peralatan olahraga dan sistem kompetisi. Sedangkan faktor internal terdiri dari keadaan psikologis atlet, pemahaman taktik atau strategi, keterampilan teknik, kemampuan fisik dan keadaan konsitusi tubuh.
Dari beberapa faktor tersebut faktor psikologis dapat berpengaruh
langsung terhadap keberhasilan tendangan penalti. Diantara faktor psikologis
yang mempengaruhi keberhsilan melakukan tendangan penalti adalah kognitif
atau tingkat kecerdasan yang dapat diukur dengan tes intelektual atau IQ
(Intelligent Quotient). “Intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor penting
yang sering menentukan kemenangan dalam pertandingan” (Suranto dalam
Anggraeni, Y., 2012).
Pada saat melakukan tendangan penalti pemain dituntut untuk memiliki
kemampuan motorik yang baik sehingga peluang untuk menciptakan gol semakin
besar. Kemampuan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Motorik halus adalah kemampuan beraktifitas menggunakan otot-otot halus (otot
kecil) sedangankan motorik kasar adalah aktifias dengan menggunakan otot-otot
besar yang meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulative.
Tendangan penalti sendiri melibatkan kemampuan motorik kasar, karena pada
pelaksanaannya menggunakan otot-otot besar. Secara teori keterampilan motorik
berkoordinasi dengan otak sehingga sangat mempengaruhi kognitif.
Perkembanganan motorik akan sejalan dengan dengan perkembangan kognitif,
sesuai dengan pendapat Samsudin (2005, hal. 29) mengungkapkan bahwa:
“Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi, perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses
Pada saat melakukan tendangan penalti pemain dituntut untuk berfikir
secara cepat dan tepat, kemudian dapat dilakukan atau direalisasikan dengan
gerakan yang cepat pula untuk menentukan kearah mana bola akan ditendang. Hal
tersebut tentu memerlukan kombinasi dari kemampuan kognitif dan kemampuan
gerak sehingga mengahasilkan tendangan yang baik dan menghasilkan gol.
Tingkat intelektual mengambil pengaruh besar saat proses berikir dan
kemampuan bertindak, intelegensi merupakan kemampuan individual
bertindak, mengambil keputusan, dan menyesuaikan diri dalam situasi
yang baru dan menerapkan hubungan yang relevan antara gagasan dan
kemampuan (Slameto, 2003; Sukmadinata, 2004).
Pemain bola yang memiliki IQ tinggi cenderung akan lebih mudah dalam
mencapai prestasi, sebut saja pemain yang berasal dari Korea Park Chu Young
yang memiliki indeks Inteligence quotient (IQ) mencapai 150. Dengan IQ yang
sedemikian tinggi orang tua dari Park Chu Young pernah mengangankan anaknya
menjadi seorang akadmisi, atau intelektual. Namun, nasib berkata lain. Saat
sedang kuliah di Korea University, ia justru makin tercabur dalam hobinya
bermain sepakbola. Park Chu Young dipanggil untuk mengikuti kejuaraan Piala
Asia Yunior, dan langsung mendapat gelar pemain terbaik, top scorer, sekaligus
mengantarkan negaranya juara. Gelar pemain muda terbaik Asia pun diraihnya
pada tahun 2004 tersebut (Mayasanto, 2011). Dengan tingkat intelektual diatas
rata-rata yang dimiliki Park Chu Young berhasil membawanya menjadi salah satu
pemain terbaik yang dimiliki Asia.
Oleh karena itu tingkat intelegensi amatlah penting sehingga kecerdasan
ini haruslah terus diasah dan tetep mendapatkan stimulus atau rangsangan untuk
berfungsi, dengan cara pemain harus terus dibiasakan untuk menggunakan
kemampuan intelektualnya, karena dengan latihan fisik dan taktik tidak ikut serta
melatih kempuan berfikir atlet. Sesuai dengan pendapat Suranto (2005, hlm. 27)
“Seorang pemain yang terus menerus berlatih baik secara fisik maupun teknik, tetap tidak memberikan kesempatan melatih proses berfikir akan berakibat
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan intelektual dalam hal ini intelektual qoutient (IQ) harus mendapatkan
perhatian tersendiri agar mendapatkan hasil yang masimal.
Bagi seorang atlet, intelegensi merupakan salah satu faktor penting untuk
menentukan kemenangan. Pada umumnya penendang penalti harus mengetahui
siapa penjaga gawang tim lawan baik dalm hal kelebihan dan kekurangan. Seperti
yang dijelaskan Suranto (2005, hlm. 27) menyatakan bahwa “Atlet dituntut untuk
menganalisis permainan lawan, yang kemudian diaplikasikan bagaimana seorang
atlet dapt megungkapkan pendapat saat diskusi”. Hal ini berfungsi agar
penendang dapat menentukan kearah mana bola akan ditendang sehingga
menghasilkan gol dan membawa timnya menjadi pemenang. Oleh karena itu
tingkat intelegensi pada penendang penalti sangat berperan penting untuk
menentukan kemenangan dalam permainan.
Pada kenyatannya pemain sepak bola selalu dituntut untuk memiliki
kemampuan mental, fisik dan taktik yang baik, sedangkan tidak hanya ketiga
komponen tersebut yang dibutuhkan pada saat bermain sepak bola. Kemampuan
kognitif atau kecerdasan intelektual (IQ) juga mengambil peran penting dalam
keberhasilan menyelenggarakan permainan yang baik dalam sepakbola terlebih
lagi saat melakukan tenangan penalti, karena orang yang memiliki tigkat IQ yang
tinggi memiliki sudah tentu memiliki kemampuan motorik yang lebih baik,
cenderung lebih bisa berpikir cepat dan dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dan apabila seseorang memiliki tingkat intelektual yang baik akan berpengaruh
kepada kemampuan motorik sehingga dalam melakukan tendangan akan lebih
baik dari pada orang yang memiliki tingkat IQ rendah.
Dengan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian ini, karena selain belum adanya penelitian mengenai hubungan tingkat
IQ terhadap keberhasilan tendangan penalti, orang saat ini cenderung melihat
faktor mental yang paling berpengaruh dalam tendanganan penalti, padahal
tingkat intelegensi (IQ) juga mengambil peranan penting. Sesuai yang
diungkapkan oleh Slameto dan Sumadinata (dalam Anggraeni, 2012) bahwa
menghadapi suatu permasalahan atau tantangan akan cepat menyesuikan diri,
berpikir cepat dan mengambil keputusan secara rasional”. Maka dengan
permasalahan yang telah dipaparkan, penulis mengusung penelitian ini dengan
judul Hubungan Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) dengan Akurasi Tendangan
Penalti Pada Permainan Sepak Bola.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka permasalahan penelitian
dirumuskan yaitu Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
kecerdasan intelektual (IQ) dengan keberhasilan tendangan penalti pada
permainan sepak bola?
C. Tujuan Penelitian
Mengacuh pada rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut: Untuk mengetahui hubungan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) dengan
keberhasilan tendangan penalti pada permainan sepak bola.
D. Manfaat / Signifikan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk beberapa pihak, di
antara lain:
1. Manfaat Teoritistis
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai hubungan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) dengan
keberhasilan tendangan penalti.
2. Manfaat Praktis
Untuk menjawab mengenai hubungan kecerdasan intelektual (IQ) dengan
keberhasilan tendangan penalti. Serta sebagai informasai bermanfaat bagi
para pelaku olahraga dan pembina olahraga dalam upaya pencapaian
prestasi maksimal. Khususnya dalam meningkatkan keterampilan
menendang penalti dalam olahraga permainan sepakbola.
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Memberikan informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti dalam
bidang keilmuan olahraga, khususnya mengenai tingkat IQ mahasiswa
dengan tendangan penalti. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai
rujukan atau bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin
mengembangkan penelitian ini.
E. Struktur Organisasi Skripsi
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh
peneliti dalam hal masalah pentingnya tingkat kecerdasan intelektual
(IQ) dalam dunia olahraga khususnya permainan sepak bola. Hal ini
didasari oleh pendapat Suranto (dalam Anggraeni, 2012) menyatakan
bahwa intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor penting yang sering
menentukan kemenangan dalam pertandingan. Sorang pemain sepakbola
yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang
lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Hal
tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap
ilmu yang diberikan sehingga kemampuan dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pekerjaannya akan lebih baik (Eysenck dalam
Trihandini, 2005, hlm. 18). Dalam bab 1 peneliti menyampaikan
informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan urutan
penulisannya sebagai berikut:
A. Latar belakang penelitian
B. Rumusan masalah penelitian
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat / signifikansi penelitian
E. Struktur oranisasi skripsi
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORITIS
Bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang berhubungan
kerangka pemikiran dan hipotesis pemikiran. Adapun cara penulisannya
sebagai berikut:
A. Sepak bola
B. Tehnik sepak bola
C. Tendangan penalti
D. Intelegensi
E. Iq dan penalti
F. Penelitian Terdahulu
G. Posisi Teoritis
H. Hipotesis
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab 3 penelitian menjelaskan mengenai metode yang akan
dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan meode penelitian
deskriptif korelasi. Adapun cara penulisannya sebagai berikut:
A. Desain penelitian
B. Partisipan
C. Populasi dan sampel
D. Intrumen penelitian
E. Prosedur penelitian
F. Analisis data
4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab 4 penelitian menjelaskan mengenai analsisi data yang didapat
dari proses penelitian dilapangan.
A. Temuan penelitian
B. Pembahasan
5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitaian dibutuhkan sebuah desain penelitian yang sesuai
dengan variabel-variabel dalam tujuan penelitian dan hipotesis yang akan diuji
kebenarannya. Gambaran arah kegiatan penelitian akan tercantum dalam desain
penelitian sehingga dapat membantu peneliti dalam upaya memecahkan masalah
penelitian yang telah dirumuskan.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi.
Bentuk desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
r
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Sumber: Sugiyono, 2012, hlm.154
Keterangan:
X : Tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
Y : Keberhasilan tendangan penalti
r : Hubungan
B. Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa ilmu
keolahragaan anggkatan 2013, jenis kelamin laki-laki karena untuk mendapatkan
data yang homogen. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua tempat. Tes IQ
dilakukan bekerjasama dengan University Center (UC) Staf Unit Pelaksana
Teknik Lembaga Bimbingan dan Konseling UPI, sedangkan tes tendangan
penalti dilakukan di stadion UPI.
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah subjek dari penelitian. Menurut Sugiyono (2014, hlm.
117) mendefinisikan populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari
dan kemudian ditarik keimpulan. Sedangkan sempel menurut Sugiyono (2014,
hlm.81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Populasi dari penelitian ini adalah Mahasiswa Ilmu Keolahragaan
Angkatan 2013 yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 60 orang. Adapun
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Teknik
pengambilan sampling yang digunakan adalah simple random sampling, karena
pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan kemampuan, agar memberikan kesempatan yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk menjadi sampel.
D. Instumen penelitian
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian maka diperlukan sebuah
alat yang disebut instrumen. Instrumen yang digunakan dlam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tes Inteligensi
Tes inteligensi digunakan untuk mengetahui tingkat intelegensi
seseorang dan tes yang digunakan peneliti yaitu tes APM (Advanced
Progressive Matrics). Dimana tes APM adalah salah satu tes non verbal
yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal sistimatis dan
melihat hubungan-hubungan bagian gambar yang tersaji serta
menggambarkan pola fikir yang sistematis yang penyajiannya dapat
dilakukan secara klasikal dan individu.
Tes ini dilakukan dengan cara sampel diberikan soal-soal untuk
diselesaikan dengan batas waku tertentu. Tes terdiri dari 48 soal, yang
terdiri dari 2 buah set soal, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di table
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1 Prosedur Tes Inteligensi APM
Set soal Jumlah soal Waktu pengerjaan
Set I 12 butir 5 menit
Set II 36 butir 40 menit
Sumber: UPT LBK UPI
Set I yang terdiri dari 12 soal digunakan sebagai latihan sebelum
mengerjakan set II, tetapi hal tersebut tidak perlu diungkapkan kepada
sampel. Set II yang terdiri dari 36 soal memiliki pola soal yang sama
persis seperti soal pada set I, hanya jumlah soal lebih banyak dan secara
bertahap soal-soalnya menjadi sukar.
Untuk pengambilan skor dilakukan sebagai berikut :
- Pada tes inteligensi APM, yang dikenakan penilaian hanyalah set II
sedangkan set I hanya sebagai pengantar.
- Untuk pemberian skor, sampel diberikan nilai 1 pada jawaban yang
benar dan 0 pada jawaban yang salah. Sehingga skor mentah atau
Raw Scored maksimal yang dapat diperoleh adalah 36.
- Setelah raw scored diperoleh maka skor diubah ke dalam bentuk
persentil, sesuai usia kronologis/umur seseorang.
- Setelah itu sampel bisa digolongkan ke dalam kelas (grade) dan
kapasitas intelektual sesuai dengan norma tes APM yang telah
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Tes APM
Variabel Komponen Indikator
Tes Intelegensi
(APM)
1. Daya Abstraksi Mampu menangkap,
membayangkan dan
kesimpulan menurut aturan
logika dan membuktikan
bahwa kesimpulan itu benar.
3. Berfikir sistematis Mampu untuk mengerjakan/
menyelesaikan suatu tugas
sesuai dengan urutan,
tahapan, langkah-langkah,
atau perencanaan yang tepat,
efektif, dan efisien.
4. Kecepatan dan
ketelitian
Mampu untuk menangkap,
mengolah informasi dengan
cepat dan teliti.
5. Konsentrasi Mampu untuk memberikan
atensi/perhatian terhadap
suatu hal dalam suatu waktu
dengan baik.
Sumber : Nurhasanah, A. (2014)
Tes ini dilakukan di digedung FPOK lantai 3 bekerja sama
dengan University Center (UC) Staf Unit Pelaksana Teknik Lembaga
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk klasifikasi dari hasil tes iq sendiri dipat di lihat dari tabel
berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi tes iq
Nilai IQ Klasifikasi
Sumber : Groth-Marnet (dalam Azwar, S., 2004, hlm. 59)
2. Tes Tendanga Penalti
Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecakapan sampel
dalam mengeksekusi tenangan penalti. Instrumen penelitian ini
menggunakan gawang dan penjaga gawang sebagai alat untuk
mendapatkan data. Setiap sampel mendapat kesempatan lima kali
menendang.
Cara test tendangan penalti ini dilakukan sebagai berikut :
1. Sampel berdiri dengan posisi siap untuk menendang bola
2. Sampel menendang bola kearah mana saja sesuai keinginan
penendang
3. Penjaga gawang melakukan gerakan atau reaksi sesuai arah bola
yang telah di tendang
4. Bila penjaga gawang mengalami kelelahan maka diberikan beberapa
waktu untuk beristirahat
Untuk pengambilan skor dilakukan sebagai berikut :
2. Jika bola terbaca tapi tidak tertepis atau terjangkau oleh penjaga
gawang maka nilainya 3
3. Jika penjaga gawang berhasil membaca arah bola namun bola tetap
masuk maka nilainya 2
4. Jika penjaga gawang berhasil menbaca bola dan bola tidak masuk
maka nilainya 1
5. Jika bola tidak mengarah kegawang makanilainya 0
7,32 m
Gambar 3.2 Tes Tendangan Penalti
Sumber: Peneliti
keterangan :
: Penjaga gawang
: Tiang gawang
E. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrument penelitian adalah alat yang digunkana oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari uji validitas dan
uji realibilitas dalam melakukan penelitian pendahuluan atau uji coba instrumen
terlebih dahulu.
2,
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas berbicara mengenai bagaimana suatu alat ukur yang digunakan
memang telah mengukur apa yang ingin di ukur Suherman, A. & Rahayu, I.
(2011, hlm. 155). Apabila data memang sudah benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
tes dengan analisis rasional atau professional judgment. Validitas isi merupakan
validitas yang mana dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang yang
kompeten (pakar) Suherman, A. & Rahayu, I. (2011, hlm. 157).
Reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik. Menurut Suherman, A. & Rahayu, I. (2011, hlm. 155)
menjelaskan bahwa reabilitas membicarakan sejauh mana hasil pengukuran yang
dilakukan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran kembali pada orang yang
sama di waktu berbeda atau pada orang berbeda di waktu yang sama. Teknik
yang digunakan dalam pengujian reabilitas dalam penelitian ini adalah
pendekatan uji ulang (test-retest). Dalam teknik ini dilakukan penyajian
instrument ukur pada suatu kelompok subjek dua kali dengan memberikan
tenggang waktu tertentu diantara dua penyajian tersebut.
Menurut Nurhasan (2007, hlm. 42) untuk mengetahui besarnya derajat
keterandalan suatu alat pengukuran dapat dilakukan dengan dua kali pengukuran
yaitu pengukuran pertama dan ulangnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan
Sugiyono (2012, hlm. 130) “Reabilitas diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan yang berikutnya, bila koefisien positif dan signifikan
maka instrument tersebut sudah dinyatakan reabel.
Kemudian hasil pengukuran yang pertama dan kedua dikorelasikan denga
menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows dengan menggunakan analisis
Korelasi Pearson dan hasilnya menunjukkan kenyataan reabilitas alat pengukuran
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4 Hasil Reabilitas Tes Tendangan Penalti
Correlations
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
Dari tebel diatas dapat dilihat nilai r=0,643 dan p=0,045 < 0,05. Hal itu
berarti ada konsistensi hasil yang didapat pada tes I dan tes II. Adanya kestabilan
dari hasil yang didapat pada saat pertama kali dilakukan tes dengan hasil yang
didapat ketika tes lagi untuk kedua kalinya, maka tes pengukuran tersebut dapat
dilanjutkan untuk tes penelitian.
F. Prosedur Penelitian
Untuk mengetahui gambaran langkah kerja, peneliti akan menjelaskan
mengenai prosedur penelitian. Dengan adanya prosedur penelitian maka akan
mempermudah dan membantu peneliti untuk memulai tahapan-tahapan dalam
sebuah penelitian dan prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Menentukan populasi yaitu mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan 2013
2. Menentukan sampel yaitu mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan 2013
3. Tes yang pertama dilakukan adalah tes Inteligence Qoutient (IQ) yang
dilakukan di gedung FPOK lantai 3.
4. Selanjutnya sempel dites kemampuan tendangan penalti yag dilakukan di
stadion UPI Bandung
5. Langkah terakhir yaitu melakukan pengolahan data, menganalisa dan
mengambil keputusan dari hasil pengolahan dan analisis data.
Gambar 3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sumber: Peneliti
POPULASI
SAMPEL
Tes IQ
Tes Tendangan Penalti
Analisis Data
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran merupakan data mentah dan
untuk mengetahui adanya hubungna antara tingkat intelegensi dengan
keberhasilan tendangan peneliti perlu memlaului proses penghitungan secara
statistik.
Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
dengan adalah menggunakan metode deskriptif korelasi karena penelitian ini
menghubungkan antara tingkat kecerdasan intelektual dengan keberhasilan
tendangan penalti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan SPSS atau Statistical Product and Service Solution versi 16 for
windows dan analisis datanya sebagai berikut:
1. Langkah awal ialah analisis deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui nilai
Mean, Maximum, Minimum dan Std.Deviaation dari masing-masing
variable.
2. Langkah selanjutnya ialah menguji apakah data yang telah didapat normal
atau tidak menggunakan uji statistik One Sample Kolmogorov Smirnov. Jika
data yang didapat normal, maka dapat dianalisis dengan statistik parametrik
jika data tidak normal maka menggunakan statistik non prametrik.
3. Langkah selanjutnya menguji homogenitas data menggunakan uji statistic
anova.
4. Berdasarkan hasil uji normalitas, jika data yang diperoleh normal dan
homogeny maka diolah menggunakan rumus Pearson Korelasi. Uji ini
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan dari dua variable (bivariate).
5. Setelah angka korelasi didapat, maka dilanjutkan dengan perhitungan
regresi yaitu dengan menggunakan uji regresi linear sederhana untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh variable X
terhadap variable Y.
6. Selanjutnya menyimpulkan hasil penelitian dari semua data yang diolah
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka peneliti dapat
memberikan kesimpulan bahwa “Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara
kecerdasan intelektual (IQ) dengan keberhasilan tendangan penalti pada
permainan sepak bola”.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan dan guna
penyempurnaan hasil penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa agar lebih
memperbanyak sampel penelitian sehingga hasil yang didapat akan lebih
baik.
2. Bagi penelitih selanjutnya yang ingin melakukan penelitian ini lebih
mendalam lagi, sebaiknya untuk pengambilan data tes harus
memperhatikan faktor eksternal yang terduga maupun tidak terduka.
Seperti sarana prasarana dan kondisi alam sekitar.
3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variabel
dan sampel yang lebih banyak dan lebih luas, dan Metode penelitian
yang berbeda misalnya dengan melakukan metode penelitian
Eksperimen.
4. Sampel dalam penelitian selanjutnya diharapkan berasal dari atlet dengan
cabang olahraga yang bersangkutan.
Demikian kesimpulan, implikasi dan rekomenasi yang peneliti berikan
dalam rangka melaksanakan penelitian, semoga hal ini bisa digunakan dan
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA.
Akhmad dkk. (2014). Kontribusi antara panjang tungkai, power tungkai dan
fleksibelitas panggul terhadap keterampilan penalti dalam permainan
sepakbola. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi.
Anggraeni, Y. (2012). Kontribusi iq (intelligent quotient) dan eq (emotional
quotient) terhadap prestasi atlet pelatda pancak silat pada pon ke-xxviii
tahun 2012. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Azwar, S. (2004). Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiman, A. (2005). Panduan praktis mengetes iq anak anda. Bandung :
Alfabeta.
Carter,P. (2005). Panduan lengkap tes kecerdasan. Jakarta: Permata Puri Media.
Firman. (2014). Analisis perbandingan kondisi fisik pemain sepakbola dengan
pemain futsal. Bandung : Universitas Pendidikan Indonsia.
Gustiana. (2011). Pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik
kasar dan kognitif anak usia dini. Bandung : S2 UPI.
Hariwijaya, M. (2005). Cara akurat mengukur kecerdasan intelektual anda.
Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Iryanto, Y. (2012). Pengaruh tingkat iq terhadap kemampuan juggling dan
akurasi tendangan bola pada permainan usia 11-12 tahun ssn apac inti
kabupaten semarang. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Krisnawati, A. D. (2010). Perbedaan pengaruh latihan juggling menggunakan
bola plastik dan bola lunak terhadap kemampuan juggling dalam
permainan sepak bola pada usia 13-15 tahun sekolah sepak bola putra
bengawan sragen. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Nurhasan., Cholil, H. (2007). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung : Bandung
Nurhasanah, A. (2014). Raven progressive matrices (RPM). [Online] Diakses dari
http://www.slideshare.net/AiNurhasanah/raven-progressive-matrices-rpm.
Mahendra, A. (2007). Teori belajar mengajar motorik. Bandung : Redpoint.
Mayasanto, A. (201l). Park Chu-Young pemain dengan IQ tertinggi. [Online]
Diakses dari
http://www.tribunnews.com/superball/2011/09/24/park-chu-young-pemain-dengan-iq-tertinggi.
Mielke, D. (2007). Dasar-dasar Sepak Bola. Bandung : PT Intan Sejati.
Mukti, I. F. (2013) Efektifitas tendangan mengunaan kaki bagian dalam dan
punggung kaki terhadap hasil tendangan penalty pada pemain ps Unnes
tahun 2013. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Merdeka. (2012 ). Ramos siap tebus dosa kegagalan penalti. [Online]. Diakses
dari http://www.merdeka.com/sepakbola/ramos-siap-tebus-dosa-
kegagalanpenalti.html.
Prasetyo, H. (2012 ). “Hantu penalti” bayangi drogba. [Forum Online]. Diakss
dari http://travel.kompas.com/read/2012/02/13/07072475/ sitemap.html.
Pratama, A. (2014). Hubungan kecerdasan intelektual dengan kecepatan
koordinasi mata, tangan dan kaki terhadap cabang olahraga futsal dan
taekwondo. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Samsudin. (2005). Perkembangan motorik di taman kanak-kanak. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Sidik, D. (2008). Pembinaan kondisi fisik. Bandung: UPI.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Sucipto dkk. (2000) Sepak bola. DEPDIKBUD.DIRJEN Pendidikan Dasar dan
Maryadi, 2014
Hubunga Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Dengan Keberhasilan Tendangan Penalti Pada Permaian Sepak Bola
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Suherman, A. , Rahayu, I. (2011). Statistika untuk ilmu keolahragaan.
Bandung : Ilmu Keolahragaan, Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suranto, H. (2005). Psikologi Olahraga DIPA. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.
Wahyudi, D. (2014). Maorinho ungkit penalti gagal ronaldo di liga champions.
[Online]. Diakses dari http://sport.detik.com/ sepakbola/read/2014/
09/16/065513/2691185/
1033/mourinho-ungkit-penalti-gagal-ronaldo-di-liga-champions.
Wijaya, S. (2013). Sumbangan keterampilan motorik terhadap kecerdasan
intelligence quotienc siswa kelas tiga putra sdn kawengen. Semarang :