• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013 2014"

Copied!
357
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR

TAHUN AJARAN 2013 / 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Paulus Budi cahyono

NIM: 081414085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah Hendaknya Kamu Kuatir Tentang Apapun

Juga, Tetapi Nyatakanlah Dalam Segala Hal

Keinginanmu Kepada Allah Dalam Doa Dan Permohonan

Dengan Ucapan Syukur”

( Filipi 4 : 6 )

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 November 2014 Penulis,

(6)

vi

ABSTRAK

Paulus Budi Cahyono, 081414085. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siswa Kelas IV SD

Kanisius Minggir Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II serta pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Minggir. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang berlangsung mulai bulan Maret-Juni 2014 dengan pokok bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Kanisius Minggir yang berjumlah 20 anak.

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen yaitu instrumen tes yang berupa tes kemampuan awal, kuis, dan tes evaluasi. Instrument non tes meliputi instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, dan wawancara. Sebelum digunakan, semua instrumen terlebih dahulu divalidasi dengan uji pakar maupun dengan uji butir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw II dapat dilaksanakan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 90,48%. (b) Tingkat keaktifan siswa dalam kelompok tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari persentase keaktifan siswa dalam kelompok, sebesar 80% memiliki keterlibatan yang tinggi, dan 20% memiliki keterlibatan rendah. (c) Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 47,35% sedangkan pada Tes Evaluasi (TE) rata-ratanya mencapai 76,9%. Berdasarkan hasil Tes Evaluasi menunjukkan bahwa 60% siswa hasil belajarnya tinggi, 20% hasil belajarnya sedang, dan 20% siswa hasil belajarnya rendah.

(7)

vii

ABSTRACT

Paulus Budi Cahyono, 081414085. 2014. Efforting to Improve about Learning results of the Mathematics in the subject of solid figure especially Cube and cuboid by Cooperative Learning Model Jigsaw Type II for the students of Elementary school Grade IV SD Kanisius Minggir Academic Year 2013/2014. Thesis. Mathematics Education study Program, Department of Mathematics education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aim of this research is to know the degree of student activity in Cooperative Learning Model Jigsaw Type II and the efect of learning result the students grade IV SD Kanisius Minggir. This reserch belongs to the qualitative and quantitative description ones. It was done in the even semester in academic year 2013/2014 in March-June 2014 in the subject of solid figure about cube and cuboid. The subjects of this research are a teacher and twenty students of the grade IV SD Kanisius Minggir.

This research has two instruments, test instrument and non test instrument. The test instruments is built of the beginning ability test, quiz, and evaluation test. While the non test instrument there are three things : realization of lesson planning, observation sheets of student activity, and interview. Before we use those instruments we have to be sure that all the instruments are valid. They are valid in about expert judgment and test item judgment.

The result of the research explains : (a) the learning process with cooperative method jigsaw type II can be done well with an average of realization of the lesson planning about 90,48%, (b) the level of activity students in group is high. It can be seen that the percentage of student activity in group 80% high and 20% low, (c) the learning process with cooperative method jigsaw type II gives a positive effect to the result of the student learning. It can be seen from an average of the beginning ability test 47,35% and the evaluation test is 76,9%. Up to the result of the evaluation test we know that 60% of the students are high result, 20% are medium result, and the least 20% are low result.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Paulus Budi Cahyono

Nomor Induk Mahasiswa : 081414085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR TAHUN AJARAN 2013 /

2014”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 10 Desember 2014 Yang menyatakan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat, karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Tahun Ajaran 2013 / 2014”. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan doa, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalaam kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA sekaligus Program Studi Pendidikan Matematika. 3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

x

5. Segenap dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang telah diberikan.

6. Seluruh Staf Sekretariat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang elah memberikan pelayanan yang baik bagi penulis.

7. Christina Kusumastuti, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Minggir yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk melakukan penelitian.

8. Ch. Pariyem selaku guru kelas IV SD Kanisius Minggir yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses penelitian.

9. Murid-murid kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013/2014, yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Kedua Orang Tuaku, terima kasih atas doa, kasih saying, pengorbanan, dan pengertiannya selama ini.

11.Kakak-kakakku : Mas Indri & Mbak Titin, Mas Cahyo & Mbak Firmina, kekasihku : Lucia Yuni Nawangsih, terima kasih atas bantuan doa dan dukungannya.

12.Adikku Karel, Lidia, dan Yofi, yang telah memberikan kecerian dan semangat bagi penulis.

(11)

xi

14.Surya, Leski, Angga, Thomas, Reinha, Tina, Podang, dan Marcel yang selalu memberi bantuan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

15.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 10 Desember 2014

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..…… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v

ABSTRAK ……….. vi

ABSTRACT ……… vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… viii

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Pembatasan Masalah ………. 4

D. Rumusan Masalah ……… 5

E. Tujuan Penelitian ……….. 5

F. Definisi Istilah ………. 6

(13)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9

A. Kajian Teori ……… 9

1. Pengertian Belajar ……….. 9

2. Jenis-jenis Belajar ……… 10

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar ……… 12

4. Teori Belajar Ausubel, Jean Piaget, dan Jarome Bruner ……. 17

5. Hasil Belajar ……… 20

6. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif ……… 22

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ………. 34

8. Tinjauan Tentang Alat Peraga ……… 38

9. Tinjauan Tentang Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus …. 39 B. Kerangka Berpikir ………. 46

C. Hipotesis Tindakan ……… 47

BAB III METODE PENELITIAN ………. 49

A. Tempat dan Waktu Pengambilan Data ………... 49

B. Subyek dan Obyek Penelitian ……… 49

C. Variabel Penelitian ………. 50

D. Bentuk Data ……… 50

E. Instrumen Pengumpulan Data ……… 52

F. Metode Pengumpulan Data ……… 75

G. Uji Instrumen ………. 78

H. Analisis Data ………. 81

(14)

xiv

BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN,

ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ……….………. 92

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……….. 92

B. Penyajian Data ………... 106

1. Keterlaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ……... 106

2. Data Keaktifan Siswa ………. 107

3. Tes Kemampuan Awal ……… 113

4. Data Kuis ……… 115

5. Data Tes Evaluasi ……… 117

C. Analisis Data ……… 118

1. Analisis Keterlaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 119

2. Analisis keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran ……… 122

3. Analisis Hasil Belajar Siswa ………... 129

4. Penghargaan Kelompok ………. 135

5. Korelasi Antara Keaktifan dan Hasil Belajar ……….. 137

6. Wawancara ……… 139

D. Hambatan Yang Dialami Dalam Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II …………..………. 148

BAB V PENUTUP ……… 149

A. KESIMPULAN ……….. 149

B. SARAN ……….. 150

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif ……….. 29

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 53

Tabel 3.2 Instrumen Observasi Keterlaksanaan RPP ……….. 54

Tabel 3.3 Indikator Keterlibatan Siswa ……… 56

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ……….. 62

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Evaluasi ………. 67

Tabel 3.6 Poin Kemajuan Siswa ………... 83

Tabel 3.7 Kriteria Penghargaan Kelompok ………. 83

Tabel 3.8 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ………. 85

Tabel 3.9 Uji Validitas Butir Tes Kemampuan Awal ……….. 87

Tabel 3.10 Uji Validitas Butir Tes Evaluasi ……….. 88

Tabel 4.1 Pembagian Kelompok Heterogen ………... 93

Tabel 4.2 Penghargaan Kelompok ………. 98

Tabel 4.3 Penghargaan Kelompok ………. 102

Tabel 4.4 Penghargaan Kelompok ………. 105

Tabel 4.5 Data Keterlaksanaan RPP ……… 107

Tabel 4.6 Data Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ……….. 108

Tabel 4.7 Data Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ………. 109

Tabel 4.8 Data Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ……….. 110

(16)

xvi

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Keaktifan Kelompok

Dalam Proses Pembelajaran ……….. 113

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Untuk Setiap Indikator …… 113

Tabel 4.12 Tabel Data Tes Kemampuan Awal ……….. 114

Tabel 4.13 Tabel data Hasil Kuis 1, 2, dan 3 ……… 115

Tabel 4.14 Data Hasil Tes Evaluasi (TE) ……….. 117

Tabel 4.15 Tabel Pengamatan Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran 123 Tabel 4.16 Kriteria Tingkat Keaktifan siswa ……… 124

Tabel 4.17 Persentase Tingkat Keaktifan Siswa ………... 125

Tabel 4.18 Kriteria Tingkat Keaktifan Kelompok ………. 127

Tabel 4.19 Persentase Tingkat Keaktifan kelompok ………. 127

Tabel 4.20 Jumlah Skor Masing-masing Jenis Keaktifan dalam Bekerja Secara Kelompok ………... 128

Tabel 4.21 Kriteria Hasil Belajar Siswa Secara Individu ……… 130

Tabel 4.22 Persentase Hasil Belajar Secara Individu ……… 131

Tabel 4.23 Perbandingan TKA dengan TE ……… 132

Tabel 4.24 Peningkatan Kelompok A ……… 135

Tabel 4.25 Peningkatan Kelompok B ……… 136

Tabel 4.26 Peningkatan Kelompok C ……… 136

Tabel 4.27 Peningkatan Kelompok D ……… 136

Tabel 4.28 Peningkatan Kelompok E ……… 137

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ………. 154

LAMPIRAN A1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………….. 155

LAMPIRAN B ……….. 173

LAMPIRAN B1 Pertimbangan Pakar Soal Tes Kemampuan Awal ………. 174

LAMPIRAN B2 Pertimbangan Pakar Soal Tes Evaluasi ……… 177

LAMPIRAN C ………. 182

LAMPIRAN C1 Lembar Kerja Siswa 1 ……….. 183

LAMPIRAN C2 Lembar Kerja Siswa 2 ……….. 190

LAMPIRAN C3 Lembar Kerja Siswa 3 ……….. 198

LAMPIRAN D ……….. 206

LAMPIRAN D1 Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ……. 207

LAMPIRAN D2 Instrumen Observasi Keaktifan ……… 213

LAMPIRAN E ……….. 218

LAMPIRAN E1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ……….. 219

LAMPIRAN E2 Soal Tes Kemampuan Awal dan Kunci Jawaban ………. 220

LAMPIRAN E3 Kisi-kisi Tes Evaluasi ……….. 225

LAMPIRAN E4 Soal Tes Evaluasi dan Kunci Jawaban ………. 226

LAMPIRAN E5 Validitas dan Reliabilitas ………. 235

LAMPIRAN E6 Soal Kuis 1 dan Kunci Jawaban ……… 259

LAMPIRAN E7 Soal Kuis 2 dan Kunci Jawaban ……… 261

(18)

xviii

LAMPIRAN E9 Normalitas Kolmogorov-Smirnov……….. 266

LAMPIRAN F ……… 271

LAMPIRAN F1 Transkripsi Hasil Wawancara ……….. 272

LAMPIRAN G ……… 281

LAMPIRAN G1 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Tes Kemampuan Awal …. 282 LAMPIRAN G2 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Tes Evaluasi ……… 288

LAMPIRAN G3 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Kuis 1 ……….. 298

LAMPIRAN G4 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Kuis 2 ……….. 300

LAMPIRAN G5 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Kuis 3 ……….. 302

LAMPIRAN H ……… 306

LAMPIRAN H1 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa ………. 307

LAMPIRAN H2 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP ……….. 325

LAMPIRAN H3 Dokumentasi Penelitian ……….. 337

LAMPIRAN I ……… 338

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan, diperlukan penyempurnaan dan peningkatan mutu seorang pendidik. Berbagai usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan sudah sering dibicarakan pemerintah melalui seminar, loka karya, penyempurnaan buku-buku paket, dan berbagai metode pembelajaran.

Dalam kenyataan menunjukkan bahwa proses pengajaran matematika di SD masih banyak mengalami hambatan. Hambatan tersebut misalnya rendahnya minat belajar siswa, tingkat penguasaan guru akan materi yang masih kurang, dan penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Tidak bisa disangkal lagi sebagai guru SD harus mengajarkan hampir seluruh bidang studi. Dalam hal ini berarti guru SD tidak hanya fokus mengajar satu bidang studi saja, sehingga timbul dampak bagi diri siswa yang kaitannya dengan hasil belajar yang diperoleh khususnya pada bidang studi matematika. Siswa cenderung tidak mau dan mampu memperkaya pengetahuan belajarnya ( learning to do ) dan tidak akan membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia sekitar ( learning to know ). Lebih jauh lagi siswa tidak memiliki kesempatan untuk membangun kepercayaan dirinya ( learning to be ) maupun

(20)

Hal tersebut mangakibatkan motivasi dan minat dalam belajar matematika kurang, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Semua metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pasti tidak ada yang sia-sia karena metode yang digunakan akan mendatangkan hasil entah dalam waktu dekat maupun waktu yang relatif lama. Hasil yang dapat dirasakan atau diperoleh dalam waktu yang dekat dikatakan sebagai dampak langsung, sedangkan hasil yang diperoleh dalam waktu yang relatif lama dikatakan sebagai dampak pengiring . Dalam hubungan inilah metode pembelajaran dipilih dan digunakan untuk mencapi hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan wawancara terhadap guru, salah satu hal yang mengakibatkan turunnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan kurangnya fasilitas dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini menuntut guru untuk berulang-ulang dalam menyampaikan materi, memberi motifasi, dan contoh-contoh.

(21)

Sehingga saat diadakan ulangan sebagian anak menyelesaikan soal-soal lebih dari waktu yang telah ditentukan.

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan ( BNSP ) telah menetapkan bahwa kriteria ketuntasan belajar minimal adalah 75. Hal ini berarti siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika memperoleh nilai sekurang-kurangnya 75. Sedangkan kenyataan yang dihadapi peneliti di kelas IV SD Kanisius Minggir, sebagian besar siswa dalam ulangan memperoleh nilai di bawah 75. Jadi belum mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan.

(22)

Dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KUBUS

DAN BALOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR TAHUN

AJARAN 2013 / 2014”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan di atas, kekurangan-kekurangan yang dimungkinkan adalah sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran

2. Kurangnya interaksi antar siswa.

3. Guru belum pernah menerapkan metode kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

4. Alat peraga kurang memadahi.

5. Hasil belajar siswa yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal.

C. Pembatasan masalah

(23)

1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran tipe Jigsaw II dengan bantuan media pembelajaran (alat peraga) dan LKS.

2. Peningkatan hasil belajar siswa jika pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw II dengan bantuan media pembelajaran (alat peraga) dan LKS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika dengan metode kooperatif tipe Jigsaw II?

2. Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe “Jigsaw II” pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013/2014.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan metode kooperatif tipe “Jigsaw II” yang diterapkan.

(24)

F. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran tentang judul tersebut di atas, maka peneliti perlu memberikan pembatasan dan penjelasan dari judul penelitian tersebut, yaitu:

1. Belajar

Slameto ( 1995 : 2 ) belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Hasil belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana ( 2010 : 22 ) merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

3. Efektifitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas : 2008 ) yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna ( tentang usaha atau tindakan ). Sehingga efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang diperoleh dari suatu tindakan atau usaha.

4. Pembelajaran kooperatif

(25)

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata. 5. Metode jigsaw

Metode jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktifitas dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran untuk saling memotifasi dan membantu dalam memahami suatu materi pelajaran.

6. Alat peraga / media pembelajaran

Menurut Djoko Iswadji dalam ( Widyantini dan Sigit Tg, 2010 : 8 ) menjelaskan bahwa alat peraga merupakan seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dan disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.

7. LKS

LKS merupakan singkatan dari Lembar Kerja Siswa. LKS digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan.

8. Bangun ruang

(26)

G. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Sebagai latihan dalam penyusunan karya ilmiah dan menambah pengalaman khususnya dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pembelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru tentang penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan bantuan alat peraga dan LKS terhadap hasil belajar siswa sehingga guru dapat menerapkan metode pembelajaran ini dalam menjelaskan materi tentang bangun ruang balok dan kubus.

3. Bagi Sekolah

Memberi masukan bagi sekolah tentang pentingnya penerapan metode pembelajaran kooperatife tipe Jigsaw II dengan bantuan alat peraga dan LKS dalam proses pembelajaran sehingga dapat menambah kemajuan pendidikan khususnya bidang matematika.

4. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh semua makluk hidup, mulai dari kehidupan yang sederhana hingga dalam kehidupan yang paling kompleks. Jika berbicara mengenai belajar, banyak ahli-ahli pendidikan yang mencoba mendefinisikan arti belajar, antara lain (Oemar Hamalik, 2003 : 4 ) menjelaskan bahwa definisi belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Pendapat lain menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu rangkaian proses psikis yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman dan nilai sikap yang bersifat konstan dan menetap.

AM Sardiman ( 2000 : 22 ) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

(28)

Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar yang sudah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses berkesinambungan yang dilakukan oleh individu sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan, baik dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai maupun sikap yang bersifat konstan dan menetap sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dengan memahami kesimpulan di atas, setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).

b. Perubahan tersebut tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

2. Jenis-jenis belajar

(29)

dilakukan oleh manusia. Gagne 1985 (dalam Udin, 2007:1.9) mencatat delapan macam tipe belajar yang dilakukan manusia, yaitu:

a. Belajar Isyarat (signal learning), adalaah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat.

b. Belajar Stimulus Respons(Stimulus-Response Learning), terjadi pada diri individu karena adanya rangsangan dari luar.

c. Belajar Rangkaian (Chaining Learning). Tipe belajar chaining merupakan cara belajar yang terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, dan sebagainya.

d. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning). Tipe ini terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal.

e. Belajar Membedakan (Discrimination Learning), tipe belajar ini terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak.

f. Belajar Konsep (Concept Learning), terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak.

(30)

terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan.

h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning), terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Bimo Walgito ( 1980 : 124 ) faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor anak atau individu yang belajar, faktor lingkungan anak, dan faktor bahan atau materi yang dipelajari.

a. Faktor anak atau individu yang belajar

Faktor individu merupakan faktor yang penting. Anak suka belajar atau tidak, tergantung kepada anak itu sendiri. Faktor-faktor lain telah memenuhi persyaratan, tetapi apabila individu tidak mempunyai kemauan untuk belajar maka proses belajar itu tidak akan terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dari diri anak antara lain:

1) Faktor fisik

(31)

Orang yang memiliki tubuh yang sehat akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses belajarnya. Sebaliknya orang yang kondisi tubuhnya tidak sehat akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar yang dilakukannya.

2) Faktor psikis

Setiap individu harus memiliki kesiapan mental dalam menghadapi tugas yang perlu dipelajari. Kesiapan mental akan mempengaruhi:

a) Motif, merupakan hal penting dalam manusia untuk berbuat (kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu). Dengan motif yang kuat maka anak akan berusaha menghadapi dan mengerjakan tugas yang telah diberikan. Ada dua macam motif yaitu : (1) motif intrinsik adalah motif yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri; (2) motif ekstristik adalah motif yang berasal dari luar individu. b) Minat, merupakan suatu gejala psikis yang didalamnya

terkandung perasaan senang dan menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek tertentu.

(32)

d) Intelegensi, merupakan kemampuan untuk menggunakan dan mempertahankan kesiapan mental dan merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap tujuan yang akan dicapai dan merupakan kekuatan dari kritik terhadap diri sendiri. e) Ingatan, merupakan pengulangan terhadap materi atau objek

tertentu agar yang dipelajari tetap dalam ingatan. Pengulangan sering dilakukan agar materi yang dipelajari itu tetap tinggal secara mantap didalam ingatan.

b. Faktor lingkungan anak

Dalam proses belajar faktor lingkungan juga memiliki peranan yang penting. Maka dari itu hal ini harus mendapatkan perhatian yang sebaik-baiknya. Faktor lingkungan anak ini meliputi :

1) Tempat belajar

Tempat belajar sebaiknya berada dalam kamar atau tempat tersendiri yang memiliki suasana yang tenang, ventilasi atau pertukaran udara cukup, dan memiliki penerangan yang cukup, sehingga dalam belajar perhatian dan konsentrasi dapat terpusat. 2) Alat-alat untuk belajar

(33)

3) Suasana belajar

Suasana sangat berhubungan erat dengan tempat belajar. Hendaknya dapat diciptakan suasana yang baik, karena dalam suasana yang baik dapat memberikan motivasi yang baik dalam proses belajar, sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap prestasi belajar pada anak.

4) Waktu belajar

Dalam pembagian waktu belajar harus diperhatikan dengan baik. Belajar harus teratur sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan. Lamanya waktu tergantung kepada banyak sedikitnya materi yang dipelajari.

5) Pergaulan anak

Pergaulan anak akan mempunyai pengaruh di dalam proses belajar anak. Maka dari itu hendaknya dijaga agar anak bergaul dengan anak-anak yang suka belajar.

c. Faktor bahan atau materi yang dipelajari

(34)

1) Pada umumnya belajar dengan cara keseluruhan lebih baik dari pada belajar bagian-bagian. Hal ini berdasarkan prinsip totalitas karena keseluruhan merupakan kebulatan. Tetapi kalau bahan terlalu panjang dapat ditempuh dengan kombinasi, yaitu dengan membagi materi menjadi beberapa bagian tetapi bagian tersebut masih berupa satu kebulatan.

2) Sebagian waktu belajar disediakan untuk mengadakan ulangan. Ulangan ini digunakan untuk mengecek sampai dimana bahan yang sudah dipelajari dapat tinggal di dalam ingatan.

3) Apa yang sudah dipelajari hendaknya diadakan kegiatan ulangan sesering mungkin. Semakin sering diulang maka bahan yang dipelajari akan semakin baik tinggal dalam ingatan.

4) Di dalam mengulangi bahan pelajaran yang sudah dipelajari hendaknya dipakai spaced repetition yaitu mengulangi dengan waktu tenggang. Dalam metode ini seorang anak memiliki energi yang baru setelah istirahat sebentar.

(35)

Akan tetapi jika salah satu faktor tidak terpenuhi maka akan mengganggu proses belajar yang dilakukan oleh anak. Misalnya faktor lingkungan anak tidak terpenuhi; tempat belajar yang kotor, perlengkapan belajar yang sangat minim, dan suasana yang tidak mendukung. Keadaan seperti ini dapat mengganggu proses belajar anak dan dapat berakibat tidak maksimalnya proses belajar anak.

4. Teori Belajar Menurut Ausubel, Jean Piaget, dan Jerome Bruner

Dalam penelitian ini, pemilihan alat peraga dan metode pembelajaran yang digunakan didasari oleh teori Ausubel, Piaget, dan Bruner. Teori Ausubel (Brownel dan Chazal) menyatakan bahwa pembelajaran bermakna dalam proses pembelajaran matematika sangat penting adanya. Kebermaknaan dalam suatu pembelajaran akan menimbulkan pembelajaran lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang sehingga konsep matematika akan bertahan lama dalam ingatan peserta didik. Dengan demikian pada saat dibutuhkan, siswa dapat dengan mudah menggali memori yang telah tertanam dalam ingatannya.

(36)

a. Sensori motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0 sampai 2 tahun.

b. Pra-operasional, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2 sampai 7 tahun.

c. Operasional konkret, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun.

d. Operasional, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia lebih dari 11 tahun. (Udin Winataputra, 2007:3.40) Teori ini merekomendasikan perlunya seorang guru mengamati tingkat perkembangan intelektual pada anak sebelum suatu bahan ajar matematika diberikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan keabstrakan bahan ajar matematika dengan kemampuan berpikir anak pada saat itu.

Berdasarkan teori ini peneliti memutuskan untuk memilih alat peraga dan metode kooperatif. Hal ini karena anak kelas IV SD berada pada masa operasional konkret yang mengharuskan untuk membawa materi yang bersifat konkret atau nyata. Sehingga seorang guru dituntut agar mau dan mampu mewujudnyatakan hal-hal yang akan dipelajari siswa agar siswa semakin tertarik mengikuti pembelajaran dan memahami materi yang dipelajari.

(37)

secara bertahap mulai dari sederhana hingga rumit, mulai dari yang mudah menuju hal yang sulit, dan mulai dari yang nyata ke yang abstrak.

Tahap tingkat perkembangan mental anak menurut Jarome Bruner adalah sebagai berikut:

1. Enactive ( menipulasi objek langsung ) 2. Iconic ( manipulasi objek tidak langsung ) 3. Symbolic ( manipulasi symbol )

Dalam hal ini anak kelas IV SD berada dalam situasi enactive yang artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan manipulasi objek langsung dengan memanfaatkan berbagai benda yang terdapat di sekitar siswa seperti buku, mistar, tempat pensil, dan benda-benda lain yang ada disekitar siswa.

(38)

5. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hamalik (2001:31) menyatakan bahwa hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberikan kepuasan pada kebutuhannya dan berguna baginya. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. Nana Sudjana (2009:22) mendefinisikan hasil belajar yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2009:22) membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

(39)

Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 2009) secara garis besar membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari proses hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan, dimana manusia yang belajar mengalami perubahan perilaku yang meliputi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

(40)

telah dicapai. Sedangkan tes sumatif adalah tes yang dilakukan guna memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pengajaran. Oleh karena itu, tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu periode pengajaran.

6. Tinjauan tentang Pembelajaran Kooperatif

Menurut Joyce & Weil (1980) dalam Rusman (2011 : 113 ) Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum ( rencana pembelajaran jangka panjang ), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori-teori lain yang mendukung ( Joyce & Weil : 1980 ).

(41)

Dalam dunia pendidikan banyak skali model pembelajaran yang dapat digunakan setiap guru untuk membantu menyampaikan bahan ajar, salah satunya model pembalajaran kooperatif.

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) dan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati terhadap sesama. Dalam hal ini peserta didik bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka. Posisi guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk assessment oleh sesama peserta didik bertujuan untuk melihat hasil prosesnya.

(42)

Pendapat yang hampir sama diutarakan Nurhadi ( 2003 : 60 ) bahwa pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya peserta didik dan buku ajar tetapi juga sesama peserta didik yang lain. Selain itu pembelajaran kooperatif juga mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran yang dilakukan dengan cara membentuk kelompok peserta didik. Dalam hal ini guru menjadi fasilitator yang bertugas membantu dalam penyediaan bahan ajar yang bertujuan untuk mengembangkan interaksi dan kerja sama antar peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Unsur-unsur dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson,1994 (dalam Trianto,2009:60) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

(43)

merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman

sekelompoknya.

(44)

5) Proses kelompok. Pelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Slavin (1995), prinsip utama dari belajar kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

(45)

c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Nurhadi (2000), ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari masing-masing individu.

d. Tujuan metode pembelajaran kooperatif

Menurut Nurhadi (2003:62) yang menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1) Memudahkan siswa melakukan penyelesaian soal.

2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

3) Memungkinkan peserta didik saling belajar mengenal sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan.

4) Meningkatkan hubungan positif antara peserta didik dengan guru dan personil sekolah.

e. Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif

(46)

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, parilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3) Memudahkan siswa melakukan penyelesaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5) Menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa.

7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10)Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11)Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

f. Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif

(47)
[image:47.595.100.518.185.758.2]

Ibrahim,dkk (2000:10) dalam Trianto (2009:66) menyajikan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

No Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotifasi siswa belajar.

2 Fase-2 Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3 Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4 Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(48)

No Fase Indikator Tingkah Laku Guru

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

g. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa metode pembelajaran koopertif yang dapat dilaksanakan. Robert E. Slavin ( 1995 ) memperkenalkan enam tipe dalam model pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Student Teams Achievement Divisions ( STAD )

(49)

lalu. Dari poin perbaikan masing-masing siswa tersebut dalam setiap kelompok kemudian di jumlah untuk memperoleh skor kelompok. Kemudian dari rata-rata skor kelompok yang memenuhi kriteria memperoleh penghargaan kelompok.

2) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Dalam tipe ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Kemudian masing-masing anggota kelompok di beri tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Siswa bertugas menjadi „ahli‟ pada topik yang sama dan mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap ini setiap „ahli‟

dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk memahami bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya para „ahli‟ tersebut kembali ke

(50)

3) Team Games Tournament ( TGT )

Team- Games- Tournament (TGT) dikembangkan oleh Vries, Edwards, Slavin ( 1978,1995 ). Dalam TGT guru juga menggunakan presentasi kelas dan siswa bekerja dalam kelompok. Dalam proses pembelajaran TGT hampir sama dengan pembelajaran STAD. Perbedaan antara kedua tipe tersebut terletak pada kuis individu. Dalam TGT kuis individu diganti dengan tournament yang diadakan seminggu sekali. Dalam tournament, tim beranggotakan tiga orang anggota yang memiliki kemampuan setara.

4) Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction ( TAI )

(51)

bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

5) Group Investigation

Tipe ini dikembangkan oleh Shlomo dan Sharan (1984). Proses pembelajaran ini mengorganisasikan siswa dalam kelompok dengan tujuan untuk mendorong dan memandu siswa agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tiap kelompok diberi topik materi tertentu dan diminta untuk menyelidiki materi tersebut dengan berdiskusi. Tahap-tahap dalam belajar ini antara lain : pengelompokan („grouping’), tahap perencanaan („planing’), tahap penyelidikan („investigation‟), tahap pengorganisasian („organizing‟), tahap presentasi („presenting‟), dan tahap evaluasi („evaluating‟).

6) Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC )

(52)

7. Tim Ahli ( Jigsaw II )

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen,1996) dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” dalam konsep yang ia pelajari. Kemudian

kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes (assessment) yang lain pada semua topik yang diberikan.

(53)

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II sebagai berikut:

a. Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

b. Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tau), kita bagi dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (rangking 11-15) kelompok sedang, dan 25% (rangking 16-20) kelompok rendah.

(54)

Tiap grup akan berisi Grup A (A1, A2, A3, A4) Grup B (B1, B2, B3, B4) Grup C (C1, C2, C3, C4) Grup D (D1, D2, D3, D4) Grup E (E1, E2, E3, E4)

c. Pembentukan dan Pembinaan Kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya.

Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1) Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2) Kelompok 3 (A3,B3, C3, D3, E3) Kelompok 4 (A4, B4, C4, D4, E4)

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

d. Diskusi kelompok ahli dalam grup

(55)

mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu dalam proses ini diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.

2) Memperoleh pengetahuan baru merupakan tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep.

3) Tanyakan pada anggota grup sebelum bertanya kepada pendidik. 4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup

lain.

5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

e. Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

f. Penghargaan kelompok

(56)

rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

8. Tinjauan tentang Alat Peraga

Alat peraga menurut Engkoswara (1979:52) merupakan alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran.

Sedangkan menurut Darhim (1984:6) dalam garis-garis Besar Program Pembelajaran bidang studi matematika, alat peraga matematika merupakan alat yang dalam penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Jika ditinjau dari segi wujudnya alat peraga matematika di kelompokkan sebagai alat peraga benda asli dan alat peraga benda tiruan. Sedangkan menurut Engkoswara (1979:28) alat peraga terdiri dari dua jenis yaitu alat peraga yang sudah jadi dan alat peraga buatan sendiri.

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu dengan mudah menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka siswa memiliki pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti yang terkandung dalam suatu konsep.

(57)

suatu konsep sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Dalam penggunaannya alat peraga dibuat semenarik mungkin agar dapat meningkatkan daya tarik siswa sehingga dapat memberikan motivasi untuk menggunakannya dalam membantu proses belajar.

9. Tinjauan Tentang Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus

- Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi baik berongga maupun padat. (Shamsudin Baharin, 2007: 8)

- Kubus

1) Pengertian

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam persegi yang kongruen (Shamsudin Baharin, 2007:73)

2) Sifat-sifat

[image:57.595.101.516.180.689.2]

Perhatikan contoh gambar kerangka kubus ABCD.EFGH di bawah ini.

Gambar 2.1 kerangka kubus

a) Bidang sisi kubus

Sisi merupakan bidang atau daerah bidang.

E

B C D

A

F G H

titik sudut

sisi

(58)

Kubus dibatasi oleh 6 sisi yang berbentuk persegi, yaitu : - Sisi ABCD

- Sisi EFGH - Sisi ABFE - Sisi BCGF - Sisi DCGH - Sisi ADHE b) Rusuk kubus

Rusuk merupakan garis pertemuan antara dua sisi suatu benda ruang. Dalam suatu kubus terdapat 12 rusuk yaitu:

- Rusuk AB - Rusuk GH

- Rusuk BC - Rusuk EH

- Rusuk CD - Rusuk AE

- Rusuk AD - Rusuk BF

- Rusuk EF - Rusuk CG

- Rusuk FG - Rusuk DH

c) Titik sudut

Titik sudut merupakan garis pertemuan antara dua rusuk atau lebih. Kubus memiliki 8 titik sudut yaitu:

- A - E

- B - F

- C - G

(59)

3) Menggambar Kubus

a) Langkah pertama

Menggambar jajargenjang dengan ukuran sisi panjang jajargenjang sama dengan panjang rusuk kubus.

b) Langkah kedua

Menggambar dua persegi dengan ukuran panjang sisi persegi sama dengan panjang rusuk kubus.

c) Langkah ketiga

(60)

4) Menggambar dan membuat jaring-jaring

Untuk menggambar atau membuat jaring-jaring bangun ruang kubus, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: a) Siapkan sebuah bangun ruang kubus.

b) Irislah pada setiap sambungan bidangnya tetapi jangan sampai putus.

c) Rentangkan bidang yang sudah diiris sehingga membentuk rangkaian bidang. Rangkaian bidang inilah yang merupakan jaring-jaring bangun ruang kubus. Ada beberapa bentuk jaring-jaring kubus, salah satunya adalah sebagai berikut:

- Balok

1) Pengertian

(61)

2) Sifat-sifat

Perhatikan contoh gambar kerangka balok ABCD,EFGH di bawah ini

Gambar 2.2 kerangka balok

a) Bidang sisi atau sisi balok

Sisi merupakan bidang atau daerah bidang. Sebuah balok dibatasi oleh 6 buah bidang atau sisi yang berbentuk persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan kongruen. Sisi-sisi tersebut dalah:

- Sisi ABCD - sisi BCGF

- Sisi EFGH - sisi CDHG

- Sisi AEFB - sisi ADHE

b) Rusuk balok

Rusuk merupakan garis pertemuan dua sisi suatu benda ruang. (Shamsudin Baharin, 2007:128)

titik sudut

A B

C D

E F

G H

sisi

[image:61.595.100.512.182.634.2]
(62)

Dalam suatu bangun ruang balok terdapat 12 rusuk yaitu :

- Rusuk AB - Rusuk GH

- Rusuk BC - Rusuk EH

- Rusuk CD - Rusuk AE

- Rusuk AD - Rusuk BF

- Rusuk EF - Rusuk CG

- Rusuk FG - Rusuk DH

c) Titik sudut

Titik sudut merupakan titik pertemuan antara dua rusuk atau lebih. (Shamsudin Baharin, 2007: 155)

Sebuah balok memiliki 8 titik sudut yaitu :

- A - E

- B - F

- C - G

- D - H

3) Menggambar Balok

a) Langkah pertama

(63)

b) Langkah kedua

Menggambar dua buah persegi panjang dengan ukuran panjang persegi panjang sama dengan ukuran tinggi balok dan lebar persegi panjang sama dengan ukuran panjang balok.

c) Langkah ketiga

(64)

4) Menggambar dan Membuat jaring-jaring Balok

Untuk menggambar atau membuat jaring-jaring balok, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Siapkan sebuah bangun ruang balok

b) Irislah pada setiap sambungan bidangnya tetapi jangan sampai putus.

c) Rentangkan bidang yang sudah diiris tersebut sehingga membentuk suatu rangkaian bidang. Rangkaian bidang ini merupakan jaring-jaring bangun ruang balok.

Ada beberapa bentuk jaring-jaring balok, salah satunya adalah sebagai berikut:

B. Kerangka Berpikir

(65)

Disamping pemilihan model pembelajaran yang tepat, keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara bekerja secara kelompok dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Dengan demikian diharapkan akan terjadi interaksi atau kerja sama antar siswa. Pada proses pembelajaran ini, siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung melalui diskusi kelompok.

Pengalaman langsung melalui diskusi kelompok diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang balok dan kubus serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jika seorang guru menguasai dan memahami teori belajar dengan baik, dapat memilih dan menggunakan media dengan baik, mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar, dan menguasai materi yang harus disampaikan pada siswa maka hasil belajar siswa akan baik atau meningkat.

Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan bantuan alat peraga dan LKS sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercapai ketuntasan belajar.

C. Hipotesis Tindakan

(66)

telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

(67)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data tertulis yang terdiri dari data lembar pengamatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, data tes hasil belajar siswa, dan data lisan hasil wawancara dengan siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan segala kejadian dan menginterpretasikan data dalam bentuk uraian secara kualitatif, sedangkan data yang berupa angka-angka atau skor akan dianalisis secara kuantitatif.

A. Tempat dan Waktu Pengambilan Data

1. Tempat Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Minggir, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.

2. Waktu Pengambilan Data.

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2014

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

(68)

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu terdapat juga keaktifan siswa yang diamati dengan lembar pengamatan dan hasil belajar siswa melalui tes matematika.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang oleh peneliti diperkirakan menjadi penyebab berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 2. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang muncul atau berubah karena mendapat pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan siwa dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Bentuk Data

(69)

1. Data Tanggapan Siswa

Dengan melakukan wawancara kepada beberapa siswa, peneliti dapat memperoleh data tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Kegiatan wawancara bertujuan untuk memperkuat data bahwa dalam kegiatan pembelajaran, siswa mengikutinya dengan sungguh-sungguh.

2. Data Keterlibatan siswa

Data keterlibatan siswa diperoleh dengan cara mengamati aktivitas siswa secara individu pada saat diskusi kelompok selama mengikuti kegiatan pembelajaran matematika.

3. Data Prestasi atau Hasil Belajar Siswa

(70)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel. Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Dalam hal ini instrumen pembelajaran berupa keterlaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Lembar kerja individu (kuis). 1. Instrumen pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

(71)
[image:71.595.98.515.136.668.2]

Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP Materi Alokasi Waktu

I Sifat-sifat kubus dan balok 2 x 35 menit ( 2 JP)

II Melukis kubus dan balok 2 x 35 menit

(2 JP) III Melukis dan membuat jaring-jaring kubus

dan balok

2 x 35 menit (2 JP)

Dalam RPP ini, peneliti merencanakan pembelajaran akan dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A1.

2. Instrumen penelitian.

a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lembar pengamatan keterlaksanaan Rancaangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Lembar pengamatan ini berisi tentang langkah-langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan langkah-langkah pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Selama proses pembelajaran observer mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan dengan memberi tanda “√” pada kolom “Ya” untuk kegiatan yang telah terlaksana atau “Tidak” untuk kegiatan dalam RPP yang belum

(72)
[image:72.595.100.500.131.752.2]

Tabel 3.2. Instrumen Observasi Keterlaksanaan RPP

No Kegiatan Ya Tidak

1 Kegiatan Awal

 Salam dan doa sebelum belajar.(religious)

 Guru mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. (menghargai, disiplin)

 Guru menyampaikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari hari ini, yaitu tentang bangun ruang kubus dan balok.

 Guru membagikan materi dalam setiap kelompok asal. (santun, menghargai)

 Guru memotivasi siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik.

2 Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

Guru mengingatkan kembali tentang persegi, persegi panjang, sudut, dan sisi. (teliti)

b. Elaborasi

 Siswa diminta untuk masuk dalam kelompok asal dan membahas materi yang sudah diberikan oleh guru. (menghargai, toleransi, kreatif, aktif)

 Guru meminta siswa untuk masuk dalam kelompok ahli dan dalam kelompok tersebut siswa membahas materi yang sama. (aktif, kreatif, tanggung jawab, menghargai, santun, dan toleransi)

(73)

No Kegiatan Ya Tidak

 Diskusi kelompok. (aktif, kreatif, jujur, disiplin, bekerja keras, teliti, dan tanggung jawab)

c. Konfirmasi

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. (aktif, santun,menghargai, toleransi)

 Guru memberi tanggapan terhadap pertanyaan siswa. (santun, menghargai, tanggung jawab)

 Guru memberi kuis tentang materi yang baru saja dipelajari. (jujur, kerja keras, kreatif, teliti, sistematif)

3 Penutup

 Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang baru saja selesai dipelajari. (menghargai, kreatif, sistematis, dan teliti)

 Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas dalam pertemuan berikutnya. (santun, menghargai)

Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran D1.

b. Lembar Observasi Keterlibatan kelompok

(74)
[image:74.595.99.512.189.643.2]

setiap 10 menit. Agar data hasil observasi lebih valid, maka observer sebaiknya berlatih terlebih dahulu.

Tabel 3.3. Indikator keterlibatan siswa

No. Janis Keterlibatan Lambang

1. Mengajukan pertanyaan 1

2. Menjawab pertanyaan 2

3. Berdiskusi dalam kelompok 3

4. Memberikan pendapat 4

5. Menanggapi pendapat 5

6. Membantu teman 6

(75)

1) Mengajukan pertanyaan

Merupakan kegiatan bertanya yang dilakukan oleh siswa baik kepada guru maupun teman tentang materi yang sedang dipelajari. 2) Menjawab pertanyaan

Merupakan kemampuan siswa dalam memberikan jawaban atau solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi oleh siswa baik dalam satu kelompok maupun permasalahan yang dihadapi oleh kelompok lain mengenai materi yang sedang dipelajari.

3) Berdiskusi dalam kelompok

Merupakan kesediaan siswa dalam bekerjasama dan bertukar pendapat dalam menyelesaikan masalah dengan anggota kelompok. 4) Memberikan pendapat

Merupakan kegiatan siswa untuk menanggapi pendapat teman dalam memahami materi dan menyelesaikan soal dalam kelompok.

5) Menanggapi pendapat

Merupakan kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan tentang pendapat yang

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Gambar 2.1 kerangka kubus
Gambar 2.2 kerangka balok
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menikmati keindahan suasana alam di taman / dengan pemandangan pepohonan yang asri /. serta suasana keindahan kolam danau

[r]

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada

Dalam suatu hari Rasul saw kedatangan sepasang suami istri yg mengadukan kematian putri mereka, kalau putrinya bisa hidup lagi maka mereka akan masuk islam,

Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu–Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul dan Pembimbing Akademik.. Ibu Prita Dhyani Swamilaksita, SP., M.Si selaku

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

We offer you lots of varieties of link to get guide Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan On is as you require this Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan You can

He knew a bit about sentient weapons, artifacts of great power and great ego, and he understood that Entreri, after decades of enslavement, could not begin to control Charon’s